Oleh :
NIM : 1111044100037
(AHWAL SYAKHSHIYAH)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
ABSTRAK
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hak asuh anak di bawah umur bagi
ibu yang mengidap penyakit Bipolar Disorder, ternyata hak asuhnya dijatuhkan
kepada bapaknya dikarenakan gangguan Bipolar Disorder adalah salah satu jenis
gangguan penjiwaan yang ditandai dengan episode berulang, sekurang-kurangnya
2 kali episode dengan menunjukan gejala suasana perasaan meninggi dapat
bervariasi antara keriangan sampai keadaan eksitasi yang hampir tak terkendali.
Dan ini yang menjadikan Majlis Hakim dalam memutuskan perkara tersebut.
vi
3. Dr. H. Kamarusdiana, M.A, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis.
4. Supriyadi Ahmmad, M.Ag, dosen pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Prodi Al-
Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya
kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
6. Seluruh staf Pengadilan Agama Jakarta Pusat, khususnya Ibu Dra. Hj. Saniyah
KH. Dan Ibu Dra. Hj. Nurroh Sunah, SH.
7. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam
pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada Adinda Diana Oktavia dan Novita
Indriani yang senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi.
9. Terima kasih untuk Oxavia Aldiano, B.A., M.Sc, dan Adhiramsyah Choesin
S.E yang selalu memberi semangat dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
10. Terima kasih untuk para sahabat Farda Chalida S.Sy, Nurseha Satyarini
S.E.Sy, Putri Rahmawati S.Sy, Nabila Al-halabi S.Sy, Atas support dan
doanya.
11. Terimakasih tak terhingga untuk sahabat, Mella Huzaifah, Tenri Andini,
Venita Andriani, Ernawati, Nur Habibah, Maydina Farezi, Vista Hatuwe yang
selalu memberikan support, motivasi dan Do’a.
12. Seluruh keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren At-taqwa Pusat Putri dan
Putra yang selalu memberikan support dan motivasi yang penulis tidak
sebutkan namanya satu persatu.
13. Terima kasih untuk teman-teman KKN SUKSES tahun 2014 atas support dan
doanya.
vii
14. Teman-teman Keluarga Besar PERADILAN AGAMA angkatan 2011yang
menjadi teman seperjuangan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang
berlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan
mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Penulis berharap skripsi ini dpaat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii
ABSTRAK ..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB III HAK ASUH ANAK (HADHANAH) MENURUT FIQIH DAN
HUKUM POSITIF
DISORDER
Hakim ............................................................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 69
B. Saran-saran ....................................................................................... 70
x
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................71
LAMPIRAN ..........................................................................................................74
Pusat
Pusat
5. Dokumentasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
tumbuh dengan baik. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ikatan antara
suami istri adalah ikatan yang paling suci dan kokoh, sehingga tidak ada
suatu dalail yang lebih jelas menunjukan tentang kesuciannya yang lebih
agung selain Allah sendiri yang menamakan ikatan suami dan istri
sakinah, mawadah, dan rahmah yang dirumuskan dalam firman Allah dalam
QS. Ar-Rum 21. Keluarga yang dituju dengan adanya perkawinan adalah
keluarga yang:
1
Anik Farida, dkk, Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai
Komunitas dan Adat, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), h. 1-2
2
Al Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h 135
1
2
suami istri penuh kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar,
namun pada kenyataannya rasa kasih sayang itu bila tidak bisa dirawat bisa
menjadi pudar, bahkan bisa hilang dan berganti dengan kebencian. Kalau
kebencian sudah datang maka suami istri tidak dengan sungguh hati mencari
negatif bagi anaknya. Oleh karna itu, upaya kembali memulihkan kasih
tetap dilanjutkan, maka maka kemudaratan akan terjadi. Dalam hal ini Islam
3
Abd. Shomad, Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2010), h. 275- 276
4
Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:
Kencana, 2004), h.137
5
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Kencana 2003), h. 124
3
oleh ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai macam cara untuk
dalam tujuan pernikahan tidak akan terwujud atau tercapai sehingga yang
agar suami istri dapat membina kehidupan yang tentram lahir dan batin dan
saling cinta mencintai dalam suatu rumah tangga yang bahagia. Disamping
itu, diharapkan pula kehidupan rumah tangga dapat berlangsung kekal, oleh
karna itu, Islam telah memberi petunjuk atau jalan yang harus ditempuh bila
awal dari hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita yang diatur
pernikahannya kedua orang tua sudah tidak sepaham atau sering terjadi
perselisihan dan sudah tidak bisa disatukan lagi, maka jalan terakhir yang
kedua hubungan antara pria dan wanita. Dari segi lain kata “anak” dipakai
6
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 2006), h. 80
7
Neng Djubaedah Dkk, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Hecca Utama,
2005), h. 135.
4
secara umum baik manusia maupun untuk hewan bahkan juga untuk
dipakai untuk menunjukan asal tempat anak itu lahir, seperti anak Aceh atau
anak Jawa, berarti anak tersebut lahir dan berasal dari Aceh atau Jawa.8
Hadhanah. Dalam arti yang lebih lengkap adalah pemeliharaan anak yang
dalam fikih karena secara praktis antara suami dan istri telah terjadi
ibunya.9
bangun dan tidur. Karena itu, orang yang menjaganya perlu mempunyai rasa
kasih sayang, kesabaran, dan mempunyai keinginan agar anak itu baik
cukup pula untuk melakukan tugas tersebut. Dan yang memiliki syarat-
8
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana,
2006), h. 77. Dikutip dari WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, h.
38.
9
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, “Antara Fikih Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan”, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-1, h. 327-328.
5
syarat tersebut adalah wanita. Oleh karna itu, agama menetapkan bahwa
menghasilkan anak yang masih kecil, maka istrilah yang paling berhak
untuk memelihara dan mengasuh anak tersebut sehingga anak itu dewasa
karna biasanya ibulah yang paling telaten dan sabar untuk mengasuh anak
kecil.11
pasal 105-106 yang berbunyi: Pasal 105 Dalam hal terjadinya perceraian
pemeliharaannya.
Pasal 106
10
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana 2010), cet ke 4 h.177
11
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2006), cet ke 5 h.391
6
yang begitu banyak dan rumit, baik itu mengenai hak asuh anak yang masih
karena anak merupakan orang yang paling merasakan langsung dampak dari
perceraian tersebut, karena anak mempunyai ikatan batin terhadap ayah dan
ibunya.
sayang dan lemah lemut seorang ibu lebih sesuai dengan keadaan anak
dibanding ayah.12
Selain keluarga, anak juga salah satu orang yang tidak menginginkan
adanya perceraian yang terjadi pada orang tuanya. Seringkali orang tua yang
anak juga mempunyai perasaan tidak ingin kalau mempunyai orang tua
yang tidak bersatu lagi, meskipun dengan keadaan yang demikian orang tua
berjanji bahwa dengan adanya perceraian ini tidak mengurangi rasa sayang
orang tua pada anaknya, mereka berjanji akan mengurus anaknya dengan
12
Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat Dalam
Masyarakat Matrilineal Minangkabau (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) , cet ke 2, h.246
7
konsekuensi bahwa kedua orang tuanya tidak bersama lagi dalam suatu
rumah tangga dan otomatis perhatian dan kasih sayang yang tercurah pada
anak tidak seperti saat berkumpul dulu. Secara materiil ialah Diberikan
nafkah, yang menjadi hak seorang anak yang didapat dari kedua orang
tuanya.
berakal. Pada masa ini seorang anak secara sederhana telah mampu
membedakan mana yang berbahaya dan mana yang bermanfaat bagi dirinya.
maka hendaklah sudah balig, berakal, dan tidak terganggu ingatannya, sebab
yang penuh. Seseorang yang terkena gangguan jiwa atau ingatan, tidak
layak untuk melakukan tugas hadhonah. Orang yang rusak akhlaknya atau
agamanya tidak dapat memberikan contoh yang baik kepada anak, oleh
perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi
dan mania. Pengambilan istilah bipolar disorder mengacu pada suasana hati
penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar)
13
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Jakarta: Kencana,
2004), cet ke 2 h.182-183
8
memiliki swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah
secara drastis. Suatu ketika seorang pengidap penyakit bipolar disorder bisa
berubah menjadi buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan
1. Pembatasan Masalah
penulis lebih memfokuskan pada hak hadhanah anak di bawah umur pada
2. Perumusan Masalah
106 bahwa pemeliharaan anak yang belum cukup umur (mumayyiz) atau
dilapangan ada hak asuh anak dibawah umur jatuh kepada bapak seperti
0419/Pdt.G/2014/PAJP.
9
sebagai berikut:
a. Apakah penyakit bipolar dapat dijadikan alasan hak asuh anak di bawah
asuh anak dibawah umur dari ibu yang mengidap penyakit bipolar pada
ayah?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Mengetahui hak asuh anak dibawah umur atau hadhanah akibat ibu
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
14
Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jawa Timur:
Baymedia Publising, 2006), Cet. II, h. 321
11
2. Sumber Data
a. Data primer
dikaji.
15
Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h. 45
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 141
12
penelitian itu sendiri, six hours in library sav six mounths ini
field or laburatory.
b. Wawancara
perkara tersebut.17
17
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke arah
Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Rajawai Pers, 2004), h. 36
13
5. Teknik Penulisan
memutus perkara tersebut. Dan skripsi saya lebih focus pada hak asuh
berdasarkan antara kedua belah pihak antara penggugat dan tergugat, jadi
belah pihak, menyerahkan yang seharusnya menjadi hak ibu karna anak
penyakit bipolar disorder sehingga hakim menganggap ibu atau istri tidak
3. Hadi Zulkarnain dengan judul skripsi “ Hak Asuh Anak Akibat Istri
tentang hak asuh anak karena istri nusyuz terhadap suami, walaupun
F. Sistematika penulisan
pembahasan dan agar penulis skripsi ini lebih terfocus dan sistematis, maka
dasar hukum hak asuh anak menurut fiqih, hak dan syarat pemegang
hak asuh anak (hadhanah) dibawah umur kepada bapak bagi ibu yang
HADHANAH
Kewajiban dan tanggung jawab orang tua diatur dalam pasal 26 ayat
Pasal 26:
2. Dalam hal orang tua tidak ada atau karena suatu kewajiban dan tanggung
1
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet 4, h. 217
17
18
dalam ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai
sosial.2
bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh,
memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila,
serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.
pengembangan anak yang belum cukup umur masih harus dalam bimbingan
orang tuanya.
2
Penjelasan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
19
B. Teori Keadilan
keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini menyangkut hak dan
theory of justice dan teori hukum dan keadilan Hans Kelsen dalam bukunya
manusia sebagai suatu unit atau wadah yang sama. Inilah yang dapat
difahami bahwa semua orang atau setiap warga negara dihadapan hukum
3
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, cet VIII, (Yogyakarta: Kanisius,
2005), h. 196
4
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004), h. 24
20
sama. Kesamaan proposional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya
dengan peranan tukar menukar barang dan jasa.5 Dari pembagian macam
jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan
warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai
5
L..J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, cet. Kedua
puluh enam, 1996), h. 11-12.
6
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004), h. 25
21
dan The Law of Peoples, yang memberikan pengaruh pemikiran cukup besar
keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan. Khususnya
status, kedudukan atau memiliki posisi yang lebih tinggi antara satu dengan
yang lainnya, sehingga satu pihak dengan yang lainnya dapat melakukan
structure of society).
7
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls. dalam Jurnal Konstitusi, Volue 6 Nomor
1 (April 2009), h. 135
8
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls. dalam Jurnal Konstitusi, Volue 6 Nomor
1 (April 2009), h. 139
22
John Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta
dan keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan
setiap orang sama atas kebebasan yang bersifat universal, hakiki dan
kompitabel dan ketidak samaan atas kebutuhan sosial, ekonomi pada diri
masing-masing individu.
kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas
kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali
9
John Rawls, A Theory of Justice, diterjemahkan oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,
Teori Keadilan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006), h. 203
23
orang yang paling kurang beruntung. Ini seperti keadilan sosial harus
10
Hans Kelsen, General Theory of Low and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,
(Bandung: Nusa Media, 2011), h. 7.
24
ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat subjektif.
hukum positif dan hukum alam. Dua hal lagi konsep keadilan yang
kepentingan.11
dasar suatu yang kokoh dari suatu tatanan sosial tertentu, menurut Hans
11
Hans Kelsen, General Theory of Low and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,
(Bandung: Nusa Media, 2011), h. 14
25
peraturan umum adalah “tidak adil” jika diterapkan pada suatu kasus dan
tidak diterapkan pada kasus lain yang serupa.12 Konsep keadilan dan
hukum nasional dapat dijadikan sebagai payung hukum (law unbrella) bagi
dan peraturan hukum itu memiliki daya ikat terhadap materi-materi yang
C. Teori Kemaslahatan
adalah setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti
disebut mashlahah. Dengan begitu mashlahah itu mengandung dua sisi yaitu
menghindarkan kemudharatan.
satu wazan (pola) dan makna dengan kata manfa’ah. Kedua kata ini
12
Hans Kelsen, General Theory of Low and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,
h.16
13
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
26
“manfaat”.14
Kata maslahah adalah bentuk tunggal dari kata mashalih; selain itu
kata shalih yang berari “baik” menurut agama. Dalam al-qur’an banyak
ditemukan kata shalih, kata shalih ini pada umumnya berarti kebaikan pada
hakikatnya menguntungkan. 15
Secara sederhana maslahat itu diartikan sesuatu yang baik dan dapat
diterima oleh akal yang sehat. Diterima akal, mengandung arti bahwa akal
itu dapat mengetahui dengan jelas kenapa begitu. Setiap suruhan Allah
dapat dipahami oleh akal, kenapa Allah menyuruh, yaitu karna mengandung
atau tidak.
atau kemudharatan.16
Pada dasarnya mayoritas ahli ushul fiqih menerima metode atau teori
14
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqih, (Jakarta: UIN Jakarta Pres, 2006), h. 101
15
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, (Bandung: Mizan, 1997), h.100.
16
Ahmad Mukri Aji, Maslahat Mursalah Dalam Dialektika Pemikiran Hukum Islam,
(Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012), h. 48
27
sebagai berikut:
POSITIF
mendidik dan menjaganya untuk masa ketika anak itu membutuhkan wanita
pengasuh. Dalam hal ini, mereka sepakat bahwa itu adalah hak ibu. Namun
mereka berbeda pendapat tentang lamanya masa asuhan seorang ibu, siapa
kelembutan dan keceriaan, oleh sebab itu setiap orang tua harus dapat dan
mereka, dengan seperti ini maka dalam hati setiap anak akan merasakan
aman, tentram damai serta kehangatan kasih sayang dan persahabatan yang
1
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab (Jakarta: Basrie Press, 1994)
penerjemah: Afif Muhammad h.133
2
Abdur Rozak Husein, Hak Anak dalam Islam, Penerjemah Azwir Butun (Jakarta: PT
Fikahati Aneska, 1992), h. 62
28
29
kerjasama antara ibu dan bapak akan tetapi hal ini akan mudah terwujud
kalau kedua orang tua masih dalam ikatan perkawinan. Seorang anak pada
dalam hal tersebut. Oleh sebab itu masalah hadhanah mendapat perhatian
kebutuhan si anak.6
3
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoepe, 1999),
h. 415
4
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003) cet ke 4 h. 175
5
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Jakarta: Kencana,
2004), h. 166
6
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 23
30
dan mengasuh atau mendidik bayi atau anak kecil sejak ia lahir sampai
anak. Pendidik mungkin terdiri dari keluarga si anak dan mungkin pula
dilakukan oleh setiap ibu, serta anggota kerabat yang lain. Hadhanah
7
Muhammad Daud dkk, Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, (Ciputat:
Logos, 1999), h. 139
8
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:
Kencana, 2004), cet. 1, h.166
9
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 176
31
baik laki-laki maupun perempuan atau yang belum dewasa sehingga belum
bisa mengurus dan merawat dirinya sendiri sampai anak tersebut dinyatakan
sudah bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, dan tumbuh
kehidupannya.
bantuan orang lain. Oleh karna itu mengasuh anak yang masih kecil adalah
wajib karna apabila anak yang dibawah umur di\biarkan begitu saja akan
sehingga anak harus dijaga agar tidak sampai membahayakan. Selain itu, iya
juga harus tetap diberi nafkah dan diselamatkan dari segala hal yang dapat
a. Al-Qur’an
ض َّارَو ِال َدةٌ بِ َولَ ِد َه َاولَ َم ْولُ ْوٌدلَّ ُه َّ ِ ِ ِرْزقُه َّن و ِكسوتُه َّن بِاْلمعرو
ُ ِّف لَتُ َكل
َ ُف َن ْف ٌس ال ُو ْس َع َها لَت ْ ُْ َ ُ َْ َ ُ
) 322 البقرة
َ (
Artinya: “para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karna anaknhya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah melihat apa
yang kamu kerjakan”. (Al-baqarah 2/ 233)
Pada ayat ini, Allah SWT mewajibkan kepada orang tua untuk
memelihara anak mereka, ibu wajib menyusui anaknya selama 2 tahun. dan
memberikan upah yang pantas. Hal ini demi kemaslahatan anak itu
sendiri.10
10
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 392-393.
33
ِ
ْ ( ُّهاالَِّذ ْي َن َكفَ ُرْوالَتَ ْعتَِذ ُروااْلَي ْوَم اَّن َماتُ ْجَزْو َن َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُ ْو َن
)6 التحريم َ َياَي
ayah dan ibu masih terkait dalam ikatan perkawinan saja, namun juga
11
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 217
12
Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 177
13
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h.
328
14
Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 177
34
dimasa yang akan datang.15 Suatu ketika datang sepasang suami istri kepada
Rasulullah saw. Untuk meminta penetapan siapa yang paling berhak untuk
dengan kata lain jika ibunya menikah maka dengan sendirinya hak
15
Selamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 172
16
Abu Daud Sulaiman bin Al-‘Asy’ats As-Sajastani, Sunan Abu Daud Juz I, (Beirut: Daar
Fikr, 2003), h. 525
35
hadhanah itu gugur, lalu berpindah kepada ayahnya. Karna jika ibunya
berpaling kepada suami yang baru, dan mengalahkan bahkan bukan tidak
Kesabaran ibu dalam hal ini lebih besar daripada bapak. Waktu yang
dimiliki ibu lebih lapang daripada bapak. Karna itu ibu lebih diutamakan
demi menjaga kemaslahatan anak. Dan jika si ibu sudah menikah dengan
a. Hak Hadhanah
diperhatikan maka anak akan tumbuh dengan tidak terpelihara dan tidak
terarah seperti yang diinginkan, dan untuk mewujudkan anak tumbuh sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka harus ada kerja sama antara ayah dan
ibu dalam melakukan tugas ini dan jalinan kerja sama ini akan terwujud
apabila ayah dan ibu masih ada dalam ikatan sebagai suami istri.18
anak yang masih kecil, maka istilah yang paling berhak memelihara dan
17
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq Jilid 2, (Jakarta: al-I’tishom, 2008), h. 528.
18
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana,
2004), cet. 1 h. 167.
36
merawat anak itu sehingga anak itu mumaayyiz karena ibulah yang biasanya
pengaturan bangun dan tidurnya. Oleh karna itu, orang yang menjaganya
agar anak itu baik (saleh) di kemudian hari. Di samping itu juga, ia harus
mempunyai waktu yang cukup pula untuk melakukan tugas itu.20 Jika ibu
tidak ada, orang yang berhak menjadi hadhin (pemelihara atau pendidik)
adalah ibu dari ibu (nenek) dan seterusnya keatas, kemudian ibu dari bapak
yang seibu, dan anak perempuan dari saudara laki-laki yang seayah.
Kemudian, bibi dari ibu yang sekandung dengan ibunya, bibi dari ibu yang
seayah dengan ibunya, bibi dari ibu yang seibu dengan ibunya. Kemudian,
bibi dari bapak yang sekandung dengan ibunya, bibi dari bapak yang seayah
dengan ibunya dan bibi dari bapak yang seibu dengan ibunya. Demikianlah
19
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), Cet. Ke V. h.
451
20
M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 217-218
37
seterusnya. Jika tidak ada pihak perempuan maupun pihak laki-laki yang
anak setelah ibu kandung atau urutan hak asuh anak jika ternyata ada
Perbedaan pendapat ini disebabkan karena tidak adanya dalail qath’i yang
secara tegas membahas masalah ini. Hanya saja keempat imam mazhab
kalangan kerabat dari pihak ayah dalam tingkat kerabatan yang sama
(misalnya mendahulukan nenek dari pihak ibu dari pada nenek dari ayah).
Maka dari itu para ulama memberikan urutan dan skala prioritas
hak mengasuh anak bagi para wanita, sesuai dengan kemaslahatan anak
seorang laki-laki.22
akan berpengaruh kuat kepada anak yang berpengaruh kepada anak yang
syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi satu saja maka
asuhan seperti itu disyaratkan bahwa orang yang mengasuh berakal sehat,
bisa dipercaya, suci diri, bukan pelaku maksiat, bukan penari, dan bukan
menyelenggarakan hadhanah.
23
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana,
2004), cet. 1 h. 172
24
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta, Basrie Press, 1994) h. 135
39
4. Amanah
6. Bermukim bersama anaknya, bila salah satu di antara mereka pergi, maka
7. Dewasa, karena anak kecil sekalipun mumayyiz tetapi ia butuh orang lain
Imam Syafi’i, orang selain Islam tidak boleh. Sedangkan bagi mazhab lain
apabila ibu si anak dicerai suaminya, lalu dia kawin lagi dengan laki-laki,
maka hak asuhnya gugur, tetapi hak asuhnya bagi ibu tetap ada karena
25
Musthafa Kamal Pasha, Chalil, Wahardjani, Fiqih Islam, (Jogyakarta, Citra Karsa
Mandiri, 2002), h. 304
40
Hanafi, Imamiyyah dan Hambali: apabila ibu si anak bercerai lagi dengan
suaminya yang kedua, maka larangan hak asuhan si anak bias dicabut
laki kedua itu. Adapun Imam Maliki: hak tersebut tidak bias kembali
siapa hak asuh anak tersebut dialihkan ? Ulama Mazhab berbeda pendapat
tentang, kepada siapa hak asuh anak tersebut dialihkan jika ibunya tidak
dari saudara seibu, dan demikian seterusnya hingga pada bibi dari pihak ibu
dan ayah.
ibunya ibu dan seterusnya hingga ke atas dengan syarat mereka itu adalah
pewaris-pewaris si anak. Sesudah itu adalah ayah, ibunya ayah, ibu dari
ibunya ayah, dan seterusnya hingga keatas, dengan syarat mereka adalah
26
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Mazhab, (Jakarta, Lentera, 2002), h. 416-417
27
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta, Basrie Press, 1994),
h.133-135
41
kepada ibunya ibu dan seterusnya keatas, saudara perempuan ibu kandnung,
pihak ibu, saudara perempuan nenek dari pihak ibu, saudara perempuan
kakek dari pihak ayah, ibu ibunya ayah, ibu bapaknya ayah dan seterusnya.
ibu, ibu dari ibunya ibu, ayah, ibunya ibu dari kakek, saudara perempuan
asuhan diserahkan kembali kepadanya. Ibu adalah orang yang paling berhak
ayah, bahkan andaikata dia kawin lagi dengan laki-laki lain sekalipun.
Kalau kedua orang tua meninggal dunia, maka asuhan beralih ke tangan
kakek dari pihak ayah. Kalau kakek dari pihak ayah sudah meninggal tanpa
lebih dekat menjadi penghalang bagi kerabat yang lebih jauh. Bila anggota
keluarga yang berhak itu jumblah berbilang yang sejajar, semisal nenek dari
pihak ayah dengan nenek dari pihak ibu, atau bibi dari pihak ayah dengan
bibi dari pihak ibu, maka dilakukan undian manakala mereka berebut ingin
paling berhak mengasuh sampai orang ini meninggal atau menolak haknya.
Ini juga adalah pendapat hambali. (Al-Mughni, Jilid IX, bab Al-Hadhanah).
Separti menurut mazhab Hanafi: hadhanah anak laki-laki berakhir pada saat
anak itu tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus
wanita berakhir apabila ia telah baligh, atau telah datang masa haid
pertamanya.28
untuk anak laki-laki, dan sembilan tahun untuk anak perempuan. Mereka
menganggap bahwa untuk perempuan lebih lama, sebab agar dia dapat
mengasuhnya.29
28
Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.185
29
Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 185
43
setelah anak mumayyiz, yakni berumur antara lima dan enam tahun, dengan
dasar hadits:30
َخيََّر ُغ ََل اما َب ْي َن أبِ ْي ِه َواُ ِّم ِه َك َما َخيََّر بِ ْنتاا َب ْي َن: قال رسول اهلل صلّى اهلل عليه وسلّم
berakhir dengan pada saat dia usia menikah. Jika ia sampai pada saat usia
menikah, sedangkan ibu dalam masa iddah, maka ia lebih berhak terhadap
anak putrinya, sampai ia menikah (lagi). Jika tidak sedang demikian, maka
anak itu dititipkan kepada ayahnhya atau jika ayahnya tidak ada, maka ia
Tahun 2014
tertulis maupun hukum tidak tertulis. Menurut Arif Gosita kepastian hukum
pelaksanaan perlindungan.32
“Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan atau aturan hukum yang sah menunjukan bahwa pemisahan itu
menyatakan salah satu orang tua sebagai pemegang “kuasa asuh anak”, tetap
tidak ada alasan untuk melarang orang tua lain bertemu dengan anaknya.33
tangga, dan tidak tertutup kemungkinan tanggung jawab itu beralih kepada
32
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak; Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2006),h. 33
33
Adib Bahari, Prosedur Gugatan Cerai + Pembagian Harta Gonogini + Hak Asuh Anak,
(Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012), hal 166
45
kewajibannya. Oleh karena itu, amat penting mewujudkan kerja sama dan
saling membantu antara suami dan istri dalam memelihara anak sampai ia
dewasa. Hal dimaksud pada prinsipnya adalah tanggung jawab istri kepada
anak-anaknya.34
Pasal 45
(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana
Pasal 46
(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka
yang baik.
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka itu
memerlukan bantuannya.
Pasal 47
34
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 64
46
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di
barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas
Pasal 98
(1) Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21
35
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 65
36
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: CV. Karya
Gemilang, 2011), hal 84
37
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 137
47
kewajiban di atas, kewajiban lain yang menjadi tanggung jawab orang tua,
yaitu hak kebendaan. Pasal 106 KHI mengungkapkan garis hukum sebagai
berikut.
pemeliharaannya.
38
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 65
48
(2) Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena
itu. Hal ini di atur oleh Pasal 104 KHI sebagai berikut.
(2) Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun dan dapat dilakukan
ibunya.40
kepala rumah tangga dan pelindung keluarga, bagi istri dan anak-anaknya.
39
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 138
40
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 138
BAB IV
Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang
gangguan bipolar disebut dengan manik depresif, gangguan afektif bipolar, atau
suasana perasaan yang utama adalah gangguan depresif berat dan gangguan
bipolar I, yang nama gangguan suasana perasaan tersebut sering kali dinamakan
gangguan afektif.
gangguan depresif berat, dan dapat disebut sebagai depresif unipolar. Pasien
dengan periode manik dan depresif dan pasien dengan periode manik saja
klinis yang ditandai dengan gangguan afek yang meningkat. Gangguan dengan
1
Nurmiati Amir, Gangguan Bipolar, (Jakarta: FKUI, 2013), h. 204
50
51
Misalnya dari yang murung, tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat bahagia atau
sebaliknya. Pada fase turun atau yang disebut sebagai periode depresi,
penderita gangguan bipolar biasanya akan terlihat sedih, lesu, dan tidak
bergairah. Sedangkan pada fase naik atau mania, penderita kondisi ini bisa
menjadi sangat bersemangat, enerjik, dan banyak bicara. Jika dilihat dari
mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Meski begitu, ada
sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase ke fase tanpa
adanya periode normal. Tiap fase gejala yang tergolong parah dapat
merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala yang jarang terjadi ini dinamakan
2
Ayub Sani Ibrahim, Gangguan Alam Perasaan Manik Depresi, (Tangerang: Jelajah Nusa,
2011), h. 13
3
Laurentius M Panggabean dan Dee Rona, Apakah Aku Bipolar?, (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2015), h, 5
52
kehilangan energi dan minat sesuatu, disertai dengan adanya perasaan bersalah,
kematian atau bunuh diiri. Tanda dan gejala lainnya dari gangguan suasana
fungsi vegenatif (misalnya: tidur, nafsu makan, dan aktifitas seksual). Depresi
unipolar merupakan suatu gangguan depresif berat termasuk salah satu gangguan
depresi unipolar pada wanita sebesar 20%. Angka ini lebih tinggi bila
Bipolar pada wanita maupun pria sekitar 1% hanya 20% - 25% dari pasien
pengobatan.4
B. Putusan Hakim dan Perkara Hak Asuh Anak bagi Ibu yang Mengidap
keadilan dan untuk itu Hakim melakukan penilaian terhadap peristiwa atau
fakta-fakta yang ada apakah benar-benar terjadi. Hal ini hanya bisa dilihat dari
4
Ayub Sani Ibrahim, Gangguan Alam Perasaan Manik Depresi, (Tangerang: Jelajah Nusa,
2011), h. 13-14
53
pernikahan, dan tertera dalam kutipan Akta Nikah No. 204/11/IV/2011 yang
dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama (KUA)
Agama Jakarta Pusat, maka berdasarkan pasal 49 Ayat (1) huruf (a) dan pasal
mengeluarkan bukti lain, saksi dan keluarga bertemu dengan ibu penggugat
Konpensi untuk bercerai, tetapi tidak berhasil, dan pertemuan yang kedua
Saksi ahli, sebagaimana dalam ketentuan Pasal 145 HIR, maka majelis
syarat formil dan syarat meteril dan dapat diterima dalam perkara ini, dan
bahwa dari kesaksian para saksi yang dihadirkan Penggugat Konpensi dan
Tergugat Konpensi secara formil dapat diterima. Karena telah disumpah, yang
mana keterangan saksi-saksi tersebut tidak bertentangan satu sama lain dan
Penggugat dan jawaban Tergugat, oleh karnanya keterangan para saksi tersebut
55
1975 sebagai salah satu alasan perceraian dengan tidak lagi mempersoalkan
tersebut antara suami istri, akan tetepi lebih diterapkan pada perkawinan itu
tentang perkawinan jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan juga
sesuai dengan pendapat Ulama fiqh dalam kitab Ghoyatul Maromil Syaichil
thalak satu bain sughra dari Tergugat Konpensi terhadap Penggugat Konpensi
eksistensinya, setiap surat gugatan memuat posita. Pada hakikatnya posita atau
peristiwa.5
dikenal atau lebih lazim disebut tentang duduk perkara yang menjadi dasar
hak atau peristiwa yang harus dibuktikan dalam persidangan nanti sebagai
April 2014 yang terdaftar di kepanitraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada
Penggugat dan tergugat adalah pasangan suami istri yang sah yang
menikah pada hari sabtu tanggal 02 April 2011 sebagaimana ternyata dalam
5
Faizal Kamil, Asas Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005), h. 60
6
Fauzie Yusuf Hasibuan, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum
Indonesia, 2006), h. 9
57
Lembang No. 62, Menteng, Jakarta Pusat. Pada awal pernikahan antara
layaknya suami istri dan telah telah dikaruniai keturunan bernama “Sienna
Sejak bulan Maret 2013 pernikahan penggugat dan tergugat sudah mulai terjadi
a. Antara Penggugat dan Tergugat tidak terjalin komunikasi yang baik dalam
yang pada akhirnya antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah ranjang dan
sudah tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Selama ini Penggugatlah
2013, dan anak tersebut belum mumayiz sebagaimana dalam ketentuan Pasal
mohon kepada Majlis Hakim untuk menetapkan anak tersebut berada dalam
mengingat hingga saat ini ternyata Tergugat tetap tidak mau menyadari dan
tangga semakin memburuk dan sekaligus telah menimbulkan kecewa dan sakit
hati Penggugat yang amat mendalam, maka Penggugat sudah tidak ingin
Hakim
7
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Putusan No. 0419/Pdt.G/2014/PAJP
59
tangga, dan tidak tertutup kemungkinan tanggung jawab itu beralih kepada
kewajibannya. Oleh karena itu, amat penting mewujudkan kerja sama dan
saling membantu antara suami dan istri dalam memelihara anak sampai ia
dewasa. Hal dimaksud pada prinsipnya adalah tanggung jawab istri kepada
anak-anaknya.8
Pasal 45
(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana
Pasal 46
(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka
yang baik.
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka itu
memerlukan bantuannya.
8
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 64
60
Pasal 47
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di
barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas
Pasal 98
(1) Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21
9
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 65
10
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: CV. Karya
Gemilang, 2011), hal 84
11
Muhammad Daud dkk, Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, (Ciputat:
Logos, 1999), h. 139
61
kewajiban di atas, kewajiban lain yang menjadi tanggung jawab orang tua,
yaitu hak kebendaan. Pasal 106 KHI mengungkapkan garis hukum sebagai
berikut.
pemeliharaannya.
12
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 137
13
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), hal 65
62
(2) Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena
itu. Hal ini di atur oleh Pasal 104 KHI sebagai berikut.
walinya.
(2) Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun dan dapat dilakukan
ibunya.15
14
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 138
15
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010) , hal 138
63
kepala rumah tangga dan pelindung keluarga, bagi istri dan anak-anaknya.
karnanya perlu dipertimbangkan. Bahwa anak adalah amanah dari Allah SWT
kepada kedua orang tuanya, yang berhak dan berkewajiban terhadap anaknya,
tersebut.
Penggugat Konpensi ada laki-laki lain dan juga ada keributan antara Penggugat
sayang dari orang tua, akibat orang tuanya bercerai dan mengalami luka batin.
Bipolar dan Penggugat Konpensi harus minum obat seumur hidup dan dibawah
pengawasan dokter pribadi yang bernama dr. Richard dan juga saksi melihat
kondisi Penggugat Konpensi. Dari sejak bayi Sienna tidak pernah diberikan Air
Susu Ibu (ASI), karena Penggugat Konpensi rutin minum obat dan sejak
tanggal 04 Agustus 2014 anak tersebut ada dengan Tergugat Konpensi sampai
saat ini, karena Penggugat Konpensi telah menitipkan anak tersebut kepada
Tergugat Konpensi, karena Sienna aman dan happy berada ditangan Tergugat
Konpensi dan mengurus, merawat Sienna adalah Tergugat Konpensi dan adik
perempuan kandung Tergugat Konpensi dan saksi sendiri serta dibantu oleh
Pembantu.
tertulis sdan saksi-saksi yang telah disumpah, baik dari Penggugat Konpensi
pada hari Minggu, Sienna tidak diajak dan tinggal di rumah dan diurus
pulang.
4. Sejak bulan Agustus 2014 anak yang bernama Sienna ada dengan
Konpensi dan saksi sendiri serta dibantu oleh pembatu. Pada saat
Tergugat Konpensi bekerja, Sienna diasuh dan dirawat oleh saksi dan
5. Sejak bayi Sienna tidak pernah diberikan Air Susu Ibu (ASI), karena
Ditinjau dari sudut Normative, dalam pasal 105 huuf (a) dan Pasal 156
huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi: bahwa anak yang masih di
hak ibunya, akan tetapi hal itu tidaklah mutlak, karena selain Kompilasi
66
anak jo Undang-Undang 35 Tahun 2014, oleh karena itu dalam perkara ini
Pasal 105 huruf (a) dan Pasal 156 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, tidak
perlu dipertimbangkan.
Kondisi pasien saat ini tidak menjadi halangan untuk dapat bertemu, merawat
dan mengasuh anaknya (cakap temporer) dari bukti tersebut, Majlis Hakim
Majlis Hakim berpendapat, bahwa pada saat ini Penggugat Konpensi tidak
tidak diterima
putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada KUA Kantor
thalak menurut model T. Oleh karna itu Majlis Hakim memerintahkan kepada
pemeliharaan anak belum ada kepastian hukum, apakah anak tersebut di bawah
Ameerah Kasyafani. Pada hal dalam hukum Allah swt berdampak positif,
karena penuh keadilan, kebaikan, rahmat dan hikmah didalamnya, begitu juga
dalam pengasuhan anak, dimana anak yang masih kecil dan belum memenuhi
16
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Putusan Nomor 0419/Pdt.G/2014/PAJP
68
terbaik, oleh karna itu perlu ditetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak
tersebut.17
kemaslahatan anak dan tentu saja harus ditunjang dengan adanya kestabilan
situasi dan kondisi yang menjamin kelangsungan hak asuh dan pemeliharaan
anak, seperti tentang adanya tempat tinggal yang pasti dan lingkungan yang
nyaman untuk anak. Pada saat ini anak Penggugat Rekonpensi dan Tergugat
dengan anaknya
kepastian hukum tentang pemegang hak asuh anak perlu untuk ditetapkan.
perlindungan anak Bab III tentang hak dan kewajiban anak, dengan demikian
17
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Putusan Nomor 0419/Pdt.G/2014/PAJP
69
kandung. Demi kepentingan anak tersebut , oleh karna itu majlis menambahkan
amar dalam perkara ini yang berbunyi dengan tidak menghilangkan hak
Menimbang, bahwa hak asuh yang bersifat, hak asuh yang bertalian
dengan hak dan tanggung jawab orang tua, sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 45 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974, seperti kewenangan untuk
tersebut adalah tetap menjadi hak dan tanggung jawab bersama Penggugat
Undang-undang No.1 tahun 1974, orang tua tetap sebagai orang tua bagi anak,
tidak ada lembaga perwalian , walaupun perkawinan orang tua sudah putus,
ayah tetap sebagai ayah bagi anak dan ibu tetap sebagai ibu bagi anak.18
D. Analisia Penulis
akan tetapi juga memberikan dampak yang sangat besar terhadap anak-anak
setelah terjadi perceraian, maka dalam hal ini Pengadilan Agama berwenang
menyelesaikan masalah ini. Dalam prakteknya, masalah ini bukan sebuah hal
18
Arsip Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Putusan Nomor 0419/Pdt.G/2014/PAJP
70
Salah satu hal penting yang perlu diingat adalah sengketa mengenai
hak asuh anak ini memiliki sifat yang berbeda dengan sengketa harta benda.
Dalam sengketa harta benda menafikan hak milik pihak yang kalah, akan tetapi
dalam sengketa anak hal tersebut tidak berlaku, sebab bagaimana pun juga
hubungan keibuan dan kebapakan itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, oleh
karna itu dalam sengketa hak asuh anak hanya bersifat hak pengawasan dan
pemeliharaan.
bahwa seorang ibu lebih diprioritaskan memegang hak asuh anak bagi anak
Akan tetapi jika diteliti dan dikaji secara mendalam bahwa pada
hakikatnya esensi dari pengasuhan anak tersebut bukan terletak pada pihak
Setelah membaca duduk perkara gugatan cerai dan hak asuh anak
yang diajukan oleh para Penggugat Konpensi dan Tergugat Konpensi dan
71
Hukum Islam mengatur tentang Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau
belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Bahwa pada dasarnya ibu lebih
besar kasih sayangnya terhadap anak dan mempunyai waktu yang banyak
fakta membuktikan bahwa dalam kasus ini penggugat kurang telaten mengurus
anak dan juga memiliki waktu yang relatif sedikit untuk melakukan
penyakit Bipolar Disorder yang dimana penyakit ini sangat berbahaya terhadap
Penggugat dan tergugat adalah pasangan suami istri yang sah yang
menikah pada hari sabtu tanggal 02 April 2011 sebagaimana ternyata dalam
Jakarta pusat. Mereka telah dikaruniai satu orang anak. Tidak dapat
rekonvensi, sebab tidak memenuhi ketentuan yang digariskan pasal 49 ayat (1)
UU No. 1 tahun 1974. Yaitu bahwa salah seorang atau kedua orang tua dapat
dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang
tertentu atas permintaan orang tua yang lainnya, keluarga anak dalam garis
lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
Disorder yang apabila kambuh dapat membahayakan untuk anak itu sendiri.
Oleh karna itu, ketika undang-undang atau aturan tersebut tidak bisa
diterapkan lagi secara normal terhadap fakta kejadian atau fakta hukum, maka
hakim wajib melakukan penemuan hukum dan hukum yang diterapkan itu
ideologi negara, dapat menjangkau masa yang akan datang, dapat mencapai
satu keadilan serta dapat menjamin hak asasi manusia. Dalam hak asuh anak
itu hakim tidak melihat hak asasi orang tua tetapi hakim melihat pada hak asasi
memutuskan perkara hak asuh anak dibawah umur dengan menggunakan dasar
hukum Pasal 1 Huruf g Kompilasi Hukum Islam, Pasal 105 Huruf a Kompilasi
Hukum Islam, Pasal 41 UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan serta Pasal 2
dengan metode maslahah mursalah. Hakim lebih melihat pada esensi dari
19
Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat bernama Dra. Hj.
Saniyah KH. pada tanggal 5 november 2015.
73
Dari apa yang menjadi alasan hakim di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa faktor utamanya adalah karena ibu mengidap penyakit Bipolar Disorder
tersebut.
kepada ayah ketika melihat penyakit ini sudah memenuhi unsur keadilan yang
bahwa “Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika
ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu
terakhir”.
20
Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat bernama Dra. Hj.
Nurroh Sunah, SH. pada tanggal 5 november 2015.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dibawah umur kepada ayahnya ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal:
dibawah umur dari ibu kepada ayah sebagaimana hakim Pengadilan Agama
perlindungan anak.
dibawah umur jatuh kepada ayah karena ibu menderita penyakit Bipolar
Disorder, bahwa hak asuh anak yang bersifat bertalian dengan hak dan
tanggung jawab orang tua, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 45 ayat
perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis. Misalnya dari yang
Pada fase turun atau yang disebut sebagai periode depresi, penderita
gangguan bipolar biasanya akan terlihat sedih, lesu, dan tidak bergairah.
Sedangkan pada fase naik atau mania, penderita kondisi ini bisa menjadi
69
70
sangat bersemangat, enerjik, dan banyak bicara. Jika dilihat dari perputaran
episode suasana hati. Hal ini tidak sesuai dengan KHI Pasal 105 huruf a
berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Metode ijtihad yang digunakan hakim
mewujudkan kepentingan terbaik bagi anak. Dalam hal ini hakim tidak
menerapkan pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam secara kaku. Salah
satu alasan hakim memutuskan hak asuh anak dibawah umur jatuh pada
adalah hal yang paling penting dan harus diutamakan. Selain metode
maslahah mursalah hakim juga melihat dari teori kemaslahatan yang mana
maslahat yaitu sesuatu yang baik dan dapat diterima oleh akal sehat dalam
B. Saran-saran
saran yang ingin penulis sampaikan sebagai penutup dalam karya ilmiyah ini,
yaitu:
1. Pernikahan adalah ikatan suci lahir dan batin antara seorang pria dan wanita
adalah satu hal yang sangat penting bagi sebuah keluarga. Apabila terjadi
2. Apabila terjadi perceraian, maka anak adalah pihak yang paling dirugikan.
Oleh karna itu, perlu pikir panjang dalam mengambil sebuah keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika 2006.
Alam Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam,
Jakarta: Kencana, 2008.
Apeldoorn L..J. Van, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, cet.
Kedua puluh enam, 1996.
Ayyub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2006. cet ke
5.
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoepe,
1999.
73
Daud Muhammad dkk, Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional,
Ciputat: Logos, 1999.
Faiz Pan Mohamad, Teori Keadilan John Rawls. Dalam jurnal Konstitusi, Volue 6
Nomor 1 April 2009.
Hasibuan Fauzie Yusuf, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum
Indonesia, 2006.
Huijbers Theo, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, cet VIII, Yogyakarta:
Kanisius, 2005.
Husein Abdur Rozak, Hak Anak Dalam Islam, Penerjemah Azwir Butun, Jakarta:
PT Fikahati Aneska, 1992.
Ibrahim Jhony, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jawa Timur:
Baymedia Publising, 2006.
74
Faizal Kamil, Asas Hukum Acara Perdata, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005.
Kelsen Hans, General Theory of Low and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, Bandung: Nusa Media, 2011.
Pasha Musthafa Kamal, Chalil, Wahardjani, Fiqih Islam, Jogyakarta, Citra Karsa
Mandiri, 2002.
Rawls John, A Theory of Justice, diterjemahkan oleh Uzair Fauzan dan Heru
Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006.
Sabiq, Al Sayyid, Fiqih Sunnah, jilid 3. Jakarta: Pena pundi Aksara, 2006.
75
Tihami dan Sahrani Sohari, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. cet 4.
Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat
Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
cet ke 2.
As-Sajastani Abu Daud Sulaiman bin Al-‘Asy’ats, Sunan Abu Daud Juz I, Beirut:
Daar Fikr, 2003.
Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat bernama Dra.
Hj. Saniyah KH . pada tanggal 5 november 2015.
Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat bernama Dra.
Hj. Nurroh Sunah, SH. pada tanggal 5 november 2015.
HASIL WAWANCARA
Nama Informan : Dra. Hj. Saniyah KH dan Dra. Hj. Nurroh Sunah, SH
apakah seorang istri yang megidap penyakit Bipolar Disorder dapat secara
otomatis mencabut haknya dalam hadhanah anak yang masih dibawah umur tanpa
ada pertimbangan lain? Jelas tidak, karena persoalan penyakit bipolar disorder
dengan hadhanah itu merupakan dua konsep yang berbeda, oleh karna itu tidak
bisa secara otomatis dicabut haknya dalam hak asuh anak dibawah umur tanpa ada
Menurut ibu hakim faktor-faktor yang dapat menyebabkan hak asuh anak
dibawah umur jatuh kepada bapaknya yaitu memang seharusnya hak asuh anak
dibawah umur jatuh kepada ibunya akan tetapi apabila prilaku sang ibu tidak baik,
membahayakan si anak, maka demi kebaikan sang anak hak asuhnya bisa dicabut
Tentang Perkawinan.
80
berkenaan dengan hak asuh anak, bahwa aturan-aturan tersebut sangat erat
kaitannya dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Aturan ini sejalan dan
untuk pertumbuhan kewajiban anak yang baik sebab dalam kasus ini secara
psikologi anak tersebut lebih dekat dengan bapaknya dan merasa nyaman tinggal
bersama bapaknya. Dan apabila anak diasuh oleh ibunya maka akan
ibunya kambuh.
Alasan yang paling kuat dalam memutuskan perkara ini yaitu ibu
mengidap penyakit bipolar disorder yang dapat membahayan nawa anak apabila
sedang kambuh, dan mengedepankan kepentingan anak hal ini yang paling
aman dan layak melakukan pengasuhan anak. Bapaknya lebih perhatian kepada
81
anaknya dan mempunyai waktu luang yang banyak untuk menjaga si anak.
memberikan hak asuhnya kepada bapaknya tidak kepada ibunya walaupun hak
HASIL WAWANCARA
Misalnya dari yang murung, tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat bahagia atau
sebaliknya. Pada fase turun atau yang disebut periode depresi, penderita gangguan
bipolar biasanya terlihat sedih, lesu, dan tidak bergairah. Sedangkan pada fase
naik atau mania, penderita kondisi ini bisa menjadi sangat bersemangat, enerjik,
dan banyak bicara. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RS. Premiere Bintaro dr.
(ODB) ditandai gejala empat episodik, yakni mania, hipomania, depresi dan
atau mania, hipomania, depresi dan campuran,” seperti yang diutarakan saat
Episode Mania
Gangguan mood saat episode mania bersifat berlebih, luas dan cepat
berkurangnya kebutuhan tidur, bicara cepat dan banyak, gagasan dan pikiran terus
matang). Episode ini muncul paling tidak selama sepakan. “Kalau ditemukan
minimal tiga indikasi tersebut dan bersifat menetap, berarti Anda memiliki
Episode Hipomania
mania. ODB hipomania sulit didiagnosa karena gejalanya mirip seperti orang
dengan tingkat kreativitas dan produktivitas tinggi. Umumnya episode ini muncul
paling sedikit empat hari. Namun hipomania dapat terlihat pada tanda seperti
bergaul, peningkatan libido, sulit berkonsentrasi serta tidak bisa duduk tenang.
tersebut.
84
Episode Depresi
Gejala pada episode depresi adalah kebalikan sisi mania dan hipomania,
serta muncul minimal dua pekan. Menurut dr. Yenny, hanya memenuhi minimal
berkurang, percaya diri turun, rasa bersalah, masa depan suram, tidur terganggu
keinginan mengakhiri hidup. “Bahkan pada kasus berat terjadi simtom psikotik
Episode Campuran
munculnya episode mania dan depresi secara bersamaan. Beberapa tanda ini
meliputi swing mood, mudah marah, panic attack, bicara cepat, agitasi, menangis,
ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham dan
kadang-kadang bingung.
(ditandai episode manik dan depresi maupun episode campuran), serta tipe 2
(ditandai depresi dan hipomania) dan gangguan siklotimia. Awalnya ODB tidak
85
kegawatan, rawat inap, rawat jalan dan obat-obatan. Pengobatan pasien bipolar