Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS RUILSLAG TANAH WAKAF MENURUT PERATURAN

PERUNDANG - UNDANGAN
Studi Pada: Perumahan Kota Kembang (Grand Depok City)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H.)

Oleh:

MUMTAZ CHAIRUNISSA IRIS PUTRANTI


11140460000041

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
ABSTRAK

Mumtaz Chairunissa Iris Putranti NIM 11140460000041, ANALISIS RUILSLAG


TANAH WAKAF MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
Program Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1439/2018. xi+ 62 halaman 30 lampiran.
Kemunculan masalah yang makin mencuat dengan kebutuhan maunsia
yang makin beragam membutuhkan beberapa cara untuk mewujudkan kebutuhan
tersebut. Ruilslag tanah wakaf merupakan salah satu contoh dari kebutuhan
manusia pada zaman ini, untuk itu Pemerintah menyusun regulasi untuk mengatur
sesuai kebutuhan yang masyarakat butuhkan. Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2006 Peraturan Badan Wakaf
Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 dan Kompilasi Hukum Islam merupakan regulasi
dari ruilslag tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta mengkaji
mengenai prosedur pendaftaran ruilslag dari seluruh peraturan perundang-
undangan apakah beberapa peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan
justru mempersulit untuk melakukan pendaftaran ruilslag atau pemerintah
mempunyai maksud lain pada tahapan dalam prosedur pendaftaran ruilslag
tersebut lalu dengan sanksi bagi penyalahgunaan tanah wakaf yang marak terjadi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
normatif empiris, dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
kajian dengan cara studi pustaka, studi lapangan, dengan tahap wawancara, dan
melakukan studi dokumen pada objek yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah menyusun peraturan
perundang-undangan mengenai ruilslag untuk memperketat permasalahan yang
ada, sekaligus hanya memberikan persetujuan terhadap pendaftaran ruilslag untuk
kepentingan umum. Dan masyarakat wajib mengikuti tahapan-tahapan yang telah
diatur pada peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci : Ruilslag Tanah Wakaf, dan Peraturan Perundang-undangan


Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H, M.A, M.M
Daftar Pustaka : Tahun 1994 s.d tahun 201

i
‫هللا َّامر ْ َْح ِن َّامر ِح ْ ِي‬
ِ ‫ب ِْس ِم‬
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah serta memanjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul “ Analisis Ruilslag
Tanah Wakaf Menurut Peraturan Perundang-undangan, Studi Pada: Perumahan
Kota Kembang, (Grand Depok City)” sebagai bentuk pertanggung jawaban
keilmuan dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Program Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya untuk berbuat
semaksimal mungkin dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk membahas dan
menguraikan semua permasalahan yang menjadi pokok penyusunan skripsi sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan yang ada. Namun demikian harus disadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini ibarat pepatah mengatakan “tak ada gading
yang tak retak”, maka dalam penyusunan skripsi ini masih kurang sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan dorongan,
semangat dan kasih sayang serta doa dari banyak pihak sehingga meskipun
banyak kendala, namun pada akhirnya dapat terselesaikan. Dorongan untuk selalu
maju, selalu ditanamkan oleh orang tua Ayahanda H. Hanindyo Witjaksono, S.H
dan Ibunda Sri Prihati S.Pd, M.M kepada beliau salam takdzim ananda haturkan.
Beliaulah yang telah mengukir jiwa raga, membesarkan, mendidik serta
memberikan arah dalam menjalani hidup.
Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan. Pada akhirnya
penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

ii
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A yang
telah mencurahlan pengetahuan dan pengalamannya selama masa kuliah.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, M.A sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah yang telah
memberikan tuntunan dan arahannya selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M sebagai
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan
bimbingan serta masukan atau saran-saran yang baik sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Bapak Dr. Syahrul Adam, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
5. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selama ini telah
membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis di bangku kuliah. Serta
segenap karyawan yang telah membantu menyelesaikan administrasi.
6. Segenap jajaran Staf dan Karyawan akademik, Perpustakan Utama dan
Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas
berupa buku-buku untuk menambah pengetahuan penulis dan pengadaan
studi kepustakaan.
7. Bapak Drs. Umar Nasir Assubhi dan Bapak Ikhwanuddin, S.Ag, MM.Pd,
selaku Kepala Seksi BIMAS dan Pelaksana BIMAS Kantor Kementerian
Agama Kota Depok yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-
data yang diperlukan selama penulisan skripsi ini.
8. Kepada saudara-saudara kandungku tercinta, Nandyasari Hanindyo Putri,
Indie Yazida Priyanka Nastiti dan Muhammad Tauhid Alif Al-Musthafa
yang selalu mendukung secara penuh kepada penulis sampai akhirnya
skripsi ini terselesaikan.
9. Kepada teman kelas Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014, Alen,
Fauzan K, Fauzan N, Adam, Imam, Rifqon, Amik, Rizky, Faizah, Syifa,
Amel, Thoivah, Yani, Fika, Fariha, Eti, Iqoh, Ismy, Wienda, Cipo, dan
tidak bisa sebutkan secara keseluruhannya.

iii
10. Kepada sahabat tercinta Fikrotul Jadidah dan Siti Khodijah yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi sampai
tahap akhir penulisan skripsi.
11. Kepada teman satu perjuangan Fildzah Permata Rizki Nasution dan Siti
Gina Imania yang senantiasa bersama-sama saling berkonsultasi satu sama
lain sampai skripsi ini selesai.
12. Kepada Kostan Pojok Atas, Dewi Murti Hidayat, Liana Farikhati, dan
Lutfah Rokmanah yang selalu mendukung penulis untuk selalu semangat
dan berjuang hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum mencapai
Kesempurnaan dalam arti sebenarnya, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada
umumnya.

Ciputat, 13 Juli 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 6
D. Rumusan Masalah .......................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat ........................................................ 6
F. Review Studi Terdahulu .................................................. 7
G. Kajian Kepustakaan ......................................................... 8
H. Metode Penelitian ............................................................ 12
I. Sistem Pembahasan ........................................................ 15

BAB II PEMBAHASAN
A. Wakaf dalam Islam ......................................................... 17
B. Ruislag menurut Peraturan Perundang-undangan .......... 31

BAB III PROFIL UMUM KANTOR KEMENTERIAN KOTA DEPOK


A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Depok .......... 37
B. Visi dan Misi ................................................................... 38
C. Fungsi dan Tujuan ........................................................... 39
D. Struktur Organisasi .......................................................... 41

v
BAB IV ANALISIS RUISLAG TANAH WAKAF MENURUT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Prosedur Penggantian Nazhir .................................................. 42
B. Prosedur Pendaftaran Ruislag Tanah Wakaf ......................... 46
C. Sanksi Penyalahgunaan Tanah Wakaf ..................................... 55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 62
LAMPIRAN ........................................................................................... 66

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persamaan dan Perbandingan Ruilslag Tanah Wakaf Menurut


Peraturan Perundang-undangan ................................................. 56

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah menjadi bagian yang amat penting bagi kehidupan bermasyarakat.
Dimana manusia tidak dapat dipisahkan oleh tanah, karena tanah menjadi
tempat tinggal serta sumber makanan berasal dari tanah pula. Seiring dengan
perkembangan zaman yang amat pesat, menjadikan tanah sebagai modal
utama di berbagai aspek. Peran penting dari tanah menjadikan tanah dapat
diperoleh dari jual beli, hibah, wakaf maupun tukar menukar.
Tidak semua hal mengenai tanah dapat berjalan sesuai dengan keinginan,
ada saja permasalahan-permasalahan yang muncul sehingga berpengaruh
pada kehidupan dalam bermasyarakat. Masalah tanah dari hari ke hari kian
mencuat. Dengan banyaknya masalah persoalan tanah tersebut, Pemerintah
akhirnya mengambil tindakan dengan mengeluarkan undang-undang sebagai
solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Salah satunya adalah undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 telah
mencantumkan adanya suatu ketentuan khusus sebagaimana tersebut di dalam
Pasal 49 ayat 3 yang menyatakan bahwa :1
Perwakafan tanah milik telah dilindungi dan diatur dengan Perwakafan
Pemerintah.
Perwakafan tanah telah diatur oleh pemerintah dengan mengeluarkan
berbagai undang-undang atau peraturan pemerintah. Diantaranya ada
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008.

1
Budi Harsoni, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agrari ), Djambatan, Jakarta : 1999, h., 350.

1
2

Berdasarkan data yang ada dalam masyarakat pada umumnya wakaf di


Indonesia digunakan untuk masjid, musholla, sekolah, pesantren, rumah
yatim piatu, dan makam. Dan sedikit sekali tanah yang dikelola secara
produktif dalam bentuk usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-
pihak yang memerlukan, khususnya kaum fakir miskin. Pemanfaatan tersebut
dilihat dari kepentingan peribadatan memang efektif, tetapi dampaknya
kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila
peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan
wakaf yang dikelola secara produktif, maka kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat yang diharapkan dari lembaga wakaf, tidak akan dapat
terealisasikan secara optimal.2
Perkembangan wakaf di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi tiga
fase, yaitu fase tradisional, semi profesional dan profesional. Fase tradisional
harta wakaf diperuntukkan hanya untuk pembangunan fisik semata. Seperti
untuk makam, masjid, musholla dan madrasah. Pada fase ini ikrar wakaf
umumnya hanya bersifat lisan tanpa ada bukti tertulis sama sekali. Akibatnya
setelah diurus oleh beberapa generasi banyak wakaf yang hilang tanpa bekas.
Fase semi profesional, pengelolaan wakaf tidak banyak berbeda dengan masa
sebelumnya. Namun sudah mulai dikembangkan secara produktif walaupun
belum maksimal (penambahan fasilitas, gedung pertemuan, koperasi, mini
market dan fasilitas lainnya yang berada di pekarangan masjid yang dibangun
di tanah wakaf). Pelaksanaan wakaf sudah mulai dilakukan secara tertulis
yaitu melalui Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Kegiatan wakaf, khususnya wakaf tanah sudah
memiliki payung hukum setelah diakui adanya hak milik wakaf dalam
perundangan mengenai pertanahan. Sedangkan pada fase profesional, wakaf

2
Pedoman Pengelolaan dan Perkembangan Wakaf, Kementerian Agama Republik
Indonesia Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013,
h., 3.
3

sudah mulai diurus dan dikembangkan secara produktif. Bahkan wakaf dalam
bentuk uang dan barang berharga lainnya pun sudah mulai diperkenalkan.3
Wakaf adalah salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT yang mana dalam hal ini berkaitan erat pada harta benda. Dari
pemberian wakaf, ada beberapa aspek yang amat berpengaruh pada
kehidupan manusia, yaitu, aspek keagamaan, ekonomi dan juga sosial. Wakaf
merupakan salah satu instrumen dalam Islam untuk mencapai tujuan ekonomi
Islam yaitu mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Negara-negara
berpenduduk muslim seperti Mesir, Saudi Arabia, Yordania, Turki,
Bangladesh, Malaysia dan Amerika Serikat, mengembangkan dan
menerapkan wakaf sebagai salah satu instrumen untuk membantu berbagai
kegiatan umat dan mengatasi masalah umat seperti kemiskinan.4
Dalam Islam amalan wakaf memiliki kedudukan yang sangat penting
seperti halnya zakat dan sedekah. Wakaf mengharuskan seorang muslim
untuk merelakan harta yang diberikan untuk digunakan dalam kepentingan
ibadah dan kebaikan. Harta wakaf yang sudah diberikan sudah bukan menjadi
hak milik pribadi melainkan hak milik umat. Wakaf bisa dijadikan sebagai
lembaga ekonomi yang potensial untuk dikembangkan selama bisa dikelola
secara optimal, karena instusi perwakafan merupakan salah satu aset
kebudayaan nasional dari aspek sosial yang perlu mendapat perhatian sebagai
penopang hidup dan harga diri bangsa. Oleh karena itu kondisi wakaf di
Indonesia perlu mendapat perhatian ekstra, terutama wakaf di Indonesia yang
pada umumnya berbentuk benda yang tidak bergerak dan tidak dikelola
secara produktif.5
Pengelolaan wakaf selalu berkembang sejalan dinamika dan perubahan
dalam masyarakat. Oleh karena itu pemerintah terus mendorong bagi
tumbuhnya semangat pemberdayaan wakaf secara produktif kepada pihak-

3
Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Ahmadsibgotullah.blogspot.co.id/2010/tanggal-
pembuatan-342010.html?m=1.
4
F. Prihartini, et.al., Hukum Islam Zakat dan Wakaf.Kerjasama Penerbit Sinar Mentari
dengan Badan Peneribit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta : 2005, h.,131.
5
Bashul Hazami, “Peran Aplikasi Wakaf Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat di
Indonesia”, Jurnal,Analisis Volume XVI Nomor 1,(Juni 2016), h.,174-175.
4

pihak yang terkait dengan wakaf. Selain pemberdayaan wakaf kita juga
tengah dihadapkan dengan masalah yang serius contohnya yang terjadi di
Perumahan Kota Kembang atau Grand Depok City yaitu ruilslag tanah wakaf
atau tukar menukar wakaf.
Dalam UU Wakaf 2004 Pasal 41 telah ada legalitas terhadap tukar
menukar benda wakaf setelah terlebih dahulu meminta izin dari Menteri
Agama Republik Indonesia dengan dua alasan, Pertama karena tidak sesuai
dengan tujuan wakaf dan yang kedua demi kepentingan umum. Secara
substansial, benda-benda wakaf boleh diberdayakan secara optimal untuk
kepentingan umum dengan jalan tukar-menukar. Keberadaan aturan tersebut
merupakan upaya pembaharuan paham yang sejak awal diyakini oleh
mayoritas ulama dan masyarakat Indonesia yang mengikuti pendapat Imam
Syafi‟i bahwa benda-benda wakaf tidak boleh diutak-atik, walaupun demi
kepentingan manfaat sekalipun.6
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 dan prosedur ruilslag
yang dimuat di laman resmi Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementrian
Agama, disebutkan bahwa proses ruilslag setidaknya melewati tujuh tahap
sebelum keluarnya izin Menteri Agama. Tahapan itu ialah: 7
1. Kantor Urusan Agama.
2. Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota.
3. Tim Penilai yang terdiri atas unsur Pemerintah Kota/Kabupaten, MUI
Kabupaten/Kota, BPN Kab/Kota dan nazhir.
4. Kantor Kementrian Agama Provinsi.
5. Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama.
6. Badan Wakaf Indonesia.
7. Sekteriat Jenderal Kementerian Agama RI.

6
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Departemen Agama RI,
Jakarta: 2006, h.99.
7
Tukar Guling Wakaf Sudah Ada Aturannya, http://www.nu.or.id/post/read/83497/tukar-
guling-tanah-sudah-ada-aturannya, Rabu, 22 November 2017.
5

Bahkan menurut Badan Wakaf Indonesia, yang harus dilalui dalam


pelaksanaan ruilslag tanah wakaf terdapat 37 persyaratan, hal ini pula yang
menjadi dampak negatif akan rumitnya tahapan itu dan nantinya akan
berpengaruh pada waktu yang dilalui pula.

Hal ini terbilang cukup rumit disebabkan prosedur dalam pendaftaran


ruilslag tanah wakaf atau tukar menukar wakaf, adanya beberapa tahapan
yang harus dijalani. Seperti misalnya meminta izin tertulis kepada Menteri
Agama. Kemudian adanya perbedaan dalam prosedur pendaftaran ruilslag
tanah wakaf dalam Peraturan Perundang-Undangan. Peristiwa ini menjadi
permasalahan bagi pihak-pihak yang mengurusi pendaftaran ruilslag tanah
wakaf, karena seperti yang terjadi pada Studi kasus Perumahan Kota
Kembang yang sekarang Grand Depok City, proses penukaran tanah wakaf
tidak ditindaklanjuti, akan tetapi setelah 11 tahun lamanya akhirnya proses
tersebut dilanjutkan kembali dengan pemindahan lokasi tanah pengganti
sekaligus pengangkatan nazhir pengganti. Dengan melihat kondisi dan kasus
di atas sangatlah penting untuk diteliti dan menarik, maka penulis akan
membuat penelitian dengan judul “ Analisis Ruilslag Tanah Wakaf
Menurut Peraturan Perundang-Undangan Studi Pada Perumahan Kota
Kembang (Grand Depok City)”.

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana peninjauan beberapa Peraturan Perundang- Undangan terhadap
ruilslag tanah wakaf ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan ruilslag tanah wakaf dalam beberapa
Peraturan Perundang-Undangan ?
3. Apa sajakah persyaratan yang dibutuhkan dalam proses ruilslag tanah
wakaf?
4. Bagaimana manfaat dari adanya ruilslag tanah wakaf ?
5. Apakah peraturan tersebut berdasarkan pendapat pihak yang berwenang
dalam mengurusi wakaf ?
6

6. Apa saja persyaratan terhadap harta benda wakaf dalam pendaftaran


ruilslag tanah wakaf ?
7. Apakah ada sanksi yang didapat bila melakukan ruilsalg tanah wakaf tanpa
seizin pihak berwenang ?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasanya lebih jelas
dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini penulis hanya
akan membahas bagaimana analisis ruilslag tanah wakaf menurut Peraturan
Perundang-Undangan dengan mengambil studi pada Perumahan Kota
Kembang (Grand Depok City).
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis Peraturan Perundang-Undangan dalam ruilslag tanah
wakaf ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan ruilslag tanah wakaf antara beberapa
Peraturan Perundang-Undangan ?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui analisis Peraturan Perundang-Undangan dalam
ruilslag tanah wakaf.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ruilslag tanah wakaf
antara beberapa Peraturan Perundang-undangan.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
1) Memberikan gambaran yang jelas mengenai Peraturan Perundang-
Undangan tentang persyaratan yang dikeluarkan oleh pemerintah
tentang ruilslag tanah wakaf.
2) Memberi masukan dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan
kebijakan pemerintah atas ruilslag tanah wakaf.
7

3) Melengkapi kajian dalam ilmu pengetahuan khususnya pada


Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan ruilslag
tanah wakaf.

2. Manfaat praktis
1) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat
atau praktisi hukum dan instasnsi terkait ruilslag tanah wakaf.
2) Dapat memberikan masukan kepada praktisi hukum islam dalam
ruilslag tanah wakaf.
3) Memberikan bahan masukan bagi akademisi dalam menyelesaikan
kasus ruilslag tanah wakaf.

F. Review Studi Terdahulu


No Judul Skripsi Persamaan Perbedaan

1 Hukum Menukar dan Dalam penelitian Dalam penelitian


Merubah Fungsi Tanah ini penulis ini, penulis
Wakaf Masjid Studi merujuk pada menggunakan pasal
Kasus di Desa UU Nomor 41 17 dan 18
Simbang Wetan Kec. Tahun 2004 berdasarkan UU
Buaran, Kab. Nomor 41 Tahun
Pekalongan. 2004, dan KHI
Oleh: Agus Pasal 223, 224.
Hidayatullah, Fakultas
Syari‟ah dan Hukum, Peneliti lebih
Universitas Islam terfokus paada
Negeri Walisongo pendapat para
Semarang, 2015 nazhir dan tokoh
agama Desa
Simbang Wetan.

2 Studi Analisis Dalam penelitian Dalam penelitian


8

Pendapat Imam Bin ini penulis ini, penulis terfokus


Hanbal Tentang merujuk pada pendapat Imam Bin
Penggantian Harta UU Nomor 41 Hanbal.
Wakaf. Tahun 2004.
Oleh: Nur Makki, Peneliti
Fakultas Syari‟ah dan menggunakan
Hukum, Universitas hukum perdata,
Islam Negeri yaitu: PP Nomor 28
Walisongo Semarang, Tahun 1977 dan
2015 Peraturan menteri
Agama Nomor 1
Tahun 1978.

3 Tinjauan Perwakafan Dalam penelitian Dalam penelitian


Tanah Menurut ini penulis ini, penulis
Undang-undang merujuk pada Peraturan
Nomor 41 Tahun 2004 UU Nomor 41 Pemeirntah Nomor
Tentang Wakaf di Tahun 2004. 28 Tahun 1977
Kabupaten Semarang sebagai dasar
Oleh: Devi Kurnia hukumnya.
Sari, Program
Pascasarjana,
Universitas
Diponogoro, 2006.

G. Kajian Kepustakaan
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi
tentang konsep-konsep teori yang digunakan atau dihubungkan
dengan suatu penelitian yang sedang dilakukan. Teori berfungsi untuk
9

membantu menjelaskan dan menggambarkan pola hubungan antara


variable yang satu dengan yang lain.
Fokus kajian teori adalah tukar–menukar. Dalam hal ini berkaitan
dengan perbuatan hukum antara dua pihak untuk saling memberikan
suatu barang secara timbal balik, sebagai gantinya atas suatu barang.
Teori tukar-menukar (exchange theory of attraction) diperkenalkan
oleh Pamudji. Berdasarkan asumsi bahwa intreaksi sosial
menggambarkan suatu bentuk tukar-menukar dalam anggota-anggota
kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan-pengorbanan
kelompok atau anggotanya yang lain seperti apa yang dijelaskan pada
Homand dan Stogsill (1958). Interaksi pun berkelanjutan, oleh karena
itu anggota-anggota merasakan tukar-menukar secara sosial ini saling
memberikan penghargaan. Demikian pula antara pemimpin dan yang
dipimpin, antara anggota-anggota yang dipimpin satu sama lain harus
berlangsung tukar-menukar. Keuntungannya, harus saling memberi
dan menerima. Jadi dalam teori ini ditekankan adanya “give and take”.
Tukar menukar menurut Pasal 1541 KUHPerdata adalah suatu
persetujuan dengan mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk
saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai ganti
barang lainnya. Yang difokuskan pada definisi diatas adalah saling
memberikan benda antar satu sama lain.
Unsur-unsur yang terdapat pada tukar-menukar adalah:
a. Adanya subjek hukum.
b. Adanya kesepakatan antara subjek hukum.
c. Adanya objek yang dijadikan kesepakatan
d. Masing-masing subjek menerima barang yang menjadi objek
tukar-menukar.
Subjek hukum yang dimaksud diatas adalah pihak pertama dan pihak
kedua dalam perjanjian tukar menukar.
Sedangkan yang menjadi objeknya berupa benda bergerak maupun
benda tidak bergerak, dengan syarat bahwa barang tersebut tidak
10

melanggar ketentuan pada Peraturan Perundang-Undangan, jika


barang yang telah ditukarkan dinyatakan bahwa subjek hukum
bukanlah pemilik barang tersebut, maka pihak lain tidak dapat
memaksakan untuk menyerahkan barang yang telah ia janjikan dari
pihak sendiri, melainkan mengembalikan barang yang telah ia terima.
Pihak yang telah melepaskan barang yang telah ia terima dapat
memilih, apakah ia akan menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga
dari pihak lawannya atau menuntut pengembalian barang yang telah ia
berikan. Hak dan kewajiban dalam perjanjian tukar menukar adalah
masing-masing berkewajiban untuk menyerahkan barang yang ditukar
dan haknya menerima barang yang ditukar.
Apabila objek perjanjian musnah di luar kesalahan salah satu
pihak, maka perjanjian tukar-menukar dianggap gugur. Pihak yang
telah menyerahkan barang dapat menuntut kembali barang yang telah
diserahkannya.

2. Kerangka Konseptual
Dalam peneitian ini penulis menguraikan beberapa konsep-konsep
terkait istilah-istilah yang akan digunakan, diantaranya adalah:
a. Ruilslag atau tukar guling dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) disebut tukar lalu, yang berarti bertukar barang dengan
tidak menambah uang. Dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, tukar guling disebut dengan Ruilslag yang berarti tukar
guling yang didasarkan atas persetujuan pemerintah. Dalam
KUHPer pasal 1541 kata tukar guling mempunyai arti suatu
persetujuan, dimana antara kedua belah pihak mengikatkan dirinya
untuk saling memberi suatu barang secara bertimbal balik, sebagai
gantinya atas suatu barang. Adapun tukar guling menurut istilah
fuqaha meskipun secara tidak langsung tidak terdefinisikan secara
eksplisit, namun secara implisit tetap disebutkan, namun dengan
11

istilah istibdal. Pengertian istibdal sebagai tukar guling


didefenisikan secara berbeda, diantaranya:
Menurut Imam Syarqawi kata istibdal (tukar guling) dalam
masalah wakaf adalah mengganti barang wakaf yang dinisbatkan
dengan kerusakan, yang kemudian diganti dengan benda lain yang
lebih baik. Sedangkan menurut salah satu penerus Madzhab Hanafi
yakni Ibnu „Abidin kata istibdal berarti mengganti suatu benda
wakaf satu dengan yang lain.8
b. Kantor Kementerian Agama atau yang disingkat Kemenag adalah
Kantor kementerian dalam Pemerintah yang membidangi urusan
agama, sebagai contoh wakaf. Dalam melaksankan tugasnya,
Kantor Kementerian Agama berfungsi dalam pelayanan,
bimbingan dan pembinaan di bidang haji dan umrah, pelayanan,
bimbingan dan pembinaan di bidang pendidikan madrasah,
pendidikan agama dan keagamaan, pembinaan kerukunan umat
beragama dll.
c. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 dan Peraturan Badan Wakaf Indonesia
Nomor 1 Tahun 2008 adalah Peraturan Perundang-Undang secara
tertulis yang mengikat secara umum, dan ditetapkan oleh lembaga
atau pejabat yang berwenang yang membahas tentang wakaf dan
ruilslag tanah wakaf.
d. BWI atau Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga negara
independen yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf. Badan ini terbentuk dalam rangka
mengembangkan dan mewujudkan perwakafan di Indonesia. BWI
dibentuk bukan untuk mengambil alih aset-aset wakaf yang selama
ini dikelola oleh nazhir yang sudah ada. BWI hadir untuk membina
nadzir agar aset wakaf dikelola lebih baik dan lebih produktif

8
TukarGuling Perspektif Fikih dan Hukum Positif,
http://www.referensimakalah.com/2013/02/tukar-guling-perspektif-fikih-dan-hukum.html?m=1
12

sehingga bisa memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat,


baik dalam bentuk pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi,
maupun pembangunan instruktur publik.9
e. Kompilasi Hukum Islam atau disingkat KHI adalah rangkuman
dari beberapa pendapat ahli hukum yang diambil dari berbagai
kitab yang ditulis oleh para ulama fikih yang biasa dipergunakan
sebagai referensi pada Pengadilan Agama untuk diolah dan
dikembangkan serta dihimpun ke dalam suatu himpunan. KHI ini
merupakan keberhasilan besar umat islam dalam pemerintahan
orde baru. Umat islam di Indonesia mempunyai pedoman fikih
yang seragam dan telah menjadi hukum positif yang wajib dipatuhi
oleh seluruh banga Indonesia yang beragama Islam.10
f. Fatwa MUI. Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat MUI
adalah lembaga yang mewadahi para ulama, zu’ama, dan
cendekiawan islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan
mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama
Indonesia berdiri pada tanggal 17 Rajab 1395 H atau tanggal 26
Juli 1975 di Jakarta, Indonesia untuk membantu pemerintah dalam
melakukan hal-hal yang menyangkut dengan umat Islam, seperti
mengeluarkan fatwa dalam kehalalan sebuah makanan, penentuan
kebenaran sebuah aliran dalam agama Islam, dan hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan seseorang penganut agama Islam
dengan lingkungannya.11

H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mendasarkan kepada penelitian hukum yang
dilakukan dengan memakai pendekatan normatif empiris, yang mana

9
bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/sekilas-bwi-html.
10
https://www.kumpulanmakalah.com/2017/09/kompilasi-hukum
islam.html%3Fm%3DI&ved.
11
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia.
13

metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya


merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian
normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi
dalam suatu masyarakat.
2. Jenis Penelitian
Dalam jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Kualitatif adalah nilai dari
perubahan-perubahan yang tidak dapat dinyatakan dalam angka,
melainkan memberikan uraian-uraian sesuai dengan kenyataan dan
keadaan yang sebenarnya yang terjadi pada objek penelitian.
Menurut Lexy J. Moleong (2009:248) proses analisis data kualitatif
dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan
sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data,
penyusunan satuan, kategorisasi dan terakhir adalah penafsiran data.
Mengenai penelitian deskriptif, metode ini bertujuan untuk
menggambar sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset
dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu.12
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menguraikan
tentang sifat-sifat dari suatu keadaan dan sekedar memaparkan uraian
(data dan informasi) yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari
lapangan.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan metode
wawancara kepada pihak yang berkompetensi, dalam hal ini

12
Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004), h.,22.
14

Kantor Kementerian Agama Kota Depok dan juga memperoleh


data dari peraturan perundang-udangan yaitu Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2006, Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 1 Tahun 2008
dan Kompilasi Hukum Islam menjadi kewenangan dalam
mendapatkan informasi pada penelitian ini.
2) Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui metode studi
kepustakaan atas buku-buku, dokumen-dokumen serta literature
lain yang menunjang objek yang sedang diteliti.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
a. Penelitian pustaka (library research) dengan melakukan
telaah mendalam atas buku, karya ilmiah, artikel, dan
dokumen lainnya yang sesuai dengan objek yang diteliti.
4. Teknik Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara :
a. Interview/wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
dimana percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan serta diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Metode ini dilakukan
dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden. Jadi
teori wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab
langsung kepada Kantor Kementerian Agama Kota Depok
sebagai sumber informasi dalam penelitian dengan pedoman
wawancara yang telah peneliti tetapkan, sehingga diperoleh data-
data yang diperlukan oleh penulis.
b. Studi Dokumentasi ini dapat menelaah bahan-bahan atau data-
data yang diambil dari dokumentasi Kantor Kementerian Agama
Kota Depok mengenai prosedur persyaratan ruilslag tanah wakaf.
5. Metode Analisis
Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke
komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-
15

masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut


pandang. Penelaah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.13
Data yang akan dikumpulkan akan diolah, dianalisis, dan
dinterpretasikan, untuk dapat menggali dan menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu
data primer dengan cara wawancara (interview), kemudian dianalisis
dan dipadukan atau dikaitkan dengan sumber data sekunder yaitu
peraturan perundang-undangan kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan mengenai analisis ruilslag tanah wakaf menurut Peraturan
Perundangan-undangandan.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh Penulis dalam
skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.

I. Sistem Pembahasan
Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, yang masing-masing bab akan
diuraikan dalam beberapa sub bab. Untuk mendapat gambaran yang jelas dan
untuk mempermudah dalam pembahasan, berikut sistematika penulisan
skripsi ini:

BAB I: Membahas mengenai pendahuluan yang didalamnya berisi


latar belakang masalah, pembatasan masalah, identifikasi,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka
teori dan konseptual, review studi terdahulu, dan
sistematika pembahasan.

13
Sri Mamudji, dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, 2005. h.,67
16

BAB II : Membahas tentang Teori dan Ruilslag Tanah Wakaf yang


didalamnya berisi wakaf dalam islam, ruilslag menurut
Peraturan Perundang-undangan.
BAB III: Membahas tentang Profil Umum Kantor Kementerian
Agama Kota Depokyang meliputi, sejarah, visi dan misi,
fungsi dan tujuan, dan struktur organisasi.
BAB IV: Analisis ruilslag tanah wakaf menurut Peraturan Perundang-
undangan yang meliputi prosedur penggantian nazhir,
prosedur pendaftaran ruilslag tanah wakaf dan sanksi
penyalahgunaan tanah
BAB V: Kesimpulan dan saran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Wakaf Dalam Islam


1. Pengertian Wakaf

Secara etimologi kata wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, kata kerjanya
waqafa yaqifu, berarti ”berdiri”, “berhenti”, “menahan” atau “mencegah”.
Ungkapan kata waqaftu, berarti aku berdiri, aku berhenti, aku ragu-ragu, aku
cegah dan aku tahan. Selanjutnya kata waqf lebih populer digunakan untuk
makna mauquf, artinya yang ditahan, yang dihentikan atau yang diragukan,
dibandingkan dengan makna suatu transaksi. Ungkapan kalimat: hadza al-
‘iqra waqf (tanah ini adalah wakaf) maksudnya hadza al-‘iqra mauquf (tanah
ini adalah yang diwakafkan).14Adapun secara terminologi, wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.15

Pengertian Dari Epistemologis

Secara epistemologis, yang dimaksud dengan wakaf menurut ulama fiqhialah


sebagai berikut:16

1) Menurut Madzhab Hanafi:

Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap


milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk
kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak

14
Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan Pertama,
Kementrian Agama RI, Thn. 2010, h.77.
15
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
16
Departemen Agama RI, Fiqh Waqaf, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun 2006, h.1-3.

17
18

lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia


boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta
warisan untuk ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah
“menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi
mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas
suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan
menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial),
baik sekarang maupun akan datang”.

Dengan demikian bagi Abu Hanifah, suatu wakaf akan berakhir


dengan meninggalnya orang yang mewakafkan dan harta tersebut
kembali kepada ahli waris yang berhak. Namun pada kesempatan lain,
Madzhab Hanafi mengakui keberadaan harta wakaf yang tidak dapat
ditarik kembali, yaitu:17

a. Berdasarkan keputusan hakim bahwa harta wakaf itu tidak boleh


dan tidak dapat ditarik kembali.
b. Wakaf yang dilakukan dengan jalan wasiat.
c. Harta wakaf yang dipergunakan untuk pembangunan masjid.

2) Menurut Madzhab Maliki:


Wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan
tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut
kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya
serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif
menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh mustahiq
(penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya ituberbentuk upah, atau
menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang.
17
Departemen Agama RI, Bunga Rampai Perwakafan, Departemen Agama RI,
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Tahun 2006.
19

Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa


tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik
harta menahan benda itu dari pengunaan secara pemilikan, tetapi
membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu
pemberian manfaat benda secara wajar sedang benda itu tetap menjadi
milik si wakif. Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu, dan
karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).

3) Menurut Madzhab Syafi‟i dan Hanbali


Syafi‟i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna
prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap
harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara
pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika
wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh
ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya
kepada mauquf „alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang
mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran
sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli
berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf „alaih.
Karena itu mazhab Syafi‟i mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak
melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai
milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu
kebajikan (sosial)”.

2. Dasar Hukum Wakaf


1) Al-Qur‟an
Dalil yang menjadi dasar disyari‟atkannya ibadah wakaf dapat kita
lihat dari beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad saw
antara lain:
20

َ ‫ي َ ٓأَُّيه َا ٱ َّ َِّل َين َءا َمنُو ۟ا ٱ ْر َل ُعو ۟ا َوٱ ْْسُدُ و ۟ا َوٱ ْع ُبدُ و ۟ا َ بر َّ ُ ُْك َوٱفْ َعلُو ۟ا ٱمْخ ْ ََي م َ َعلَّ ُ ُْك ثُ ْف ِل ُح‬
)۷۷‫ون(احلج‬
“Hai orang-orang yang beriman, ruku‟lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu
mendapat kemenangan” (Q.S. 22:77)

‫اَّلل ِب ِو عَ ِل ٌي (ال معران‬


َ َّ ‫َش ٍء فَا َّن‬ َ ‫م َ ْن ثَنَامُوا امْ ِ َِّب َح َّ َّٰت ثُ ْن ِف ُقوا ِم َّما ُ ُِت هب‬
ْ َ ‫ون ۚ َو َما ثُ ْن ِف ُقوا ِم ْن‬
ِ
)۲۹
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna)
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahui” (Q.S.3:92)

ِّ ُ ‫اَّلل ََكَث َِل َحبَّ ٍة َٱهْ َبت َ ْت َس ْب َع َس نَا ِب َل ِِف‬


‫ك ُسن ْ ُب َ ٍل‬ ِ َّ ‫ِيل‬ َ ‫َمث َُل َّ ِاَّل َين يُ ْن ِف ُق‬
ِ ‫ون َٱ ْم َوامَي ُْم ِِف َسب‬
ُ َّ ‫ِمائ َ ُة َحبَّ ٍة ۗ َو‬
ُ َّ ‫اَّلل يُضَ ا ِع ُف ِم َم ْن يَشَ ا ُء ۗ َو‬
)۹۶۲ ‫اَّلل َو ِاس ٌع عَ ِل ٌي (امبقرة‬
“Perumpamanaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa-siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Kuasa (Karunia-Nya) Lagi Maha
Mengetahui (Q.S.2:261).

2) Hadits
‫ إذا مات إبن ٱٓدم اهقطع‬: ‫عن ٔٱىب ىريرة رىض هللا ٔٱن امنىب صىل هللا عليو وسمل قال‬
‫ ٔٱوودل صاحل يدعوهل‬،‫ ٔٱو عمل ينتفع بو‬،‫ صدقة جارية‬،‫معهل ٕا ّال من جالجة‬

Dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah


bersabda: “Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shaleh yang mendo‟akan orang tuanya”.
21

Penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut:18

‫ذ مره ىف ابب اموق ٔلهو فرس ٔٱمعلامء امصدقة اجلرية ابموقف‬

“Hadits tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para


ulama menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf.” (Imam
Muhammad Ismail Al-Kahlani, t.t: 87)

‫ايراد املصنف ميذا احلديث ىف اموقف ٔلهو امعلموء فرسوا ابموقف‬


“Maksud pengarang (mengemukakan) hadits ini sebagai dalil wakaf,
karena para ulama menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf.”
(As-Syaukani, 1374 H:127)
)‫املقصود ابمصدقة اجلارية (اموقف‬
“Yang dimaksud dengan shadaqah jariyah adalah wakaf.” (Sayid
Sabiq, 1971: 378)
‫وْحل امعلامء امصدقة اجلارية عىل اموقف‬
“Para ulama mengelompokkan shadaqah jariyah kepada wakaf.”
(Imam Taqiyuddin, Abi Bakr, t.t :319)

Dari uraian di atas, ternyata ulama sepakat bahwa yang dimaksud shadah
jariyah dalam hadits tersebut adalah wakaf. Karena yang dimaksud
shadaqah jariyah adalah amalan yang tidak terputus, seperti halnya wakaf.
Selama benda-benda itu masih ada dan dimanfaatkan oleh orang banyak,
maka pahalanya akan terus mengalir, walaupun orang yang mewakafkannya
telah meninggal dunia. Dari hadits di atas disebutkan bahwa anak sholeh
yang mendo‟akan kedua orang tuanya termasuk amalan jariah karena anak
sholeh adalah hasil kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam sangat
menganjurkan dalam pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama. Yang
dikemudian hari anak tersebut menjadi anak sholeh, dan orang tuanya
mendapatkan pahala meskipun telah meninggal dunia.

18
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Darrul Ulum Press, Radar Jaya
Offset Jakarta: 1999, h.28-32.
22

3. Rukun dan Syarat Wakaf


Dalam persepektif fiqh Islam, untuk adanya wakaf harus dipenuhi 4
rukun atau unsur dari wakaf tersebut, yaitu:19
1) Adanya orang yang ber-wakaf (sebagai subjek wakaf) (waqif).
2) Adanya benda yang diwakafkan (sebagai objek wakaf) (mauquf
bih).
3) Adanya penerima wakif (sebagai subjek wakaf) (mauquf alaih).
4) Adanya akad atau lafadz atau pernyataan penyerahan wakaf dari
tangan wakif kepada orang atau tempat berwakaf.

Unsur pertama wakaf, yaitu adanya subjek wakaf atau wakif, dalam
hal ini adanya orang yang mewakafkan hartanya, dan ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Di kalangan fuqaha sepakat bahwa orang-orang yang hendak


melakukan transaksi wakaf harus memenuhi persyaratan tertentu agar
perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan. Pewakaf diisyaratkan harus
seseorang yang dipandang cakap untuk melakukan amal kebajikan (ahl li
tabarru) dengan indikator sebagai berikut:20

1) Pewakaf adalah orang dewasa, bukan anak-anak. Anak-anak yang


belum dewasa sekalipun sudah memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan sudah dapat menentukan pilihan sendiri
(mumayyiz), tidak sah beramal wakaf.
2) Pewakaf berakal sehat, sebaliknya orang yang sakit ingatan
(majnun), orang yang mabuk (sakar) dan orang idiot (ma’tuh)
semua tindakannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, oleh
karena itu tidak sah beramal wakaf. Orang mabuk akalnya tidak
dapat bekerja dengan baik, tidak sadar, dan tidak dapat mengontrol

19
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2009,
h.,59
20
H.Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan
Pertama, Kementrian Agama RI, 2010, h., 110.
23

tindakan-tindakan yang ia lakukan. Yang dimaksud idiot (ma’tuh)


adalah orang yang sangat lemah akalnya sehingga tidak dapat
menangkap dan merekam informasi dengan baik, akibatnya
tindakan dan ucapannya tidak dapat dipertanggung jawabkan,
tindakan dan ucapan orang idiot tidak menentu, kadang-kadang
seperti orang sehat akalnya kadang-kadang seperti orang sakit
ingatan. Oleh karena itu orang idiot termasuk orang yang tidak
cakap melakukan perbuatan hukum (mahjur ’alaih), tidak sah
mengikrarkan wakaf.
3) Pewakaf pada saat mewakafkan hartanya dalam keadaan sehat,
bukan orang yang dalam keadaan sakit keras. Orang yang sedang
sakit keras tidak sah mewakafkan, kecuali dalam batas sepertiga
harta. Pembatasan ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
hak-hak orang seperti: hak orang yang berpiutang dan hak ahli
waris. Batas sepertiga harta dijelaskan oleh Nabi saat akan
menerima harta Sa‟ad bin Abi Waqas ketika ia jatuh sakit, sebagai
berikut:
‫امثلث وامثلث لثي إهك ٔٱن ثدع ورجك ٔٱغنياء خيمن ٔٱن ثدعك عاةل يتكففون امناس‬
‫ رواه‬-‫ٔٱيدُّيم وٕاهك همام ٔٱهفقت من هفقة فإهناصدقة حَّت انلقمة ترفعيا إىل ىف امر ٔٱثك‬
‫امبخارى‬
Artinya: “Sepertiga, sekali lagi sepertiga, itupun sudah banyak,
Sesungguhnya kamu meninggalkan ahli waris yang kaya adalah
lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin
meminta-meminta kepada orang lain dan menunggu uluran tangan
mereka. Dan sesungguhnya, setiap kamu mengeluarkan nafkah
(untuk keluargamu), berarti kamu sedekah termasuk sesuap nasi
yang kamu berikan kepada istrimu” (H.R Bukhari).

4) Pewakaf adalah pemilik penuh harta yang diwakafkannya,


seseorang yang diserahi tugas untuk mengurus harta, atau hanya
sebagai pembeli gadai, tidak dapat mewakafkan harta yang
dikuasainya karena bukan milik penuh.
24

5) Pewakaf adalah orang yang cakap bertindak (rasyid), bukan orang


yang dibawah pengampunan (mahjur ‘alaih), baik karena berlaku
boros (safih) atau karena jatuh pailit (muflis). Orang yang berlaku
boros atau jatuh pailit tidak sah untuk mewakafkan hartanya.
Pemahaman ini bertujuan untuk melindungi hak-hak orang lain,
baik orang yang berpiutang maupun ahli waris dan juga
melindungi hak-hak pribadinya.
6) Pewakaf tidak tenggelam hutang, orang yang mempunyai hutang
yang melebihi jumlah hartanya tidak sah mewakafkan. Orang yang
mempunyai hutang yang melebihi hartanya tidak sah mewakafkan
walaupun hanya sebagian. Dan orang yang mempunyai hutang
yang tidak melebihi hartanya sah mewakafkan harta yang
selebihnya. Apabila wakafnya melebihi sisa harta yang dijaminkan
hutang, maka keabsahannya tergantung dari perizinan pihak yang
berpiutang, apabila pihak yang berpiutang mengizinkan, wakafnya
sah, sebaliknya apabila tidak mengizinkan, wakafnya tidak sah.
Dan apabila seseorang mempunyai hutang yang melebihi hartanya
terlanjur berbuat wakaf, maka hakim bertanggung jawab untuk
membatalkan wakafnya dan melelangkan seluruh asset wakaf
untuk menutup hutang-hutangnya.

Syarat yang kedua adalah mauquf bih (barang atau harta yang
diwakafkan). Dalam perwakafan, agar dianggap sah maka harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :21

a) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya).


Maksudnya adalah dalam praktiknya harta tersebut dapat bernilai
apabila telah dimiliki oleh seseorang, dan dapat dimanfaatkan
dalam kondisi bagaimanapun.

21
Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI,
2007), h. 49-50.
25

b) Harta wakaf itu jelas bentuknya, artinya diketahui secara


yakinketika benda tersebut diwakafkan, sehingga tidak akan
menimbulkan persengketaan. Harta wakaf itu merupakan hak milik
dari wakif.
c) Harta wakaf itu berupa benda yang tidak bergerak, seperti tanah,
atau benda yang disesuaikan dengan wakaf yang ada.
Syarat berikut, yaitu syarat ketiga adanya penerima wakaf, yaitu
maukuf alaih. Kehadiran maukuf alaih sewaktu terjadinya ikrar wakaf
karena dalam pandangan ulama-ulama fuqaha, tidak sah memberikan
wakaf kepada orang yang belum jelas orangnya atau terhadap orang yang
belum lahir. Sebagai contoh wakaf yang kepada seorang bayi yang masih
dalam kandungan ibunya, belum diketahui apakah anak itu akan hidup
atau meninggal ketika lahir. Kemudian maukhuf alaih disyaratkan pula
ahli untuk memiliki harta (menerima), maksudnya maukuf alaih bisa
dipertanggung jawabkan dan memelihara harta wakaf itu dan melihat
wakaf sebagai amanah dari Allah yang harus dijaga. Disyaratkan pula
maukuf alaih seorang yang bukan pendurhaka dan orang yang suka
berbuat maksiat melawan hukum Allah. Dinyatakan pula kepada siapa
yang menerima harta wakaf itu secara tegas dalam sighat selama tidak
ada hukum yang mencegahnya.22

Syarat terakhir, adanya ikrar atau pernyataan (shigat) adalah rukun


wakaf yang sangat penting, Ulama Hanafiyah memandangnya sebagai
satu-satunya rukun dalam transaksi wakaf lafadz atau sighat ialah
pernyataan kehendak dari wakif yang dilahirkan dengan jelas tentang
benda yang diwakafkan, kepada siapa diwakafkan untuk apa
dimanfaatkan. Apabila penerima wakaf adalah pihak tertentu, sebagian
ulama berpendapat perlu ada qabul (jawaban penerimaan). Tapi kalau
wakaf itu untuk umum saja, tidak harus ada qabul.23 Mereka meyatakan

22
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press,2005, h.18.
23
AdIjani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Cetakan
IV, PT RajaGrafindo Persada, 2002, h.34.
26

bahwa rukun wakaf hanyalah ikrar atau pernyataan dengan menggunakan


kalimat-kalimat tertentu. Berikut pernyataan atau ikrar wakaf (shigat) ini,
Al-Ghazali memberikan persyaratan sebagai berikut:24

1. Harus menyebutkan untuk jangka waktu yang tak terbatas


(ta’bid). Sejumlah ulama fikih tidak mengesahkan wakaf yang
ikrarnya menyebutkan untuk jangka waktu terbatas (mu’aqqat)
dengan alasan bahwa wakaf adalah sebuah transaksi
memisahkan hak yangbertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah (al-qurbah), tidak boleh dibatasi dengan waktu tertentu.
Apabila seseorang mengikrarkan wakaf satu sampai dua tahun,
maka wakafnya tidak sah karena ikrarnya tidak memenuhi
persyaratan.
2. Dapat realisir langsung (munnjiz). Sejumlah besar ulama
mensyaratkan ikrar wakaf tidak dikaitkan dengan sesuatu dan
tidak ada transaksi yang langsung memindahkan hak seperti
halnya jual beli, sewa-menyewa dan hibah. Akan tetapi Ulama
Malikiyah membolehkan wakaf dengan menunda
pelaksanaanya hingga bulan depan atau tahun depan, atau
menyandarkannya dengan sesuatu. Misalnya seseorang berkata:
“Seandainya aku dapat membeli rumah si A maka saya
wakafkan”, wakaf yang demikian hukumnya sah.
3. Ikrar wakaf bersifat mengikat (ilzam). Sejumlah ulama besar,
selain Malikiyah, memandang bahwa memberikan syarat dalam
pelaksanaan wakaf hukumnya tidak boleh. Misalnya tanah ini
saya wakafkan dengan syarat sewaktu-waktu dapat ditarik
kembaliapabila diperlukan.Alasannya karena wakaf merupakan
transaksi melepaskan hak sama dengan pemberian lepas (hibah)

24
H.Mukhklisin Muzarie, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor), Cetakan
Pertama, Kementrian Agama RI, Thn. 2010, h.,141-142.
27

atau pembebesan budak, tidak boleh ada pilihan (khiyar) antara


membatalkan (wakaf) atau meneruskan.
4. Ikrar wakaf harus menyebutkan sasaran yang jelas. Apabila
pewakaf dalam pernyataan atau ikrarnya tidak menyebutkan
sasaran yang jelas seperti “tanah ini saya wakafkan”, tanpa
menyebut sasaran mana yang dituju, maka wakafnya tidak sah.
Demikian pandangan Ulama Syafi‟iyah, namun ulama lainnya
memandang bahwa ikrar wakaf yang tidak menyebutkan
sasaran hukumnya sah. Misalnya pewakaf yang mengikrarkan
bahwa “tanah ini saya wakafkan karena Allah semata-mata”
hukumnya sah.
5. Wahbah Zuhaili menambahkan bahwa persyaratan atau ikrar
wakaf tidak boleh disertai persyaratan-persyaratan yang
sifatnya bertentangan dengan tujuan wakaf. Misalnya pewakaf
mewakafkan tanahnya untuk kepentingan lembaga dengan
syarat agar tetap dikuasai dan diatur sendiri atau diatur oleh
anaknya walaupun kinerjanya tidak benar.

4. Pengertian Nazhir
Nazhir berasal dari kata kerja bahasa arab nazhara-yandzuru-
nadzaran yang mempunyai arti menjaga, memelihara, mengelola dan
mengawasi. Adapun nazhir dalam isimfa’ildari kata nazhir yang
kemudian dapat diartikan dalam bahasa indonesia dengan pengawas
(penjaga).25 Secara istilah nazhir adalah orang atau sekelompok orang dan
badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif mengelola wakaf.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa
nazhir adalahpihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.26

25
http: //groups.yahoo.com/group/fiqhzakatdanwaqaf/pada tanggal 19 Juni 2018.
26
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Laksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
28

5. Kewajiban dan Hak-hak Nazhir


Kewajiban nazhir yang dijelaskan dalam Pasal 200 di dalam
Kompilasi Hukum Islam adalah sebagai berikut:27
a. Mengurus dan bertanggung jawab atas kekayaan wakaf serta hasilnya,
dan pelaksanakan perwakafan sesuai dengan tujuannya menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Menteri Agama.
b. Membuat laporan secara berkalaatas semua hal yang menjadi
tanggung jawabnya kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan dan
Camat setempat sesuai dengan tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan Menteri Agama.

Adapun hak nazhir yang dijelaskan dalam Pasal 222 Kompilasi


Hukum Islam, yaitu mendapatkan penghasilan dan fasilitas, yang jenis
dan jumlahnya ditentukan berdasarkan kelayakan atas dasar Majelis
Ulama Kecamatan dan Kantor Urusan Agama yang bersangkutan.

Begitu pula dengan penjelasan pada Pasal 12 Undang-undang Nomor


41 Tahun 2004 hak nazhir adalah dapat menerima imbalan dari hasil
bersih atas pengelolaan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi
dari 10%.

6. Macam-macam Wakaf
Wakaf yang dikenal dalam syari‟at Islam, dilihat dari penggunaan/
yang memanfaatkan benda wakaf ada dua macam, dari kutipan buku
Suparman Usman yang diambil dari pemikiran Sayyid Sabiq (1971: 378)
menulis:28
:‫اهواعو‬

27
Kompilasi Hukum Islam, Bab III, Pasal 200 Tentang Perwakafan.
28
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia Cetakan II, Darrul Ulum Press,
Radar Jaya Offset, Jakarta: 1999, h.,34-36.
29

‫ ويسمى‬,‫وااموقف ٔٱحياان يكون اموقف عىل ٔٱ ٔلحفاد ٔٱوا ٔلقارب ومن بعدمه إىل امفقياء‬
.‫ىذااموقف ٔٱىىل ٔٱواَّلرى‬
‫و ٔٱحياان يكون اموقف عىل ٔٱبواب اخلي ابتداء ويسمى ابموقف ٔٱخليي‬
“Macam-macamnya:
Wakaf itu adakalanya untuk anak cucu atau kaum kerabat dan kemudian
sesudah mereka it untuk orang-orang fakir miskin. Wakaf yang demikian
itu dinamakan wakaf ahli atau wakaf dzurri (keluarga). Dan terkadang
pula wakaf itu diperuntukkan bagi kebajikan semata-mata. Wakaf yang
demikian wakaf khairi (kebajikan)”.
Dengan demikian wakaf itu biasa berbentuk: wakaf ahli/wakaf dzurri
dan wakaf khairi.

1) Wakaf ahli atau wakaf dzurri kadang-kadang juga disebut Wakaf


alal audad. Yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan
jaminan sosial dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerabat
sendiri. Jadi yang menikmati manfaat benda wakaf ini sangat
terbatas kepada yang termasuk golongan kerabat sesuai dengan
ikrar yang dikehendaki oleh si wakif.
Wakaf untuk keluarga ini secara hukum dibenarkan
berdasarkan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Anas bin Malik tentang adanya wakaf keluarga Abu
Thalhah kepada kaum kerabatnya. Di ujung hadits tersebut
dinyatakan sebagai berikut:29
‫ فَقَ َّس َميَا َابُ ْو َطلْ َح ْة ِىف َاقَ ِ ِارب ِو‬,‫ َوا ِ ِّّن َا َرى َا ْن َ َْت َعلَيَا ِىف َاال ْق ِرب ْ َِْي‬,‫قَدْ َ َِس ْع ُت َماقُامْ َت ِفْيْ َا‬
‫َوب َ ِِن َ ِّمع ِو‬
“Aku telah mendengar ucapanmu tentang hal tersebut. Saya
berpendapat sebaliknya kamu memberikannya kepada keluarga
terdekat.” Maka Abu Thalhah membagikannya untuk para keluarga
dan anak-anak pamannya.
29
Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Cetakan Keempat, Direktorat Pemberdayaan
Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Jakarta, Tahun
2006, h.15.
30

Pada perkembangan selanjutnya wakaf dzurri ini dianggap


kurang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan umum,
karena sering menimbukan kekaburan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan wakaf itu oleh keluarga yang diserahi harta wakaf
ini. Lebih-lebih kalau keturunan keluarga tersebut sudah
berlangsung kepada anak cucunya.
2) Jenis wakaf yang kedua ialah wakaf khairi. Artinya wakaf yang
diperuntukkan bagi segala amal kebaikan atau kepentingan umum.
Jenis wakaf ini seperti yang diterangkan oleh Hadits Nabi
Muhammad saw yang menceritakan tentang Sahabat Umar bin
Khattab, beliau memberikan hasil kebunnya kepada fakir miskin,
ibnu sabil, fisabilillah, para tamu, dan hamba sahaya yang sedang
berusaha menebus dirinya. Wakaf ini ditujukan kepada umum,
dengan tidak terbatas penggunaannya, yang mencakup semua
aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat tersebut biasanya
untuk jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, pertahanan,
keamanan, dan lain-lain.
Dan jenis wakaf inilah yang sesungguhnya paling sesuai
dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara umum. Dalam jenis
wakaf ini juga, si wakif (orang yang mewakafkan harta) dapat
mengambil manfaat dari harta yang diwakafkan itu, seperti wakaf
masjid maka si wakif boleh saja disana, atau mewakafkan sumur,
maka si wakif boleh mengambil air dari sumur tersebut
sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Usman bin
Affan. Secarasubstansinya wakaf inilah yang merupakan salah
satu segi dari cara membelanjakan (memanfaatkan) harta di jalan
Allah SWT. Dan tentunya jika dilihat dari manfaat kegunaanya
merupakan salah satu sarana pembangunan, baik di bidang
keagamaan, khususnya peribadatan, perekonomian, kebudayaan,
kesehatan, kemananan dan sebagainya. Dengan demikian, benda
31

wakaf tersebut benar-benar terasa manfaatnya untuk kepentingan


kemanusiaan (umum), tidak hanya untuk keluarga atau kerabat
yang terbatas. 30
7. Hukum Wakaf
Wakaf itu diperbolehkan dengan tiga syarat: 31
1) Barang yang diwakafkan bisa dimanfaatkan dan keadaannya tetap
utuh.
2) Barang yang diwakafkan sudah ada dan merupakan bagian yang
tidak terpisah.
3) Barang yang diwakafkan bukan untuk perkara yang diharamkan.

Penggunaan wakaf harus mengikuti persyaratan orang yang


mewakafkan, entah itu mendahulukan, menunda, menyamakan, atau
melebihkan (pemberian wakaf kepada sebagian dari pihak yang
menerima wakaf).

B. Ruilslag Menurut Peraturan Perundang-undangan

Ruilslag dikenal dengan istilah tukar guling dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebut juga tukar lalu yang berarti bertukar barang dengan
tidak menambah uang.32 Dalam KUHPerdata disebutkan bahwa tukar
menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai ganti suatu barang lain.33 Apabila kedua makna tersebut digabungkan,
maka pengertian dalam ruilslag atau tukar guling adalah suatu persetujuan

30
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf Cetakan Keempat, Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI,
Tahun 2006, h. 17.
31
Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Madzhab Syafi’i Cetakan IV, Penerjemah D.A Pakihsati, Media Zikir, Solo, 2015, h.311.
32
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 1217.
33
3Kitab Undang-undang Hukum KUHPer, KUHP, KUHAP Beserta Penjelasannya
Cetakan 2, Grahmedia Pressindo, 2015, h. 318-319.
32

dengan kedua belah pihak yang mengikatkan diri untuk saling memberikan
suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang lain tanpa
menambah uang dari salah satu pihak.
Sedangkan Pasal 40 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
wakaf menyebutkan bahwa harta benda wakaf yang sudah diwakafkan
dilarang untuk:34
1. Dijadikan jaminan
2. Disita
3. Dihibahkan
4. Dijual
5. Diwariskan
6. Ditukar
7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Namun dalam pasal 40 harta benda wakaf diperbolehkan untuk melakukan


pertukaran dengan objek tanah wakaf lainnya berupa tanah wakaf, apabila
harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan
umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan syariah. Ketentuan tersebut berlaku setelah memperoleh
izin tertulis dari Menteri Agama atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia
(BWI). Kemudian harta benda wakaf yang telah berubah status hukumnya
hanya dapat ditukar dengan objek yang berupa tanah dengan nilai tukar yang
lebih baik atau sekurang-kurangnya sama dengan objek tanah yang
sebelumnya. Nilai tukar yang lebih baik yang dimaksud berupa Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) sekurang-kurangnya sama dengan NJOP harta benda
wakaf dan harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah
untuk dikembangkan. Kemudian Pasal 49 dalam Peraturan Pemerintah

34
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
33

Nomor 42 Tahun 2006 dijelaskan pula, persyaratan dalam pertukaran harta


benda wakaf sebagai berikut:35
1. Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang
kecuali dengan izin tertulis dari Menteri berdasarkan pertimbangan
BWI.
2. Izin tertulis dari Menteri sebagaimana dimaksud hanya dapat
diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Perubahan harta benda wakaf tersebut digunakan untuk
kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan
ikrar wakaf.
c. Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara
langsung dan mendesak.
3. Selain dari pertimbangan sebagaimana dimaksudizin pertukaran harta
benda wakaf hanya dapat diberikan jika:
a. Harta benda penukar memiliki sertifikat atau bukti
kepemilikan sah sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
b. Nilai dan manfaat harta benda penukar sekurang-kurangnya
sama dengan harta benda wakaf semula.
4. Nilai dan manfaat harta benda penukar sebagaimana dimaksud
ditetapkan oleh bupati/walikota berdasarkan rekomendasi tim penilai
yang anggotanya terdiri dari unsur:
a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
b. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
c. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten/Kota.
d. Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

35
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
34

e. Nazhir Tanah Wakaf Yang Bersangkutan.

Dengan demikian, perubahan dan atau pengalihan benda wakaf pada


prinsipnya bisa dilakukan selama memenuhi syarat-syarat tertentu dan dengan
mengajukan alasan-alasan sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang-
undang yang berlaku. Ketatnya prosedur perubahan atau pengalihan benda
wakaf itu bertujuan untuk meminimalisir penyimpangan peruntukan dan
menjaga keutuhan harta wakaf agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang
dapat merugikan eksistensi wakaf itu sendiri. Sehingga wakaf tetap menjadi
alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat banyak.36
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 225 Bab IV Tentang
Perubahan, Penyelesaian dan Pengawasan Benda Wakaf pertukaran harta
benda wakaf dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan (KUA) berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan
Camat setempat dengan alasan:37
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh
wakif.
b. Karena kepentingan umum.
Harta benda wakaf bila terjadi tukar guling atau menjual harta benda
wakaf dan membeli harta benda wakaf lainnya sebagai penggantinya
diperbolehkan dengan pertimbangan dan ditentukan oleh hasil kelayakan dan
penilaian terhadap rancangan, karena tujuan utama pengelolaan harta benda
wakaf menjaga keutuhan harta pokok dan mengembangkannya untuk
menempati keinginan wakif dan memenuhi kebutuhan mauquf alaihi. Agar
harta benda wakaf tidak terancam rusak, hancur dan binasa maka diperlukan
pemeliharaan rutin, sehingga mampu memenuhi tujuan harta benda wakaf

36
Departemen Agama RI, Fiqih Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Tahun 2006, h., 89.
37
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab IV Tentang Perubahan, Penyelesaian dan
Pengawasan Benda Wakaf.
35

dan memperoleh keuntungan. Pemeliharaan disyaratkan dalam akta ikrar


wakaf sebagai kewajiban pengguna.38
Begitu pula dengan Fatwa MUI yang mengeluarkan Keputusan Ijtima‟
Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia pada Tahun 2009 tentang penukaran objek
wakaf, yaitu:39
a. Alih fungsi benda wakaf diperbolehkan sepanjang kemaslahatan lebih
dominan.
b. Pelaksanaan ketentuan penukaran atau pengubahan objek wakaf harus
seizing Menteri Agama, persetujuan Badan Wakaf Indonesia,serta
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pertimbangan MUI.

Namun apabila harta wakaf berupa tanah wakaf tersebut tidak bermanfaat
lagi sesuai dengan ikrar wakaf semula atau dikarenakan adanya kepentingan
umum, maka benda wakaf dapat dilakukan penukaran atau hal lainnya,
seperti dalam Al-Qawaidh Fiqhiyah yang mengatakan sebagai berikut:
‫د َْر ُء امل َ َف ِاس ِد ُمقَ َّد ٌم عَ َىل َجلْ ِب امل َ َصا ِم ِح‬
“Menolak kerusakan harus didahulukan daripada menerima
kemaslahatan”.

Kaidah ini menjelaskan, apabila ada waktu yang sama dihadapkan dengan
dua pilihan, yaitu kerusakan atau kemaslahatan, maka yang harus
didahulukan adalah menolak kerusakan. Karena dengan menolak kerusakan
berarti akan mendapatkan kemaslahatan pula. Sedangkan tujuan hukum Islam
adalah meraih kemaslahatan di dunia dan juga di akhirat.
Kemaslahatan membawa manfaat bagi kehidupan manusia, sedangkan
kerusakan mengakibatkan kemudharatan bagi kehidupan manusia. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional ke VII Tahun 2005,

38
Musyfikah Ilyas,Istibdal Harta Benda Perspektif Hukum Islam, Volume 3 Nomor 2,
Desember 2016, h.146.
39
Fatwa MUI Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Status Tanah Yang Diatasnya Ada
Bangunan Masjid.
36

dalam keputusannya No.6/MUNAS/VII/MUI/10/2005 memberikan kriteria


sebagai berikut:40
1. Kemaslahatan menurut hukum islam adalah tercapainya tujuan
syari‟ah (maqashid syari’ah), yang diwujudkan dalam bentuk
terpeliharanya lima kebutuhan primer (ad-dharuriyat al-khams).
2. Kemaslahatan yang dibenarkan oleh syariah adalah kemaslahatan
yang tidak bertentangan dengan nash.
3. Yang berhak menentukan maslahat dan tidaknya sesuatu menurut
syari‟ah adalah lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang
syari‟ah dan dilakukan melalui ijtihad ijama‟i.
Dalam kehidupan ini, terdapat manfaat dan mudharat yang berada dalam satu hal.
Namun kita wajib memilih yang manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya.

Pada dasarnya suatu harta benda wakaf yang telah diwakafkan tidak boleh
dirubah atau penggunaan lain dari apa yang dimaksud dalam ikrar wakaf,
baik menyangkut masalah peruntukan atau penggunaan lain dengan
menitikberatkan pada “prinsip keabadian” bahwa menjaga kelestarian atau
keberadaan barang wakaf merupakan keniscayaan kapan dan dimana saja,
tidak boleh dijual dengan alasan apapun dan tidak boleh ditukar dalam bentuk
apapun, kecuali menghadapi keadaan-keadaan tertentu seperti harta benda
wakaf yang tidak produktif karena umur yang sudah tua, rusak dan
terbengkalai sehingga tidak bisa dimanfaatkan.41

40
Fatwa MUI, Fatwa MUI Tentang Kriteria Maslahat, Badan Informasi Publik
Dept.Kominfo, 2006, Jakarta,
41
Musyfikah Ilyas,Istibdal Harta Benda Perspektif Hukum Islam, Volume 3 Nomor 2,
Desember 2016, h.141.
BAB III

PROFIL UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DEPOK

A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Depok42


Kantor Kementerian Agama Kota Depok resmi berdiri sejak tahun 2000,
hal tersebut berdasarkan KMA No.30 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Kantor Kementerian Agama Kota Dumai, Metro, Cilegon, Depok dan
Banjarbaru, serta Kabupaten Aceh Singkil, Mandailing Natal, Toba Samosir,
Lampung Timur, Way Kanan, Bengkayang dan Luwu Utara. Kantor
Departemen Agama (Kandepag) yang sekarang sudah berganti nama menjadi
Kantor Kementerian Agama Kota Depok berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No.63 Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Kementerian Agama, dan merupakan Instansi vertikal
Kementerian Agama yang bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor
Wilayah Kementerian Agama Propinsi Jawa Barat.

Lokasi Gedung Kantor

Lokasi awal Kemenag Kota Depok sampai dengan sekarang yaitu:


1. Tahun 1999 sampai dengan 2001, bertempat di Gedung sekolah MTs.Al-
Hidayah yang beralamat di Jl. Lemperes Kecamatan Sukmajaya.
2. Tahun 2002 sampai dengan 2004 pindah gedung di MUI Kota Depok yang
beralamat di Jl. Nusantara Raya No.5-7 Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok.
3. Tahun 2004 sampai dengan sekarang Kandepag Kota Depok berdomisili
di Jl. Boulevard Raya Kota Kembang Kecamatan Sukmajaya dan tanah
yang ditempati sekarang memang khusus diperuntukan sebagai wilayah
perkantoran yang merupakan bantuan dari Pemda Kota Depok.

42
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 5

37
38

Untuk kepemimpinan Kantor sejak berdiri pada tahun 1999 sampai sekarang
Kantor Kementerian Agama Kota Depok telah mengalami 5 kali pergantian
Kepemimpinan yaitu:

1. Tahun 1999 - 2001 : H. Nian Atmadja, S.Ag


2. Tahun 2002 - 2005 : Drs. H. Mudjahidin Mansyur
3. Tahun 2006 - 2009 : Drs. H. Suhendra, MM
4. Tahun 2010 - 2013 : Drs. H. O. Nur Muhammad, MM
5. Tahun 2013 - 2016 : Drs. H. A.Chalik Mawardi, M.Ag
6. Tahun 2016 – sekarang : Drs. H. Ismatullah Syarif, M.Ag

Kantor Kementerian Agama Kota Depok berkedudukan di kota, berada di


bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama, yang meliputi 11 Kecamatan, yang terdiri dari:
1. Kecamatan Pancoran Mas
2. Kecamatan Cipayung
3. Kecamatan Sukmajaya
4. Kecamatan Cilodong
5. Kecamatan Sawangan
6. Kecamatan Bojong Sari
7. Kecamatan Cimanggis
8. Kecamatan Tapos
9. Kecamatan Beji
10.Kecamatan Limo
11.Kecamatan Cinere

B. Visi dan Misi43


Visi
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT INDONESIA YANG TAAT
BERAGAMA, RUKUN, CERDAS DAN SEJAHTERA LAHIR BATIN

43
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 20 Mei 2018, h., 3
39

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG BERDAULAT,


MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG
ROYONG.

Misi
a. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama.
b. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama.
c. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan
berkualitas.
d. Meningkatkan pemanfaatan dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi
keagamaan.
e. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang berkualitas
dan akuntabel.
f. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama,
pendidikan agama pada santuan pendidikan umum dan pendidikan
keagamaan.
g. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel dan
terpercaya.

C. Tugas dan Fungsi44


1. Tugas
Kantor Kementerian Agama Kota Depok mempunyai tugas,
melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah Kota
Depok berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Jawa Barat dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas Kantor Kementerian Agama Kota Depok
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetepan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang
pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat
di Kabupaten/kota.

44
Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 14-15
40

b. Pelayanan, bimbingan dan pembinaan di bidang haji dan umrah.


c. Pelayanan, bimbingan dan pembinaan di bidang pendidikan
madrasah, pendidikan agama dan keagamaan.
d. Pembinaan kerukunan umat beragama.
e. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi
dan informasi.
f. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, pengawasan dan
evaluasi program.
g. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait
dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas
kementerian di kabupaten/kota

D. Struktur Organisasi45
Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kota Depok termasuk
dalam tipologi III/d, hal ini berdasarkan pembentukan dan pengembangan
struktur organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota yang
dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis organisasi dan beban kerja
berdasarkan kriteria, sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip organisasi
b. Karakteristik hubungan dan/atau pelayanan pemerintah terhadap
suatu agama
c. Jumlah penduduk dan pemeluk agama
d. Luas Wilayah dan kondisi geografis
e. Peraturan perundang-undangan yang mendukung
f. Jumlah lembaga keagamaan yang dibina
g. Keberadaan dan jumlah pejabat fungsional

Adapun struktur organisasi di lingkungan Kementerian Agama Kota


Depok adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Tata Usaha

45
Buku Profil Kantor Kemenetrian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018, h., 21
41

2. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah


3. Seksi Pendidikan Madrasah
4. Seksi Bimbingan masyarakat Islam
5. Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam
6. Penyelenggaraan Bimbingan Masyarakat Kristen
7. Penyelenggaraan Bimbingan Masyarakat Katolik
8. Kelompok Jabatan Fungsional
BAB IV

ANALISIS RUILSLAG TANAH WAKAF MENURUT PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN

A. Prosedur Penggantian Nazhir


Nazhir menjadi pihak yang menerima wakaf dari seorang wakif, nazhir
pula yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu objek wakaf, termasuk
mengelola dan mengembangkan objek wakaf tersebut. Nazhir yang tidak
beritikad baik dapat dilakukan peringatan tertulis, penghentian sementara atau
pencabutan izin sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS PWU) dan dapat dilakukan setelah mendengar pembelaan dari LKS-
PWU atau rekomendasi dari instansi terkait. Seorang nazhir pula dapat
berhenti dari kedudukannya apabila:
a. Meninggal dunia.
b. Berhalangan tetap
c. Mengundurkan diri
d. Diberhentikan oleh BWI

Penggantian nazhir pada studi kasus Perumahan Kota Kembang, atau yang
sekarang disebut Grand Depok City, dikarenakan nazhir terdahulu dari
Yayasan Pesantren Al-Mawahibulladuniyyah tidak beritikad baik dalam
pendaftaran ruilslag, mereka tidak menindaklanjuti proses pendaftaran
ruilslag dan berakhir pada tahapan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi yang berlokasi di Bandung, mereka pula melakukan tindak pidana
berupa membuat sertifikat tanah wakaf yang sebenarnya prosedur pendaftaran
belum usai dan juga menjual tanah wakaf yang berlokasi di Kalimulya,
Sukmajaya, Depok setelah beberapa tahun setelahnya. Kemudian dari ketua
(K.H Muhammad Thamrin) meninggal dunia dan satu persatu lainnya (Irman
Fathurrohman Tamrin, Mardhiah Thamrin dan Yulianti Rachmi Thamrin)

42
43

sudah tidak diketahui lagi tempat tinggalnya, maka K.H Muhammad


Taqiyyudin Thamrin mengundurkan diri beserta atas nama nazhir lainnya.

Maka mengenai hal tersebut, PT. Inti Karsa Daksa menunjuk Kantor
Hukum Muchzan Yara dan Rekan untuk mengurus dan menyelesaikan
permasalahan proses tukar menukar tanah wakaf. PT.Inti Karsa Daksa (IDK)
yang diwakilkan pada kuasa hukumnya mengajukan nama-nama calon
pengganti nazhir. Akhirnya Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengesahkan
Yayasan Darul Qur‟an untuk menjadi nazhir pengganti. Dalam hal ini
Yayasan Darul Qur‟an merupakan badan hukum di daerah Tebet, Jakarta
Selatan. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan dan sosial.

Adapun yang dapat diangkat menjadi nazhir meliputi:

a. Perseorangan.
b. Organisasi.
c. Badan hukum.

Dalam pendaftaran nazhir badan hukum wajib didaftarkan pada Menteri


dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat. pendaftaran Nazhir
dilakukan melalui Kantor Urusan Agama terdekat, Kantor Kementerian
Agama, atau perwakilan BWI di Provinsi/ Kabupaten / Kota.

Pendaftaran nazhir menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006


adalah sebagai berikut:46

1. Harus memenuhi persyaratan:


a. Badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
b. Pengurus badan hukum harus memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan.

46
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
44

c. Salah seorang pengurus badan hukum harus berdomisili di


Kabupaten/Kota benda wakaf berada.
d. Memiliki:
1) Salinan akta notaris tentang pendirian dan anggaran dasar
badan hukum yang telah disahkan oleh instansi berwenang.
2) Daftar susunan pengurus.
3) Anggaran Rumah Tangga.
4) Program kerja dalam pengembangan wakaf.
5) Daftar terpisah kekayaan yang berasal dari harta benda wakaf
atau yang merupakan kekayaan badan hukum.
6) Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.

Sedangkan tahapan-tahapan penggantian nazhir menurut Badan


Wakaf Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Penukar tanah wakaf atau diwalikkan oleh kuasa hukumnya
mengajukan surat permohonan kepada KUA dengan
melampirkan alasan di dalamnya, berikut dokumen calon
nazhir pengganti, berupa:
a. Foto copy calon nazhir.
b. Daftar riwayat hidup calon nazhir.
2) Setelah disetujui, pihak KUA mengirimkan surat pengantar
permohonan pengganti nazhir yang ditujukan kepada BWI.
3) Keputusan Rapat pergantian nazhir, dengan menyebutkan
struktur nazhir paling kurang 3 orang yaitu, ketua, sekretaris
dan bendahara serta melampirkan daftar hadir oleh seluruh
nazhir yang masih ada dan wakif atau ahli warisnya bila wakif
telah meninggal dunia.
4) Apabila alasan penggantian tersebut dikarenakan wakif
meninggal dunia, maka harus memberikan lampiran surat
keterangan kematian. Apabila alasan penggantian nazhir karena
nazhir organisasi atau badan hukum bubar atau dibubarkan
45

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, maka harus


melampirkan surat pernyataan keberatan dari wakif/ahli waris.
5) Jika alasan pergantian nazhir karena dijatuhi hukuman pidana
oleh pengadilan, maka harus melampirkan salinan putusan
pengadilan.
6) Adapun lampiran-lampiran setelah BWI mengesahkan nadhir
pengganti adalah sebagai berikut:
a. Foto copy salinan akta notaris tentang pendirian
organisasi/badan hukum dan anggaran dasar yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang.
b. Foto copy Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti
Ikrar Wakaf (APAIW).
c. Foto copy Surat Pengesahan Nazhir.
d. Foto copy Surat Sertifikat Wakaf.
e. Program kerja dalam pengelolaan dan pengembangan
wakaf.
f. Daftar susunan pengurus.
g. Foto copy Anggaran Rumah Tangga.
h. Daftar kekayaan yang berasal dari harta wakaf yang
terpisah dari kekayaan lain yang merupakan kekayaan
organisasi/badan hukum.
i. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.

Seperti halnya persyaratan nazhir berbadan hukum yang tercantum


pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, dalam Pasal 219
Ayat 2 Kompilasi Hukum Islam, Nazhir harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
b. Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat tinggal
benda yang diwakafkannya.
46

Sementara tentang pemberhentian nazhir wakaf diatur dalam


Pasal 221 Kompilasi Hukum Islam yaitu:

1) Nazhir diberhentikan oleh Kepala Kantor Urusan Agama


Kecamatan karena:
a. Meninggal dunia
b. Atas permohonan sendiri
c. Tidak dapat melakukan kewajibannya lagi sebagai nazhir
d. Melakukan suatu kejahatan sehingga dipidana
2) Bila mana terdapat lowongan jabatan nazhir karena salah satu
alasan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka
penggantinya diangkat oleh Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan Camat
setempat.
3) Seorang nazhir telah berhenti, dan tidak dengan sendirinya
diganti oleh seorang ahli warisnya.

B. Prosedur Pendaftaran Ruilslag Tanah Wakaf Perumahan Kota Kembang


(Grand Depok City)
Pada mulanya tanah wakaf tidak dapat diubah, baik dijual, dihibahkan
maupun diruilslag atau ditukar, tetapi semakin banyaknya kebutuhan
masyarakat yang mengharuskan perubahan status pada tanah wakaf tersebut,
salah satunya adalah ditukar. Pemerintah membuat regulasi untuk perubahan
status tanah wakaf. Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 maupun
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 menjelaskan bahwa tanah wakaf
dapat diubah statusnya, apabila nilai tanah pengganti lebih besar atau setara
dengan tanah wakaf yang sebelumnya, harta benda penukar memiliki sertifikat
atau bukti kepemilikan sah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dan
bertujuan untuk kepentingan umum, misalnya jalan umum. Karena tujuan
pembangunan jalan umum tersebut untuk kemaslahatan bersama, bukan
bertujuan untuk mencari keuntungan pribadi. Oleh karena itu Pemerintah
47

mengatur regulasi tentang adanya ruilslag tersebut dengan memperketat


prosedur pendaftarannya. Itulah yang menjadi faktor dalam pendaftaran
ruilslag harus disertai perizinan tertulis dari Menteri Agama RI. Karena
apabila prosedur itu mudah, akan menjadi celah bagi yang mencari keuntungan
secara pribadi, dan mungkin berdampak buruk yang nantinya akan dirasakan
oleh masyarakat.
Salah satu pertimbangan dalam persoalan ini adalah dalam segi harga,
diperkirakan harga tanah yang dijadikan alat tukar ruilslag tidak dapat tetap,
kemungkinan beberapa tahun kedepan harga tanah tersebut berubah, dapat
meningkat atau menurun. Maka dari itu diperlukan bantuan jasa penilai publik
yang independen, yaitu seseorang appraiser yang berperan menentukan nilai
keseimbangan terhadap tanah pengganti dengan tanah wakaf. Hal ini pula
menjadi salah satu kesulitan dalam pengurusan prosedur pendaftaran ruilslag
tanah wakaf. Kesulitan lainnya dalam pendaftaran ruilslag yang dinilai cukup
sulit adalah pendaftaran tersebut hanya sebatas mencari keuntungan.
Masyarakat memanfaatkan proses tersebut hanya untuk kepentingan ekonomi
seperti perumahan, mall dan sebagainya, yang nantinya akan mendapatkan
keuntungan dari proses penukaran tanah wakaf tersebut.
Dalam prosesnya pun tentu berdasarkan persetujuan warga, RT, RW dan
lain-lain sebelum membuat rekomendasi ke KUA Kecamatan. Bahkan apabila
tahapan-tahapan disetujui sampai ke tingkat Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi, sedangkan BWI (Badan Wakaf Indonesia) tidak megeluarkan
penerimaan rekomendasi tersebut, maka permohonan tersebut batal secara
hukum, seperti yang terjadi dalam kasus ini.47
Dalam ruilslag yang dilakukan pertama kali yaitu pada tahun 1997 tanah
pengganti berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten dengan luas 26.325 m² yang
akan difungsikan menjadi tanah pengganti atas tanah wakaf Yayasan Pesantren
Al-Mawahibuladuniyah. Walaupun luas tanah lebih luas dari tanah yang
sebelumnya dan lokasi pengganti tanah wakaf sangat strategis dan mendukung

47
Umar Nasir Assubhi, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama
Kota Depok, Interview Pribadi, 10 Mei 2018.
48

kepada pengembangan agama islam, tetapi dikarenakan proses pendaftaran


tersebut terhenti pada tahun 1998, maka Pemerintah Depok yang berwenang
mengurus pendaftaran tersebut mensyaratkan tempat lain untuk dijadikan tanah
pengganti setelah pengesahan penggantian nazhir.
Terkait masalah yang dijadikan penelitian oleh penulis adalah Perumahan
Kota Kembang atau Grand Depok City berhubungan dengan RUTR (Rencana
Umum Tata Ruang) dari Pemerintah Daerah Kota Depok, sehingga
mengharuskan untuk melakukan ruilslag, bila melihat dari namanya
pemanfaatan ruilslag hanya sebatas kepentingan ekonomi, tetapi pada
kenyataannya lokasi dari Perumahan Kota Kembang tersebut dijadikan jalan
umum dan berfungsi untuk kepentingan bersama yang telah tercantum pada
RUTR, maka pendaftaran ruilslag disetujui oleh Pemerintah Daerah sampai ke
tahapan BWI (Badan Wakaf Indonesia) maupun Menteri Agama, meskipun
dalam prosedur pendaftarannya membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 3
(tiga) tahun. Sementara dalam Pasal 49 Peraturan Undang-undang Nomor 60
Tahun 1990 Tentang Peraturan Dasar-dasar Pokok Agraria, dijelaskan Hak
milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk
usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi. Badan-badan
tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan
usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial, yang berarti dalam pengurusan
tanah yang berhubungan dengan bidang sosial harus dimudahkan oleh seluruh
pihak yang berwenang dalam menangani hal tersebut.
Sehubungan dengan faktor penghambat prosedur pendaftaran ruilslag
terbilang sangat minim bahkan tidak ada, hanya sebatas materi. Contohnya
RUTR Jalan Tol. Terkadang pihak penukar, (developer) kurang kooperatif
dalam mendaftarakan ruilslag tanah wakaf. Pihak penukar hanya sebatas
pembayaran tanah pengganti tanpa menindaklanjuti pendaftaran ruilslag hingga
akhir. Sementara dalam perbendaharaan umum Kementerian Agama tidak
adanya anggaran untuk memfasilitasi prosedur pendaftaran tersebut, maka dari
itu pihak penukar tanah wakaf wajib menangani sampai masa akhir
49

pendaftaran. Memang pihak penukar harus bersifat aktif dalam pendaftaran


ruilslag tersebut.48
Adapun tahapan-tahapan dalam pengajuan pendaftaran ruilslag tanah
wakaf adalah sebagai berikut:49
1. Nazhir mengajukan permohonan tukar ganti kepada Menteri melalui
Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat dengan menjelaskan alasan
perubahan status/tukar menukar tersebut.
2. Kepala KUA Kecamatan meneliti dokumen baik dari segi legalitasnya
(akta ikrar wakaf, sertifikat tanah wakaf dan pengesahan dari nazhir)
meneruskan permohonan tersebut kepada Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
3. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setelah menerima
permohonan tersebut, melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan
melakukan survei lokasi, baik lokasi tanah wakaf sebelumnya maupun
tanah wakaf pengganti, setelah itu membentuk tim dengan susunan dan
selanjutnya Bupati/Walikota setempat membuat Surat Keputusan.
Adapun tim penilai ruilslag diantaranya : Kementerian Agama,
Pemerintah Daerah, BPN, MUI dan Nazhir.
4. Setelah tim penilai terbentuk, Kementerian Agama mengirimkan
rekomendasi tersebut kepada Bupati/Walikota, kemudian mengeluarkan
surat penetapan tim penilai keseimbangan ruilslag.
5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota membuat berita acara
kepada Walikota/Bupati setelah itu meneruskan permohonan tersebut
dengan dilampiri hasil penilaian dari tim kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan selanjutnya meneruskan
permohonan tersebut kepada Menteri Agama RI.
6. Setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri Agama RI, hasil
rekomendasi tersebut diteruskan ke Badan Wakaf Indonesia (BWI),

48
Ikhwanuddin, Pelaksana BIMAS Kementerian Agama Kota Depok, Interview Proibadi,
14 Mei 2018.
49
Ikhwanuddin, Pelaksana BIMAS Kementerian Agama Kota Depok, Interview
Proibadi, 14 Mei 2018.
50

setelah itu BWI menerbitkan rekomendasi ke Kementerian Agama RI


dan diterbitkannya Keputusan Menteri Agama (KMA). Maka tukar
ganti dapat dilaksanakan dan hasilnya harus dilaporkan oleh Nazhir ke
kantor pertanahan dan/atau lembaga terkait untuk pendaftaran lebih
lanjut.

Dalam pelaksanaan penyususunan rekomendasi perubahan/pergantian harta


benda wakaf meliputi tahapan-tahapan pada divisi-divisi. Badan Pelaksana dan
Badan Pertimbangan BWI sesuai prosedur tahapan berikut ini :50

1. Sekretariat
2. Divisi Kelembagaan
3. Dewan Pertimbangan
4. Rapat Pleno

Adapun tugas sekretariat dalam penyusunan rekomendasi


perubahan/penggantian harta benda wakaf meliputi :

a. Menerima surat permohonan pertimbangan dari Direktorat Jendral Bimas


Islam Kementerian Agama, yang telah dilengkapi dengan salinan
dokumen-dokumen pendukung.
b. Melakukan registrasi permohonan pertimbangan dan melakukan
pengarsipan.
c. Menyiapkan disposisi kepada ketua BWI untuk menindaklanjuti
permohonan pertimbangan dari Direktorat Jenderal Bimas Islam
Kementerian Agama.
d. Mendaftarkan Surat Disposisi dan beserta salinan dokumen-dokumen
pendukung disampaikan kepada Divisi Kelembagaan untuk mendapatkan
kajian secara hukum dan kepada Dewan Pertimbangan untuk
mempertimbangkan secara fiqh.

50
Peraturan BWI No 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Penyusunan Rekomendasi Terhadap
Permohonan Penukaran/Perubahan Status Tanah Wakaf.
51

e. Membuat tanda terima surat disposisi dari Bagian Kelembagaan dan


Sekretariat Dewan Pertimbangan.

Prosedur Pelaksanaan penyusunan rekomendasi perubahan/penggantian


harta benda wakaf pada Divisi Kelembagaan dengan jangka waktu lima belas
(15) hari kerja meliputi :

a. Melakukan pengecekan kelengkapan dokumen-dokumen berikut ini:


1. Umum: berisi nomor registrasi, nomor dan tanggal surat Dirjen
Bimas Islam, nomor dan tanggal surat disposisi ketua BWI.
2. Identitas Nazhir: Nazhir harus terdaftar di KUA setempat, jika
Nazhir belum terdaftar maka dokumen akan dikembalikan dan
Nazhir yang bersangkutan harus mengurus administrasi
pendaftarannya.
3. Identitas harta benda wakaf yang hendak ditukar atau dirubah
statusnya harus terdaftar dan memiliki Akta Ikrar Wakaf
(AIW/APAIW) yang sah beserta dokumen-dokumen
pendukungnya. Harta Benda Wakaf yang tidak memiliki
AIW/APAIW tidak dapat diproses permohonan pertukaran atau
perubahan peruntukannya.
4. Harta benda penukar harus memiliki dokumen sertifikat atau
bukti kepemilikan yang sah sesuai peraturan perundang-
undangan.
b. Melakukan pengecekan dokumen prooses permohonan
penukaran/perubahan harta benda wakaf yang meliputi:
1. Surat permohonan perubahan status/ tukar menukar
ditandatangani oleh Nazhir.
2. Surat kuasa oleh Nazhir, apabila ketentuan yang pertama tidak
dapat terpenuhi.
3. Surat dukungan/pernyataan persetujuan Mauquf Alaih/Wakif.
4. Fotokopi KTP Nazhir/Mauquf Alaih/Wakif.
52

5. Rencana kerja Nazhir/Kuasa Nazhir/Mauquf Alaih/Wakif yang


menandatangani.
6. Surat pernyataan bahwa harta benda wakaf yang lama tidak akan
digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan syari‟at Islam.
7. Rekomendasi Kepala KUA Kecamatan, harus menyertakan
dokumen asli.
8. Rekomendasi Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, harus menyertakan dokumen asli.
9. Rekomendasi Dinas Tata Ruang/Pemukiman Kabupaten/Kota,
harus menyertakan dokumen asli.
10. Rekomendasi Bupati/Walikota, harus menyertakan dokumen asli.
11. Rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi, harus menyertakan dokumen asli.
12. Surat keputusan Bupati/Walikota tentang pembentukan tim
penilai keseimbangan perubahan status tukar menukar harta
benda wakaf, harus menyertakan dokumen asli.
13. Berita acara rapat tim penilai harta benda penular atas harta benda
wakaf.
14. Rencana tata ruang wilayah/ rencana detail tata ruang.
15. Surat permohonan pertimbangan dari Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.
16. Disposisi Ketua BWI.
c. Melakukan penilaian perubahan status, mencakup:
1. Alasan perubahan status/tukar menukar harta benda wakaf.
2. Kondisi harta benda wakaf saat ini.
3. Pemanfaatan harta benda wakaf.
4. Luas harta benda wakaf.
5. NJOP harta benda wakaf.
6. Nilai pasar harta benda wakaf.
7. Tujuan wakaf.
53

8. Penilaian produktif harta benda wakaf (termasuk lokasi dan


prospeknya, dapat dilakukan kunjungan lapangan jika diperlukan).
9. Kondisi harta benda penukar.
10. Status kepemilikan harta benda penukar.
11. Luas harta benda penukar.
12. NJOP harta benda penukar.
13. Nilai pasar harta benda penukar.
14. Penilaian produktif harta benda penukar (termasuk lokasi dan
prospeknya, dapat dilakukan kunjungan lapangan jika diperlukan).
d. Melakukan wawancara dengan Nazhir/masyarakat dan kunjungan
lapangan, yang meliputi:
1. Membuat permohonan kunjungan lapangan ke sekretariat.
2. Sekretariat melakukan persiapan penyelenggaraan wawancara
dengan Nazhir dan menyiapkan administrasi kunjungan lapangan.
3. Melakukan kunjungan lapangan dan menghimpun informasi-
informasi mengenai:
a) Latar belakang penukaran/perubahan status harta benda
wakaf.
b) Asal usul inisiatif penukaran/perubahan.
c) Latar belakang hubungan dengan pemilik harta benda
wakaf dan harta benda penukar.
d) Rencana kerja Nazhir.
e) Penilaian terhadap kemungkinan pemanfaatan produktif
harta benda wakaf dan harta benda penukar.
f) Penilai terhadap kebutuhan-kebutuhan untuk pemanfaatan
produktif harta benda wakaf/harta benda penukar.
g) Dokumentasi situasi lapangan dalam bentuk foto
digital/video.
4. Membuat laporan kunjungan lapangan.
5. Membuat laporan dan rekomendasi awal serta menyampaikannya
kepada sekretariat untuk diteruskan kepada dewan pertimbangan,
54

serta dibahas pada rapat pleno bersama-sama dengan pertimbangan


fiqh dari dewan pertimbangan.
6. Melaporkan hasil pengecekan dokumen dan kunjungan lapangan
ke rapat pleno
7. Menyempurnakan rekomendasi berdasarkan hasil rapat pleno dan
menyerahkan laporan serta rekomendasi divisi kelembagaan
termasuk dokumentasi foto/video kepada sekretariat yang
ditandatangani oleh ketua divisi.
Setelah itu Dewan Pertimbangan membahas dan menyerahkan hasil
pertimbangan fiqh kepada Sekretariat dengan ditandatangani paling sedikit
oleh (tiga) orang anggota Dewan Pertimbangan, dengan jangka waktu
penyerahan hasil pertimbangan paling lama 5 (lima) hari kerja. Hasil akhir
pertimbangan dilakukan pada rapat pleno dengan rincian sebagai berikut:
1. Sekretariat mengadministrasikan semua laporan dan hasil
pertimbangan fiqh untuk dibahas pada rapat pleno dalam jangka
waktu 1 (satu) hari kerja.
2. Rapat pleno segera membahas laporan dan rekomendasi awal, serta
pertimbangan fiqh dari dewan pertimbangan untuk selanjutnya
menentukan rekomendasi akhir dan tindak lanjut yang mungkin
perlu diambil oleh berbagai divisi dalam menyikapi
penukaran/perubahan status harta benda wakaf, serta
memaksimalkan pemanfaatan produktif dari harta benda wakaf atau
harta benda pengganti tersebut.
3. Sekretariat membuat dan mengadministrasikan berita acara rapat
pleno pembahasan permohonan penukaran/perubahan status tanah
wakaf.
4. Sekretariat membuat surat rekomendasi BWI berdasarkan hasil rapat
pleno kepada Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama yang
ditandatangani oleh Ketua BWI dan Sekretaris yang dilakukan dalam
jangka waktu 1 (satu) hari kerja.
55

Adapun mengenai pengawasan pada peraturan perundang-undangan


dilakukan oleh Menteri Agama RI dan Majelis Ulama Indonesia serta
penyelesaian sengketa pada harta benda wakaf ataupun penukar, dapat
diselesaikan dengan jalur musyawarah terlebih dahulu, bila tidak berhasil
sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.

Namun mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung


jawab seorang nazhir dilakukan secara bersama-sama oleh Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan, Majelis Ulama Kecamatan dan Pengadilan
agama yang mewilayahinya. Sedangkan mengenai persoalan harta benda
ataupun persetujuan pendaftaran ruilslag wakaf diajukan kepada Pengadilan
Agama dan diselesaikan oleh kewenangan hakim.

C. Sanksi Penyalahgunaan Tanah51


Dalam Pasal 67 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan bagi
setiap orang yang melakukan perubahan status tanah wakaf tanpa perizinan
pihak-pihak yang berwenang adapun bunyinya sebagai berikut:
1. Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan,
menjual, mewariskan, mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak
lainnya harta benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana
dimaksud atau tanpa izin menukar harta benda wakaf yang telah
diwakafkan, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda
wakaf tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 400.000.000,00
(empat ratus juta rupiah).

51
Umar Nashir, Kepala Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota
Depok. Interview Pribadi, 10 Mei 2018
56

3. Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil


fasilitas atas hasil pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
melebihi jumlah yang ditentukan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Ataupun sanksi administratif kepada seseorang yang tidak mendaftarkan


harta benda wakafnya, dalam Pasal 68 yang bunyinya sebagai berikut:

1. Menteri dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak


didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah dan
PPAIW.
2. Sanksi administratif sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
berupa:
a. Peringatan tertulis.
b. Penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang
wakaf bagi lembaga keuangan syariah.
c. Penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan
PPAIW.

Penjelasan mengenai ruilslag tanah wakaf menurut peraturan perundang-


undangan telah dijelaskan secara luas Adapun persamaan dan perbedaan
dengan apa yang telah tertulis di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Persamaan dan perbedaan tinjauan ruilslag tanah wakaf


menurut peraturan perundang-undangan.

No Subjek Persamaan Perbedaan

1 Penggantian Dalam persyaratan Dalam UU No 41 Tahun


Nazhir penggantian nazhir 2004, PP No 42 Tahun
antara peraturan 2006 dan Peraturan BWI
perundang-undangan No 1 Tahun 2008
satu dengan yamg pengangkatan nazhir
57

lain kurang lebih diusulkan oleh KUA


sama. Kecamatan dan disahkan
oleh BWI, sedangkan
Dalam persyaratan dalam KHI nazhir yang
nazhir yang berupa mengundurkan diri
badan hukum, yaitu diangkat oleh Kepala
harus memenuhi KUA Kecamatan atas
persyaratan, badan saran Majelis Ulama
hukum Indonesia Kecamatan dan Camat
dan berkedudukan di setempat
Indonesia dan
mempunyai
perwakilan di
kecamatan tempat
tinggal benda yang
diwakafkannya.
2 Prosedur Nilai objek tukar Dalam UU No 41 Tahun
Pendaftaran wakaf lebih besar 2004, PP No 42 Tahun
Ruilslag atau setara dengan 2006 dan Peraturan BWI
yang terdahulu. No 1 Tahun 2008
persetujuan ruilslag oleh
Menteri Agama dan BWI
sementara KHI
persetujuan atas
pertimbangan hakim di
Pengadilan.

3 Pengawasan harta Apabila terjadi Dalam UU No 41 Tahun


benda wakaf/ perselisihan akibat 2004, PP No 42 Tahun
penukar objek tanah wakaf 2006 dan Peraturan BWI
dapat mengajukan No 1 Tahun 2008
58

gugatan ke pengawasan dilakukan


Pengadilan Agama, oleh Menteri Agama dan
agar masalah BWI atas pertimbangan
terselesaikan. MUI, sedangkan pada
KHI pengawasan
terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung
jawab Nazhir dilakukan
secara bersama-sama
oleh Kepala Kantor
Urusan Agama
Kecamatan, Majelis
Ulama Kecamatan dan
Pengadilan agama yang
mewilayahinya.

4. Sanksi Pada awalnya tidak Sanksi berupa kurungan


Penyalahgunaan dibolehkan, kecuali penjara dan besarnya
Tanah Wakaf berdasarkan alasan denda, sementara dalam
kepentingan umum. KHI sanksi tidak
dijelaskan secara rinci,
tetapi hukumnya adalah
haram.

1. Persamaannya mengenai penggantian nazhir dari peraturan perundang-


undangan sudah dijelaskan yaitu apabila nazhir meninggal dunia,
mengundurkan diri, tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya,
melakukan tindakan kejahatan dan dipidana, dan karena hal tersebut
diberhentikan oleh BWI, pada persyaratan nazhir yang berbadan hukum
adalah berbadan hukum Indonesia yang berkedudukan di Indonesia dan
salah satu dari pihak nazhir harus berdomisili di tempat harta benda wakaf
59

berada. Sedangkan pengangkatan nazhir dalam UU No 41 Tahun 2004,PP


Nomor 42 Tahun 2006 dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008,
wakif/ahli waris wakif atau dengan bantuan kuasa hukumnya menunjuk
beberapa calon untuk menjadi nazhir pengganti dengan catatan nazhir
tersebut berdomisili dengan objek tukar tanah wakaf dan dalam
pengangkatannya disahkan oleh BWI, sementara dalam KHI diangkat oleh
Kepala KUA Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan Camat
setempat..
2. Persamaannya dalam prosedur pendaftaran ruilslag nilai objek tanah
haruslah lebih besar atau minimal setara dengan tanah wakaf sebelumnya,
sementara perbedaannya perihal persetujuan UU No 41 Tahun 2004, PP
No 42 Tahun 2006 dan Peraturan BWI No 1 Tahun 2008 menggunakan
Menteri Agama dan BWI dalam persetujuan akhir ruilslag tetapi KHI
menggunakan hakim dalam persetujuannya.
3. Persamaannya dalam penyelesaian sengketa tanah wakaf mengajukan
gugatan ke Pengadilan Agama, sementara pengawasan pada UU No 41
Tahun 2004, PP No 42 Tahun 2006 dan Peraturan BWI No 1 Tahun 2008
pengawasan dilakukan oleh BWI dan Menteri Agama atas saran dari
Majelis Ulama Indonesia, sedangkan pada KHI pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Nazhir dilakukan secara bersama-
sama oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan, Majelis Ulama
Kecamatan dan Pengadilan agama yang mewilayahinya.
4. Tidak diizinkan ruilslag dalam setiap peraturan perundang-undangan,
apabila berbeda dari peraturan wakaf yang telah tercantum, yaitu tidak
sesuai dengan tujuan wakaf yang telah diikrarkan oleh wakif dan dengan
alasan kepentingan umum. Sementara perbedaan yang ada dalam sanksi
penyalahgunaan tanah wakaf pada peraturan perundang-undangan pidana
paling lama sebanyak lima tahun penjara dengan denda sebanyak Rp
500.000.000,000 ( lima ratus juta rupiah) sedangkan dalam kompilasi
hukum islam tidak dijelaskan secara rinci.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah menganalisa beberapa hal yang menjadi fokus kajian penulis di
atas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan status pada tanah wakaf tidak diperbolehkan baik
secara Peraturan Perundang-Undangan maupun Kompilasi Hukum Islam.
Tetapi, apabila objek tersebut dilakukan penukaran demi kepentingan
umum atau Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) maka perubahan
tersebut diperbolehkan tetapi dengan mempertimbangan nilai dari tanah
pengganti dan manfaat objek tersebut, karena sekurang-kurangnya sama
dengan objek sebelumnya. begitu pula mengenai pertimbangan dalam
permohonan pendaftaran ruilslag tanah wakaf yang membutukan
appraiser yaitu seorang independen yang menggunakan jasanya untuk
menilai keseimbangan tanah pengganti dan tanah wakaf terdahulu.
Begitu pula mengenai persyaratan ruilslag, harus dengan persetujuan izin
tertulis dari Menteri Agama RI yang kemudian dibuat KMA (Keputusan
Menteri Agama).
2. Antara Peraturan Perundang-undangan satu dengan yang lainnya tentu
terdapat perbedaan dan persamaan dalam segi apapun. Adapun
perbedaanya antara lain dalam UU Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42
Tahun 2006, dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008 pengangkatan
nazhir diusulkan oleh KUA Kecamatan dan disahkan oleh BWI,
sedangkan pada KHI, nazhir yang mengundurkan diri diangkat oleh
Kepala KUA Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan
Camat setempat, kemudian perilah prosedur pendaftaran Dalam UU
Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42 Tahun 2006, dan Peraturan BWI
Nomor 1 Tahun 2008 persetujuan ruilslag oleh Menteri Agama dan BWI
sementara pada KHI persetujuan atas pertimbangan hakim di pengadilan,
begitu pula dalam UU Nomor 41 Tahun 2004, PP Nomor 42 Tahun 2006,

60
61

dan Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2008 pengawasan dilakukan oleh


Menteri Agama RI dan Majelis Ulama Indonesia, sementara pada KHI
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Nadzir
dilakukan secara bersama-sama oleh Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan, Majelis Ulama Kecamatan dan Pengadilan agama yang
mewilayahinya, adapun mengenai sanksi berupa kurungan penjara dan
besarnya denda, sementara dalam KHI sanksi tidak dijelaskan secara
rinci yang tercantum pada Peraturan Perundang-Undangan, sementara
menurut KHI hukumnya adalah haram. Adapun persamaanya adalah
sebagai berikut nilai objek tukar wakaf lebih besar atau setara dengan
yang terdahulu, kemudian apabila terjadi perselisihan akibat objek tanah
wakaf dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama, agar masalah
terselesaikan dan kebolehan ruilslag hanya untuk kepentingan umum.

B. Saran
1. Dalam penukaran tanah ruilslag sebaiknya luas tanah lebih dari tanah
wakaf sebelumnya.
2. Pihak penukar harus lebih aktif dalam prosedur pendaftaran ruilslag
tanah wakaf, dikarenakan dalam hal ini pihak penukar yang mempunyai
kepentingan yaitu memperluas bangunannya.
3. Nazhir harus bertanggung jawab secara penuh atas prosedur pendaftaran
ruilslag tanah wakaf, nazhir yang tidak beritikad baik, contohnya pergi
tanpa sepengetahuan siapapun tanpa meninggalkan domisili yang baru
akan diberikan sanksi berupa pencabutan izin nazhir. Karena
kelengkapan nazhir sangatberpengaruh terhadap jangka waktu dalam
pengurusan prosedur pendaftaran ruilslag tanah wakaf.
4. KUA Kecamatan, Kementerian Agama Kota/Kabupaten atau pihak yang
berwenang dalam mengurus presedur ruilslag tanah wakaf harus lebih
teliti dalam melihat dokumen-dokumen penukar, sesuai atau tidaknya
dengan yang tertulis di dalam peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

3 Kitab Undang-undang Hukum KUHPer, KUHP, KUHAP Beserta


Penjelasannya Cetakan 2, Grahmedia Pressindo, 2015.

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press, 2005.

Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek


Cetakan IV, PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Al-Alabij Adijani, Perwakafan Tanah di Indonesia, Ed 1, Cetakan 2, CV Rajawali,


Jakarta, 1992.

Al-Bugha Musthafa Dib, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam


Madzhab Syafi’i Cetakan IV, Penerjemah D.A Pakihsati, Media Zikir,
Solo, 2015.

Buku Profil Kantor Kementerian Agama Kota Depok, 10 Mei 2018.

Departemen Agama RI, Bunga Rampai Perwakafan, Departemen Agama RI,


Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Tahun 2006.

Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf Cetakan Keempat, Direktorat Pemberdayaan


Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen
Agama RI, Tahun 2006.

Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat


Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2007.

Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di
Indonesia, Departemen Agama RI, Jakarta: 2006.

Fatwa MUI, Fatwa MUI Tentang Kriteria Maslahat, Badan Informasi Publik
Dept.Kominfo, Jakarta, 2006.

Hamami Taufik H., Perwakafan Tanah (Dalam Politik Hukum Agraria Nasional),
Tatanusa, Jakarta: 2003.
Harsoni Budi, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria ), Djambatan, Jakarta : 1999.

62
63

Hazami Bahsul, “Peran Aplikasi Wakaf Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat


di Indonesia”, Jurnal, Analisis Volume XVI Nomor 1,(Juni 2016).

Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004.

Lutfi El Falahy, Alih Fungsi Tanah Wakaf Ditinjau Dari Hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jurnal Hukum
Islam, Vol. 1, No. 2.

Mamudji Sri, dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, 2005.

Meleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung : PT. Remaja
Rosyada Karya, 1997.

Mubaro Jaih, Wakaf Produktif, Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2008.

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakakaf Produktif, Khalifa Pustaka Al-Kautsar


Group, Jakarta Timur, Tahun 2005.

MurtadaAs-Zabidi Muhammad, Taj Al-Arus Min Jawahir La-Qamus Juz XIV,


Beirut: Daar la-Fikr, 1994.

Musyfikah Ilyas,Istibdal Harta Benda Perspektif Hukum Islam, Volume 3 Nomor


2, Desember 2016.

Muzarie Mukhlisin, Hukum Perwakafan Dan Implikasinya Terhadap


Kesejahteraan Masyarakat (Implimentasi Wakaf di Pondok Modern
Darussalam Gontor), Cetakan Pertama, Kementrian Agama RI, Thn.
2010.

Pedoman Pengelolaan dan Perkembangan Wakaf, Kementerian Agama Republik


Indonesia Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2013.

Prihartini F, et.al., Hukum Islam Zakat dan Wakaf.Kerjasama Penerbit Sinar


Mentari dengan Badan Peneribit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta : 2005.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid 4,Penerjemah Nor Hasanuddin, Dkk, Pena
Pundi Aksara, Jakarta Selatan, 2004.

Syafi‟i, al „Umm Imam, Juz 5, Beirut Libanon Dar al Fikr,: t.th., h. 65.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2005.
64

Usman Rachmadi, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:


2009.

Usman Suparman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Darrul Ulum Press, Radar


Jaya Offset Jakarta: 1999.

Interview

Ikhwanuddin, Pelaksana BIMAS Kementerian Agama Kota Depok, Interview


Pribadi, 14 Mei 2018.

Nasir Assubhi Umar, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian


Agama Kota Depok, Interview Pribadi, 10 Mei 2018.

Peraturan undang-undang

Fatwa MUI Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Status Tanah Yang Diatasnya Ada
Bangunan Masjid.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab IV Tentang Perubahan, Penyelesaian dan


Pengawasan Benda Wakaf.

Kompilasi Hukum Islam, Bab III, Pasal 200 Tentang Perwakafan

Peraturan Badan Wakaf indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur


Penyusunan Rekomendasi Terhadap Permohonan Penukaran /Perubahan
Status Harta Benda Wakaf.

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Laksanaan Undang-Undang


Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 41 Tentang Wakaf.

Website

bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/sekilas-bwi-html.

http: //groups.yahoo.com/group/fiqhzakatdanwaqaf/pada tanggal 19 Juni 2018.

http://etjese.uin-malang.a.id/1419/6/08210008_Bab 2pdf&ved
65

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia.

https://kemenag.go.id

Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Ahmadsibgotullah.blogspot.co.id/2010/tanggal-

pembuatan-342010.html?m=1

Tukar Guling Perspektif Fikih dan Hukum Positif,


http://www.referensimakalah.com/2013/02/tukar-guling-perspektif-fikih-
dan-hukum.html?m=1.

Tukar Guling Wakaf Sudah Ada Aturannya,


http://www.nu.or.id/post/read/83497/tukar-guling- tanah-sudah-ada-
aturannya, Rabu, 22 November 2017.
66

LAMPIRAN
67

Hasil Wawancara Analisis Ruilslag Tanah Wakaf Menurut Peraturan Perundang-


Undangan, Studi Pada: Perumahan Kota Kembang (Grand Depok City)

Narasumber : Drs. Umar Nasir

Jabatan : Kepala Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama


Kota Depok

1. Mengapa dalam prosedur pendaftaran ruilslag terdapat persyaratan izin


tertulis dari Menteri Agama RI ?
Pada mulanya tanah tidak dapat dijual, dihibahkan, ditukar kecuali atas
seizin menteri tertulis, itu merupakan dasar pokok yang menjadi alasan
dalam melakukan ruilslag. Pemahaman harus dengan izin menteri karen
notabennya sekarang bahwa tanah wakaf yang dikelola oleh masyarakat
dikemudian hari semakin berkembang harga tanahnya, oleh karena itu
pemerintah membuat regulasi seperti seolah-olah tanah wakaf itu sulit
untuk diruilslag, padahal Pemerintah menginginkan bahwa wakaf
memerlukan peraturan yang lebih menguatkan sehingga wakaf itu tidak
dapat diganggu gugat. Dan memang fenomena di lapangan, setiap ruilslag
sanagtlah sulit, terutama ruilslag yang objek tanahnya merupakan tanah
pribadi. Misalnya ada sebidang tanah wakaf yang tidak terpakai, kemudian
ada seseorang yang berniat ingin menukarnya, pasti akan sangat sulit.
Ruilsag dapat dilakukan dengan mudah, bila penukaran tersebut
dikarenakan RUTR atau kepentingan umum, contohnya jalan raya, tol,
makam dll. Banyak kejadian ruilslag yang telah mendaftar sampai tingkat
Kantor Willayah Kementerian Agama tetapi setelah ditindaklanjuti
ternyata tidak disetujui oleh BWI akibat pertimbangan harga tanah
pengganti, yang mana ditakutkan di kemudian hari hrga tanah wakaf
tersebut akan menurun. Inilah yang menjadi kesulitan dalam pendaftaran
ruilslag itu sulit.
Fenomena ruilslag di mata masyarakat sulit dikarenakan banyak
masyarakat yang memanfaatkan objek pengganti tanah wakaf untuk
68

kepentingan ekonomi yang mana objek tersebut menjadi milik sendiri,


bukan untuk kepentingan bersama. Seseorang tidak akan menukar tanah
wakaf bila perbuatan tersebut tidak lebih untung. Seseorang berani
menukar wakaf dengan seseuatu yang lebih besar, dikarenakan terdapat
keuntungan yang lebih dari apa yang ia tukarkan.
Apabila seseorang melakukan pendaftaran ruilslag harus terdapat
rekomendasi dari warga, rt, rt sampai ke tingkat BWI. Karena BWI yang
menentukan bisa atau tidaknya seseorang melakukan ruilslag, bila
rekomendasi dari BWI tidak keluar, maka ruilslag itu batal dan tidak dapat
dilakukan. Ada pula persyaratan lainnya selain dengan pemerintah, yaitu
penilaian jasa publik appraiser (orang yang menilai independen harga
objek wakaf yang dahulu dengan objek wakaf pengganti) selain dengan
peraturan tersebut sangatlah sulit untuk mendapatkan perizinan dari
menteri.
2. Apa saja sanksi bagi seseorang yang mendaftarkan ruilslag tanpa seizin
atau sepengetahuan KUA sampai pihak berwenang yang lain ?
Namanya ruilslag siri, ada sanksi bagi wakif dan nazhir, dan pihak
penukar akan mengalami kerugian, apabila seorang penukar ini
membalikan nama kepemilikan dari tanah wakaf , tanah yang telah
bersertifikat wakaf maka tidak adakan dapat diubah oleh BPN kecuali atas
seizin menteri.
Ada sanksi bagi penyalahgunaan objek wakaf yang salah satunya menukar
tanpa seizin menteri ada sanksi menurut Pasal 67 Undang-undang Nomor
41 Tahun 2004:
1) Yang pertama apabila seseorang yang sengaja menjaminkan,
menghibahkan, menukar menjual, mewariskan, mengalihkan dalam
bentuk pengalihan hak lainnya harta benda wakaf yang telah
diwakafkan sebagaimana dimaksud atau tanpa izin menukar harta
benda yang telah diwakafkan, dapat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
69

2) Yang kedua, apabila seseorang dengan sengaja mengubah peruntukan


harta benda wakaf tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
3) Yang ketiga, apabila seseorang yang dengan sengaja menggunakan
atau mengambil fasilitas atas hasil pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf melebihi jumlah yang ditentukan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Ataupun sanksi administratif kepada seseorang yang tidak mendaftarkan


harta benda wakafnya adalah:

1) Menteri Agama dapat mengenakan sanksi administratif atas


pelanggaran tidak didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga
keuangan syariah dan PPAIW.
2) Sanksi administratif yaitu berupa:
a. Peringatan tertulis.
b. Penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang
wakaf bagi lembaga keuangan syariah.
c. Penghentian sementara dati jabatan atau penghentian dari
jabatan PPAIW.
70

Hasil wawancara Analisis Ruilslag Tanah Wakaf Menurut Peraturan Perundanng-


Undangan, studi pada: Perumahan Kota Kembang (Garnd Depok City)
Narasumber : Ikhwanudin, S.Ag, MM.Pd
Jabatan : Pelaksana Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian
Kota Depok

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi persyaratan dalam pendafaran


ruilslag?
Ruilslag dalam bahasa umumnya adalah tukar guling. Ruilslag sendiri
telah diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004. Pada
prinsipnya tanah wakaf tidak dapat dilakukan penukaran, namun ada
pengecualian yang kemudian membolehkan tanah wakaf dilakukan
ruilslag. Dasarnya adalah untuk kemaslahatan umum. Apabila ada
pendaftaran ruilslag yang bertujuan untuk kemaslahatan umum, masa
pendaftaran tersebut diperbolehkan. Oleh karena itu pemerintah mengatur
adanya regulasi ruilslag yang memperketat orang yang akan mendaftarnya,
karen apabila peraturan itu longgar akan menjadi celah untuk orang-orang
yang mempunyai kepentingan secara personal sehingga ia melakukan
ruilslag tanah wakaf.
Prinsip awalnya tanah wakaf tidak dapat diruilslag, tetapi karena ada
alasan yang bertujian untuk kepdkentingan umum, maka ruilslag itu
diperbolehkan.
Yang kedua, terkait masalah GDC (Grand Depok City) itu dikarenkaan
RUTR (Rapat Umum Tata Ruang) sehingga mengharuskan untuk
dilakukan ruilslag, adapun aturan ruilslag yang pertama harus seizin wakif
terlebih dahulu, bila wakif telah meninggal dunia, dapat diwakilkan ahli
warisnya.
1) Apabila wakif menyetujui, memberitahukan kepada nadzhir terhadap
permohonan tersebut, kemudian mengajukan surat permohonan
kepada KUA Kecamatan setempat.
71

2) Kepala KUA Kecamatan meneliti dokumen baik dari segi


legalitasnya (akta ikrar wakaf, sertifikat tanah wakaf dan pengesahan
dari nazhir) meneruskan permohonan tersebut kepada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
3) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setelah menerima
permohonan tersebut, melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan
melakukan survei lokasi, baik lokasi tanah wakaf sebelumnya maupun
tanah wakaf pengganti, setelah itu membentuk tim dengan susunan dan
selanjutnya Bupati/Walikota setempat membuat Surat Keputusan. Adapun
tim penilai ruilslag diantaranya : Kementerian Agama, Pemerintah Daerah,
BPN, MUI dan Nazhir.
4) Setelah tim penilai terbentuk, Kementerian Agama mengirimkan
rekomendasi tersebut kepada Bupati/Walikota, kemudian mengeluarkan
surat penetapan tim penilai keseimbangan ruilslag.
5) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota membuat berita acara kepada
Walikota/Bupati setelah itu meneruskan permohonan tersebut dengan
dilampiri hasil penilaian dari tim kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi dan selanjutnya meneruskan permohonan
tersebut kepada Menteri Agama RI.
6) Setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri Agama RI, hasil
rekomendasi tersebut diteruskan ke Badan Wakaf Indonesia (BWI), setelah
itu BWI juga menerbitkan rekomendasi ke Kementerian Agama dan
diterbitkannya Keputusan Menteri Agam (KMA). Maka tukar ganti dapat
dilaksanakan dan hasilnya harus dilaporkan oleh Nazhir ke kantor
pertanahan dan/atau lembaga terkait untuk pendaftaran lebih lanjut.
2. Apakah dalam penetapan nilai keseimbangan objek wakaf memerlukan
pihak ketiga untuk menaksir harga tanah?
Ya, dalam prosedur tersebut, nanti akan ditujuk seorang appraiser yaitu
seorang jasa independen.untuk dapat menaksir harga tanah baik tanah
wakaf maupun tanah pengganti. karena dalam pentapan nilai
keseimbangan menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam persetujuan
ruilslag
72

3. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam pendaftraan ruilslag tanah


wakaf?
Sehubungan dengan faktor penghambat prosedur pendaftaran tersebut
terbilang sangat sedikit bahkan tidak ada, hanya sebatas materi.
Contohnya RUTR Jalan Tol. Terkadang pihak penukar, (developer)
kurang kooperatif dalam, mendaftarakan ruilslag tanah wakaf. Piahk
penukar hanya sebatas pembayaran tanah pengganti tanpa menindaklanjuti
pendaftaran ruilslag hingga akhir. Sedangkan Dalam perbendaharaan
umum Kementerian Agama tidak adanya anggaran untuk memfasilitasi
prosedur pendaftaran tersebut, maka dari itu pihak penukar tanah wakaf
wajib menangani sampai masa akhir pendaftaran. Memang pihak penukar
harus bersifat aktif dalam pendaftaran ruilslag tersebut.
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

Anda mungkin juga menyukai