PERUNDANG - UNDANGAN
Studi Pada: Perumahan Kota Kembang (Grand Depok City)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H.)
Oleh:
i
هللا َّامر ْ َْح ِن َّامر ِح ْ ِي
ِ ب ِْس ِم
KATA PENGANTAR
ii
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A yang
telah mencurahlan pengetahuan dan pengalamannya selama masa kuliah.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, M.A sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah yang telah
memberikan tuntunan dan arahannya selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M sebagai
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan
bimbingan serta masukan atau saran-saran yang baik sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Bapak Dr. Syahrul Adam, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
5. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selama ini telah
membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis di bangku kuliah. Serta
segenap karyawan yang telah membantu menyelesaikan administrasi.
6. Segenap jajaran Staf dan Karyawan akademik, Perpustakan Utama dan
Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas
berupa buku-buku untuk menambah pengetahuan penulis dan pengadaan
studi kepustakaan.
7. Bapak Drs. Umar Nasir Assubhi dan Bapak Ikhwanuddin, S.Ag, MM.Pd,
selaku Kepala Seksi BIMAS dan Pelaksana BIMAS Kantor Kementerian
Agama Kota Depok yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-
data yang diperlukan selama penulisan skripsi ini.
8. Kepada saudara-saudara kandungku tercinta, Nandyasari Hanindyo Putri,
Indie Yazida Priyanka Nastiti dan Muhammad Tauhid Alif Al-Musthafa
yang selalu mendukung secara penuh kepada penulis sampai akhirnya
skripsi ini terselesaikan.
9. Kepada teman kelas Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014, Alen,
Fauzan K, Fauzan N, Adam, Imam, Rifqon, Amik, Rizky, Faizah, Syifa,
Amel, Thoivah, Yani, Fika, Fariha, Eti, Iqoh, Ismy, Wienda, Cipo, dan
tidak bisa sebutkan secara keseluruhannya.
iii
10. Kepada sahabat tercinta Fikrotul Jadidah dan Siti Khodijah yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi sampai
tahap akhir penulisan skripsi.
11. Kepada teman satu perjuangan Fildzah Permata Rizki Nasution dan Siti
Gina Imania yang senantiasa bersama-sama saling berkonsultasi satu sama
lain sampai skripsi ini selesai.
12. Kepada Kostan Pojok Atas, Dewi Murti Hidayat, Liana Farikhati, dan
Lutfah Rokmanah yang selalu mendukung penulis untuk selalu semangat
dan berjuang hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum mencapai
Kesempurnaan dalam arti sebenarnya, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada
umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Wakaf dalam Islam ......................................................... 17
B. Ruislag menurut Peraturan Perundang-undangan .......... 31
v
BAB IV ANALISIS RUISLAG TANAH WAKAF MENURUT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Prosedur Penggantian Nazhir .................................................. 42
B. Prosedur Pendaftaran Ruislag Tanah Wakaf ......................... 46
C. Sanksi Penyalahgunaan Tanah Wakaf ..................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 62
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah menjadi bagian yang amat penting bagi kehidupan bermasyarakat.
Dimana manusia tidak dapat dipisahkan oleh tanah, karena tanah menjadi
tempat tinggal serta sumber makanan berasal dari tanah pula. Seiring dengan
perkembangan zaman yang amat pesat, menjadikan tanah sebagai modal
utama di berbagai aspek. Peran penting dari tanah menjadikan tanah dapat
diperoleh dari jual beli, hibah, wakaf maupun tukar menukar.
Tidak semua hal mengenai tanah dapat berjalan sesuai dengan keinginan,
ada saja permasalahan-permasalahan yang muncul sehingga berpengaruh
pada kehidupan dalam bermasyarakat. Masalah tanah dari hari ke hari kian
mencuat. Dengan banyaknya masalah persoalan tanah tersebut, Pemerintah
akhirnya mengambil tindakan dengan mengeluarkan undang-undang sebagai
solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Salah satunya adalah undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 telah
mencantumkan adanya suatu ketentuan khusus sebagaimana tersebut di dalam
Pasal 49 ayat 3 yang menyatakan bahwa :1
Perwakafan tanah milik telah dilindungi dan diatur dengan Perwakafan
Pemerintah.
Perwakafan tanah telah diatur oleh pemerintah dengan mengeluarkan
berbagai undang-undang atau peraturan pemerintah. Diantaranya ada
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008.
1
Budi Harsoni, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agrari ), Djambatan, Jakarta : 1999, h., 350.
1
2
2
Pedoman Pengelolaan dan Perkembangan Wakaf, Kementerian Agama Republik
Indonesia Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013,
h., 3.
3
sudah mulai diurus dan dikembangkan secara produktif. Bahkan wakaf dalam
bentuk uang dan barang berharga lainnya pun sudah mulai diperkenalkan.3
Wakaf adalah salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT yang mana dalam hal ini berkaitan erat pada harta benda. Dari
pemberian wakaf, ada beberapa aspek yang amat berpengaruh pada
kehidupan manusia, yaitu, aspek keagamaan, ekonomi dan juga sosial. Wakaf
merupakan salah satu instrumen dalam Islam untuk mencapai tujuan ekonomi
Islam yaitu mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Negara-negara
berpenduduk muslim seperti Mesir, Saudi Arabia, Yordania, Turki,
Bangladesh, Malaysia dan Amerika Serikat, mengembangkan dan
menerapkan wakaf sebagai salah satu instrumen untuk membantu berbagai
kegiatan umat dan mengatasi masalah umat seperti kemiskinan.4
Dalam Islam amalan wakaf memiliki kedudukan yang sangat penting
seperti halnya zakat dan sedekah. Wakaf mengharuskan seorang muslim
untuk merelakan harta yang diberikan untuk digunakan dalam kepentingan
ibadah dan kebaikan. Harta wakaf yang sudah diberikan sudah bukan menjadi
hak milik pribadi melainkan hak milik umat. Wakaf bisa dijadikan sebagai
lembaga ekonomi yang potensial untuk dikembangkan selama bisa dikelola
secara optimal, karena instusi perwakafan merupakan salah satu aset
kebudayaan nasional dari aspek sosial yang perlu mendapat perhatian sebagai
penopang hidup dan harga diri bangsa. Oleh karena itu kondisi wakaf di
Indonesia perlu mendapat perhatian ekstra, terutama wakaf di Indonesia yang
pada umumnya berbentuk benda yang tidak bergerak dan tidak dikelola
secara produktif.5
Pengelolaan wakaf selalu berkembang sejalan dinamika dan perubahan
dalam masyarakat. Oleh karena itu pemerintah terus mendorong bagi
tumbuhnya semangat pemberdayaan wakaf secara produktif kepada pihak-
3
Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Ahmadsibgotullah.blogspot.co.id/2010/tanggal-
pembuatan-342010.html?m=1.
4
F. Prihartini, et.al., Hukum Islam Zakat dan Wakaf.Kerjasama Penerbit Sinar Mentari
dengan Badan Peneribit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta : 2005, h.,131.
5
Bashul Hazami, “Peran Aplikasi Wakaf Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat di
Indonesia”, Jurnal,Analisis Volume XVI Nomor 1,(Juni 2016), h.,174-175.
4
pihak yang terkait dengan wakaf. Selain pemberdayaan wakaf kita juga
tengah dihadapkan dengan masalah yang serius contohnya yang terjadi di
Perumahan Kota Kembang atau Grand Depok City yaitu ruilslag tanah wakaf
atau tukar menukar wakaf.
Dalam UU Wakaf 2004 Pasal 41 telah ada legalitas terhadap tukar
menukar benda wakaf setelah terlebih dahulu meminta izin dari Menteri
Agama Republik Indonesia dengan dua alasan, Pertama karena tidak sesuai
dengan tujuan wakaf dan yang kedua demi kepentingan umum. Secara
substansial, benda-benda wakaf boleh diberdayakan secara optimal untuk
kepentingan umum dengan jalan tukar-menukar. Keberadaan aturan tersebut
merupakan upaya pembaharuan paham yang sejak awal diyakini oleh
mayoritas ulama dan masyarakat Indonesia yang mengikuti pendapat Imam
Syafi‟i bahwa benda-benda wakaf tidak boleh diutak-atik, walaupun demi
kepentingan manfaat sekalipun.6
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 dan prosedur ruilslag
yang dimuat di laman resmi Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementrian
Agama, disebutkan bahwa proses ruilslag setidaknya melewati tujuh tahap
sebelum keluarnya izin Menteri Agama. Tahapan itu ialah: 7
1. Kantor Urusan Agama.
2. Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota.
3. Tim Penilai yang terdiri atas unsur Pemerintah Kota/Kabupaten, MUI
Kabupaten/Kota, BPN Kab/Kota dan nazhir.
4. Kantor Kementrian Agama Provinsi.
5. Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama.
6. Badan Wakaf Indonesia.
7. Sekteriat Jenderal Kementerian Agama RI.
6
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Departemen Agama RI,
Jakarta: 2006, h.99.
7
Tukar Guling Wakaf Sudah Ada Aturannya, http://www.nu.or.id/post/read/83497/tukar-
guling-tanah-sudah-ada-aturannya, Rabu, 22 November 2017.
5
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana peninjauan beberapa Peraturan Perundang- Undangan terhadap
ruilslag tanah wakaf ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan ruilslag tanah wakaf dalam beberapa
Peraturan Perundang-Undangan ?
3. Apa sajakah persyaratan yang dibutuhkan dalam proses ruilslag tanah
wakaf?
4. Bagaimana manfaat dari adanya ruilslag tanah wakaf ?
5. Apakah peraturan tersebut berdasarkan pendapat pihak yang berwenang
dalam mengurusi wakaf ?
6
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui analisis Peraturan Perundang-Undangan dalam
ruilslag tanah wakaf.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ruilslag tanah wakaf
antara beberapa Peraturan Perundang-undangan.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
1) Memberikan gambaran yang jelas mengenai Peraturan Perundang-
Undangan tentang persyaratan yang dikeluarkan oleh pemerintah
tentang ruilslag tanah wakaf.
2) Memberi masukan dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan
kebijakan pemerintah atas ruilslag tanah wakaf.
7
2. Manfaat praktis
1) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat
atau praktisi hukum dan instasnsi terkait ruilslag tanah wakaf.
2) Dapat memberikan masukan kepada praktisi hukum islam dalam
ruilslag tanah wakaf.
3) Memberikan bahan masukan bagi akademisi dalam menyelesaikan
kasus ruilslag tanah wakaf.
G. Kajian Kepustakaan
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi
tentang konsep-konsep teori yang digunakan atau dihubungkan
dengan suatu penelitian yang sedang dilakukan. Teori berfungsi untuk
9
2. Kerangka Konseptual
Dalam peneitian ini penulis menguraikan beberapa konsep-konsep
terkait istilah-istilah yang akan digunakan, diantaranya adalah:
a. Ruilslag atau tukar guling dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) disebut tukar lalu, yang berarti bertukar barang dengan
tidak menambah uang. Dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, tukar guling disebut dengan Ruilslag yang berarti tukar
guling yang didasarkan atas persetujuan pemerintah. Dalam
KUHPer pasal 1541 kata tukar guling mempunyai arti suatu
persetujuan, dimana antara kedua belah pihak mengikatkan dirinya
untuk saling memberi suatu barang secara bertimbal balik, sebagai
gantinya atas suatu barang. Adapun tukar guling menurut istilah
fuqaha meskipun secara tidak langsung tidak terdefinisikan secara
eksplisit, namun secara implisit tetap disebutkan, namun dengan
11
8
TukarGuling Perspektif Fikih dan Hukum Positif,
http://www.referensimakalah.com/2013/02/tukar-guling-perspektif-fikih-dan-hukum.html?m=1
12
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mendasarkan kepada penelitian hukum yang
dilakukan dengan memakai pendekatan normatif empiris, yang mana
9
bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/sekilas-bwi-html.
10
https://www.kumpulanmakalah.com/2017/09/kompilasi-hukum
islam.html%3Fm%3DI&ved.
11
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia.
13
12
Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004), h.,22.
14
I. Sistem Pembahasan
Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, yang masing-masing bab akan
diuraikan dalam beberapa sub bab. Untuk mendapat gambaran yang jelas dan
untuk mempermudah dalam pembahasan, berikut sistematika penulisan
skripsi ini:
13
Sri Mamudji, dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, 2005. h.,67
16
PEMBAHASAN
Secara etimologi kata wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, kata kerjanya
waqafa yaqifu, berarti ”berdiri”, “berhenti”, “menahan” atau “mencegah”.
Ungkapan kata waqaftu, berarti aku berdiri, aku berhenti, aku ragu-ragu, aku
cegah dan aku tahan. Selanjutnya kata waqf lebih populer digunakan untuk
makna mauquf, artinya yang ditahan, yang dihentikan atau yang diragukan,
dibandingkan dengan makna suatu transaksi. Ungkapan kalimat: hadza al-
‘iqra waqf (tanah ini adalah wakaf) maksudnya hadza al-‘iqra mauquf (tanah
ini adalah yang diwakafkan).14Adapun secara terminologi, wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.15
14
Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan Pertama,
Kementrian Agama RI, Thn. 2010, h.77.
15
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
16
Departemen Agama RI, Fiqh Waqaf, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun 2006, h.1-3.
17
18
َ ي َ ٓأَُّيه َا ٱ َّ َِّل َين َءا َمنُو ۟ا ٱ ْر َل ُعو ۟ا َوٱ ْْسُدُ و ۟ا َوٱ ْع ُبدُ و ۟ا َ بر َّ ُ ُْك َوٱفْ َعلُو ۟ا ٱمْخ ْ ََي م َ َعلَّ ُ ُْك ثُ ْف ِل ُح
)۷۷ون(احلج
“Hai orang-orang yang beriman, ruku‟lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu
mendapat kemenangan” (Q.S. 22:77)
2) Hadits
إذا مات إبن ٱٓدم اهقطع: عن ٔٱىب ىريرة رىض هللا ٔٱن امنىب صىل هللا عليو وسمل قال
ٔٱوودل صاحل يدعوهل، ٔٱو عمل ينتفع بو، صدقة جارية،معهل ٕا ّال من جالجة
Dari uraian di atas, ternyata ulama sepakat bahwa yang dimaksud shadah
jariyah dalam hadits tersebut adalah wakaf. Karena yang dimaksud
shadaqah jariyah adalah amalan yang tidak terputus, seperti halnya wakaf.
Selama benda-benda itu masih ada dan dimanfaatkan oleh orang banyak,
maka pahalanya akan terus mengalir, walaupun orang yang mewakafkannya
telah meninggal dunia. Dari hadits di atas disebutkan bahwa anak sholeh
yang mendo‟akan kedua orang tuanya termasuk amalan jariah karena anak
sholeh adalah hasil kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam sangat
menganjurkan dalam pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama. Yang
dikemudian hari anak tersebut menjadi anak sholeh, dan orang tuanya
mendapatkan pahala meskipun telah meninggal dunia.
18
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Darrul Ulum Press, Radar Jaya
Offset Jakarta: 1999, h.28-32.
22
Unsur pertama wakaf, yaitu adanya subjek wakaf atau wakif, dalam
hal ini adanya orang yang mewakafkan hartanya, dan ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagaimana diuraikan di bawah ini.
19
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2009,
h.,59
20
H.Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan
Pertama, Kementrian Agama RI, 2010, h., 110.
23
Syarat yang kedua adalah mauquf bih (barang atau harta yang
diwakafkan). Dalam perwakafan, agar dianggap sah maka harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :21
21
Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI,
2007), h. 49-50.
25
22
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press,2005, h.18.
23
AdIjani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Cetakan
IV, PT RajaGrafindo Persada, 2002, h.34.
26
24
H.Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan
Pertama, Kementrian Agama RI, Thn. 2010, h.,141-142.
27
4. Pengertian Nazhir
Nazhir berasal dari kata kerja bahasa arab nazhara-yandzuru-
nadzaran yang mempunyai arti menjaga, memelihara, mengelola dan
mengawasi. Adapun nazhir dalam isimfa’ildari kata nazhir yang
kemudian dapat diartikan dalam bahasa indonesia dengan pengawas
(penjaga).25 Secara istilah nazhir adalah orang atau sekelompok orang dan
badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif mengelola wakaf.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa
nazhir adalahpihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.26
25
http: //groups.yahoo.com/group/fiqhzakatdanwaqaf/pada tanggal 19 Juni 2018.
26
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Laksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
28
6. Macam-macam Wakaf
Wakaf yang dikenal dalam syari‟at Islam, dilihat dari penggunaan/
yang memanfaatkan benda wakaf ada dua macam, dari kutipan buku
Suparman Usman yang diambil dari pemikiran Sayyid Sabiq (1971: 378)
menulis:28
:اهواعو
27
Kompilasi Hukum Islam, Bab III, Pasal 200 Tentang Perwakafan.
28
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia Cetakan II, Darrul Ulum Press,
Radar Jaya Offset, Jakarta: 1999, h.,34-36.
29
ويسمى,وااموقف ٔٱحياان يكون اموقف عىل ٔٱ ٔلحفاد ٔٱوا ٔلقارب ومن بعدمه إىل امفقياء
.ىذااموقف ٔٱىىل ٔٱواَّلرى
و ٔٱحياان يكون اموقف عىل ٔٱبواب اخلي ابتداء ويسمى ابموقف ٔٱخليي
“Macam-macamnya:
Wakaf itu adakalanya untuk anak cucu atau kaum kerabat dan kemudian
sesudah mereka it untuk orang-orang fakir miskin. Wakaf yang demikian
itu dinamakan wakaf ahli atau wakaf dzurri (keluarga). Dan terkadang
pula wakaf itu diperuntukkan bagi kebajikan semata-mata. Wakaf yang
demikian wakaf khairi (kebajikan)”.
Dengan demikian wakaf itu biasa berbentuk: wakaf ahli/wakaf dzurri
dan wakaf khairi.
Ruilslag dikenal dengan istilah tukar guling dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebut juga tukar lalu yang berarti bertukar barang dengan
tidak menambah uang.32 Dalam KUHPerdata disebutkan bahwa tukar
menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai ganti suatu barang lain.33 Apabila kedua makna tersebut digabungkan,
maka pengertian dalam ruilslag atau tukar guling adalah suatu persetujuan
30
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf Cetakan Keempat, Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI,
Tahun 2006, h. 17.
31
Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Madzhab Syafi’i Cetakan IV, Penerjemah D.A Pakihsati, Media Zikir, Solo, 2015, h.311.
32
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 1217.
33
3Kitab Undang-undang Hukum KUHPer, KUHP, KUHAP Beserta Penjelasannya
Cetakan 2, Grahmedia Pressindo, 2015, h. 318-319.
32
dengan kedua belah pihak yang mengikatkan diri untuk saling memberikan
suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang lain tanpa
menambah uang dari salah satu pihak.
Sedangkan Pasal 40 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
wakaf menyebutkan bahwa harta benda wakaf yang sudah diwakafkan
dilarang untuk:34
1. Dijadikan jaminan
2. Disita
3. Dihibahkan
4. Dijual
5. Diwariskan
6. Ditukar
7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
34
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
33
35
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
34
36
Departemen Agama RI, Fiqih Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Tahun 2006, h., 89.
37
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab IV Tentang Perubahan, Penyelesaian dan
Pengawasan Benda Wakaf.
35
Namun apabila harta wakaf berupa tanah wakaf tersebut tidak bermanfaat
lagi sesuai dengan ikrar wakaf semula atau dikarenakan adanya kepentingan
umum, maka benda wakaf dapat dilakukan penukaran atau hal lainnya,
seperti dalam Al-Qawaidh Fiqhiyah yang mengatakan sebagai berikut:
د َْر ُء امل َ َف ِاس ِد ُمقَ َّد ٌم عَ َىل َجلْ ِب امل َ َصا ِم ِح
“Menolak kerusakan harus didahulukan daripada menerima
kemaslahatan”.
Kaidah ini menjelaskan, apabila ada waktu yang sama dihadapkan dengan
dua pilihan, yaitu kerusakan atau kemaslahatan, maka yang harus
didahulukan adalah menolak kerusakan. Karena dengan menolak kerusakan
berarti akan mendapatkan kemaslahatan pula. Sedangkan tujuan hukum Islam
adalah meraih kemaslahatan di dunia dan juga di akhirat.
Kemaslahatan membawa manfaat bagi kehidupan manusia, sedangkan
kerusakan mengakibatkan kemudharatan bagi kehidupan manusia. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional ke VII Tahun 2005,
38
Musyfikah Ilyas,Istibdal Harta Benda Perspektif Hukum Islam, Volume 3 Nomor 2,
Desember 2016, h.146.
39
Fatwa MUI Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Status Tanah Yang Diatasnya Ada
Bangunan Masjid.
36
Pada dasarnya suatu harta benda wakaf yang telah diwakafkan tidak boleh
dirubah atau penggunaan lain dari apa yang dimaksud dalam ikrar wakaf,
baik menyangkut masalah peruntukan atau penggunaan lain dengan
menitikberatkan pada “prinsip keabadian” bahwa menjaga kelestarian atau
keberadaan barang wakaf merupakan keniscayaan kapan dan dimana saja,
tidak boleh dijual dengan alasan apapun dan tidak boleh ditukar dalam bentuk
apapun, kecuali menghadapi keadaan-keadaan tertentu seperti harta benda
wakaf yang tidak produktif karena umur yang sudah tua, rusak dan
terbengkalai sehingga tidak bisa dimanfaatkan.41
40
Fatwa MUI, Fatwa MUI Tentang Kriteria Maslahat, Badan Informasi Publik
Dept.Kominfo, 2006, Jakarta,
41
Musyfikah Ilyas,Istibdal Harta Benda Perspektif Hukum Islam, Volume 3 Nomor 2,
Desember 2016, h.141.
BAB III
42
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 5
37
38
Untuk kepemimpinan Kantor sejak berdiri pada tahun 1999 sampai sekarang
Kantor Kementerian Agama Kota Depok telah mengalami 5 kali pergantian
Kepemimpinan yaitu:
43
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 20 Mei 2018, h., 3
39
Misi
a. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama.
b. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama.
c. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan
berkualitas.
d. Meningkatkan pemanfaatan dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi
keagamaan.
e. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang berkualitas
dan akuntabel.
f. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama,
pendidikan agama pada santuan pendidikan umum dan pendidikan
keagamaan.
g. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel dan
terpercaya.
44
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 14-15
40
D. Struktur Organisasi45
Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kota Depok termasuk
dalam tipologi III/d, hal ini berdasarkan pembentukan dan pengembangan
struktur organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota yang
dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis organisasi dan beban kerja
berdasarkan kriteria, sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip organisasi
b. Karakteristik hubungan dan/atau pelayanan pemerintah terhadap
suatu agama
c. Jumlah penduduk dan pemeluk agama
d. Luas Wilayah dan kondisi geografis
e. Peraturan perundang-undangan yang mendukung
f. Jumlah lembaga keagamaan yang dibina
g. Keberadaan dan jumlah pejabat fungsional
45
Buku Profil Kantor Kemenetrian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 21
41
Penggantian nazhir pada studi kasus Perumahan Kota Kembang, atau yang
sekarang disebut Grand Depok City, dikarenakan nazhir terdahulu dari
Yayasan Pesantren Al-Mawahibulladuniyyah tidak beritikad baik dalam
pendaftaran ruilslag, mereka tidak menindaklanjuti proses pendaftaran
ruilslag dan berakhir pada tahapan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi yang berlokasi di Bandung, mereka pula melakukan tindak pidana
berupa membuat sertifikat tanah wakaf yang sebenarnya prosedur pendaftaran
belum usai dan juga menjual tanah wakaf yang berlokasi di Kalimulya,
Sukmajaya, Depok setelah beberapa tahun setelahnya. Kemudian dari ketua
(K.H Muhammad Thamrin) meninggal dunia dan satu persatu lainnya (Irman
Fathurrohman Tamrin, Mardhiah Thamrin dan Yulianti Rachmi Thamrin)
42
43
Maka mengenai hal tersebut, PT. Inti Karsa Daksa menunjuk Kantor
Hukum Muchzan Yara dan Rekan untuk mengurus dan menyelesaikan
permasalahan proses tukar menukar tanah wakaf. PT.Inti Karsa Daksa (IDK)
yang diwakilkan pada kuasa hukumnya mengajukan nama-nama calon
pengganti nazhir. Akhirnya Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengesahkan
Yayasan Darul Qur‟an untuk menjadi nazhir pengganti. Dalam hal ini
Yayasan Darul Qur‟an merupakan badan hukum di daerah Tebet, Jakarta
Selatan. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan dan sosial.
a. Perseorangan.
b. Organisasi.
c. Badan hukum.
46
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
44
47
Umar Nasir Assubhi, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama
Kota Depok, Interview Pribadi, 10 Mei 2018.
48
48
Ikhwanuddin, Pelaksana BIMAS Kementerian Agama Kota Depok, Interview Proibadi,
14 Mei 2018.
49
Ikhwanuddin, Pelaksana BIMAS Kementerian Agama Kota Depok, Interview
Proibadi, 14 Mei 2018.
50
1. Sekretariat
2. Divisi Kelembagaan
3. Dewan Pertimbangan
4. Rapat Pleno
50
Peraturan BWI No 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Penyusunan Rekomendasi Terhadap
Permohonan Penukaran/Perubahan Status Tanah Wakaf.
51
51
Umar Nashir, Kepala Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota
Depok. Interview Pribadi, 10 Mei 2018
56
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa beberapa hal yang menjadi fokus kajian penulis di
atas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan status pada tanah wakaf tidak diperbolehkan baik
secara Peraturan Perundang-Undangan maupun Kompilasi Hukum Islam.
Tetapi, apabila objek tersebut dilakukan penukaran demi kepentingan
umum atau Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) maka perubahan
tersebut diperbolehkan tetapi dengan mempertimbangan nilai dari tanah
pengganti dan manfaat objek tersebut, karena sekurang-kurangnya sama
dengan objek sebelumnya. begitu pula mengenai pertimbangan dalam
permohonan pendaftaran ruilslag tanah wakaf yang membutukan
appraiser yaitu seorang independen yang menggunakan jasanya untuk
menilai keseimbangan tanah pengganti dan tanah wakaf terdahulu.
Begitu pula mengenai persyaratan ruilslag, harus dengan persetujuan izin
tertulis dari Menteri Agama RI yang kemudian dibuat KMA (Keputusan
Menteri Agama).
2. Antara Peraturan Perundang-undangan satu dengan yang lainnya tentu
terdapat perbedaan dan persamaan dalam segi apapun. Adapun
perbedaanya antara lain dalam UU Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42
Tahun 2006, dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008 pengangkatan
nazhir diusulkan oleh KUA Kecamatan dan disahkan oleh BWI,
sedangkan pada KHI, nazhir yang mengundurkan diri diangkat oleh
Kepala KUA Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan
Camat setempat, kemudian perilah prosedur pendaftaran Dalam UU
Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42 Tahun 2006, dan Peraturan BWI
Nomor 1 Tahun 2008 persetujuan ruilslag oleh Menteri Agama dan BWI
sementara pada KHI persetujuan atas pertimbangan hakim di pengadilan,
begitu pula dalam UU Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42 Tahun 2006,
60
61
B. Saran
1. Dalam penukaran tanah ruilslag sebaiknya luas tanah lebih dari tanah
wakaf sebelumnya.
2. Pihak penukar harus lebih aktif dalam prosedur pendaftaran ruilslag
tanah wakaf, dikarenakan dalam hal ini pihak penukar yang mempunyai
kepentingan yaitu memperluas bangunannya.
3. Nazhir harus bertanggung jawab secara penuh atas prosedur pendaftaran
ruilslag tanah wakaf, nazhir yang tidak beritikad baik, contohnya pergi
tanpa sepengetahuan siapapun tanpa meninggalkan domisili yang baru
akan diberikan sanksi berupa pencabutan izin nazhir. Karena
kelengkapan nazhir sangatberpengaruh terhadap jangka waktu dalam
pengurusan prosedur pendaftaran ruilslag tanah wakaf.
4. KUA Kecamatan, Kementerian Agama Kota/Kabupaten atau pihak yang
berwenang dalam mengurus presedur ruilslag tanah wakaf harus lebih
teliti dalam melihat dokumen-dokumen penukar, sesuai atau tidaknya
dengan yang tertulis di dalam peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fatwa MUI, Fatwa MUI Tentang Kriteria Maslahat, Badan Informasi Publik
Dept.Kominfo, Jakarta, 2006.
Hamami Taufik H., Perwakafan Tanah (Dalam Politik Hukum Agraria Nasional),
Tatanusa, Jakarta: 2003.
Harsoni Budi, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria ), Djambatan, Jakarta : 1999.
62
63
Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004.
Lutfi El Falahy, Alih Fungsi Tanah Wakaf Ditinjau Dari Hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jurnal Hukum
Islam, Vol. 1, No. 2.
Meleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung : PT. Remaja
Rosyada Karya, 1997.
Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid 4,Penerjemah Nor Hasanuddin, Dkk, Pena
Pundi Aksara, Jakarta Selatan, 2004.
Syafi‟i, al „Umm Imam, Juz 5, Beirut Libanon Dar al Fikr,: t.th., h. 65.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2005.
64
Interview
Peraturan undang-undang
Fatwa MUI Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Status Tanah Yang Diatasnya Ada
Bangunan Masjid.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama.
Website
bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/sekilas-bwi-html.
http://etjese.uin-malang.a.id/1419/6/08210008_Bab 2pdf&ved
65
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia.
https://kemenag.go.id
pembuatan-342010.html?m=1
LAMPIRAN
67