Anda di halaman 1dari 221

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ucapan syukur al-hamdulillah penulis persembahkan ke hadirat Allah


SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya , sehingga disertasi
ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan bagi Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya sebagai mata air ilmu
pengetahuan juga telah mencerahkan peradaban Islam melalui perkembangan
ilmu pengetahuan.
Dalam kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan bahwa Disertasi ini
telah selesai dengan keyakinan : banyak kekurangan padanya lahir dari penulis
sendiri. Karya tulis yang sederhana ini, semoga dapat menjadi tolak ukur nilai
pembalajaran selama lebih kurang 4 tahun terakhir. Tentu, tidak bisa dibangga-
banggakan jika tidak ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh hal
tersebutlah, faktor-faktor pembantu itu, penulis mendapat sedikit kepercayaan
akan hasil ini. Betapapun jauhnya dari standar memuaskan.
Penulis banyak berterima kasih kepada berbagai pihak yang berperan
dalam masa belajar penulis, terutama dalam penyelesaian karya tulis ini, baik
bantuan tersebut berbentuk moral maupun materi. Dengan ini, penulis sampaikan
beribu terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, M.Ag Selaku Rektor Universitas Islam


Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Prof. Dr. Afrizal. M, MA selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Dr. H. Iskandar Arnel, MA Selaku Wakil Direktur Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Dr. Jumni Nelli, M.Ag Selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
ii

5. Promotor Prof. Dr. Sudirman M. Johan, MA co. Promotor Dr. Mawardi M.


Saleh, MA yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta
waktunya selama penelitian dan penulisan disertasi ini.
6. Bapak/Ibu seluruh Dosen Pascasarjana yang telah membekali penulis dengan
berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan disertasi
ini.
7. Segenap Staf Karyawan Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau Pekanbaru yang telah banyak membantu penulis selama
mengikuti perkuliahan dan penulisan disertasi ini.
8. Bapak Ketua Yayasan Laman Emas Bangkit Bapak Nurkhusin dan ketua
Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman Edy (Staile) Pekanbaru bapak Dr. Afiq
Budiawan, beserta para dosen, karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam
Lukman Edy Pekanbaru, tempat penulis menimba ilmu, mengabdi, berkarya,
berkreasi, dan berinovasi.
9. Bapak Suharmi (Alm) dan Ibu Rosmita, terima kasih atas jasa-jasanya,
kesabaran doa yang beliau pancatkan dan tidak pernah merasa lelah dalam
mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak
kecil hingga saat ini, semoga juga nanti hingga maut memisahkan. Buat alm
Bapak hanya untaian doa dan al-fatihah yang bisa penulis kirimkan, semoga
Bapak tenang dan bahagia di alam sana, semoga hasil yang penulis dapatkan
sampaikan sekarang merupakan shadaqah jariyyah yang telah bapak taburkan
semasa hidup beliau, semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa
beliau dan menerima segala amal ibadah dan kabaikan yang telah dilakukan
semasa hdup beliau, aamiin yaa Rabbal ‘alamiin
10. Buat suami Rian Novaldo dan putra mama yang mama banggakan Rafiq al-
Varo Azka, Rania Humaira, kalian yang telah memberikan arti ketulusan,
keikhlasan, kesabaran, kelapangan hati dan fikiran dalam hidup ini yang
penuh onak dan duri sehingga mama bisa menyelesaikan Disertasi ini dengan
baik.
11. Saudara-suadaraku, kakanda Zulfa yenti M.Ag, beserta abang Indra Fitriadi
M,Ag, abang Firdaus beserta kakak ipar penulis Rahmawati dan adinda
iii

tercinta Khairul Nizam S.E beserta Ade Irmayanti dan ucapan terimakasih
juga kepada mertua, Nelwida beserta Kakak Iparku Novianti, Kakanda Desi
Asmeret, kakanda Wilya Khantry, kakanda Sesmiarti dan Bapak Yahanan
yang telah banyak memberikan dorongan, semangat dan kasih sayang,
semoga ukhuwah dan kecintaan penulis karena Allah swt selalu terbina
dengan baik.
12. Teman-teman se-angkatan dan seperjuangan tahun 2016 Program S3 Hukum
Keluarga UIN Suska khusus program 5000 Doktor, Ibu Nurliana, bu
Syamsiah Nur, Pak Yusrial, Pak M. Ihcsan, Pak Badrudin, Pak Isnadul
Hamdi, Pak Nurcahyono, Pak Syamsi Yusrizal, Pak Thoat Setiawan, Pak
Indra Syahbana dan Pak Husni Fuadi, pak Firman Surya Putra dan Pak Zuhry
al Bajuri. Terima kasih atas dukungan, bantuan dan sarannya sehingga
disertasi ini selesai dengan baik.
13. Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian disertasi ini penulis
ucapkan terimakasi atas dukungan dan doanya selama ini.

Teriring do’a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu


penulis dalam penulisan disertasi ini diterima di sisi Allah SWT. dan mendapat
pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan disertasi ini. Semoga disertasi ini
dapat member manfaat kepada banyak orang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb..


Pekanbaru, 24 Juli 2020

Misra Netti
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................


PENGESAHAN TIM PENGUJI SEMINAR HASIL ....................................
NOTA DINAS PROMOTOR...........................................................................
NOTA DINAS CO-PROMOTO ......................................................................
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TERTUTUP ................................
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1


B. Identifikasi Masalah .........................................................................17
C. Batasan Masalah...............................................................................18
D. Rumusan Masalah ............................................................................18
E. Tujuan Penelitian .............................................................................19
F. Mamfaat Penelitian ..........................................................................19
G. Metode Penelitian.............................................................................20
1. Jenis Penelitian...........................................................................20
2. Sifat Penelitian ...........................................................................21
3. Sumber Data...............................................................................21
4. Analisis Data ..............................................................................23
H. Sistematika Penulisan ......................................................................23

BAB II KAJIAN TEORITIS.................................................................. 25


A. Pengertian Gender dan Perbebedaannya Dengan Jenis Kelamin ... 25
1. Sejarah Terbetuknya Gender....................................................... 29
2. Gender Dalam Perspektif Islam .................................................. 31
3. Laki-laki Dan Perempuan dalam Pandangan Islam .................... 34
B. Tinjauan Umum Tentang Transgender............................................ 37
1. Pengertian Transgender ............................................................. 37
2. Sejarah Transgender .................................................................. 41
3. Macam-Macam Transgender..................................................... 48
4. Status Sosial Kaum Transgender ............................................... 54
C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Transgender ............................ 61
D. Operasi Kelamin (Taghyir Al-Jins) ................................................ 75
1. Pengelompokkan Hukum Operasi Kelamin .............................. 76
2. Prosedur Perubahan Status Identitas.......................................... 86
E. Ketentuan Tentang Pernikan ........................................................... 90
1. Pengertian Pernikahan .............................................................. 90
2. Tujuan Pernikahan ..................................................................... 92
v

3. Syarat Pernikahan ...................................................................... 95


4. Pembatalan Pernikahan.............................................................. 102
5. Nikah Dan Status Sah Hukumnya ............................................. 108
a. Nikah Sah Murni Dan Hukumnya......................................... 109
b. Nikah Yang Bergantung Dan Hukumnya ............................. 109
c. Nikah Yang Rusak Dan Hukumnya...................................... 110
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................. 115

BAB III BIOGRAFI BUYA HAMKA DAN KEILMUANNYA.............. 122


A. Sejarah Kelahiran Buya Hamka ......................................................
B. Pendidikan Hamka......................................................................... 128
C. Karir Hamka ................................................................................... 138
D. Pemikiran Buya Hamka................................................................... 144
E. Karya-Karya Hamka........................................................................ 149
1. Karya Hamka Dalam Bidang Sastra ......................................... 149
2. Karya Hamka Dalam Bidang Keagamaan Islam ....................... 150
3. Karya Hamka Dalam Bidang Pendidikan.................................. 153
F. Sekilas Tentang Tafsir Al-Azhar..................................................... 154
G. Tasawuf Modren Buya Hamka........................................................ 160
H. Ijtihad Dalam Pandangan Buya Hamka........................................... 168

BAB IV TRANSGENDER DALAM KITAB TAFSIR AL-AZHAR DAN


DAMPAKNYA TERHADAP PERNIKAHAN .......................... 174
A. Ayat-Ayat Tentang Gender ............................................................. 174
B. Tinjauan Hukum Transgender Menurut Buya Hamka Dalam Kitab
Tafsi Al-Azhar................................................................................. 194
C. Tinjauan Dampak Transgender Terhadap Pernikahan Menurut Buya
Hamka Dalam Kitab Tafsir Al-Azhar ............................................. 204
D. Metode Penerapan Hukum Transgender Menurut Buya Hamka Dalam
Kitab Al-Azhar ................................................................................ 210
1. Menggunakan Dalil Naqli ......................................................... 213
2. Istinbat Hukum Berdasarkan Aspek Lafziyah (Redaksi) .......... 215
3. Istinbat Hukum Berdasarkan Ketidak Jelasan Makna ............... 216
4. Istinbat Hukum Berdasarkan Maqashid Syari’ah ...................... 218
E. Analisis Hukum Transgender Menurut Buya Hamka Dalam Kitab Al-
Azhar .............................................................................................. 219
1. Dalil Tentang Larangan Merubah Ciptaan Allah ...................... 220
2. Dalil Tentang Larangan Tasyabbuh (Menyerupai) Lawan Jenis
................................................................................................... 220
3. Analisis Mengenai Status Pribadi Dan Status Transgender ...... 241
F. Dampak Transgender Terhadap Pernikahan Menurut Buya Hamka
Dalam Kitab Tafsir Al-Azhar .......................................................... 255
vi

BAB V PENUTUP...................................................................................... 279


A. Kesimpulan...................................................................................... 279
B. Saran-Saran...................................................................................... 284
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama


dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543
b/U/1987, dan yang lazim digunakan di buku-buku keislaman, di bawah ini
disajikan daftar huruf arab dan transliterasinya dengan huruf latin.

A. Konsonan Tunggal

No Arab Nama Huruf Latin Keterangan Nama


1 ‫ا‬ alif a tidak dilambangkan
2 ‫ب‬ ba’ b ῀
3 ‫ت‬ ta’ t ῀
4 ‫ث‬ tsa’ ṣ es (garis/titik di bawahnya)
5 ‫ج‬ jim j ῀
6 ‫ح‬ ha ḥ h (garis/titik dibawhnya)
7 ‫خ‬ kha kh ka dan ha
8 ‫د‬ dal d de
9 ‫ذ‬ dzal ẑ zet (titik diatasnya)
10 ‫ر‬ ra r er
11 ‫ز‬ zai z zet
12 ‫س‬ sin s es
13 ‫ش‬ syin sy es dan ye
14 ‫ص‬ shad sh es dan ha
15 ‫ض‬ dlod dl de dan el
16 ‫ط‬ tho th te dan ha
17 ‫ظ‬ zho zh zet dan ha
18 ‫ع‬ ‘ain ‘ koma terbalik di atas
19 ‫غ‬ ghain gh ge dan ha
20 ‫ف‬ fa f ef
21 ‫ق‬ qaf q qi
22 ‫ك‬ kaf k ka
23 ‫ل‬ lam l el
24 ‫م‬ mim m em
25 ‫ن‬ nun n en
26 ‫و‬ waw w we
27 ‫ه‬ ha h ha
28 ‫ء‬ hamzah ` apostrof
29 ‫ي‬ ya y ye
viii

B. Vokal

Vokal Bahasa Arab seperti halnya vokal dalam bahasa indonesia, terdiri
atas vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong).
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa arab lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterainya sebagai berikut:

No Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama


1 --- َ◌ --- Fathah a a
2 --- ِ◌ --- Kasrah i i
3 --- ُ◌ --- Dlommah u u

Contoh:
‫ ﻜﺗﺐ‬: Kataba
‫ ذﻛﺮ‬: Dzukira (pola I) atau ẕukira (pola II) dan seterusnya

2. Vokal Rangkap
Lambang yang digunakan untuk vokal rangkap adalah gabungan
antara harakat dan huruf, dengan transliterasi berupa gabungan huruf.

Tanda Huruf Tanda Huruf Huruf


‫ـــﻲ‬ Fathah dan ya ai a dan i
‫ــــﻮ‬ Fathah dan waw au a dan u

Contoh:
‫ ﻛﯿﻒ‬: Kaifa ‫ أي‬: ai atau ay ‫ اﻣﻦ‬: amana
‫ ھﻮل‬: haula ‫ ﻋﻠﻰ‬: ‘ala

C. Vokal Panjang (Mad)

Vokal panjang atau mad dilambangkan dengan harakat atau huruf


huruf, dengan transliterasi sebagai berikut:

Harakat Tanda Baca Keterangan


‫ـَـﺎي‬ Fathah dan alif atau ya ã/â a dan garis
panjang di atas
‫ـِـﺎي‬ Kasrah dan ya î i dan garis di atas
‫ــ ُﻮ‬ Dlomah dan waw û u dan garis di atas

Contoh:
‫رﻣﻲ‬ : ramã
‫ ﺗﺤﺒﻮن‬: tuhibbûna
‫ اﻹﻧﺴﺎن‬: al-Insân
‫ﻗﯿﻞ‬ : qîla
xi

D. Ta’ Marbutah

1. Transliterasi Ta Marbutah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan


dlammah, maka ditulis dengan “t” atau “h”
Contoh:
‫ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ‬: Zakat al-Fitri atau Zakah al-Fitri

2. Transliterasi Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
ditulis dengan “h”.
Contoh:
‫ طﻠﺤﺔ‬: Talhah

3. Jika Ta’ Marbuthah diikuti kata sandang “al” dan bacaan kedua kata itu
terpisah maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”
Contoh:
‫ روﺿﺔ اﻻطﻔﺎل‬: Raudlah al-Athfal/Raudlatul Athfal

E. Huruf Ganda (Syaddad atau Tasydid)

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah dan huruf syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan huruf “l”
Contoh:
‫ ﷴ‬: Muhammmad
‫ اﻧﻤﺎ‬: Innama

F. Kata Sandang “‫”ال‬

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah dan huruf syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan huruf “l”
Contoh:
‫ اﻟﻘﺮأن‬: al-Qur’an
‫ اﻟﺴﻨﺔ‬: al-Sunnah

Catatan: Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qomariyah kata sandang ditulis
secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda
hubung.(-)

G. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital,


namun dalam transliterasi ini penulis perlu menyamakan dengan penggunaan
dalam bahasa Indonesia yang berpedoman pada EYD yakni penulisan huruf
kapital pada awal kalimat, nama diri, setelah kata sandang “al”, dll.
Contoh:
‫ اﻹﻣﺎم اﻟﻐﺰاﻟﻲ‬: al-Imam al-Ghazali
xii

‫ اﻟﺴﺒﻊ اﻟﻤﺜﺎﻧﻲ‬: al-Sab’u al-Matsani

Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya lengkap dan kalau disatukan dengan kata lainn sehingga ada huruf
atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
‫ ﻧﺼﺮﻣﻦ ﷲ‬: Nasrun minallahi
: Lillahi al-Amr Jamia

H. Huruf Hamzah

Huruf hamzah ditransliterasikan dengan koma di atas (‘) atau apostrof


jika berada di tengah atau di akhir kata. Tetapi jika hamzah terletak di depan
kata, maka hamzah hanya ditransliterasikan harakatnya saja.
Contoh:
‫ إﺣﯿﺎء ﻋﻠﻮم اﻟﺪﯾﻦ‬: Ihya ‘Ulum al-Din

I. Penulisan Huruf

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim maupun huruf
ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf atau harkat yang
dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan
juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh:
‫ وان ﷲ ﳍﻮ ﺧﲑ اﻟﺮازﻗﲔ‬: wa innallaha lahuwa khair al-Raziqin.

J. Tajwid

Bagi mahasiswa yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman


transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu tajwid,
peresmian pedoman transliterasi perlu disertai dengan pedoman tajwid. Untuk
maksud ini pada Musyawarah Kerja Ulama Al-Qur’an tahun 1987/1988 dan
tahun 1988/1989 telah dirumuskan Konsep Pedoman Praktis Tajwid Al-Qur’an
sebagai kelengkapan Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini.
xiii

ABSTRAK
Misra Netti (31695204857) : Transgender Menurut Buya Hamka Dalam
Kitab Tafsir Al-Azhar

Disertasi ini mengkaji tentang hukum transgender menurut Buya Hamka


dalam kitab tafsir al-Azhar dan dampak transgendr terhadap pernikahan,
Transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa
tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun
adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya). Transgender
(Perpindahan gender dari laki-laki ke perempuan yang memiliki jenis kelamin
(sek) normal/sempuna).
Di Indonesia transgender mulai dikenal pada tahun 1973, pada kasus
Iwan Rubianto Iskandar telah menjalani operasi perubahan kelamin di rumah sakit
di singapure berjenis laki-laki dan menjadi perempuan. Ditetapkan di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, pengacaranya Adnan Buyung Nasution. Buya Hamka yang
menjadi saksi agama, ditetapkan di pengadilan negeri Jakarta Barat-Selatan.
Permohonan tertanggal 1 oktober 1973 kepada majlis hakim.
Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hukum dan dampak
transgender terhadap pernikahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian kepustakaan (library research), dengan sumber utama adalah
kitab Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka.
Hasil akhir dari penelitian ini dapat diambil kesimpualan yaitu :
Kebolehan perubahan status identitas gender pada kasus Iwan Rubianto menjadi
Vivian Rubianti dari laki-laki menjadi perempuan, tergolong kepada khuntsa,
Buya Hamka memberikan difenisi khuntsa bukan saja dalam tataran yang
memiliki kelamin ganda (dua jenis kelamin sek laki-laki dan perempuan) atau
sama sekali tidak memiliki oleh seseorang, tetapi orang yang hidup antara gender
laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh adanya kelebihan
kromosom/hormone (dibuktikan dari diagnosa medis) adalah dia juga termasuk
kepada khuntsa.
Berbeda halnya yang dijelaskan Buya Hamka dalam kitab tafsir al-Azhar,
ia menyatakan transgender suatu perbuatan yang dilarang yaitu merujuk kepada
dua dalil : pertama dalil menunjukkan kepada seseuatu yang merubah ciptaaan
Allah dasarnya terdapat pada Q.S an-Nisa’ ayat 119, Q.S ar-Rum : 30 dan H.R
Bukhari tentang larangan merubah ciptaan Allah. Kedua dalil yang menunjukkan
larangan menyerupai lawan jenis terdapat pada Q.S al-Baqarah ayat 216 dan H.R
at-Thirmidzi, Celaan tasyabbuh (menyerupai lawan jenis) dalam hal ucapan dan
cara jalan dikhususkan bagi orang yang bersengaja melakukannya
Melihat terhadap dampak dari perbuatan transgender tersebut maka
tergolong kepada suatu yang dilarang, dan mengenai masalah yang telah jelas
hukumnya (qath’i), fatwa di sampaikan buya Hamka bahwa khuntsa sama dengan
waria tidak bisa dipakai lagi fatwa ini menjadi gugur setelah diketahui ada
nashnya di dalam al-Qur’an yaitu dalam Q.S an-Nisa’ ayat 119, Fatwa tersebut
dirubah penjelasan tentang perbedaan antara waria dan khuntsa, Perubahan fatwa
tentang perubahan dan penyempurnaan alat kelamin, diatur dalam Fatwa MUI No
xiv

03 Tahun 2010, Bahwa perubahan status gender (perubahan) tanpa adanya


indikasi medis maka dinyatakan haram. Dalam penerapan hukum ini sesuai
dengan kaidah :
‫ﺗﻐﲑ ااﳊﻜﺎم ﺑﺘﻐﲑ ااﻟﺰﻣﻨﺔ وااﻟﺰﻣﺎن ( وااﳊﻮال وااﳌﻜﻨﺔ‬

“Berubahnya suatu hukum dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta waktu dan
tempat”
Darikaidah ini bahwa dalam beberapa situasi keberlakuan hukum Islam
tidak kaku, tetapi dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi secara
fleksibel
Dampak transgender terhadap pernikahan transgender menurut Buya
Hamka, terjadi pernikahan yang sejenis, menyalurkan senggama tidak sesuai
denga fitrah, tidak memiliki keturan (berkembang biak), tidak tercapainya tujuan
pernikahan, terancamnya lima pokok dasar agama yaitu agama, akal, hak hidup,
harta dan keturunan.
Kaedah ini sebanding dengan kaedah berikut :
‫اﻟﻀﺮ ر ﻻ ﻳﺰال ﲟﺜﻠﻪ‬
"Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang sebanding”

kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan cara melakukan


kemudharatan lain yang sebanding keadaannya. seorang transgender, dalam
kehidupan bermasyarakat menyerupai lawan jenis saja, sudah banyak terdapat
permasalahan mulai dari dicemoohan, dikucilkan, dan diskriminasi dalam
kehidupan Apalagi transgender tersebut sampai melakukan operasi merubah jenis
kelamin, kemudharatannya semakin besar.

Kata Kunci : Transgender, Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar


xv

ABSTRACT
Misra Netti (31695204857): Transgender According to Buya Hamka in the
Al-Azhar Tafsir

This dissertation examines transgender law according to Buya Hamka in


the book of Al-Azhar's interpretation and the impact of transgender on
marriage, Transgender is a symptom of a person's dissatisfaction because they feel
there is no compatibility between physical and genital forms with psychology or
the existence of dissatisfaction with their genitals ) . Transgender (the transfer of
gender from men to women who have normal (perfect) sex.
In Indonesia transgender began to be known in 1973, in the case of Iwan
Rubianto Iskandar had undergone a sex change operation in a male-type hospital
in Singapore and became a woman. Stipulated in the Central Jakarta District
Court, his lawyer Adnan Buyung Nasution. Buya Hamka, who was a religious
witness, was set in a West-South Jakarta district court. Application dated October
1, 1973 to the panel of judges.
The purpose of this research is to find out the law and the impact of
transgender on marriage. The research was conducted by using library research
( library research ), the main source is the book of Tafsir al-Azhar works Buya
Hamka.
The final results of this study can be drawn conclusions, namely : The
ability to change the status of gender identity in the case of Iwan Rubianto to
Vivian Rubianti from male to female, classified as khuntsa, Buya Hamka gives a
khuntsa definition not only in the level that has multiple sex (two sexes) sek men
and women) or do not have at all by someone, but people who live between the
sexes of men and women who are affected by the presence of excess
chromosomes / hormones (proven from medical diagnosis) is he also belongs to
the khuntsa.
Unlike the case explained by Buya Hamka in the book of Al-Azhar's
interpretation, he stated that transgender is a prohibited act, which refers to two
propositions: first the argument shows to someone who changes God's creation,
basically found in QS an-Nisa 'verse 119, QS ar-Rum : 30 and Bukhari's HR about
the prohibition on changing God's creation. The two propositions that show a ban
resembling the opposite sex are found in QS al-Baqarah verse 216 and HR at-
Thirmidzi, Criticism of tasyabbuh (resembling the opposite sex) in terms of
speech and the way the road is reserved for people who intentionally do so
Looking at the impact of the transgender act, it is classified as something
that is forbidden, and regarding issues that have clear laws (qath'i), a fatwa is
conveyed by Buya Hamka that khuntsa and transsexuals cannot be used anymore.
in the Qur'an, namely in QS an-Nisa 'verse 119, the Fatwa was amended to
explain the difference between transvestites and khuntsa, Changes to fatwas about
changes and enhancement of genitals, regulated in MUI Fatwa No. 03 of 2010,
that changes in gender status ( change) without any medical indication it is
declared haram. In applying this law in accordance with the rules :
xvi

‫ﺗﻐﲑ ااﳊﻜﺎم ﺑﺘﻐﲑ ااﻟﺰﻣﻨﺔ وااﻟﺰﻣﺎن (وااﳊﻮال وااﳌﻜﻨﺔ‬

" The change of a law is influenced by the situation and conditions as well as the
time and place"
This Darikaidah states that in some situations the application of Islamic
law is not rigid, but can adapt to situations and conditions flexibly
The impact of transgender on transgender marriages according to Buya Hamka,
there is a marriage of the same type, channeling intercourse not in accordance
with nature, not having devotion (breeding), not achieving the purpose of
marriage, threatening the five basic religious principles namely religion, reason,
right to life, property and offspring .
This method is comparable to the following method:
‫اﻟﻀﺮ ر ﻻ ﻳﺰال ﲟﺜﻠﻪ‬
"Negligence must not be eliminated with comparable kemudharatan "

kemudharatan must not be eliminated by doing other kemudharatan


which is comparable to the situation A transgender person, in a social life
resembles the opposite sex, there are already many problems ranging from being
ridiculed, ostracized, and discriminating in life. Moreover, the transgender is
carrying out operations to change sex, the greater the kemudharatannya.

Keywords : Transgender, Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar


‫‪xvii‬‬

‫اﳌﻠﺨﺺ‬

‫ﻣﻴﺴﺮا ﻧﱵ )‪ :(31695204857‬ﻣﺘﺤﻮل ﺟﻨﺴﻲ ﲝﺴﺐ ﺑﻮى ﳘﻜﺎ ﰲ اﻟﺘﻔﺴﲑ اﻷزﻫﺮ‬

‫ﺗﺪرس ﻫﺬﻩ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﻗﺎﻧﻮن اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴًﺎ وﻓﻘًﺎ ﻟﺒﻴﺎ ﻫﺎﻣﻜﺎ ﰲ ﻛﺘﺎب ﺗﻔﺴﲑ اﻷزﻫﺮ وﺗﺄﺛﲑ اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎً ﻋﻠﻰ‬
‫أﺣﺪ أﻋﺮاض اﺳﺘﻴﺎء اﻟﺸﺨﺺ ﻷﻧﻪ ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻌﺪم وﺟﻮد ﺗﻮاﻓﻖ ﺑﲔ اﻷﺷﻜﺎل اﳉﺴﺪﻳﺔ واﻷﻋﻀﺎء اﻟﺘﻨﺎﺳﻠﻴﺔ اﻟﺰواج ‪ ،‬ﺗﻌﺪ‬
‫ﻣﻊ ﻋﻠﻢ اﻟﻨﻔﺲ أو وﺟﻮد ﻋﺪم اﻟﺮﺿﺎ ﻋﻦ أﻋﻀﺎﺋﻬﻢ اﻟﺘﻨﺎﺳﻠﻴﺔ(‪ .‬اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎ )ﻧﻘﻞ اﳉﻨﺲ ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل إﱃ اﻟﻨﺴﺎء‬
‫‪).‬اﻟﺬﻳﻦ ﳝﺎرﺳﻮن اﳉﻨﺲ اﻟﻌﺎدي ‪ /‬اﻟﻜﻤﺎل‬
‫ﰲ إﻧﺪوﻧﻴﺴﻴﺎ ‪ ،‬ﺑﺪأ ﻣﺘﺤﻮﻟﻮ اﳉﻨﺲ ﰲ اﻟﻈﻬﻮر ﰲ ﻋﺎم ‪ ، 1973‬ﰲ ﺣﺎﻟﺔ إﻳﻮان روﺑﻴﺎﻧﺘﻮ اﺳﻜﻨﺪر ﺧﻀﻊ ﻟﻌﻤﻠﻴﺔ‬
‫ﺗﻐﻴﲑ اﳉﻨﺲ ﰲ ﻣﺴﺘﺸﻔﻰ ﻣﻦ اﻟﺬﻛﻮر ﰲ ﺳﻨﻐﺎﻓﻮرة وأﺻﺒﺤﺖ اﻣﺮأة‪ .‬ﺳﺎرع ﲟﺤﻜﻤﺔ ﻣﻘﺎﻃﻌﺔ ﺟﺎﻛﺮﺗﺎ اﳌﺮﻛﺰﻳﺔ ‪ ،‬ﳏﺎﻣﻴﻪ‬
‫ﻋﺪﻧﺎن ﺑﻮﻳﻮﻧﻎ‪ .‬ﰎ ﺗﻌﻴﲔ ﺑﻮﻳﺎ ﻫﺎﻣﻜﺎ ‪ ،‬اﻟﺬي ﻛﺎن ﺷﺎﻫﺪًا دﻳﻨﻴًﺎ ‪ ،‬ﰲ ﳏﻜﻤﺔ ﻣﻘﺎﻃﻌﺔ ﺟﻨﻮب ﻏﺮب ﺟﺎﻛﺮﺗﺎ‪ .‬ﻃﻠﺐ‬
‫‪.‬ﻣﺆرخ ﰲ ‪ 1‬أﻛﺘﻮﺑﺮ ‪ 1973‬إﱃ ﳉﻨﺔ اﻟﻘﻀﺎة‬
‫اﻟﻐﺮض ﻣﻦ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﻘﺎﻧﻮن وﺗﺄﺛﲑ اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺰواج‪ .‬ﰎ إﺟﺮاء ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام‬
‫‪.‬ﻃﺮق اﻟﺒﺤﺚ ﰲ اﳌﻜﺘﺒﺎت ‪ ،‬وﻛﺎن اﳌﺼﺪر اﻟﺮﺋﻴﺴﻲ ﻛﺘﺎب ﺗﻔﺴﲑ اﻷزﻫﺮ ﻣﻦ ﺗﺄﻟﻴﻒ ﺑﻴﺎ ﻫﺎﻣﻜﺎ‬
‫ﳝﻜﻦ اﺳﺘﺨﻼص اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﻨﻬﺎﺋﻴﺔ ﳍﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ‪ ،‬وﻫﻲ‪ :‬اﻟﻘﺪرة ﻋﻠﻰ ﺗﻐﻴﲑ ﺣﺎﻟﺔ اﳍﻮﻳﺔ اﳉﻨﺴﻴﺔ ﰲ ﺣﺎﻟﺔ إﻳﻮان روﺑﻴﺎﻧﺘﻮ‬

‫اﻟﺮﺟﺎل واﻟﻨﺴﺎء( أو ﻟﻴﺲ ﻟﺪﻳﻬﻢ ﺷﺨﺺ ﻋﻠﻰ اﻹﻃﻼق )ﰲ اﳌﺴﺘﻮى اﻟﺬي ﳛﺘﻮي ﻋﻠﻰ ﺟﻨﺴﲔ ﻣﺘﻌﺪدﻳﻦ )ﺟﻨﺴﺎن‬
‫‪ ،‬وﻟﻜﻦ اﻷﺷﺨﺎص اﻟﺬﻳﻦ ﻳﻌﻴﺸﻮن ﺑﲔ اﳉﻨﺴﲔ ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل واﻟﻨﺴﺎء اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﺄﺛﺮون ﺑﻮﺟﻮد اﻟﻜﺮوﻣﻮﺳﻮﻣﺎت ‪/‬‬
‫‪.‬اﳍﺮﻣﻮﻧﺎت اﻟﺰاﺋﺪة )اﳌﺜﺒﺘﺔ ﻣﻦ اﻟﺘﺸﺨﻴﺺ اﻟﻄﱯ( ﻳﺘﻢ ﺗﻀﻤﻴﻨﻪ أﻳﻀًﺎ ﰲ اﳉﻨﺲ اﳌﺰدوج‬
‫ﻋﻠﻰ ﻋﻜﺲ اﳊﺎﻟﺔ اﻟﱵ أوﺿﺤﺘﻬﺎ ﺑﻮى ﲪﻘﺔ ﰲ ﺷﺮح اﻷزﻫﺮ ‪ ،‬ﻓﻘﺪ ذﻛﺮ أن اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎً ﻫﻮ ﻋﻤﻞ ﳏﻈﻮر ﻳﺸﲑ‬
‫إﱃ اﻗﱰاﺣﲔ‪ :‬أوﻻً ﺗﻈﻬﺮ اﳊﺠﺔ ﻟﺸﺨﺺ ﻳﻐﲑ ﺧﻠﻖ ﷲ ‪ ،‬ﰲ اﻷﺳﺎس ﻫﻨﺎك آﻳﺔ اﻟﻨﺴﺎء ‪ ، 119‬اﻟﺮوم‪30 :‬‬
‫واﻟﺒﺨﺎري ﻋﻦ ﲢﺮﱘ ﺗﻐﻴﲑ ﺧﻠﻴﻘﺔ ﷲ‪ .‬ﻳﻮﺟﺪ اﻻﻗﱰاﺣﺎن اﻟﻠﺬان ﻳﻈﻬﺮان ﲢﺮﱘ اﻟﺘﺸﺎﺑﻪ ﻣﻊ اﳉﻨﺲ اﻵﺧﺮ ﰲ اﻟﺒﻘﺮة آﻳﺔ‬
‫‪ ،‬ﻋﺘﺎب )ﻳﺸﺒﻪ اﳉﻨﺲ اﻵﺧﺮ( ﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﻟﻜﻼم وﻃﺮﻳﻘﺔ ﲣﺼﻴﺺ اﻟﻄﺮﻳﻖ ﻟﻸﺷﺨﺎص اﻟﺬﻳﻦ ﻳﻔﻌﻠﻮن ذﻟﻚ ‪ 216‬و‬
‫‪.‬ﻋﻤﺪا‬
‫ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ إﱃ ﺗﺄﺛﲑ ﻗﺎﻧﻮن اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎً ‪ ،‬ﻳُﺼﻨﻒ ﻋﻠﻰ أﻧﻪ ﺷﻲء ﳏﻈﻮر ‪ ،‬وﻓﻴﻤﺎ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺸﺎﻛﻞ اﻟﱵ ﳍﺎ ﻗﻮاﻧﲔ‬
‫اﻟﱵ ﻻ ﳝﻜﻦ اﺳﺘﺨﺪام اﳋﻮﻧﺔ واﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎً ﺑﻌﺪ اﻵن‪ .‬ﰲ اﻟﻘﺮآن ‪ ،‬واﺿﺤﺔ )ﻗﺎﻃﻊ( ‪ ،‬ﻳﺘﻢ ﻧﻘﻞ اﻟﻔﺘﻮى ﻣﻦ ﻗﺒﻞ‬
‫وﲢﺪﻳﺪاً ﰲ اﻵﻳﺔ ‪ ، 119‬ﰎ ﺗﻐﻴﲑ اﻟﻔﺘﻮى ﰲ ﺗﻔﺴﲑ اﻻﺧﺘﻼف ﺑﲔ اﳌﺘﺨﻨﺜﲔ واﳋﺮﻃﻨﺔ ‪ ،‬واﻟﺘﻐﲑات ﰲ اﻟﻔﺘﺎوى‬
‫اﳌﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺎﻟﺘﻐﲑات واﻟﺘﺤﺴﻴﻨﺎت ﰲ اﻷﻋﻀﺎء اﻟﺘﻨﺎﺳﻠﻴﺔ ‪ ،‬واﳌﻨﻈﻤﺔ ﰲ اﻟﻔﺘﻮى رﻗﻢ ‪ 03‬ﻟﻌﺎم ‪ ، 2010‬واﻟﱵ ﺗﻐﲑت ﰲ‬
‫‪:‬ﺣﺎﻟﺔ اﳉﻨﺲ )اﻟﺘﻐﻴﲑات(‪ .‬وﳛﺮم ﻣﻦ دون أي دﻟﻴﻞ ﻃﱯ‪ .‬ﰲ ﺗﻄﺒﻴﻖ ﻫﺬا اﻟﻘﺎﻧﻮن وﻓﻘﺎً ﻟﻠﻘﻮاﻋﺪ‬
‫ﺗﻐﲑ ااﳊﻜﺎم ﺑﺘﻐﲑ ااﻟﺰﻣﻨﺔ وااﻟﺰﻣﺎن )وااﳊﻮال وااﳌﻜﻨﺔ‬
‫‪xviii‬‬

‫"ﺗﻐﻴﲑ اﻟﻘﺎﻧﻮن ﻳﺘﺄﺛﺮ ﺑﺎﻟﻮﺿﻊ واﻟﻈﺮوف وﻛﺬﻟﻚ اﻟﺰﻣﺎن واﳌﻜﺎن"‬


‫ﺗﻨﺺ ﻫﺬﻩ اﻟﺪارﻛﻴﺪﻳﺔ ﻋﻠﻰ أن ﺗﻄﺒﻴﻖ اﻟﺸﺮﻳﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻟﻴﺲ ﺟﺎﻣﺪًا ﰲ ﺑﻌﺾ اﳊﺎﻻت ‪ ،‬وﻟﻜﻦ ﳝﻜﻨﻪ اﻟﺘﻜﻴﻒ ﻣﻊ‬
‫اﳌﻮاﻗﻒ واﻟﻈﺮوف ﲟﺮوﻧﺔ‬
‫أﺛﺮ اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎ ﻋﻠﻰ زﳚﺎت اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎ وﻓﻘﺎ ل ﺑﻮﻳﺎء ﳘﻜﺎ ‪ ،‬ﻫﻨﺎك زواج ﻣﻦ ﻧﻔﺲ اﻟﻨﻮع ‪ ،‬ﻳﻮﺟﻪ اﳉﻤﺎع‬
‫ﻻ ﻳﺘﻔﻖ ﻣﻊ اﻟﻄﺒﻴﻌﺔ ‪ ،‬وﻟﻴﺲ ﻟﺪﻳﻪ إﺧﻼص )ﺗﺮﺑﻴﺔ( ‪ ،‬ﻻ ﳛﻘﻖ اﻟﻐﺮض ﻣﻦ اﻟﺰواج ‪ ،‬ﻳﻬﺪد اﳌﺒﺎدئ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﻷﺳﺎﺳﻴﺔ‬
‫‪ .‬اﳋﻤﺴﺔ وﻫﻲ اﻟﺪﻳﻦ ‪ ،‬اﻟﻌﻘﻞ ‪ ،‬اﳊﻖ ﰲ اﳊﻴﺎة ‪ ،‬اﳌﻠﻜﻴﺔ واﻟﻨﺴﻞ‬
‫‪:‬ﳝﻜﻦ ﻣﻘﺎرﻧﺔ ﻫﺬﻩ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺑﺎﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﻟﺘﺎﻟﻴﺔ‬
‫اﻟﻀﺮ ر ﻻ ﻳﺰال ﲟﺜﻠﻪ‬
‫"ﳚﺐ ﻋﺪم إزاﻟﺔ اﻟﻀﺮر ﺑﺘﻠﻒ ﳑﺎﺛﻞ"‬

‫ﳚﺐ ﻋﺪم إزاﻟﺔ اﻟﻀﺮر ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﺄﺿﺮار أﺧﺮى ﳑﺎﺛﻠﺔ ﻟﻠﺤﺎﻟﺔ‪ .‬اﻟﺸﺨﺺ اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎً ‪ ،‬ﰲ اﳊﻴﺎة‬
‫اﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻴﺔ ﻳﺸﺒﻪ اﳉﻨﺲ اﻵﺧﺮ ‪ ،‬ﻫﻨﺎك ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ اﻟﻌﺪﻳﺪ ﻣﻦ اﳌﺸﺎﻛﻞ اﻟﱵ ﺗﱰاوح ﺑﲔ اﻟﺴﺨﺮﻳﺔ واﻟﻨﺒﺬ واﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﰲ‬
‫‪.‬اﳊﻴﺎة‬

‫اﻟﻜﻠﻤﺎت اﳌﻔﺘﺎﺣﻴﺔ‪ :‬اﳌﺘﺤﻮﻟﲔ ﺟﻨﺴﻴﺎ ‪ ،‬ﺑﻮى ﲪﻘﺔ ‪ ،‬ﺗﻔﺴﲑ اﻷزﻫﺮ‬


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini terbentuk dalam dunia jenis

yaitu laki-laki dan perempuan, tidak seorangpun yang mampu merubah kelamin

seseorang dari laki-laki menjadi perempuan begitu juga sebaliknya, perbuatan

seperti ini bukanlah merupakan urusan mereka, seberapapun tinggi ilmu yang

mereka miliki, hanya Allah lah yang mampu melakukan semua ini. 1 Sebagaimana

firman Allah dalam Q.S Asy-Syura (42) : 49-50 :

               

              



Artinya : “kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa
yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang
Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”2

Ayat ini di dalamnya terdapat berita tentang luasnya kerajaan Allah

Subhanahu wa Ta’ala, berlakunaya tindakan-Nya pada kerajaan sesuai yang Dia

kehendaki, dia mengatur semua urusan sampai-sampai pengaturan Allah SWT,

karena meratanya, mengena kepada makluk terhadap sebab apa yang dikerjakan
1
Al-Ikhlash Syamsuir, Kumpulan Fatwa Kesehatan Wanita, (Surakarta: Gazzamedia,
2001), hlm .119
2
Q.S Asy-Syura (42) : 49-50, Juz 25 , hlm 493
2

mereka itu sendiri. Sebagai mana dalam Q.S As- Syura (42) : 30, Allah SWT

menjelaskan :

          

Artinya : “dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).

Dari Ayat ini Allah menjelaskan apa yang menimpa manusia, berupa

masibah, ujian, penyakit dan lain sebagainya tersebab oleh tingkah manusia itu

sendiri, berawal dari fikiran yang tidak karuan, mengkonsumsi makanan yang

tidak halal, peranan pergaulan dan pendidikan yang tidak baik, sehingga

menimbulkan permasalahan-permasalahan. Kenyataannya ada yang menunjukan

fenomena kelainan atau ketidak jelasan jenis kelamin (intersex). Bentuk kelainan

itu adanya individu-individu yang secara fisik jelas menunjukkan jenis kelamin

laki-laki ataupun perempuan tetapi mempunyai kecendrungan permanen

keinginan berperilaku yang berlawanan dengan jenis kelamin fisiknya. Fenomena

ini dikenal dengan istilah transeksual atau transgender.3

Fenomena transeksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala

ketidak puasan seseorang kerena tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan

kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin

yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan meke up, gaya dan

tingkah laki, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (sex

3
Purwawidyana, “Operasi Penggantian Kelamin”, (Simposium Pergantian Kelamin,
Ungaran : Undaris, 1989), hlm. 4
3

reassignment surgery). Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder) – III, penyimpangan ini disebut juga sebagai gender dysporia syndrom.

Penyimpangan ini terbagi lagi menjadi beberapa subtipe meliputi : transeksual,

homoseksual, dan heteroseksual.4

Transeksual dapat diakibatkan oleh faktor bawaan (hormon dan gen) dan

faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya pendidikan yang salah pada

masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku

perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma,

trauma pergaulan seks dengan pacar, suami, atau istri. Perlu dibedakan penyebab

transeksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transeksual karena keseimbangan

hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal untuk

mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan. Mereka yang

sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal

dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk

memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang

dan tidak dibenarkan menurut syariat Islam.

Pemahaman dalam membedakan antara istilah sex dan istilah gender masih

ditemukan dalam masyarakat pada saa ini. Sex adalah perbedaan jenis kelamin

yang ditentukan secara biologis yang melekat pada individu yang dibedakan dari

genetik, hormon dan anatomi antara laki-laki dan perempuan, dimana kromosom

46, XX akan menghasilkan seorang wanita dan kromosom 46, XY akan menjadi

4
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: jawaban tuntas masalah kontemporer, (
Jakarta: Gema Insani Press.2003), hlm. 171
4

pria.5 Sementara gender mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam

peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dikonstuksikan oleh tata

nilai sosial melalui proses budaya dari kelompok masyarakat tertentu 6

Meskipun peran gender telah ditetapkan oleh sebuah budaya,

penyimpangan identitas gender tetap saja terjadi. Hal tersebut terjadi saat individu

mengidentifikasikan jenis yang berbeda dengan kuat dan cenderung menetap pada

tubuh dengan jenis kelamin yang mereka miliki saat ini.7

Akibatnya muncul perasaan laki-laki atau perempuan pada fisik yang

berbeda, yang membuat dirinya ingin hidup dalam identitas gender yang tidak

sesuai jenis kelaminya, mereka disebut juga sebagai transgender , dan perubahan

dapat terjadi dari female to male (transgender perempuan ke laki-laki) atau male

to female (Transgender Laki-laki ke perempuan).8 Pria transgender

menginternalisasikan ke dalam otak mengenai jenis kelamin yang akan

menentukan sikap dan perilaku pada kehidupan sosialnya.

Menurut Carroll9, individu dengan gangguan identitas gender umumnya

sudah mulai merasakan indikasi gangguan terebut sejak kecil, dimana ia merasa

dan meyakini bahwa dirinya adalah jenis kelamin yang berbeda dengan jenis

kelaminnya saat ini, dan perasaan ini terus berlanjut hingga masa dewasa.

5
Baron, R. A. & Byrne, D. Psikologi sosia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), Jilid 1,
Edisi 10.
6
Santrock, J. W, Life span development (perkembangan masa hidup). Jakarta: Penerbit
Elangga, 2007)
7
Helgin, R. P. & Whitbourne, S. K.. Psikologi abnormal. (Jakarta : Penerbit Salemba,
2010)
8
Stieqlitz, K. A, Development, risk, and resilience of transgender youth. Journal of the
Association of Nurses in AIDS Care, (2010)21(3), 192-206. Lihat juga Abhipraya Ardhiansyah.
“Gender Ketiga: Sebuah Bentuk Keberagaman”, diakses dari http://aruspelangi.org/gender-
ketiga-sebuah-bentuk-keberagaman/ pada 25 September 2016.
9
dalam Nevid, Rathus & Green, 2005
5

Keputusan untuk menjadi pria transgender melalui proses yang panjang.

Meskipun pria transgender menyadari perubahan ini di kemudian hari akan

banyak mendatangkan masalah, seperti kebingungan dengan identitas, tidak

diterimanya mereka dalam lingkungan masyarakat karena pertentangan konstruksi

gender.10 Keberadaan penis (dzakar) yang berbeda dengan keadaan bagian

dalamnya dari aspek biologis, bisa mengganggu dan merugikan dirinya sendiri

baik dari segi hukum agama karena hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita

berbeda dalam penerapannya.

Belakangan ini semakin banyak fenomana pria transgender yang

berkeliaran di jalan untuk kelangsungan hidupnya dengan cara mengamen

khususnya di perkotaan, bahkan ada diantara mereka yang memakai atribut

muslimah dengan memakai kerudung dalam aktitas sehari-hari. Ironisnya di

media pertelevisian justru ikut menyemarakkan dan mensosialisasikan perilaku

dan bersikap seperti lawan jenis tersebut di berbagai program acara talkshow,

parody maupun humor. Hal seperti ini tentu akan turut andil memberikan

legitimasi dan figure yang dapat ditiru masyarakat untuk mempermainkan jenis

kelamin atau bahkan perubahan orientasi dan kelainan seksual. Terkadang di

dalam kehidupan pria transgender terhadap peranan identitas baru di tengah

budaya masyarakat yang telah menjabarkan peran jenis laki-laki dan perempuan

yang berujung pada konsekuensi sikap masyarakat yang diskriminatif,

permusuhan, pelecehan hingga kekerasan fisik sehingga menciptakan iklim teror

10
Putri, T. M. & Sutarmanto, H, Kesejahteraan subjektif waria pekerja sek komersial
(PSK). (Jurnal Psikohumanika, 2009), 2 (2), hlm. 46-55.
6

yang menjadikan kehidupan mereka semakin sulit.11Komnas HAM mencatat 1000

laporan penyiksaan per tahun terjadi di Indonesia terhadap pria transgender seperti

pembunuhan, pemerkosaan hingga gangguan pada aktivitas organisasi.12

Permasalahan transgender menyangkut moral dan perilaku yang dianggap

tidak wajar, karena secara normatif tidak ada kelamin ketiga di antara laki-laki

dan perempuan.13Tercermin dari penerimaan masyarakat terhadap pria

transgender yang sebatas formalitas. Pria transgender, istilah lain adalah waria

(wanita-pria) di dalam kamus Wikipedia mereka terbagi kepada dua karekteristik

yaitu :

1. Orang yang mempunyai sifat-sifat (yang berlawanan jenis) tersebut sejak

dilahirkan, maka tidak ada dosa baginya, karena sifat-sifat tersebut bukan atas

kehendaknya, tetapi dia harus berusaha untuk menyesuaikan diri dengan jenis

kelaminnya.

2. Orang yang sebenarnya laki-laki, tetapi sengaja menyerupai sifat-sifat wanita.

Orang seperti ini termasuk dalam katagori yang dilaknat oleh Allah Swt dan

Rasulullah Saw yang dinyatakan dalam beberapa hadits.

Trangender dianggap sebagai sesuatu hal yang aneh dalam masyarakat

awam. Masalah transgender sebenarnya bukanlah hal atau fenomena yang baru

muncul. Fenomena tersebut telah ada sejak dahulu, sebagai buktinya adalah

adanya sebuah legenda kuno yang berasal dari India misalnya, menunjukkan

11
Helgin, R. P. & Whitbourne, S. K.. Psikologi abnormal. (Jakarta : Penerbit Salemba
2010)
12
Barak. Kisah hidup pengasuh waria Barrack Obama. Diakses 20 Agustus 2012, dari
http://id.brerita.yahoo. com/kisah hidup-pengasuh–waria– barack obama.htm fb_action_ids = 2428
13
Sunahara. (2004). Analisis gender dan tranformasi sosial. Yogyakarta: Kanisius.
7

bahwa masalah trangender sudah lama dikenal orang. Dalam legenda tersebut

diceritakan tentang seorang raja yang dapat berubah wujud menjadi wanita jika

siraja tersebut membersihkan diri atau mandi di sebuah sungai yang amat keramat.

Raja tersebut selanjutnya diceritakan menolak untuk kembali lagi ke wujudnya

semula yaitu sebagai laki-laki, karena ia merasa bahwa hidup sebagai wanita lebih

menyenangkan dari pada sebagai laki-laki. Raja yang telah berubah menjadi

wanita tersebut dikenal dengan nama Srikandi. Cerita tersebut hanyalah berupa

sebuah legenda, tetapi hal itu dapat dijadikan sebagai bukti bahwa fenomena

transgender telah ada sejak dulunya.14

Masalah transgender mulai muncul di dalam dunia kedokteran sejak

terjadinya pergantian kelamin yang dilakukan di Negara-negara Barat sekitar

tahun 1950-an. Salah satunya adalah operasi pergantian kelamin dari laki-laki

menjadi wanita oleh seorang prajurit angkatan darat Amerika Serikat bernama

George Jorgensen.15George melakukan operasi perubahan kelamin di Denmark

pada tahun 1952 dengan mengangkat organ kelamin laki-lakinya. Setelah proses

operasi tersebut, George merubah namanya menjadi Christine.

Di Indonesia transgender mulai dikenal pada tahun 1973, pada kasus Iwan

Rubianto Iskandar. Iwan Rubianto Iskandar telah menjalani operasi perubahan

kelamin, pada awalnya berjenis laki-laki dan menjadi perempuan. Nama

digunakan setelah dilakukannya operasi perubahan kelamin tersebut adalah

14
Vina Aliya, Skripsi, Status Hukum Transeksual Dan Perkawinannya Ditinjau Dari
Undang-Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Adminnistrasi Kependudukan Dan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Depok : Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Program
Kekhususan 1 (Bidang Studi Hukum Tentang Hubungan Sesame Anggota Masyarakat), 2012),
Hlm. 49
15
Mawar, http://berita-dunia-infique.com/,Asal Usul Operasi Kelamin. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2011 pukul 23.18
8

Vivian Rubianti Iskandar. Iwan Rubianto melakukan operasi perubahan kelamin

di rumah sakit di singapora.16 Kasus ini terjadi pada tahun 1973 Iwan Rubianto

mengajukan permohonan atas perubahan status jenis kelaminnya di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat didampingi oleh pengacaranya Adnan Buyung Nasution.17

Iwan Rubianto.18 Seorang pria yang telah melakukan operasi perubahan kelamin

menjadi perempuan dan telah dinyatakan sah sebagai perempuan ketentuan itu

ditetapkan di pengadilan negeri Jakarta Barat-Selatan.19Permohonan tertanggal 1

oktober 1973 kepada majlis hakim. Penetapan pengadilan akan sangat berguna,

karena berkaitan dengan hak-hak yang harus didapatkannya dari perubahan

kelamin sebagai seorang warga Negara dan begitu juga dengan kewajibannya.

Kasus itu telah menginpirasi Dedi yuliardi pada tanggal 3 mei 1988 ia mengalami

operasi perubahan kelamin di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya. Sebagaimana

Iwan Rubianto Iskandar yang mengajukan permohonan ke pengadilan. Dedi

permohonan serupa ke pengadilan Negeri Surabaya, pada tanggal 24 oktober 1988

pengadilan negeri Surabaya menyatakan Dedi Yuliardi sebagai seorang wanita

16
Rosa Agustina, Judge Made Laws In Indonesia As Civil Law Country. Makalah
disampaikan pada Current Issues In Indonesia Law. (Jakarta : Pasca Sarjana Universitas
Indonesia,2017), hlm 262
17
ibid
18
Iwan Rubianto Iskandar warga Negara Republik Indonesia yang dilahirkan sebagai
laki-laki pada tanggal 1 januari 1944 dari suami istri Kan Lee dan Auw Roon Tji Nio, setelah
mengalami operasi kelamin dari kelamin laki-laki menjadi kelamin wanita, memohon kepada
pengadilan negeri agar status hukumnya disahkan sebagai seorang wanita dan agar diberi izin
mengganti namanya sendiri dari Iwan Rubianto Iskandar menjadi Vivian Rubianto Iskandar, serta
selanjutnya agar pengadilan menyampaikan kepeutusannya kepada pegawai catatan sipil untuk
golongan Tionghua supaya didaftarkan dan dicatat pada pinggir akte kelahiran yang bersangkutan
tentang pergantian nama dan status hukum tersebut, lihat Adnan Buyung Nasution, beberapa
permasalahan hukum, disampaikan pada seminar aspek hukum dan operasi pengantian kelamin
Dept. kesehatan RI, maret 1978, hlm 622
19
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana, 2017), hlm 28
9

dan mengubah nama menjadi Dorce Ashadi, sebagai selebriti namanya dikenal

dengan Dorce Gamalama.20

Pergantian kelamin ini ditinjau dari aspek hukumnya merupakan persoalan

baru dalam masyarakat, bahwa hal ini belum diatur dalam undang-undang waktu

itu tidak atau belum memperkirakan terjadinya hal-hal seperti itu, bahwa dalam

hukum diperlukan suatu penegasan status seseorang yaitu apakah wanita atau

laki-laki, karena penentuan status demikian diperlukan baik dalam hukum perdata

seperti menikah, warisan, dalam perjanjian kerja dan lain-lain maupun dalam

hukum pidana. Bahwa di dalam undang-undang hanya mengenal istilah laki-laki

atau perempuan.21Menurut adnan buyung Nasution22 dari kasus Iwan Robianto

itu, ada tiga aspek permasalahan yang menjadi argument dalam perubahan status

tersebut yaitu aspek hukum23, aspek medis/anatome24 dan aspek moral25. yang

20
Gamalama terinpirai dari sebuah gunung yang ada diternati ayahnya berasal. Ibid
21
Adnan Buyung Nasution, beberapa permasalahan hukum, disampaikan pada seminar
aspek hukum dan operasi pengantian kelamin Dept. kesehatan RI, maret 1978, hlm. 622
22
Pengacara, Member bantuan hukum untuk membela Iwan Rubianto mendapatkan
haknya untuk memperoleh pengesahan sebagai status hukum sebagai wanita dan perubahan nama.
Ibid, hlm. 622
23
Masalah hukum pada saat itu, bukan masalah mempersoalkan boleh tidaknya merobah
kelamin, melainkan persoalan apakah perobahan kelamin yang telah terjadi melalui operasi dari
laki-laki menjadi wanita dapat disahkan statusnya sebagai wanita, selanjtnya apakah hukum bisa
berobah namanya dari nama laki-laki Iwan Rubianto Iskandar menjadi nama perempuan Vivian
Robianti Iskandar, terhadap pemyelesaian atau putusan hakim permohonannya dikabulkan dan
dinyatakan sebagai wanita serta hakim member izin kepada pemohon untuk mengganti namanya
sejak ketetapan ini di ucapkan, ibid hlm. 630
24
Dalam proses persidangan baik dari keterangan permohonan (Vivian Rubianti
Iskandar) maupun keterangan tertulis dari Prof. s.s Ratman tertanggal 8 Mei 1973, maupun dari
keterangan saksi-saksi ahli Indonesia yaitu Prof. Hanifah Nyosastro, Prof. Tajudin, Prof.
Kusumanto Setaonegoro dan Prof Gandasubrata, saksi Ny. Rusdiani Iskandar (Ibu kandung
Vivian) dan Ny. Nani Yamin (Sebagai teman dekat dan mengenal pemohonsjak tahun 1963).
Diperoleh fakta-fakta tersebut berikut ini : Bahwa vivianRbiant Iskandr terlahir sebagai laki Dalam
perkemgangan hidupnya ia merasa seorang wanita, sifat-sifat kewanitaanya mulai menunjukan
sejak berusia 5 tahun, mencapai umur 14-15 tahun ia tertarik kepada laki-laki dan terangsang nafsu
birahinya, perkembangan kehidupanya hidup antara dalam dua dunia yaitu ia merasa tidak normal
sebagai laki-laki dan disisi lain dia tidak pula wanita karena keadaan phisiknya adalah laki-laki.
Iwan adalah a true transsexual of stable personality, terdapat sex chromatin negative yaitu yang
10

menjadi saksi ahli dari sudut agama Islam adalah Prof. Dr. Hamka sebagaimana

kutipan pendapatnya pada intinya bahwa penggantian kelamin dapat

diterima.26jika dicari hukumnya dalam al-Qur’an atau fiqih tidak ada diatur, sebab

itu Islam memberi kelapangan kepada yang ahli untuk mengembangakan pendapat

mereka. 27

Pada artikel “Wanita-wanita Muslimah Migran Transgender Muslim di

Belanda”. 28Bima seorang transgender29 pria Indonesia yang sudah lama tinggal di

Belanda, ia tinggal hidup sendiri di kota tua Amsterdam. Ia berkeinginan

menyesuaikan tubuh dengan jiwanya sebagai laki-laki. Tim operasi membutuhkan

surat keterangan dari pemuka Islam, adanya keraguan dokter untuk melakukan

operasi ganti kelamin karena larangan dalam agama Islam. Akhirnya ia berhasil

menjumpai buya Hamka setelah mendengar riwayat hidup Bima dan Hamka

mengizinkannya. Tahun 1976 ia memutuskan ganti kelamin.30Muhammad fatah

biasanya hanya terdapat pada laki-laki dan dilihat dari sex fenotyp maupun sex kejiwaannya
adalah wanita.
25
Moral merobah takdir Tuhan, mengingat Vivian Robianti Iskandar adalah seorang
beragama Khisten, sebagai saksi ahli Eka Dharmaputra S.Th., Pendeta agama Protestan dari DGI,
menurut pendeta Eka Dharmaputra pandangan Kristen tentang manusia adalah kesatuan antara
physic dan mental. Ibid, hlm, 628
26
Dimuat dalam harian “sinar Harapan” dengan judul :” Lorong-lorong keadilan bagi
pengikut-pengikut Vivian Perlu dibuka lebih lebar” oleh Wartawan. Lihat juga Adnan Buyung
Nasution, beberapa permasalahan hukum, disampaikan pada seminar aspek hukum dan operasi
pengantian kelamin Dept. kesehatan RI, maret 1978, ibid, hlm. 622,
27
Ibid h. 630, lihat juga jurnal, Herman Raja Guguk, Hakim Indonesia mengesahkan
penggantian dan penyempurnaan kelamin, direktur Program Pascasarjana Hukum Universitas al-
Azhar Indonesia, h. 2
28
Tulisan Budi Wibowo, diterbitkan 12 Desember 2011-9:32 ( oleh Jeans Van de kok (
foto : RNW). http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/micran-transgender-muslim-di-belanda
29
Ia terlahir seorang anak perempuan, kemudian sadar bahwa sebenarnya ia berjiwa laki-
laki. Dari kecil bermain sama anak laki-laki, jarang bermain sama dengan anak perempuan. bima
mengalami dua operasi ganti kelamin, di Jakarta untuk menghilangkan payudara dan kandungan
serta sel telur. Sedianya operasi yang ketiga akan dijalani di Belanda untuk mendapatkan penis. Di
ktp Bima tercantum agama Islam tahun 1976 ia memutuskan ganti kelamin. ibid
30
Surat pernyataan Buya Hamka : “Oleh sebab saya melihat kecendrungan pemuda ini,
saudara Bima adalah memiliki sifat laki-laki, maka bolehlah ia dioperasi, untuk menyempurnakan
kelaki-lakianya itu. Menurut pendapat saya, penyempurnaan kelaki-lakian ini secara pengobatan
11

menjadi Lucinta Luna mengajukan permohonan ke pengadilan Negeri Jakarta

Barat, pada kamis 15 Desember 2016. Ia meminta mengubahan jenis kelamin

menjadi perempuan sekaligus nama sebagai Ayluna Putri. Tetapi, pihak Lucinta

luna meminta agar permohonannya dicabut31. Direktur lembaga bantuan hukum

(LBH) Alghiffari Aqsa menilai munculnya perisakan terhadap Lucinta Luna

menandakan masyarakat Indonesia hidup dalam situasi yang tidak sehat, kita

bertindak di masyarakat harusnya menghormati Sara, Ham dan pelihan hidup

setiap orang. Permohonan pertama pengubahan jenis kelamin secara legal di

Indonesia dilakukan oleh Iwan Rubianto pada tahun 1973. Perkara itu ditangani

oleh Adnan Buyung Nasutian, (Pendiri Lbh). Tercatat buya Hamka ( Abdul Malik

Karim Amrullah) dihadirkan dalam persidangan. Buya adalah ketua majlis Ulama

Indonesia pertama dan tokoh Muhammadiyah yang dihadirkan sebagai saksi ahli

di bidang agama. Tutur algiffari, buya Hamka memperkuat hakim untuk

mengabulkan permohonan Iwan Rubianto. Iwan resmi mengubah identitas jenis

kelamin menjadi perempuan dan secara sah bernama Vivian Rubianti.32

Keinginan untuk melakukan perubahan jenis kelamin yang dilakukan oleh

orang tersebut disebabkan karena adanya ketidak nyamanan yang dialami oleh orang

tersebut dengan jenis kelamin yang dibawanya sejak lahir. Secara psikologis

seseorang yang jenis kelamin bawaannya sejak lahir adalah laki-laki merasa tidak

nyaman dengan jenis kelaminnya tersebut karena sikap dan perilakunya yang lebih

atau operasi, tidaklah bertentangan denga agama Islam, asal saja ado dokter yang menyanggupi
operasi itu.” Ibid
31
Hakim memerintahkan kepada panitera untuk mencoret permohonan Lucinta Luna
dalam register 733/Pdt.P/2016/PN kkt.Brt. Hakim membebankan biaya perkara senilai Rp. 216
ribu pada pemohon. Dieqy Hasbi Widhana 23 Juni 2018, lika-liku Mengubah Jenis Kelamin di
Dokumen Legal. http://tirto.id/lika-liku-merubah-jenis-kelamin-id-dokumen-legal-cl8d
32
Ibid
12

condong kepada sifat kewanitaan, sehingga menyebabkan ia merubah jenis

kelaminnya dari laki-laki ke perempuan agar dapat menimbulkan kenyamanan bagi

dirinya secara psikologis.33 Demikian pula sebaliknya seorang yang terlahir sebagai

perempuan sejak lahirnya, namun memiliki sikap dan perilaku sebagai seorang laki-

laki, sehingga ia tidak merasa nyaman dilahirkan sebagai seorang perempuan. Hal

tersebut mengakibatkan dirinya merubah jenis kelaminnya dari perempuan ke laki-

laki dengan cara operasi perubahan jenis kelamin.

Di dalam syari’at Islam aturan tentang hukum operasi kelamin ini

dirincikan berdasarkan persoalan dan latar belakang dari penyebab dilakukan

operasi tersebut, merujuk kepada dunia kedokteran modern yaitu dikenal dengan

3 bentuk operasi kelamin yaitu : 1) Operasi penggantian jenis kelamin, yang

dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki normal tanpa ada menunjukan

faktor medis untuk melakukannya, 2) Operasi perbaikan dan penyempurna

kelamin yang dilakukan kepada orang yang sejak lahir memiliki cacat kalamin,

seperti zakar atau faraj yang tidal berlubang atau tidak sempurna, 3) Operasi yang

dilakukan kepada orang yang sejak lahir memiliki kelamin ganda dengan cara

pembuangan salah satu organ/jenis kelamin (zakar atau faraj), ditetapkan

berdasarkan organ luar harus sama dengan organ dalam, seperti orang yang

memiliki dua organ kelamin, organ dalam dilengkapi adanya rahim dan ovarium,

yang dihilangkan adalah zakar, karena zakar tidak ada keserasiannya dengan

rahim dan ovarium.

33
Soetojo Prawirohamidjojo dkk, Hukum Orang dan Keluarga, (Bandung, Cetakan
Kesebelas, R, 2000), hlm 8.
13

Di dalam hukum Islam orang yang telah melakukan pergantian jenis kelamin

dari jenis kelamin aslinya sejak ia dilahirkan menjadi jenis kelamin yang berlawanan

dengan jenis kelamin aslinya tersebut dilarang dan merupakan suatu perbuatan dosa

karena telah mengubah apa yang telah dikodratkan oleh Allah kepada manusia.

Mengenai hukum perubahan jenis kelamin Al Qur’an menyebutkan di dalam

QS Al-Rum (30) ayat 30 ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan sesuai

dengan fitrah :

                

        

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”34

QS Al-Hujrat (49) ayat 13 ayat ini menjelaskan tentang kemulian disisi Allah :

            

         

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud :

34
QS Al-Rum (30) ayat 30, Juz 21, hlm 407
14

‫ات‬
ِ
‫ُﻮ ِﰱ‬
َ ‫ َوﻫ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- َ‫ أﻻَ أ‬:‫َﺎل‬
َ ‫ُﰒ ﻗ‬
‫ُﻮل ﻓَ ُﺨﺬُوﻩُ َوﻣَﺎ ﻧَـﻬَﺎ ُﻛ ْﻢ َﻋ ْﻨﻪُ ﻓَﺎﻧْـﺘَـﻬُﻮا‬
ُ ‫ َوﻣَﺎ آﺗَﺎ ُﻛ ُﻢ اﻟ ﱠﺮﺳ‬: ‫ﻳﻌﲎ ﻗَﻮل ﻟﻪ‬

Artinya : “Allah mengutuk perempuan-perempuan yang menato dirinya, dan


yang mentatokannya. Dan perempuan yang menghilangkan bulu di wajahnya dan
yang meminta dihilangkan bulu di wajahnya, yang merenggangkan giginya
supaya terlihat cantik, juga perempuan yang mengubah ciptaan Allah.” Ibnu
Mas’ud berkata, “Coba engkau baca kembali pasti engkau menemukannya. Allah
Ta’ala berfirman, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Haysr: )

Hadits ini menunjukan bahwa seorang laki-laki atau perempuan yang normal

jenis kelaminnya, dilarang oleh Islam merubah jenis kelaminnya, karena termasuk

dalam wilayah mengubah ciptaan Allah tanpa alasan yang sah menurut hukum

Islam.35 Pada hadits lain menyerupai lawan jenis saja sudah termasuk kepada sesuatu

yang dilaknat, apalagi sampai merubah diri dengan cara melalui operasi pergantian

kelamin. Sebagai mana Hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh at-Thurmidzi.

‫ﺣﺪ ﺛﺘﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻏﻴﻼ ن ﺣﺪ ﺛﻨﺎ اﺑﻮ داود اﻟﻄﻴﺎ ﻟﺴﻲ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﻪ و ﳘﺎ م ﻋﻦ ﻗﺘﺎ دة‬
،ِ‫َﺎل ﺑِﺎﻟﻨِّﺴَﺎء‬
ِ ‫ﲔ ِﻣ َﻦ اﻟ ِّﺮﺟ‬
َ ‫ﺸﺒِّ ِﻬ‬
َ َ‫ﷲ اﻟْ ُﻤﺘ‬
ِ ‫ُﻮل‬
ُ ‫ﻋﻦ ﻋﻜﺮ ﻣﺔ ﻣﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎ س ﻟَ َﻌ َﻦ َرﺳ‬
(‫َﺎت ِﻣ َﻦ اﻟﻨِّﺴَﺎ ِء ﺑِﺎﻟ ِّﺮﺟَﺎل )رواﻩ اﻟﱰ ﻣﺬي‬
ِ ‫ﺸﺒِّﻬ‬
َ َ‫وَاﻟْ ُﻤﺘ‬

Artinya : “Muhammad bin Ghilan menceritakan kepada kami, Abu Daud ath-
Thayalisi menceritakan kepada kami, Syu’bah dan Hamman menceritakan kepada
kami, dari Qatadah Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata. “Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang menyerupai kaum
wanita, dan para wanita yang menyerupai kaum lelaki”. ( HR. Tirmidzi)36

35
Rahman Mustari, Hadits-Hadits Syaih dalam Islam, (Jakarta : , Lentera Ilmu, , 2011),
hlm. 52.
36
Ibid
15

Sedangkan pelarangan transgender37 selanjutnya adalah di dalam fatwa majlis ulama

Indonesia (MUI) menyatakan :

Fatwa MUI : Musyawarah Nasional ke II Majlis ulama Indonesia Nomor


05/Kep/Munas II/MUI/1980 bahwa Menetapkan fatwa-fatwa Majlis Ulama
Indonesia beberapa persoalan keagamaan dan kemasyarakatan sebagai berikut
:
1. Merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya
hukumnya haram, karena bertentangan dengan al-Qur’an surat an-Nisa’
ayat 19 dan bertentangan pula dengan jiwa Syara’.
Q.S An-Nisa’ (4) : 19

            

“kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena


mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak”38

2. Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama


dengan jenis kelamin semula sebelum dirobah.
3. Seorang khuntsa (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh
disempurnakan kelaki-lakiannya. Demikian pula sebaliknya dan
hukumnya menjadi positif (laki-laki).

Ditanda tangani oleh Prof. Dr. Buya Hamka selaku ketua umum39,
dan Drs. Kafrawi Ridwan. MA selaku sekretaris Umum, tertanggal
Jakarta, 12 Rajab 1400 H bertepatan dengan tanggal 1 Juni 1980 M.

37
Istilah transgender masuk ke Indonesia
38
Q.S An-Nisa’ : 19, Juz 4, hlm 80
39
Hamka merupakan Kepengurusan Majlis Ulama Periode I (1975-1980) MUI Pusat,
“Profil MUI”, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui, diakses 12 November 2015
16

Dari aspek hukum Islam adanya sebuah pelarangan terhadap transgender

baik dalam al-Qur’an, Hadits, dan fatwa akan tetapi di tengah kehidupan

bermasyarakatt masih ada juga ditemukan fenomena transgender ini, orang yang

pertama kali mendapatkan kekuatan hukum atas perubahan status gender adalah

Iwan Rubianto ini dan akhir-akhir ini adalah Muhammad Fatih dari kasus

transgender yang telah penulis paparkan di atas Buya Hamka yang menjadi

pegangan mereka untuk melakukan pergantian jenis kelamin ini. Bahkan dalam

kasus yang sama banyak mereka berlindung dibalik kasus Iwan Rubianto Iskandar

ini untuk melegalkan perubahan status identitas tersebut. Sedangkan dalam fatwa

majlis ulama Indonesia sudah ada ketentuan dan ketetapannya yang diketua oleh

buya Hamka itu sendiri bahwa perbuatan Merubah jenis kelamin laki-laki

menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya adalah haram, karena tidak sesuai

dengan fitrah manusia. Namun kenyataannya masih ada juga yang di temukan

fenomena transgender ini di tengah-tengah kehidupan.

Di dalam Undang-undang no 36 tahun 200940 tentang kesehatan yang

menyatakan bahwa operasi bedah plastik dan rekontruksi tidak dapat dilakukan

untuk mengubah identitas pun juga tidak dapat dilakukan apabila tidak sesuai

dengan norma, norma yang berkembang di masyarakat Indonesia mengenai

perubahan kelamin bagi transeksual begitu tidak baik. Begitu pula dalam norma

40
Undan-undang 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 69 yang menyebutkan :1) Bedah
palstik dan rekronstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu. 2) Bedah plastic dan rekronstruksi tidak boleh bertentangan dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas. 3)
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastic dan rekronstruksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
17

agama yang diwujudkan dalam fatwa MUI tersebut. 41Hal ini telah menjadi bukti

konkrid tidak diperkenankannya perubahan kelamin bagi transgender dan

transeksual.42 Kenyataan yang terjadi di Indonesia mengenai perubahan kelamin

bagi transeksual menempatkan perkara ini menjadi sesuatu yang tidak jelas

kepastian hukumnya. Diasumsikan bahwa perubahan kelamin tersebut adalah

sesuatu yang sah saja diajukan kepada pengadilan karena tidak ada aturan pasti

yang mengatur terkait tata cara dan lainnya, akan terdapat akibat hukum yang

dimiliki oleh pelaku perubahan kelamin tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis

tertarik untuk membahas dalam disertasi ini tentang permasalahan transgender

menurut pendapat buya Hamka di dalam kitab tafsir al-Azhar. dan apa perbedaan

pendapat buya Hamka dalam kasus penetapan perubahan status identitas Iwan

Rubianto tersebut.

B. Identifikasi masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis identifikasi menjadi

beberapa masalah :

1. Masih ada terjadinya transgender

2. Transgender mengundang perdebatan di antara umat manusia

41
fatwa MUI nomor 3/MUNAS-VIII/2010 dikatakan bahwa : Dibagian A. Penggantian Alat
Kelamin : 1) Mengubah alat kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya yang
dilakukan dengan sengaja, misalnya dengan operasi ganti kelamin, hukumnya haram. 2)
Membantu melakukan ganti kelamin sebagaimana point 1 hukumnya haram. 3) Penetapan
keabsahan status jenis kelamin akibat operasi penggantian alat kelamin sebagaimana point 1 tidak
dibolehkan dan tidak memiliki implikasi hukum syar’i terkait penggantian tersebut. 4) Kedudukan
hukum jenis kelamin orang yang telah melakukan operasi ganti kelamin sebagaimana point 1
adalah sama dengan jenis kelamin semula seperti sebelum dilakukan operasi ganti kelamin, meski
telah memperoleh penetapan pengadilan.
42
Klarisa Dan Budi Sempurna, Kepastian Hukum Perubahan Jenis Kelamin Di
Indonesia, (Pekanbaru : Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, 2017), hlm. 166
18

3. Transgender memunculkan keresahan ditengh-tengah kehidupan

masyarakat

4. Munculnya pemikiran masyarakat yang membenarkan transgender dengan

dalih Hak Asasi Manusia (HAM)

5. Sebagian masyarakat menganggap transgender memiliki kemaslahatan

6. Pendapat ulama terhadap dampak transgender terhadap perkawinan

7. Kebolehan dan keharaman transgender untuk melakukan operasi kelamin

C. Batasan Masalah

Setelah penulis mengidentifikasi permasalahan transgender yang sangat luas,

diperoleh pembahasan yang lebih spesifik mengenai objek penelitian, penulis

membatasinya hanya pada sisi Transgender (Seseorang yang telah jelas jenis

kelaminnya tapi tingkah lakunya tidak sesuai dengan jenis kelaminya tersebut

bahkan sampai menukar atau berpindah kepada jenis identitas gender lainnya)

Menurut Buya Hamka ( 1908-1981) dan dampak transgender terhadap hukum

pernikahan. Dalam Kitab Tafsir Al Azhar”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

di atas, agar memperoleh pambahasan yang lebih spesifik mengenai objek

penelitian, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini. Pokok pembahasannya adalah :

1. Bagaimana hukum transgender menurut Buya Hamka dalam kitab tafsir al-

Azhar ?
19

2. Bagaimana metode penetapan hukum transgender menurut Buya Hamka

dalam kitab tafzir al-Azhar ?

3. Bagaimana analisis hukum transgender dan dampak transgender terhadap

pernikahan menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran ijtihad buya Hamka

secara mendalam yaitu :

1. Untuk mengetahui hukum transgender menurut Buya Hamka dalam kitab

Tafsir al-Azhar

2. Untuk mengetahui beberapa dalil-dalil tentang pelarangan transgender

dalam kitab Tafsir al-Azhar

3. Untul menganalisa hukum transgender menurut Buya Hamka dalam kitab

Tafsir al-Azhar

F. Mamfaat penelitian

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian di atas, mamfaat penelitian ini

ada mamfaat teoritis dan mamfaat praktis :

1. Memunculkan kesadaran ilmiyah untuk menggali pemikiran Buya Hamka

ulama nusantara khususnya kasus transgender

2. Merekontruksikan pendapat para ulama (Imam Mazhab) terhadap

pemikiran ijtihad buya Hamka dalam kasus transgender bisa teratasi.

3. Fatwa MUI no.3/Munas-VIII/2010, fatwa mui tidak mengikat dan tidak

dapat dipaksakan melalui penagak hukum, karena sebuah fatwa dapat


20

menjadi terikat dan memilki daya paksa ketika fatwa tersebut diangkat dan

dijadikan bentuk lain seperti peraturan daerah atau bahkan undang-undang.

4. Merekomendasikan ke mahkamah agung untuk meminta membuat surat

ederan kepada hakim untuk tidak menetapkan permohonan pergantian

jenis kelamin dari hasil operasi ganti alat kelamin yang diharamkan.

5. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor dalam bidang

ahwal al-syakhsiyah pada program studi hukum Keluarga Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

G. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu

masala. Sedangan penelitian adalah pemeriksa secara hati-hati, tekun dan

tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah suatu pengetahuan manusia.

Dapat dipahami bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai proses

prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

melakukan penelitian.43

Menurut sutrisno hadi dalam bukunya bahwa metode penelitian

merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana caranya atau langkah-

langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis

sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebanarannya.

1. Jenis penelitian

43
Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Ui Press, 1986), hlm. 6
21

Penelitian tentang transgender menurut buya Hamka (1908-1981) dalam kitab

Tafsir al-Azhar pada prinsipnya merupakan kajian keperpustakaan44 (Library

research). Karena study yang dikembangkan melalui interprestasi dengan

menggunakan buku-buku yang ada diperpustakaan. Penelitian pustaka

(Library research), dapat juga diartikan suatu penelitian dengan metode

tulisan, editan dan mengelompokkan data yang diperoleh dari sumber

tertulis.45

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah memaparkan,

mengambarkan, mengklafikasikan secara objektif dan data-data yang dikaji

kemudian menganalisanya, penelitian ini disebut dengan istilah deskriptik

analitik.46

3. Sumber Data

Pengumpulan data yang valid dan akurat dapat diperoleh dengan

mengelompokkan literetur-literetur dalam kategori yang ada hubungannya

dengan pembahasan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

mengklafikasikan sumber data

44
Kajian perpustakaan sering juga disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka,
(literature review) artinya kegiatan mendalam, mencermati, menela’ah dan
mengidentifikasipengetahuan serta mempelajari dan menggali penemuan-penemuan yang telah
dikemukakan sebelumnya ( Lihat Suarsimi Arikunto, Manajemen Penelitaian, (Jakarta PT Cipta,
cet -4), hlm. 75
45
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian (Jakarta : Rake Sarasin, 1989), hlm 43
46
Winarto Surakmad, Pengantar Penelitian, cet ke- 5, (Bandung, Tarsito, 1994)
22

Sumber data47 dalam penelitian ini dapat digolongkan kepada dua, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder48 sebagai referensi-referensi

yang secara tidak langsung dapat juga dijadikan penelitian ini.

Pertama sumber data primer49 adalah kitab tafsir al-Azhar karya

momental Buya Hamka yang berjumlah 9 (Sembilan) jilid terbitan pustaka

Nasional PTE LTD Singapura, Jakarta tahun 1989. Pembahasan secara khusus

dalam penelitian ini terdapat pada jilid Jilid 2, QS an-Nisa’ ayat 119 :

Merubah perbuatan Allah, Q.S al-Baqarah (2) : 126, iri terhadap dalam jenis,

Jilid 7 QS.ar-Rûm ayat 30 : tindakan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia,

Kedua sumber data sekunder50 berupa : kitab tafsir seperti tafsir al-misbah

karangan Quraish Shihab, tafsir Shafwatur tafsir karangan Syaikh Ali-Shabuni,

tafsir Ath-Thabari karangan Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari, komplikasi hukum

Islam, undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

dan fatwa majlis ulama Indonesia Nomor 05/kep/Munas II/MUI/1980 Tentang

47
Sumber data dapat diklafikasikan menjadi dua jenis, yaitu menurut bentuk dan isi.
Menurut bentuknya jenis sumber data terbagi dua , pertama, sumber tertulis (printed materials)
atau dukumen kedua, sumber bukan tertulis (non printed material). Sedangakan data menurut isi,
juga terbagi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. (Ibid, hlm. 82)
48
Sumber data primer adalah sumber bahan atau dukumen yang dikemukakan atau
digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan
tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadilkan saksi, seperti buku, manuskrip, notulen,
dan lain sebagainya, yang berasal dari tangan pertama sumber primer kedudukannya sangat utama
dalam sebuah penelitian, karena dapat menunjukan keaslian dan kemurnian isi sumber data.
Dengan demikian data/bahan dapat lebih dipercaya dibandingkan sumber skunder . sedangkan data
sekunder adalah sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang ikut mengalami
atau hadir pada waktu kejadian berlangsung. (ibid. hlm. 83)
49
Dalam penelitian fuqaha, data primernya dalah fuqaha yang mengekspresikan baik
dalam pikirannya baik dari tulisan maupun dari perkataan. Pemikiran yang diekspresikan dengan
tulisan dapat ditemukan dengan karya tulis seperti buku (kitab) atau manuskrip seperti jurnal, cd,
website. Sedangkan dalam bentuk pemikiran yang ekspresikan dalam bentuk perkataan dapat
ditemukan dari ungkapan seperti dialog khusus, berlaku pada fuqaha yang masih hidup, yang
ditemukan sebagai responden (lihat cik Hasan Bisru op.cit, hlm. 221)
50
Data skunder dalam penelitian pemikiran fuqaha adalah Bahan pustaka yang mengutip
atau merujuk kepada sumber. Selain itu berupa komentar (syarh) atau ringkasan (mukhtasyar) atas
matan sumber primer. (lihat, cik Hasan Bisri, Op.cit., hlm. 221)
23

Fatwa (penggantian dan penyempurnaan kelamin), Fatwa MUI Nomor 03 Tahun

2010 Tentang perubahan dan pemyempurnaan alat kelamin, serta pendapat para

ulama tentang kunsekuensinya terhadap pernikahan dan referensi lainnya seperti

buku, tesis, skripsi, jurnal yang berkenaan dengan transgender, pernikahan, fikih

dan ushul fih.

4. Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara kualitatif dengan metode berfikir :

a. Deduktif (Deduktif approach) yaitu pendekatan yang menggunakan logika

untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusiom) berdasarkan

seperangkat premis yang diberikan, penyusunan menganalisa data tentang

konsep transgender secara umum kemudian ditarik kesimpulan secara

khusus. Metode ini diperuntukkan untuk pembahasan mengenai analisis

larangan transgender menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar.

b. Indiktif (inductive approach) yaitu sebuah pendekatan dengan cara

pengambilan kesimpulan dari khusus ke umum (Going from from specific

to do general). Penyusun menganalisa data yang didapati dari kasus yang

ada, kemudian memahami karekteristik dan latar belakang dari hasil

Ijtihad dan diambil kesimpulan yang digeneralisasikan sehingga yang

besifat umum. Metode ini dipergunakan untuk mengetahui transgender

menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang isi disertasi ini, penulis secara garis

besar membuat sistematika penulisan sebagai berikut :


24

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi

penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua, merupakan kajian teoritis yaitu mambahas tentang pengertian,

maslahah, perbedaan gender dengan jenis kelamin, tinjauan tentang transgender,

operasi kelamin, payung hukum tentang perubahan status identitas dan ketentuan

pernikahan

Bab ketiga, mengurai tentang riwayat hidup Buya Hamka mulai dari

kelahiran dan dinamika intelektual Hamka, pendidikan dan aktifitas Hamka, karya

tulis Hamka hingga apresiasi terhadap Hamka, dan kitab tafsir al-azhar tentang

sejarah penulisannya.

Bab keempat, merupakan analisis tentang transgender menurut Buya

Hamka (1908-1981) dalam kitab tafsir al-Azhar yang memuat tentang ayat-ayat

tentang gender, ayat-ayat dan hadis tentang pelarangan merubah ciptaan Allah,

ayat-ayat dan hadis tentang menyerupai lawan jenis, metode penetapan hukum

trasgender, dan analisis hukum transgender serta dampaknya terhadap pernikahan

dalam kitab tafsir al-Azhar.

Bab kelima, merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian ini dan disertai

dengan beberapa saran yang dirasa perlu.


25

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Gender dan Perbedaannya dengan Jenis Kelamin

Kata gender berasal dari bahasa Inggris, yang berarti jenis kelamin. 1 Jenis

kelamin lebih tepat diartikan untuk seks, sedangkan gender berbeda dengan

makna seks. Seks adalah atribut yang melekat secara biologis kepada laki-laki

maupun perempuan, seperti laki-laki berjakun (kalamenjing), memproduksi

sperma, dan beralat vital penis, sedangan perempuan memiliki alat reproduksi,

vagina, memproduksi telur (ovum), memiliki payudara, berahim, mengalami

menstruasi, dan memiliki alat menyusui.2 Karena ini merupakan sesuatu yang

given yang tidak dapat dipertukarkan, yang bersifat kodrati yang tidak dapat

dipertukarkan (dirubah).3

Sedangkan gender adalah sesuatu yang dilekatkan, dikodifikasi dan

dilembagakan secara sosial dan cultural kepada laki-laki dan perempuan, yang

menyangkut fungsi, peran, hak dan kewajiban masuk dalam wilayah gender.4

Misalnya perempuan itu memiliki sifat lemah lembut, emosional, keibuan dan

cantik. Sedangkan laki-laki memiliki sifat kuat, rasional, jantan, dan perkasa.

Sifat ibu dapat beralih dan dipertukarkan dari satu ke yang lain. Jadi pada
1
Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Enggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005), hlm. 265. Lihat juga Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 353. Lihat juga
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 197.
2
Moh. Yasir Alimi, Jenis Kelamin Tuhan Lintas Batas Tafsir Agama, (Yogyakarta:
Yayasan Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat, 2002), hlm. 5. Lihat juga Softan
A.R.Kau, Fikih Feminis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 2.
3
Muhammad Quraish Shihab, Membincang Persoalan Gender, (Semarang : RaSAIL,
2013), hlm.
4
3.
Ibid., h. 3.
26

dasarnya bahwa gender adalah sesuatu sifat yang melekat baik kepada laki-

laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan cultural, yang

menyangkut hal yang bersifat non biologis,5 karena yang bersifat biologis dan

universal dan kodrati kemudian tak dapat dipertukarkan olah seks.

Ada tiga karakteristik gender, yaitu; 1) Gender adalah sifat-sifat yang

bisa dipertukarkan, seperti laki-laki bersifat emosional, kuat, rasional, namun

ternyata perempuan juga ada memimiliki atribut tersebut. 2) Adanya perubahan

dari waktu-kewaktu dan dari tempat ketempat lain, contohnya disuatu suku atau

wilayah tertentu perempuan yang kuat, namun di suku atau wilayah yang lain,

bisa jadi perempuan yang kuat. 3) Dari kelas ke kelas masyarakat yang lain

juga berbeda. Ada perempuan di kelas bawah dipedesaan dan suku tertentu

lebih kuat dibandingkan laki-laki.6

Dapat dipahami bahwa gender adalah suatu konsep yang dipergunakan

untuk menunjukkan peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional

yang dianggap tepat pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh

lingkungan sosial dan psikologis, termasuk historis dan budaya (non biologis).7

Gender lebih menentukan aspek maskulinitas dan feminitas, bukan jenis

kelamin dan biologis. Konsep cultural tersebut berupaya membuat perbedaan

(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional

5
6
Ibid., h. 3.
Mansoer Fakih, Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), h. 8-9.
7
Agus Hermanto, Teori Gender Dalam Mewujudkan Kesetaraan : Menggagas Fikih
Baru, Mahasiswa Program Doktor Pps Uin Raden Intan Lampung Penulis1@Iain-
Tulungagung.Ac.Id Ahkam, Volume 5, Nomor 2, November 2017: 209-230
27

antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.8

Sedangkan pemahaman seks tidak mengenal ruang dan waktu, bersifat

universal, tidak berubah dan tidak dapat ditukarkan, karena seks adalah

pemberian Tuhan secara kodrati yang tidak bisa ditukarkan bersifat biologis,

alamiah dan tidak bisa berubah baik secara sosial maupun cultural serta budaya

dan tradisi.9

Gender, sebagai sebuah gejala sosial dalam Ensiklopedi Islam diartikan

sebagai pembagian peran manusia berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan)10. Persoalan gender, khususnya yang berkaitan dengan pengubahan

struktur masyarakat ke arah yang lebih adil bagi kedua jenis kelamin, telah

menjadi isu di dunia Islam sejak awal abad ke-20. Belakangan, gerakan yang

memperjuangkan perubahan tersebut secara luas disebut feminis Islam.

Dalam kajian-kajian tentang masalah perempuan yang dilakukan oleh

kalangan feminis, terdapat perbedaan vital yang menjadi perhatian. Pertama,

konsep seks, dan kedua, konsep gender. Pembedaan dua konsep ini oleh para

feminis dianggap penting karena dalam pandangan mereka, perbedaan gender

(gender diferences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dianggap

menjadi penyebab terjadinya subordinasi yang dialami kaum perempuan.

Menurut kalangan feminis, ada keterkaitan erat antara persoalan gender dengan

8
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
Paramadina, 1999), h. 33-34.
9
Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000), h.
14.
10
Taufik Abdullah (ed) all, t. t. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid. 6,Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve. (ed.) tt h. 175
28

11
masalah ketidakadilan sosial pada umumnya . Anne Oakley, ahli Sosiologi

Inggris, adalah orang yang mula-mula membedakan istilah seks dan gender12.

Apa yang disebut sebagai perbedaan seks adalah perbedaan atas dasar ciri-ciri

biologis dari lak-laki dan perempuan, terutama yang menyangkut pro-kreasi.

Jika laki-laki memiliki penis dan memproduksi sperma, perempuan memiliki

vagina dan alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk hamil, melahirkan

dan menyusui. Selamanya, namanya laki-laki dan perempuan selalu dibedakan

dengan perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga yang satu dengan lainnya tidak

bisa saling dipertukarkan. Secara permanen, alat-alat tersebut merupakan

ketentuan biologis atau yang sering disebut sebagai kodrat Tuhan.

Sementara itu, gender adalah sifat dari laki-laki atau perempuan yang

dikonstruksi secara sosial dan kultural, sehingga tidak identik dengan seks.

Pensifatan (simbolisasi) dalam gender ini sangat terkait dengan sistem budaya

maupun strukrur sosial suatu masyarakat. Sebagai misal, fungsi pengasuhan

anak yang di sementara tempat diidentikkan dengan sifat perempuan, di tempat

lain fungsi itu bisa saja dilakukan oleh laki-laki. Stereotip sifat-sifat cantik,

emosional, keibuan dan lain-lain yang diberikan kepada perempuan serta sifat-

sifat kuat, rasional, perkasa kepada laki-laki adalah gender. Perubahan ciri dan

sifat gender ini bisa terjadi dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dari

satu tempat ke tempat yang lain tergantung sistem sosial dan budaya yang

11
Fakih, Mansour, 1996, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1996), hlm. 46 lihat juga Ahmad Baidhowi, 2005, Tafsir Feminis: Kajian
Perempuan dalam Al-Qur’an dan Para Mufassir Kontemporer, Bandung: Penerbit Nuansa, 2005
h. 30
12
Ibid
29

berlaku di masing-masing tempat. Semua sifat dan ciri yang bisa dipertukarkan

inilah yang disebut dengan konsep gender.13

Dari berbagi definisi tentang gender di atas, penulis menyimpulkan

bahwa gender merupakan sebauh istilah yang biasa dihadapkan dengan istilah

sex. Sehingga istilah gender merupakan sebuah istilah yang menunjukkan pada

rekayasa kultural yang kemudian menjadi sebuah anggapan masyarakat

terhadap peran serta tugas laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial

kemasyarakatan dan bukan dalam hal yang bersifat biologis (kodrati).

Sementara sex atau jenis kelamin, sebagaimana dijelaskan di atas

merupakan suatu istilah yang diperhadapkan dengan istilah gender. Maka sex

atau jenis kelamin dapat diartikan dengan suatu keadaan yang pada umumnya

menjadikan laki-laki dan perempuan berbeda berdasarkan unsur-unsur jasmani

yang bersifat kodrati dan permanen.

1. Sejarah Terbentuknya Perbedaan Gender

Sejarah perbedaan gender disebutkan oleh Jalaluddin Rakhmat terjadi

melalui sebuah proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaan

gender ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain, dibentuk, diasosiasikan,

diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural melalui berbagai

wacana seperti agama, politik maupun psikologi. Melalui proses yang

panjang, sosialisasi gender akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan,

seolah-olah gender adalah bersifat biologis yang tidak bisa diubah-ubah

13
Ibid hlm. 31
30

lagi, sehingga perbedaan gender dianggap sebagai kodrat laki-laki maupun

kodrat perempuan. Karena dianggap sebagai kodrat, upaya untuk menolak

perbedaan gender tersebut dianggap sebagai perbuatan melawan Tuhan14.

Anggapan seperti inilah yang kemudian menciptakan patriarkhi dan pada

gilirannya melahirkan ideologi gender. Perbedaan gender yang melahirkan

peran gender sesungguhnya tidak menjadi masalah dan tidak menjadi

sumber gugatan dalam feminisme. Sehingga kalau secara biologis

perempuan bisa hamil dan melahirkan kemudian mempunyai peran gender

sebagai perawat, pengasuh dan pendidik anak, hal ini tidak menjadi

masalah. Apalagi kalau peran-peran ini merupakan pilihan perempuan

sendiri. Persoalan barulah muncul apabila peran gender ini menyebabkan

munculnya struktur ketidakadilan. Dalam kenyataannya, ketidakadilan itu

memang kerapkali terjadi. Hal ini sebagaimana diungkapkan Mansour

Fakih, terbukti dengan terjadinya marginalisasi kaum perempuan, terjadi

sub-ordinasi, pelabelan negatif atau bahkan kekerasan terhadap

perempuan.15

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyatakan bahwa,

perbedaan gender itu adalah suatu bentukan budaya peradaban manusia. Ia

bukan merupakan sesuatu yang sudah ada sejak manusia diciptakan, akan

tetapi ia adalah sesuatu yang secara perlahan dalam perjalanannya terbentuk

dengan dilatarbelakangi oleh berbagai hal yang diantaranya kultur budaya,

atau oleh kepentingan politik, atau bahkan juga unsur psikologis yang ikut

14
Baidhowi, ibid h. 31
15
Ibid h. 31-32
31

andil dalam mengilhami terbentuknya anggapan-anggapan perbedaan

gender di dalam suatu masyarakat16. Oleh karenanya, dalam hal ini boleh

jadi suatu nilai yang diyakini oleh satu masyarakat tertentu justru tidak

berlaku pada satu masyarakat di tempat lain atau bahkan pada masyarakat

yang sama pada masa yang berbeda

2. Gender dalam Perspektif Islam

Konsep gender dalam Islam sesungguhnya telah menjadi bagian

substantive nilai-nilai universal Islam melalui pewahyuan (al-Qur’an dan

hadits) dari Allah Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Laki-laki dan

perempuan ditempatkan pada porsi yang setara untuk kepentingan dan

kebahagiaan mereka di dunia maupun di akhirat. Karena itu, laki-laki dan

perempuan mempunyai hak-hak dasar dan kewajiban yang sama sebagai

hamba Allah, yang membedakan hanyalah ketakwaannya di hadapan-Nya.

Berbicara mengenai kedudukan perempuan, mengantarkan kita agar

terlebih dahulu mendudukkan pandangan al-Qur’an. Dalam hal ini, salah

satu ayat yang dapat diangkat adalah firman Allah Swt, QS. al-Hujurat

(49): 13 yang berbunyi :

            

         

16
Khana Suranta Skripsi Gender Dalam Pandangan M. Quraish Shihab (Tinjauan Dalam
Bidang Pendidikan), Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam 1439 H/ 2017 M
32

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.17

Ayat tersebut menjelaskan tetang asal kejadian manusia dari seorang laki-

laki dan perempuan juga berbicara tentang kemulian manusia, baik sebagai laki-

laki ataupun perempuan. yang kemuliannya didasarkan pada ketakwaannya

kepada Allah Swt, bukan didasarkan pada suku, keturunan dan bukan pula

berdasarkan jenis kelamin. Pandangan yang demikian diperkuat dengan

pernyataan mantan Syekh Al-Azhar, Mahmud Syaltut dalam bukunya Min

Tawjihad al-Islam bahwa tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan

hampir dapat dikatakan sama, Allah Swt, telah menganugerahkan kepada

perempuan sebagaimana menganugerahkannya kepada laki-laki potensi dan

kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan menjadikan

keduanya dapat melakukan kegiatan maupun aktivitas yang bersifat umum

maupun khusus18.

Al-Qur’an Surah al-Isra’ (17) : 70 juga menjelaskan secara jelas

tentang kemuliaan manusia tanpa membeda-bedakannya :

           

      

17
QS. al-Hujurat (49) : 13, Juz 26, hlm 518
18
M. Quraish Shihab 2004, Dia di Mana-mana: Tangan Tuhan di Balik Setiap
Fenomena, Jakarta: Lentera Hati. h. 299.
33

Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.19

Ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Adam (anak-anak Adam) adalah

makhluk yang dimuliakan, Bani Adam dapat dimaknai manusia seluruhnya,

karena semua manusia adalah keturunan Adam, apapun suku bangsa dan laki-

laki maupun perempuan. Di dalam al-Qur’an setidaknya terdapat ayat yang

menempatkan perempuan pada tiga posisi yakni, sebagai mitra laki-laki.

Secara epistmologis, prosses pembentukan kesetaraan gender yang

dilakukan Rasulullah saw tidak hanya dalam wilayah domestik saja, akan tetapi

hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Seluruh aspek itu

meliputi perempuan sebagai ibu, istri, anak, nenek dan maupun sebagai anggota

masyarakat, dan sekaligus juga untuk memberikan jaminan keamanan serta

perlindungan hak-hak dasar yang telah dianugerahkan oleh Allah.

Menurut A. Fahrur Rozi20, ada dua hal atau tradisi yang dibentuk oleh

Rasulullah terkait dengan opini masyarakat tentang persamaan gender, berikut

ini menurutnya, Pertama, Rasulullah melakukan perombakan besar-besaran

terhadap cara pandang (word fiew) masyarakat Arab yang pada masa itu

didominasi oleh cara pandang masyarakat era Fir’aun, di mana latar historis

yang menyertai konstruk masyarakat ketika itu adalah bernuansa misoginis.

Cotohnya adalah kebiasaan Rasulullah menggendong puterinya Fatimah di

hadapan khalayak umum, yang pada masa itu hal tersebut dianggap tabu. Hal

19
Q.S al-Isra’ (17) : 70, Juz 15, hlm. 283
20
Mufidah, Gender di Pesantren Salaf Why Not?, Malang: UIN-Malik Press, 2010, h. 15
34

tersebut dinilai oleh Fahrur Rozi sebagai proses pembentukan wacana bahwa

laki-laki dan perempuan tidak boleh dibeda-bedakan.

Kedua, keteladanan Rasulullah terhadap perempuan di sepanjang

hidupnya, beliau tidak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya meskipun di

antara istrinya sangat sering terjadi kecemburuan. Teladan yang seperti ini

dinilai mengangkat harkat martabat jahiliah di mana perempuan tidak jarang

mendapatkan perlakuan berupa tindak kekerasan baik secara fisik maupun

psikis.

3. Laki-laki dan Perempuan dalam Pandangan Islam

Laki-laki dan perempuan di dalam ajaran Islam di pandang sebagai

makhluk Tuhan yang diciptakan berpasang-pasangan. Hal ini tentu

berimplikasi pada seluruh tatanan kehidupan umat Islam dalam berbagai

aspeknya. Sebagaimana kita ketahui bahwa laki-laki tidak mungkin hidup

menyendiri selamanya tanpa seorang perempuan yang menjadi pasangan

yang juga dalam saat yang sama sebagai rekan, mitra dan keluarga. Sejak

semula keberadaanya di dunia ini manusia telah menyadari akan

ketergantungannya terhadap pasangannya. Ketika Adam diciptakan, Allah

SWT., juga menciptakan Hawa sebagai pasangan Adam yang dipahami

berjenis kelamin laki-laki itu. Jadi, sejak semula penciptaan Hawa bukanlah

sekedar kebetulan, akan tetapi Hawa memang diciptakan untuk menjadi

pasangan bagi Adam

QS. An-Nisa' (4) : 1


35

            

              

  

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu”.

QS. Al-'A`raf (7) : 189.

             

            

     

Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari
padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya.
Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala
Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh,
tentulah Kami terraasuk orang-orang yang bersyukur".

Yusuf Al-Qaradhawi tentang hal ini menyatakan : Jika seluruh manusia

baik laki-laki maupun perempuan itu diciptkan oleh Rabb mereka dari jiwa

yang satu (Adam), dan dari jiwa yang satu itulah Allah menciptakan isterinya

agar keduanya saling menyempurnakan sebagaimana dijelaskan Al-Qur’an


36

kemudian dari satu keluarga itu Allah mengembangbiakkan laki-laki dan

wanita yang banyak, yang kesemuanya adalah hamba-hamba bagi Allah Yang

Esa, dan merupakan anak-anak dari satu bapak dan satu ibu, maka

persaudaraanlah yang semestinya menyatukan mereka21.

Jika demikian adanya, maka mustahil Islam menempatkan perempuan

dalam posisi yang termajinalkan sebagaimana dianggap atau bahkan

dituduhkan oleh sementera orang tentang perlakuan Islam terhadap kaum

perempuan. kaum modernis telah lama menentang pendapat bahwa pemisahan

perempuan merupakan aspek penting dalam dimensi moral masyarakat

Muslim. Bermula dari seruan Muhammad Abduh untuk memperbaiki

martabat perempuan Muslim melalui pembaharuan pendidikan dan hukum,

cetak biru modernis tentang hak-hak perempuan Islam, pada akhirnya juga

meliputi hak untuk bekerja, memilih, dan menjadi calon dalam pemilihan.

Mereka berhak untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan publik22.

Di satu sisi, banyak sekali dalam buku-buku karangan pemikir-

pemikir Islam klasik atau pengikutnya yang datang kemudian dianggap sangat

bias gender. Dalam arti memperlakukan kaum perempuan seolah-oleh mereka

adalah warga masyarakat kelas dua. Hal ini tentu menjadi perdebatan yang

tidak berkesudahan, dimana seperti disebutkan sebelumnya bahwa kaum

modernis menghendaki adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

21
Yusuf Al-Qaradhawi, Malahmih Al-Mujtama‟ Al-Muslim Alladzi Nansyaduhu, edisi
Indonesia diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo, Anatomi Masyarakat Islam,( Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar 2000), cet. 2. h. 294
22
Stowasser, Barbara Freyer, 2001,“Reintrepetasi Gender: Wanita dalam Al - Qur‟an,
Hadis, dan tafsir, (Bandung: Pustaka Hidayah 200), hlm. 341
37

Pada sisi yang berbeda para pemikir klasik justru dianggap dalam banyak hal

ikut andil dalam mempertahankan bahkan mengukuhkan budaya patriarkhi.

Namun perlu penulis terangkan bahwa anggapan masing-masing pihak

terhadap pihak-pihak yang dianggap berlawanan tidaklah dapat dikatakan

semuanya benar berdasarkan realitas sejarah maupun kehidupan masa kini.

Bisa jadi apa yang selama ini menjadi bahan perdebatan panjang justru

merupakan kesalahpahaman, atau karena masing-masing pihak menilai pihak

lain dengan nilai ukuran diri sendiri, dari kemungkinan-kemungkinan itu maka

tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya dapat disatukan dalam sebuah

kesepahaman universal.

B. Tinjauan Umum tentang Transgender

Secara etimologi transgender berasal dari dua kata yaitu “trans” yang

berarti pindah (tangan, tanggungan) atau pemindahan,


73
dan “gender” yang berarti jenis kelamin.74 Secara terminologi

transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang

melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang

ditetapkan saat mereka lahir. Transgender tidak menunjukkan bentuk spesifik

apapun dari orientasi seksual organnya.75 Transgender merupakan suatu gejala

ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk

fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat

73
Pius A Partanto, M Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, tt),
hlm. 757.
74
Ibid, hlm. 197.
75
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 109.
38

kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up,

gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin

(Sex Reassignment Surgery). Dalam DSM (Iagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder), penyimpangan ini disebut sebagai juga gender dysporia

syndrome.76

Transgender dalam bahasa arab disebut sebagai Mukhannats. Mukhannats

secara etimologi berasal dari kata khanitsa-khinatsan yang berarti bertingkah

laku seperti perempuan.77 Secara terminologi mukhannats adalah seorang yang

berpakaian dengan pakaian wanita dan menyerupakan diri seperti wanita dari

gerak geriknya, perbuatan, dan ucapannya.78

Tanda-tanda transgender yang bisa dilacak melalui DSM (Iagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorder), antara lain: perasaan tidak nyaman dan

tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya, berharap dapat berganti kelamin

dan hidup dengan jenis kelamin lain, mengalami guncangan yang terus menerus

untuk sekurangnya selama dua tahun dan bukan hanya ketika datang stress,

adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal, dan dapat

ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu menurut J.P. Chaplin

dalam Dictionary of Psychology (1981) semacam reaksi psikotis dicirikan di

76
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:
Gema Insani, 2003), hlm. 171.
77
Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 371.
78
Muhammad Amin bin Umar Abidin, Raddu al-Mukhtâr alâ al-Durri al- Mukhtâr, Juz
IV, hlm 69.
39

antaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada kehidupan emosional

dan afektif serta tingkah laku negativisme lainnya.79

Transgender adalah kata sifat tentang, berkaitan, atau menetapkan seseorang

yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian tentang gender laki-laki atau

perempuan melainkan menggabungkan atau bergerak antara keduanya (Oxforef

English Dictionary Definition of transgender).80

Dapat dipahami, bahwa transgender adalah merupakan ketidaksamaan

identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya.

“Seseorang yang ditunjuk sebagai seks tertentu, umumnya setelah kelahiran

berdasarkan kondisi kelamin, narnun merasa bahwa hal tersebut adalah salah dan

tidak mendeskripsikan diri mereka secara sempurna. Tidak mengidentifikasi (diri

mereka) atau tidak berpenampilan sebagai seks (serta gender yang ia asumsikan)

yang ditunjuk saat lahir. Transgender bukan merupakan orientasi seksual. Orang

yang transgender dapat mengidentiflkasi dirinya sebagai seorang Heteroseksual,

homoseksual, biseksual, maupun aseksual. yang termasuk kelompok transgender

antara lain: 81

a. Transeksual : individu yang merasa terperangkap dalam tubuh yang salah.

b. Transvestite : individu yang melakukan cross-dressing saat melakukan

hubunganseksual dengan tujuan mendapatkan kenyamanan psikologis dengan

melakukan hal tersebut

79
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, hal. 172.
80
Ridwan Muhammad Khalik, Operasi Transgender dan Akibat Hukumnya, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2015), hal 45.
81
Suwanto Pane, Pengaturan Hukum Transgender di Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Press, 2007), hlm. 56.
40

c. Drag-queens : aktor profesional yang menggunakan pakaian wanita yang

gemerlap untuk alasan tertentu. (biasanya mereka merupakan pria gay)

d. Female impersonators : aktor profesional yang berpakaian seperti wanita

untuk alasan hibur82

Tanda-tanda transgender atau transeksual yang bisa dilacak melalui tes

DSM, antara lain83:

1. Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan keadaan anatomi seksnya.

2. Berharap dapat berganti dari satu fase ke fase yang lain, seperti dari laki-laki

ingin menjadi perempuan.

3. Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurangnya selama dua

tahun dan bukan hanya ketika datang stress.

4. Adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal.

5. Dan dapat ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu

semacam reaksi psikis dicirikan dengan gejala pengurungan diri, gangguan

pada kehidupan emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.84


\
Perkembangan transgender sangat pesat bukan hanya orang awam namun

sudah memasuki dunia hiburan ditanah air. contohnya Vivin Rubianti, Dorce

Gamalama sebagai pembawa acara Dorce Show yang awalnya adalah seorang

laki-laki dengan nama Dedi Yuliardi kemudian memilih menjadi seorang

perempuan dengan melakukan operasi kelamin dan merubah status hukumnya dan

82
Mochammad Fauzi Aldy, Tesis, Analisis Yuridis Pernikahan Bagi Pasangan Yang Sudah
Berganti Jenis Kelamin Di Indonesia Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan
Dan Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2017
83
Setiawan budi Utomo, Fikih Aktual jawaban tuntas masalah kontemporer,(Jakarta :
,gema insani press, 2003), hlm. 172
84
Ibid
41

menikah dengan seorang laki– laki, mantan penyanyi cilik Renaldy Rahman

melakukan operasi payudara untuk menjadi seorang transgender perempuan meski

ia belum melakukan pergantian kelamin namun ia sudah melakukan operasi

payudara di korea dengan pilihanya yang sekarang ia kembali diperbincangkan

diberbagai media maupun dunia maya, ia merasa dirinya terperangkap di tubuh

yang salah. Julia Robex terlahir sebagai laki-laki dengan nama Baby Wijaya

Nasroen memilih menjadi wanita transgender. Masih banyak lagi kasus

transgender yang serupa dengan adanya hal ini pembuat undang - undang harus

segera membuat undang-undang khusus para transgender agar tidak terjadi

diskriminasi dan cyber bullying.

Bahkan di Indonesia sendiri sudah mempunyai organisasi-organisasi

LGBT. Organisasi - organisasi LGBT di Indonesia jumlahnya relatif besar, terdiri

dari dua: jaringan nasional dan 119 organisasi yang didirikan di 28 provinsi dari

keseluruhan 34 provinsi, beragam dari segi koniposisi ukuran dan usta. Organisasi

- organisasi ini berperan aktif di bidang kesehatan, publikasi dan penyelenggaraan

kegiatan sosial dan pendidikan.85

2. Sejarah Transgender

Istilah transgender baru dikenal sejak tahun 1965 melalui Psikiater

John F. Oliven dari Universitas Columbia kala menulis edisi kedua pustaka

referensinya yang ditujukan untuk ahli-ahli kesehatan berjudul Sexual Hygiene

and Pathology pada tahun 1965, menggunakan gugus leksikal trans+gender

85
Miswandi Richwanto, Tinjauan Hukum tentang Transgender di Indonesia,
(Surabaya : Mitra Ilmu, 2013), hlm. 86.
42

pada bab Transexualism (Transeksualisme) bagian Primary Transvestism

(Transvetisme Primer) dengan menulis, “transgenderisme' is what is meant”,

karena seksualitas bukanlah sebuah faktor utama dalam transvestisme

primer.86 Kemudian tokoh pemuka Crossdressing Virginia Charles Prince

menggunakan istilah tersebut Desember 1969 untuk judul Transvestia sebagai

judul majalah yang didirikan olehnya untuk para crossdresser.87

Christine Jorgensen pada tahun 1979 menolak istilah transsexual

dalam publik serta mengidentifikasi dirinya sebagai seorang trans-gender

seperti ditulis dalam surat kabar dengan berkata, “gender tidak ada

hubungannya dengan siapa kita di atas ranjang, melainkan terhadap identitas.88

Pada tahun 1984, konsep dari sebuah "komunitas transgender" telah

berkembang dengan transgender digunakan sebagai istilah umum.89 Pada

tahun 1985, Richard Elkins mendirikan "Trans-Gender Archive" di

Universitas Ulster.90 International Conference on Transgender Law and

Employment Policy (Konferensi Internasional Hukum dan Ketenagakerjaan

Transgender) pada tahun 1992 mendefinisikan transgendered sebagai sebuah

istilah umum yang luas yang mencakup "transseksual, transgenderis,

crossdresser" yang bertransisi.91

86
Oliven, John F, Sexual Hygiene and Pathology, (Amerika: The American Journal of the
Medical Sciences, 1965), Vol 250, hlm. 235.
87
Richard Eknis, Dave King, The Transgender Phenomenon, (Sage Publications, 2006),
hlm. 13-14.
88
Jerry Parker, Transgender Woman, (Winnipeg Free Press, 1979), hal. 27.
89
Ibid, hlm. 41.
90
Richard Eknis, Dave King, The Transgender Phenomenon, (Sage Publications, 2006),
hal. 13-14.
91
Internationals Conference on Transgender Law and Employment Policy.
43

Muhammad bin Ali bin Muhammad al -Syaukani dalam kitabnya Nailu al-

Authâr menjelaskan bahwa pada zaman nabi sudah ada transgender dan yang

dikenal namanya antara lain Hita, Matik dan Hinaba. Transgender di zaman nabi

ada yang memang asli transgender dan ada yang buatan. Transgender asli pada

umumnya tingkah lakunya tidak kelihatan membahayakan kepada kaum wanita.

Dan oleh sebab itu istri-istri nabi menganggap mereka (transgender asli) sebagai

ghoiru ulil irbah (tidak punya butuh dan tidak punya syahwat). Meskipun begitu

nabi melarang mereka bebas masuk (bergaul) dengan kaum wanita dan antara

mereka harus ada hijab/tabir. Bagi mereka yang tidak mematuhi, setelah itu Nabi

melarang mereka masuk dan tidak boleh kembali kecuali sekali dalam seminggu

yaitu setiap hari Jumat untuk menerima jatah makan, selebihnya mereka hidup di

Baida’ (tanah lapang) atau di Badiyah (perkampungan terpencil).92

Istilah waria atau transgender sudah lebih dikenal di Indonesia

dibandingkan istilah lesbi dan gay. Istilah tersebut lebih dikenal dan melekat

kepada laki-laki yang menganggap dirinya sebagai perempuan dari pada

perempuan yang menganggap dirinya sebagai laki-laki. Untuk perempuan yang

menganggap dirinya laki-laki atau lebih suka bergaya maskulin disebut sebagai

tomboy.

Transgender dalam istilah Arab disebut dengan ‫( اﳌﺨﻨﺚ‬al-mukhannats) dan

‫( اﳌﱰﺟﻠﺔ‬al-mutarajjilah). Kata “‫ ”اﳌﺨﻨﺚ‬berasal dari kata ‫ ﳜﻨﺚ‬- ‫ ﺧﻨﺚ‬yang berarti

berlaku lembut. Dikatakan: ‫ﺧﻨﺚ ﺻﲑﻩ ﳐﻨﺜﺎ‬,‫ ﺧﻨﺚ اﻟﺮ ﺟﻞ ﻛﻼ ﻣﻪ‬yakni laki-laki yang cara

92
Muhammad al-Syaukanni, Nailu al-Authar, (Mesir : Dar al-Hadits, tt), Juz VI, 176
44

bicaranya seperti perempuan, yaitu lembut dan halus.93 Al-mukhannats secara

istilah adalah laki-laki yang menyerupai perempuan dalam kelembutan, cara

bicara, perangai dan gerakan tubuhnya. Al-mukhannats dalam bahasa Indonesia

disebut sebagai waria (wanita-pria) atau wadam (Hawa-Adam) adalah laki-laki

yang lebih suka berpenampilan seperti perempuan dalam kehidupannya sehari-

hari dalam kata lain berdandan dan bergaya seperti tabi’atnya menyerupai wanita.

Selain mukhannats, ada istilah ‫( اﳌﱰ ﺟﻠﺔ‬al-mutarajjilah) yang dilaknat oleh Nabi

saw. Kata ‫( اﳌﱰ ﺟﻠﺔ‬al-mutarajjilah) berasal dari kata Arab ‫( رﺟﻞ‬rajjala) dan ‫ﺗﺮﺟﻞ‬

(tarajjala), artinya kuat dan menjadi lelaki. Dalam al-Munjid disebutkan ‫اﳌﺮاة ﺗﺮﺟﺘﺖ‬

‫ ﺻﺎ رت ﻛﺎﻟﺮﺟﻞ‬yakni perempuan yang menjadi seperti laki-laki.94 Secara istilah al-

Mutarajjilah adalah seseorang yang berkelamin perempuan tetapi menyerupai

laki-laki bukan hanya dalam bicara, cara berjalan, gaya berpakaian, tetapi dalam

semua hal. mutarajjilah adalah “tomboy” yang ekstrim.

al-mukhannats (waria) dan Al-mutarajjilah (tomboy) bukanlah al-khuntsa95.

Karena Al-mukhannats statusnya sudah jelas, yaitu laki-laki, dan al-mutarajjilah

93
Al-Shobuny, Ibid., 194; Rohi Baalbaki, Al-Mawrid (a modern Arabic-English
Dictionary), Ibid.
94
Luis Ma’luf al-Yassu’i, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa-Al-A’lam, (Beirut: Dar el-
Masyreeq, 1975), hlm. 251.
95
Istilah al-Khuntsa (‫ )اﻟﺨﻨﺶ‬adalah dari bahasa Arab ‫( اﻟﺨﻨﺚ‬al-khanatsa), berarti lunak.
Dalam al-Munjid disebutkan ‫ اﻟﺨﻨﺶ‬dari kata bentuk jamaknya ‫( ﺧﻨﺎ ش‬khunatsa) dan ‫ﺧﻨﺎ ث‬
(khinatsun) yang berarti seseorang yang memiliki alat kelamin ganda, dari kata khanitsa yang
secara bahasa berarti lemah dan lembut. (Lihat Luis Ma’luf al-Yassu’i, Al-Munjid Fi Al-Lughah
Wa-Al-A’lam, (Beirut: Dar el-Masyreeq, 1975), 197.) Sedang dalam kamus Al-Mawrid, khuntsa
adalah hermaphrodite, androgyne, (Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: a modern Arabic-English
Dictionary, (Lebanon: Dar Ilm lil malayin, 1993), Fifth Edition, 525.) interseks atau ambigender.
Dalam ilmu medis, khuntsa adalah penderita penyakit interseksual yaitu suatu kelainan pada
individu yang memiliki ciri-ciri genetik, anatomik, dan fisiologik meragukan antara lelaki dan
perempuan. Menurut Istilah, hampir semua ulama sama pendapatnya dalam mendefinisikan al-
khuntsa. Seperti Sayyid Sabiq dan Dr. Yasin Ahmad Ibrahim Daradikah, khuntsa ialah Orang yang
45

juga jelas statusnya perempuan. khuntsa, ketentuan statusnya kadang masih belum

jelas. Inilah yang membedakan antara tiga istilah tersebut.

Kaum transgender sering berdandan sebagai wanita pada malam hari atau

di atas panggung teater tingkah laku seperti ini terjadi sebelum akhir tahun 1970-

an. Pada era tahun 2000-an banyak transgender yang berkontribusi sebagai ahli

kecantikan atau tampil di acara televisi sebagai penghibur.96

Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini

berdampak pada penerapan hukum di Indonesia yang sebagian dari hukumnya

bersumber dari syariah dan tentunya tidak berpihak kepada kaum transgender.97

Organisasi98 pertama di Indonesia dikalangan kaum Transgender adalah

organisasi Lambda yang didirikan oleh Dede oetomo seorang gay yang

menyatakan dirinya ke publik di Indonesia. Sekarang ini, organisasi terbesar yang

berkembang di Indonesia adalah organisasi Arus Pelangi juga didirikan oleh Dede

Oetomo. Fokus organisasi ini kepada pembelaan hak-hak kaum Transgender

untuk menyadarkan dan memberdayakan kaum transgender, aktif terhadap

mempunyai alat kelamin lelaki (dzakar) sekaligus mempunyai alat kelamin perempuan (farji) atau
tidak ada sama sekali dari keduanya. (liahat Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: Al-Ma’arif,
1987), Jilid XIV, 285; Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz IV, (Riyad: t.th), 250; M. Abdul Majid,
Dkk., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995), 164.) Yakni, tidak memiliki alat
kelamin sama sekali, artinya seseorang itu tampak seperti perempuan tetapi tidak mempunyai
lobang vagina dan hanya lobang kencing atau tampak seperti lelaki tapi tidak memiliki penis. (Al-
Shobuny, Muhammad Aly, Al Mawarist fis Syariatil Islamiyah Ala Dlaw’i al -Kitab Wa al-
Sunnah, (Makkah: Syirkah Iqolatuddin, 1388 H.) Sehingga khuntsa itu tidak tergolong laki-laki
juga tidak perempuan (ambigender). Istilah khuntsa ini jika dilihat dari definisinya dikenal di
masyarakat Indonesia dengan istilah banci (interseksual).
96
Zahirah Oktrabiul, Pelaranggan Terhadap Hak Asasi Manusi Terhadap Kuam
Homoseksual, Biseksual dan Trnasgender, (Depok : tp, 2013), h. 6
97
Ibid hal. 8.
98
Selain bagi kaum transgender hal ini pun berdampak buruk kepada kaum lesbi, gay dan
biseksual, yang mana mereka semua tergabung dalam kelompok LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual,
Transgender). Kaum LGBT ini bersama-sama memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga
negara yang keberadannya selalu didiskriminasi. Mereka semua tidak mendapatkan hak yang sama
seperti warga negara lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum LGBT di Indonesia untuk
mendapatkan persamaan hak seperti warga negara lainnya.
46

perubahan bijakan yang melindungi transgender, dan aktif dalam proses

penyadaran terhadap masyarakat dan penerimaan kaum transgender di

masyarakat.99

Diadakan konferensi internasional yaitu pada tanggal 6 samapi 9

November 2006 di Yogyakarta. Dihadiri oleh ahli Hak asasi manusia dan

seksualitas dari beberapa Negara datang ke Universitas Gajah Mada Yogyakarta

untuk merumuskan prinsip-prinsip yaitu pemberlakuan hukum internasional atas

hak asasi manusia yang berkaitan dengan orientasi seksual dan identitas gender

(Yogyakarta Principles On The Application Of International Human Rights Law

In Relation To Sexual Orientation And Gender Identity)

Beberapa isi dari keseluruhan 29 prinsip Yogyakarta adalah :

1. Hak untuk hidup, bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup dan hak untuk

menolak hukuman matu untuk memiliki orientasi seksual dan gender yang

berbeda dari yang umumnya ada.

2. Hak atas persamaan dan tidak mendapatkan diskriminasi, bahwa setiap orang

memiliki hak untuk tidak mendapatkan diskriminasi yang didasari oleh

orientasi seksual dan gender.

3. Hak mendapatkan perlindungan, bahwa setiap orang memiliki hak untuk

dilindungi, dengan tidak melihat dari orientasi seksual dan gender.

4. Hak mendapatkan kebebasan dari perbuatan dan hukuman yang tidak

manusiawi dan menurunkan martabat sebagai manusia, tak terkecuali bila

99
Op. cit hal. 9.
47

orang tersebut mendapatkan perlakuan buruk karena memiliki orientasi

seksual dan gender yang berbeda dari umumnya.

5. Hak untuk bekerja, bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan

pekerjaan tanpa adanya diskriminasi orientasi seksual dan gender.

6. Hak kebebasan beropini dan berekspresi, bahwa setiap orang memiliki hak

untuk bebas berekspresi, baik itu dari cara tutur kata, berpakaian, nama dan

lain sebagainya.

7. Hak mendapatkan keluarga, bahwa setiap orang berhak mendapatkan keluarga

tanpa memandang orientasi seksual dan gender.

8. Hak mempromosikan Hak Asasi Manusia, bahwa setiap orang memiliki hak

untuk mempromosikan perlindungan dan realisasi Hak Asasi Manusia di

tingkat nasional dan internasional, tanpa memandang orientasi seksual dan

gender.100

Pada tanggal 8 Mei 2008 berdirinya sebuah pesantren khusus untuk kaum

transgender yang bernama Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyu dan

Yogyakarta. Pesantren ini berdiri atas inisiatif dari Maryani yang sampai saat ini

masih berstatus sebagai waria/transgender. Berdirinya Pondok Pesantren ini

berawal dari keikutsertaan Maryani dalam pengajian/ mujadahan Al-Fatah yang

pada waktu itu masih berlokasi di kawasan Pathuk, di bawah bimbingnan KH.

Haroemlie Harun yang sekaligus nantinya sebagai pendiri dan pembimbing di

Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis. Pada saat itu dari sekian banyak jamaah

hadir, baik laki-laki maupun perempuan hanya Maryani saja yang menjadi waria.

100
Yogyakarta principles on the Application of International Human Rights Law in
Relation to sexual Orientation and Gender Identity.
48

Namun itu tidak menjadi halangan untuk Maryani mencari ilmu, di samping juga

mayoritas jamaah tidak mempersoalkan kewariannya yang selama ini identik

dengan dunia pelacuran dan perilaku menyimpang lainnya. 101

Beberapa saat setelah aktif mengikuti pengajian KH. Hamroemli Harun,

Maryani yang kala itu masih tinggal di kampung Surakarsan, berinisiatif

menggelar pengajian di rumahnya, dengan harapan adanya pengajian tersebut

dapat mengajak teman-teman warianya yang lain untuk ikut serta dalam pengajian

itu, dan juga sebagai wujud pembuktian pada masyarakat bahwa waria tidak

hanya semata-mata hidup dalam dunia pelacuran dan perilaku yang menyimpang

lainya. Pengajian ini berlangsung lancar sampai kemudian terjadi gempa di

Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 yang menjadikan kegiatan ini berhenti.

Pasca gempa Maryani bersama teman-temannya mendiskusikan untuk membuat

Pondok Pesantren khusus bagi kaum waria. Akhirnya pada tanggal 8 Mei 2008

berdirilah sebuah Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis yang merupakan pondok

pesantren waria pertama di Indonesia.102

3. Macam-macam Transgender
Transgender (mukhannats) ada dua macam

a. pertama, (mukhannats) min ashlil khilkah yaitu seorang lelaki yang sifat

bawaannya seperti perempuan, dari cara berbicara, gesture tubuh, cara

berjalan dan semua tingkahnya. Orang seperti ini dikatakan jiwa perempuan

101
Febri Ayu Choiriyah, Kehidupan Waria Di Tinjau Dari Hukum Islam ( Studi Kritis
Prilaku Keberagaman di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta), (Skripsi,
Salatiga: Fakultas Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2011), hlm. 41.
102
Febri Ayu Choiriyah, Kehidupan Waria Di Tinjau Dari Hukum Islam ( Studi Kritis
Prilaku Keberagaman di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta), hlm. 45.
49

yang terperangkap dalam tubuh lelaki. Antara identitas jiwa dan perilakunya

tidak selaras dengan biologis sexnya. Para ulama menyatakan, walaupun sifat

seperti ini dari bawaan lahir, ia tetap berusaha menghilangkan sifat dan

tingkah laku seperti itu dan menjadi lelaki.103Apabila orang ini tidak mampu

dan mengikuti tabiatnya, sampai bertingkah laku seperi lawan jenis, baru

orang ini bisa di katakan transgender.

Transgender (mukhannats) jenis ini dibagi menjadi dua yaitu

mukhannats memiliki syahwat terhadap wanita meski berprilaku seperti

wanita dan yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita. Ia memiliki syahwat

terhadap perempuan maka statusnya sebagaimana lelaki pada umumnya dan

berlaku atasnya hukum lelaki. Tidak memiliki hasrat terhadap wanita, ia

dibolehkan bergaul bersama wanita. Mazhab Hanbali menyamakan statusnya

dengan mahram.104mereka dimasukkan dalam kelompok ghairu ulil irbah (

lelaki yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita)

Imam An-Nawawi menambahkan bahwa Yang pertama ini, Adalah

orang yang memang pada dasarnya tercipta seperti itu. Ia tidak mengada-ada

atau berlagak dengan bertingkah laku meniru perempuan dalam gayanya, cara

bicaranya, atau gerak-geriknya. Semuanya alami, Allah memang

menciptakannya dalam bentuk seperti itu. Yang demikian, ia tidak tercela,

tidak boleh disalahkan, tidak berdosa, dan tidak dihukum. Transgender

(Mukhannats) jenis ini dimaafkan, karena ia tidak membuat-buat menjadi

seperti itu. Karena itulah, Nabi Saw tidak mengingkari seorang mukhannats

103
Faidhul Qadir V, hlm. 260
104
al Mughni VII, hlm. 426
50

jenis ini berkumpul bersama para perempuan. Ia juga tidak mengingkari

tingkah laku mereka yang seperti perempuan tersebut, karena ia aslinya

memang seperti itu. Tetapi kemudian ia mengingkari mukhannats ini, setelah

ia menceritakan apa-apa yang dilihatnya dari kaum perempuan. tidak diingkari

keberadaannya sebagai seorang Transgender (mukhannats).105

Untuk bentuk pertama ini tidak tercela dan tidak diberi hukuman. Ia

mendapatkan uzur karena ia tidak sengaja bergaya seperti itu.

b. Kedua, Transgender (mukhannats) bil qashdi yang dibuat-buat, yaitu seorang

lelaki normal yang sengaja menjadi banci, meniru gaya bicara, jalan dan

berperilaku seperti halnya perempuan. Golongan ini adalah mukhannats yang

dilaknat sebagaimana dalam hadits larangan terhadap lelaki yang meniru

perilaku perempuan.

Imam Nawawi menambahkan dalam kitabnya “Syarh Shahih Muslim”

bahwa Yang kedua ini mukhannats yang pada dasarnya tidak tercipta sebagai

seorang mukhannats. Tetapi, ia membuat-buat dan bertingkah laku layaknya

perempuan dalam gerakannya, dan dandaannya, cara bicara, dan gaya

berpakaian. Inilah Transgender (mukhannats) yang tercela, terdapat hadits-

hadits shahih yang melaknatnya. Adapun mukhannats yang pertama, maka ia

tidak dilaknat.106

Imam ath Thabari berkata, “Jika ada yang bertanya, “Dari sisi apa mukhannits

dilaknat padahal semua itu adalah ciptaan Allah dan bukan usaha dari hamba
105
Imam al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhi al-Nawawi, (Beirut: Dâr al-Kitab al-Arabi,
1987), hlm. 317
106
Imam al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhi al-Nawawi, (Beirut : Dâr al-Kitab al-Arabi,
1987), hlm. 317
51

sendiri? Bukankah semestinya celaan itu ditujukan kepada sesuatu yang bisa

diusahakan, ada pilihan melakukan atau meninggalkan? Kalau begitu, berarti bisa

juga orang dicela karena kulitnya, bau badan dan semua bagian organ tubuhnya?”

jawabanya, Laknat Nabi itu sasarannya pada sesuatu selain yang tidak bisa

dirubah. Mukhannits dilaknat karena perilakunya kewanita-wanitaan dan tingkah

lakunya mencoba untuk menyerupai wanita. Allah telah menciptakannya dengan

jenis lelaki. Juga usahanya untuk mengubah bentuk yang Allah ciptakan untuknya

menjadi wanita, sedangkan ia bisa berperilaku sebagai lelaki. Demikian juga

perilakunya yang dilarang menyerupai wanita dalam berhias dan berpakaian.

Rasulullah saat melihat seorang waria tidak mencela Kewariannya ia pernah

melihat waria memakai pewarna kuku kaki dan tangan, tapi ia membiarkannya,

sampai ketika ia mendengarnya mensiafati wanita dengan sesuatu yang ia benci,

padahal wanita saja dilarang mensifati seperti itu, apa lagi lelaki, ia menyuruh si

waria keluar. Celaan dan laknat itu ditujukan pada penciptaan asal seorang waria,

tentu Nabi akan langsung menyuruhnya keluar dari dari rumahnya begitu

melihatnya. Tapi ia tidak melakakan itu. Hal yang dicela adalah ketika melakukan

sesuatu yang diharamkan Allah.107

Transgender (Mukhannats) yang dibuat-buat, mereka secara tabi’at ia tidak

seperti itu. Ia sengaja meniru wanita dari sisi gerakan maupun cara bicara. Inilah

yang tercela, yang disebutkan dalam hadits celaan untuknya.108

Dari Ibn ‘Abbas Radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata:

107
Syarh al-Bukhari li Ibni Bathal IX, 141
108
Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 36: 264-265
52

. ‫ أﺧﺮﺟﻮﻫﻢ ﻣﻦ ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ‬:‫ﻟﻌﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ اﳌﺨﻨﺜﲔ ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل واﳌﱰﺟﻼت ﻣﻦ اﻟﻨﺴﺎء وﻗﺎل‬
(‫)رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬.‫ﻗﺎل ﻓﺄﺧﺮج اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻓﻼﻧﺎ وأﺧﺮج ﻋﻤﺮ ﻓﻼﻧﺎ‬

Artinya: “Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam melaknat laki-laki yang


menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki, Nabi juga bersabda:
Keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian. Ibn ‘Abbas berkata: Maka Nabi
Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam mengeluarkan si fulan dan Umar mengeluarkan
si fulan.” (HR. al-Bukhari)

TABEL SATU
Macam-macam Transgender

Transgender Statusnya
(mukhannats sebagaima
Seorang lelaki ) yang na lelaki
yang memang memiliki pada
sifat bawaan syahwat umumnya
lahirnya terhadap dan
seperti wanita meski berlaku
perempuan : berperilaku atasnya
cara bicara seperti hukum
gesture tubuh Tida
wanita lelaki
dan semua k
tingkanya. terce
Orang sering la,
pertama, mengatakan
Transgender jiwa Tidak Tida
(mukhannat perempuan memiliki k
s) bil yang hasrat bole
khilqah teperangkap terhadap h
dalam tubuh wanita, ia disal
lelaki. dibolehkan ahka
Transgender bergaul n,
Identifikasi
yang tidak bersama
jiwa dan
memiliki wanita. Tida
perilakunya
syahwat Bahkan k
tidak selaras
terhadap mazhab berd
dengan
biological wanita Hambali osa,
sexnya. menyamaka
Macam - n statusnya Tida
macam seperti k
Transgender(m mahram. dihu
ukhannats) Mereka kum.
dimasukkan
Transgender dalam
(mukhannat kategori
s) yang ghairu ulil
dibuat-buat irbah (lelaki
yaitu yang tidak
seseorang memiliki
lelaki syahwar
normal yang terhadap
sengaja D
wanita I
menjadi
banci. L
Meniru gaya A
bicara dan K
N
perilaku A
wanita T
53

Dari Tabel di atas penulis mengambarkan bahwa : sifat, karakter dan tabiat seseorang yang
melekat pada kepribadian seseorang tersebut, seperti yang ada pada lawan jenis (Allah yang
menakdirkannya), ia berusaha untuk mengubah, kalau tidak ada usaha untuk mengubah dan
mengikutinya, maka laknatpun menyertainya

Ibn Hajar menjelaskan juga tentang hal ini dalam kitab Fath al-Bari : “Hal

ini (laknat) khusus bagi orang-orang yang melakukannya dengan sengaja. Adapun

orang-orang yang memang diciptakan dalam kondisi tersebut, maka mereka

diperintahkan untuk berusaha keras untuk meninggalkannya (menyerupai wanita

atau sebaliknya) dan membiasakan diri (untuk meninggalkan penyerupaan

terhadap wanita atau sebaliknya) secara bertahap. Jika ia tidak mau berusaha

untuk meninggalkannya dan malah terus menerus dalam kondisinya tersebut,

maka celaan hadits ini juga berlaku baginya. Karena terus menerus dalam

kondisinya (menyerupai wanita atau sebaliknya) merupakan tanda bahwa ia ridha

terhadap hal tersebut”. 109

Adapun pendapat yang memutlakkan bahwa orang-orang yang memang

diciptakan menyerupai wanita (atau sebaliknya) tidak mendapat celaan, seperti

pendapat al-Nawawi, maka hal ini dibawa kepada makna jika orang tersebut tidak

sanggup untuk menghilangkan sifat-sifat kewanitaannya dan cara jalan dan

berbicara yang seperti wanita setelah ia mengusahakan pengobatan untuk

menghilangkannya. Maka kapan saja memungkinkan baginya untuk

menghilangkannya namun ia tidak berusaha melakukannya, maka ia berhak atas

laknat sebagaimana dimaksud dalam hadits tersebut.” 110

109
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Syarah Shahih Bukhari, hlm. 332
110
Ibid
54

4. Status Sosial Kaum Transgender

Pada umumnya seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap

berbeda dan tidak bisa masuk dalam kelompok yang sama, karena meraka

dianggap memiliki perbedaan yang membuat orang memandangnya itu tidak

layak untuk hidup berdampingan. Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan

dan dijadikan bahan pembicaraan atau dicemooh oleh masyarakat sekitar.

Bahkan mereka dianggap dapat membawa pengaruh negatif untuk lingkungan

masyarakat. Seorang transgender masih memiliki kendala seperti diskriminasi

yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari pekerjaan.

Mereka pun juga dianggap sampah masyarakat. Kebanyakan masyarakat

memandang seorang yang terkait kasus transgender memiliki pandangan

negatif, karena mereka menggangap bahwa seorang transgender itu telah

mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir dan itu merupakan

larangan agama.111

Selain itu individu yang mengalami gangguan identitas gender, tidak

dapat dikategorikan sehat dalam aspek mental dan kehidupan sosial, sekalipun

secara fisik mereka tidak mengalami gangguan atau kelainan apapun. Ini semua

disebabkan sebagian terbesar individu transgender tetap menggantungkan diri

pada kehidupan malam, maka hal itu menimbulkan satu anggapan bahwa dunia

mereka diidentikkan dengan pelacuran. Stigma ini tentu saja akan melahirkan satu

pandangan bahwa berbicara manusia transgender dengan sendirinya akan

111
Juwilda, Transgender Manusia Keragaman dan Kesetaraannya, hlm. 9.
55

berbicara tentang kehidupan malam pelacur yang sudah pasti akan mempengaruhi

status kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual.112

Kaum transgender memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia normal

lainnya. Tetapi, dikarenakan terdapat adanya penyimpangan perilaku yang mereka

perlihatkan, mengakibatkan mereka mengalami berbagai bentuk konflik baik yang

mereka dapatkan dari pihak keluarga maupun dari segelintir masyarakat

dikarenakan sudut pandang yang telah terbentuk selama ini mengindikasikan

bahwa kaum mereka merupakan kaum yang selalu terlibat dalam hal negatif.113

Transgender merupakan bagian dari Lesbi, gay, biseksual dan transgender

(LGBT). Adapun bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh komunitas LGBT

adalah114 :

1. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual paling banyak dialami oleh komunitas LGBT. Penelitian

yang dilakukan oleh Ardhanary Institute dengan metode wawancara

menemukan 9 dari 10 orang LGBT yang diwawancarai mengalami kekerasan

seksual baik berupa perkosaan maupun pemaksaan aktivitas seksual yang lain.

Pelaku kekerasan mulai dari keluarga, aparat penegak hukum, dokter, maupun

masyarakat umum.

2. Kekerasan fisik

112
Dwi Putri Prarendrawati, Aspek Kejiwaan Kaum Transgender dan Transeksual,
Februari 2013, hal. 3.
113
Dwi Putri Prarendrawati, Aspek Kejiwaan Kaum Transgender dan Transeksual , hal. 7.
114
Muhammad Iqbal Darmono, Hukum Perubahan Jenis Kelamin menurut Pandangan
Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 64.
56

Kekerasan yang dialami dapat berupa pemukulan, tamparan, meludahi. Pelaku

adalah keluarga, pasangan, keluarga pasangan. Yang secara garis besar

merupakan orang terdekat korban (pelaku LGBT) dan Sudah mengetahui

tentang perilaku dan orientasi seksual dari si korban, baik setelah pengakuan

langsung dari si korban maupun mendapati sendiri perilaku berbedanya.

3. Kekerasan emosional

Biasanya orang LGBT mengalami penolakan dari keluarga setelah mereka

mengaku atau ketahuan sebagai LGBT. Kekerasan yang dilakukan keluarga

dapat berupa ancaman untuk menyembunyikan orientasi seksualnya,

membatasi pergaulan, memaksa untuk “berobat”, penolakan, ataupun

pengusiran. Kekerasan emosional yang lain juga dilakukan oleh media dengan

membuat pemberitaan yang mendiskreditkan kalangan LGBT, misalnya dalam

kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan.115

Tindakan diskriminatif yang dialami komunitas LGBT116

1. Diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan

Komunitas LGBT mengalami penolakan untuk diterima bekerja sesuai

bidangnya sehingga meskipun ada komunitas LGBT yang capable untuk

bekerja sesuai bidang ilmunya, pada akhirnya mereka bekerja pada bidang

yang menerima mereka, misalnya salon, rumah makan dan sejenisnya

yang intinya bekerja di luar keahliannya.

2. Diskriminasi dalam hal akses terhadap keadilan

115
Ibid, hal 65.
116
Mustafa Darullman, Kajian Hukum tentang Hukum Perubahan Jenis Kelamin
menurut Pandangan Islam, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 76.
57

Kasus-kasus kekerasan yang ialami oleh komunitas LGBT seringkali

diselesaikan di luar pengadilan karena dianggap aib, memalukan. Hal

tersebut menyebabkan korban enggan untuk melapor. Hal ini

menunjukkan betapa tidak diakuinya (tidak ada tempat) bagi komunitas

LGBT, mereka dianggap kelas kedua (dalam hal feminisme. layaknya

posisi perempuan yang subordinasi) dan subsistem di Indonesia yang

seharusnya menganut paham persamaan dan kesetaraan dengan payung

demokrasi. Namun dalam realitannya susah sekali ditemui.

3. Diskriminasi dalam pemilihan pasangan

Komunitas LGBT tidak mendapatkan haknya untuk memilih pasangan.

Misalnya. banyak yang dipaksa untuk menikah dengan lawan jenisnya

sehingga sepanjang masa Pernikahannya korban merasa diperkosa.

Dalam penelitian Genny Beemyn and Susan Rankin yang dibukukan

menjadi The Lives Of Transgender People Perkembangan Identitas

Transgender Laki-laki dibagi 6 tahap 117:

Tahap Pertama : Berpikir dirinya sebagai lesbian tapi sadar bahwa

dirinya bukan. Mereka berfikir bahwa dirinya adalah seorang lesbian karena

tertarik dengan perempuan tapi akhirnya menyadari bahwa tidak cocok dengan

identitas sebagai lesbian dan sadar kalau dirinya adalah transgender.

117
Genny Beemyn and Susan Rankin, The Lives Of Transgender People,( new York :
Clombia uni versity Press, 2011). hlm. 39
58

Tahap Kedua : Kesadaran akan diri sebagai Transgender laki-laki dan

transisi Itu memungkinkan. Ada beberapa franseksual male yang pertama

mereka coming out sebagai lesbian karena istilah lesbian yang meraka kenal.

Tahap Ketiga : belajar tentang Transeksual dan mencan tahu mengenai

komunitas mereka melalui belajar segala hal mengenai transgender dan

transeksual.

Tahap Keempat : Mengatasi Denial dan internalisasi gendernya dan

menerima diri sebagai laki - laki.

Tahap Kelima : Menggunakan Hormon dan melakukan Top Surgey

untuk terilihat seperti yang diinginkan. Sebagian besar laki-laki melihat bahwa

menggunakan testosteron dan menjalani operasi kontruksi dada sebagai langkah

penting untuk perkembangan identitas mereka, karena hal itu memungkinkan

untuk terlihat sebagai laki-laki dimata orang lain. Setelah beberapa waktu terapi

hormon, mereka mulai mengembangkan kumis, jenggot jambang, suara lebih

dalam dan masa otot yang lebih besar sebagai akibatnya mereka mulai terlihat

sedikit berbeda. Sejauh mana perubahan tubuh mereka adalah penting untuk

beberapa transgender. sebaliknya, operasi ganti kelamin dianggap tidak penting

bagi sebagian besar Transeksual.

Tahap Keenam : Memiliki perasaan secara lengkap sebagai laki - laki

yang berbeda. Mereka mulai menerima tubuh mereka dan diri mereka sebagai

laki - laki. Laki - laki yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai perempuan dan

berdamai dengan tubuh mereka.118

118
Andri Adi Mustika, Operasi Ganti Kelamin, (Jakarta : Press,2010), hlm. 24
59

Dalam skema Lewin, orang - orang perempuan yang ditugaskan pada

tahap pertama dan Jeremy Baumbach dan Louisa Turnar tiga model tahapan.

Tahapan pertama : "Female gender disorder" memiki perasan atau

ketidaknyamanan dengan gender mereka. Mereka mulai berharap bahwa mereka

adalah laki - laki sebagai "fantasized solution" dalam perasaan mereka. Tahap

kedua : dan seperti pada model identitas MTF (Male to Female), bertindak atas

keinginan ini dengan mengejar "ganti kelamin".Tahap ketiga : Baumbach dan

Turner menentukan penugasan lebih luas dari pada Lewins dan Bolin, mengakui

bahwa induvidu FTM (Female to Male) mungkin melalui transisi dengan

menggunakan hormon dan mungkin atau melakukan operasi penyesuaian

gender.

Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan para ahli terhadap transgender

antara lain :

Menurut Plumer gerakan LGBT (lesbie, Gay, Bisexsual, Transgender)

merupakan salah satu pola interaksi yang inters antara negara , dalam hal ini

interaksi budaya antar negara yang semakin luas dengan adanya fasilitas

perkembangan teknologi dan informasi yang meniadakan hambatan geografis

untuk dapat berinteraksi dan saling tukar menukar pengetahuan dan informasi.

Peter Drucker mengatakan bahwa permasalahan gender ini berhubungan

dengan ekonomi dunia dan politik. dimana pada abad 20 ada persamaan

komponen elemen perkembangan LGBT antara satu negara dengan negara yang

lain.
60

Seseorang akan melakukan serangkaian tahapan sebagai usaha

penerimaan diri melalui 5 tahapan, antara lain:

1. tahap penghindaran (aversion)

2. tahap keingintahuan (curiousity)

3. masuk ke tahap toleransi (tolerance)

4. tahap membiarkan begitu saja (allowing)

5. Berakhir saat individu mampu mencapai masa dimana ia dapat

bersahabat dengan situasi yang dihadapinya yang disebut dengan

tahapan persahabatan (friendship).119

Pengaturan hukum tentang transgender di Indonesia baik di KUH

maupun UU Administrasi Kependudukan (UU Adminduk), Peraturan Presiden

(Pepres) tidak mengenal istilah transgender dan dalam peraturan yang ada di

Indonesia pun belum mengatur tentang transgender atau pergantian jenis

kelamin yang marak dilakukan pada saat ini. Sehingga hakim perlu melakukan

penemuan hukum bagi para transgeder untuk klasifikasi boleh tidaknya

seseorang melakukan perubahan/pergantian jenis kelamin dalam muka

pengadilan setempat dengan begitu pemerintah dapat membatasi perkembangan

perubahan/pergantian jenis kelamin sehingga tidak menimbutkan kerancuan

pada saat para transgender melakukan sebuah keputusan yang sangat penting

dalam hidupnya. Karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap masyarakat

sekitar dan keluarga para transgender. Transgender berusaha mendapatkan hak

yang sama layaknya manusia normal lainnya keluarga, masyarakat luas juga

119
Purwawidyana, Operasi Ganti Kelamin, (UNDARIS : Ungara, 2009), hlm. 23
61

berusaha menerima apa yang menjadi pilihan mereka meski mernbutuhkan

proses yang sangat lama untuk beradaptasi dengan sekitar mereka.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Transgender

Proses terjadinya perubahan jenis kelamin antara lain terpisahnya antara

bentuk fisik dengan psikis, misal seorang laki - laki ia merasa bahwa dirinya

adalah seorang perempuan dan seorang perempuan merasa bahwa dirinya

adalah seorang laki-laki. Hal ini menyebabkan orang tersiksa dalam hidupnya,

sehingga kadang-kadang ia akhiri dengan bunuh diri. Tidak ada cara lain selain

melakukan operasi tersebut karena jika tidak melakukan operasi tersebut mereka

merasa tidak akan bisa hidup tenang dan wajar sebagaimana manusia normal,

mereka akan merasa gelisah.120

Sehingga mereka memilih untuk melakukan serangkain operasi untuk

merubah sesuai dengan yang mereka rasakan dengan cara seperti itu mereka

baru akan merasa nyaman dengan apa yang menjadi pilihan mereka nantinya

meski banyak yang menolak keputusan mereka, akan berusaha memberikan

pandangan yang positif baik apa yang telah mereka pilih, butuh proses yang

lama untuk mendapatkan simpati yang telah mereka lakukan. Para transgender

berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarganya maupun lingkungan sekitar

baik di dalam kalangan transgender sehingga mereka dapat percaya diri.

120
Yash, Transeksual : Sebuah Studi kasus Perkembangan Stranseksual Perempuan ke
Laki-Laki, (Semarang : AINI, 2003), hlm. 53
62

Faktor seseorang menjadi transgender terdiri dari dua faktor, yaitu faktor

gen atau bawaan dan faktor luar atau lingkungan. Semua itu disebabkan oleh

faktor tersebut, karena semua orang yang bersifat trangender tidak menginginkan

ini terjadi. Seorang waria pasti berkata bahwa ia tidak meminta dilahirkan sebagai

waria dengan mendandani diri seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin

yang begitu dalam. Ia seolah berhasil melepas beban psikologi yang selama ini

masih memberatkannya. 121

Menurut Wiramihardja sebagaimana dikutip Dwi Putri Parendrawati,122

beberapa penyebab menjadi transgender diantaranya adalah :

1. Pendekatan Biologi

Dikatakan bahwa proses yang bersifat bio-fisik sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi manusia yang penerapannya lebih menonjol kepada sifat

medis, yaitu dianggap sebagai penyakit dari sistem syaraf pusat yang

disebabkan oleh patalogi atau ketidak mampuan otak yang dipengaruhi oleh

hormon seksual dan genetik seseorang.

2. Pendekatan psikologis

Beberapa factor psikologi dan psikososial yang mempengaruhi gangguan

mental pada kaum transgender diantaranya : Pertama early deprivation, ini

merupakan suatu istilah yang mengambarkan adanya reaksi menerima atau

pasrah serta mengikuti pada diri seseorang terhadap keadaan-keadaan yang

menuntut, senang atau tidak senanng. Kedua pengasuhan orang tua yang tidak

121
Juwilda, Transgender Manusia Keragaman dan Kesetaraannya, (Palembang: Univ
Sriwijaya, 2010), hlm. 9.
122
Dwi putrid parendrawati, aspek kejiwaan kelompok transgender dan transeksual,
makalah, hlm. 4
63

telaten yakni tidak tercukupinya rasa aman sehingga terdapat adanya nilai-

nilai yang menjadi landasan perilaku atau norma-norma sebagai pegangan.

Ketiga adanya struktur keluarga yang patagonik yakni struktur keluarga yang

kurang seimbang, terdapat banyak pertentangan atau pertengkaran antara

orang tua sehingga anak-anak merasa kurang kasih sayang. Keempat, lahirnya

trauma pada masa anak-anak yang disebabkan adanya perlakuan yang keliru

dari orang tua baik dalam bentuk fisik, seksual, pengabaian emosi (pola asuh

orang tua yang salah) dan juga mempengaruhi seseorang dengan tingkah laku

yang tidak baik dari lingkungan mereka tinggal atau melalui pengalaman

yang diperoleh secara kebetulan, melalui seksualitas dan perilaku yang dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga dan pengalaman individu serta

perasaannya.

Faktor penyebab transgender yang lain adalah: Pertama, Faktor

bawaan, (hormon dan gen) dikarenakan keseimbangan hormon yang menyimpang

(bawaan). Kedua, faktor lingkungan, di antaranya pendidikan yang salah pada

masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku

perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma,

trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. Ketiga, Faktor Kejiwaan

adalah mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal

maupun hormonal dan memiliki kecendrungan berpenampilan lawan jenis hanya

untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan hawa nafsu adalah suatu yang

menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syari’at Islam. Kelompok ini

termasuk minoritas, bahkan jumlah mereka tidak jelas karena belum ada data yang
64

akurat yang menyebut jumlah mereka. Mereka juga sering dikaitkan dengan

istilah komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Tansgender).123

Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya Transgender di

Indonesia Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber maka

ada dua faktor yang melatarbelakangi berkembangnya transgender di Indonesia

yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

Fakor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

dalam mencipta dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk

orang banyak misalnya. Faktor ini meliputi:

1) Faktor Keluarga

Rumahku istanaku atau Home Sweet Home adalah kehidupan dalam

rumah tangga yang penuh dengan keharmonisan, penuh kasih, penuh cinta

yang didasari dengan pengajaran-pengajaran. Anggota keluarga akan

merasakan sebuah kenyaman berada dekat satu sama yang lain karena

hidup mereka yang memiliki kasih sayang sehingga keluarga tersebut

diberkati oleh Allah SWT. Sedangkan rumahku nerakaku merupakan suatu

kata kiasan yang menjelaskan sebuah situasi ketidakharmonisan dalam

rumah tangga yang dimiliki oleh sebuah keluarga.Tidak ada kasih, tidak

ada kedamaian, tidak ada kenyamanan yang diperoleh oleh anggota

123
Gibtiah, Fikih Kontemporer,(Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 222
65

keluarga karena Al-Qur’anbukan menjadi dasar pedoman dalam hidup

berumah tangga.124

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.125

Dalam keluarga, orang tua harus memaksimalkan kesempatan yang

berharga untuk menginfestasikan nilai-nilai yang berharga kepada anaknya

supaya anaknya dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Karena apa yang

ditanam oleh orang tuanya akan dapat dituai hasilnya baik oleh pribadi

anaknya dan juga oleh orang tua beserta seluruh anggota keluarga serta

masyarakat sekitarnya. Semakin dini orang tua mendidik anak-anaknya

maka apa yang akan dituai mendatang akan lebih baik.

Demikian dengan pengalaman yang tidak baik yang dialami oleh seorang

dapat membentuk karakter dan membentuk kehidupan anak di masa yang akan

datang menjadi suram. Keluarga haruslah diciptakan sebagai sebuah kesatuan

yang unik dan kompak. Anak-anak akan menjadi bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari dalamnya, sekalipun kelak mereka akan membentuk keluarga

sendiri, rasa memiliki itu tetap melekat dalam diri sendiri.

Di tengah-tengah lingkaran keluarga ini seorang anak dapat belajar

menyimak, memperhatikan, merekam makna kehidupan dari hari ke hari.

Pengalaman pencarian makna hidup ini sekaligus membangun citra dirinya sesuai

124
ko Mulya Tua, “Pembinaan Terhadap Kaum lesbian, Gay,Bisexual dan Transgender
(Sebuah Konsep Pembinaan Warga Gereja)” 18 April 2016, h,.60.
125
Pendapat Para Ahli “http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/pengertian-
keluarga-definisi-menurut-para-ahli.”(donwload: 22 Januari 2018
66

dengan teladan orang tua, sesuatu yang terjadi dengan sendirinya tanpa

disadari.126

Keterlibatan anak ini membuat mereka merasa memiliki tumpuan harapan,

menciptakan rasa aman, mempunyai rasa memiliki, karena mereka termasuk

dalam bagian keluarga itu sendiri. Anak-anak yang memperoleh kesempatan

seperti ini akan bertumbuh secara alamiah menuju keremajaan dan kedewasaan

mereka. Sedangkan anak-anak yang bertumbuh di tengah-tengah keluarga yang

timpang atau cenderung memberikan suasana yang tertekan dalam diri anak-anak

sehingga mereka tumbuh dalam situasi yang pertumbuhan tingkah laku yang tidak

sehat berlangsung dalam diri mereka.127

Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya dikasari oleh ibu

atau ayah hingga si anak beranggapan semua pria dan perempuan yang bersikap

kasar dan bengis yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu.

Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan kekeluargaan yang

renggang. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang yang

dirasakan oleh para wanita dari saat laki-laki akibat

kekerasan yang dilakukan oleh para pria yaitu bapak, kakaknya maupun

saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual

itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria.128

Selain itu, bagi golongan transgender faktor lain yang menyebabkan

seseorang itu berlaku kerancuan gender adalah sikap orang tua yang idamkan anak

126
Ibid, hlm. 61
127
Ibid.,h. 61.
128
Abu Ameenah Philips dan Zafar Khan, “Islam dan Homoseksual” (Jakarta: Pustaka
Zahra,2003) h. 85.
67

laki-laki atau perempuan juga akan mengakibatkan seorang anak itu cenderung

kepada apa yang diidamkan. Ketika orang tua mengharapkan mempunyai anak

perempuan tetapi yang lahirnya laki-laki, orang tua mungkin kecewa sehingga

diperlakukan sebagai anak perempuan,129

2) Faktor Moral dan Akhlak

Melihat situasi dan kondisi dewasa ini, maka etika pada zaman sekarang

semakin perlu dipertahankan. Karena tanpa etika dan tanpa diperkuat oleh

hukum, maka manusia yang satu dapat dianggap saingan terhadap manusia

lainnya.

Terbentuknya kaum transgender karena adanya penyimpangan norma-

norma susila di dalam masyarakat, selain itu semakin hilangnya sebuah kontrol

sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Lemahnya iman, pengendalian diri

yang kurang dalam konteks hawa nafsu serta banyak menerima rangsangan

seksual dari luar dapat membentuk moral dan akhlak seorang kaum

transgender.130

3) Pengetahuan Agama yang Lemah

Setiap orang berhak mengikuti upacara keagamaan atau ritual keagamaan,

selain itu setiap agama juga berkewajiban melindungi hak dari umatnya untuk

melakukan upacara keagamaan, termasuk kelompok transgender hal tersebut

dikarenakan agama adalah hubungan antara seseorang dengan Tuhannya.

Faktor yang paling utama yang menyebabkan seorang masuk dalam bagian

transgender yaitu faktor agama. Transgender tidak dibenarkan dalam agama

129
130
Mulya Tua, “Pembinaan.,h.60.
Nana Rukmana, “Etika Kepemimpinan Persfektif Agama dan Moral” (Bandung:
Alfabeta, 2007) h. 7
68

karena transgender sangat bertentangan dengan konsep penciptaan manusia

dimana Allah SWT hanya menciptakan laki-laki dan wanita sebagai satu

pasangan yang berharga di hadapan Allah. Kurangnya pengetahuan dan

pemahaman agama juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi

terjadinya homoseksual.

Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng

pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan

mana yang baik dan mana yang sebaliknya haram dan halal dan lain-lain.131

4) Kebutuhan Ekonomi

Dengan latar belakang ekonomi masing-masing, tentunya di usia yang

dewasa ini mempunyai pemikiran untuk mandiri. Orientasi seksual tidak bisa

dijadikan alasan untuk membatasi seseorang memperoleh mata pencarian

tertentu. Namun yang terjadi justru kelompok transgender masih terstigma

negatif untuk menentukan pekerjaan yang mereka inginkan.132

Memilih kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan seksual harus

ditinjau lagi, sebab orientasi seksual tidak dapat menjadi alasan untuk

membatasi mata pencarian atau pekerjaan untuk kaum transgender. Proses

pemilihan pekerjaan ditentukan oleh kemampuan dan skill mereka dalam

pekerjaan tersebut, begitu juga hak mereka untuk menduduki jenjang yang

lebih tinggi di tempat mereka bekerja.133

131
Mulya Tua, “Pembinaan, hlm. 63
132
Rita Damayanti, “Pandangan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Terhadap (lgbt)
di Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang” (Laporan Kajian, Kementerian Pemberdayaan
perempuan dan Perlindungan Anak Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, 2015) hlm.
24
133
Rita Damayanti, “Pandangan Tokoh Agama dan , hlm. 25.
69

Beberapa tempat tentunya memiliki pandangan yang berbeda dalam

menerima transgender sebagai pekerja di lingkungan kantornya, seperti misalnya

yang terjadi di lingkungan pegawai negeri sipil, kelompok transgender dapat

diterima di lingkungan tersebut, dengan diterimanya mereka, nantinya pekerja

transgender tersebut dapat diarahkan dan dibimbing secara perlahan agar menjadi

seperti masyarakat pada umumnya. Namun Ada juga tempat yang tidak bisa

menerima keberadaan transgender di lingkungan mereka seperti pengalaman salah

seorang di tempat kerjanya di Dewan Perwakilan Rakyat RI, lingkungan DPR

dikatakan olehnya belum dapat menerima gejala-gejala transgender seperti

misalnya lelaki yang lebih banyak bergaul dengan perempuan. Namun ia

mengatakan, seandainya terdapat anggota DPR yang ketahuan transgender

memiliki kemungkinan tidak terpilih lagi di tahun-tahun berikutnya.134

b. Faktor Eksternal

Fakror eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam

mencipta dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang

banyak misalnya. Faktor ini meliputi:

1) Pergaulan

Dalam kehidupan sosial tidak masalah hidup berdampingan dalam

satu lingkungan dengan syarat individu transgender tetap menjaga

kenyamanan lingkungan dan mematuhi norma yang ada di masyarakat.

Begitu juga untuk berteman dan menerima transgender tinggal di tempat

kost tidak begitu menjadi masalah, hanya saja yang perlu diperhatikan

134
Ibid
70

ketika mengenalkan teman yang transgender adalah tidak perlu

menjelaskan orientasi seksualnya.135

Pergaulan bebas menjadi salah satu faktor penyebab seseorang

terjun ke dunia transgender. Akibat kurangnya perhatian dari keluarga

yang menyebabkan seseorang cenderung mencari perhatian dan kehidupan

dari lingkungan sekitarnya, baik dari sekedar mencari teman hingga

memperoleh kasih sayang yang tidak didapatkan dari dalam keluarga.

Namun tidak semua lingkungan menjanjikan perkembangan karakter diri

yang ideal secara agama dan norma. Hidup tanpa arah tujuan, tidak

mengenal toleransi, tidak ada saling menghargai dan menghormati hingga

tidak ada motivasi untuk terus mengembangkan potensi diri. Bermacam-

macam kekecewaan dalam hidup meninggalkan memori buruk bagi

pengembangan konsep diri seseorang yang masih labil.136

2) Pendidikan

Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 khususnya Pasal 1

disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.137

Undang-undang Dasar 1945 (Pasal 31 ayat (1)) menjamin bahwa

pendidikan hak semua warga negara Indonesia, baik warga negara


135
Ibid h, 30
136
Vendry Caesar Deasy Warouw Meiske M. Rembang, “Konsep Diri Pada Lesbian di
IT Center Manado (Suatu Study Komunikasi Keluarga)” [Online] Volume 3 No. 2 September
2014. hlm, 21
137
Moh. Rasyid, “Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal menuju Seks yang Lebih
Bermoral” (Semarang: Rasail Media Group, 2013), hlm. 29.
71

heteoseks maupun yang transgender. Kelompok transgender ini juga

merupakan warga negara Indonesia yang seharusnya mendapatkan

perlakuan yang sama oleh pemerintah, namun seringkali masyarakat dan

pemerintah lupa bahwa kaum

ini juga merupakan bagian dari warga negara dan pemerintah

memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan hak-hak asasi kaum

transgender ini.138 Pendidikan yang diberikan oleh orang tua sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Misalnya beberapa kasus orang

tua yang sangat menginginkan memiliki anak perempuan akan tetapi

takdirnya dia melahirkan seorang laki-laki. Jika orang tua tersebut kurang

paham agama, tidak ridha terhadap takdir, maka boleh jadi akan

memperlakukan anak lelakinya seperti anak perempuan yang

diinginkannya. Seperti akan dipakaikan pakaian anak perempuan, dirias

wajah dan rambutnya seperti anak perempuan dan diberikan mainan anak

perempuan.

Sikap orang tua yang demikian adalah sebuah kesalahan besar dan

tidak dibenarkan dalam Islam, karena bisa menyebabkan seorang anak

hidup bertentangan dengan fitrah suci sebagai seorang laki-laki atau

seorang perempuan. Oleh karena itu, banyak dari tokoh agama dan tokoh

masyarakat mengatakan perlunya memberikan pendidikan terkait dengan

138
Damayanti, “Pandangan Tokoh.,h.24.
72

orientasi seksual seperti misalnya kesehatan reproduksi, hak asasi manusia

dan juga pluralisme.139

3) Lingkungan

Faktor lingkungan menjadi alasan kenapa seseorang menentukan

pilihan untuk terlibat dalam komunitas transgender. Perlakuan kurang

simpatik, pemondokan sesama jenis dan perlakuan tidak senonoh lainnya

merupakan indikator-indikator lingkungan yang menentukan seseorang

untuk bergabung ke dalam komunitas transgender.

Lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting terhadap

pergaulan remaja. Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor

terbesar menyumbang kepada kekacauan seksual ini yang mana salah

seorang anggota keluarga tidak menunjukkan kasih sayang dan sikap

orang tua yang merasakan penjelasan tentang seks adalah suatu yang

tabu.Bapak yang kurang menunjukkan kasih sayang kepada anaknya.

Hubungan yang terlalu dekat dengan ibu sementara renggang dengan

bapak. Kurang menerima pendidikan agama yang benar dari kecil.140

Komisioner KPAI RI, Titik Haryati kepada Tribun Pontianak

mengatakan lingkungan dan komunitas menyimpang yang banyak

mengakui keberadaan kaum transgender ini yang salah satu mendorong

terjadi penyimpangan. Padahal sebenarnya perilaku menyimpang ini

terjadi karena penyimpangan dari perilaku laki-laki dan perempuan. Ketika

139
Sri Kusnaeni, http://www.dakwatuna.com/2014/11/11/59836/bagaimana-mendidik-
anak-agar-terhindar-dari-transgender/axzz4Wh71pefm (Dowload: 24 Januari 2018)
140
Noviandy, “LGBT dalam Kontroversi Sejarah Seksualitas dan Relasi Kuasa” [Online]
Volume.02 No.02 November 2012. h. 64
73

terjadi penyimpangan perilaku berarti ada gangguan yang terjadi dalam

psikologisnya.141

4) Adanya Gerakan Internasional

Berkembangnya fenomena transgender tidak hanya terjadi di

Indonesia. Hampir di semua negara di dunia tidak luput dari fenomena

tersebut. Ketua Laboratorium Sosiologi dari Fakultas FKIP Universitas

Sebelas Maret (UNS) Drajat mengatakan, adanya gerakan internasional

yang memang sengaja mendanai LBGT khususnya transgender ini agar

bisa cepat berkembang menjadi isu internasional. Upaya ini

dilatarbelakangi kelompok-kelompok internasional yang bertujuan agar

keberadaan mereka yang minoritas di suatu negara benar-benar

terlindungi. Kelompok ini sadar, transgender tidak akan berkembang dan

diterima baik di negara yang orentasinya keagamaan yang kuat. Sehingga

kaum transgender ini sengaja didanai dengan tujuan memperluas gerakan

mereka agar keberadaan mereka mendapatkan pengakuan dari Negara -

negara dimana mereka ada.

Di Indonesia sendiri, ungkap Drajat, organisasi LGBT khususnya

transgender sudah ada. Melesatnya persoalan transgender ini bukan karena peran

dari organisasi itu sendiri. Faktor yang menyebabkan transgender ini di Indonesia

melesat bagaikan meteor dikarenakan reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh

pemerintah. Menteri pendidikan ikut berbicara, Menteri Sosial, Agama, ikut

141
Afriyani, http://afriyaniremaja.blogspot.co.id/ (Donwload: 24 Januari 2018)
74

mengecam. Sehingga masyarakat yang tadinya tidak tahu apa itu transgender jadi

tahu.

Sehingga saat ini yang harus mendapatkan pemantauan dari pemerintah

bukan penganut transgendernya. Namun,yang harus benar-benar dipantau adalah

gerakan politik identitas penganut transgender internasional yang memang sengaja

mendanai LGBT khususnya transgender ini. Bila reaksi pemerintah tak

berlebihan, tentu transgender tak melesat. Namun gerakan politik identitas

transgender yang memang saat ini sengaja digulirkan dunia internasional. Itu yang

harus diwaspadai pemerintah.142

Dapat dipahami bahwa faktor transgender itu dipengaruhi oleh berbagai

aspek, baik dari aspek diri sendiri berawal dari pengaruh gen, hormone ataupun

kromosom yang dibawa sejak lahir, aspek lingkungan keluarga (salah didikan dari

orang tua), aspek masyarakat yaitu pergaulan yang salah, dan adanya gerakan

international. Selain yang disebut diatas ada juga datang dari faktor makanan yang

haram. Sebagai mana hadis Nabi yang berbunyi :

:‫ُُﻮم اﻟْﻐَﻨَﻢِ؟ ﻗﺎل‬


ِ ‫ﺿﺄُ ﻣﻦ ﳊ‬
‫ أَأَﺗـَ َﻮ ﱠ‬، ‫ﺻﻞ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ﺿﺄْ ﻣﻦ‬
‫ ﻓَـﺘَـ َﻮ ﱠ‬،‫ )ﻧﻌﻢ‬:‫ُُﻮم ا ِﻹﺑ ِِﻞ؟ ﻗﺎل‬
ِ ‫ﺿﺄُ ﻣﻦ ﳊ‬
‫ أَﺗـَ َﻮ ﱠ‬:‫ﺿﺄْ( ﻗﺎل‬
‫ْﺖ ﻓﻼ ﺗـَ َﻮ ﱠ‬
َ ‫ َوإِ ْن ِﺷﺌ‬،ْ‫ﺿﺄ‬
‫ْﺖ ﻓَـﺘَـ َﻮ ﱠ‬
َ ‫)إن ِﺷﺌ‬
‫ رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.(‫ﳊُُﻮِم ا ِﻹﺑ ِِﻞ‬
Artinya : “Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ia
mengisahkan: Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah kita diwajibkan berwudlu karena
memakan daging kambing? Beliau menjawab: Engkau boleh berwudlu, dan
juga boleh untuk tidak berwudlu”. Lelaki itu kembali bertanya: Apakah kita
wajib berwudlu karena memakan daging onta? Beliau menjawab: “Ya,
berwudlulah engkau karena memakan daging onta.” (H.R Muslim.)
142
Bramantyo,http://news.okezone.com/read/2016/02/27/340/1322935/ (Dowload: 24
Januari 2018)
75

Dari hadis di atas mengambarkan bahwa perangai dan kepribadian setiap

manusia dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, Rasulullah

menyarankan apabila orang yang memakan daging onta disyari’atkan untuk

berwudlu guna untuk menghilangkan pengaryh buruk daging yang ia makan.

D. Operasi kelamin (Taghyir Al-Jins)

Sebagai orang Islam, dalam setiap perbuatannya tentu tidak lepas dengan

ketentuan syariat agama Islam. Sedang ketentuan syariat Islam juga mengacu

kepada identitas gendernya. Adapun setiap identitas gender manusia itu tidak

lepas dengan kodratnya. Dalam pandangan agama Islam, segala sesuatu

diciptakan Allah dengan kodrat. “sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan

dengan qadar.”143 Oleh para pakar tafsir, qadar di sini diartikan sebagai

”ukuran-ukuran, sifat-sifat yang ditetapkan Allah bagi segala sesuatu,” dan

itulah kodrat.144

Perlu ada petunjuk spesifik tentang hukum operasi kelamin sebagai

panduan bagi mereka yang memerlukan dan masyarakat juga bisa

memahaminya. Operasi dijalankan juga perlu mendapat kepastian hukum dari

para pakar terlebih dahulu. Misalnya didasarkan pada pendapat para pakar

medis, ulama dan psikolog. Apakah ia dapat dihukumi boleh dan layak untuk

dioperasi? Tujuan dari itu semua, agar operasi dapat dijalankan sesuai syariat,

143
Q.S Al-Qamar (59) : 49
144
Nazaruddin Umar, argument kesetaraan jender, ( Jakarta : paramaina, 1999), XXIX
76

jika sipasien itu Islam, dan tidak disalah gunakan untuk tujuan yang tidak

dikehendaki.

Akhir-akhir ini ada beberapa kasus telah muncul ke permukaan. Seorang

khuntsa atau mukhannats yang secara fisik laki-laki dapat menjalani operasi ganti

kelamin perempuan dengan mendapat legalisasi dari pengadilan negeri. Apakah

dengan keputusan dari pengadilan “identik” dengan legalisasi agama, sementara

secara sosiologis masyarakat mentolerir adanya perubahan tersebut. Mencari

keabsahan dalam masalah ini tampaknya tidak mudah karena betapapun norma

dan etika agama harus diperhatikan terlebih lagi menyangkut usaha-usaha

mengubah ciptaan Allah. Masih diperlukan kehati-hatian, norma agama tetap

harus dijunjung tinggi dan diutamakan.

1. Secara garis besar beberapa ulama lokal telah mengelompokkan hukum

operasi kelamin ke dalam 3 bagian ini : 145

1) Operasi untuk tujuan taghyir atau tabdil (perubahan), sekedar

mengikuti keinginan atau demi kepentingan tertentu, hukumnya adalah

haram dan ini berlaku umum pada semua anggota badan. Operasi

kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki

kelamin biologis normal sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi

dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami permasalahan

psikis dan perilaku yang kemudian timbul permasalahan identitas

kelamin psikishya berlawanan dengan organ kelamin biologisnya, hal

ini beperti yang dilakukan oleh Transseksual. Transeksual, yaitu

145
Disesuaikan dengan hasil seminar tinjauan syari’at Islam tentang operasi ganti
kelamin yang diselenggarakan oleh PWNU Jawa Timur, tanggal 24-26 Muharram 1410 H / 26-28
Agustus 1989 M.
77

individu yang terlahir normal dan tanpa disertai kelainan fisik genital,

bahkan dengan disertai indikasi-indikasi yang jelas, tetapi ada

gangguan psikologis yang seperti lain jenisnya.

Indikasi jelas itu seperti bagi perempuan dilengkapi dengan rahim dan

ovarium atau jika laki-laki ada kumis dan tidak haidh. Operasi ini adalah

operasi pembedahan untuk mengubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi

perempuan atau sebaliknya. Pengubahan jenis kelamin laki-laki menjadi

perempuan dilakukan dengan memotong penis dan testis, kemudian

membentuk kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara. Sedang

pengubahan jenis kelamin perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan

memotong payudara, menutup saluran kelamin perempuan, dan menanamkan

organ genital laki-laki (penis).

Hukum haram di sini karena sama dengan mengubah ciptaan Allah SWT.

Beberapa ulama mendasarkan dalil dari al-Qur’andan al-Sunnah146 Imam al-

Qurthubi dalam menanggapi kasus tersebut mengatakan bahwa mengubah

(mengurangi atau menambahi) apapun ciptaan Allah adalah

haram.147Ketetapan haram ini juga sesuai dengan keputusan fatwa MUI dalam

Musyawarah Nasional II tahun 1980 tentang Operasi Perubahan/

Penyempurnaan kelamin. Maka hukum transgender ini, menurut fatwa MUI,

sekalipun telah operasi ganti kelamin yang semula normal kedudukan

hukumnya tidak akan berubah. Yakni hukumnya masih sama dengan jenis
146
QS. Al-Nisa’ : 119, QS. Al-Hujurat : 13; QS. Al-Najm: 45 dan dua hadits Nabi di atas
tetang : “Allah mengutuk para tato, yang meminta ditato, memotong giginya, memotong bulu
kening yang semuanya itu mengubah ciptaan
Allah” (HR. Bukhari)
147
-Qurthubi, Abu Ahmad, Al-Jami` li ahkam al-Qur`an, (Riyad: Dar Alam al-Kutub, Juz
3, 2003), 1963
78

kelamin semula sebelum operasi. Baik dari segi warisnya, auratnya, hukum

perkawinannya dan lain-lainnya.

2) Operasi kelamin yang dilakukan bersifat perbaikan atau penyempurnaan (li

al-tashhih), maka dibolehkan. Seperti kasus yang terjadi pada khuntsa, baik

yang muyskil atau ghair musykil di atas. Seseorang ada alat kelamin, tetapi

abnormal atau tidak ada sama sekali. Operasi ini dilakukan terhadap

kelainan congenital, Penderita pada anak yang sejak lahir memiliki

kelainan atau gangguan organ kelamin. Kelainan ini Sering ditemukan pada

kasus hipospadia,148 yaitu penderita yang dzakar (penis) nya atau faraj

(vagina) nya tidak sempurna saluran organ kelamin luarnya atau tidak pada

tempatnya.

Dalam prespektif hukum Islam, jika operasi tersebut bisa diatasi dengan

medis dan memberikan manfaat besar bagi kesehatan, operasi tersebut

diperbolehkan. Penentuan hasilnya dilihat lebih banyak kepada maslahat

(manfaat) dari pada masfadatnya (kerusakan) atau sebaliknya karena hukum

Islam memandang realitas pada banyak manfaat atau masfadatnya. 149

Pada kasus hipospadia ini, yang dialami oleh orang sejak lahir tidak

normal organ kelaminnya atau memiliki cacat pada organ kelaminnya, dan

menginginkan operasi kelamin ini dengan melihat maslahatnya lebih besar

daripada masfadatnya adalah boleh karena operasi tersebut bersifat

148
penjelasannya
149
Ibid, hal. 48
79

memperbaiki atau menyembuhkan organ kelamin yang cacat atau karena

ada kelainan anatomis.

Dapat dipahami bahwa untuk melakukan operasi kelamin yang

membawa manfaat yang lebih besar untuk kesehatan fisik dan mental

sekaligus merupakan pengobatan bagi penyakit yang memang sejak lahir

tidak normal jenis kelaminnya, tindakan ini diperbolehkan dalam Islam.

Operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil (perbaikan dan

penyempurnaan) diperbolehkan secara hukum, dan bahkan dianjurkan. Jika

seorang mempunyai kelainan kelamin seperti tidak memiliki lubang kencing

pada vagina atau penis, operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakan

agar menjadi normal adalah suatu keharusan. Karena kelainan kelamin sama

halnya penyakit yang harus diobati.150

Menurut sebagian ulama dianjurkan untuk operasi penyempurnaan

kelaminnya sehingga menjadi kelamin yang normal karena hal itu

merupakan suatu penyakit yang harus diobati. Ini antaranya pendapat syaikh

Hasanain Muhammad Makhluf dan Syaikh Syaltut.151

Termasuk dari keterangan medis, jika ada seseorang dilahirkan sebagai

laki-laki, tetapi tiba-tiba hormon kewanitaannya lebih menonjol dibanding

hormon kelelakiannya dan untuk alasan kesehatan ia memerlukan operasi

perbaikan jenis kelaminnya maka diperbolehkan. Menurut Drs. Muslich

150
Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid IV. (Jakarta PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,ttp) , hlm 13
151
Hasanain Muhammad Makhluf, Shafwah al-Bayan, (Kairo: Dar el-Syuruq, 1987), 131
80

Maruzi, untuk kasus seperti itu ia adalah tergolong khuntsa karena

alami.152Pendapat ini berdasarkan kepada firman Allah swt:

           

              

   

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim, sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS. Al-Nisa‟: 1)

Berdasarkan juga pada Hadits Nabi saw:

Artinya:“Rasulullah melaknat orang laki-laki yang menyerupai perempuan


dan orang perempuan yang menyerupai laki-laki” (H.R. Bukhari)153

Ayat Al-Qur’andan hadist tersebut menegaskan agar setiap seorang laki-

laki benar-benar jelas kejantanannya dan seorang perempuan benar-benar jelas

kewanitannya. Oleh itu, bagi mereka yang belum jelas, baik kejantanannya

atau kewanitaannya, maka sebaiknya diperjelas.

Dapat dipahami dalam usaha untuk memperjelas identitas ini dan

penetapan boleh tidaknya operasi itu tetap harus didasarkan kepada

kemaslahahan juga didasarkan pada pertimbangan keterangan dari para ahli

dan tidak sembarangan. Adapun para ahli yang dimaksud adalah keterangan

152
153
Drs. Muslich Maruzi, Pokok Pokok Ilmu Waris, (Pustaka Amini: Semarang, 1981), hlm 85.
Imam Abu Dawud, Sunan Abi Daud, Juz III, (Beirut: Dar Al Kutub Ilmiyah, t.th), 63;
At-Tirmdzi, Jamius Shohih, Juz V, (Dar Al-Kutub Ilmiyah, t.th), 98
81

dari tim medis, psikolog dan baru dari tokoh agama. Karena melalui

pemeriksaan medis dan kajian psikologis, mereka baru diketahui hakikat

pribadi, fisik dan psikis seseorang. Sedangkan melalui tokoh agama bisa

ditentukan boleh tidaknya operasi itu dijalankan.

Dapat dipahami bahwa Dengan demikian ia akan menjadi manusia percaya

diri dengan status hukum yang jelas. Sebab orang yang tidak normal orientasi

seksualnya juga bisa mengalami kelainan psikis dan sosial sehingga dapat

tersisih dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat serta kadang

mencari jalannya sendiri. Seperti melacurkan diri menjadi waria atau

melakukan homoseks dan lesbianisme.

kasus ini masih ikhtilaf di kalangan ulama, disebabkan karena secara fisik

anatomi tubuhnya sempurna sehingga apabila ia melakukan operasi kelamin

bisa termasuk dalam kategori taghyir al-jins. Untuk itu, tinggal bagaimana

usaha dia bisa merubah sikap atau hasratnya untuk semakin memperteguh

jiwanya sesuai fisik kelaminnya. Atas dasar alasan itu juga hukum mubahnya

taghyir al-jins dikhawatirkan akan disalahgunakan untuk kepentingan yang

tidak baik.

3) Operasi pembuangan anggota badan (yang terlebih). Operasi ini untuk kasus

seseorang yang mempunyai alat kelamin ganda (al-khutsa), maka

diperbolehkan.154 Operasi ini adalah operasi kelamin yang dilakukan dengan

cara membuang salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap anak

atau penderita yang mempunyai organ genitalia ekstema (alat kelamin luar)
154
Al-Duwaisy, Ahmad bin „Abd al-Razaq, Fatawa Lajnah Daimah Li al-Buhuts al-
ilmiyah wa al-Ifta‟, (Riyad: Dar al-Muayyad, 1424 H) no. 21058
http://read.kitabklasik.net/2010/05/fatawa-al-lajnah-al-daimah-li-al- buhuts.html (17 Juli 2015)
82

yang tidak jelas apakah laki-laki atau perempuan, atau terhadap penderita yang

mempunyai, bentuk kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan

sekaligus (terdapat dua organ kelamin luar sekaligus yaitu penis dan vagina),

istilah ini dikenal dengan "ambigus genitalia/ hermaprodit/interseks". Operasi

ini adalah operasi penyesuaian kelamin atau operasi untuk memperjelas salah

satu jenis kelamin luar yang disesuaikan dengan jenis kelamin biologi lainnya

dan jenis kelamin psikisnya.155

Dalam Islam dikenal adanya istilah khuntsa, orang yang secara faal dan

biologis berkelamin ganda. Terhadap Khuntsa sejak dahulu Islam telah

memiliki sikap tersendiri berkaitan dengan status jenis kelamin itu lebih

dominan, ditetapkan sebagai jenis kelamin yang lebih dominan, maka ia

ditetapkan sebagai jenis kelamin tersebut. Artinya, bila organ kelamin laki-

lakinya lebih dominan baik dari segi bentuk, ukuran, fungsi dan sebagainya,

orang ini meski punya sifat dan karakter seperti wanita, tetaplah orang ini

dinyatakan sebagai pria. Operasi kelamin ini harus melihat kepada

kecendrungan lebih kearah kemaslahatan (manfaat) atau lebih ke mudharat

(bahaya/kerusakan). Bila operasi kelamin tersebut membawa manfaat yang

lebih besar hukumnya mubah (boleh), tetapi bila menimbulkan madlarat

hukumnya bisa menjadi haram.

Khuntsa dibagi menjadi dua, yaitu : khuntsa musykil dan khuntsa ghairu

musykil ". Khuntsa musykil adalah seseorang yang sulit ditentukan jenis

kelaminnya, karena ia memiliki dua alat kelamin (faraj dan zakar) atau pun

155
Ibid, hal. l31
83

tidak kedua-duanya. Dalam istilah kedokteran disebut sebagai ambiguous

genetalia atau sex ambiguity. Adapun khuntsa ghairu musykil adalah seorang

khuntsa yang mempunyai indikasi kecendrungan jenis kelaki-lakiannya atau

jenis keprempuannya atau khuntsa yang tidak sulit ditentukan jenis

kelaminnya.156

Secara subtansi memang tidak ada persoalan tentang khuntsa. Dalam

pengertian bahwa ia adalah makluk ciptaan Allah dan bagian dari manusia, yang

sederajat dengan manusia yang lain dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Selama ini penetapan hukum yang diberlakukan bagi khuntsa di dalam agama

Islam ditentukan keadaanya secara lahir atau pada indikasi fisik, bukan kepada

jiwa.

Selain kasus khuntsa yang terdapat didalam fikih Islam, ada juga kasus

hermaprodit. Pada kasus hermaprodit, seseorang yang mempunyai kelamin luar

dua jenis (laki-laki dan perempuan), lalu dilakukan operasi untuk mematikan

salah satunya, setelah tim ahli (tim medis) melakukan penelitian secara ilmiah

tentang Jenis kelaminnya dan telah menemukan hasil penelitian dan dapat

menentukan jenis kelaminnya maka :

a. Operasi yang untuk mematikan alat kelamin luar yang bersamaan dengan

alat kelamin dalamnya, hukumnya boleh (mubah), dengan alasan lebih besar

maslahatnya (manfaatnya) daripada masfadatnya (kerusakkannya).

156
Irfandy Akbar, Halal Haram Transgender dalam Pandangan Islam, Rajawali Press,
Jakarta, 2011, hal 66.
84

b. Operasi yang untuk menghidupkan alat kelamin luar yang berlawanan dengan

alat kelamin dalam, maka hukumnya bisa tidak boleh (haram) karena hal

tersebut cenderung membawa bencana dan tidak ada hajat (kebutuhan)

terhadap hal tersebut adapun status hukum dari kelaminnya sesuai dengan

penetapan tim ahli.

Tujuan operasi ini untuk memperjelas atau lebih memfungsikan salah satu

alat kelaminnya. Operasi ini juga didasarkan atas indikasi kecenderungan sifat dan

tingkah lakunya, mana yang lebih dominan. Misalnya, jika seseorang memiliki

penis dan vagina, sedang pada bagian dalam tubuh memiliki rahim dan ovarium

yang menjadi ciri khas dan spesifikasi utama jenis kelamin perempuan. Menurut

Syaltut, boleh operasi dengan membuang penisnya untuk lebih memfungsikan

vaginanya. Dengan demikian semakin jelas dan mempertegas identitasnya sebagai

perempuan.

Menurut banyak ulama, hal ini justru dianjurkan untuk operasi karena jelas

wujud dzakar (penis) di situ tidak memberikan makna bahkan membuat samar

dari segi hukum Islamnya ataupun dari segi identitas dirinya, karena setiap

individu punya hak dan kewajiban yang sangat berkaitan dengan kelamin yang

dimilikinya. Ini merupakan keputusan Nahdhatul Ulama PW Jawa Timur pada

seminar “Tinjauan Syariat Islam tentang Operasi Ganti Kelamin” pada tanggal 26-

28 Desember 1989 di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo Jawa Timur.157

Selain itu, menurut Athiyah al-Jaburi, guru besar Universitas Bagdad (ahli

fiqh mawaris) menegaskan bahwa khuntsa itu manusia. Maka ada kalanya ia laki-

157
http://pustakaarief.blogspot.com/2014/05/operasi-kelamin-menurut-pandangan-
islam.ht ml (30 Juni 2015)
85

laki dan ada kalanya perempuan. Oleh itu jika confused kelaminnya, maka jalan

keluarnya adalah operasi kelamin. Sesuai dengan firman Allah surat al-Syura: 49

               

 
Artinya :”kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa
yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki”(Q.S al-Syura : 49)

TABEL DUA

Macam-macam operasi
kelamin

Operasi untuk tujuan taghyir Operasi kelamin bersifat


Operasi pembuangan
atau tabdil (perubahan), perbaikan atau penyempurnaan
anggota badan (yang
(li al-tashhih),
terlebih).

Operasi perubahan kelamin pada


pasien transgender, transeksual Seperti khuntsa, baik yang Operasi penyesuaian kelamin
muyskil atau ghair musykil . seperti pada pasien ambigius
Seseorang ada alat kelamin, genitelia atau intersek
tetapi abnormal atau tidak ada (Khuntsa)
Operasi kelamin yang sama sekali.
dilakukan terhadap orang yang seperti pada pasien hipospaia
sejak lahir memiliki kelamin Operasi ini adalah operasi
biologis normal sebagai laki- kelamin yang dilakukan
laki atau perempuan, tetapi Operasi untuk memperbaiki atau dengan cara membuang salah
dalam pertumbuhan dan menyempurnakan agar menjadi satu dari kelamin ganda, yang
perkembangannya mengalami normal adalah suatu keharusan. dilakukan terhadap anak atau
permasalahan psikia dan Karena kelainan kelamin sama penderita yang mempunyai
perilaku yang kemudian timbul halnya penyakit yang harus organ genitalia ekstema (alat
permasalahan identitas kelamin diobati Kelainan ini Sering kelamin luar) yang tidak jelas
psikishya berlawanan dengan ditemukan pada kasus apakah laki-laki atau
organ kelamin biologisnya hipospadia, yaitu penderita yang perempuan, atau terhadap
dzakar (penis) nya atau faraj penderita yang mempunyai,
(vagina) nya tidak sempurna bentuk kedua jenis kelamin
saluran organ kelamin luarnya baik laki-laki maupun
atau tidak pada tempatnya perempuan sekaligus (terdapat
Hukumnya : Haran dua organ kelamin luar
sekaligus yaitu penis dan
vagina),

Hukumnya : Boleh

Hukumnya : Boleh
86

Penjelasan Tabel : Operasi yang dibolehkan, Operasi kelamin bersifat perbaikan atau
penyempurnaan (li al-tashhih), Operasi pembuangan anggota badan (yang
terlebih).
Operasi yang dilarang (haram), Operasi untuk tujuan taghyir atau tabdil
(perubahan).

2. Prosedur Perubahan Status Identitas

Dasar hukum Nasional mengenai operasi kelamin, antara lain : ”SK

Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 191/Menkes/SK/III.1989

tentang penunjukan rumah sakit dan tim ahli sebagai tempat dan pelaksanaan

operasi penyesuaian kelamin. Pada tanggal 12 Juni 1989 dibentuk tim

pelaksana operasi penggantian kelamin yang terdiri dari bedah urologi, bedah

plastik, ahli penyakit kandungan dan ginekologi, anestesiologi, ahli

endokrinologi anak dan internist, ahli genetika, andrologi, psikiatri,

Pengadilan Agama, ahli hukum, pemuka agama dan petugas sosial medik.

Tetapi sejak tahun 2003 ada perubahan kebijakan bahwa tim penyesuaian

genitalia hanya boleh operasi penyesuaian kelamin untuk penderita intersexual

(khuntsa) dan tidak pada penderita transexual yang membutuhkan penentuan

jenis kelamin, perbaikan alat genital dan pengobatan. Semua kasus akan

didata, diperiksa laboratorium, analisis kromosom, DNA, hormonal dan lain-

lain”.158

Bayi baru lahir dengan kecacatan alat kelamin harus ditentukan jenis

kelaminnya agar tidak terjadi salah pengasuhan dan gangguan psikologis di

kemudian hari. Surat keterangan kelahiran semestinya dibuat setelah jenis

kelamin dapat ditentukan. Tindakan operasi harus dilakukan dengan


158
Setiawan Budi Utomo, Fenomena Transgender dan Hukum Operasi
Kelamin,http://www.dakwatuna.com /2009/08/3427/feno menatransgender-dan-hukum-operasi-
kelamin/, (2 Juli 2012)
87

pertimbangan yang sangat hati-hati atau bahkan penundaan sampai anak

mencapai usia dewasa. Demikian dalam penentuan jenis kelamin juga harus

ikuti standart baku Nasional yang diatur oleh Departemen Kesehatan.159Tetapi

bagi khuntsa,

Penetapan itu harus berpedoman pada keterangan para ahli dan tidak bisa

ditetapkan asal-asalan. Ada waktu yang cukup panjang dan banyak fase,

mulai dari konseling psikologi hingga sampai ada keputusan operasi kelamin.

Termasuk melibatkan keluarga dan seberapa siapkah seseorang tersebut

melakukan operasi atau taghyir al-jins, karena ketika operasi sudah dijalankan

maka sudah tidak bisa dikembalikan lagi ke bentuk semula.

Dapt dipahami bahwa operasi harus ada keterangan psikolog, terungkap

potensi pemohon akan lebih berkembang dengan statusnya sebagai laki-laki.

Selain alasan itu, dikabulkannya permohonan tersebut juga atas pertimbangan

hukum agama. Hal ini tetap dilihat perkasus dan tetap mengacu pada hukum

taghyir al-jin di atas. Jika pergantian jenis kelaminnya atas dasar nafsu

memang diharamkan. Namun, jika karena alasan medis dan alasan yang lebih

melihat aspek maslahah si pemohon (li al-takmil), maka diperbolehkan.

Dalam suatu kasus kesaksiannya seorang ibu pemohon operasi alat genital

mengungkapkan bahwa sejak bayi pemohon memang tidak berkelamin laki-

laki sehingga didaftarkan di kelurahan sebagai perempuan dan diberi nama

perempuan. Setelah berjalannya waktu, perubahan genetika pemohon terjadi

159
Prof. Dr. Sultana MH Faradz, PhD. Kelamin ganda, penyakit atau penyimpangan
gender. http://fakultas-kedokteran-undip.blogspot.com/2012/12/kelamin -ganda-penyakit-
atau.html (20 Juli 2015)
88

dan tanda-tanda perubahan mulai terlihat dari bentuk fisiknya seperti lelaki

pada umumnya ketika mulai menginjak usia remaja. Tanda-tanda fisik yang

dimilikinya selain kelamin yakni memiliki jakun, suara yang besar seperti

laki-laki, tidak pernah menstruasi serta gaya jalannya mirip lelaki. Kasus

seperti ini adalah masuk dalam kategori khuntsa.

Setelah melalui serangkaian tindakan medis yang berkaitan dengan operasi

kelamin, maka wajib bagi seorang al-khuntsa yang sudah memiliki kejelasan jenis

kelamin untuk meminta penetapan dari Pengadilan Negeri dan/atau Pengadilan

Agama sebagai dasar hukum untuk menetapkan status jenis kelaminnya pasca

operasi kelamin. Aturan khusus mengenai prosedur pergantian kelamin memang

belum ada di Indonesia. Akan tetapi, sebenarnya ada payung hukum untuk

memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum

setiap peristiwa kependudukan dan “peristiwa penting” yang dialami oleh

penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Payung hukum tersebut adalah UU no. 24

2013 tentang perubahan atas UU no. 23 2006 tentang administrasi kependudukan

(UU Adminduk).

Adapun “peristiwa penting” yang dimaksud adalah kejadian yang dialami

oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian,

pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan

perubahan status kewarganegaraan. Demikian yang disebut dalam Pasal 1 angka

17 UU Adminduk. Dari definisi tersebut, pergantian jenis kelamin tidak termasuk

peristiwa penting yang disebut dalam Pasal 1 angka 17 UU Adminduk. Namun,


89

pergantian jenis kelamin ini dikenal dalam UU adminduk sebagai “peristiwa penting

lainnya,” sebagaimana tercacat dalam pasal 56 ayat (1) uu adminduk, Serupa

dengan aturan dalam pasal 56 ayat (1) UU Adminduk, dalam pasal 97 ayat (2)

Perpres 25/2008 ini juga disebut bahwa peristiwa penting lainnya yang dimaksud

antara lain adalah perubahan jenis kelamin.160

Menindak lanjutkan peraturan diatas diterbitkan peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan tata cara

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.161 Pejabat Pencatatan Sipillah yang

melakukan pencatatan peristiwa penting yang dialami seseorang pada instansi

pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan (Pasal 1 angka 16 UU Adminduk). Pencatatan peristiwa penting lainnya

dilakukan oleh pejabat pencatatan Sipil atas permintaan penduduk yang

bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap. Hal itu sebagaimana yang terjadi pada Dorce, yang pernah

melakukan operasi ganti kelamin dan melakukan pergantian gender menjdi

perempuan melalui pengadilan negeri Surabaya. Dapat dipahami didahului

penetapan dari pengadilan negeri untuk kemudian pada instansi pelaksana.

Adapun yang dimaksud dengan Instansi pelaksana adalah pemerintah

kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan

dalam urusan Administrasi Kependudukan (Pasal 1 angka 7 UU Adminduk).

160
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5499758a512e5/prosedur-
hukum-jika-ingin-berganti-jenis-kelamin (1 Juli 2015)
161
Peraturan Priseden Nomor 25 tahun 2008
90

3. Ketentuan Tentang Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Pada umumnya menurut hukum agama Pernikahan adalah perbuatan yang

suci, yaitu suatu perikatan antara dua pihak dalam memenuhi perintah dan anjuran

Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan berkeluarga dan berumah tangga serta

berkerabat berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Pernikahan dalam bahasa Arab disebut dengan an-nikah yang bermakna

bersetubuh, berkumpul dan akad4. Beranjak dari makna etimologis inilah para

ulama fikih mendefinisikan Pernikahan dalam konteks hubungan biologis.

Banyak pendapat yang diberikan orang mengenai pengertian Pernikahan

ini, akan tetapi pendapat-pendapat tersebut tidak memperlihatkan adanya

pertentangan antara satu pendapat dengan pendapat lainnya.

Diantara pendapat-pendapat tersebut antara lain adalah :

a. Menurut Wahbah al-Zuhaily

Pernikahan adalah akad yang membolehkan terjadinya al-istimta’

(persetubuhan) dengan seorang wanita, atau melakukan wathi’, dan berkumpul

selama wanita tersebut bukan wanita yang diharamkan baik dengan sebab

keturunan, atau sepersusuan.162

b. Menurut Hanabilah

Nikah adalah akad yang menggunakan lafaz inkah yang bermakna tajwiz

dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang.163

162
Wahbah al-Zuhaily, al-fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, Juz VII, (Damsyiq; Dar al-Fikr, 1989).
hlm.29.
163
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab ‘ala Mazahib al-Arba’ah, (t.tp. Dar Ihya al-Turas al-Arabi,
1986) Juz IV h.3.
91

c. Menurut Hanifiah

Nikah adalah akad yang memberi faedah untuk melakukan mut’ah secara

sengaja.

d. Menurut Sajuti Thalib

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama

secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk

keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan

bahagia. 164

e. Menurut Hazairin Inti dari sebuah Pernikahan adalah hubungan seksual.

Menurutnya tidak ada nikah (Pernikahan) bila tidak ada hubungan seksual.165

Di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Pernikahan Nomor 1 Tahun

1974 Pernikahan di definisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga,

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena

negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dapat dipahami bahwa pernikahan secara tegas

dinyatakan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan agama,

kerohanian, sehingga unsur Pernikahan bukan saja mempunyai unsur

lahir/jasmani tapi juga memiliki unsur batin/rohani.9

164
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam : Suatu Analisis dari Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.2.
165
Ibrahim Hosen, Fikih perbandingan dalam Masalah Nikah, Talak dan Rujuk (Jakarta: Ihya
Ulumuddin, 1971), h.65.
92

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pengertian Pernikahan

seperti yang terdapat pada Pasal 2 dinyatakan bahwa Pernikahan dalam Hukum

Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqan ghalidhan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Mengenai perintah Allah kepada manusia untuk menikah dalam Al-Qur’an

disebutkan Q.S An Nuur (24) ayat (32) yang berbunyi :

          

        

Artinya : “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan


orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya)
lagi Maha mengetahui.”

Nabi Muhammad SAW memperkuat Firman Allah di atas dengan


bersabda “Nikah adalah sunnahku, barang siapa yang mengikuti sunnahku
berarti termasuk golonganku dan barang siapa yang benci sunnahku berarti
bukan termasuk golonganku” (HR. Bukhori-Muslim).

2. Tujuan Pernikahan

Undang-undang Pernikahan menyatakan bahwa Pernikahan adalah ikatan

lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal, berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila asas Undang-undang

Pernikahan yang menyatakan bahwa seorang pria hanya mempunyai seorang

isteri dan seorang wanita mempunyai seorang suami dipatuhi. Selanjutnya


93

juga dijelaskan bahwa untuk itu suami istri perlu saling membantu dan

melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya

membantu mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.

Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya “Hukum Pernikahan Islam”

menyatakan bahwa tujuan Pernikahan dalam Islam adalah untuk memenuhi

tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan dengan antara laki-laki dan

perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran

Allah dan Rasul-Nya.166 Tujuan Pernikahan dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum

Islam yaitu untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah dan rahmah (keluarga yang tentram penuh kasih sayang). Tujuan

ini juga di rumuskan dalam firman Allah SWT, yang terdapat di dalam surah

ar-Rum (30) ayat 21 yang artinya :

          

          

Artinya : dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.

Soemiyati menjelaskan, bahwa tujuan Pernikahan dalam Islam adalah

untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan dengan laki-

laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia

dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh kuturunan yang sah

166
Ahamad Azhar Basyir, Hukum Pernikahan Islam, Yogyakarta, UUI Pres, 2000. H.86
94

dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur

oleh Syari’ah 167

Dapat dipahami bahwa rumusan tujuan Pernikahan tersebut dapat diperinci

sebagai berikut :

1. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi hajat tabiat

kemanusiaan.

2. Mewujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih.

3. Memperoleh keturunan yang sah.

Tujuan utama dari Pernikahan adalah untuk memenuhi tuntutan naluriah

atau hajat tabiat kemanusiaan. Dengan Pernikahan, pemenuhan tuntutan tabiat

kemanusiaan itu dapat disalurkan secara sah. Apabila manusia dalam usaha

memenuhi hajat tabiat kemanusiaannya dengan saluran yang tidak sah dan

dilakukan terhadap siapa saja, maka keadaan manusia itu tak ubahnya seperti

hewan saja, dan dengan sendirinya masyarakat menjadi kacau balau serta

bercampur aduk tidak karuan.168

Tujuan kedua dari Pernikahan ialah mewujudkan suatu keluarga dengan

dasar cinta kasih. Dengan Pernikahan maka terjalin ikatan lahir antara suami istri

dalam hidup bersama diliputi rasa ketentraman (sakinah) dan kasih sayang

(mawaddah wa rahma). Firman Allah SWT :

167
Soemiyati, Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan,
Yogyakarta, Liberty, 1986, h.73
168
Imam Al Ghozali, Menyingkap Rahasia Pernikahan, (Bandung : Kharisma, 1975) hlm. 22.
95

            

        


Artinya : “Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah Dia ciptakan untuk
kamu jodoh dari jenis kamu sendiri, supaya kamu menemukan ketentraman
(sakinah) pada jodoh itu, dan Dia jadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang
(mawaddah wa rahmah)...” (Q.S. Arrum : 21).

Tujuan ketiga dari Pernikahan adalah memperoleh keturunan yang sah.

Memperoleh keturunan dalam Pernikahan bagi kehidupan manusia mengandung

dua segi kepentingan, yaitu : kepentingan untuk memperoleh anak adalah karena

anak-anak diharapkan dapat membantu ibu bapaknya pada hari tuanya kelak.

Aspek yang umum atau universal yang berhubungan dengan keturunan ialah

karena anak-anak itulah yang menjadi penyambung keturunan seseorang dan yang

akan selalu berkembang untuk meramaikan dan memakmurkan dunia ini. Selain

itu, keturunan yang diperoleh dengan melalui Pernikahan akan menghindarkan

pencampur-adukkan keturunan, sehingga silsilah dan keturunan manusia dapat

dipelihara atas dasar yang sah.

Dapat dipahami bahwa tujuan-tujuan pernikan itu tidak selamanya dapat

terwujud sesuai harapan, ada kalanya dalam kehidupan rumah tangga terjadi salah

paham, perselisihan, pertengkaran kecil bahkan ada yang berkepanjangan

sehingga memicu putusnya hubungan Pernikahan antar suami istri.

3. Syarat-syarat Pernikahan

Untuk melangsungkan Pernikahan calon mempelai harus memenuhi

syarat-syarat Pernikahan dan rukun Pernikahan. Antara rukun dan syarat


96

Pernikahan itu ada perbedaan dalam pengertiannya. Yang dimaksud dengan

rukun dari Pernikahan ialah hakekat dari Pernikahan itu sendiri, tanpa adanya

salah satu rukun, Pernikahan tidak mungkin dilaksanakan. Sedangkan yang

dimaksud dengan syarat Pernikahan ialah sesuatu yang harus ada dalam

Pernikahan tidak termasuk hakekat Pernikahan. Kalau salah satu syarat-syarat

Pernikahan itu tidak dipenuhi maka Pernikahan itu tidak sah.

Berbeda dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi

Hukum Islam ketika membahas rukun Pernikahan mengikuti sistematika fikih

yang mengaitkan rukun dan syarat. Ini dimuat dalam Pasal 14

Kompilasi Hukum Islam menjelaskan lima rukun Pernikahan sebagaimana

dalam kitab fikih, sedangkan dalam uraian persyaratan Pernikahan Kompilasi

Hukum Islam mengikuti Undang-undang Pernikahan yang melihat syarat hanya

berkenaan dengan persetujuan kedua calon mempelai dan batasan umur.

Menurut Jumhur Ulama rukun Pernikahan ada lima dan masing-masing rukun itu

memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu :

1) Calon suami, syarat-syaratnya :

a) Beragama Islam.

b) Laki-laki. (bukan khuntha> mushkil)

c) Jelas orangnya.

d) Dapat memberikan persetujuan.

e) Tidak terdapat halangan Pernikahan.

2) Calon Istri, syarat-syaratnya :

a) Beragama, meskipun Yahudi atau Nashrani.


97

b) Perempuan. (bukan khuntha> mushkil)

c) Jelas orangnya.

d) Dapat dimintai persetujuannya.

e) Tidak terdapat halangan Pernikahan.

3) Wali nikah, syarat-syaratnya :

a) Laki-laki.

b) Dewasa.

c) Mempunyai hak perwalian.

d) Tidak terdapat halangan perwaliannya.

4) Saksi Nikah :

a) Minimal dua orang laki-laki.

b) Hadir dalam ijab qabul.

c) Dapat mengerti maksud akad.

d) Islam.

e) Dewasa.

5) Ijab Qabul, syarat-syaratnya :

a) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali.

b) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai.

c) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata

tersebut.

d) Antara ijab dan qabul bersambungan.

e) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya.


98

f) Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji

atau umrah.

g) Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang

yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita

dan dua orang saksi.

Adanya calon pengantin laki-laki dan calon perempuan merupakan syarat

mutlak bagi suatu Pernikahan. Karena tidak dapat dikatakan Pernikahan apabila

hanya ada seorang laki-laki atau seorang perempuan saja, atau kedua-duanya

adalah laki-laki ataupun perempuan keduanya. Kejelasan kedudukan antara laki-

laki dan perempuan harus jelas identitas dirinya.

Diisyaratkan haruslah bukan mahram sendiri. Mahram ialah perempuan

yang harus dikawini, yaitu mahram karena keturunan, saudara susuan dan mahram

Pernikahan (semenda) berdasarkan Al-Qur’an surat An Nisa ayat 22, 23, 24 dan

An Nuur ayat 31. selain itu kedua calon mempelai harus seagama. Tidak

dibenarkan laki-laki Islam beristrikan perempuan agama lain dan begitu pula

sebaliknya. Laki-laki atau perempuan Islam tidak boleh beristrikan atau

bersuamikan orang musyrik, yaitu orang yang mempersekutukan sesuatu selain

Allah berdasarkan Al-Qur’an suart Al Baqarah ayat 221, An Nisa ayat 144 dan Al

Mumtahanah ayat 10. khusus bagi mempelai laki-laki diisyaratkan ketika hendak

melangsungkan Pernikahan itu tidak sedang dalam Pernikahan poligami dengan

jumlah istri yang telah maksimal, yaitu empat orang, berdasarkan Al-Qur’an surat

An Nisa ayat 3, sebab jika demikian batallah Pernikahannya dengan istrinya yang

kelima.
99

Dalam Pernikahan haruslah ada wali, karena tanpa adanya awali

Pernikahan dianggap tidak sah. Adapun yang menjadi dasar hukumnya ialah salah

satu hadist Nabi : “tidak sahnya nikah melainkan dengan wali, dan dua orang

saksi yang adil.”169 Di dalam Pasal 20 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam

disebutkan bahwa wali nikah terdiri dari wali nasab dan wali hakim. Wali nasab

adalah anggota keluarga laki-laki dari calon mempelai perempuan yang

mempunyai hubungan darah patrilineal dengan calon mempelai perempuan. wali

yang termasuk wali nasab ialah ayah, kakek, saudara laki-laki, paman dan

seterusnya. Sedangkan wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah

apabila wali nasab tidak ada dan dalam hal ini wali hakim baru dapat bertindak

apabila sudah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut, hal ini sesuai

dengan bunyi Pasal 23 Kompilasi Hukum Islam.

Ijab kabul ialah serah terima dari wali mempelai perempuan atau wakilnya

kepada mempelai laki-laki atau wakilnya, dan yang diserah terimakan ialah

mempelai perempuan. Setelah wali mengucapkan ikrar ijab dan mempelai laki-

laki mengucapkan lafaz kabul hubungan keduanya resmi sebagai suami istri.

Akad nikah harus dihadiri oleh dua orang saksi. Tanpa adanya dua orang

saksi Pernikahan tidak sah. Persaksian dalam agama Islam diperlukan untuk

menunjukkan bagaimana besar dan penting arti Pernikahan dalam hidup manusia,

sehingga persaksian dapat menghindari kemungkinan mungkirnya salah seorang

diantara suami istri atau sebagai suami atau sebagai istri, karena hal itu

169
Soemiyati, Op. Cit, hlm. 49.
100

mempunyai kaitan dengan soal anak, soal nafkah keluarga, harta pusaka dan

sebagainya.

Syarat Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, sebab suatu

Pernikahan yang dilakukan dengan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan

dalam undang-undang, maka Pernikahan tersebut dapat diancam dengan

pembatalan atau dapat dibatalkan. Syarat-syarat Pernikahan terdapat dalam Pasal

6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu :

1. Pernikahan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

Persetujuan dalam hal ini yaitu bahwa Pernikahan itu harus dilaksanakan

berdasarkan kehendak bebas calon mempelai pria atau calon mempelai wanita.

Persetujuan atau kesukarelaan kedua belah pihak untuk melaksanakan

Pernikahan adalah merupakan syarat yang penting sekali untuk membentuk

suatu keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera.

2. Untuk melangsungkan Pernikahan seorang yang belum mencapai 21 (dua

puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Perlunya izin ini

adalah erat sekali hubungannya dengan pertanggungjawaban orang tua dalam

pemeliharaan anak. Orang tua secara susah payah telah membesarkan anak-

anaknya, sehingga kebebasan yang ada pada anak untuk menentukan pilihan

calon suami atau istri jangan sampai menghilangkan fungsi tanggung jawab

orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau

dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud


101

ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang mampu menyatakan

kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak

mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin diperoleh dari wali, orang

yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis

keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat

menyatakan kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam

ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang lebih diantara mereka tidak

menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat

tinggal orang yang akan melangsungkan Pernikahan atas permintaan orang

tersebut dapat memberikan izin setelah terlebih dahulu mendengar orang-

orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang

bersangkutan tidak menentukan lain.170

7. Batas umur untuk melaksanakan Pernikahan adalah sekurang-kurangnya 19

(sembilan belas) tahun bagi calon suami dan 16 (enam belas) tahun bagi calon

istri (Pasal 7 ayat (1)).

Dengan adanya batasan umur ini, maka kekaburan terhadap penafsiran

batas usia baik yang terdapat di dalam hukum adat ataupun hukum Islam sendiri

170
Bandingkan dengan Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Pernikahan Indonesia,
(Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2002) hlm. 13-14.
102

dapat dihindari171. Penentuan batas umur untuk melangsungkan Pernikahan

sangatlah penting, sebab Pernikahan sebagai perjanjian perikatan antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, harus dilakukan oleh mereka yang

sudah cukup matang baik dilihat dari segi biologis maupun psikologis. Hal ini

dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan Pernikahan, juga mencegah terjadinya

Pernikahan pada usia muda yang banyak mengakibatkan perceraian dan keturunan

yang diperoleh bukan keturunan yang sehat. Undang-undang Pernikahan masih

memberikan kelonggaran untuk terjadinya Pernikahan di bawah umur asal ada

dispensasi dari Pengadilan berdasarkan permintaan dari kedua orang tua kedua

belah pihak (Pasal 7 ayat (2)).

Dengan demikian pihak-pihak yang hendak melangsungkan Pernikahan

harus memenuhi beberapa syarat tertentu baik yang menyangkut kedua belah

pihak yang hendak melaksanakan Pernikahan, yaitu syarat-syarat Pernikahan

maupun syarat-syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan Pernikahan itu

sendiri, yang sering disebut rukun Pernikahan. Dapat dipahami rukun Pernikahan

adalah hakekat dari Pernikahan itu sendiri, sehingga tanpa adanya salah satu

rukun maka Pernikahan itu tidak mungkin dapat dilaksanakan.

4. Pembatalan Pernikahan

Berkaitan dengan sahnya Pernikahan, selain harus memenuhi syarat-

syarat dan rukun Pernikahan, perlu diperhatikan juga ketentuan-ketentuan

yang ada dalam hukum Pernikahan Islam. Apabila di kemudian hari

171
Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 36
103

diketemukan penyimpangan terhadap syarat sahnya Pernikahan maka

Pernikahan tersebut dapat dibatalkan. Batalnya Pernikahan menjadikan ikatan

Pernikahan yang telah ada menjadi putus. Ini berarti bahwa Pernikahan

tersebut dianggap tidak ada bahkan tidak pernah ada, dan suami istri yang

Pernikahannya dibatalkan di anggap tidak pernah kawin sebagai suami istri.

Di dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dinyatakan

dengan tegas :

“Pernikahan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat

untuk melangsungkan Pernikahan.”

Di dalam penjelasannya kata “dapat” dalam pasal ini bisa diartikan

bisa batal atau bisa tidak batal, bilamana menurut ketentuan agamanya

masing-masing tidak menentukan lain. Pernikahan dapat dibatalkan berarti

sebelumnya telah terjadi Pernikahan lalu dibatalkan karena adanya

pelanggaran terhadap aturan-aturan tertentu.172

Ada kesan pembatalan Pernikahan ini terjadi karena tidak berfungsinya

pengawasan baik dari pihak keluarga atau pejabat yang berwenang sehingga

Pernikahan itu terlanjur terlaksana kendati setelah itu ditemukan pelanggaran

terhadap undang-undang Pernikahan atau hukum munakahat. Jika ini terjadi

maka Pengadilan Agama dapat membatalkan Pernikahan tersebut atas

permohonan pihak-pihak yang berkepentingan.

Adapun pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan Pernikahan

adalah para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami dan istri
172
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Pernikahan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal
Center Publishing, 2002) h. 25.
104

dan orang-orang yang memiliki kepentingan langsung terhadap Pernikahan

tersebut.

Dalam hukum Islam pembatalan Pernikahan dapat terjadi karena dua hal, yaitu :

a. Terdapat hal-hal yang membatalkan akad nikah yang dilaksanakan. Hal yang

membatalkan Pernikahan dalam Al-Qur’an diatur dalam surat An Nisaa ayat

22, 23, dan 24 yaitu larangan menikah dengan yang masih mahram, misalnya

suami istri yang telah melangsungkan Pernikahan tiba-tiba diketahui bahwa

antara mereka terdapat hubungan saudara sesusuan. Sejak diketahui hal itu

maka Pernikahan menjadi batal, meskipun telah mempunyai keturunan, yang

pandang sebagai anak sah suami istri yang bersangkutan. Pernikahan tersebut

dibatalkan karena tidak memenuhi syarat sahnya akad, yaitu adanya hubungan

mahram antara laki-laki dan perempuan. Misalnya lagi, Pernikahan antara

laki-laki dan perempuan ternyata akhirnya diketahui bahwa perempuan

tersebut masih mempunyai hubungan Pernikahan dengan laki-laki lain atau

dalam masa iddah talak laki-laki lain. Sejak diketahuinya hal itu, Pernikahan

mereka dibatalkan sebab tidak memenuhi syarat sahnya akad nikah. Hal lain

yang membatalkan Pernikahan adalah Pernikahan orang Islam laki-laki

dengan istri yang kelima.

b. Terdapat hal baru yang dialami sesudah akad nikah terjadi dan hubungan

Pernikahan berlangsung yaitu dalam hal Pernikahan dilakukan dengan

penipuan, yakni suami yang semula beragama non islam kemudian masuk

islam hanya untuk menikahi wanita islam (secara formalitas) dan setelah

pernikahan terjadi suami kembali pada agamanya semula, maka Pernikahan


105

yang demikian dapat dilakukan pembatalan. Dalam Al Qur’an surat Al

Baqarah ayat 221, Al Mumtahanah ayat 10 mengenai larangan orang islam

menikahi orang non islam, misalnya suami istri pada waktu berlangsungnya

akad nikah beragama Islam tetapi setelah berumah tangga tiba-tiba suami

murtad, keluar dari agama Islam. Apabila telah diusahakan agar suami

kembali lagi beragama Islam tetapi masih menolak, maka hubungan

Pernikahan diputuskan sebab terdapat penghalang Pernikahan, yakni larangan

kawin antara perempuan muslimah dengan laki-laki non muslim.

Menurut Kompilasi Hukum Islam di dalam Pasal 70 Pernikahan

dinyatakan batal (batal demi hukum) apabila :

a) Suami melakukan Pernikahan, sedang ia tidak berhak melakukan akad

nikah karena sudah mempunyai empat orang istri, sekalipun salah satu dari

keempat istrinya itu dalam masa iddah talak raj’i;

b) Seseorang menikahi bekas istrinya yang telah dili’annya;

c) Seseorang menikahi bekas istrinya yang dijatuhi tiga kali talak olehnya,

kecuali bila bekas istrinya tersebut pernah menikah dengan pria lain yang

kemudian bercerai lagi ba’da dukhul dari pria tersebut dan telah habis

masa iddahnya;

d) Pernikahan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah,

semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi

Pernikahan menurut Pasal 8 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yaitu :

1. Berhubungan darah dalam garis lurus ke bawah dan ke atas;


106

2. Berhubungan darah dalam garis lurus keturunan menyamping yaitu

antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara

seorang dengan saudara neneknya;

3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan ibu dan

ayah tiri;

4. Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan dan

bibi atau paman sesusuan;

e) Istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemanakan dari istri

atau istri istrinya.

Sedangkan menurut Pasal 70 Kompilasi Hukum Islam Pernikahan yang dapat

dibatalkan adalah :

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi istri

pria yang mafqud;

e. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami yang

lain;

f. Pernikahan yang melanggar batas umur Pernikahan, sebagaimana

ditetapkan Pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974;

g. Pernikahan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang

tidak berhak;

h. Pernikahan yang dilaksanakan dengan paksaan.


107

Pembatalan Pernikahan sebagai salah satu upaya pemutusan hubungan

Pernikahan adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab badan peradilan,

mengingat akibat yang ditimbulkan tidak hanya menyangkut suami istri saja,

tetapi juga termasuk keturunan dan pembagian harta kekayaan hasil Pernikahan.

Gugatan pembatalan Pernikahan diajukan ke Pengadilan Agama yang mewilayahi

tempat Pernikahan itu dahulunya dilangsungkan, atau ke Pengadilan Agama yang

mewilayahi tempat tinggal suami istri yang bersangkutan, atau ke Pengadilan

Agama yang mewilayahi tempat kediaman salah seorang dari suami istri

tersebut.173

1) Pihak-pihak Yang Dapat Mengajukan Pembatalan Pernikahan. Mengenai

pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan Pernikahan, Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dapat diajukan oleh pihak-pihak yang

berhak mengajukan kepada pengadilan di daerah hukumnya yang meliputi

tempat berlangsungnya Pernikahan atau tempat tinggal kedua suami-istri,

suami atau istri (Pasal 38 ayat 1 PP Nomor 9 Tahun 1975). Sebenarnya

Undang-undang Pernikahan telah menentukan tentang hal ini, yaitu tercantum

dalam Pasal 23 dan Pasal 24, sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam diatur

dalam Pasal 73.

Mengenai pihak-pihak yang dapat melakukan pembatalan Pernikahan menurut

Undang-Undang Pernikahan diatur di dalam Pasal 23, yaitu :

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri;

b. Suami atau istri;


173
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ),
hal. 52.
108

c. Pejabat yang berwenang hanya selama Pernikahan belum diputuskan;

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 Undang-Undang ini dan

setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung

terhadap Pernikahan tersebut, tetapi hanya setelah Pernikahan itu putus.

Adapun pihak-pihak yang dapat melakukan pembatalan di dalam

Kompilasi Hukum Islam yang di atur di dalam Pasal 73, antara lain :

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari

suami istri;

b. Suami atau istri;

c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan Pernikahan menurut

Undang-Undang;

d. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat hukum

dalam rukun dan syarat Pernikahan menurut hukum Islam dan

peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 67.

Barang siapa yang karena Pernikahan tersebut masih terikat dengan salah satu dari

kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya Pernikahan tersebut, dapat

mengajukan pembatalan Pernikahan yang baru dengan tidak mengurangi

ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

5. Nikah dan Status Hukumnya

Hukum pernikahan dan pengaruh yang ditimbulkannya mengikuti

sifat-sifat akad itu sendiri, seperti sah, murni, batal, dan lain-lain. Pengaruh-
109

pengaruh ini akan berbeda karena perbedaan sifat, pengaruh akad yang sah

berbeda dengan akad yang bergantung, dan seterusnya.

a. Nikah Sah Murni dan Hukumnya

Pernikahan sah murnia adalah yang memenuhi segala persyaratan

akad, segala syarat sah, dan segala syarat pelaksanaan, yakni kedua orang

yang berakad, ahli dalam melaksankan akad, shighat-nya menunjukan

pemilikan kesenangan secara abadi, menyatakan dalam satu majlis ijab

dan qabul, tidak terjadi perbedaan antara mereka berdua, masing-masing

calon suami dan wali nikah mendengar suara yang lain, istri merupakan

objek penerima pernikahan yang diakadkan, dihadiri dua orang saksi yang

memenuhi segala persyaratan persaksian, dan masing-masing dari dua

orang yang berakad, berakal daari dua pihak bukan dari orang tua, harus

ada sifat syara’ yang menguasakan kekuasannya. Ketika berkumpul

beberapa syarat tersebut, maka akad pernikahannya menjadi sah murni dan

menimbulkan pengaruh-pengaruh syara’.174

b. Nikah yang Bergantung dan Hukumnya

Akad pernikahan yang bergantung adalah akad shahih yang terhenti

pada izin orang yang mempunyai kekuasaan, seperti akad pernikahan anak

kecil yang sudah pandai (mumayyiz) terhenti pada izin walinya,

terhentinya akad fudhuli (dilakukan orang lain bukan wakil dan bukan

pengganti) atas izin orang yang diakadi, yakni suami atau istri. Menurut

Imam Muhammad Al-Wali, wanita berakal dan baligh disamakan dengan

174
Ibid.,hlm. 127.
110

akad fudhuli. Jika ia dinikahkan tanpa didahului izin, akadnya bergantung

pada izinnya, kewaliannya berserikat, wali tidak memiliki hak paksa

menikahkan. Hukum akad bergantung pada izin dari wanita tersebut, jika

ia mengizinkan maka akad sah sempurna dan menimbulkan segala hukum,

seperti mahar, nafkah, waris, iddah, dan lain-lain. Sedangkan jika belum

izin maka tidak halal mencampurinya dan tidak ada waris antara mereka

berdua. Hanya jika telanjur bercampur dan istri mengandung, nasab anak

tetap atas diri suami, wajib ber-iddah sebab dipisahkan karena wajib

dipisahkan, dan suami wajib membayar mahar.

Dapat dipahami bahwa haram baginya saudara persambungan dan

sebab percampuran ini tidak menggugurkan hak wali untuk meralat

pernikahan ini. Ibnu Abidin berkata: “Hukum bercampur pada pernikahan

bergantung sama dengan hukum pernikahan fasid (rusak) gugurnya

hukuman, tetap nasab, dan wajib minimal membayar mahar yang

disebutkan dan mahar mitsil”

c. Nikah Yang Rusak Dan Hukumnya

Ulama Hanafiyah membedakan antara nikah batil dan fasid (rusak),

batil adalah sesuatu yang tidak disyariatkan pokok dan sifatnya seperti

menjual bangkai atau menikahkan wanita yang haram dinikahi. Sedangkan

fasid adalah sesuatu yang disyariatkan pokoknya, tidak sifatnya, yaitu

sesuatu yang kehilangan satu dari beberapa syarat seperti akad tanpa saksi

pernikahan yang dibatasi waktunya dengan menggunakan shighat nikah

atau kawin atau yang lain dari beberapa lafal yang menjadi akad nikah dan
111

berpoligami, yakni mengumpulkan dua perempuan bersaudara yang

keduanya haram terhadap yang lain (mahram). Apabila cacat terjadi pada

rukun akad nikah disebut batil dan jika terjadi di luar rukun akad, disebut

fasid (rusak), seperti mempersyaratkan suatu syarat yang tidak diperlukan

dalam akad.

Hukum akad nikah fasid tidak mewajibkan sesuatu dari pengaruh-

pengaruh pernikahan. Jika seseorang telah mencampuri wanita

berdasarkan akad nikah fasid ini hukumnya maksiat. Bagi kedua suami

istri yang telah melakukan akad fasid hendaknya berpisah dengan

kesadaran sendiri, karena melangsungkan akad fasid tidak diperbolehkan

menurut syara’. Apabila tidak berpisah (furqah) berdasarkan kesadaran

sendiri, bagi yang mengetahuinya wajib memisahkan mereka atau

melaporkan ke penghulu agar dipisahkan. Sesungguhnya hal tersebut

dilaksanakan karena memandang kemaslahatan kaum muslimin, baik dari

segi duniawi maupun ukhrawi. Ini merupakan salah satu tempat yang

diangkat tentang asumsi sah.

Departemen Pengadilan Mesir telah mengeluarkan tema tersebut pada

Nomor 35 Tahun 1918. Ada beberapa pengaruh akibat percampuran dalam

akad fasid, yaitu menolak hukuman zina karena adanya syubhat

(kesamaran). Jika mahar disebutkan dalam akad, kewajibannya adalah

membayar minimal dari yang disebutkan dan membayar mahar mitsil.

Demikian itu karena percampuran laki-laki dan wanita mewajibkan salah

satu dari dua perkara, yaitu mahar dan adakalanya hukuman. Hukuman di
112

sini sudah terhapus karena syubhat yang masih ada adalah mahar. Dalam

akad ini, mahar yang disebutkan tidak wajib dibayar penuh karena akad

fasid dikembalikan kepada nilai hakiki, yaitu mahar mitsil dalam masalah

ini, hanya jika mereka rela dengan yang sedikit maka tidak perlu ditambah.

Adapun hubungan seksual terbagi atas dua dua jenis hubungan, yaitu :

d. Hubungan seksual yang dihalalkan

Pada prinsipnya dalam Islam ada dua tujuan pokok dari lembaga

Pernikahan. Pertama, mendapatkan ketentraman hati, terhindar dari

kegelisahan, dan kebimbangan yang tidak berujung pangkal. Kedua,

melahirkan keturunan anak yang saleh/salihah, Allah SWT. berfirman :

              

               

Artinya :”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya175 Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain176, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”. (QS. An-Nisâ:1).

Allah SWT. Memberikan kebebasan seksual sebebas-bebasnya sesuai

dengan firmanya :

175
“Padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s.
berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan”.
176
“Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau
memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya
saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah”
113

              

    

Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,


Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman”. (QS. AL-Baqarah:223).

Dalil di atas menunjukkan, bahwa seksual adalah fitrah manusia yang

harus disalurka melalui nikah. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan keluarga

sakinah, mawaddah dan warahmah. Nikah menurut istilah ialah hubungan seksual

tetapi arti majazi, atau arti hukum ialah akad (perjanjian) nikah yang menjadikan

halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang

wanita. Menurut Imam Syafi’I, pengertian nikah adalah suatu akad yang

dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan

menurut arti majazi artinya hubungan seksual. Mahmud Yunus mengartikan nikah

sebagai hubungan seksual.

Sedangkan Hazairin mengatakan bahwa inti Pernikahan itu adalah

hubungan seksual, menurut beliau tidak ada nikah (Pernikahan) apabila tidak ada

hubungan seksual. Selanjutya, Ibrahim Hosen mengartikan nikah sebagai akad

dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita.177

Dapat dipahami bahwa nikah lebih berkonotasi pada hubungan seksual

antara laki-laki dan perempuan. hubungan seksual yang halal dalam pandangan

177
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam, Ed. Ke-2 (Jakarta: PT. Bumi
Aksara2002), hlm. 1-3
114

Islam adalah hubungan seks yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan

melalui pernikahan.

e. Hubungan seksual yang terlarang

Hubungan seksual yang terlarang maksudnya ialah hubungan suami istri

pada waktu waktu tertentu seperti sedang haid, nifas dan melakukan hubungan

seksual kepada wanita lain selain istrinya yang sah. Larangan berhubungan

seksual ketika istri dalam keadaan haid atau nifas, Allah SWT. berfirman :

              

              

 

Artinya :”Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “bahwa haid


itu adalah suatu kotoran.”Oleh sebab itu hedaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita (istri) di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci178apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.

Hubungan seksual yang terlarang selain yang disebutkan diatas dalam

Islam adalah homoseksual, perbuatan ini disebut liwâth. Istilah tersebut timbul

karena perbuatan itu pertama kali dilakukan oleh umat nabi Luth yang hidup

sezaman dengan nabi Luth dalam Alquran, sebagaiman yang terdapat dalam

surah, Al-A’râf (7): 80-84, Al-Hijr (15): 59-77, Al-Anbiyâ (21): 74-75, Asy-

178
Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar. (QS.
Al-Baqarah:222).
115

Syu’arâ (26): 160-175, An-Naml (27): 54-58, Al-Ankabût (29): 28- 35, Ash-

Shafaat (37): 133-138, dan Al-Qamar (54): 33-40.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

TABEL TIGA

PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN


(ROADMAP PENELITIAN)

No Penulis/Pen Judul Penelitian Info Penerbit Metode


eliti Hasil/Temuan
1 Isnaini Dan Bimbingan Fakultas Mengadakan kegiatan bimbingan
Slamet Konseling Islam Dakwah Uin konseling Islam bagi waria di
Kepada Waria Sunan Pondok Pesantren Waria Senin-
Kalijaga Kamis di wilayah Notoyudan
Yogyakarta Yogyakarta yang menjadi wadah
Jurnal untuk mendalami ilmu-ilmu agama
Dakwah, Vol. Islam dan tempat untuk
Xi No. 2, Juli- memfasilitasi kegiatan beribadah
Desember mereka
2010

2 Abdul Muiz Benang Kusut Insitut Studi Hukum-hukum tentang waria


Fiqh Waria Islam yang ada sekarang ini pada
(Analisis Kritis Fahmina (Isif) umumnya tidak menukik pada
Terhadap Polemik Cirebon eksistensi waria yang
Identitas Waria Jurnal at- sebenarnya. Islam telah
Dalam Islam) Turas Vol. 2 mengidentifikasi bahwa ada
No. 1, Januari- laki-laki yang tidak memiliki
Juni 2015 hasrat seksual kepada
perempuan yang disebut
dengan ghair ulil irbah min
al-rijal. Dalam hadits orang
seperti itu disebut
mukhannats. Tentang
mukhannats ini, Ibn Hajar
membagi dua; min ashlil
khilqah (diciptakan oleh
Allah) dan bil qashdi
(disengaja oleh manusia).
Lebih lanjut Ibn Hajar
mengatakan bahwa Islam
hanya melarang mukhannats
yang sengaja melakukan itu.
Sedangkan mereka yang
memang memang asli
penciptaan hanya diarahkan
agar berusaha mengubah
116

kepribadiannya.

3 Muhammad Eksistensi Diri Dosen Di Eksistensi kebebasan


Ramadhana Waria Dalam Fakultas yang para waria lakukan dapat
Alfaris1 Kehidupan Sosial Hukum, dikatakan memiliki tanggung
Di Tengah Universitas jawab atas eksistensinya secara
Masyarakat Kota Widyagama, individu dan juga secara
(Fenomenologi Jurnal Hukum kolektif. Mereka masih memiliki
Tentang Volume 1 / malafide (bad faith) di mana
Eksistensi Diri Nomor 1 / aksi perilakunya selalu didorong
Waria Urbanisasi Juni 2018 oleh dirinya dan tekanan
Di Kota Malang) eksternal yang menuntutnya.
Upaya-upaya yang dilakukan
waria adalah urbanisasi memilih
pindah dari tempat tinggal
asalnya ke kota lain dengan
tujuan ingin tetap
mempertahankan eksistensi
dirinya

4 Fitri Sanksi Bagi Dosen Pada Islam mengharamkan zina, gay,


Wahyuni Pelaku Lgbt Fakultas lesbian dan penyimpangan seks
Dalam Aspek Hukum lainnya yang lebih dikenal dengan
Hukum Pidana Universitas LGBT dengan menjatuhkan sanksi
Islam Indragiri yang tegas bagi pelaku-nya.
Islam Dan
Jurnal Lex Bertujuan untuk menjaga
Kaitannya Dengan
Librum, Vol. kelestarinya kesucian dari sebuah
Hak Asasi Iv, No. 2, Juni
Manusia keturunan. Ke-tegasan sanksi yang
2018, Hal. 726 diberikan kepada pelaku LGBT
- 735 dalam hukum islam agar para
pelaku tidak mengulangi perbuatan
yang sama dikemudian hari, dan
tujuan penjatuhan sanksi ter-sebut
sesuai dengan tujuan hukum pidana
Islam yang paling utama adalah
rahmatan lila’lamin. Ketegasan
hukuman yang ditetapkan Allah
merupakan kasih sayang-Nya (rah-
mat) kepada manusia dan alam
sekitarnya, agar hidup menjadi
tentram, adil, damai dan se-jahtera

5 Rohmawati Perkawinan Iain Perkawinan adalah cara hidup yang


Lesbian, Gay, Tulungagung fitrah, bagi manusia yang bernaluri
Biseksual Dan Jl. Mayor seksual dan berketurunan, diberi
Transgender/Trans Sujadi Timur pedoman hidup berkeluarga secara
46 beradab dan berkehormatan melalui
eksual (Lgbt)
Tulungagung jalan perkawinan. Dalam Islam,
Perspektif Hukum Email: jenis perkawinan LGBT tidak dapat
Islam Rahma.Hm09 dibenarkan (haram) karena
@Yahoo.Co.Id bertentangan dengan pedoman
Ahkam, hidup berkeluarga yang tercermin
Volume 4, dalam wahyu transendental (al-
Nomor 2, Qur’an dan hadis), karena
November perkawinan LGBT mengancam
117

2016: 305-326 eksistensi kemaslahatan manusia


yang bersifat esensial, yakni
merusak keturunan, akal, jiwa, dan
kehormatan manusia. Jika telah
terjadi perkawinan, maka status
perkawinannya tidak sah karena
terdapat syarat-rukun yang tidak
terpenuhi, yakni mengenai
keniscayaan adanya pasangan laki-
laki dan perempuan.

6 Fathonah Realita Taghyir Stai Al- Fenomena taghyir al-jins


Al-Jins Dan Hikmah (transgender) merupakan persoalan
Hukum Tuban, Email : serius yang bukan saja berkaitan
Perkawinannya Fath24@Yaho dengan hukum perdata, tetapi juga
Dalam Perspektif o.Com hukum Islam. UU yang mengatur
Islam Di Al Hikmah itu belum ada. Padahal fenomena
Indonesia Jurnal Studi perkawinan transgender sudah
Keislaman, menggejala. Berikut ini hasil kajian
Volume 5, dan penetuan hukum nikah
Nomor 2, transgender yang dapat disimpulkan
September penulis yaitu :
2015
a) Bagi seorang yang terlahir
normal dan telah melakukan
taghyir al-jins, maka hukum
pernikahannya haram.
b) Bagi seorang yang terlahir ada
kecacatan fisik pada atribut
kelaminnya atau tidak ada
sama sekali dan telah
melakukan operasi kelamin,
baik sebagai khuntsa atau
mukhannats alami maka
hukum perkawinannya boleh.
c) Bagi seorang khuntsa (musykil
atau ghair musykil) dengan
operasi membuang salah satu
kelaminnya, maka hukum
pernikahannya adalah boleh.
Atau, jika ia tidak melakukan
operasi, maka pernikahannya
harus didasarkan pada
pengakuannya atau melalui
pemeriksaan dan ketetapan
para ahli apakah ia sebagai
laki-laki atau perempuan.

7 Mochamma Analisis Yuridis Tesis, Fakultas Akibat hukum setelah terjadinya


d Fauzi Perkawinan Bagi Hukum pergantian jenis kelamin
Aldy Pasangan Yang Universitas (transgender) di Indonesia
Sudah Berganti Sumatera berdasarkan Pasal 56 ayat 1
Jenis Kelamin Di Utara Medan Undang-Undang No. 24 Tahun
Indonesia Menurut 2017 2013 tentang Perubahan atas
118

Undang-Undang Undang-Undang No. 23 tahun 2006


No. 1 Tahun 1974 tentang Administrasi
Tentang Kependudukan adalah bahwa orang
Perkawinan Dan yang mengganti jenis kelamin harus
Hukum Islam mengajukan permohonan
pengesahan jenis kelamin yang
baru ke Pengadilan dan juga
merubah data kependudukannya
khususnya dalam hal jenis kelamin
di Disduk Capil dengan membawa
penetapan pengadilan.
Pandangan hukum Islam terhadap
perkawinan bagi orang yang telah
melakukan penggantian jenis
kelamin (sex reassignment surgery)
adalah haram hukumnya karena
orang yang telah melakukan
pergantian jenis kelamin tersebut
yang melangsungkan perkawinan
dengan orang lain pada prinsipnya
ia telah melakukan perkawinan
dengan jenis kelamin yang sama.

8 Roby Globalisasi Program Studi Indonesia sebagai negara hukum


Yansyah & Lesbian, Gay, Magister Ilmu dan negara yang mengakui
Rahayu Biseksual, Dan Hukum eksistensi agama, dalam
Transgender Fakultas menghadapi fenomena globalisasi
(Lgbt) : Perspektif Hukum LGBT harus bersikap tegas untuk
Ham Dan Agama Universitas menolak legalisasi praktek perilaku
Dalam Lingkup Diponegoro seksual yang menyimpang
Hukum Di Jl. Imam (perbuatan-perbuatan yang
Indonesia Bardjo, S.H. mengindikasikan orientasi seksual
No. 1-3, pada sesama jenis). Oleh sebab itu,
Kampus negara tetap harus melindungi kaum
Pleburan, LGBT dari segala bentuk
Semarang pelanggaran HAM yang terjadi.
50241 Selain itu, perlu diperhatikan bahwa
robyyansyah1 penegakan HAM atas mereka juga
2@gmail.com memiliki batasan menghormati
Jurnal Law HAM orang lain, norma agama,
Reform etika, dan budaya masyarakat di
MagisteIlmu sekitar mereka.
Hukum diperlukan langkah-langkah konkrit
Volume 14, sebagai upaya ‘penyembuhan dan
Nomor 1, pemulihan’ kaum LGBT. Salah
Tahun 2018 satunya adalah dengan
memfasilitasi proses penyembuhan
dan pemulihan tersebut seperti
dengan mendirikan tempat-tempat
yang dapat dijadikan basis ‘healing
centre’. Tempat di mana kaum
LGBT akan mendapatkan
bimbingan dari berbagai ahli
dengan berbagai metode
penyembuhan (terapi psikologi,
119

terapi behavior, bimbingan


spiritual, agama, dll).

9 Gibtiah, Perbandingan Fakultas Transeksual sering difahami


tentang Khunsa Syari’ah dan masyarakat sebagai Kelamin Ganda
dengan Hukum dalam duania medis istilah ini
Transseksual dan Universitas dikenal denngan Ambiguous
Transgender Islam Negeri genitalia yang artinya kelamin yang
(Telaah Pemikiran Raden Fatah meragukan
Ulama’ Klasik Palembang, Transgender adalah orang yang
Dan Ulama’ Indonesia cara berprilaku atau
Modern), Email: penampilannya tak sesuai dengan
gibtiah@raden peran gendernya pada umumnya.
”Transgender merupakan orang
fatah.ac.id
yang dalam berbagai level
Intizar, Vol.
“melanggar” norma kultural
20, No. 2,
mengenai bagaimana pria atau
2014 wanita itu sendiri”, Transgender
berhenti hanya pada aspek prilaku
atau penampilan (zahir) saja.
khun-tsa ini merupakan bagian dari
qadha' yang ditetapkan oleh Allah,
maka waria atau Transgender
adalah bentuk penyimpangan
perilaku..
Khunsa adalah kelompok manusia
yang memiliki kelamin ganda yang
terbagi kepada Khunsa Musykil
dan Gahiru musykil, sedangkan
yang masuk kategori Mukhannas
yaitu kelompok waria, atau banci
yang bagian dari kaum Transgender
dengan kelamin satu namun mereka
bermasalah dari segi kejiwaan atau
naluri mereka yang memiliki
kelainan atau penyimpangan.
10 Mu’adil Konseling Islam Fakultas Penelitian menghasilkan bahwa
Faizin Sebagai Solusi Syari`Ah Dan transgender adalah salah satu dari
Fenomena Hukum penyakit mental. Banyak di antara
Transgender Konsentrasi pengidap transgender mengalami
Hukum Bisnis depresi dan berujung pada tindakan
Syariah bunuh diri. Dalam ilmu psikologi,
Universitas intervensi spiritual adalah hal yang
Islam Negeri terpenting dalam mengobati
Sunan penyakit mental, oleh karena itu
Kalijaga konseling Islam sebagai solusi
Muadilfaizin fenomena transgender dilakukan
@Yahoo.Com, dengan beberapa langkah; pertama,
Jurnal memberi pemahaman terkait
Nizham, Vol. kepercayaan diri; kedua,
05, No. 01 memasukan asas aqidah Islam;
Januari-Juni ketiga, mengajak mendekati Allah
2016 SWT; keempat, memberi
pengetahuan Islam terkait hukum
Islam transgender.
120

11 Muhammad Lesbian, Gay, Fakultas Perspektif psikoseksual, manusia


Rizki Akbar Biseksual Dan Psikologi, Uin secara inheren adalah biseksual.
Pratama, Transgender : Ar-Raniry Seseorang hingga mampu
Rahmaini Tinjauan Teori Banda Aceh menyatakan dirinya LGBT atau
Fahmi, Psikoseksual, Psikis : Jurnal heteroseksual adalah ketika ia
Fatmawati Psikologi Islam Psikologi Islami berada di fase falik, dimana pada
Dan Biopsikologi Vol. 4 No. 1 fase ini titik kenikmatan terletak
Juni 2018: 27-34 pada alat kelamin. Berdasarkan
psikologi kepribadian islam,
perilaku LGBT merupakan jenis
kepribadian ammarah yang
didominasi oleh hawa nafsu 55%
dibantu oleh daya akal 30% dan
daya qalbu 15%. Sedangkan
berdasarkan sudut pandang
biopsikologi, perilaku LGBT tidak
dipengaruhi oleh hormon melainkan
terjadi karena adanya perubahan
struktur otak yang disebabkan oleh
pengalaman dan lingkungan yang
disebut dengan plastisitas dimana
perilaku seseorang mampu
mengubah bentuk otak manusia itu
sendiri.
12 Anis Pemberdayaan Skripsi, Komunitas yang dibentuk ini
Ma’rifah Mental Waria Di jurusan diharapkan bisa merubah pikiran
Pesantren Senin- Pengembanga masyarakat terhadap buruknya
Kamis Notoyudan n Masyarakat waria,yang mana pertemuan
Yogyakarta, Islam Fakultas komunitas para waria tersebut
Dakwah Dan berada di pesantren dengan naungan
Komunikasi seorang waria yang bernama
Universitas mariani. Pesantren waria memiliki
Islam Negeri makna substantif sebagai tempat
Sunan bagi santri (dalam hal ini adalah
Kalijaga waria) untuk memahami dan
Yogyakarta, mendalami ilmu-ilmu agama yang
2014 kemudian mereka bisa
mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Disamping sebagai
sebuah lembaga pendidikan
pesantren juga memiliki peran
sebagai sebuah lembaga
pemberdayaan masyarakat.
121

Untuk memperjelas disertasi yang penulis buat, dengan ini penulis akam

memaparkan beberapa hasil penelitian dalam jurnal nasional yang ada kesamaan

denga judul yang penulis angkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan dari penelitian di atas, maka disertasi dengan judul “ Transegender

menurut buya Hamka (1908-1981) dalam kitab tafsir al-Azhar” belum pernah

dilakukan oleh peneliti, baik dari skripsi, tesis, maupun disertasi bahkan jurnal,

oleh karena itu layak dan pantas untuk diteliti dalam disertasi ini. Perbedaan yang

signifikan dalam disertasi yang peneliti buat ini adalah apa yang melatar belakangi

pendapat buya hamka tentang kebolehan seseorang merubah status identitas

gender dari laki-laki ke perempuan dan apa metode beliau dalam menetapkan

hukum tersebut.
122

BAB III

BIOGRAFI BUYA HAMKA DAN KEILMUANNYA

A. Sejarah kelahiranBuya Hamka

Di tepi danau Maninjau, disuatu kampong bernama Tanah sirah, termasuk

daerah Negeri sungau batang yang konon sangat indah pemandangan alamnya,

pada hari ahad petang malam senin, tanggal 13 masuk 14 Muharram 1326 H

bertepatan dengan tanggal 16 Februari, lahirlah seorang bayi laki-laki dalam

keluarga Ulama Dr. Haji Abdul Karim AmRullah. Bayi laki-laki itu diberi

nama “Abdul Malik”, nama itu diambil dari nama Dr. Haji Abdul Karim

Amrullah untuk mengenang gurunya, syekh Ahmad Khathib di Mekkah, yang

bernama Abdu Malik juga. Abdul Malik bi Syekh Khathib ini pada zaman

pemerintahab Syarif Husain di Mekkah pernah menjadi Duta besar kerajaan

Hasyimiyah di Mesir, barangkali dimaksudkan sebagai do’a nama kepada


1
penyandangnya. Pada tahun 1941 (Hamka) diasingkan Belanda ke Sukabumi

karena fatwa-fatwa yang dianggap mengganggu keamanan dan keselamtan

umum. Beliau meninggal di Jakarta tanggal tanggal 21 Juni 1945, dua bulan

sebelum Proklamasi.2 Ibunya bernama Siti Shafiyah tanjung Binti Haji

1
Mohammad Damami, Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka ), (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2000), hlm. 28
2
Titiek W.S, Nama saya: Hamka, dalam Nasir tamara, dkk, Hamka dimata hati umat,
(Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm. 51
123

Zakariya (w.1934)3 Ayah dari pihak ibu (kakek Hamka dari pihak ibu)

bernama gelanggang gelar bagindo nan Batuah. Di kala mudanya terkenal

sebagai guru tari, nyanyian dan pencak silat. Di waktu masih kecil Hamka

selalu mendengarkan pantun-pantun yang berarti dan mendalam dari beliau.4

Nama HAMKA melekat stelah ia,untuk pertama kalinya naik haji ke Mekah

pada tahn 1927.5 HAMKA (akronim pertama bagi orang indonesia), yaitu

potongan dari nama lengkap, Haji Abdul Malik Karim Amrullah.6

Waktu kecilnya, Hamka lebih dekat dengan andung (nenek) dan engkunya

(kakek), di desa kelahirannya. Sebab, ayahnya, DR. Haji Abdul Karim

Amrullah, adalah ulama modernis yang banyak diperlukan masyarakat pada

waktu itu sehingga hidupnya harus keluar dari desa kelahiran Hamka, seperti

ke kota padang. Menurut penuturan Hamka sendiri, dia merasa dekat dan

sayang kepada kakek dan neneknya dibandingkan terhadap ayah dan ibunya

sendiri. Dengan ayahnya, Hamka lebih banyak merasa takut dari pada sayang.

Ayahnya dirasakannya sebagai orang yang kurang mau mengerti jiwa dan

kebiasaan anak-anak. Ayahnya dinilainya terlampau kaku dan bahkan secara

diametral dinilainya bertentangan dengan kecenderungan masa kanak-kanak

yang cenderung ingin “bebas” mengekspresikan diri, atau “nakal”, sebab

kenakalan anak-anak, betapapun nakalnya, asal masih dalam batas-batas

kewajaran adalah masih lumrah bahkan demikian menurut Hamka. Hamka

3
Samsul nizar, memperbincangkan dinamika inteletual dan pemikiran Hamka tentang
pendidikan islam, (jakarta: kencana, 2008), hlm. 17.
4
Titiek W.S, Nama saya: Hamka, dalam Nasir tamara, dkk, HAMKA dimata hati umat,
(Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm. 51
5
Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh islam yang berpengaruh pada abad 20, (Jakarta:
Gema Insani, 2006),hlm.60
6
Titik, op.cit hlm. 51
124

sendiri pada masa kecilnya tergolong anak yang tingkat kenakalannya cukup

memusingkan kepala. Kenakalan kanak-kanak itu mulai tampak tatkala

Hamka berusia empat tahun (1912) dan mengalami puncaknya pada usia dua

belas tahun (1920). Di antara kelakuan-kelakuan yang di anggap “nakal”,

kurang terpuji menurut masyarakat terhadap Hamka, antara lain :

(1) belajarnya tidak karuan (dia hanya menyelesaikan “sekolah desa”


sampai kelas II saja dan “sekolah diniyah” dan “tawalib” tidak lebih dari lima
tahun; (2) bergaul dengan para “Preman”, atau masuk kalangan “parewa”, sebab
dia juga mengerjakan sebagaian dari tingkah laku kelompok itu seperti suka
menyambung ayam, berkeahlian silat untuk kepentingan kesukaan berkelahi.
Tetapi Hamka, menurut pengakuannya dan juga menurut pengamatan orang lain,
belum pernah melakukan perjudian; (3) suka keluyuran ke mana-mana, seperti
sering berbelok niat dari pergi ke surau menjadi ke gedung bioskop untuk
mengintip lakon film bisu yang sedang diputar (yang oleh karena itu Hamka sejak
kecil telah sangat mengenal aktor semacam Eddie polo, aktris semacam Marie
Walcamp dan sebagainya) memanjat pohon jambu milik orang lain, mengambil
ikan di kolam milik orang lain, kalau kehendaknya tidak dituruti oleh kawannya,
maka kawannya itu diganggunya, pendeknya hampir seluruh penduduk kampung
sekeliling padang panjang tidak ada yang tidak kenal akan “kenakalan” Hamka
kecil ini.7
Menurut Hamka sendiri, kenakalannya itu semakin menjadi-jadi setelah
dia menghadapi dua hal yang sama sekali belum dapat dipahaminya.
Pertama, dia tidak mengerti mengapa ayahnya memarahi apa yang

dilakukannya sedangkan menurut pertimbangan akalnya justru apa yang

dilakukan itu telah sesuai dengan anjuran ayahnya sendiri. Hal kedua, yakni hal

yang antara lain menyebabkan kenakalan Hamka kecil menjadi-jadi, adalah


7
Muhammad damai, Tasawuf positif, hlm. 29
125

peristiwa perceraian antara ayahnya, DR.Haji Abdul Karim Amrullah, dengan

ibunya tercinta shafiyah. Kejadian ini sangat memukul batin Hamka kecil.

Akibat dirinya merasa terasing dari ayahnya, sebab dia senantiasa

bertentangan gaya hidup dengan ayahnya dan juga disebabkan perceraian ayah

dengan ibunya, maka dia merasa tidak punya lagi apa yang seharusnya dapat

dijadikan pedoman dalam hidup. Sementara itu, hubungannya dengan ayahnya

kian dirasakan makin renggang jauh. Mulailah dia menyisihkan diri, hidup sesuka

hatinya, bertualang kemana-mana, untuk menghibur diri dari duka atas tuduhan

pada dirinya sebagai anak yang “nakal”, “durjana” dan “tidak diharapkan menjadi

baik lagi”. Sekali-sekali saja dia pulang untuk menengok adiknya di rumah,

setelah itu dia pergi bertualang lagi, dia tidak ambil pusing apakah orang masih

mau menyelami jiwanya waktu itu atau tidak.8

Kehidupan Hamka kecil yang cukup memprihatinkan di atas hampir

berjalan selama setahun, yaitu dari usia 12 tahun sampai dengan usia 13 tahun,

atau sampai sekitar tahun 1921. Sisi positif dari perilaku Hamka kecil mulai dari

usia 12 tahun (1920) sampai dengan usia 15 tahun (1923) adalah sebagai berikut :

Sudah mulai gemar membaca buku-buku, baik itu cerita sejarah

kepahlawaan atau artikel-artikel di surat kabar yang memuat kisah perjalanan dan

sebagainya. Dari kegemaran membaca ini, kesadaran auto didact Hamka

membaca ini, kesadaran muto didact Hamka kecil sampai dengan masa tuannya

menjadi sangat terdukung. Kebiasaan gemar membaca sejak kecil ini, sekalipun

senantiasa mendapat marah dari ayahnya (lantaran si Hamka kecil hanya suka

8
Ibid, h. 35
126

membaca buku cerita, sejarah kepahlawanan, kisah perjalanan dan sebagainya,

bukan kitab tata bahasa arab (nahwu) atau kitab derivasi kata Arab (saraf) dan

sejenisnya), namun oleh Hamka kecil tetap dilakukannya, bahkan diam-diam

Hamka kecil sudah mulai menulis surat yang ditujukan kepada gadis. Barangkali,

inilah antara lain bekal pertama keberaniannya menulis, disamping bakat yang

dimiliki sebagai hasil warisan darah dari ayahnya (DR. Haji Abdul Karim

Amrullah dikenal sebagai cukup banyak menulis karangan dan kitab).

Suka kemampuan daya khayal (fiction) dengan cara banyak mendengar

dan merekam dongeng, cerita sehari-hari yang sedang merebak (cerita tentang

hantu misalnya), “pidato-pidato adat” dengan menghadiri pertemuan para

penghulu (ninik mamak, datuk-datuk) mengadu keindahan suara balam (butung

terukur) atau kalau ada perayaan pelantikan para penghulu yang banyak

mengungkap kata-kata kebesaran adat tambo, keturunan dan dongeng-dongeng,

bahkan si Hamka kecil berani bertanya langsung kepada orang-orang tua yang

pandai mengucapkan “Pidato adat” itu kemudian dicatatnya dalam buku tulisnya.9

Sementara Hamka kecil mencoba terus untuk memadukan

antara”kesukaan hidupnya’ (sesuai dengan fitrah kekanak-kanakannya) dengan

“keinginan ayahnya”, nampaknya Hamka kecil merasa “gagal”. Hal itu terbukti

senantiasa terkena marah ayahnya, tak pernah dapat persetujuan, apabila

mendapat pujian. Rumah ayahnya, karenanya, dianggap sebagai “penutup

pikiran” saja. Oleh karena itu dia ingin “mencari sesuatu” yang dapat

melonggarkan kesumpekan hatinya. Diputuskanlah untuk berbuat nekat, yaitu

“lari”. Kemana dia ingin “lari” itu? Dia ingin berkelana ke sebuah (pulau yang
9
Ibid, hlm.36
127

sering dikenalnya lewat bacaannya, yaitu: Jawa. Dalam proses “pelarian itu”, dia

tidak tahu apa yang akan dapat diraihnya dalam perkenalannya itu dan yang pasti

adalah dia ingin lewat bengkulen (bengkulu), sebab di sana saudara persukuannya

yang dapat dimintai belanja untuk biaya ke pulau Jawa.10

Sungguh, dengan gejolak keremajaannya yang masih kurang sekali

perhitungannya, dia berjalan darat, bukan melalui kota-kota besar, melainkan juga

sampai menelusuri lubang-lubang tambang. Hal ini dimaksudkannya agar dia

lebih panjang lagi berkeliling sumatera, terutama sumatera selatan (menurut peta

wilayah sekarang). Ada yang mengatakan ia berangkat telah membawa penyakit

cacar, yang lain mengatakan ia terkena cacar karena akibat perjalanan penjangnya

lewat pelosok-pelosok, ia di Bengkulu jatuh sakit cacar ini. Dalam keadaan sakit

cacar (ditambah lagi sakit malaria) Ia mulai menyadari dan marasa rindu kepada

dan kasih sayang ayah dan ibunya. Pengalaman hidup yang paling mengesankan

dalam masa “pencarian” itu (lari dari rumah menuju pulau Jawa Bengkulu) adalah

pengalaman jatuh sakit keras tersebut. Setelah Ia sembuh dengan hadia campak

bekas luka di wajahnya, bahkan ditambah lagi rambut berguguran serta penuakit

kudis, akhirnya ia pulang ke kampong halamannya. Kata Mohammad Zein Hasan,

kawan sepermainan Hamka kecil, kepulangan Hamka kecil kerumah kali ini

sudah sedikit mengubah cara hidupnya, Hamka kecil sekarang sudah agak serius,

pengalaman hidup yang paling pahit yang dialaminya, ditambah lagi dengan

kesungguhannya, banyak membaca yang ditopang dengan daya ingatnya yang

kuat, Hamka kecil mencoba untuk mengembangkan dirinya untuk waktu-waktu

10
Mohammad Daman, Tasawuf Positif (dalam pemikiran Hamka), (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2000), hlm. 37
128

kemudiannya. Ia gagal pergi ke pualau Jawa, tetapi ia mendapat keuntungan lain,

Ia mendapat sedikit kesadaran untuk memperbaiki citra dirinya selama ini.

waktu kemudiannya. Dia memang gagal pergi ke pulau Jawa tetapi ia

mendapat keuntungan lain, yaitu mendapat sedikit kesadaran tentang tampang dan

bakat “percata kepada diri sendiri.”11

B. Pendidikan Hamka

Sejak kecil, ia menerima dasar-dasar agama dan membaca Al-Qur’an

langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang

panjang. Pada usia 7 tahun, ia kemudian dimasukkan ke sekolah desa hanya

sempat dienyam sekitar 3 tahun dan malamnya belajar mengaji dengan

ayahnya sampai tamat.12 Bidang bahasa merupakan kesukaan Hamka dari

bidang ini, ia membuatnya cepat menguasai bahasa Arab sehingga ia

mengenal dunia secara lebih luas, baik hasil pemikiran klasik Arab ataupun

Barat. Karya para pemikir Barat ia dapat dari hasil terjemahan ke bahasa

Arab. Melalui bahasa juga Hamka kecil suka menulis dalam bentuk apa saja

seperti : puisi, cerpen, novel, tasawuf, dan artikel-artikel tentang dakwah.

Semua itu dilakukan dengan sendiri (belajar otodidak)13

Pendidikan formal dilakukan sangat sederhana. Diawali tahun 1916

samapai 1923, ia belajar gama di lembaga pendidikan Diniyah School di

Padang Panjang serta Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan Parabek,.

11
Ibid, h. 37
12
Samsul Nizar, Memperbincangkan dinamika Intelektual dan pemikitan Hamka tentang
pendidikan Islam, (Jakarta :, 2007). Hlm.18
13
Herru Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpegang pada ahab 20, (Jakarta :
Gema Insani, 2006), hlm. 60
129

Meskipun pernaj duduk di kelas VII, ia tidak mempunyai ijazah. Guru-

gurunya waktu itu adalah :

a. Syekh Ibrahim Musa Parabek

b. Engku Mudo Abdul Hamid Hakim

c. Sultan Marajo dan

d. Syekh Zainuddin Labay El-Yunusiy

Penerapan pendidikan masa itu bersifat tradisional menggunakan sistem

halaah. Tahun 1916 penerapan sistem klasikal diperkenalkan di Sumatera

Thawalib Jembatan Besi belum memiliki bangku, meja, kapur, dan papan tulis.

Meteri pendidikan memakai metode pengajian kitab-kitan klasik, seperti nahwu,

shraf, mantiq, bayan, dan yang sejenisnya.

Metode pendidikan dilakukan dengan aspek hafalan. Metode ini

merupakan sistem yang paling efektif terhadap pelaksanaan pendidikan. Selain

metode hafalan ada juga metode membaca dan menulis huruf Arab dan latin.

Diutamakan adalah mempelajari dengan membaca kitab-kitab arab klasik dengan

buku-buku standar seperti pelajaran sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan

pelaksanaan pendidikan itu tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal.

Banyak diantara teman-teman Hamka yang fasih membaca kitab, tetapi tidak bisa

menulis dengan baik. Hamka tidak merasa puas pendidikan dimasa itu, ia tetap

juga mengikutinya denga seksama.

Diantara metode yang digunakan guru-guru Hamka hanya mengunakan

metode pendidikan yang digunakan oleh Engku Zainuddin Labay al-Yunusy

menarik hatinya. Yaitu dengan pendekatan mengajar (“Transfer Of Knowledge”),


130

selain itu juga mengunakan metode proses mendidik ( “Transformation Of

Value”). Di Diniyah School (“Suatu sekolah yang mengakaji ilmu-ilmu agama

Islam yang didirikan oelh syekh Zainuddin Labay”.) di Padang Panjang. 14 Hamka

telah mengenal bentuk lembaga pendidikan modern dengan kurikulam pendidikan

yang lebih sistematis, mengenal pendidikan klasikal dengan menyediakan kursi

dan bangku tempat duduk siswa, menggunakan buku-buku di luar kitab standar,

serta menerima ilmu-ilmu umum seperti bahasa, matematika dan ilmu bumi.

Wawasan Engku Zainuddin yang demikan luas, telah ikut membuka

cakrawala intelektual Hmaka tentang dunia luar. Bersama dengan Engku Dt.

Sinaro, Engku Zianuddin memiliki percetakan dan perpustakaan sendiri dengan

nama pustakanya adalag Zinaro. Pada awalnya Hamka hanya diajak untuk

membantu melipat-lipat kertas pada percetakan itu. Sambil bekarja Hamka

diizinkan untuk membaca buu-buku yang ada diperpustakaan itu. Berawal dari

sinilah Hamka memiliki kesempatan membaca berbagai macam buku-bukum,

seperti agama, filsafat dan sastra.

Kemampuan bahsa Arab dan daya ingatan yang kuat dan gemar membaca

buku sehingga mengantarkan Hamka mulai mengetahui karya-karya filsafat

Aritoteles, Plato, Pythagoras, Plotinus, Ptolemaios dan ilmuan lainnya, membuka

cakrawala pemikirannya semakin luas.

Sikap kehati-hatian Hamka dalam menerima informasi terhadap karya-

karya ilmuan nonmuslin Dalam menerima berbagai informasi pada karya-karya

ilmuan nonmuslim, sikap kehati-hatian ini ia dilatar belakangi oleh dua pokok

14
Nur hamim, Manusia dan pendidikan elaborasi pemikiran Hamka, (Sidoarjo: Qisthos,
2009), hlm. 26
131

pikiran yaitu : Pertama pada bidang sejarah Hamka melihat adanya kesalahan data

dari fakta sesungguhnya. Kesalahan pada tulisan ini perlu dicurigai yang

dilakukan oleh kolonialisme. Kedua, pada bidang keagamaan terdapat upaya

untuk mendeskreditkan Islam. Tidak sedikit para penulis tersebut membawa

pesan-pesan misionaris.

Objektivitas tetap terjaga denga baik dan orisional, langkah yang

dilakukan Hamka adalah perlu adanya upaya untuk melakukan penulisan ulang

terhadap permasalahan-permasalahan tersebut. Sikap Kehatian-hatian Hamka

terhadap ilmu umum ia menerima karya-karya yang tulis oleh pemikiran Barat,

Hamka menyarankan agar umat Islam tetap bekerja sama dengan setiap pemeluk

antar agama dan mengambil hal-hal yang bersifat positif bagi dinamika umat

Islam.15

Di usia yang sangat muda yaitu pada usia 16 tahun (pada tahun 1924)

Hamka sudah melalang buana. Ia sudah meninggalkan Minang Kabau pergi ke

pulau jawa16

Sistem pendidikan yang membuat Hamka merasa kurang puas dengan

pelaksanaan pendidikan pada waktu itu, Hamka berkeinginan untuk merantau

guna menambah wawasan dan intelektual ke Jawa. Pertama Hamka berkunjung ke

Jawa berniat mengunjungi kakak iparnya yaitu AR St. Mansur dan kakaknya

Fathimah yang tinggal di Pekalongan. Pada awalnya Hamka dilarang berangkat

kesana karena khawatir dengan pengaruh paham komunis yang mulai berkembang

15
Samsu Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka
Tenntang Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 3008), hlm. 21
16
Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh islam yang berpengaruh pada abad 20, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), hlm.61
132

pada saat itu. Keinginan Hamka untuk menambah ilmu pengatahuan dan ayahnya

yakin Hamka tidak akan terpengaruh, akhirnya ayahnya mengizinkan Hamka

untuk berangkat.17

Hamka muda berangkat ke Yogyakarta pada akhir tahun 1924 dengan

seorang saudagar. Di Yogyakarta Hamka muda menumpang hidup di rumah orang

sekampung satu-satunya yang berada di kota Yogyakarta itu yaitu bernama Marah

Intan.

Di kampong Ngampilan, tepatnya, kira-kira 1 kg dari kampong Kauman

kearah barat, sebuah kampong tempat kelahiran dan sekaligus wilayah awal

tempat pergerakan perserikatan Muhamadiyah. Di kaota ini Hamka kecil bertemu

dangan Adik ayahnya Ja’far Amrullah, yang kebetulan juga sedang belajar agama.

Hamka muda merasa heran, kenapa pamannya itu harus belajar agama lagi di

Yogyakarta, apalagi hanya dalam tempo dua bulan saja. Bukankah semula

pamannya itu telah cukup belajar agama di sumatera?. Lebih heran lagi, pamanya

itu belajar agama pada pagi, petang dan malam hari.18

Ketika Hamka muda diajak bertandang sama pamannya kepada beberapa

guru yang berkedudukan juga sebagao tokoh pergerakan, disinilah teka-tiki diatas

baru terjawab yaitu :

a. Berguru kepada penafsiran kitab suci al-Qur’an berguru kepada H.O.S

Cokrominoto tentang paham “sosialisme dan Islam”

17
Samsul nizar, Memperbincangkan dinamika intelektual dan pemikiran Hamka tentang
pendidikan islam. hlm. 22
18
Mohammad damami, Tasawuf Positif (dalam pemikiran Hamka), (Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2000), hlm. 41
133

b. Berguru kepada Haji Fakhruddin tentang “Agama Islam” dalam tafsir modern

dan

c. Berguru kepada R.M Suryopranoto mempelajari tentang “Sosiologi”. Ki bagus

Hadikusuma yang kelak terpilih sebagai ketua pimpinan Muhamadiyah

(1942-1953), H.O.S cokroaminoto adalah tokoh sarekat Islam, jago pidato,

berdakwah biru, cucu bupati ponorogo, Haji Fakhruddin dikenal tikih

Muhamadiyah, dan R.M Suryono (saudara laka-laki Soewardi Surtaningrat

atau Ki Hajar Dewantara, tokoh pendiri taman siswa), tokoh kebudayaan

yang mendirikan gerak “Wedi Kaskoyo” dan juga sebagai aktivis sarekat

Islam di Yogyakarta

Setelah beberapa bulan Hamka ikut belajar agama bersama-sama dengan

pamanya di atas. Menjadi sadarlah dia dalam belajr agama ini yaitu : 1) Lebih

banyak bersikap “ 1) Hamka lebih banyak bersikap “membaca dan menghafal dari

pada “menelaah dan memahami” pelajaran agama, 2) lebih banyak hanya sekedar

menambah khazanah ilmu agama secara pasif dari pad menangkap hakikat dan

semangat ilmu agama secara dinamik, 3) lebih banyak memusatkan perhatian

pada masalah mikro agama dari pada mengembangkan masalah pesan makro

agama.19

Sebelumpergi bertandang ke rumah kakak iparnya, A.R Sulttan Mansur

(menikahi kakak Hamka bernama Fatimah), tinggal di Pekalongan, Hamka muda

juga ikut menghadiri rapat pertama pendiarian Jong Islamieten Bond untuk

cabang Yogyakarta.

19
Ibid, hlm. 42
134

Belajar dan menumpang belajar di tempat kakak iparnya di pekalongan

kira-kira selama enam bulan, kesadaran Hamka berjuang untuk agama dan bangsa

sudah bangkit. Kesadaran ini dipupupk dan diarahkan secara arif oleh kakak

iparnya dengan penuh kesabaran. Proses belajar kepada kakak iparnya di dilalui

dengan cara “baguru”. (bahasa minang) berarti proses berlangsungnya pewarisan

inti-inti ilmu kepada orang atau murid khusus, yaitu orang atau murid yang sedang

benar-benar dinilai “mencari” atau murid khusus yang memiliki kelebihan

intelektual. Menurut Hmaka (setelah tua) ada dua orang guru yang di hormati dan

disanjung tinggi adalah :

Pertama : Dr. Haji Abdullah Karim Amrullah ayahnya sendiri

Kedua : Haji A.R Sultan Mansur, kakak iparnya (ketua pimpinan pusat

Muhamadiyah Periode 1953-1959).20

Pada pertengahan tahun 1925 (Juni 1925) Hamka muda pulang kembali ke

Mninjau (kampung halaman), sebagai kalangan muda yang telah dipenuhi

pandangan-pandangan baru, semangat “Revolusioner” dan keberanian berpidato

di hadapan banyak orang, termasuk pidato-pidato politik. Di kampung Hamka

mulai aktif dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :

1. Memberikan pidato dan tabligh di maninjau, Padang panjang dan kampung

sekitarnya. Sesekali ikut bersama-sama ayahnya, isi pidatonya atau tablighnya

diseputar semangat perjuangan.

2. Mengadakan kursus-kursus pidato di kalangan kawan-kawannya dan di

kalangan “Tabligh Muhamadiyah” yang didirikan oleh ayahnya di surau

20
Mohammad Damami, Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka), (Yogyakarta : Fajar Pustaka
Baru, 2000), hlm. 45
135

padang panjang, hasil dari kursus itu kemudian diedit oleh Hamka Muda lalu

dicetak menjadi buku dengan diberi judul Khatibul Ummah dan inilah

pengalaman yang cukup berhasil dalam karang mengarang. Dari sini mulai

terlihat kemampuan jurnalistiknya.21

Belum setahun, kurang lebih, aktivitas revolusioner Hamka muda itu

berjalan, Hamka muda mulai merada tidal mendapat respon yang positif, mulai

dari masyarakat sekelilingnya yang dirasakan mulai menyindir, mencibiri

mencemooh, membeci karena iri hati dalam kepandaian berpidato sampai dengan

ayahnya sendiri seringkali mencap Cuma pandai mengahafal syair dan bercerita

saja seperti burung beo. Karena merasa tersinggung, pantang dikata-katai dan

marah, dibalik itu gejora jiwanya juga sukar dibendungnya. Termasuk termasuk

tekad “ ingin membuktikan dirinya bahwa tidak seperti dugaan orang yang banyak

dan ayahnya bahwa dirinya seolah-olah tidak mempunyai harga diri”. Berawal

dari sini titik puncaknya ingin pergi ke Mekah untuk berkelana dan belajar agama

disana.

Keinginan pergi ke Mekah ini Hamka bertekat pada dirinya dengan cara 1)

Tanpa diketahui oleh masyarakat dan ayahnya (setiba di Mekkah baru dikabari

melalui telegram), 2) Tanpa minta uang dan biaya hidup kepada ayahnya (tiket

dan biaya hidup diperoleh dari kawan-kawanya dan orang sekampung ayang

dirantau), 3) nantinya berhasil pulang dengan symbol “memakai pakaian jubah

21
Samsul Nizar, Memperbincang Dinamika Imtelektual dan Pemikiran Hamka Tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008), hlm. 29
136

dan sorban sebagai tanda layak disebut ulama dan sekaligus sebagai Revanche

(menebus kekalahan atas anggapan keliru pada dirinya selama ini).

Kepergian Hamka muda ke Mekah diwarnai campuran antara rasa marah,

rasa semangat dan rasa ingin menebus kekalahan (revanche). Dengan gaung tiga

perasaan itulah Hamka muda berangkat, pergi tiba dan hidup di, kota Mekah.

Hamka muda berangkat ke Mekah pada bulan Februari 1927.22 Di Mekah kira-

kira 5 atau 6 bulan saja. Berada di mekah Hamka dalam masa relative singkat.

Hamaka muda mulai sadar sekali pada akhirnya ia harus kembali ke masyarakat

besar di tanah air dank an menghadapi kewajiban hidup yang lebih berat.

Keuntungan yang paling nyata ia rasakan selama di mekah, meskipun

tidak sempat belajar agama secara intensif dengan guru-guru disana yaitu :

a. Kegiatan, khususnya kitab-kirab yang berbahasa Arab, bukan saja sekedar

gemar, melainkan telah mendarah daging, (ini berlangsung sampai akhir

hayatnya)

b. Semakin jelas kemandiriannya dalam berpendapat dan makin meninggi

kepercayaannya pada diri sendiri. Inilah modal dasar dalam mengarungi

perjuangan di tengah-tengah masyarakat waktu itu.23

Pada bulan Juli 1927, ia tidak langsung pulang ke Minangkabau, tetapi

Hamka singgah di Medan untuk beberapa waktu lamanya. 24 Ketika diadakan

Muktamar Muhamadiayah di Solo tahun 1928 ia menjadi peserta muktamar ini

dijadikannya titik pijak untuk berhidmat di Muhamadiyah. Keaktifannya di

22
Mohammad damami, Tasawuf Positif (dalam pemikiran Hamka), (Yogyakata: Fajar
Pustaka Baru, 2000), hlm. 47
23
Mohammad Damani, Tasawuf Positif (dalam pemikiran Hamka),hlm. 47
24
Samsul Nizar, Memperbincang dinamika intelektuak dan pemikiran Hamka tentang
oendidikan islam, hlm. 29
137

Muhamadiyah tersebut ternyata telah mengantarkanya ke berbagai daerah,

termasuk di Medan tahun 1936. Di medan inilah peran Hamka sebagai intelektual

ulama dan ulama intelektual mulai terbentuk.hal tersebut bisa kita jumpai dari

Rusyidi Hamka, salah seorang putranya. “Bagi Buya, Medan adalah sebuah kota

yang penuh kenang-kenangan. Dari kita ini ia mulai melangkahkan kakinya

menjadi seorang pengarang yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku

agama, falsafah, tasawuf, dan lain-lain. di sini pula ia memperoleh sukses sebagai

wartawan dengan pedoman masyarakat. Tapi, disini pula ia mengalami kejatuhan

yang amat menyakitkan, hingga bekas-bekas luka yang membuat dia

meninggalkan kota ini menjadi salah satu pupuk yang menumbuhkan pribadinya

di belakang hari”.25

Atas desakan iparnya A.R St. Mansur, ia kemudian diajak pulang ke

Padang Panjang, untuk menemui ayahnya yang demikian merindukan dirinya.

Sesampai di padang panjamh, ia kemudian menikah dengan siti Raham binti

Endah Sutan (anak mamaknya) pada tanggal 5 April 1929, pernikahannya dengan

Siti Raham berjalan harmonis dan bahagia. Dari pernikahannya dengan Siti

Raham, Hamka dikarunia 11 orang anak. Mereka antara lain : Hisyam (meninggal

usia 5 tahun), Zaky, Rasydi, Fakhri, AzizH, Irfan, ‘Aliyah, Fatchiyah, Hilmi, Afif

dan Syakib.26 1 tahun 8 Bulan setelah istri pertama meninggal pada tanggal 19

Agustus 1973 ia menikah lagi dengan Hajah Siti Khadijah dari Cirebon Jawa

Barat27dengan pernikahannya dengan Hj. Siti Khadijah, ia tidak memperoleh

25
Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh islam yang berpengaruh pada abad 20, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), hlm.62
26
Sansul Nizar, hlm. 29
27
Titik W.s, hlm. 52
138

keturunan karena faktor usia.28pada waktu Hamka telah menikah, Hamka juga

sibuk mengurusi cabang Muhamdiyah di Padang Panjang dan Tabligh School di

Padang Panjang juga. Waktu itu tahun 1930. Ditengah-tengah kesibukannya itu,

ghairah autodidactnya juga semakin meninggi. Ia sangat tekun menelaah kitab-

kitab Arab terutama yang berisi sejarah Islam. Ia memang betul mengutamakan

keahlian menulis, permintaan masyarakat untuk melakukan pidato keagamaan

(Tabligh) ia layani juga. Hamka mengakui bahwa ia sanggup melakukan tabligh

agama lewat (pidato) atau tulisan sekaligus.29

C. KARIR HAMKA

Kronologis, karir Hamka yang tersirat dalam perjlanan hidupnya sadalah

sebagai berikut :

a. Pada tahun 1929 Hamka memulai karirnya sebagai duru Agama di

Perkebunan Medan dan guru agama di Padang Panjang30

b. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti namanya menjadi

Kulliyyatul Muballighin (1934-1935). Tujuan lembaga ini adalah menyiapkan

mubaligh yang sanggup melaksanakan dakwah dan menjadi khatib,

mempersiapkan guru sekolah menengah tingkat Tsanawiyyah, serta

membentuk kader-kader pimpinan Muhammadiyah dan pimpinan masyarakat

pada umumnya.

28
Samsul Nizar, hlm. 29
29
Mohammad Damani, hlm, 52
30
http://amir14.wordpress.com/tasawuf-hamka/ 24-02-2010
139

c. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), Konstituante melalui

partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum

(1955).

d. Koresponden perbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan), Seruan Islam

(Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah (Yogyakarta),

Pemandangan dan Harian Merdeka (Jakarta).

e. Pembicara konggres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930) dan

konggres Muhammadiyah ke 20 (1931).

f. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah (1934).

g. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

h. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

i. Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada

pemerintahan Jepang (1944).

j. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).

k. Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh

pemerintah karna dengan tajam mengkritik konsep demokrasi terpimpin dan

memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang telah dilakukan

Soekarno. Majalah ini diterbitkan kembali pada pemerintahan Soeharto.

Memenuhi undangan pemerintahan Amerika (1952), anggota komisi

kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan mangkatnya Budha

ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai pengajar di Universitas Islam

Jakarta pada tahun 1957 hingga tahun 1958, di lantik menjadi Rektor

perguruan tinggi Islam dan Profesor Universitas Mustapo, Jakarta. menghadiri


140

Konferensi Islam di Lahore (1958), menghadiri Konferensi Negara-Negara

Islam di Rabat (1968), Muktamar Masjid di Makkah (1976), Seminar tentang

Islam dan Peradapan di Kuala Lumpur, menghadiri peringatan 100 tahun

Muhammad Iqbal di Lahore, dan Konferensi ulama di Kairo (1977), Badan

pertimbangan kebudayaan kementerian PP dan K, Guru besar perguruan tinggi

Islam di Universitas Islam di Makassar.

l. Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim, Penasehat

Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.

m. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian namanya

diganti oleh Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Syaltut

menjadi Masjid Agung Al-Azhar. Dalam perkembangannya, Al-Azhar adalah

pelopor sistim pendidikan Islam modern yang punya cabang di berbagai kota

dan daerah, serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah modern berbasis

Islam. Lewat mimbarnya di Al-Azhar, Hamka melancarkan kritik-kritiknya

terhadap demokrasi terpimpin yang sedang digalakkan oleh Soekarno Pasca

Dekrit Presiden tahun 1959. Karena dianggap berbahaya, Hamka pun

dipenjarakan Soekarno pada tahun 1964. Ia baru dibebaskan setelah Soekarno

runtuh dan orde baru lahir, tahun 1967. Tapi selama dipenjara itu, Hamka

berhasil menyelesaikan sebuah karya monumental, Tafsir Al-Azhar 30 juz.

n. Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi dan tidak ada

calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua umum dewan

pimpinan MUI. Ia dipilih dalam suatu musyawarah, baik oleh ulama maupun
141

pejabat.31 Namun di tengah tugasnya, ia mundur dari jabatannya karna

berseberangan prinsip dengan pemerintah yang ada. Hal ini terjadi ketika

menteri agama, Alamsyah Ratu Prawiranegara mengeluarkan fatwa

diperbolehkannya umat Islam menyertai peringatan natal bersama umat

Nasrani dengan alasan menjaga kerukunan beragama, Hamka secara tegas

mengharamkan dan mengecam keputusan tersebut. Meskipun pemerintah

mendesak agar ia menarik fatwanya, ia tetap dalam pendiriannya. Karena itu,

pada tanggal 19 Mei 1981 ia memutuskan untuk melepaskan jabatannya

sebagai ketua MUI.

Hamka merupakan salah seorang tokoh pembaharuan Minangkabau yang

berupaya mengugah dinamika umat dan mujaddid yang unik. Meskipun hanya

sebagai produk pendidikan tradisional, namun ia merupakan seorang intelektual

yang memilik

Wawasan generalistik dan modern. Hal ini nampak pada pembaharuan

pendidikan Islam yang ia perkenalkan melalui Masjid al-Azhar yang ia kelola atas

permintaan pihak yayasan melalui Gahazali Syahlan dan Abdullah Salim. Hamka

menjadikan Masjid al-Azhar bukan hanya sebagai institusi keagamaan, tetapi juga

sebagai lembaga sosial, yaitu: (1). Lembaga pendidikan (Mulai TK Islam sampai

perguruan Tinggi Islam), (2). Badan pemuda, secara berkala, badan ini

menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat, seminar, diskusi, olah raga, dan

kesenian (3). Badan Kesehatan. Badan ini menyelenggarakan dua kegiatan, yaitu;

poliklinik gigi dan poliklinik umum yang melayani pengobatan untuk para siswa,

31
Hamka, Hamka di Mata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hlm. 55
142

jemaah masjid, maupun masyarakat umum. (4). Akademi, Kursus, dan Bimbingan

Masyarakat. Di antara kegiatan badan ini adalah mendirikan Akademi Bahasa

Arab, Kursus Agama Islam, membaca Al-Qur’an, manasik haji, dan pendidikan

kader muballigh.32

Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan,

tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan baik

untuk diberlakukan dengan zaman sekarang.

Ketokohan Hamka, bukan hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di Timur

Tengah, dan Malaysia, bahkan Tun Abdul Razak, Perdana Menteri Malaysia,

pernah mengatakan bahwa Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi

juga kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara.33

Di Indonesia bahkan di mancanegara Hamka di kenal sebagai seorang

mufassir salah satu karyanya adalah tafsir al-Azhar yang menjadi karya

monumental dari seluruh karyanya. Tafsir al-Azhar pada mulanya merupakan

materi yang di sampaikan dalam acara kuliah subuh yang diberikan oleh Hamka

di masjid Agung al-Azhar Kebayoran, Jakarta sejal tahun 1959. Ketika iti masjid

tersebut belum dinamakan masjid al-Azhar. dalam waktu yang sama bulan Juli

1959 Hamka bersama KH. Fakih Usman HM, Yusuf Ahmad (Mentri Agama

dalam cabinet Wilopo 1952, wafat tahun 1968 ketika menjabat ketua

Muhamadiyah) menerbitkan majalah “Panji Mayarakat” yang menitik beratkan

soal-soal kebudayaan dan pengetuahuan Agama Islam.34

32
Samsul Nizar, op. cit., hlm. 102
33
Abdurrahman Wahid, “Benarkah Buya Hamka Seorang Besar?”, dalam Hamka, Hamka
Di Mata Hati Umat, op.cit., hlm. 41-43
34
Ensiklopedi Islam, 77
143

Sejak muda Hamka lebih condong untuk memperdalam ilmu agama Islam,

mempelajari ilmu tasawuf. Hal ini dapat dilihat dengan terbitnya buku berjudul

Tasauf Modern, yang terbit pertama tahun 1939 (sampai sekarang buku tersebut

telah berpuluh kali dicetak ulang, dan cetakan terakhir tahun 2000). Selain buku

tersebut, buku-buku karangan beliau tentang roman, sejarah, sosial, buku-buku

agama selalu mengandung unsur-unsur tasawuf.

Pada tahun 1949, ia pindah ke Jakarta. Di Jakarta Hamka memulai

kariernya dengan bekerja sebagai pegawai negeri golongan F di Kementrian

Agama yang waktu itu dipimpin oleh KH. Abdul Wahab Hasyim. Disamping

bekerja sebagai pegawai negeri, ia juga mengajar di perguruan tinggi Islam

diantaranya: IAIN Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan

Filsafat Muhamadiyah di Padang panjang, Universitas Muslim Indonesia (MUI)

di Makasar, Universitas Islam Sumatera Utara. Pada tahun 1950 ia mengadakan

kunjungan ke berbagai negara yang ada di Timur Tengah. Pada tahun 1952 ia juga

mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Amerika Serikat atas undangan

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Basarnya prestasi dan peranan Hamka dalam melaksanakan dakwah

Islamiyah di Indonesia, menarik akademisi untuk memberikan penghargaan

kepada Hamka.

Pada tahun 1959 Majlis Tinggi Universitas al-Azhar Kairo memberikan

penghargaan gelar Ustadziyah Fakhriyyah (Doktor Honoris Causa) kepada

Hamka, karena jasanya dalam menyiarkan agama Islam dengan menggunakan

bahasa Indonesia yang indah.


144

Pada tahun 1974, Hamka juga mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa

dalam bidang sastra dari Universitas di Malaysia.35

Hamka pernah diangkat sebagai Rektor di perguruan Tinggi Islam Jakarta,

selain itu menjadi professor di Universitas Mustopo Jakarta. Sampai pada

puncaknya, dia menjadi tinggi agama yang terpilih oleh menteri Agama Indonesia

(1951-1960)

D. Pemikiran Buya Hamka

Beberapa pemikiran sebagai sendi-sendi kebesaran jiwa bisa dilihat dari

figur seorang ulama Indonesia sosok Buya Hamka :

Pertama, tidak gelisah. Tenang, tidak ragu, pandai menahan tubuh dan

dilatih untuk tidak tergesa-gesa, karena pengaruh suka dan duka, sayang

dan benci. Adapun takut dan segan sangat besar pengaruhnya serta

menghambat kemajuan akal sehingga fikiran terlepas dari keseimbangan.

Selama akal masih dipengaruhi ketakutan dan kecemasan, sikap tenangpun

hilang dan muncul kegelisahan. Cemburu, hasad atau dengki,

menghilangkan ketenangan, karena meracuni diri. Cita-cita harus besar,

angan-angan yang tidak berujung dan khayal yang tidak berkeputusan juga

akan menghilangkan ketenangan.36

Kedua, Ikhlas (rela) menerima hidup dan tetap berusaha. Ikhlas

menerima hidup bukan berarti menyerah tanpa usaha. Artinya ikhlas, rela

menyempurnakan pekerjaan sendiri dan meningkatkan mutunya. Jika

35
Nur hamim, Manusia Dan Pendidikan Elaborasi Pemikiran Hamka, hlm. 30
36
Hamka, Pribadi Hebat, (Jakarta: Gema Insani, 2015), Cet. Kedua, hlm. 110.
145

keikhlasan dalam hidap tidak ada, keberanianpun akan hilang dan sirna.

Tidak berani membantah yang salah dan menegur yang tidak adil. Jika

dilakukan di dalam masyarakat akan terhenti kemajuannya.

Sebab anggota masyarakat telah mundur dalam medan hidup. Rela yang

timbul karena lemas dan malas. Untuk mencapai kemajuan harus menuntut

yang lebih sempurna, jiwa harus dinamis, bergerak terus, jangan statis dan

membeku. Kemegahan kulit tidak mempengaruhi, biar tinggal di pondok

kecil asalkan berjiwa besar. Rugi harta benda belumlah dapat disebut rugi,

karena harta dapat dicari. Rugi keberanian samalah artinya dengan separoh

kerugian, jika rugi kehormatan jatuh martabat dan gengsi, itulah kerugian

sebanarnya.

Ketiga, bermuka jernih. Muka yang kusut adalah tanda bahwa yang di

dalam pun kusut. Orang yang buruk sekalipun menjadi bagus jika bermuka

jernih. Muka jernih mendatangkan simpati. Muka kusut mendatangkan

jemu walaupun pada dasarnya muka itu cantik. Orang yang bermuka kusut

berarti mengurung diri sendiri dan memutuskan ikatan dengan orang lain.37

Dalam masalah fiqih, Hamka tetap berpegang pada mazhab Syafi‟i

akan tetapi dalam pengalaman agama Hamka tidak kaku, khususnya dalam

masalah khilafiyah. Ketika beliau sholat di Masjid yang memakai qunut pada

37
“Ada orang yang sederhana kehidupannya tetapi tamunya banyak. Orang senang
mengunjungi rumahnya padahal ia bukan orang yang mampu. Tak lain hanya kejernihan muka
suami dan isteri. Dengan muka jernih dia mendapat banyak sahabat, sesekali pernah jua
mengeluh karena kesukaran hidupnya menyebabkan tak dapat menjamu para tamunya dengan
sebaik-baiknya. Berkatalah sang isteri “ kanda, supaya kita terhindar dari kesulitan ini lebih
baik kita mengubah sikap. Mengerutkan mukakepada setiap orang yang datang, tentu mereka
tidak akan kemari lagi”. Suami menjawab “ dan sejak waktu itu tidaklah berarti lagi kita”.
Setelah itu muka mereka jernih kembali sebab jiwa mereka jernih pula, karena tidak kehilangan
akal sebab tidak membiarkan jiwa kusut”. Hamka, Pribadi Hebat.,hlm. 111.
146

sholat subuh, maka beliau memakai qunut dalam sholatnya, ketika beliau ke

mesjid yang tidak menggunakan qunut pada sholat subuh maka beliau tidak

memakai qunut. Begitu juga pada niat sholat beliau melafazkan, begitu juga

pada niat sholat beliau melafazkan, begitu juga ketika berada pada jamaah yang

tidak melafazkan, beliau tidak melafazkannya, sehingga ada kritikan dari

masyarakat Hamka tidak punya pendirian. Tetapi kritikan itu tidak benar

karena itulah pendapat Hamka yang menggambarkan keluasan berfikirnya

beliau dalam masalah agama. Hamka pengikut ahlussunnah waljama’ah yang

konsisten. Mendahulukan nash dari akal dalam menetapkan faham akidahnya.

Hamka memiliki pemikiran yang sederhana dan tidak fanatik terhadap sesuatu

yang bukan prinsip. Menjadikan Hamka sebagai seseorang yang berfikiran dan

berpandangan luas dan memiliki kemampuan ilmu yang tinggi yang perlu

dihargai dan dihormati. Perlu dijadikan contoh dan pedoman oleh ulama

cendikiawan muslim saat ini. Lebih-lebih mengingat kondisi moral bangsa

Indonesia mulai menurun, persaudaraan dan ukhwah yang sudah terpecah

belah. 38

Hamka termasuk dalam kelompok sufi, yaitu seorang yang telah

mengalami perjalanan rohani dan cenderung kepada menerima dan

mengamalkan tasawuf sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada Allah swt.

Hamka memperlihatkan makna kebahagiaan secara nyata, manusia pasti

melakukan segala macam hal untuk meraih kebahagiaan. Setiap capaian

kebahagiaan manusia tidaklah sama, ada tingkatnya, tergantung pada derajat

akal yang dimiliki, ada tingkatnya, tergantung pada derajat akal yang dimiliki

38
Hamka, Manhaj Akidah Menurut Hamka.,hlm. 63, 65.
147

oleh setiap orang. Orang yang paling maksimal menggunakan akalnya adalah

orang yang paling bahagia, karena akal yang dapat meembedakan yang baik

dan yang buruk. Tokoh yang tabah menjalani kegetiran hidupnya dengan

kekuatan iman, begitu tergambar dalam penokohannya. Hamka dengan karya

satranya mengajak pembaca untuk mengasah hati dan fikiran dengan

tasawufnya. Nilai-nilai mencari kebahagiaan sejati, kasih sayang, terhormat,

hormat kepada orang tua, menghargai adat istiadat semua teramu indah di

dalam karya Hamka.39

Kebahagiaan sejati diperoleh dengan membersihkan, memurnikan dan

mempertajam akal. Jika akal semakin sempurna, indah dan murni maka

sempurna pula kebahagiaan yang diperoleh. Puncak tertinggi dalam akal ialah

ma’rifatullah (mengenal Allah swt). yaitu mengenal Allah dengan sempurna.

Capaian ini paling sempurna dan paling bersih. Tahap inilah yang dimaksud

Hamka sebagai kebahagiaan sejati. Menurut Hamka pemurnian dan penyucian

akal bermakna penyucian hati karena akal tidak akan dapat menuju

kesempurnaan jika tidak mampu meengendalikan dirinya dari hawa nafsu.

Kebahagiaan secara umum dapat ditemukan; Pertama, membangun mentalitas

dan jiwa beragama. Kedua, mengendalikan hawa nafsu. Ketiga, ikhlas dalam

nasehat. Keempat, memelihara kesehatan jiwa dan badan. Kelima,

memperkokoh tanggung jawab sosial dan kemasyarakatan.

39
Mahmudah Fithriyah, Pemikiran Hamka dalam Tasawuf Modern dan
Implemantasinya dalam Novel : Di Bawah lIndungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck. Procedding Of The International ConfrenceOn Islam Development an Social
Harmony In Southeast Asia, 2017.
148

Menurut Hamka, keindahan yang muncul di alam disebabkan adanya

cinta, dengan cinta alam diciptakan. Tiap awal surah dari Alqur‟an dimulai

dengan bismillahirrahamanirahim (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih

lagi Maha penyayang). Itulah rahasia cinta di alam ini. Munculnya perasaan

halus ialah karena cinta segala seni yang tinggi, syair, musik, lukisan

membuktikan adanya yang rahman dan yang rahim. Sumber segala cinta alam

beserta dengan keindahan yang ditampilkan merupakan media yang bisa

menyampaikan manusia pada Tuhan. Kecintaan pada alam akan menimbulkan

rasa cinta pada diri sendiri, dalam terharu yang bersangatan, lantaran terpesona

oleh keeindahan alam.40

Menurut Hamka bahwa yang menghambat seseorang untuk berbuat

baik ada dua sebab yaitu: Pertama, halangan, halangan tersebab sakit, lapar,

miskin dan seumpamanya. Kedua, kelalaian (takhsir), ada empat sebab yaitu :

1) lantaran tidak dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, atau

tidak bisa membedakan mana yan baik dan mana yang uruk. 2) sudah tahu,

tetapi tidak biasa melakukan dan mengerjakan yang baik, dan dirasa

mengerjakan yang jahat itu baik juga. 3) telah disangka bahwa yang jahat itu

baik juga dan yang baik itu jahat. Karena telah terdidik dari kecil dalam

perasaan yang demikian. 4) dalam kejahilan dan rusak dalam didikan, hatinya

busuk pula.41

40
“Cinta itulah yang betanggung jawab atas pertumbuhan (evolusi) alam dari tingkat
yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Cintalah menurut Rumi yang memberi kesatuan pada
partikel-partikel materi, cinta jua yang membuat tumbuh-tumbuhan berkembang dan yang
menyebabkan hewan bergerak dan berkembang biak”. Lihat, Jornal Teologi, Volume 25.
Nomor 2 Juli-Desember 2014. Muhammad Yusuf, Pintu-pintu Menuju Tuhan Telaah
Pemikiran Hamka. IAIN Purwokwrto. Kalimantan Tengah.
41
Abd. Haris, Etika Hamka Konstruksi Etika Berbasis Rasional Religius, Cet.
Pertama, (Surabaya: LkiS, 2010), hlm. 119
149

Hamka adalah seorang penulis produktif, selain itu ia juga seorang

wartawan, editor, dan penerbit. Pada tahun 1920-an Hamka pernah menjadi

wartawan dalam beberapa surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam,

Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928 ia juga pernah

menjadi editor sekaligus menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasssar, juga

menjadi editor majalah Pedoman Masayarakat, Panji Masayarakat, dan Gema

Islam.42 Dalam dunia sastra Indonesia, Hamka terkenal sebagai pujangga baru

dan satrawan religius.

E. Karya-karya Hamka

Hamka adalah seorang yang mempunyai pemikiran maju, tidak hanya ia

lakukan di mimbar melalui ceramah agama saja. Ia juga mengaplikasikan

kemerdekaan berpikirnya melalui bermacam ragam karya tilisnya. Beberapa

karya Hamka dibagi dalam beberapa bidang sebagai berikut :

1. Karya-karya Hamka dalam bidang Sastra yaitu :

a. Di bawah lindungan ka’bah (1937), di dalam buku ini menceritakan

tentang seorang anak muda yang taat beribadah, pemuda itu banyak

mengalami penderitaan dalam bertualang mencari cintanya dengan gadis

cantik, ia mencari tempat berlindung dan menemukan ketentraman jiwa

sampai ia meninggal itu adalah ka’bah, disinilah Hamka mendapat

inspirasi untuk mengarah naskah dari pengalamannya berkelana di

mekkah selama 6 bulan pada tahun 1927, pahit getirnya dilaluinya disana.
42
Hannun Rusdianto, Makna Riya’ dalam al-Qur’an: studi Komparatif Atas Tafsir al-
Azhar Karya Buya Hamka dan Tafsir al-Qur’an al-Adzim Karya Ibnu Katsir, (Skripsi Jurusan
ushuluddin: IAIN Surakarta, 2012), hlm. 17.
150

b. Tenggelamnya kapal Van Der wijck (1938), buku roman ini berisikan

bergaul dan berkawan dengan orang Makassar, Bugis, Mandar, toraja

dengan kawan-kawannya itu ia melihat bagaimana bulan menghilang di

balik ufuk pantai Makassar, dari kejadian ini Hamka terinspirasi tatkala ia

menjadi mubaligh dan menjadi pengurus besar Muhamadiyah di

Makassar. Terjadi pada tahun 1934, buku itu dikarang pada tahun 1938.43

c. Merantau ke Dellhi (1939), roman yang mengisahkan seorang pemuda

yang merantau untuk mencari ilmu pengetahuan. Cerita roman ini menurut

pengakuannya, dikarang terinspirasi berdasarkan latar belakang seketika ia

menjadi guru agama diperkebunan Bajalingge, antara Bukittinggi dengan

Pemantang Siantar. Hamka melihat dari kehidupan para saudagar kecil

dan para kuli perkebunan setelah “Poenale Sanctie” diterapkan.

d. Di dalam lemabah kehidupan, buku ini merupakan kumpulan cerita

pendek yang semula dimuat dalam pedoman Masyarakat. Pada buku ini

banyak membahas tentanng kemudharan pernikahan poligami yang

kurang perhitungan.

2. Karya-karya Hamka dalam Bidang Keagamaan Islam

a. Pedoman Muballig Islam (1937).

b. Agama dan Perempuan (1939), adalah buku yang membela kaum ibu dari

segi agama. Sebuah buku yang melawan kesewenang-wenangan pria

terhadap wanita.

43
Mohammad Damani, hlm. 66
151

c. Kedudukan Perempuan dalam Islam. Buku ini pertama sekali diterbitkan

pada tahun 1973. Pada awalnya, buku ini merupakan karangan

bersambung dalam majalah Panji Masyarakat. Kelahiran buku ini tidak

terlepas dari rencana diberlakukannya undang-undang Pernikahan 1973

yang sekuler dan upayanya mengangkat martabat perempuan yang selama

ini berada dalam posisi yang cukup memprihatinkan.44

d. Tafsir al-Azhar Juz I-XXX. Tafsir al-Azhar merupakan salah satu

karyanya yang monumental. Buku ini mulai ditulis pada tahun 1962.

Sebagian besar isi tafsir ini diselesaikan di dalam penjara, ketika ia

menjadi tahanan antara tahun 1964-1967. Buku ini pertama sekali dicetak

pada tahun 1979. Karyanya ini telah mengalami beberapa kali cetak ulang.

Bahkan penerbitannya bukan saja di Indonesia, akan tetapi juga dicetak di

Singapur.

e. Studi Islam (1982), buku ini merupakan karyanya yang secara khusus

membicarakan aspek politik dan kenegaraan islam. Pembicaraannya

meliputi; syari’at islam, studi islam (aqidah, syari’ah dan ibadah), dan

perbandingan antara hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam.

Pokok-pokok pikirannya dalam buku ini ditutup dengan menjelaskan

doktrin islam sebagai motivator yang mampu membangkitkan

kemerdakaan dan keberanian terhadap umatnya.

f. Sejarah Umat Islam jilid I-IV (1951), merupakan upaya memaparkan

secara rinci sejarah umat islam. Paparannya mengenai sejarah islam di

44
Samsul Nizar, hlm. 56
152

Indonesia mengangkat pembahasan mengenai perkembangan islam di

Indonesia dan Semenanjung Melayu.

g. Tasawuf Modern. Buku ini pertama kali diterbitkan di Medan pada tahun

1939 dan sampai tahun 1987 sedikitnya telah mengalami 16 kali cetak

ulang. Buku ini diawalinya dengan terlebih dahulu memaparkan secara

singkat tentang tasawuf. Kemudian secara berurutan dipaparkannya pula

pendapat para ilmuwan tentang makna kebahagian, bahagia dan agama,

bahagian dan utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia,

sifat qanaah, kebahagiaan yang dirasakan Rasulullah, hubungan ridha

dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka,dan munajat kepada Allah.

h. Falsafah Hidup (1940), buku ini membicarakan tentang makna kehidupan

dan Islam sebagai pembentuk hidup. Serta di dalam buku Hamka juga

menceritakan tentang gurunya A.R. Sutan Mansur sebagai tanda hormat

kepada beliau dan banyak memberi tuntunan kepada Hamka.45

i. Ayahku (1950), Riwayat Hidup Dr. Haji Abdul Karim Amarullah dan

perjuangan kaum Agama di Sumatera.

j. Filsafat Ketuhanan, pemaparan tentang manusia dengan Tuhannya.

k. Kenang-kenangan Hidup jilid I-IV(1951), Pada dasarnya buku ini

merupakan semacam buku autobiografinya. Di dalam buku tersebut

mengisahkan secara terperinci kehidupannya dengan berbagai

dinamikanya sejak kecil maupun dewasa.46

l.

45
Hamak, falsafah hidup, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1940), hlm. 1
46
Ibid, h. 53
153

3. Karya-karya Hamka dalam bidang pendidikan

a. Lembaga budi (1939), terdiri dari XI bab pembicaraannya meliputi; budi

yang mulia, sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang

memegang pemerintahan, budi mulia yang seyogyanya dimiliki oleh

seorang raja (penguasa), budi pengusaha, budi saudagar, budi pekerja,

budi ilmuan, tinjauan budi, dan percikan pengalaman.

b. Lembaga Hidup (1941), dalam karyanya tersebut ia mencoba mengupas

tentang berbagai kewajiban diri manusia, asal usul munculnya kewajiban,

kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara sosial, hak

atas harta benda, kewajiban dalam pandangan seorang muslim, kewajiban

dalam keluarga, kewajiban menuntut ilmu, kewajiban bertanah air, islam

dan politik, Al-Qur’an untuk zaman modern, dan tulisan ini ditutup

dengan memaparkan sosok Nabi Muhammad.

c. Pendidikan Agama Islam (1956), pembahasannya meliputi; manusia dan

agama, dari sudut mana mencari Tuhan, rukun iman (percaya kepada

Allah, hal yang ghaib, kitab-kitab, para rasul hari akhirat, serta takdir,

qadha dan qadar), serta iman dan amal shaleh.47

d. Akhlaqul Karimah (1989), Terdapat beberapa pembahasan diantaranya

tentang mencapai kebaikan budi dan penyakit riya.

47
Ibid, h. 50
154

F. Sekilas tentang Tafsir al-Azhar

Berbagai corak dan latar belakang dari murid-murid dan anggota jamaah

yang menjadi makmum Hamka ketika imam shalat, turut menjadi

pertimbangan Hamka dalam berfikir dan berkarya sehingga tercipta Tafsfr Al-

Azhar. Diantaranya mahasiswa yang tengah tekun dan terdidik dalam keluarga

Islam, ada pula perwira-perwira tinggi yang berpangkat jenderal dan

laksamana dan ada pula anak buah mereka yang masih berpangkat letnan,

kapten, mayor dan para bawahan, para saudagar-saudagar, agen automobil

dengan relasinya yang luas, importir dan eksportir kawakan di samping

saudagar perantara, pelayan dan tukang kebun, pegawai negeri, beserta isteri-

isteri mereka. Semuanya bersatu membentuk masyarakat yang beriman,

dipadukan dalam shalat berjamaah, pada shaf yang teratur, menghadapkan

muka dengan khusyu' kepada Ilahi.48

Tafsir al-Azhar merupakan hasil kumpulan materi tafsir yang disampaikan

oleh Hamka. Pelajaran tafsir yang diselenggarakan setelah shalat Subuh di Masjid

Agung Al-Azhar telah terdengar di mana-mana ke seluruh penjuru di Indonesia.

Sejak tahun 1959 ketika itu mesjid ini belum bernama al-azhar, pada waktu yang

sama Hamka bersama KH Fakih Usman dan H.M Yusuf Ahmad, menerbitkan

majalah Panji Masyarakat. tidak lama setelah berfungsinya Mesjid al-Azhar

suasana politik yang mulai digambarkan terdahulu mulai muncul. Agistasi pihak

48
“Saat-saat menyusun tafsir ini, wajah-wajah mereka itulah yang terbayang, sehingga
penafsirannya tidak terlalu tinggi mendalam sehingga dapat dipahami secara umum, tidak hanya
semata-mata bisa dipahami.oleh sesama ulama saja, akan tetapi juga tidak terlalu rendah,
sehingga menjemukan. Dengan pendekatan seperti ini Tafsir Al-Azhar rnudah dipahami dari
berbagai kalangan masyarakat yang tidak bisa berbahasa Arab sekalipun”. Yunus, Hamka
Sebagai Pengarang Roman, hlm. 42.
155

PKI dalam mendeskreminasikan orang-orang yang tidak sejalan dengan

kebijaksanaan mereka bertambah meningkat, Mesjid al-Azharpun tidak luput dari

kondisi tersebut. Mesjid ini dituduh menjadi sarang “Neo Masyumi” dan

“Hamkaisme”.49

Keadaan bertambah memburuk ketika penerbitan No. 22 tahun 1960, Panji

Masyarakat memuat artikel Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita”Hamka sadar

betul akibat apa yang akan diterima Panji Masyarakat bila memuat artikel

tersebut. Namun hal itu di pandang Hamka sebagai perjuangan memegang

amanah yang dipercayakan oleh Mohammad Hatta kepundaknya. “Demokrasi

Kita“ harus dimuat. Dengan demikian izin Panji Masyarakat dicabut. Caci maki

dan fitnah kaum komunis terhadap kegiatan Hamka di Mesji al-Azhar bertambah

menigkat caci maki dan fitnah kaum komunis terhadap kegiatan Hamka di Mesji

al-Azhar bertambah menigkat. Atas bantuan Jenderal Sudirman dan Kolonel

Muchlas Rowi, diusahakan penerbitan majalah Gema Islam. Walaupun secara

formal majalah Gema Islam dipimpin Jenderal Sudirman dan Kolonel Muchlas

Rowi tetapi pimpinan aktifnya adalah Hamka. Ceramah Hamka setelah sholat

subuh di mesjid al-Azhar yang mengupas tafsir al-Azhar secara teratur dalam

majalah ini. Dan berjalan sampai Januari 1964.

Atas dasar usul dari seorang pegawai tata usaha majalah Gema Islam

waktu itu, yaitu saudara Haji Yusuf Ahmad, maka seluruh pelajaran tafsir yang

diselenggarakan setelah shalat Subuh, kemudian dimuat di dalam majalah Gema

Islam. Atas inisiatif ini Hamka kemudian memberikan nama pelajarannya dengan
49
M.Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsr Al-Azhar : Sebuah Telaah Atas
Pemeikiran Hamka Dalam Teologi Islam. (Jakarta : Panjimas, 1990), Cet. Pertama, hlm 55
156

"Tafsir Al-Azhar", mengambil nama dari masjid yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi tafsirnya yaitu Masjid Agung Al Azhar, yaitu masjid yang

penamaannya diberikan oleh Syeikh Jami' Al-Azhar ketika berkunjung ke Jakarta.

Tanpa diduga sebelumnya, pada hari senin 12 Ramadhan 1383,

bertepatan 27 Januari 1964 sesaat setelah Hamka memberikan pengajian

dihadapan kira-kira 100 orang jamaah di Mesjid al-Azhar, ia ditangkap oleh

penguasa orde lama lalu dijebloskan ke dalam tahanan. Sebagai tahanan politik,

Hamka ditempatkan dibeberapa rumah peristirahatan di kawasan puncak, yakni

bunglow Herlina, Harjuna Bungalow Brimob Mega mendung, dan kamar

tahanan polisi cimacan. Di rumah inilah Hamka mempunayi kesempatan yang

cukup untuk menulis Tafsir al-Azhar. Disebabkan kesehatannya mulai

menurun. Hamka kemudian dipindahkan ke rumah sakit Persahabatan,

Rawamangun Jakarta. Selama perawatan di rumah sakit Hamka meneruskan

penulisan tafsir al-Azhar.

Akhirnya setelah kejatuhan orde lama, kemudian orde baru bangkit di

bawah pimpinan Soekarno, lantas kekuatan PKI pun telah tumpas. Hamka

dibebaskan dari tuduhan. Pada tanggal 21 Januari 1966, Hamka kembali

menemukan kebebasannya setelah mendekam dalam tahanan selama lebih

kurang dua tahun dengan tahanan rumah dua bulan dan tahanan kota dua bulan.

Kesempatan inipun digunakan Hamka untuk memperbaiki serta

menyempurnakan tafsir alAzhar yang sudah pernah ditulis dibeberapa rumah

tahanan sebelumnya.
157

Penerbitan pertama tafsir al-Azhar dilakukan oleh penerbit Pimpinan

Masa, Pimpinan Haji Mahmud cetekan Pertama oleh pembimbing masa,

merampungkan penerbitan dari juz pertama sampai keempat. Kemudian

diterbitkan pula juz 30 dan juz 15 sampai dengan juz 29 oleh pustaka Islam

Surabaya. Dan akhirnya juz 5 sampai juz 14 diterbitkan oleh Yayasan Nurul

Islam Jakarta.50

Tafsir Al-Azhar karya Syeikh Haji Abdul Malik Karim Amirullah

(Hamka) merupakan salah satu kitab tafsir berbahasa Indonesia, paling laris

dan banyak diminati, baik kalangan awam maupun kalangan terpelajar di

Indonesia. Selain karena bahasanya yang mudah dipahami, Tafsir Al-Azhar

sarat dengan makna. Bagi mereka yang pernah membacanya, pasti akan

mengetahui betapa luasnya dan dalamnya ilmu yang dimiliki oleh penafsir.

Hamka tidak hanya mendalami ilmu-ilmu bantu bagi penafsiran al-Qur'an,

tetapi juga menguasai hazanah ilmu-ilmu sastra dan juga ilmu pengetahuan

modern lainnya. Tingkat keilmuan Hamka tidak hanya diakui di Indonesia,

terbukti telah mendapatkannya gelar kehormatan di negara lain yaitu dengan

gelar kehormatan sebagai Doktor Honoris Causa di Cairo Mesir dan di

Malaysia. Tafsir Hamka yang merupakan karya yang masih bisa dinikmati

hingga masa kini dan berharap agar menjadi sumbangan bagi khazanah ilmu

pengetahuan khususnya masyarakat Indonesia yang mau mempelajari ilmu al-

Qur'an dan kandungannya.

50
M. Yunan Yususf, Corak Pemikiran Kalam Dalam tafsir Al-Azhar, hlm. 56-57.
158

Hamka berharap agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang

aman, damai dan modern di bawah lindungan Allah SWT. Tafsir ditulis

membawa corak pandang hidup penafsir, haluan dan mazhabnya. Dalam tafsir

ini Hamka meurujuk pada mazhab salaf, yaitu mazhab Rasulullah saw. para

sahabat dan ulama yang mengikuti jejak beliau tentang aqidah dan ibadah.

Hamka mengikuti yang mendekati kebenaran dan meninggalkan yang

menyimpang. Mengenai pengetahuan umum Hamka kerap kali meminta

bantuan kepada ahlinya.51

Di dalam tafsirnya Hamka tidak menonjolkan salah satu mazhab dan

mazhab- mazhab yang berkembang. Beliau menampilkan berbagai pendapat

para ulama dan fuqaha dengan dalil-dalilnya, kemudian beliau analisis

menurutnya paling kuat hujjahnya. Mengetahui rahasia maka pertikaian-

pertikaian mazhab tidaklah dibawakan dalam tafsir ini, dan penulis tidaklah

ta'ashub kepada suatu faham, melainkan mencoba sedaya upaya mendekati

maksud ayat, menguraikan makna dari lafazh bahasa Arab ke dalam bahasa

Indonesia dan member kesempatan orang berpikir.

Di dalam Alqur’an berkali-kali disebut soal atom, sedang penulis tafsir

bukanlah seorang ahli atom. Kalau syarat hendak dipenuhi tentu tafsir ini tidak

akan dikerjakan. Akan tetapi pekerjaan penulisan mendasak untuik membangkit

minat angkatan muda Islam di tanah air Indonesia dan di daerah-daerah yang

berbahasa Melayu hendak mengetahui isi Alqur’an di zaman sekarang, padahal

mereka tida sekarang mencurahkan minat pada agamanya karena menghadapi

51
Hamka, Tafsiral-Azhar Jilid I, (Jakarta: Gema Insasni, 2015), hlm ix 53 Ibid, hlm . 34-
35.
159

rangsangan dan tantangan dari luar dan dalam. Semangat mereka pada agama

telah tumbuh tetapi “rumah “ telah kelihatan, jalan ke sana tidak tahu. Untuk

mereka inilah utamanya tafsir ini disusun.52

Kedua kelompok peminat Islam yang disebut dengan mubaligh atau ahli

dakwah, dikelompok ini ada yang banyak mengetahui ilmu bahasa Arab dan

ada juga sedikit mengetahui ilmu bahasa Arab itu, mubaligh menghadapi

bangsa yang sudah mulai cerdas dengan habisnya buta huruf. Keterangan-

keterangan yang didasarkan pada agama, padahal tidak masuk akal, sudah

berani mereka membantahnya. Padahal kalau mereka diberi keterangan

Alquran langsung, akan terlepas dari dahaga jiwa. Maka tafsir ini adalah

sebagai alat penolong bagi mereka untuk menyampaikan dakwah.53

Tafsir-tafsir bahasa Arab yang terkenal sebagai pegangan para ulama-

ulama dikenal juga dalam haluan pengarang. Seperti tafsir ar-Razi dikenal

kecenderungan tafsirnya untuk membela mazhabnya, yaitu mazhab Syafi’i.

Kalau dibaca tafsir al-Kasyaaf dari Zamakhsyari, orang akan mengenal

pembelaannya pada mazhab yang dianutnya yaitu Mu’tazilah. Dan kalau dibaca

tafsir yang dikarang di akhir abad tiga belas Hijriyah (abad sembilan belas

Miladiyah), yaitu ruhul ma’ani, karangan al-alusi, akan nyatalah pembelaannya

pada mazhab yang dianutnya yaitu mazhab Hanafi dan dikritiknya dengan halus

52
Al-qur’an mengandung segala macam ilmu ; ilmu tauhid, akhlak, tasawuf, fiqih,
sejarah, dan ilmu dengan segala cabangnya. Setiap Vak ilmu itu bermacam-macam. Lihat.
Hamka, Tafsir al-Azhar Jilid I, hlm.4.
53
Jika ada orang yang berminat menyelidiki kandungan ayat lebih mendalam, di
tambahdengan penyelidikan dalam kitab-kitab karangan sarjana yang adadi luar tafsir sehingga
kitab tafsir ini sebagai penolongnya untuk memahamkan lebih dalam maksud ayat.Ibid, hlm. 4-
5.
160

atau keras mazhab yang ditinggalkannya, yaitu mazhab Syafi’i.54 Tafsir al-

Azhar merupakan mahakarya Buya Hamka, ditulis oleh ulama Melayu dengan

gaya bahasa khas dan mudah dicerna. Diantara ratusan judul buku mengenai

agama, sastra, filsafat, tasawuf, politik, sejarah dan kebudayaan yang

melegenda hari ini, bisa dibilang tafsir al-Azhar adalah karya Hamka paling

fenomenal. Disamping sebagai ulama dan politisi berpengaruh, sejarah juga

mencatat Hamka sebagai sastrawan cerdas.55

G. Tasawuf Modern Buya Hamka

Hamka merupakan keturunan keluarga yang menaruh perhatian lebih pada

tasawuf, terutama tasawuf amali dan pengikut ajaran tarekat yang cukup serius.

Hamka menunjukkan perhatiannya pada tasawuf dengan cara yang berbeda.

Dalam pandagan Hamka terhadap tasawuf adalah suatu bidang ilmu

tersendiri. Di dalamnya, diberi tuntunan untuk membersihkan diri (tazkiyah al-

nafs), dari sisi globalnya. Ia bukan tentang suatu arahan khusus untuk

mendekatkan diri seraya menyucikan diri yang tak bisa dirubah sebagaimana yang

ajarkan oleh tarekat-tarekat.

Tasawuf tidak lepas dari konteks zaman. Sehingga, tasawuf juga memiliki

nilai rasional yang filosofis pula. Hamka melihat bahwa tasawuf juga mengalami

perkembangannya sendiri. Karyanya yang berjudul Tasawuf dari Abad ke Abad

adalah salah satu ulasannya.

54
55
Hamka, Tafsir al-Azhar Jilid I, hlm. 4.
Hamka. Dari Lembah Cita-cita, (Jakarta : Gema Insani, 2016), Cet Pertama, hlm 101
161

Dengan menyadari hal ini, Hamka melihat konteks zaman yang terjadi di

lingkungan masyarakatnya pada masa penjajahan Jepang ke Indonesia. Bangsa

kita sudah mulai merasa gerah dengan penjajahan yang terus terjadi. Dahaga

kebebasan, penghayatan kebangsaan yang hakiki, dan pencapaian kebahagiaan

yang sesungguhnya sudah mencapai puncaknya. Masa itu adalah masa

perkembangan modernisme. Masyarakat juga ingin merasakan kehidupan modern

yang layak. Selama ini, masyarakat terjebak dalam derita penjajahan. Masyarakat

sampai hampir lupa dengan rasanya kebahagiaan. Mereka ingin mengingat dan

merasakannya kembali. Di sisi lain, Hamka amat menyayangkan sekelompok

orang yang keliru mengartikan tasawuf. Diantara mereka, ada yang merasa

menemukan tujuan dan cara hidupnya sendiri tanpa memperkatikan

keberadaannya di tengah lingkungan. Mereka merasa telah bertasawuf ketika

berhasil menyucikan diri, menyendiri, dan menjauhkan diri dari dunia. Justru, ini

malah melemahkan manusia.

a. Keunggulan Tasawuf Modern

Tasawuf modern merupakan salah satu karya besar Hamka. Di dalam

karyanya itu dapat melihat garis besar pemikiran Hamka, corak, dan

pemikiran-pemikiran yang mempengaruhinya. Dia menunjukkan

bagaimana perspektifnya tentang arti kehidupan ini secara menyeluruh.

Dari siapakah kita ada? Untuk apa kita ada? Bagaimana kita keberadaan

kita? Dia menjawab semua itu dalam satu kata kunci: Bahagia.

Buku ini juga tak hanya merefleksikan konteks zaman penulis. Buku

ini adalah karya dalam ungkapan Muhammad Iqbal dapat dipahami dengan
162

mata masa depan. Kita masih bisa mengambil pemikirannya sesuai dengan

konteks kekinian. Paparannya bersifat humble, inilah yang membuatnya

mudah diterima masyarkat. Fachri Ali mengatakan bahwa tak

mengherankan popularitas Hamka berada di tengah-tengah masyarakat

yang telah banyak menyerap nilai budaya dan pengetahuan sekuler atau

kalangan masyarakat yang berada di lapisan marjinal pengetahuan

keagamaan.

Keunggulan lainnya adalah luasnya pemikiran Hamka terlihat dari

penulisan buku ini. Hamka menggunakan banyak pendekatan, dan juga

pandangan pemikir. Indentitas pemikirannya tetap kelihatan dengan alur

yang ia buat. Meskipun sistematika penulisannya kurang teratur, namun

metode pemaparannya memancing kita untuk ikut berpikir, sehingga

pembaca tidak terlalu dibingungkan oleh alur pemikirannya yang tak

menentu.

Selain itu, beberapa kali Hamka menunjukkan kemampuannya dalam

bidang sastra. Sesekali dia menulis dengan gaya prosa, diantaranya ada

kisah tentang nabi, tokoh pemikir, dan juga hikayat. Jadi, karya ini dibuat

supaya tidak kering. Berikut salah satu kutipan pendeknya; Jika pandai

meniti buih, selamat badan ke seberang.56

b. Gagasan Utama Tasawuf Modern

Hamka bermaksud menyampaikan gagasannya tentang konsep

kebahagiaan. Masyarakat dipandang perlu memaknai kehidupan ini lebih

56
Hamka, Tasawuf Modern, Jaya Murni: Jakarta. 1939, hlm 40
163

hakiki. Jangan sampai perkembangan modernitas menjadikan masyarakat

lumpuh karena kekeringan makna spiritual. Sebaliknya, jangan sampai

juga masyarakat buta akan keberadaannya di realitas modern yang

menantangnya untuk tidak hanya berdiam dalam keterasingannya dari

hiruk-pikuk dunia. Manusia adalah makhluk dua dimensi; jasmani dan

ruhani.

Sumber-sumber kebahagiaan. Sumber kebahagiaan dibagi menjadi dua

macam pandangan.

Pertama, sumber kebahagiaan adalah jiwa (nafs) yaitu pandangan yang didukung

oleh ahli tasawuf. Manusia memiliki kekuatan di dalam jiwanya untuk meraih

kebahagiaan; hikmah, keberanian, keteguhan, dan keadilan. Bila manusia

mengaktualkan semua kekuatan itu kebahagiaan dapat tercapai. Adapun

kebahagiaan tersebut akan dinikmati di akhirat kelak. Karena di sanalah

kebahagiaan yang sempurna diraih.

Kedua, sumber kebahagiaan itu tak hanya bersifat ruhani, tapi juga jasmani.

Pandangan ini diambil dari pemikiran Aristoteles. Hamka cenderung berpihak

pada pandangan yang terakhir ini. Bahagia di dunia tidak niscaya di akhirat

menjadi sengsara. Sebagaimana dalam ayat dan doa yang sering dipanjatkan; Ya

Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maksudnya

adalah kita melakukan upaya terus-menerus secara istiqomah semenjak berada di

dunia sampai akhirnya sampai juga di akhirat dalam keadaan membawa kebaikan

yang banyak. Menjaga kebaikan dan kesehatan badan beserta seluruh aspek materi

demi meraih kebaikan dan kesehatan jiwa ruhani.


164

Kekayaan harta benda merupakan aspek yang membawa pada kenikmatan

material. Namun, ia tidak musti dijauhkan karena akan merusak aspek ruhani.

dengan harta, bisa tetap bertahan hidup sehingga perbaikan jiwa bisa terus

dilakukan. Banyak orang berpikiran bahwa kaya itu yang banyak hartanya.

Padahal hakikatnya, kekayaan adalah terpenuhinya segala keperluan yang

memang diperlukan. Dengan begitu hati bisa mencapai ketentraman.

Sesungguhnya, hati yang tentram dan pikiran yang hening memberi bekas yang

nyata untuk kebahagiaan manusia, itulah kebahagiaan sejati.57

Kekayaan hakiki dapat dirujuk dengan memaknai qana’ah dengan tepat.

Sering kali orang keliru memaknai qana’ah dengan malah menjauhi keduniaan

sama sekali, dan menerima apa adanya yang dimiliki. Qana’ah adalah mencukupi

diri dengan hal yang sudah cukup diperlukan bagi dirinya. Sebagaimana kata

Rasul saw: Qana’ah adalah harta yang tak akan hilang dan yang tidak akan

lenyap.

Dapat disadari bahwa kesehatan badan itu penting sekali terutama yaitu

kesehatan jiwa. Kesehatan badan sendiri penting karena demi terpeliharanya

kesehatan jiwa. Tidak lah rumit untuk merawat jiwa, karena tidak akan banyak

yang kita butuhkan. Hamka mengaitkan kembali kesehatan jiwa dengan kekayaan

yang hakiki. Kekayaan yang sebenarnya bukanlah dari kuantitas secara material.

Orang yang paling kaya ialah yang paling sedikit keperluannya, dan orang yang

57
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Jaya Murni, 1939), hlm 181
165

paling miskin ialah yang paling banyak keperluannya.58Kesehatan jiwa terletak

pada pemenuhan kekayaan jiwa.

Ketika kebutuhan di luar jiwa sudah tercukupi, maka itu sudah baik untuk

stamina jiwa. Ini lah kaitannya kesehatan badan dengan kesehatan jiwa. Tapi

masih ada orang merasa banyak sekali kebutuhan badan dan materialnya, sehingga

dia butuh mengkayakan dirinya secara material. Padahal, justru semakin banyak

keperluannya dia semakin miskin jiwanya. Cari lah yang dari luar (yang

sebetulnya bukan milik seseorang), untuk menjaga kesehatan jiwa. Harus disadari

bahwa segala yang di alam ini hanyalah milik Allah, manusia hanya bersifat

meminjam. Yang akan dibawa sebagai milik manusia hanyalah diri manusia itu

sendiri, yaitu jiwa.

Dalam rangka menjaga kesehatan jiwa, ada empat hal yang harus

diperhatikan sbaegai titik-titik pusat penentu kesehatan jiwa; Syaja’ah

(keberanian), ‘iffah (kehormatan), hikmah (rahasia pengalaman hidup), dan

‘adalah (adil). Saat jiwa sedang sakit, maka itu artinya salah satu diantara keempat

hal tersebut sedang bermasalah. Pertama, bisa jadi amarah sedang tidak terkendali,

kendalikanlah. Atau yang kedua, mungkin memiliki rasa takut yang berlebihan.

Takut yang berlebihan adalah takut yang membuat seseorang malah putus asa,

berdiam diri, dan pasif.

Bisa jadi takut terhadap apa yang dihadapi dalam kehidupan, bisa juga

takut karena akan menghadapi kematian. Bagaimanapun, kehidupan dan kematian

merupakan hal yang pasti adanya, sudah menjadi tabi’at. Apabila ditakuti

58
ibid, hal 140
166

keduanya, maka percuma saja berdiam diri dalam ketakutan karena tidak akan

merubah apapun.

Bagaimanapun juga manusia memiliki kehendak, iradat, yang menjadikan

manusia bisa menghadapinya. Ada juga orang yang masih merasa takut meskipun

Tuhan sudah menganugerahinya kehendak bebas. Mereka takut karena kehendak

mereka terlalu banyak, kemauannya melampaui kebutuhannya. Mereka takut

kalau kehendak mereka tak sampai, mereka takut kematian menghentikan

pencapaian mereka yang tak ada habisnya. Jadinya, berujung pada kenihilan

makna dalam hidup maupun setelah mati.

             

        

“Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun”. QS.al-Mulk (67):1-2

Manusia harus segera mengobati penyakit takut seperti ini. Kehidupan dan

kematian merupakan hal yang pasti. Manusia juga dianugerahi kehendak untuk

menjalani kehidupan sebelum mati. Jalanilah kehidupan, penuhi kehendak, namun

dapatkan yang seperlunya saja. Karena jiwa hanya membutuhkan yang perlu saja

agar tetap dalam keadaan sehat. Untuk menghadapi kematian, manusia jangan

sampai terlalu hanyut dalam ketakutan. Sebelum mati, dipersiapkan dulu

segalanya. Itu lah makna kehidupan, mempersiapkan diri untuk nasib manusia

nanti setelah kematian.


167

Terhadap kematian bukan untuk ditakuti saja, manusia ingat seraya

menjalani hidup dengan akal budi dan hikmat. Yang penting, jangan sampai lupa

sama sekali akan kematian yang benar adanya, dan juga jangan terlalu takut

dalam bayang- banyangnya. Dapat dipahami ada tiga macam orang tekait dengan

kematian; tidak ingat sama sekali, ingat namun penuh dengan rasa gentar dan

takut, dan ingat seraya menggunakan akal budi & mengambil hikmah dalam

setiap kehidupan.

Selain mempelajari kebahagiaan, manusia juga layak mengetahui tentang

petaka dan celaka yang dialami manusia. sehingga manusia bisa terhindar darinya.

Ada 3 faktor yang membuat orang celaka; 1) pendapat akal yang salah, 2) rasa

benci, dan 3) pesimis.

Razi mengatakan bahwa kemajuan akal hanya menambah banyak ikatan.

Ini karena akal tanpa disertai dengan pengaktifan hati, yaitu hatinya dibiarkan

lemah. Jadinya akal malah digunakan untuk berburuk sangka pada Tuhan. Atau

bisa juga akal malah menjadikan dada terasa sempit, putus asa, dan was-was., akal

bukanlah kualitas pengetahuan yang tidak terbatas. Ia memiliki batas kapasitas

yang berujung pada pengetahuan oleh hati. Ini lah pentingnya pengetahuan

disertai iman-agama.

Rasa benci menghambat untuk merasakan kebahagiaan. Karena

pemandangan kebencian bukanlah pemandangan keindahan. Hapus sifat benci,

gantilah dengan cinta, sehari pergantian itu warna alam berubah dengan

sendirinya pada pandangan manusia.59

59
Hamka, Tasawuf Modern,( Jakarta : Jaya Murni, 1939), hlm. 270
168

Lebih parah lagi bila seseorang tidak memiliki harapan dalam kehidupan

ini. Orang yang seperti ini pesimis dan hanya ingin mengundurkan diri. Dia telah

kehilangan kepercayaan pada alam dan hidup. Tak ada lagi harapan kebaikan

untuk dirinya. Hilang sudah arti arti kehidupannya.

H. Ijtihad dalam Pandangan Buya Hamka

Pandangan Buya Hamka tentang ijtihad dilandasi oleh konsep yang

dikemukakannya tentang kemerdekaan manusia (umat Islam) dalam

menyatakan pikiran. Manusia bebas dan merdeka dalam menyatakan hasil

pemikirannya yang telah matang dan diyakini keabsahannya. Hasil pemikiran

yang diyakini kebenarannya yang dinyatakan secara merdeka di hadapan

umum nantinya dan orang lainnyapun merdeka juga membantah dengan

pikiran apa yang telah disampaikan tersebut. Manusia yang hendak

menyampaikan pikiran yang merdeka itu. Buya Hamka menjelaskan bahwa

dalam menyampaikan pikiran yang merdeka itu harus memiliki “beberapa

undang-undang” agar hasil pemeikiran itu tidak keluar dari garis keadilan dan

peraturanm dan tidak juga mengganggu kebebasan dan kemerdekaan orang

lain.

Dalam Islam pintu kekebasan dalam menyatakan pikiran kata Buya Hamka

adalah terbuka luas, “yaitu dengan kebebasan Ijtihad”.60 Kemerdekaan berijtihad

termasuk dalam rangka kebebasan berpikir dan kebebasan menyatakan pikiran.

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam seperti dalam bidang Ushul Fiqh, Fiqh,

60
Hamka, Falsafah Hidup., hlm. 268.
169

Ilmu Tafsir, Ilmu Tasawuf dan lain-lain kata Buya Hamka “adalah berpangkal

dari terbukanya pintu ijtihad” itu sendiri. Begitu juga dengan ulama-ulama besar

yang telah mendirikan empat mazhab fiqh dalam Islam kata Buya Hamka juga

“adalah bersumber dari kebebasan ijtihad”. Dengan demikian, kehidupan umat

Islam dan kemajuannya di berbagai bidang di zaman sekarang ini menurut Buya

Hamka adalah “amat bergantung kepada kemerdekaan berpikir (berijtihad) dan

kemerdekaan menyatakan hasil fikiran itu”.61

Penyebab utama terjadinya kemunduran berpikir dalam Islam adalah jumud

(pemikiran membeku) dan statis. Buya Hamka mengatakan bahwa hal ini terjadi

“setelah timbul pendapat di abad ketujuh Hijriyah bahwa pintu ijtihad telah

tertutup dan kita lebih baik taqlid saja”.62

Dari pernyataan-pernyataan Buya Hamka di atas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ijtihad olehnya adalah suatu hasil

pemikiran setelah matang dipikirkan dan diyakini. Pengertian ijtihad yang dibuat

oleh Buya Hamka tersebut bersumber dan dilandasi dari hadits Nabi yang berarti,

“Barang siapa yang berijtihad, lalu benar hasil ijtihadnya, mendapatlah dia dua

pahala. Dan barang siapa yang berijtihad, tetapi tidak tepat hasil ijtihadnya

mendapat dia satu pahala”. Adapun yang dimaksud dengan mendapat dua pahala

dalam hadits ini adalah pertama pahala ijtihad, yaitu kemampuan seseorang dalam

mencurahkan daya upayanya untuk memperoleh suatu hasil pemikiran yang

matang dan diyakini dan kedua pahala benar hasil ijtihad (pemikiran) nya.

Sedangkan mendapat satu pahala bermaksud yaitu pahala dari ijtihad yang

61
Ibid. hlm. 270.
62
Ibid. hlm. 269.
170

dilakukan. Dengan demikian kata Buya Hamka “tidak berdosa kalau salah hasil

ijtihadnya itu, karena ia berijtihad mencari kebenaran sedangkan kesalahan

terjadi tanpa sengaja”.63

Menark sekali jika lihat pada kitab-kitab fiqh lama yang ditulis pada masa

klasik dan abad pertengahan di dalamnya menjelaskan suatu pendapat dan

pengarangnya tidak lupa mencantumkan pendpat-pendapat ulama lainya yang

berbeda pendapat dengannya. Para pembaca atau mempelajarinya dapat

membandingkan pendpat-pendapat itu.

Berdasarkan dalil yang dikemukakan oleh Buya Hamka dalam

mengutarakan maksudnya tentang ijtihad maka dapat dikatakan bahwa pengertian

ijtihad yang dikemukannya selaras dengan berbagai pengertian ijtihad yang dibuat

oleh para ulama ushul fiqh di atas, di antaranya yaitu dengan mencurahkan

kemampuan maksimal dalam upaya menggali hukum-hukum syara’.

Landasan seseorang dalam berijtihad adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Keduanya adalah sumber pokok dari ajaran Islam. Buya Hamka juga meyakini

kedua sumber pokok ajaran Islam yang dijadikan landasan dalam berijtihad

dengan menyatakan “sumber telaga ijtihad tetap pada dua, yaitu al-Qur’an dan as-

Sunnah. Ini disepakati oleh orang dahulu dan oleh orang sekarang”.64 Al-Qur’an

yang menjadi panutan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang sesudahnya ia

merupakan sumber pokok (primer) syariat Islam, di dalamnya dijelaskan tentang

dasar-dasar syariat, akidah-akidah secara terperinci, dan ibadah serta peradilan

secara global. Posisi al-Qur’an dalam syariat Islam seperti posisi undang-undang

63
Ibid. hlm. 269
64
Ibid. hlm. 270.
171

dalam hukum positif. Misalnya, secara global al-Qur’an menjelaskan shalat dan

zakat dan tidak menerangkan tentang tata cara dan batasan-batasannya. Tata cara

serta batasan-batasan shalat dan zakat diterangkan oleh Sunnah Nabi Muhammad

SAW. Sedangkan Sunnah merupakan sumber tasyri’ berada setingkat di bawah al-

Qur’an. Sunnah sebagai penjelas keglobalan dan kemusykilan (kerumitan) al-

Qur’an, pentasyid (pembatas) kemutlakan (keumuman) al-Qur’an dan

menjelaskan apa yang belum terdapat dalam al-Qur’an.65

Seseorang yang telah memiliki hasil pemikiran yang matang dan diyakini

juga akan kesahihannya memerlukan wadah sebagai tempat untuk

menuangkannya. Wadah yang terutama menjadi tempat penuangan pemikiran

yang telah matang tersebut kata Buya Hamka adalah “dalam surat-surat kabar

dan buku-buku”.66 Dengan demikian, para penulis merupakan orang yang pertama

kali mendapat kesempatan dalam kemerdekaan berpikir tersebut. Akan tetapi

sebagai sebuah hukum alam bahwa kemerdekaan seseorang juga dibatasi oleh

kemerdekaan orang lain. kemerdekaan berpikir itu ada batas dan syarat-syaratnya,

yaitu “jangan keluar dari garis adab dan sopan walaupun hal yang benar yang

akan diterangkan”. Seorang yang menyatakan hasil pemikirannya seyogianya juga

ia “sanggup mempertahankan keyakinan dan hujjahnya, lagi luas pandangannya

serta mengetahui hakikat perkara yang ditulisnya”.

Dalam menulis seseorang harus menjaga etika berlaku adil dan jujur serta

tidak boleh membuat tulisan-tulisan yang bersifat dusta dan menipu. Begitu juga

65
Mustahafa Ahmad al-Zarqa, Hukum Islam dan Perubahan Sosial, terjemahan Ade Dedi
Rohayana, (Jakarta: Riora Cipta, 2000), hlm. 4.
66
Hamka, Falsafah Hidup., hlm.270.
172

seseorang tidak boleh menulis sesuatu yang tidak berdasarkan atas kebenaran

karena jika dilakukan kata Buya Hamka, “walaupun mula-mula ditelan orang,

namun zaman kelak akan memuntahkan “kebenaran celupan” dari perut orang

yang telah terlanjur menelannya”. Lawan dari istilah “ijtihad” adalah “taqlid”.

Orang yang melakukan taqlid disebut dengan muqallid. Taqlid yaitu

memperpegangi pendapat orang lain tanpa mengetahui dalil-dalilnya. Dalam

artian lain dikatakan bahwa seseorang menerima pendapat orang lain dan ia tidak

menegetahui dari mana sumber pengambilan pendapat itu dan diikutinya itulah

yang dinamakan taqlid. Seorang muqallid (pengikut saja) hanya akan menurut

saja akan apa yang dikatakan oleh orang diikutinyanya. Wahbah az-Zuhaili

menyatakan bahwa taqlid adalah memperpegangi mazhab lain tanpa mengenal

dalilnya.67 Adapun memperpegangi atau menerima pendapat (mazhab) orang lain

serta mengenal dan memahami akan dalil-dalilnya (hujjah) maka tidak disebut

dengan taqlid tetapi adalah suatu ijtihad yang menyesuai akan ijtihad orang lain

yang diikutinya karena mengenal dan memahami dalil itu hanyalah kerja dari

seorang mujtahid.68

Para ulama yang menjadi pembela taqlid setelah terjadinya penutupan pintu

ijtihad kata Buya Hamka mengemukakan suatu dalil pendapat yaitu “orang yang

telah terdahulu, tidak meninggalkan lagi untuk orang-orang kemudian soal-soal

yang akan dibicarakan”. Pendapat ini bertujuan untuk mengukuhkan dan

menumbuh suburkan akan budaya taqlid dalam Islam, suatu budaya yang sangat

67
Wahbah az-Zuhaili, al-Wajiz., Jilid II, hlm. 355.
68
Ahmad Kahtib al-Minangkawbawi, an-Nafahat ‘ala Syarh al-Waraqat, (Indonesia:
Haramain, 2006), hlm. 162.
173

ditentang dan kurang terpuji. Namun, jika seseorang tidak mampu mengenal akan

dalil maka sebaiknya ia mengikuti akan suatu ijtihad yang diyakini akan

kesahihannya.

Konsep Hamka tentang ijtihad : ijtihad dilandasi oleh konsep yang

dikemukakannya tentang kemerdekaan manusia (umat Islam) dalam menyatakan

pikiran.
279

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan :

1. Secara etimologi transgender berasal dari dua kata yaitu “trans” yang

berarti pindah (tangan, tanggungan) atau pemindahan, dan “gender” yang

berarti jenis kelamin. Secara terminologi transgender adalah istilah yang

digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir

atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir.

Transgender tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi

seksual organnya. Transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan

seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan

kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat

kelamin yang dimilikinya.

2. Transgender (Perpindahan gender dari laki-laki ke perempuan yang

memiliki jenis kelamin (sek) normal/sempuna), seseorang yang

mengalami gangguan identitas gender dengan istilah lain gender identity

disorder merasa dalam dirinya berbeda dengan jenis kelaminnya

3. Kebolehan perubahan status identitas gender pada kasus Iwan Rubianto

menjadi Vivian Rubianti dari laki-laki menjadi perempuan, bahwa Vivian

tergolong kepada khuntsa, Buya Hamka memberikan difenisi khuntsa

bukan saja dalam tataran yang memiliki kelamin ganda (dua jenis kelamin
280

sek laki-laki dan perempuan) atau sama sekali tidak memiliki oleh

seseorang, tetapi orang yang hidup antara gender laki-laki dan perempuan

yang dipengaruhi oleh adanya kelebihan kromosom/hormone (dibuktikan

dari diagnosa medis) adalah termasuk kepada khuntsa juga.

4. Di dalam tafsir “al-Azhar” Buya Hamka menjelaskan pada Q.S an-Nisa’

(4) ayat 119, perbuatan-perbuatan yang tergolong kepada merubah ciptaan

Allah adalah mentato, merapatkan gigi, menyambung rambut, mengembiri

dan lain sebagainya, sedangkan Iwan Rubianto adalah waria seorang

transgender orang yang bertingkah laku berlawanan dengan jenis

kelaminnya, baik dari cara berbicara, berjalan, berhias dan berpakaian

bahkan telah merubah dan menganti jenis kelaminnya hal ini lebih

membahayakan lagi dari pada yang telah dijelaskan dalam tafsir “al-

Azhar” tersebut. Melihat terhadap dampak dari perbuatan transgender

tersebut maka tergolong kepada suatu yang dilarang, dan mengenai

masalah yang telah jelas hukumnya (qath’i), fatwa di sampaikan buya

Hamka bahwa khuntsa sama denga waria tidak bisa dipakai lagi

(keputusan Musyawarah Nasional ke II MUI Nomor 05/KEP MUNAS

II/MUI/1980) sebagaiman terlampir, dan fatwa menjadi gugur setelah

diketahui ada nashnya di dalam al-Qur’an yaitu dalam Q.S an-Nisa’ ayat

119, Fatwa tersebut dirubah tentang perbedaan antara waria dan khuntsa

(komisi Fatwa dalam sidang pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1418,

bertepatan dengan tanggal 11 Oktober tentang masalah waria), sebagaiman

terlampir. Perubahan fatwa tentang perubahan dan penyempurnaan alat


281

kelamin, diatur dalam Fatwa MUI No 03 Tahun 2010, Majlis Ulama

Indonesia dalam Musyawarah Nasional MUI VIII, pada tanggal 13-16

Sya’ban 1431 H/25-28 Juli 2010 M, sebagaimana terlampir. Bahwa

perubahan status gender (perubahan) tanpa adanya indikasi medis maka

dinyatakan haram.

5. Hukum transgender menurut Buya Hamka dalam kitab tafsir al-Azhar,

merujuk kepada dua dalil yaitu :

pertama dalil menunjukkan kepada seseuatu yang merubah ciptaaan

Allah dasarnya terdapat pada Q.S an-Nisa’ ayat 119, Q.S ar-Rum : 30 dan

H.R Bukhari tentang merubah ciptaan Allah.

Transgender termasuk perbuatan yang tidak memfungsikan ciptaan

Allah sesuai dengan fungsinya, secara fitrah. Transgender, seseorang

(lebih mengarah kepada banci atau waria) mereka merasa tidak adanya

kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan, adanya

ketidak puasan dengan kelamin yang dimilikinya bahkan ada yang

berganti kelamin.

Perbuatan ini tergolong kepada merupah ciptaan Allah, mereka tidak

suka dengan kodrat ilahi yang menjadikannya sebagai laki-laki atau

wanita, dan mereka menganggap dirinya lebih cocok menjadi lawan

jenisnya. Perasaan ini adalah perasaan bathil yang berangkat dari

prasangja (zhann) semata. Karena sebenarnya manusia tidak tahu apa yang

lebih baik dan cocok bagi dirinya dalam banyak hal, dalam hadits Hamka

juga menjelaskan larangan mengebiri dengan cara memotong alat kelamin


282

laki-laki atau memotong pelirnya sehingga tidak dapat lagi melakukan

tugasnya sebagai laki-laki, perbuatan ini dilarang keras oleh agama. Semua

perbuatan ini menurut Hamka adalah merupakan perdayaan syaitan kepada

manusia, untuk menyesatkannya dari jalan yang dikehendaki Tuhan.

Syaitan menjanjikan keuntungan yang menarik hati padahal membawa

rugi, manjanjikan hari depan bahagia padahal celaka.

Kedua dalil yang menunjukkan kepada sesuatu perbuatan yang

menyerpai lawan jenis terdapat pada Q.S al-Baqarah ayat 216 dan H.R at-

Thirmidzi, Celaan tasyabbuh (menyerupai lawan jenis) dalam hal ucapan

dan cara jalan dikhususkan bagi orang yang bersengaja melakukannya.

Adapun seseorang yang asal tabiatnya memang demikian, maka dia

diperintah untuk memaksakan dirinya untuk meninggalkan kelainan

perilaku tersebut dan terus berupaya meninggalkannya walaupun secara

bertahap. Apabila tidak melakukannya dan terus memelihara kelainan

tersebut, dia pun masuk dalam celaan. Lebih-lebih lagi apabila tampak

darinya hal-hal yang menunjukkan dia senang dengan kelainan yang ada

padanya

Karena operasi ganti kelamin yang dilakukan oleh transgender

adalah wasîlah (sarana) untuk menyerupai lawan jenis, maka ia menjadi

haram juga. Sebab dalam kaidah fiqih disebutkan, bahwa wasîlah

hukumnya sama dengan tujuan. Dan dalam kasus ini, tujuan utama orang

yang menjalani operasi ini ialah untuk menjadi seperti lawan jenisnya.
283

6. Metode penetapan hukum transgender menurut Buya Hamka dalam kitab

tafzir al-Azhar dengan menggunakan dilalah al-fazh ‘ala al-ahkam, seperti

istinbat hukum dari aspek lafziah (redaksi) dan dari aspek wadhih al-

dhalalah (kejelasan makna). Selain itu menggunakan metode maqashid

syari’ah

7. Analisis hukum transgender dan dampak transgender terhadap pernikahan

menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar :

Menurut Buya Hamka bahwa pernikahan ialah adanya dua pribadi,

yaitu adanya laki-laki dengan perempuan, hidupnya akan digabungkan

menjadi satu untuk mendirikan rumah tangga, membangun keluarga

dengan syarat dan rukun tertentu. Pernikahan yang dilakukan oleh

transgender tidak akan terjadi pembiakan manusia itu apabila pasitif

bertemu positif, negatif sama negatif, betina sama betina atau sebaliknya,

laki-laki dengan laki-laki atau sebaliknya akan terjadi pernikahan sejenis,

hanya mendapatkan kenikmatan semata (sex a recreational and pleasure).

Akan tetapi sebuah pernikahan yang sesungguhnya lebiah dari itu yaitu

melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan yaitu bertujuan untuk perkembangabiakan keturuanan (sex as

propagation), disisi lain sex dipandang sebagai cara untuk mendapatkan

kenikmatan (sex a recreational and pleasure). Pemahaman ini sebenarnya

masih terlalu membatasi seksualitas pada wilayah fisik, padahal lebih dari

itu sek merupakan sebuah penyataan rasa (sex as relational).


284

Transgender, mereka tidak akan merasakannya yang namanya sakinah

mawaddah warahmah malah penyakit, dosa dan ‘azab yang akan didapati.

kalau tidak adanya pertemuan antara laki-laki dan perempuan ini tidak

akan terjadi maka punahlah manusia di dunia ini. Untuk mengatur hidup

itu supaya berjalan dengan wajar dan teratur, dijelaskanlah bahwa agama

itu gunanya ialah untuk menjaga yang lima perkara (1) Menjaga agama itu

sendiri (2) menjaga akal supaya tidak rusak (3) menjaga jiwa supaya

jangan binasa menurut yang tidak wajar (4) menjaga harta benda, dan (5)

mejaga keturunan.

Transgender adalah perbuatan yang menyimpang dan telah menyalahi

fitra kemanusian, tidak bisa menjaga kemulian yang diberikan oleh Allah

kepadanya. Lima aspek ( menjaga agama, menjaga akal, manjaga hak

hidup, menjaga harta benda dan keturunan), eksistensinya terhadap

beragama akan terancam tidak akan ada sebuah kebudayaan dan beradaban

dipermukaan bumi ini.

Akad nikah transgender dalam kajian fiqh bisa dikategorikan nikah

fasid sekaligus nikah bathil. UU Pernikahan nikah fasid dan nikah bathil

dapat digunakan sebagai pembatalan Pernikahan.

B. SARAN-SARAN

1. Hemat penulis dalam UU KUH Perdata pasal, UU administrasi

kependudukan dan UU tersebut mengarah kepada pasien hipospadia dan

pasien ambigius genitelia atau intersek (Khuntsa). UU tersebut tidak ada


285

perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan antara pergantian dan

perbaikan/pemyempurnaan jenis kelamin. Penelitian ini, berharap kepada

pemerintah mamberikan pengaturan dalam sebuah tindakan, mengatasi atau

memutus mata rantai tentang perkembangan transgender ini, antara Ulama,

Hakim Dan Pemerintah supaya bersinergi untuk membuat sebuah peraturan

yang mengikat tentang peraturan perundang-undangan tentang transgender

Banyak dampak yang dikhawatirkan dari hal ini, karena tidak hanya menjadi

masalah bagi keluarga dan masyarakat, melainkan juga kekhawatiran

terhadap penyebaran penyakit AIDS dan kemurkaan Allah S.W.T.

2. Penulis berharap Hendaknya khuntsa dimasukkan dalam peraturan

perundang-undangan (qonun) seperti di Mesir (UU No.77 Th.1943 tentang

kitab UU Hukum Waris) yang diperbaharui dengan UU No.71 Tahumn 1976,

sehingga tidak ada kekeliruan dengan istilah banci yang mengarah kepada

waria (mukhannats). Dan juga agar lebih ada kepastian hukum dalam

menetapkan status yang jelas bagi khuntsa.

3. Sebuah harapan bahwa penyimpangan yang dilakukan oleh Transgender, gay,

lesbi dan biseksual dan sejenisnya, perilaku seperti ini perlu adanya regulasi

atau payung hukum yang tegas bagi negara khususnya Negara Indonesia

sehingga perilaku ini tidak berlindung dibalik HAM untuk melegalkan

perbuatan-perbuatan yang bertentantang dengan kodrat manusia. Aturan ini

sudah diatur dalam hukum Islam walaupun berbeda pendapat para ulama

menanggapi tentang sanksi ini, tujuan akhirnya adalah para pelaku tetap

diberikan hukuman.
286

4. Seorang transgender yang berawal dari adanya ketidak nyamanannya dengan

jenis kelamin dengan identitas diri, pisisknya laki-laki, jiwanya atau

psikisnya perempuan atau sebaliknya pisiknya perempuan, jiwa atau

psikisnya laki-laki, dalam kehidupan orang seperti ini banyak mengalami

cemohoon orang, dikucilkan menimbulkan gejolak batin yang tidak

terbendung, menderita berkepanjangan, ini adalah merupakan penyakit

mental (jiwa) yang harus diobati, dibalik penderitaan ada suatu kenikmatan

yang disediakan Allah bagi orang yang bersabar dari penderitaan ini, Karena

ujian yang menimpa hanya sementara, sebab Allah telah tentukan kapan ia

harus berakhir, maka bersabarlah, karena semakin besar ujian yang dihadapi

semakin Allah menyayangi sebab ujian datang sengaja Allah datangkan

sebagai kode agar kembali kepada-Nya (agar mengingat-Nya) melalui

pendekatan spiritual dan kejiwaan (spiritual and psychological and therapy,

tapi bukan cara pintas dengan melalui operasi ganti kelamin seperti ini. Allah

yang mendatangkan penyakit dan Allah pulahlah yang mendatangkan

obatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abd Rahman Jamaluddin Al-Asnawi, Syarh Al-Asnawi Syarh Minhaj Al-Wusul Fi


Ilmi Ushul, (Mesir: Muhammad Ali Subaih, T.T.)
Abi Bakar Taqiyuddin Bin Muhammad Al-Husaini. Kifayah Al-Akhyar. Cet. I,
(Damsyiq: Dar Al-Khair), Bab Ma Tukhalifu Fihi Al-Mar‟Ah Al-Rajula
Abdullah Taufik, Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van Hoeve Cet. I, Vol. Iv, 55).
Abubakar Al Yasa’, Rekontruksi Fikih Kewarisan, Reposisi Hak-Hak Perempuan,
(Banda Aceh: Lkas, 2012

Abu Muhammad Zahrah, Ushul Fiqh, (Beirut; Dar Al-Fikr, 1976)


Abu Zahra Muhammad, Us}U>L Al-Fiqh (Damaskus: Da>R Al-Fikr Al-
‘Arabi,T.Th.)
Adnan Buyung Nasution, Menabur Benih Reformasi, (Jakarta : Aksara Karunia,
2004)
Ahmad Mustahafa Al-Zarqa, Hukum Islam Dan Perubahan Sosial, Terjemahan
Ade Dedi Rohayana, (Jakarta: Riora Cipta, 2000)
Ahmad Mustafa, Al Istishlah Wa Al Mashalih Al Mursalah Fi Al Syari`At Al
Islamiyah Wa Ushul Fiqh, Trj.
Ahmad Mustahafa Al-Zarqa, Hukum Islam Dan Perubahan Sosial, Terjemahan
Ade Dedi Rohayana, (Jakarta: Riora Cipta, 2000)
Al-Daramiy Fathiy, Al-Mana>Hij Al-Us}U>Liyyah Al-Ijtiha>Diyyah Bi Al-Ra’yi
Fi Al-Tasyri‘ Alisla>Miy (Damaskus: Al-Syarikah Al-Muttahdah, 1958)

Al-Hasan Muslim Al-Naisaburi, Al-Musnad Al-S}Ahih Al-Mukhtas}Ar Bi Naql


Al-’Adl An Al-’Adl Ila Rasulullah Saw., Edisi Iii (Beiru>T: Da>R Ihya
Al-Tura>S\ Al-‘Arabi, T.Th.)

Al-Amidi, Al-Ihka>M Fiy Us}Ul Al-Ahka>M, Juz Iv (Beiru>T: Da>R Al-Kutub


Al-Isla>Miyyah, T.Th.)
Al-Anshar, Lisan Al Arab , Juz,9, Hlm 279. Taj Al Urus, Juz.1
Al-Asqalani Ibnu Hajar, Fathul-Bâri, (Kairo: Dar Taybah Li Nasyr Wat Tawzi' ),
Jil.10

Ali Jum’ah, Al-Ya>Atu Al-Ijtihad (Cet,I,T.T: Al-Risa>Alah,2004)

Ali Prof. Dr. Nuruddin Jum‘At Adalah Ulama Azhar Dan Mantan Mufti Negeri
Mesir.
Al-Syatibi, Al-Muwa>Faqa>T Fi> Us}U>L Al-Syari>’Ah, Ditahqiq Oleh
Muhammad ‘Abd Al-Qadir Alfadili, Jilid I, Juz Ii (Beirut: Al-Maktabah
Al-As}Riyyah, T.Th)
Al-Syaukani, Muhammad Bin Ali Bin Muhammad, Nailul Authar, (Mesir: Dar
Al-Hadits), Juz Vi

Arifin Gus, Menikah Untuk Bahagia : Fikih Tentang Pernikahan Dan Kamasutra
Islami (Jakarta : Pt Elex Media Kompurindo Kompas Gramedia, 2010)
Auda Jasser, Maqa>S}Id Al-Shari>‘Ah As Philosophy Of Islamic Law (London,
Washington: Iit, 2008)
Al-Syauka>Ni Muhammad, Irsyad Al-Fuhu>L (Beiru>T: Da>R Ihya’ Al-Tura>S\
Al-‘Arabi, T.Th.)
Al-Kari>M Abd Zaidan, Al-Waji>Z Fi Us}Ul Al-Fiqhi (Bandung: Mat}Ba‘Ah
Ani, 1970)
Abu Bakar Al-Yasa, ‚Fiqh Islam Dan Rekayasa Sosial‛, Ari Ansari Dan Warsidi,
Fiqhi Indonesia Dalam Tantangan (Surakarta: Fia-Ums, 1991)
Al-Aziz Abd Bin Abdurrahman, Adillat Al-Tasyri‘ Al-Mukhtalaf Fi Al-Ijtiha>D
Biha> (Riyad}: T.P., 1399 H.)
Al-Sya>T}Ibi, H. 8-12, Dan Ibn Quda>Mah, Rawd}At Al-Nazi>R Wa Jannat Al-
Mana>Zir (Beiru>T: Mu’assasah Al-Risa>Lah, 1978)
Abu Bakar Al-Yasa, ‚Fiqh Islam Dan Rekayasa Sosial‛, Ari Ansari Dan Warsidi,
Fiqhi Indonesia Dalam Tantangan
Abidin Ibnu 4/381 Dan 5/239 Dan Jawahir Al Iklil, 2/40-41 Dan Qalyubi 4/320
Dan Al Mughni 6/562 Dan Fath Al Bari 2/188)
Al-Mabsuth, 11/78; Al-Fawakih Ad-Dawani, 2/209; Raudhatut-Thalibin, 10/90,
Dan , 10/155.
Al-Daramiy, Al-Mana>Hij Al-Us}U>Liyyah Al-Ijtiha>Diyyah Bi Al-Ra’yi Fi Al-
Tasyri‘ Alisla>Miy,
Al-Siddi>Qi Hasbi >, Dinamika Dan Elastisitas Hukum Islam (Cet. I; Jakarta:
Tintams, 1975)

Akbar Irfandy, Halal Haram Transgender Dalam Pandangan Islam, Rajawali


Press, Jakarta, 2011

Ahmad Yasin Ibrahim Daradikah Dr, Al Mirats Fi Al-Syariat Al-Islamiyah,


(Beirut: Muassassah Al-Risalah, 1986/1407 H)

Arifin Gus, Menikah Untuk Bahagia : Fikih Tentang Pernikahan Dan Kamasutra
Islami (Jakarta : Pt Elex Media Kompurindo Kompas Gramedia, 2010)
Asy-Syaukani Muhammad, Irsyad Al-Fuhul, (Beirut: Dar Al-Ihya At-Turas Al-
Arabi, T.T.)
Al-Khatib ‘Ajjaj, Al-Sunnah Qabl Al-Tadwi>N (Beiru>T: Da>R Al-Fikr, 1971)
Al-Bajri Al-Hasan Al-Mu‘Tazili, Kitab Al-Mu‘Tamad Fiy Ushu>L Al-Fiqh, Juz
Ii (Damsyiq: T.P., 1964)
Ahmad Hasan Mashri, Al-Ijtihad Fiy Al-Syari>‘Ah Al-Isla>Miyah
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Juz Ii (Kairo: Da>R Al-Sya‘Ab, T.Th.)
Ahmad Hasan Mas>Ri, Al-Ijtihad Fiy Al-Syari>‘Ah Al-Isla>Miyah (Kairo: T.P.,
1976)
Abu Zahrah Muhammmad, Tari>Kh Mazahib Al-Islamiyah, Juz Ii (Kairo:
Mat}Ba‘Ah Almadani, T.Th.)
Ali Muhammmad Al-Sayis, Tari>Kh Al-Fiqh Al-Isla>Mi (Mesir: Mat}Ba‘Ah
Muhammad Ali Sabih Wa Auladuh, T.Th.)
Azis Abd Al-Bukha>Ri, Kasyf Al-Asrar Syarh Us}U>L Al-Bazda>Wi, Jilid Iii
(T.T.: T}Aba‘Ah Aufas, 1394 H)
Al-Amidi, Al-Ihkam Fiy Us}U>L Al-Ahka>M, Juz Iii (Beiru>T: Da>R Al-Fikr,
1981),
Ali Abi Muhammad Ibn Hazm, Al-Ihka>M Fiy Us}U>L Al-Ahka>M (Kairo:
Maktabah Al-Khaniji, 1354 H.)
Abu Badran Al-‘Ainain Badran, Al-Syari>‘Ah Al-Isla>Miyah (Mesir: T.P.,
1972),
Abu Bakar Al-Yasa, ‚Fiqh Islam Dan Rekayasa Sosial‛, Ari Ansari Dan Warsidi,
Fiqhi Indonesia Dalam Tantangan

Azhari Fathurrahman, Jurnal : Perjalanan Ijtihad Dalam Perkembangan Fikih,


Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam Iain Antasari, Jl. Jenderal Ahmad
Yani Km 4,5 Banjarmasin
Az-Zuhaili Wahbah, Al-Qur’an Dan Paradigma
Al-Zuhaili Wahbah, Al-Wasit Fi Usul Al-Fiqh Al-Isla>Mi (Damaskus: Da>R Al-
Kutub, 1978)
Amir Ibn Al-Ha>Ji, Al-Taqri>R Wa Al-Tah}Bi>R, H. 389. Abd. Rauf
Muhammad Ami>N. Al-Ijtihad Ta’as\S\Iruhu Wa Ta’s\I>Ruhu Fi Fiqhi
Al-Maqa>S}Id Wa Al-Wa>Ki’ (Beiru>T: Da>R Al-Kutub Al-Ilmiyah,
1971)
Az Zaila’i, 4/221, Kitab Fath Al Bari, 10/332 Dan Kitab Nihayat Al Muhtaj,
8/283.
Al-Baihaqy, As-Sunan Al-Kubra, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2008), Jil. 11
Adi Andri Mustika, Operasi Ganti Kelamin, Press, Jakarta, 2010

Baalbaki Rohi, Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary, (Lebanon: Dar


Ilm Lil Malayin, 1993), Fifth Edition, 525.

Baihaqqi, Ilmu Mantiq, (Darum Ulum Press, 1996)


Bhakti Yudha Ardhiwisastra, Penafsiran Dan Konstruksi Hukum, Alumni,
Bandung, 2000
Budi Pantjer Waluyo, Operasi Penyesuaian Kelamin, (Suara Merdeka 11 Juni
1989)

Buyung Adnan Nasution, Pergulatan Tanpa Henti Menabur Benih Reformasi,


(Jakarta : Aksara Karunia, 2004)
Cholil M. Nafis ( Teori Hukum Ekonomi Syari’ah, ( Jakarta : Penerbit Ui Press,
2011)
Damami,Mohammad, Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka), (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2000)
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: Pt. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994)
Dawam M. Rahardjo, Intelektual Inteligensi Dan Perilaku Politik Bangsa,
(Bandung: Mizan, 1993)
Dedi Ade Rohayana, Hukum Islam Dan Perubahan Sosial, (Lihat : Jakarta:
Riora Cipa, 2000),
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penggolongan Dan
Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia Iii, (Jakarta : Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1993)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung:
Syaamil Cipta Media, 2004)
Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya Dilengkapi Dengan
Asbab Nuzul Dan Hadis Sahih (Bandung: Syaamil Quran, 2010)
Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra,
1989)
Djamil Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam (Cet, I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997)
Darullman Mustafa, Kajian Hukum Tentang Hukum Perubahan Jenis Kelamin
Menurut Pandangan Islam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012
Djalil Basiq, Logika Ilmu Mantik, (Jakarta: Kencana, 2010)
Effendi Satria M Zein, Ushul Fiqh (Cet. Iii; Jakarta: Fajar Interpratama Offset,
2009)
Fathul-Qadîr, 2/222; At-Tamhîd, 22/273; Mughnil-Muhtâj, 3/128 Dan Al-Mughni,
7/462.
Faiz Fakhruddin, Hermeneutika Qur’ani; Antara Teks, Konteks, Dan
Kontekstualisasi, (Melacak Hermeneutika Tafsir Al-Azhar Dan Tafsir Al-
Manar, (Yogyakarta: Qolam, 2002)
Fakih,Mansour Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar
Offset, Yogyakarta, 1999
Federspiel,Howard M, Popular Indonesian Literature Of The Al-Qur’an [Terj. Dr.
Tajul Arifin, Ma, Kajian Al-Qur’an Di Indonesia], Bandung: Mizan, Cet.
I, 1996, 137).
Gunawan Rudi, Refleksi Atas Kelamin : Potret Seksualitas Manusia Modren
(Magelang : Indonesia Tera, 2000)
Hasaballah Ali, Us}U>L Al-Tasyri‘ Al-Isla>Mi (Mesir: Da>R Al-Ma‘A>Rif,
1964)

Ḥamid Abu Al-Ghazali, Al-Mustasyfa Fi ‘Ilm Al-Usul, Jilid I, (Beirut: Dar Al-
Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1983)
Hamidi Jazim, Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan
Interpretasi Teks, Uii Press, Yogyakarta
Hamid Shalahuddin Dan Iskandar Ahza, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di
Indonesia(Jakarta: Intimedia, 2003)
Hamid Atiqah, 2012, Buku Pintar Halal Haram Sehari-Hari, Jogjakarta: Diva
Press
Hamka, Tasawuf Modern, Jaya Murni: Jakarta. 1939
Hamka, Falsafah Hidup,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994)
Hamka, Hamka Di Mata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984)
Hamka, “Mensyukuri Tafsir Al-Azhar”, (Majalah Panji Masyarakat, No. 317), 39.
Untuk Lebih Lengkap Dalam Mengetahu Sejarah Penulisan Tafsir Al-
Azhar Dapat Dilihat Dalam Karya Tafsirnya Juz I
Hamka (1908-1982): A Comparison, (Jurnal Studi Islamika, Vol. 2, No. 2, 1995)

Hamim Nur, Manusia Dan Pendidikan Elaborasi Pemikiran Hamka, (Sidoarjo:


Qisthos, 2009)
Hasan M. Ali, Hukum Waria Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 124.
Harahap Yahya, 2010, Hukum Acara Perdata,Jakarta: Sinar Grafika
Hasan Hamka, Tafsir Gender: Studi Perbandingan Antara Tokoh Indonesia Dan
Mesir, (Badan Litbang Dan Diklat Departemen Agama Ri, 2009)
H. Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983), Cet-2
Husein Ibrahim, Ijtihad Dalam Sorotan (Bandung: Mizan, 1991)
Hosen Ibrahim‚ Memecahkan Permasalahan Hukum Baru‛, Dalam Haidar Bagir,
Islam Dalam Sorotan (Bandung: Mizan, 1988)
Ibn Al-Humam, Al-Tahrir,(Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi Wa Awladuhu,
1351)
Ibn Munz}U>R Jamaluddin, Lisa>N Al-‘Arab Dengan Kata Kunci Jahada (Cet.
Iii; Beiru>T: Da>R S}A>Dir, 1414)
Ibn Faris, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lugah, Juz V, (T.Tp., Dar Al-Fikr, T.Th.)

Ibrahim,Johnny, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia


Publishing, Cetakan Kedua, Malang, 2005
Ibn Quddaamah Al-Maqdisi, Al-Mughni Wa Sharh Al-Kabiir, (Beirut: Dar Al-
Fikr, 1405 H/1984), Cet. I, Juz 7
Iqbal Muhammad Darmono, Hukum Perubahan Jenis Kelamin Menurut
Pandangan Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011
‘I>Sa Muhammad Bin Al-Tirmi>Zi, Sunan Al-Tirmi>Zi, Juz Iii (Beiru>T: Da>R
Al-Garbi Al-Isla>Mi, T.Th.)
Jalil Abd Isa, Ijtihad Rasulullah Saw. (Kuwait: Da>R Al-Bayin, 1969)
Jalil,Abdul, Dkk., Fiqhi Rakyat Pertautan Fiqhi Dengan Kekuasaan . Cet. I,
(Yogyakarta: Lkis, 2002)

Kahtib Ahmad Al-Minangkawbawi, An-Nafahat ‘Ala Syarh Al-Waraqat,


(Indonesia: Haramain, 2006)
Khalil Manna’ Al-Qattan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Muassasah
Risalah, 1993)
Kholid Ahmad, Melacak Sejarah Metodologi Ijtihad, (Bandung: Sahifa, 2009),
Kosasih Hazmar, Transgender Dan Hukumnya Dalam Pandangan Islam,
Ghalia, Indonesia, 2010
Khoirin Nur Yd, Operasi Kelamin Dalam Perspektif Hukum Islam, (Al-Ahkam,
2004),Xv, I, April
Kepastian Hukum Perubahan Jenis Kelamin Di Indonesia, Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan, Pekanbaru, 2017
Mandzur Ibnu, Lisan Al-‘Arab Jilid I, Kairo: Darul Ma’arif, Tt
Masyhur M. Ali Dan Noer Iskandar Al-Barsamy, Waria Dan Pengubahan
Kelamin, (Yogyakarta, Cv. Murcahaya, 1981)
Ma’luf Louis, Al-Munjid Fiy Al-Lugah (Beiru>T: Da>R Al-Masyriq, 1986)
Mertokusumo Sudikno. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Mertokusuma Sudikno, 1996, Mengenal Hukum , Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Muhammad Al-Shobuny, Aly, Al Mawarist Fis Syariatil Islamiyah Ala Dlaw‟I Al
-Kitab Wa Al-Sunnah, (Makkah: Syirkah Iqolatuddin, 1388 H.
Muhammad Hasanain Makhluf, Shafwah Al-Bayan, (Kairo : Dar El-
Syuruq,1987),
Muhammad Jamaluddin Bin Muharram, Lisa>N Al-‘Arab, Juz Iii (Mesir: Da>R
Al-Mis}Riyah Alta’lif Wa Al-Tarjamah, T.Th.)
Muhammad Herry Dkk, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Pada Abad 20,
(Jakarta: Gema Insani, 2006)
Muarif Hasan Ambary, Et Al, Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Cet. Vii; Jakarta: Pt.
Ichtiar Baru Van Houve, 2001)
Muallim Amir Dan Yusdani, Ijtihad: Suatu Kontroversi Antara Teori Dan Fungsi
(Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997)

Mustafa Abdullah Al-Maragi, Al-Fath Al-Mubi>N Fiy T}Abaqat Al-


Us}U>Liyyin, Jilid I (T.T.: Muhammad Amin Ramj, 1974)

Muhammad Sya‘Ba>N Isma‘Il, Al-Tasyri‘ Al-Isla>Mi (Kairo: Maktabah


Nahdhah Al-Mishriyah, 1985)
Muhammad Bin Muhammad Al-Qazali, Al-Mustashfa Min ‘Ilm Usu>L, Jilid Ii
(T.T.: Mustafa Muhammad, 1356)
Muhammad Sayyid Musa Tiwana, Al-Ijtihad Wa Mada Hujjatuna Ilayh Fiy
Haz\A Al-As}R (Mesir: Da>R Al-Kutub Al-Hadis\Ah, T.Th.)
Ma’Luf Luis Al-Yassu‟I, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa-Al-A‟Lam , (Beirut: Dar
El-Masyreeq, 1975)

Minhajuddin, Posisi Fikih Muqaran (Perbandingan) Dalam Penyelesaian Masalah


Ikhtilaf (Ujungpandang: Berkah Utami, 1999)

Muhammad Ridwan Khalik, Operasi Transgender Dan Akibat Hukumnya,


Rineka Cipta, Jakarta, 2015
Mustafa Dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, Edisi I (Cet. 2; Jakarta:
Sinar Grafika, 2013)

Mudzhar,Atho, Fikih Dan Reaktualisasi Ajaran Islam, Dalam Budi Munawwar


Rahman (Ed) (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina,1994)
Nasution, Ijtihad Sebagai Sumber Ketiga Ajaran Islam‛ Dalam Haidar Bagir,
Ijtihad Dalam Sorotan (Bandung: Mizan, 1988)
Nizar,Samsul, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta; Kencana, 2008)
Noer Deliar, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: Lp3es
Anggota Ikapi, 1985), Cet-3
Purwawidyana, Operasi Ganti Kelamin, Undaris, Ungara, 2009
Pane,Suwanto, Pengaturan Hukum Transgender Di Indonesia, Rajawali Press,
Jakarta, 2007
Qayyim Ibnu Al-Zaujiy, I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rabb Al-‘Alamin, Jilid 1,
Beirut; Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah
Qard}a>wi yusuf, fikih peradaban, sunnah sebagai paradigma ilmu pengetahuan,
terj. Faizah firdaus (cet. I; surabaya: dunia ilmu, 1997)
Qard}awi yusuf, al-ijtiha>d al-mu’as}ir bayna al-ind}iba>t wa al-}infira>t} (cet.
I; kairo: da>r tawzi’ wa al-nasyr al-isla>miyah, 1414/1994m.)
Qard}a>wi yusuf, awa>’il al-sa>‘at wa al-muru>nah fi al-syari>‘ah al-
isla>miyyah, terj. Agil husain al-munawwar, keluasan dan keluwesan
hukum islam (cet. I; semarang: toha putra, 1993)
Qard}a>wi yusuf, al-ijtihad al-mu‘a>s}ir bayna al-indiba>t wa al-infira>t (}cet. I;
kairo: da>r al-tawzi wa al-nasyr al-isla>mi, 1994)
Qard}a>wi yu>suf >, al-khas}a>’is} al-‘am (beirut: mu’assasat al-risa>lah, 1983),
204. Ibn qayyim, t{uru>q al-h{ukmiyyah fi> al-siya>sah al-shari>‘ah
(jedah: da>r al-mada>ni>, t.th.)

Rajagukguk Erman, Jurnal Hakim Indonesia Mengesahkan Penggantian Dan


Penyempurnaan Kelamin
Rabi’i Abdullah Abdullah Muhammad, Mausu’at Al-Tasri’i Al-Islami (Kairo: Al-
Majlis Al-‘A’la, 2009)
Rahman Abdurr Ghodzali, Kumpulan Hadis-Hadis Sahih, Kencana, Jakarta, 2009
Rifai Ahmad, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010
Richwanto Miswandi, Tinjauan Hukum Tentang Transgender Di Indonesia,
Mitra Ilmu, Surabaya, 2013
Roziqin Badiatul, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: E-Nusantara,
2009) Cet-2
Rauf Abd. Muhammad Ami>N. Al-Ijtihad Ta’as\S\Iruhu Wa Ta’s\I>Ruhu Fi
Fiqhi Al-Maqa>S}Id Wa Al-Wa>Ki’
Rosyada Dede, Hukum Islam Dan Pranata Sosial (Cet. Iv: Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996)
Rawa>Siy Muhammad Qal‘Ajiy, Dkk, Mu‘Jam Lugat Al-Fuqaha (Cet. Ii;
Beiru>T: Da>R Alnaqais, 1998)
Rahman Drs. Fatchur, Ilmu Waris, (Bandung: Al-Ma‟Arif, 1983)

Sabil Jabbar, Lgbt Melawan Fitrah, Tabloid Pikiran Merdeka, Edisi 113, 29
Februari-6 Maret 2016
Sabil Jabbar, Menalar Hukum Tuhan, Akar Penalaran Ta’līlī Dalam Pemikiran
Al-Ghazzali, (Banda Aceh: Lkas, 2009)
Sabiq Sayid, Fiqih Sunnah, (Bandung: Al-Ma‟Arif, 1987), Jilid Xiv, 285; Ibnu
Qudamah, Al-Mughni, Juz Iv, (Riyad: T.Th), 250; M. Abdul Majid, Dkk.,
Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995)
Sidiq Sapiuddin, }Usul Fiqh, Ed. I (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2011)
Setyowati Ro’fah (Et,Al). Perubahan Status Jenis Kelamin Terhadap Penderita
Transgender (Transseksual). Laporan Akhir. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Steenbrink Karel, Qur’an Interpretations Of Hamzah Fansuri (Ca. 1600) And
Subekti Dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, 2004,
Sudyarto Sides Ds, Hamka, ”Realisme Religius”, Dalam Hamka, Hamka Di Mata
Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984)
Sulaiman Umar Al-Asygar, Tari>Kh Al-Fiqh Al-Isla>Mi (Amman: Da>R Al-
Nafa>’Is, 1991)
Syani Abdul, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan, Jakarta, Pt. Bumi Aksara,
2007
Syuhudi M. Ismail, Menurut Pembela Pengingkar Dan Pemalsuannya (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995)
Shuhufi Muhammad, Ijtihad Dan Fleksibilitas Hukum Islam (Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2012)
Sudirman Antonius, 2007. Hati Nurani Hakim Dan Putusannya. Bandung : Citra
Adtya Bakti
Soepomo R, 1993, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Jakarta: Pradnya
Paramita
Susanto A, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 1
Shuhufi Muhammad, Ijtihad Dan Feksibilitas Hukum Islam (Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2012)

Salam Muhammad Madkur, Mana>Hij Al-Ijtihad Fiy Al-Islam (Kuwait:


Ja>Mi‘Ah Al-Kuwait, 1974)
Tahir Muhammad Ibn Asyi>R, Maqa>Sid Al-Syari>‘At Al-Islamiyah (Tunisia:
Avenue De Carthege, 1978)

Tamin Mardjani, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat, (Jakarta: Dep P


Dan K Ri., 1997)
Ulya Jauharil, Kewarisan Islam Menurut Islam, Republika 4 Desember 2014
Umar M. Hasbi, Nalar Fiqih Kontemporer (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007)
Usman Iskandar, Istihsan Dan Pembaharuan Hukum Islam (Cet. I; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994)

Wahab Abdul Khallaf, Mas}A>Dir Al-Tasyri‘ Fi Ma La Nas} (Cet. Iii; Kuwait:


Da>R Al-Qalam, 1972), H. 7. Ahmad Hanafi, Pengantar Dan Sejarah
Hukum Islam (Cet. V; Jakarta: Bulan Bintang, 1970)
Wardani Ali, Jurnal : Buya Hamka Dan Pandangannya Tentang Ijtihad, Dosen
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangkerang, Rausyan
Fikr. Vol. 14. 2 September 2018
Warson Ahmad Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Yokyakarta: Pt. Al-
Munawir, 1984), H. 787.)
W.S Titiek, Nama Saya: Hamka, Dalam Nasir Tamara, Dkk, Hamka Dimata Hati
Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1983)
Yahya Dan Fathurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,
Bandung: Al Ma'arif, 1993
Yunan Muhammad Yusuf, Karakteristik Tafsir Al-Qur’an Di Indonesia Abad Ke-
20, (Jurnal Ilmu Dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, Volume Iii, No.4, 1992)
Yusdani. Peranan Kepentingan Umum Dalam Reakltualisasi Hukum; Kajian
Konsep Hukum Islam Najamuddin Al-Thufi, (Yogyakarta: Uii Press,
2000)
Yash, Transeksual : Sebuah Studi Kasus Perkembangan Stranseksual
Perempuan Ke Laki-Laki, Aini, Semarang, 2003
Zaid Mustafa, Al-Mas}Lahat Fi Al-Fiqh Al-Isla>Mi Wa Najmu Al-Di>N Al-
Tu>Fi (Kairo: T.P., 1964)
Zakiyah Lily Munir, Dkk, Dari Syariat Menuju Maqashid Syariat;
Fundamentalisme, Seksualitas, Dan Kesehatan Reproduksi (Cet. I;Jakarta:
Ford Foundation, 2003
Al-Bukhâri Dalam Shahîhnya, No. 5887.
Dja’Far Abd.Muchit, Sh, Mhi. Problema Hukum Waria (Khuntsa) Dan Operasi
Kelamin. Http://Badilag.Net /Data/Artikel/Problematika%20huku
M%20waria .Pdf (25 Feb 2015)

Https://Muslim.Or.Id/3942-Mengenal-Para-Ulama-Pembaharu-Dalam-
Islam.Html Lihat Kitab “’Aunul Ma’buud” (11/260).
Undan-Undang 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 69
Fatwa Mui Nomor 3/Munas-Viii/2010
Al Nihayat Fi Al Gharib Al Atasr, Juz.4,
Alauddin, Istidlal, Http://Www.Al-Alauddin.Blogspot.Co.Id/2011/10/Istidlal.Html.

Mas Uut, Ijtihad: Menuju Kemaslahatan Manusia, 2009


Http://Ealah.Blogspot.Com/2009/12/Ijtihad-Menujukemaslahatan-
Manusia.Html, 2015.
(Syarh Al Bukhari Li Ibni Bathal Ix/141)
(Hr. Ahmad No. 3151, 5 : 243. Sanad Hadits Ini Shahih Sesuai Syarat Bukhari).
Majmu’ Fatawa, 11/565-566. Lihat Pula I’anatut Thalibin, 6/121; Mughnil-
Muhtaaj, 4/430; Al-Mughni, 12/40.
Kitab Fath Al Bari, 10/333- Cet. As Salafiyyah)
Kitab Fath Al Bari, 10/332 Dan Lihat Kitab Karya Ibnu Abidin, 4/381.
Maraqi Al Fallah, Hal. 156, Kitab Jawahir Iklil
Al-Inshaf, 2/252; Syarah Muntahal Iradat, 1/272; At-Tâj Wal-Iklîl, 2/93.
Lihat Al-Mabsuth, 1/111; Al-Umm, 1/166; Al-Majmu’, 4/287; Asy- Syarh Al-
Kabîr, 1/326 Dan Al-Muhalla, 4/212.
Lihat Kitab Tabyiinul Haqaiq, Karya Az Zayla’i, 4/221, Ibnu Abidin, 4/381, Al
Qaylubi, 2/320-321, Jawahir Iklil, 2/233, Al Hatab, 6/ 152 Dan Al
Mughni, 9/174, Bisa Juga Dilihat Al Muhadzdzab, 2/325 Dan Al-Mughni,
12/40
Mughnil Muhtâj, 4/192; Al-Fatawa Al-Kubra, 5/529
Bada’i Al Fawa-Id, 3/694.
Hr Al-Bukhâri Dalam Shahîhnya, No. 5886.
Muhammad Al-Syaukany, Fath Al-Qadiir, (Beirut: Dar Al-Fikr, T.Th), Juz 2,
Http://Almanhaj.Or.Id/Content/3606/Slash/0/Banci-Dalam-Tinjauan-
Syariat/ (25/5/2015)
Hr Al-Bukhâri Dalam Shahîhnya, No. 5887.
Faradz Sultana Mh, Phd. Kelamin Ganda, Penyakit Atau Penyimpangan Gender.
Http://Fakultas-Kedokteran-Undip.Blogspot.Com/2012/12/Kelamin -
Ganda-Penyakit-Atau.Html (20 Juli 2015)
Zulfidar Abduh Akaha. Khuntsa, Mukhannats Dan Homo Dalam Islam.
Https://Web.Facebook.Com/Notes/Abduh-Zulfidar-Akaha/Khuntsa-
Mukhannats -Dan-Homo-Dalam-Islam/10150128619012537 (25 Mei
2015)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Jo Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2013 Tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Ham)
Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid Iv. Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
Rasmanto Muhammad, Hukum Perubahan Jenis Kelamin Dalam Pandangan
Islam
Hamka, Kenang-Kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Jilid Ii,
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah, 27-01-2010
Http://Amir14.Wordpress.Com/Tasawuf-Hamka/ 24-02-2010
“Kata Pengantar Penulis” Dalam Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Penerbit Pustaka
Panjimas, Cet. I 1982, Juz`I,
PerananHakimHttp /Www.Geogle.Co.Id.Peranan+Hakim+Dalam+Melakukan+Pe
nemuan+Hukum
Napitupulu Bierly, “Penemuan Hukum”, Dalam Makalah Online, Senin 23
Januari 2012, Http://Magister-
Kenotariatan.Blogspot.Com/2012/01/Makalah-Hukum-Tugas-
Kuliah.Html, Diunduh Pada 4 Februari 2012 Pukul 3:58 Pm
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penggolongan Da
Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia Iii, (Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1993)

Tanpa Nama). Penemuan Hukum Di


Indonesia.File:///D:/Penemuan%20hukum/Penemuan-Hukum-Di
Indonesia.Htm /> [09/10/2008].
Http://Towardsmardhatillah.Wordpress.Com/2008/12/13/86/ Majalah Tumbuh
Kembang, Edisi 48, Feb, 2012
Hr Al-Bukhâri Dalam Shahîhnya, No. 5886.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama Lengkap : Misra Netti


Tempat / Tgllahir : Sei.Beringin, 14 November1983
NIM : 31695204857
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dosen Tetap STAI Lukman Edy Pekanbaru
No Telpon / HP : 081363341643
Email / FB : Misranetti@Yahoo.co.id
Alamat : Jln/ Gang Cendrawasih, Rt 04 Rw 02 No. 36, Kel :
Tangkerang Tengah, Kec : Marpoyan Damai, Kota
Pekanbaru, Riau

PENDIDIKAN
1. SDN 02 Panampung, Kec Ampek Angkek, Kab Agam, Tamat Tahun 1997
2. Mtss Islamil Ahsyriyyah (MIA) Kenagarian Panampung, Kec Ampek
Angkek Kab, Agam, Tamat Tahun 2000
3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Koto Baru Padang Panjang
Tamat Tahun 2003
4. Strata Satu (S1), Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah
IAIN Imam Bonjol Padang Tamat Tahun 2008
5. Strata Dua (S2) Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang Konsentrasi
Hukum Islam Tamat Tahun 2012

ANGGOTA KELUARGA
1. Nama Ayah : Suharmi (Alm)
2. Nama Ibu : Rosmita
3. Nama Suami : Rian Novaldo
4. Nama Anak : 1. Rafiq Al Varo Azka ( Usia 5 Tahun 9
Bulan)
2. Rania Humaira (10 Bulan)

5. Nama Sudara Kandung : 1. Zulfa Yenti.,M.Ag (W.K Pengadilan


Agama Solok, Sumatera Barat)
2. Firdaus
3. Khairul Nizam,. S.E

PENGALAMAN KERJA

1. Guru Honor, Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Candung, Kab Agam


2010-1013
2. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Payakumbuh 2011-
2013
3. Dosen Luar Biasa (DLB) Skolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Batu Sangkar 2013
4. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam H.M Lukman Edy (Staile)
Pekanbaru 2015-Sekarang

TULISAN

1. Skripsi : Menikahi Anak Tiri Menurut Mendapat Ibn Hazm Az-Zhahry


2. Tesis : Onani Dan Masturbasi Dengan Pendekatan Sad Al-Zhari’ah

Anda mungkin juga menyukai