SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Disusun Oleh:
Indira Awaliyah
1112044100050
v
KATAPENGANTAR
menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir
zaman.
dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat
diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang berbeda-
beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat dan dukungan yang diberikan
tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan
2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M,Ag. Selaku Ketua Program Studi Hukum
vi
3. Arip Furkon, S.HI ., M.A. Sebagai dosen pembimbing skripsi penulis,
4. Dr. KH. A. Juaini Syukri, L.c.,M.A dan Hj. Hotnidah Nasution, M.A.
5. Hj. Rosdiana, M.A., dosen penasehat akademik penulis, yang telah sabar
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-
ilmu yng tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan Perpustakaan
Hidayatullah Jakarta dan bagian tata usaha Fakultas Syariah yang telah
7. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda H.A Basyuni
Al hajbuni dan ibunda Hj. Lilis Syaidah yang telah memberikan motivasi
serta arahan yang tak pernah jenuh serta tiada henti mendoakan penulis
tiada tara.
vii
Cepi Jaya Permana,, selalu memberikan doa, dukungan dan semangat
Reza, Ricky, Habibi, sarifah, Siti hanah, Ais, terimakasih atas masa-masa
indah yang kita lalui di HMPS Hukum Keluarga (sudah waktunya untuk
seluruh kader yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tetaplah
semangat berproses.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak
yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh kaena itu, saran dan kritik penulis
bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca dan umumnya serta
menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan, do'a, motivasi yang
Ttd
Indira Awaliyah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN
PERKAWINAN
ix
B. Pembatalan Perkawinan Menurut Empat Madzhab........................... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.... .................................................................................. 75
B. Saran ................................................................................................ 77
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
dibenua yang sama namun dengan wilayah territorial yang berbeda. Indonesia
berada di Asia bagian Tenggara sedangkan Turki berada di benua Asia bagian
Undang-Undang atau hukum keluarga Islam dari dua negara tersebut, timbul
terdapat dua kelompok besar agama samawi dan agama non samawi yang
Khon Khucu, dan Katolik. Keseluruhan agama tersebut memiliki tata aturan
1
M.Atho‟ Muzdhar, Khairudin Nasution, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam
Modern,(Jakarta:Ciputat Press,2003),h.46.
2
Pasal 1 UUD 1945
1
2
satu sama lain adalah perbedaan, akan tetapi tidak saling bertentangan. Di
No. 1 Tahun 1974 lembaran Negara RI. Adapun penjelasan atas Undang-
hukum umat Islam Indonesia. Sebagaimana yang telah dicetuskan oleh Prof.
tipe fikih local dapat disamakan dengan fikih hijazi, Fikih Misri, Fikih Hindi,
berbagai fikih dalam menjawab satu persoalan fikih. Di dalam sistem hukum
Tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975,
nasional.4
Eropa dan Asia dengan luas 780.576 KM. Serta terbagi atas 67 provinsi.
beragama Islam dan 2% terdiri dari kelompok yahudi, katolik roma dan
3
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h.
68
4
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h.
60
5
Miftahul Huda, Studi Kawasan Hukum Perdata Islam, (Stain Ponogoro Press, 2014), h.
64-65.
6
M. Atho‟ Muzhdar dan Khoiruddin Nasution (ed.), Hukum Keluarga di Dunia Islam
Modern, h. 37
4
hukum keluarga yang diundangkan pertama kali di dunia Islam. Isi hukum
Sunni.7
Undang tahun 1917 dengan lahirnya Qanun-i Qarar Huquq al-Illah al-
tentunya tidak terlepas dari proses panjang pengundangan yang telah dilalui.
komit reformasi hukum dibentuk untuk merancang draft hukum sipil secara
hukum kembali dilakukan. Hasilnya pada tahun 1924 konstitusi nasional baru
7
Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, (New Delhi: N.M.
TRIPATHI PVT. LTD. 1972), H. 17
8
Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern, alih bahasa: MachnunHusein, (Surabaya:
Amarpress, 1990), h. 27.
5
terciptalah Undang-Undang Sipil Turki (The Turkish Civil Code) yang berisi
mengadopsi The Swiss Civil Code 1912 dengan sedikit perubahan sesuai
menjelaskan bahwa pernikahan dianggap batal jika ada rukun atau syarat
untuk masa yang akan datang, pernikahan dengan salah satu mahram,
pernikahan dengan salah seorang wanita yang masih berstatus istri orang lain,
9
Wahbah al-zuhaili, al-Fiqh al-islami wa Adillatuhu,Vol. VII ( Beirut : Dar al-Fikr,
1989).h. 112.
6
sebatas sakit jiwa dan cacat permanen, tidak dijelaskan secara rinci yang ada
didalam literature fiqh bagi umat Islam. Kompilasi Hukum Islam yang
pada Bab XI pasal 70 sampai dengan pasal 76, dimana pada pasal 71
sengketa pembatalan perkawinan yang diajukan oleh suami atau istri yang
terhadap:
2. Suami atau isteri yang bertindak dengan beritikad baik, kecuali terhadap
1. Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau isteri murtad.
hukum tetap.
bertindak sebagai wali nikah merupakan abang kandung dari calon mempelai
wanita.
Pengadilan Agama di wilayah hukum tempat tinggal suami atau isteri atau
Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak
a. Pengajuan Gugatan.
b. Penerimaan Perkara.
c. Surat permohonan.
d. Persidangan.
4. Pihak suami isteri mempunyai hak yang seimbang dalam pengajuan cerai
5. Suami atau isteri yang nusyuz (dalam hal ini zina yang dijadikan alasan
atau bangsa muslim. Maka dari itu peneliti mengangkat judul tentang
B. Identifikasi Masalah
1. Pembatasan Masalah
Tahun 1974 pasal 22 sampai dengan pasal 28 dan Peraturan Pemerintah No.9
tahun 1975 pada pasal 37 dan 38, dan di dalam Kompilasi Hukum Islam yang
pada Bab XI pasal 70 sampai dengan pasal 76, dimana pada pasal 71
2. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari pemahaman
tersebut, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut
Turki.
sebagai berikut :
hukum perdata.
Agama Boyolali.
University, 2014.
keluarga Islam No. 17 Tahun 2003 Negara Johor. UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
yang sudah ditulis terdahulu tampak bahwa apa yang penulis tulis dalam
skripsi ini berbeda dengan apa yang sudah ditulis oleh peneliti-peneliti
terdahulu.
14
F. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam
penelitian ini data disajikan dari dokumen resmi peraturan hukum yang berlaku
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
komprehensif dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah. Metode studi pustaka ini membantu untuk memahami fenomena
sosial yang terjadi di Indonesia dan Turki mengenai hukum keluarga khususnya
10
Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Hal.4
15
3. Sumber Data
data penelitian berupa data primer dan data sekunder.14 Dalam melakukan
11
Hadari Nawawi Martini Mimi, Penelitian Tahapan (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada,1996), h. 23.
12
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1997), h. 41
13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, h. 42.
14
Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Pernanda Media
Grup,2008),h. 141.
16
terbagi ke dalam dua kriteria, yaitu sumber data utama (primer) dan sumber
ini adalah:
4. Subyek Penelitian
15
Abd Rahman , Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika
Pressindo,2010.h.129.
16
Lexi Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya,2005). Cet. XXI, h.6.
17
Terdapat tiga teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian
kedua negara. Setelah data primer direduksi, maka data disajikan dalam
teori yang akan digunakan. Setelah dianalisis secara mendalam dengan teori-
7. Prosedur Penelitian
18
dan juga pelacakan dokumen yang berkaitan dengan tema studi ini. Proses
refleksi atas data yang telah dikumpulkan sementara. Dalam penelitian ini,
8. Instrumen Penelitian
valid, reliabel, dan obyektif. Data yang valid adalah data yang sesungguhnya
dokumen primer yang diteliti dari kedua negara tersebut. Kemudian jika
17
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
19
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang
konstan atau tentatif. Maka peneliti akan menemukan ciri-ciri dari unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
G. Sistematika Penulisan
adalah BAB perbab, dimana antara BAB yang satu dengan BAB yang lainnya
sebagai berikut:
18
Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
19
Creswell, J.W. (2014). Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
20
hukum keluarga.
BAB II
1. Pengertian Perkawinan
Istilah “nikah” berasal dari bahasa Arab atau disebut dengan al-nikah
disebut dengan al-dammu wa al-jam‟u, atau „ibarat „an al-wath wa al-„ aqd
mempunyai makna yang sama, dan dalam karya tulis ini digunakan istilah
perkawinan.
bentuk garis-garis besar saja, seperti hal nya perintah agama melainkan
Qur‟an diterangkan dalam lebih dari 8 surat, adapun inti hukum perkawinan
20
Wahbah al-Zuhailu, al-fi h Wa Adillatuhu, juz VII, Damsyi: Dar al-Fikr, 1989, h. 29
21
22
berarti termasuk golonganku dan barang siapa yang benci sunnahku berarti
perkawinan itu.
bersenang-senang.
21
Sayuti Thalib, Hukum kekeluargaan Indonesia, Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
1986. H. 4
23
kewajiban
sebagai, ibarat tentang akad yang masyhur yang terdiri dari rukun dan
lahir dan batin antara seorang pria dan wanita masing-masing menjadi
nikah atau ziwaj. Kedua istilah ini dilihat dari arti katanya dalam
22
Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/19 4 sampai KHI, KENCANA, 2004, h.
42
24
keluarga bahagia.
yang diadakan oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang
Pancasila.
23
R. Abdul Jamali. Hukum Islam. Mandar Maju. Bandung, 2000, h.78
24
Soedharyo Soimin. Hukum orang dan Keluarga. Sinar Grafika. Jakarta. 2004. h.73
25
SWT.25
Tuhan Yang Maha Esa yang membawa akibat hukum, yaitu timbulnya
diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai
Allah.
Perkawinan atau istilah lain yang sama maksudnya yang telah berlaku sejak
25
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, UII Press, Yogyakarta, 2000, h. 14
26
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama
Jakarta, 1992/1993.
26
Tata tertib dan kaidah-kaidah ini pula yang telah dirumuskan dalam
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
“ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
isteri”. Dalam perkataan ikatan lahir batin itu dimaksudkan bahwa hubungan
suami istri tidak boleh semata-mata hanya berupa ikatan lahiriah saja dalam
makna seorang pria dan wanita hidup bersama sebagai suami istri dalam
untuk membentuk suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
warrohmah (keluarga yang tenteram penuh kasih dan sayang). Pada buku
suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk
27
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, liberty,
Yogyakarta, 1986, h. 3
28
berikut
kemanusiaan.
terhadap siapa saja, maka keadaan manusia itu tidak ubahnya seperti
perkawinan maka terjalin ikatan lahir antara suami isteri dalam hidup
(mawaddah wa rahmah).
yang sah.
1974, yaitu:
spiritual.
lebih dari seorang isteri, meskipun hal itu dikehendaki oleh orang-
pengadilan.
bersama.
1. Asas sukarela,
2. Partisipasi keluarga,
3. Perceraian dipersulit,
perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya salah satu rukun, perkawinan tidak
adalah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan tetapi tidak termasuk
28
Arso Sosroatmodjo dan Wait Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bulan Bintang.
Jakarta, 19 8, h. 35
33
berlaku.
perumusan Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-
Dasar 1945”. Dari penjelasan itu dapat diambil kesimpulan bahwa sah atau
3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam
5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam
belas) tahun.
35
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
tua tersebut dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku
juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan
wanita.
b. Wali.
c. Saksi.
d. Akad nikah.
a. Beragama Islam
b. Laki-laki
c. Jelas orangnya
29
Ahmad Rafik, Hukum Islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, h. 1
36
a. Beragama Islam
b. Perempuan
c. Jelas orangnya
a. Laki-laki
b. Dewasa
d. Islam
37
e. Dewasa
tersebut
f. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau
umrah
g. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu
calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua
orang saksi.
Rukun dan syarat perkawinan wajib dipenuhi, bila tidak maka tidak
sah. Dalam kitab al-Figh „ala al-Mazhib al-Araba‟ah disebutkan bahwa nikah
fasid yaitu nikah yang tidak memenuhi syarat-syaratnya, sedang nikah batil
adalah nikah yang tidak memenuhi rukunnya dan hukum nikah fasid dan
Kebebasan dalam hal memilih jodoh merupakan hak dan kebebasan bagi
Islam.
Allah SWT.
Prinsip ini didasarkan pada firmanAllah SWT yang terdapat pada QS. Al-
dan kekurangan.
Prinsip ini berdasar firman Allah SWT QS. An-Nisa‟: 19. Prinsip ini
wanita.
bukunya Fiqh Islam Wafadiilatuhu bahwa nikah bisa dianggap rusak atau
39
a. Apabila istri kembali menjadi kafir setelah ia masuk Islam atau setelah
yang mana terlebih dahulu si istri yang awalnya bukan beragama Islam
Islam agar kedua pernikahan mereka sah, tetapi jika si istri kembali
Abi Hanifah dan Muhammad jika diantara kedua pasangan suami istri
hukumnya pernikahan yang akan jatuh pada perihal kasus ini adalah
pasangan dari suami istri tersebut ada yang berpindah agama maka
30
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6866
40
hukum, contohnya apabila salah satu dari suami istri pergi ke negara
negara yang berbeda secara haikat dan hukum, dan salah satunya oergi
keadaan kafir maka terputuslah akad tersebut secara fasakh atau rusak.
31
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6866
41
hakim.32
istri tersebut atau bahkan kedua pasangan tersebut belum ada satupun
yang cukup umur diantaranya, kedua hal ini yang memutuskan adalah
karena adanya cacat yang dimiliki oleh seorang istri maka putusnya
akad tersebut menjadi talak yang juga diputuskan oleh hakim. Dalam
perihal ini.
masih menjadi budak , maka diberikan kepada sang istri dua pilihan
32
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6866
42
sebab pihak suami maka terjadilah fasakh bukan talak karena wanita
antara mereka, karena hal itu sama saja dengan berhutang dan jika
Nikah mut’ah menurut Imam Malik sebagai salah satu nikah fasakh yaitu
33
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6867
43
lainnya tidak seperti menikahi wanita tanpa adanya wali dari pihak
fasakh karena tidak adanya wali dari pihak perempuan, nikah ini
berikut:
Dalam hal ini kita di peringati oleh Allah Swt untuk menjaga
lisan agar terus dengan baik, bahwa jika terucap kata-kata yang buruk
anut terlebih dahulu sebelum dia menikah dengan sang istri, maka
permanen, dan terjadi fasakah dengan cepat kecuali cacat seperti impoten
maka jika terjadi demikian ditunda dulu selama setahun setelah penyakit
34
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6868
45
itu timbul, perpisahan karena seorang laki laki dan seorang budak
ibunya atau anaknya ketika bersetubuh, dan ditawannya suami istri atau
murtad salah satunya, dan menikahi dua orang yang masih bersaudara atau
menikahi wanita lebih dari empat, dan apabila suami atau istri memiliki
yang lainnya, dan apabila seorang suami menceraikan istrinya tanpa alasan
yang pantas, pindah agama dari agama satu ke agama yang lainnya seperti
dari agama yahudi ke agama nasrani, menikahi saudara satu susu dengan
ada kata-kata cerai, maka dari pihak istri dapat mengajukan fasakh
35
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6869
36
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6870
46
Pendapat Imam Hanbali ini sama dengan keempat madzhab yang lain
c. Ada penyakit gila atau penyakit ayan, atau cacat yang dimiliki oleh
istri seperti rapat kemaluan, bau, bisul atau ada tulang yang menonjol
Pernikahan beda agama atau menikahi orang yang bukan satu agama
pernikahan mereka, sama hal nya dengan murtadnya salah satu dari
kedua mempelai.37
lebih dari empat bulan dan tidak melakukan hubungan badan, dan
37
Wahbah Zuhaili, Fiqh al-islami Wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 6870
47
akan dijalaninya.
oleh hakim.
.
BAB III
rukun nikah.
Surah An-Nisa: 22
itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putera,1989,
h. 120
48
49
yang telah kamu campuri tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putera,1989,
h. 120
50
nikahnya batal, apabila si suami telah menggaulinya, maka bagi dia berhak
(memberi ijin) maka wali hakim (pemerintah) lah yang menjadi wali bagi
kecuali al-Nasa‟i).4
sah, dan segala sesuatu yang dinyatakan tidak sah, maka keadaan itu dianggap
3
Al-Imam Zainudin Ahmad, Ringkasan Shahih Al-Bukhori, Bandung: Mizan Media
Utama,h. 791.
4
Ahad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 83
51
a. Pertunangan
b. Umur pernikahan
c. Larangan perkawinan
d. Resepsi pernikahan
e. Pembatalan perkawinan
5
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Medan: 1975, h. 71
6
Umar Faruq Thohir,” Reformasi Hukum Keluarga Islam di Turki,” dalam Khairudin
Nasution, dkk (ed), Hukum Perkawinan dan Warisan di Dunia Muslim Modern, Cet. 1
(Yogyakarta: ACAdeMIA, 2012)., Hlm 94.
7
Taufikurrahman Syahuri, Legislasi Hukum perkawinan di Indonesia,(Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013 ),h. 108.
52
h. Hukum waris
harapan masyarakat 8
8
Umar faruq Tohir, “Reformasi Hukum Keluarga Islam Turki”. Dan Kaahiruddin
Nasution, dkk, Hukum Perkawinan dan Warisan di Duinia Muslim Moderen, Cet 1( Yogyakarta:
ACAdeNIA,2012). H.101
53
diartikan bisa batal atau bisa tidak batal, bilamana menurut ketentuan
dapat disini tidak bisa dipisahkan dari kata dibatalkan yang berarti bahwa
perkawinan semula itu adalah sah, kemudian baru menjad batal karena
adanya putusan pengadilan sebagai lawan batal demi hukum. Jadi kalau kita
ada yang bisa dibatalkan dan ada yang tidak bisa dibatalkan atau ada
terhadap wali nikah dan calon suami istri tersebut, untuk mengetahui apakah
ada syarat perkawinan yang tidak terpenuhi atau tidak ada halangan yang
itu, atau ditempat tinggal kedua mempelai, atau ditempat tinggal suami atau
dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam Pasal 20 sampai
dengan Pasal 36. Sehingga dapat lebih jelaslah cara untuk melakukan
pembatalan perkawinan, yaitu sama hal nya dengan cara gugatan perceraian
yang secara terinci diatur pula dalam Pasal 20 sampa dengan Pasal 36,
perkawinan itu.
lain yaitu:
Pencatat Nikah.
keduanya perempuan.
perkawinan oleh Negara ditentukan pula oleh sah atau tidaknya perkawinan itu
perkawinan itu ada. Pembatalan itu tidak mempunyai akibat hukum yang
yang jelas dan resmi sebagai anak dari orang tua mereka. Oleh karena itu
b. Suami atau istri yang beritikad baik, kecuali terhadap harta bersama, bila
tidak mempunya akibat hukum yang berlaku surut. Karena itu segala
atau dipikul bersama oleh suami istri yang telah dibatalkan perkawinannya
57
mazhab tertentu yaitu mazhab Hanafi. Pada tahun 1915 muncul dua Dekrit
ditinggal suami atau karena suami menderita penyakit. Hal tersebut berakibat
gejolak politik yang besar sebagai bentuk akan dimulainya masa peralihan dari
12
Yahya Harahap Kedudukan dan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta;
Sinar Grafika, 2005.h. 81
13
Umar faruq Tohir, “Reformasi Hukum Keluarga Islam Turki”. Dan Kaahiruddin
Nasution, dkk, Hukum Perkawinan dan Warisan di Duinia Muslim Moderen, Cet 1( Yogyakarta:
ACAdeNIA,2012). H. 99
58
mengajukannya.
dalam perceraian, dan sejak saat itu pembatalan harus dijatuhkan di pengadilan
antara lain berkaitan dengan ganti kerugian, dispensasi kawin, pasangan suami
istri diberi kesempatan untuk memperbaiki hubungan ketika pisah ranjang, juga
ganti rugi, dispensas kawin, perbaikan hubungan ketika bercerai, dan kehendak
15
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelasanaan Undang-
Undang Perakawinan No. 1 tahun 1974, Pasal 37
60
pemohonan. Dalam hal ini termohon berada di luar negeri, maka Ketua
38 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 29 ayat (1)
Negara Turki memiliki kesamaan dalam hal ini yaitu pembatalan dapat
ketentuan itu yang untuk menceraikan isterinya jika, pihak dari suaminya
Sesuai dengan The Turkish Family Law of Cyprus tahun 1951 pasal 19
dijelaskan, bahwa suatu pernikahan harus dibatalkan apabila salah satu pihak
2. Salah satu pihak pada saat pernikahan menderita sakit jiwa maupun
yaitu:
a. Para keluarga dari garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri.
b. Suami atau istri. Ini berarti si suami atau istri sesudah perkwinan dapat
yang disebutkan pada sub a dan sub b, maka pejabat yang berwenang tidak
pengadilan.
d. Salah seorang dari salah satu pihak yang masih terikat dalam perkawinan
berlaku mutlak bagi laki-laki saja sebagaimana bagi seorang istri mutlak
tidak boleh kawin dengan laki-laki lain selama dia masih mempunyai
seorang suami yang sah. Akan tetapi, bagi seorang laki-laki sesuai dengan
selama dia belum memberikan izin persetujuan atas perkawinan yang baru
dilakukan oleh seorang suami. Akan tetapi bagi seorang suami selamanya
pembatalan kapan pun atas perkawinan baru yang dilakukan oleh seorang
istri.
e. Pembatalan dapat juga dimintakan oleh pihak kejaksaan sesuai dengan yang
apabila wali yang bertindak adalah wali yang tidak sah atau apabila
atas dari suami atau istri, Suami atau istri. Ini berarti si suami atau istri
dari salah satu pihak yang masih terikat dalam perkawinan dapat
17
Yahya Harahap Kedudukan dan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta;
Sinar Grafika, 2005. h. 73
18
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text and coparative
Analysis) Academy of law and Religion, New delhi, 1987,h.264
BAB IV
DAN TURKI
Turki
melalui Rasul-Nya yang wajib diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang
maupun dengan sesama manusia dan benda, dasar-dasar hukum ini dijelaskan
atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah SAW. Oleh karenanya syari‟at
diwarnai oleh kepribadian Arab (Arab oriental dan lebih dekat kepada tradisi
Madzhab Syafi‟i. Hal ini dapat dilihat dari kitab-kitab rujukan yang dipakai
Syafi‟iyyah.2
Kondisi seperti ini terlihat pula pada rumusan Kompilasi Hukum Islam
yang dirumuskan oleh para ulama Indonesia yang kental dengan warna
1
Daud Ali, M. Hukum Islam PIH dan THI Indonesia , (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), h. 42
2
Abdul Hadi Muthohar, Pengaruh Madzhab Syafi’I di Asia Tenggara, Fikih dalam
Peraturan perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia, Brunei, dan Malaysia,
(Semarang: PT Pustaka Jaya Abadi,2008), h. 88.
65
66
Kedua, dilihat dari aspek substansi (ruang lingkup) hukum Islam yang
bidang ekonomi Syariah , namun secara Praktik belum dapat ditangani PA).
kuat bahwa hukum Islam diharapkan menjad bagian dari hukum positif
bahwa ada harapan dengan diangkatnya menjadi hukum negara, hukum islam
akan memiliki daya ikat yang kuat untuk ditaati oleh masyarakat yang
3
Abdul Hadi Muthohar, Pengaruh Madzhab Syafi’I di Asia Tenggara, Fikih dalam
Peraturan perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia, Brunei, dan Malaysia,
(Semarang: PT Pustaka Jaya Abadi,2008), h. 91-92.
4
Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Transformasi pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 269.
67
ikut serta menentukan formulasi hukum Islam yang mana dan seperti apa
Salah satu fenomena yang muncul di dunia Muslim pada abad 20 adalah
menjadikan suami isteri berkedudukan sama dalam perceraian, dan sejak saat
undang sipil turki 1926 antara lain berkaitan dengan ganti kerugian, dispensai
5
Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Transformasi pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 271.
6
Prof. Dr. Abu Su‟ud, Islamologi, Sejaran, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban
Manusia, h. 101.
68
mempunyai peran penting dalam sejarah hukum Islam, terutama di Asia Barat.
Hukum perdata Turki pada awalnya didasarkan pada Madzhab Hanafi, juga
di Turki, Syiria dan Libanon. Dan Madzhab ini dianut sebagian besar
hukum keluarga di Turki pada mulanya, hal tersebut nampaknya tidak terlepas
murid Imam Abu Hanifah kedua yang langsung berguru kepadanya setelah
Abu Yusuf Ya‟kub ibn Ibrahim al-anshari (113-182 H). Sepeninggal Imam
Abu Hanifah, Muhammad ibn Hasan berguru kepada murid utamanya yaitu
Abu Yusuf. Bahkan sempat dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, semasa
7
Umar faruq Tohir, “Reformasi Hukum Keluarga Islam Turki”. Dan Kaahiruddin
Nasution, dkk, Hukum Perkawinan dan Warisan di Duinia Muslim Moderen, Cet 1( Yogyakarta:
ACAdeNIA,2012). H.100-101
8
Fadil Sj, Pasang Surut Peradaban Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.258.
69
hidupnya Muhammad ibn Hasan juga sempat berguru kepada Al-Imam Malik
tetepi tidak mustaqil karena beliau tetap masih merujuk kepada Madzhab
gurunya. Beliau adalah salah seorang murid yang paling banyak menyusun
buah fikir Abu Hanifah. Madzhab Hanafi pada masa Khilafah Bani Abbasiyah
merupakan madzhab yang banyak dianut oleh umat Islam dan pada
di Timur.
perkawinan.
1. Terhadap Anak
b. Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap
sebagai berikut:11
11
Wibowo Reksopradoto, Hukum Perkawinan Nasional Jilid II Tentang Batal dan
Putusnya Perkawinan, Semarang: 1978, h. 25-58.
71
perkawinan tersebut.
tidak berlaku surut, sehingga dengan demikian anak-anak ini dianggap sah,
meskipun salah seorang orang tuanya beritikad atau keduanya beritikad buruk.
Sedangkan bagi mereka yang kedua orang tuanya beritikad buruk, maka
anak-anaknya dianggap anak luar kawin, dan dianggap tidak ada perkawinan.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 lebih adil kiranya bahwa semua
kedua orang tuanya beritikad buruk anak tersebut masih anak sah.
orang tua, hanya karena kesalahan orang tuanya, dengan demikian menurut
mempunyai status hukum yang jelas sebagai anak sah dari kedua orang tuanya
Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap
terlebih dahulu harus dilihat mengenai kedudukan harta orang Islam secara
umum. Dalam bidang harta kekayaan seseorang dan cara penggabungan harta
tersebut dengan harta orang lain dikenal dengan nama syirkah atau syarikah.
Dilihat dari segi asal-usulnya harta suami dan istri dapat digolongkan
meraka kawin baik berasal dari warisan, hibah atau usaha mereka sendiri-
atas usaha mereka berdua atau usaha salah seorang mereka atau disebut
harta pencarian.
Pada dasarnya harta suami dan istri terpisah, baik harta bawaannya
masing-masing atau harta yang diperoleh oleh salah seorang suami istri
atas usahanya sendiri-sendiri maupun harta hibah yang diperoleh oleh salah
12
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: h. 83-84
73
seorang mereka karena hadiah atau hibah atau warisan sesudah mereka
pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta istri
adanya harta milik masing-masing suami dan istri.13 Harta istri tetap
menjadi hak istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami
yang menjadi milik bersama, hanya saja tidak boleh merugikan pihak yang
beritikad baik harus diuntungkan, bahkan bagi pihak yang beritikad buruk
ditanggung.
tidak boleh dirugikan, sedangkan harta kekayaan yang beritikad baik bila
ternyata dirugikan, kerugian ini harus ditanggung oleh pihak yang beritikad
tidak mempunya akibat hukum yang berlaku surut, jadi segala perbuatan
perdata atau perkatan yang diperbuat suami dan istri sebelum pembatalan
13
Pasal 85 Kompilasi Hukum Islam
14
Pasal 86 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam
74
perkawinan tetap berlaku, dan ini harus dilaksanakan oleh suami istri
mereka anak sah dari ibu dan bapaknya. Oleh Karena itu anak-anak tetap
tuanya.
yaitu perkawinan batal demi hukum seperti yang memuat pada Pasal 70 dan
perkawinan yang dapat dibatalakan seperti yang terdapat pada Pasal 71.
telah mereka lahirkan yang termuat pada Pasal 76 Kompilasi Hukum Islam.
karena seolah ia tidak pernah menikah secara sah secara hukum agama
tetap gadis dan bujang, bukan janda dan duda. Karena mereka
perkawinan yang diatur dalam The Turkish Family Law Of Cyprus Tahun
1951 Pasal 19. Inilah yang menjadi dasar hukum pembatalan perkawinan
inilah yang kemudian dijalankan hingga saat ini. tak terkecuali juga
Barat. Perkawinan secara agama adalah illegal dan akan dikenakan sanksi
a. Unifikasi perkawinan
meliputi tiga hal diatas. Petama unifikasi hukum perkawinan. Hal tersebut
perubahan situasi dan kondisi yaitu suatu hal yang tidak dapat dihindarkan
oleh manusia. Merupakan hukum alam yang sudah ditentukan oleh Allah
SWT untuk selalu mengirigi kehidupan manusia. Atas dasar itu, sangat
77
gender yang patrialkal seiring waktu mulai bias dan memunculkan ruangb
PENUTUP
A. Simpulan
Pemerintah No.9 Tahun 1975 dalam Bab VI Pasal 37 dan 38. Dan
pasal 76, Hukum Keluarga di setiap negara jelas dipengaruhi oleh fikih
78
79
sebab yang berbeda beda dan tentunya isi hukum dengan isi hukum yang
3. Indonesia dan Turki sama-sama diatur dalam Hukum Positif yang berlaku,
22-28 dan Peraturan Pemerintah No.9 Tahunn 1975 Pasal 37 dan 38,
yang dimuat dalam pasal 28 ayat (1), Batalnya suatu perkawinan dimulai
hukum keluarga Islam di Turki juga berbeda beda , namun secara umum
B. Saran
tulisan ini penulis ingin memberikan sedikit saran pada para pihak yang
berkompeten dalam bidang ini, kepada para pembaca khususnya pada seluruh
umat Muslim. Semoga dapat menjadi masukan yang membangun dan dapat
diterima. Adapun saran lainnya yang dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Skripsi ini membahas persoalan hukum yang cukup penting bagi berbagai
keputusan hukumnya.
Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004
Daud, Ali.Hukum Islam PIH dan THI Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1996
Firdaweri Dra, Hukum Islam tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1989.
Hamid, Tahir. Berapa hal baru tentang Peradilan Agama dan Bidangnya, Sinar
Grafika
Huda, Miftahul. Studi Kawasan Hukum Perdata Islam, Stan Ponorogo Press, 2014
83
84
Ramulyo, Moh Idris. Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari suatu
Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Jaarta: Bina
Aksara, 1990
Sabiq Sayid, Fiqih Sunnah VII, Penerjemah Mahyudin Syaf Bandung: PT.
alma‟arif,1981.
Soimin, Soedharyo. Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta: Sinar Grafika, 2004
Umar faruq Tohir, “Reformasi Hukum Keluarga Islam Turki”. Dan Kaahiruddin
Nasution, dkk, Hukum Perkawinan dan Warisan di Duinia Muslim Moderen, Cet
1( Yogyakarta: ACAdeNIA,2012).
Sj, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam, Malang: UIN Malang Press , 2008