Penyusun
Dr. I Ketut Wirawan, S.H., M.Hum.
Prof. Dr. I Dewa Gede Atmadja, S.H., M.S.
Prof. Dr. I Gusti Ayu Agung Ariani, S.H., M.S.
Dr. I Gusti Ayu Putri Kartika, S.H., M.H.
Dr. I Wayan Novy Purwanto, S.H., M.Kn.
Drs. Yuwono, S.H., M.Si.
Drs. Suhirman, S.H., M.S.
I Nyoman Bagiastra, S.H., MH.
Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn.
Dewa Gede Pradnya Yustiawan, S.H., M.H.
Pande Yogantara S, S.H., M.H.
I Dewa Ayu Dwi Mayasari, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA SAMBUTAN
DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena berkat karunia dan limpahan anugrahNya, Buku Ajar Pengantar Filsafat
Hukum ini dapat diselesaikan oleh tim penyusun dari Bagian Dasar-Dasar Ilmu Hukum.
Kami atas nama lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana menyambut baik
terbitnya buku ajar ini. Keberadaan Buku Ajar sangat diperlukan dalam proses belajar
mengajar.
Buku Ajar merupakan salah satu instrumen di dalam penguatan kurikulum. Buku
Ajar adalah Media yang sangat penting bagi mahasiswa dan dosen dalam proses
perkuliahan, dimana buku ajar ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi dosen
dalam memberikan materi perkuliahan dan sebagai sumber pembelajaran bagi
mahasiswa yang menempuh mata kuliah ini. Tujuan pembuatan buku ajar ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses perkuliahan dan juga dapat
meningkatkan kualitas lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Pada akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim penyusun
serta kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Buku Ajar
Pengantar Filasafat Hukum Ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kritik dan saran yang membangun tentu diperlukan untuk penyempurnaan buku ajar
ini.
ii
KATA PENGANTAR
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, Buku Ajar Mata Kuliah Pengantar Filsafat Hukum dapat kami selesaikan.
Buku Ajar Pengantar Filsafat Hukum berhasil diselesaikan. Keberadaan suatu buku
ajar pada mata kuliah bidang ilmu tertentu adalah sangat penting dalam proses belajar
mengajar, oleh karena dengan adanya suatu buku ajar dapat dipakai pedoman baik
oleh dosen maupun mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.
Buku Ajar Pengantar Filsafat Hukum berhasil diselesaikan. Buku Ajar ini
merupakan hasil Revisi dari block book Tahun 2012 sekaligus reader bagi dosen dan
mahasiswa. Adapun substansi Buku Ajar meliputi identitas mata kuliah, tim pengajar,
deskripsi mata kuliah, organisasi materi, metode dan strategi pembelajaran, tugas-
tugas, ujian-ujian, penilaian, dan bahan bacaan. Dalam buku ajar ini juga dilampirkan
Kontrak Perkuliahan dan Satuan Acara Perkuliahan.
Kami Tim Penyusun buku ajar ini mengucapkan terimakasih atas dukungan dan
bantuan dari semua pihak sehingga buku ajar ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang ditentukan, utamanya Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana
yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan penyusunan buku ajar ini.
Buku Ajar ini masih memungkinkan untuk dikritisi dalam penyempurnaannya,
Oleh karenanya segala kritik dan saran untuk penyempurnaannya sangat kami
harapkan.
iii
DAFTAR ISI
iv
3. Penutup ............................................................................................................ ... 29
Bahan Pustaka ...................................................................................................... ... 29
v
5. Penutup ............................................................................................................. .. 55
Bahan Pustaka ..................................................................................................... .... 57
vi
I. IDENTITAS MATA KULIAH
Mata Kuliah Pengantar Filsafat Hukum merupakan mata kuliah wajib nasional,
aliran-aliran dalam filsafat hukum. Inti dari pembelajaran mata kuliah ini adalah
dengan bekal inilah semua permasalahan filsafat hukum mampu dianalisis dengan baik
melalui pendekatan integral-holistik. Materi yang dibahas dalam mata kuliah ini meliputi
antara lain pengertian dan ruang lingkup filsafat hukum, sejarah perkembangan
1
pemikiran hukum pada zaman tradisional dan modern, aliran-aliran dalam filsafat
mengenai istilah, pengertian, ruang lingkup dan sejarah perkembangan filsafat hukum,
aliran-aliran dalam filsafat hukum, hakekat dan tujuan hukum, penerapan hukum serta
dengan karakteristik dari filsafat hukum yang bersifat mendasar, mahasiswa mampu
untuk berpikir secara kritis dan radikal dalam menganalisa suatu permasalahan-
Mata kuliah Pengantar Filsafat Hukum merupakan mata kuliah yang mengkaji
mempelajari Mata kuliah ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis bagi
Disamping itu mata kuliah ini juga bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat
memahami hakikat dan tujuan hukum serta perkembangan pemikiran tentang hukum
yang dianut dalam aliran-aliran filsafat hukum. Dari hasil pengkajian ini tentunya dapat
2
V. ORGANISASI MATERI
Adapun materi kuliah Pengantar Filsafat Hukum dalam buku ajar ini terdiri dari
beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang dapat digambarkan secara
sistematis sebagai berikut :
1. Dasar-Dasar Pengantar Filsafat
c. Aliran Utilitarian
d. Mazhab Sejarah
c. Freirechtslehre
3
a. Hukum Sebagai Alat Pembaharuan Masyarakat
a. Hakekat Hukum
b. Tujuan Hukum
Proses pembelajaran dalam mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu Hukum ini
dilaksanakan sebanyak 7 (tujuh) kali pertemuan untuk memberikan ulasan materi per-
pokok bahasan dan sesi tutorial juga dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali pertemuan.
Kemudian dilakukan penilaian melalui Ujian Tengah Semester (UTS) dan ujian akhir
semester (UAS) untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil belajar dari perserta didik
berjumlah 16 kali.
dengan alat bantu media berupa white board, power point slide, serta penyiapan bahan
bacaan tertentu yang dapat diakses oleh mahasiswa. Sebelum perkuliahan mahasiswa
sudah mempersiapkan diri (self study). Mencari bahan atau materi, membaca dan
memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan panduan (guidance)
4
dalam block book. Perkuliahan dilakukan dengan proses pembelajaran dua arah, yakni
tutorial, terdiri atas discussion task, study task, dan problem task sebagai bagian dari
self study. Tugas-tugas dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada setiap
VII. TUGAS-TUGAS
tugas-tugas yang ditentukan di dalam Buku Ajar. Tugas-tugas terdiri dari tugas mandiri
yang dikerjakan di luar perkuliahan, tugas yang harus dikumpulkan, dan tugas yang
harus dipresentasikan.
hard skills dan soft skills. Penilaian hard skills dilakukan melalui Ujian dan penilaian
tugas-tugas mahasiswa. Ujian terdiri dari Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian
Akhir Semester (UAS). Penilaian aspek soft skill yang terdiri dari kehadiran, keaktifan,
diintergrasikan ke nilai UTS, TT, dan UAS. Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini
NA = 2
3
5
Sistem penilaian adalah mempergunakan skala 5 (0-4) dengan rincian dan
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Arief Sidharta, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum, dan Filsafat Hukum, PT. Refika Aditama, Bandung.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
Ida Bagus Wyasa Putra, 2015, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University
Press, Denpasar.
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
6
Lili Rasjidi, 1982, Dasar-dasar Filsafat Hukum Alumni, Bandung.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Otje Salman, 2008, Filsafat Hukum (Perkembangan dan dinamika masalah), Rafika
Aditama, Bandung.
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2007, Ilmu Hukum dan Filsafat
Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
W. Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema
Keadilan) Susunan I, CV. Rajawali, Jakarta.
-------, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan)
Susunan II, CV. Rajawali, Jakarta.
-------, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan)
Susunan II, CV. Rajawali, Jakarta.
7
X JADWAL PERKULIAHAN
8
PERTEMUAN I : PERKULIAHAN KESATU
1. Pendahuluan
Bahan kajian ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai hakikat dari
Filsafat. Materi diawali dengan pemahaman atas asal kata dari Filsafat dan awal mula
lahirnya Filsafat dan siapa yang menemukan pertama kalinya. Selanjutnya mengenai
peristilahan dan pengertian Filsafat menurut pandangan dari Ida Bagus Wyasa Putra
dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Ilmu Hukum”. Kemudian dijelaskan mengenai
sejarah perkembangan filsafat. Selain itu, mahasiswa dengan rasa tanggung jawab,
jujur dan demokratis mendiskusikan istilah dan pengantar filsafat menurut pandangan
dari para ahli dan menguraikan sejarah perkembangan filsafat secara singkat..
terhadap konsep-konsep yang berulang kali diketemukan dalam bahan kajian pada
perkuliahan kedua
Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam
bahasa Yunani filsafat disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata yakni philos
9
atau philia dan sophos atau sophia. Philos mempunyai arti cinta, persahabatan, sedang
demikian maka philosophia ini dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan.
Istilah philosophia ini masih menjadi perdebatan tentang siapa yang paling awal
memperkenalkannya. Ada yang mengatakan bahwa philosophia ini untuk pertama kali
diperkenalkan oleh Heraklitos (540-480 SM), dan adapula pendapat lain yang
periode filsafat Sokratik (abad kelima SM), kata filsafat digunakan dalam karya Plato
yang berjudul Phaidros. Dalam karya ini Plato menerangkan bahwa “makhluk bijak”
(sophos) terlalu luhur untuk seorang manusia. Kata itu hanya pantas untuk dewa. Oleh
karenanya bagi Plato lebih baik manusia dijuluki pencinta kebijakan atau philosophos.
Sejak saat itu philosophos berkembang sebagai sebuah sebutan bagi manusia yang
bukanlah makhluk yang sudah bijaksana, tetapi sedang berproses menjadi bijaksana.
Kata philosophos menjadi penanda adanya kegiatan manusia yang mencari dan
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum dalam bukunya yang
berjudul “Filsafat Ilmu Hukum”, Filsafat adalah hasil berfikir filsafat. Berfikir filsafat
adalah berfikir tentang sebab (thingking of cause). Berfikir tentang sebab adalah berfikir
tentang asal-usul, sumber, atau hakekat sesuatu. Berfikir tentang sebab dari sesuatu,
sebab dari peristiwa tersebut (knowledge). Pengetahuan tentang sebab dari suatu
peristiwa dapat membuat orang memahami asal-usul atau hakekat dari peristiwa
10
menjadi bijaksana dalam bersikap terhadap suatu peristiwa (Wisdom).”1 Oleh karena
itu seseorang yang berfilsafat atau seorang filsuf disebut bijaksana karena ia memiliki
suatu peristiwa. Pengetahuan dan pemahaman tentang sebab dari suatu peristiwa
Awal mula perkembangan filsafat tidak dapat ditentukan secara pasti baik itu
tahun keberapa dan tanggal keberapa karena tidak ada yang bias memastikan, hanya
saja dapat diketahui awal mula perkembangan filsafat tersebut mulai sekitar awal abad
dengan pemikiran filsafat tersebut tidak hanya filsafat yang berasal dalam arti sempit
masa modern filsafat tersebut membentuk satu keseluruhan yang tidak dapat
Dalam hal menentukan tanggal lahirnya filsafat secara pasti sangat sulit untuk
ditentukan seperti apa yang telah dijelaskan diatas sebelumnya namun untuk
menentukan tempat lahirnya tentu tidaklah sulit karena dari ketiga filsuf yang pertama
kali memperkenalkan filsafat tersebut berasal dari pesisir kota kecil yang disebut
dengan Miletos sebuah kota perantauan di Yunani. Thales adalah orang yang pertama
kali mendapatkan kehormatan untuk digelari sebagai filsuf. Kemudian muncul filsuf
baru lainnya yang bernama Anaximandros dan Anaximenes, tidak seperti filsuf pertama
yang tidak pernah menuliskan pemikirannya ke dalam sebuah karya, kedua filsuf yang
1
Ida Bagus Wyasa Putra, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University Press,
Denpasar, 2013, Hlm. 1.
2
Ibid, Hlm. 2.
11
muncul belakangan setelah Thales ini justru membukukan pemikiran mereka, tapi
Dari ketiga filsuf pertama yang diketahui mereka semua menaruh perhatian
khusus pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, yang membuat mereka tertarik
adalah perubahan-perubahan yang terjadi secara terus menerus yang dapat disaksikan
dalam alam mereka mencari suatu asas dan prinsip yang tetap tinggal sama
dapat dipastikan hanya dapat dikira-kira satu abad kemudian masih di sebuah kota
perantauan di Asia kecil tepatnya di Ephesos ada seorang yunani lain yang bernama
Herakleitos beliau masih memikirkan hal-hal yang sama beliau beranggapan bahwa
dalam dunia alamiah tidak ada satupun yang tetap atau kekal tidak ada satupun yang
dianggap sempurna segala sesuatu yang ada senatiasa “sedang menjadi” maka dari
apa yang diucapkannya tersebut terkenalah ucapan beliau dengan istilah Pantharei
yang diartikan semua mengalir, sebagaimana air sungai senantiasa mengalir terus,
demikian pula dalam dunia jasmani tidak ada sesuatupun yang tetap. Semuanya
berubah terus-menerus3.
Kemudian masih dari Yunani pada waktu yang sama yaitu Pythagoras beliau
menempuh jalan yang berbeda, beliau tidak mencari suatu asas pertama yang dapat
beliau segala sesuatu ada dapat diterangkan dengan dasar bilangan-bilangan, beliau
sebagian realitas terdiri dari bilangan-bilangan, mengapa tidak mungkin bahwa segala-
3
K.Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 2011. h. 9
12
mempunyai jasa besar juga dalam memperkembangkan ilmu pasti. Dalam bidang ini di
Dari beberapa filsuf diatas dapat diketahui bahwa awal mula perkembangan
filsafat tersebut muncul di Yunani, selanjutnya lebih berkembang lagi menjadi jaman
keemasan filsafat di yunani muncul nama Sokrates (470-399), ia membela yang benar
dan yang baik yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam
sejarah umat manusia Socrates merupakan contoh yang baik dan istimewa Socrates
sendir memiliki murid yang amat setia yang bernama Plato, plato dilahirkan di Athena
diarahkan kepada ilmu pengetahuan alam dengan sedapat mungkin menyelidiki dan
mempunyai bentuk dan materi, tetapi maksudnya bukan bentuk dan materi yang dapat
Selanjutnya kita masuk pada filsafat modern, yang terkenal dalam filsafat
modern ini yaitu Rene Descartes beliau disebut sebagai bapa filsafat modern, disini
beliau menyatakan bahwa ia tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan
yang menjadi bahan pendidikannya, di bidang ilmiah tidak ada satupun yang dianggap
juga satu-satu pengecualianya adalah matematika dan ilmu pasti. Aliran filsafat yang
berasal dari Descrates basnya disebut rasionalisme karena aliran ini sangat
mementingkan rasio . dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat
membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan suatu realitas diluar rasio.
4
Ibid. h. 10
5
Ibid. h. 15
13
Bertentangan dengan rasionalisme tersebut maka sesudah masa Descrates
seluruh dunia, termasuk juga manusia merupakan suatu proses yang berlangsung
muncul J. Locke (1632-1704) menurut beliau mula-mula rasio manusia harus dianggap
as a white paper dan seluruh isinya berasal dari pengalaman, dan muncul G. Berkeley
(1685-1753) beliau berpendapat bahwa sama sekali tidak ada substansi yang materiil
Pada akhir pembahasan ini kita akan sedikit membahas riwayat immanuel kant
beserta karya-karyanya. Tidak dapat dipungkiri dan disangsikan Immanuel Kant (1724-
1804) karena beliau merupakan salah satu filsuf yang terbesar dalam sejarah filsafat
modern, beliau lahir di sebuah kota kecil di Prusia timur tepatnya di Konigsberg.
Kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi atas dua periode zaman praktis dan zaman
kritis. Dalam zaman praktis dia menganut pendirian rasionalitas yang dilancarkan oleh
Wolff dan kawan-kawannya. Tetapi karena dipengaruhi oleh Hume maka secara
perlahan Kant meninggalkan rasionalisme. Lalu beliau masuk ke zaman kritis dan
justru pada zaman inilah Kant mengubah wajah filsafat secara radikal. Kant sendiri
dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant adalah
filsuf pertama yang mengusahakan penyelidikan ini semua filsuf yang mendahuluinya
6
Ibid. h. 55
14
tergolong dalam dogmatism, karena mereka percaya mentah-mentah pada
4. Penutup
Rangkuman :
Dimana Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM) dan dalam
bahasa Yunani filsafat disebut philosophia yang dapat diartikan sebagai cinta akan
kebijaksanaan. Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum, filsafat adalah
hasil berfikir filsafat dan berfikir filsafat adalah berfikir tentang sebab (thingking of
cause). Berfikir tentang sebab adalah berfikir tentang asal-usul, sumber, atau hakekat
sesuatu.
hanyalah dari para filsuf yang memaparkan teori filsafat tersebut. Kemudian munculnya
jaman filsafat modern dengan perkembangan yang semakin berubah pula seiring
perkembangan jaman. Sehingga dari asal mula timbulnya filsafat yang dapat masuk
kedalam setiap ilmu pengetahuan maka tidak menuutup pula filsafat masuk kedalam
bidang ilmu hukum sehingga dalam perkembangannya ilmu filsafat menjadi diterapkan
Latihan :
Diskusikan dalam kelompok dan buatlah jawaban atas pertanyaan di bawah ini :
7
Ibid. h. 6
15
1) Istilah Filsafat berasal dari istilah Philosophia yang berarti cinta akan
kebijaksanaan. Apakah yang dimaksud dengan cinta akan kebijaksanaan
tersebut ?
Bahan Pustaka
Yogyakarta.
3. Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
4. Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
16
PERTEMUAN II : TUTORIAL 1
1. Pendahuluan
Kegiatan tutorial ini merupakan pendalaman atas materi istilah, pengertian ruang
dengan cara mendiskusikan dalam kelompok. Setelah selesai tutorial ini, diharapkan
perkembangan filsafat berkaitan dengan pendapat para ahli filsafat yang tercantum
filsafat berawal dari Yunani karena ketiga filsuf yang pertama kali menemukan teori
filsafat tersebut berasal dari yunani. Setelah melalui berbagi macam perkembangan
maka teori filsafat tersebut mulai dibantah dan ditemukan teori baru yang muncul.
Diskusikan bersama kelompok sejarah perkebangan filsafat dari jaman yunani kuno
3. Penutup
Mahasiswa menyusun laporan hasil diskusi, laporan dikumpul pada saat selesai
tutorial.
17
PERTEMUAN III : PERKULIAHAN KETIGA
1. Pendahuluan
Hukum, Kedudukan Filsafat Hukum Dalam Ilmu Hukum dan Sejarah Perkembangan
mengenai hakikat dari Filsafat Hukum. Materi diawali dengan pemahaman atas istilah
Filsafat Hukum dalam bahasa asing, objek dari Filsafat Hukum dan masalah yang ada
Hukum dalam perspektif Ilmu Hukum. Serta penjelasan mengenai bagaimana sejarah
sejarah perkembangan filsafat. Selain itu, mahasiswa dengan rasa tanggung jawab,
jujur dan demokratis mendiskusikan pengertian dari Filsafat Hukum, kedudukan Filsafat
Hukum dalam ilmu hukum dan bagaimana sejarah perkembangan Filsafat Hukum
secara praktis.
Dalam Ilmu Hukum dan Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum ini sangat penting
18
2. Pengertian Filsafat Hukum
Dikenal beberapa istilah Filsafat Hukum dalam bahasa asing, seperti di Inggris
menggunakan 2 (dua) istilah yaitu Legal Philosophy atau Philosophy of Law, kemudian
di Belanda juga menggunakan 2 (dua) istilah yaitu Wijsbegeerte van het Recht dan
Rechts Filosofie dan di jerman menggunakan istilah Filosofie des Rechts.8 Istilah
Filsafat Hukum dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari istilah Philosophy
menerjemahkan Filsafat Hukum sebagai padanan dari Philosophy of Law atau Rechts
Filosofie daripada Legal Philosophy. Istilah Legal dalam Legal Philosophy sama
pengertiannya dengan Undang-Undang atau hal-hal yang bersifat resmi, jadi kurang
tepat digunakan untuk peristilahan yang sama dengan Filsafat Hukum. Hal ini
didasarkan pada argumentasi bahwa hukum bukan hanya Undang-Undang saja dan
filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum. Dengan
perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
Objek filsafat hukum adalah hukum dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
tersebut meliputi pertanyaan tentang hakikat hukum, dasar kekuatan mengikat dari
hukum. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan hukum,
8
Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press, Malang,
2013, Hlm. 10.
9
Ibid
10
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 1999, Hlm.10.
19
tetapi masing-masing mengambil sudut yang berbeda sama sekali. Filsafat Hukum juga
merupakan bagian dari ilmu-ilmu hukum. Adapun masalah yang dibahas dalam lingkup
laku/perilaku manusia, terutama untuk mengatur perilaku manusia agar tidak terjadi
kekacauan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sub dari
cabang filsafat manusia yang disebut dengan etika atau filsafat tingkah laku. Jadi, tepat
dikatakan bahwa filsafat manusia berkedudukan sebagai genus, etika sebagai species
dan filsafat hukum sebagai subspecies.11 Dalam ranah ilmu hukum, Meuwissen dalam
“Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum “
menyatakan bahwa Filsafat Hukum adalah tataran abstraksi teoritikal yang peringkat
Oleh karena itu, Filsafat Hukum meresapi semua bentuk pengusahaan hukum
11
Ibid
20
dengan berlakunya hukum dalam realita kehidupan sehari-hari.12 Filsafat Hukum
meresapi Teori Hukum dan Ilmu-Ilmu Hukum, oleh karena itu filsafat hukum
diklasifikasikan ke dalam ilmu hukum. Pokok-pokok kajian filsafat hukum meliputi dwi
tugas yaitu: Landasan daya ikat hukum dan landasan penilaian keadilan dari hukum
Zaman Yunani (Kuno) bermula pada Abad ke-6 SM sampai Abad ke-5 M.
Pada masa itu rakyat Yunani sudah hidup di dalam polis-polis yang mempunyai
pada saat itu masih sangat besar pada kekuatan supranatural, seperti kepercayaan
kepada dewa dewi Olimpus. Proses pematangan itu berlajut pada masa keemasan
Zaman ini dimulai sejak kekuasaan Romawi jatuh, yakni pada Abad ke-5
Masehi, masa ini ditandai dengan kejayaan agama Kristen di Eropa (dan mulai
12
Dewa Gede Atmadja, Op.Cit, h. 5
13
Ibid
21
tidak lagi hanya berorientasi kepada hukum alam sebagaiman pada zaman Yunani
Kuno. Dasar ketaatan terhadap hukum telah mengalami perubahan yang awalnya
berdasar pada hukum alam menjadi karena kehendak ilahi. Tokoh filsafat pada
zaman pertengahan ini, antara lain Agustinus (354-430) dan Thomas Aquinas
Yunani Kuno seperti Plato, yakni tentang hubungan ide-ide abadi dengan benda-
benda duniawi.
Pada abad pertengahan ini muncul pemikiran tentang adanya hukum yang
abadi yang berasal dari rasio Tuhan (lex aeterina). Melalui lex aeterina ini Tuhan
membuat rencananya terhadap alam semesta ini. Selanjutnya hukum abadi dari
Tuhan ini mengejawantah pula dalam diri manusia, sehingga manusia dapat
merasakan, misalnya apa yang disebut dengan keadilan itu. Inilah yang disebut
juga menjadi isu hangat. Hal ini tampak dengan munculnya dua aliran filsafat masa
Skolastik, yaitu via antiqua dan via moderna. Aliran pertama berpihak pada gereja
dan aliran kedua berpihak kepada Kaisar. Mulai dibahas hubungan antara negara,
hukum, dan gereja. Mulai timbul pemikiran-pemikiran yang bersifat sekuler dengan
Pada zaman modern ini, mulai ada penegasan akan jawaban terhadap
problematik yang muncul antara hukum alam dengan hukum positif, walaupun
jawabannya belum tuntas. Pada masa ini muncul aliran-aliran filsafat hukum yang
22
menggugat ketergantungan manusia kepada rasio Tuhan sebagaimana yang
diajarkan oleh para filsuf pada zaman pertengahan. Pada zaman moderen ini
posisi manusia mulai ditempatkan secara lebih mandiri, dengan rasio manusia
dapat menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Para filsuf pelopor jaman ini
merasa jenuh dengan pembicaraan hukum yang abadi yang berasal dari Tuhan
dan menganggap bahwa hukum positif tidak perlu lagi bergantung pada rasio
Tuhan. Mulai lebih ditonjolkan rasio manusia, musalnya ditempuh dengan cara
dan feodelisme menjadi tidak populer lagi yang ditandai dengan terjadinya Revolusi
Dimaksud dengan jaman sekarang adalah dimulai sejak abad ke-19. Jika
dilengkapi dengan empirisme yang sebenarnya sudah dirintis pada jaman modern.
lapangan hukum. Perhatian yang besar terhadap faktor sejarah ini antara lain
diberikan oleh Hegel (1770-1831) dan Karl Marx(1818-1883). Hal yang sama
terjadi pula di Jerman dengan muculnya Mazhab Sejarah dari von Savigny (1779-
1861).
Hegel sangat mementingkan rasio. Rasio di sini tidak hanya rasio individual,
tetapi terutama rasio dari ilahi. Pada Abad ke-20 pemikiran-pemikiran abad
23
eperti Neokantianisme, Neohegelianisme, dan Neomarxisme. Aliran-aliran ini
timbul sebagai reaksi atas positivisme yang memang menjadi aliran filsafat paling
umum sampai saat ini. Empirisme yang berjaya pada Abad ke-19 ternyata juga
terus berkembang pada Abad ke-20. Aliran-aliran yang berpangkal pada empirisme
wajib diuji dengan dunia realistis. Timbulah aliran-aliran filsafat hukum yang disebut
sosial yang kemudian diambil alih oleh hakim ke dalam putusannya. Jadi dalam
kepada hakim ini kemudian mencapai puncaknya dalam aliran Freirechtslehre yang
5. Penutup
Dimana Filsafat Hukum adalah cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika
yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu
yang mempelajari hukum secara filosofis. Objek filsafat hukum adalah hukum dan
objek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut
dengan hakikat.
24
Rangkuman
Filsafat Hukum juga merupakan bagian dari ilmu-ilmu hukum. Adapun masalah
seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles dimana kemunculan mereka mulai melepas
pemikiran masayarakat Yunani yang pada saat itu masih percaya dengan mitos-mitos
perubahan yang awalnya berdasar pada hukum alam menjadi karena kehendak ilahi
yang dikarenakan jatuhnya kerajaan Romawi dan berkembangnya agama Kristen dan
Islam di Eropa. Tokoh filsafat pada zaman pertengahan ini, antara lain Agustinus (354-
430) dan Thomas Aquinas (1225-1275). Pada abad pertengahan ini muncul pemikiran
tentang adanya hukum yang abadi yang berasal dari rasio Tuhan (lex aeterina).
Munculnya dua aliran filsafat masa Skolastik, yaitu via antiqua dan via moderna dimana
via antiqua memihak pihak gereja dan via Modena memihak pihak pada Kaisar
25
urusan duniawi (negara) dan keagamaan (gereja) dan terus berkembang pada zaman
modern.
Pada zaman moderen ini posisi manusia mulai ditempatkan secara lebih
mandiri, dengan rasio manusia dapat menentukan apa yang terbaik bagi dirinya dan
menganggap bahwa hukum positif tidak perlu lagi bergantung pada rasio Tuhan.
Gagasan rasionalisme pada zaman ini membawa pegaruh besar dalam hukum
perhatian utama termasuk dalam lapangan hukum. Perhatian yang besar terhadap
faktor sejarah ini antara lain diberikan oleh Hegel (1770-1831) dan Karl Marx(1818-
1883). Pada Abad ke-20 lahir berbagai aliran filsafat seperti Neokantianisme,
Neohegelianisme, dan Neomarxisme yang menjadi aliran filsafat paling umum sampai
saat ini. Empirisme terus berkembang pada Abad ke-20 dan mengambil bentuk
pragmatism dimana kebenaran itu wajib diuji dengan dunia realistis yang melahirkan
Latihan :
Diskusikan dalam kelompok dan buatlah jawaban atas pertanyaan dibawah ini :
26
5. Uraikan dengan singkat mengenai sejarah perkembangan filsafat hukum !
Bahan Pustaka
Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
Ida Bagus Wyasa Putra, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University Press,
Denpasar, 2013.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
27
PERTEMUAN IV : TUTORIAL 2
1. Pendahuluan
Kegiatan tutorial ini merupakan pendalaman atas materi istilah, pengertian dan
ruang lingkup filsafat hukum. Mahasiswa mendalami materi mengenai pengertian dan
ruang lingkup filsafat hukum dengan cara mendiskusikan dalam kelompok. Setelah
selesai tutorial ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan ruang
lingkup filsafat hukum berkaitan dengan pendapat para ahli filsafat hukum yang
Menurut Mahadi filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum, falsafah tentang
hukum? Yang menghendaki agar kita berpikir masak-masak tentang tanggapan kita
dan bertanya pada diri sendiri, apa yang sebenarnya kita tanggap tentang hukum.
Apabila kita telaah kedua pandangan tentang filsafat hukum tersebut maka
pandangan pertama menghendaki bahwa dalam filsafat hukum harus berpikir secara
mendalam sampai keakar-akarnya atau sampai pada hakekat dari hukum tersebut dan
dalam menggunakan pemikiran filsafat hukum pun harus secara sistematis. Sedangkan
pandangan kedua menyatakan bahwa . Sehubungan dengan itu, ada pandangan lain
mengenai apa yang dimaksud dengan hukum. Jadi menurut pandangan yang terakhir
28
ini mengartikan filsafat hukum tersebut hanya sebagai sarana yang dipakai untuk
3. Penutup
Mahasiswa menyusun Laporan Hasil Diskusi. Laporan dikumpulkan pada saat selesai
tutorial.
29
PERTEMUAN V : PERKULIAHAN KETIGA
1. Pendahuluan
Filsafat Hukum. Pada bahan kajian ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa
Filsafat Hukum. Materi diawali dengan pemahaman Aliran Hukum Alam dan siapa
pencetusnya pertama kali, Aliran Hukum Positif serta macam-macam aliran hukum
filsafat hukum dan siapa pencetus pertamanya. Selain itu, mahasiswa dengan rasa
30
Ada dua pandangan dalam pembahasan hukum kodrat ini, yakni: pandangan
a. Pandangan Teologis:
Dalam pandangan teologis dikatakan bahwa seluruh alam semesta diatur oleh
Tuhan Yang Maha Esa sebagai ciptaannya. Tuhan telah meletakkan prinsip-
prinsip yang abadi untuk mengatur segala kehidupan di dunia ini. Oleh
b. Pandangan Sekuler:
budi yang menjadi sumber tatanan moral dalam diri dan masyarakat manusia.
Keutamaan moral tidak ada dalam sabda Tuhan yang tertulis dalam kitab suci.
Prinsip-prinsip kodrati bersifat abadi, menjadi acuan validitas segala norma yang
digapai dengan penalaran yang tepat dan benar. Prinsip-prinsip yang universal
ini berlaku secara universal pula, dan saat menggapainya harus disingkirkan
segala hukum positif yang tidak bersumber kepada hukum kodrat. Hukum kodrat
Hart,
Aliran ini disebut juga dengan positivisme hukum. Aliran ini berpandangan
bahwa hukum itu adalah perintah penguasa (law is a command of the lewgivers).
Bahkan bagian aliran hukum positif yang dikenal dengan nama Legisme berpendapat
14
Antonius Cahyadi, E. Fernando M. Manullang, Pengantar Ke Filsafat Hukum, Prenada, Edisi
Pertama Cetakan Ke-3, Jakarta, 2010, Hlm. 43.
31
lebih tegas, bahwa hukum itu adalah identik dengan undang-undang.15 Aliran hukum
positif ini dapat dibedakan dalam dua corak, yakni: (1) Aliran Hukum Positif Analitis
oleh Jhon Austin, dan (2) Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre) atau dikenal juga
hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum itu terletak pada
unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis,
Kekuasaan dari negara ini memaksakan orang untuk taat. Negara sebagai
tingkah laku orang ke arah yang diinginkannya. Hukum adalah perintah yang
non yuridis.seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah
yang kemudian dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine Rechtslehre) dari
Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu Sollen Ketegorie (kategori faktual). Bagi
Kelsen, hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia
sebagai makhluk rasional. Hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi
(materia). Jadi keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Oleh
15
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintar Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982, Hlm. 122.
16
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013, Hlm.
108.
32
karenanya bisa saja suatu hukum itu tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena
4. Aliran Utilitarian
tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan (happines). Jadi
baik buruk ataupun adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu
utilitarianisme ini adalah: Jeremy Bentham, John Stuart Mill, dan Rudolf von Jhering.
kesusahan. Ada kaitan erat antara kebaikan dan kejahatan dengan kebaikan
Yang ingin dicapai manusia bukanlah benda atau sesuatu hal tertentu,
17
Ibid, h. 109.
18
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Op. Cit., h. 117.
19
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Op. Cit., h. 118.
33
Oleh Jhering dikatakan bahwa tujuan hukum adala untuk melindungi
5. Mazhab Sejarah
mazhab sejarah sudah mengarah kepada bangsa, tepatnya jiwa bangsa (volksgeist).
Adapun tokoh-tokoh pada mazhab ini ialah: Friedrich Karl von Savigny, Puchta, dan
demikian pula halnya dengan hukum. Oleh karenanya tidak ada bahasa yang
universal dan tiada pula hukum yang universal. Pandangan ini jelas menolak
pandangan hukum alam yang melihat bahwa hukum itu bersifat universal.
Dikatakan oleh Savigny bahwa hukum itu bukan karena perintah penguasa atau
bukan karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam
jiwa bangsa itu. Jiwa bangsa (volksgeist) itulah yang menjadi sumber hukum.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa hukum itu tidak dibuat, tetapi ia tumbuh dan
20
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Op. Cit., h. 121.
34
hukum adalah mutlak diperlukan studi terhadap sejarah dari bangsa di mana
2. Puchta (1798-18460:
Puchta memiliki pandangan yang sama dengan Savigny, bahwa hukum suatu
bangsa adalah terkait pada jiwa bangsa (volksgeist) bangsa yang bersangkutan.
Menurutnya hukum dapat berbentuk: (1) langsung berupa adat istiadat, (2)
melalui undang-undang, (3) melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para ahli
hukum. Lebih lanjut Puchta membedakan pengertian “bangsa” dalam dua jenis:
(1) bangsa dalam pengertian etnis (bangsa alam), dan (2) bangsa dalam arti
yang memiliki hukum yang sah adalah bangsa dalam arti nasional (negara),
6. Penutup
35
komprehensip. Kemudian untuk mengetahui capaian pembelajaran, maka akan
Rangkuman
a. Pandangan Teologis:
b. Pandangan Sekuler:
akal budi yang menjadi sumber tatanan moral dalam diri dan masyarakat
manusia.
Aliran ini disebut juga dengan positivisme hukum. Aliran ini berpandangan
lewgivers). Aliran hukum positif ini dapat dibedakan dalam dua corak, yakni: (1)
adalah perintah dari penguasa negara dan (2) Aliran Hukum Murni (Reine
oleh Hans Kelsen dimana hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non
36
3. Aliran Utilitarian
4. Mazhab Sejarah
tokoh-tokoh pada mazhab ini ialah: Friedrich Karl von Savigny, Puchta, dan
Bahan Pustaka
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
37
PERTEMUAN VI : TUTORIAL 3
MAZHAB SEJARAH
1. Pendahuluan
Pada kegiatan tutorial 3 ini, mahasiswa bediskusi di dalam kelompok atas tugas
mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis mampu: Menjelaskan
mengenai Aliran Hukum Alam, Aliran Hukum Positif, Aliran Utilitarian serta Mazhab
Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan.
Namun dalam prakteknya, seperti yang dialami oleh seorang perempuan yang masih
belia bernama Nengah Laras yang baru saja lulus sekolah menengah umum. Setelah
menempuh pendidikan SMU, Laras sangat menginginkan melanjutkan jenjang
pendidikan di bangku kuliah. Kedua orang tua Laras sangat menyetujui keinginannya
itu akan tetapi mereka tidak mampu mewujudkan impian Laras dengan alasan tidak
memiliki uang untuk membiayai kuliah. Disamping alasan tersebut ternyata faktor
utamanya yakni Nengah Laras akan segera dikawinkan dengan Made Supartha yang
merupakan anak dari juragan Tempe Bacem. Ternyata kedua orang tuanya telah
memiliki pilihan untuk menjodohkan Nengah Laras dengan Made Supartha. Sehingga
impian Laras untuk duduk dibangku kuliahpun menjadi lenyap.
Langkah yang ditempuh oleh kedua orang tuanya Laras tersebut dirasa wajar
karena Nengah Laras adalah seorang perempuan. Apabila seorang perempuan
dibiayai kuliah maka setelah lulus nanti pasti akan memikirkan pekerjaan sebagai mata
pencahariannya dan segera melangsungkan perkawinan. Oleh karena didesa mereka
menganut sistem keluarga patrilinial atau mengikuti garis keturunan laki-laki maka
Nengah Laras akan mengikuti Made Supartha atau dengan kata lain Nengah Laras
38
akan menjadi milik Made Supartha. Dengan demikian orang tua dari Nengah Laras
tidak dapat menikmati jerih payah atau perjuangannya dalam membiayai kuliah
anaknya. Sehingga lebih baik tidak perlu mengeluarkan dana yang begitu besar untuk
pendidikan anak yang pada nantinya juga menjadi milik orang lain. Oleh sebab itu
kakaknya Nengah Laras yang bernama Wayan Kardi sangat didukung oleh kedua
orang tuanya. Hal tersebut disebabkan karena Wayan Kardi adalah anak laki-laki.
Apabila memiliki anak laki-laki maka begitu selesai menempuh pendidikan di bangku
kuliah, tidak mungkin akan meninggalkan orang tuanya atau menjadi milik orang lain
melainkan menjadi milik keluarga sendiri selamanya.
Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa partisipasi perempuan dalam
pendidikan makin menurun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak-anak
perempuan merupakan pihak yang paling rentan terhadap kecenderungan putus
sekolah apabila keuangan keluarga tidak mencukupi. Hal tersebut disebabkan oleh
suatu pandangan kultural yang mengutamakan anak laki-laki, baik sebagai penerus
keluarga maupun sebagai mencari nafkah utama. Pandangan tersebut sangat
merugikan perempuan dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah di mana mereka
juga harus memberikan kontribusi ekonomi keluarga. Akses pendidikan yang rendah
sangat berpengaruh pada akses terhadap sumber-sumber produksi di mana mereka
lebih banyak terkonsentrasi pada pekerjaan informal yang berupah rendah.
3. Penutup
selesai tutorial.
39
PERTEMUAN VII : PERKULIAHAN 4
1. Pendahuluan
Filsafat Hukum. Pada bahan kajian ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa
mazhab dari Filsafat Hukum. Materi lanjutannya mengenai pemahaman tentang Aliran
dalam filsafat hukum dan klasifikasi di dalamnya. Selain itu, mahasiswa dengan rasa
Materi perkuliahan lanjutan dari Aliran-Aliran Dalam Filsafat Hukum ini sangat
yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara
tegas antara hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup di masyarakat
(the living law). Timbulnya aliran ini adalah dari hasil dialektika antara Positivisme
40
Hukum (tesis) dan Mazhab Sejarah (antitesis). Positivisme Hukum memandang hukum
hanyalah perintah penguasa, sedang Mazhab Sejarah memandang hukum timbul dan
berkembang bersama masyarakat. Para Tokoh dalam aliran ini antara lain: Eugen
Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat (the living law). Menurutnya hukum positif baru memiliki daya
berlaku yang efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup
terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada
masyarakat itu sendiri. Dengan demikian maka sumber dan bentuk hukum yang
kekuatan sosial tertentu. Hukum tidak mungkin akan efektif, oleh karena
Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbarui
21
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung, 1988,
Hlm. 55.
41
a) kepentingan negara sebagai badan hukum;
e) kesejahteraan sosial.
a) kepentingan individu;
b) kepentingan keluarga;
Aliran Legal Realism disebut pula dengan Realisme Hukum. Dalam pandangan
penganut realisme hukum, hukum adalah hasil kekuatan-kekuatan sosial dan alat
sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagsan yang sedang berlaku, emosi-
emosi yang umum, dan hasil hukum dalam kehidupan. Pandangan dalam realisme
hukum adalah bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai ada
putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap sebagai hukum didalam buku,
42
4. Freirechtslehre
Aliran ini muncul di Jerman dan merupakan sintesis dari proses dialektika antara
ilmu hukum analitis dan ilmu hukum sosiologis. Dimaksud dengan ilmu hukum analitis
adalah aliran yang dibawa antara lain oleh Austin; sedang ilmu hukum sosiologis
adalah aliran sebagaimana dikemukakan oleh Ehrlich dan Pound.22 Menurut aliran ini,
hakim mempunyai tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya
5. Penutup
Rangkuman.
Pada pertemuan ketujuh ini dijelaskan tentang lanjutan dari aliran-aliran yang ada
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini
memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law) dengan hukum
yang hidup di masyarakat (the living law). Para Tokoh dalam aliran ini antara
22
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Op. Cit., Hlm. 147.
43
2. Aliran Legal Realism
sosial dan alat kontrol sosial. Pandangan dalam realisme hukum adalah bahwa
tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai ada putusan hakim
3. Freirechtslehre
Aliran ini muncul di Jerman dan merupakan sintesis dari proses dialektika
antara ilmu hukum analitis dan ilmu hukum sosiologis. Menurut aliran ini, hakim
Bahan Pustaka
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
44
PERTEMUAN VIII : UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
PERTEMUAN IX : TUTORIAL 4
1. Pendahuluan
hukum yang divisualisasikan dalam wacana yang berjudul “ Koteka di Tanah Papua”.
aliran yang ada dalam filsafat hukum yang dikaitkan dengan wacana tersebut. Setelah
filsafat hukum dan mampu mengidentifikasi dan menjelaskan aliran aliran filsafat
Integrasi Papua ke dalam NKRI pada 1962 merupakan satu titik balik kehidupan
masyarakat koteka. Pertemuan para pejabat dari Jakarta dengan masyarakat koteka
waktu itu merupakan pertemuan dua budaya yang berbeda, yakni Melanesia dan
Polinesia. Orang Jakarta tidak melihat koteka sebagai pakaian, sementara masyarakat
pedalaman Papua melihatnya sebagai pakaian yang memiliki nilai kebanggaan yang
tidak berbeda dengan pakaian yang dikenakan masyarakat Indonesia umumnya. Sejak
itu pula terbangun sikap heran dan tanda tanya di antara kedua pihak. Koteka dinilai
sebagai salah satu bagian dari kemiskinan dan keterbelakangan. Koteka bukan
pakaian. Pria yang mengenakan koteka dilihat sebagai pria telanjang dan “tidak
beradab”. Tetapi, dari sisi orang Papua, koteka adalah pakaian resmi orang Papua
yang menunjukan identitas dan jatidiri seorang laki-laki Papua sejati. Secara bertahap,
sosialisasi mengenai gerakan pemberantasan koteka pun mulai digalakkan. Gubernur
Frans Kaisepo (1964-1973) mulai menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai
pakaian yang sehat, sopan, dan bermartabat. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye
antikoteka oleh Gubernur Soetran. Sosialiasi dilanjutkan Gubernur Acub Zainal,
Gubernur Busiri Suryowironoto, dan Gubernur Isac Hindom. Pada masa pemerintahan
Gubernur Barnabas Suebu (1988-1993) dan Yacob Pattipi (1993-1998) mulai dilakukan
45
kampanye antikoteka di Pegunungan Tengah. Pada 1971, dikenal istilah "operasi
koteka" dengan membagi-bagikan pakaian kepada penduduk. Akan tetapi karena tidak
ada sabun, pakaian itu akhirnya tak pernah dicuci. Pada akhirnya warga Papua malah
terserang penyakit kulit. Pada tanggal 30 Oktober 2008 dengan disahkannya Undang-
Undang Pornografi, penggunaan koteka bagi sebagian besar masyarakat papua mulai
ditinggalkan.
Sumber : https://hatunegeriku.wordpress.com/2011/01/10/koteka-di-tanah-papua/ 10
Januari 2011
3. Penutup
Mahasiswa menyusun Laporan Hasil Diskusi. Laporan dikumpulkan pada saat
selesai tutorial.
46
PERTEMUAN X : PERKULIAHAN 5
1. Pendahuluan
Aspek Persoalan Filsafat Hukum. Pada bahan kajian ini memberikan pemahaman
kepada mahasiswa lebih lanjut mengenai aspek-aspek persoalan yang ada dalam
filsafat hukum. Materi kajiannya mengenai Hukum dan Keadilan, Hukum dan
Kekuasaan, Hukum dan Nilai Sosial Budaya, serta Hukum Sebagai Alat Pembaharuan
Filsafat Hukum. Selain itu, mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan
tugas tutorial dalam pertemuan kesepuluh. Selain itu juga menghindari terjadinya
Kajian Theo Huijbers menunjukan ada dua paham filsafat mengenai keterkaitan
“Hukum dan Keadilan” .Paham aliran filsafat hukum alam mereflesikan pandangan
bahwa keadilan terletak pada hakekat hukum. Dengan begitu hukum sama dengan
47
keadilan, hukum yang tidak adil bukan hukum. 23 Pelopor filsafat hukum alam, Thomas
Aquinas menyatakan bahwa Setiap orang secara moral hanya terikat untuk mentaati
hukum yang adil, dan bukan kepada hukum yang tidak adil. Hukum yang tidak adil
harus dipatuhi hanya apabila tuntutan keadaan yakni untuk menghindari skandal atau
kekacauan.24
Hukum sangat erat hubunganya dengan keadilan. Bahkan ada orang yang
sungguh berarti sebagai hukum. Pernyataan ini ada sangkut pautnya dengan
tanggapan bahwa hukum merupakan bagian usaha manusia menciptakan suatu ko-
esistensi etis di dunia ini.Hanya melalui suatu tata hukum yang adil orang-orang dapat
ini paling tampak dalam menggunakan kata “ius” untuk menandakan hukum yang
sejati. Namun ungkapan “ The rule of law” mempunyai latar belakang yang sama juga
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum
itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Namun dalam khazanah filsafat hukum
sampai sekarang masih menjadi perdebatan tentang apa makna adil. Keadilan itu
sendiri terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan kewajiban
persoalan :
masyarakat akan rasa adil ditengah sekian banyak dinamika dan konflik di
tengah masyarakat.
23
I Dewa Gede Atmadja, Op. Cit., Hlm. 70
24
Ibid
25
Theo Huijbers, Op. Cit. Hlm. 64.
48
2. Konteks yang kedua adalah aspek legalitas menyangkut apa yang disebut
dengan hukum positif, yaitu sebuah aturan yang ditetapkan oleh sebuah
rasa keadilan seringkali tidak memiliki kepastian hukum. Untuk mencari jalan
tengahnya maka komprominya adalah bagaimana agar semua hukum positf yang ada
26
selalu merupakan cerminan dari rasa keadilan itu sendiri.
2. Adil ialah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa
kurang.
3. Adil ialah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih
tanpa kurang antara sesame yang berhak,dalam keadaan yang sama, dan
2. Keadilan khusus, yaitu keadilan yang didasarkan pada asas kesamaan atau
26
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang, 2002,Hlm.
34-35.
27
Kahar Masyur, Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, 1985, Jakarta, Hlm. 71.
49
a. Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang secara
atau ganti kerugian dalam tindak pidana. Seorang dianggap adil apabila
hukum itu berasal dari penguasa negara yaitu pemerintah, pemerintah mengatur
yang adil, berdasarkan hak-hak manusia yang sejati, hukum mengatur kehidupan
dapat segera diatasi dengan berpegangan pada hukum yang berlaku. Antara hukum
dan kekuasaan mempunyai hubungan yang sangat erat bagaikan dua sisi mata uang,
Hubungan hukum dan kekuasaan yang pertama terjadi karena hukum pada
agar ditaati oleh anggota masyarakat. Namun kekuasaan tersebut diperlukan hanya
28
Darji Darmodiharjo dan Sidharta, Op.Cit, Hlm. 154-155.
29
Lily Rasjidi, Op.Cit, Hlm. 70.
50
pada anggota masyarakat yang tingkat kesadaran hukumnya rendah, sehingga dalam
tertib dan teratur suatu kelompok masyarakat atau dengan kata lain bahwa masyarakat
semakin tinggi tingkat kesadaran hukumnya, maka makin berkurang dukungan yang
membatasi kebebasan individu terhadap individu yang lain, tetapi juga kebebasan
pernyataan tersebut mengandung arti bahwa kekuasaan yang tidak terbatas seperti
para raja absolut dan diktaktor akan dapat menimbulkan dampak yang buruk karena
masyarakat.
harus dipisahkan menjadi tiga lembaga yaitu eksekutif, legeslatif, dan yudikatif hal ini
dimaksudkan agar antara satu lembaga dan yang lainnya dapat saling mengontrol
sehingga terjadi checks and balance.30 Salah satu diantara ciri khas norma hukum
ialah bahwa hukum itu bersifat imperative. Sifat imperative ini memberikan jaminan
agar hukum ditaati.Namun kenyataannya tidak setiap orang mau mentaati hukum.Oleh
30
H. Muchsin, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, 2004, Jakarta, Hlm. 60.
51
Hukum merupakan sumber kekuasaan,disamping sumber-sumber lain yang
berupa kekuatan dan kewibawaan. Dalam praktek sering terjadi bahwa kekuasaan itu
kekuasaan melebihi kekuasaan yang dimilikinya, oleh karena itu hukum juga menjadi
bersangkutan. 31
mendukungnya. Ciri utama inilah yang membedakan antara hukum di satu pihak
dengan norma-norma social dan norma agama. Kekuasaan itu diperlukan oleh karena
disamping keharusan adanya hukum sebagai alat pembatas, juga bagi pemegang
kekuasaan ini diperlukan syarat-syarat lainnya seperti memiliki watak yang jujur dan
Antara hukum dan kekuasaan terdapat hubungan yang erat adanya hubungan
ini dapat diperlihatkan dengan dua cara yaitu Cara pertama dengan menelaahnya dari
31
Suhadi, Filsafat Hukum, Universitas Gadjah Mada, 1999, Yogyakarta, Hlm. 57.
32
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramitha, 1976, Jakarta, Hlm. 68
52
konsep sanksi. Adanya perilaku yang tidak memenuhi aturan – aturan hukum
kekerasan yang sah. Cara kedua dengan menelaahnya dari konsep penegakan
adalah diatur oleh hukum itu sendiri. Perihal ini biasanya tercantum dalam konstitusi
Negara Indonesia sedang berada dalam masa transisi, masa transisi yang
maka diperlukanlah adanya suatu aturan hukum yang dapat mengatur perilaku
kehidupan sosialdan budaya masyarakat agar tetap stabil dan tidak melampaui atau
keluar dari koridor-koridor nilai-nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di
Hukum mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai social budaya.Hal ini
ternyata dari adanya adagium yang menyatakan bahwa hukum yang baik adalah
dalam masyarakat adanya perubahan dan pergeseran nilai itu tidak dapat
dielakan.demikian pula halnya dengan masyarakat Indonesia yang pada masa ini
33
H. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori hukum, PT. Citra Aditya
Bakti, 2004, Bandung, Hlm. 75-77.
53
Dalam perubahan itu maih dipertanyakan perihal nilai-nilai manakah yang akan
menggantikannya.34
Proses perubahan nilai itu tak luput dari hambatan-hambatan, antara lain :
(a) yang akan diubah itu ternyata sesuai dengan kepribadian nasional;
(c) sifat heterogenitas ethnis pada bangsa Indonesia karena perbedaan agama
dan sebagainya. 35
Antara hukum di satu pihak dengan nilai-nilai sosial budaya di lain pihak
terdapat kaitan yang erat. Hal ini telah dibuktikn berkat penyelidikan beberapa ahli
antropologi hukum, baik bersifat perintis seperti Sir Henry Maine, A.M. Post dan Yosef
Kaitan yang erat antara hukum dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu
ternyata bahwa hukum yang baik tidak lain adalah hukum yang mencerminkan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Indonesia masa kini berada dalam masa transisi,
yaitu sedang terjadi perubahan nilai-nilai dalam masyarakat dari nilai-nilai yang bersifat
yang hendak ditinggalkan dan nilai-nilai baru manakah yang akan menggantikannya.
Sudah barang tentu dalam proses perubahan ini akan banyak dihadapi hambatan-
34
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Alumni, 1982, Bandung, h. 55.
35
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional,
Banacipta, Bandung, h. 9.
36
H. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Op.Cit. h. 80.
54
Mochtar Kusumaatmadja misalnya mengemukakan beberapa hambatan utama
seperti jika yang akan diubah itu identik dengan kepribadian nasional, sikap golongan
5. Penutup
Rangkuman
pandangan bahwa hukum sama dengan keadilan, hukum yang tidak adil bukan
hukum. Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian
hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Konsep dasar hukum itu
agar semua hukum positf yang ada selalu merupakan cerminan dari rasa
37
Ibid, Hlm. 80-81.
55
2. Hukum dan Kekuasaan
bagaikan dua sisi mata uang. Hubungan hukum dan kekuasaan yang pertama
Hukum tidak hanya membatasi kebebasan individu terhadap individu yang lain,
terdapat hubungan yang erat adanya hubungan ini dapat diperlihatkan dengan
dua cara yaitu cara pertama dengan menelaahnya dari konsep sanksi dan cara
Antara hukum di satu pihak dengan nilai-nilai sosial budaya di lain pihak
terdapat kaitan yang erat. Kaitan yang erat antara hukum dan nilai-nilai sosial
budaya masyarakat itu bahwa hukum yang baik tidak lain adalah hukum yang
Latihan Soal :
Bahan Pustaka
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
57
PERTEMUAN XI : TUTORIAL 5
1. Pendahuluan
Tutorial Kelima ini merupakan pendalaman atas materi hubungan Hukum dan
Keadilan, Hukum dan Kekuasaan, Hukum dan Nilai Sosial Budaya yang
Dihukum 5 Tahun, Koruptor Pencuri Uang Rakyat Milyaran Rupiah Dihukum Berapa
mengenai hubungan Hukum dan Keadilan, Hukum dan Kekuasaan serta Hukum dan
Nilai Sosial Budaya yang dikaitkan dengan wacana tersebut. Setelah selesai tutorial
Keadilan, Hukum dan Kekuasaan serta Hukum dan Nilai Sosial Budaya terkait dengan
wacana tersebut.
Bicara tentang keadilan, semua orang pasti sepakat keadilan itu hanya memihak
kebenaran. Bahkan, Keadilan dianggap sebagai satu-satunya prinsip hukum yang
paling diutamakan di antara 2 prinsip hukum lain yakni kemnafaatan dan kepastian.
Adil berarti mendudukkan sebagai mana mestinya (sesuai porsinya) suatu perkara.
Sikap adil memunculkan hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Hakim ibarat ‘wakil’ tangan Tuhan di muka bumi, dalam mengadili suatu perkara wajib
mengedepankan prinsip keadilan. Namun bagaimana realitas pengadilan di Indonesia?
Tengoklah kasus remaja pencuri sandal buntut yang terancam hukuman 5 tahun
penjara. AAL remaja berusia 15 tahun tak pernah menyangka jika sepasang sandal
jepit butut warna putih kusam yang ditemukannya di pinggir Jalan Zebra, Kota Palu,
akan menyeretnya ke meja hijau. Jaksa mendakwa AAL dengan Pasal 362 KUHP
dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
58
Lalu bagaimana dengan para koruptor yang telah mencuri uang milyaran
rupiah? Sebut saja beberpa pelaku korupsi macam dengan terdakwa Budi Mulya dalam
kasus korupsi pemberian FPJP Bank Century yang telah merugikan negara Rp 7 triliun
dengan hanya vonis 10 tahun, terdakwa Indar Atmanto dalam kasus korupsi
penggunaan jaringan telekomunikasi yang telah merugikan negara Rp 1,3 triliun
dengan hanya vonis 8 tahun, atau mantan presiden PKS Luhfi Hasan Ishaq bersama
rekannya Ahmad Fathanah yang menerima suap Rp 1,3 miliar dari Direktur Utama PT
Indoguna Utama dalam kasus korupsi impor sapi yang hanya dihukum 16 tahun
penjara dan denda Rp1 milliar. Memang baik kasus pencurian maupun korupsi sama-
sama mempunyai kesamaan yakni sama-sama mengambil barang milik orang lain
yang artinya kedua perbuatan tersebut adalah “terlarang”. Namun adakah keduanya
sama persis? Apakah sama hasil curian sandal yang harganya tidak lebih dari Rp 50rb
yang hanya merugikan satu orang saja dibandingkan dengan hasil korupsi milyaran
rupiah yang telah menyengsarakan lebih dari 200 juta penduduk di Negeri ini?
Sumber : http://www.kompasiana.com/donodanar35/pencuri-sandal-seharga-rp-50rb-
dihukum-5-tahun-koruptor-pencuri-uang-rakyat-milyaran-rupiah-dihukum-berapa-tahun
3. Penutup
selesai tutorial.
59
PERTEMUAN XII : PERKULIAHAN 6
1. Pendahuluan
Persoalan Filsafat Hukum (Lanjutan). Materi kajian pada pertemuan ini adalah
mengikatnya hukum.
tugas tutorial dalam pertemuan berikutnya. Selain itu juga menghindari terjadinya
dicetuskan oleh Roscoe Pound dalam Bukunya “An Introduction to the Philosophy Of
Law” pada tahun 1954, yang dikenal sebagai “Law as tool of social engineering”
konsepsi Roscoe Pound ini pada dasarnya merupakan inti dari pemikiran aliran
Pragmatic Legal Realism, suatu sub aliran dari positivism hukum. Dalam konsepsinya
digunakannya istilah “tool” yang berarti “alat”. Kemudian konsepsi tentang “law as a
60
tool of social engineering” itu dikembangkan di Indonesia oleh Guru Besar Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja., SH., LL.M, dengan
penyesuaian seperlunya. Penyesuaian itu antara lain ialah tidak digunakannya istilah
dalam masyarakat”. 38
“sarana” pembaharuan dalam masyarakat Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang
lingkupnya daripada di Amerika Serikat tempat kelahiran konsepsi itu sendiri. Adapun
mengakibatkan hasil yang sama dengan penerapan paham legisme yang banyak
Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaruan itu dapat berupa undang-
juga berperan, namun tidak seberapa. Lain halnya di negara-negara yang menganut
system preseden, sudah barang tentu peranan yurisprudensi akan jauh lebih penting.
itu sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran Sociological Jurisprudence,
38
Suhadi, Op.Cit. h. 72.
39
Lili Rasjidi, Op. Cit. h. 52-53
61
yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat.
Jadi mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Sebab jika ternyata tidak,
mendapat tantangan-tantangan.40
perubahan itu bersifat kekal, adanya perubahan-perubahan itu tentu diikuti dengan
adanya gejok-gejolakkecil, karena setiap perubahan ada masanya, tentu tidak mudah
beberapa waktu untuk memulai, misalkan dengan dilakukannya survey terlebih dahulu
masyarakat.
Upaya pembaharuan dalam masyarakat itu antara lain usaha untuk mengubah
atau jurisprudensi yang lebih terjamin pemenuhannya, karena sifat imperative dari
mentaati norma hukum itu daripada norma social lainnya. Dengan kata lain, upaya
40
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Op.cit. h. 79.
41
Suhadi, Op.Cit., h. 74
62
yang baru,merupakan langkah yang sangat baik. Hal ini juga merupakan salah satu
langkah penting mengikuti jalan pikiran social engineering, tanpa ada penelitian yang
jelas tidak akan pernah diketahui pasti seperti apa living law yang ada, dan bagaimana
perencanaan itu harus dibuat secara akurat. Konsep ini tidak boleh berhenti pada
penciptaan peraturan hukum tertulis karena hukum tertulis seperti itu selalu mengalami
keterbatasan, konep ini memerlukan peran aparat penegak hukum yang profesional
undangan. 42
hukum adalah: apakah hukum itu ditaati karena dibentuk oleh penguasa ataukah
karena diakui oleh masyarakat sebagai hukum yang hidup. Ada beberapa teori yang
1) yang langsung
42
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Op.Cit. h. 185.
63
Ketika pembicaraan pada mengapa orang mentaati hukum, ada beberapa teori
yng telah dikemukakan, antara lain: teori kedaulatan Tuhan, teori perjanjian, dan teori
kedaulatan negara. Dalam ketiga teori tersebu telah tersirat kedudukan atau peran
dikemukaan (teori kedaulatan Tuhan, teori perjanjian, dan teori kedaulatan negara)
menghukum seseorang.
6. Penutup
Rangkuman
dicetuskan oleh Roscoe Pound yang dikenal sebagai “Law as tool of social
engineering” yang berarti hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat dimana
dalam masyarakat.
Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaruan itu dapat berupa undang-
system hukumnya memang dirasakan perlu untuk menjadikan masyarakat yang lebih
64
yang berupa perundang-undangan dan atau jurisprudensi yang lebih terjamin
sanksinya memungkinkan orang untuk lebih mentaati norma hukum itu daripada norma
social lainnya. Dengan kata lain, upaya pembaharuan dalam kehidupan masyarakat
Dalam teori kedaulatan Tuhan, teori perjanjian, dan teori kedaulatan Negara
tersirat kedudukan atau peran negara dalam keberadaan hukum di masyarakat. Ketiga
kekuasaan untuk menghukum seseorang sehingga diketahui apakah hukum itu ditaati
karena dibentuk oleh penguasa ataukah karena diakui oleh masyarakat sebagai hukum
yang hidup.
Latihan Soal :
Masyarakat?
mengikatnya hukum !
Bahan Pustaka
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
65
Lili Rasjidi, 1982, Dasar-dasar Filsafat Hukum Alumni, Bandung.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
66
PERTEMUAN XIII : TUTORIAL 6
DASAR MENGIKATNYA
1. Pendahuluan
wacana yang berjudul “Bali Berlakukan Perda Kawasan Tanpa Rokok”. Mahasiswa
Alat Pembaharuan Masyarakat dan Dasar Mengikatnya Hukum yang dikaitkan dengan
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Kadisdikpora) Bali Drs.
Anak Agung Ngurah Gde Sujaya (foto: Muliarta). Gde Sujaya menjelaskan, “Yang kena
iklan rokok adalah anak-anak pemula ini, bagi yang tua-tua, sosialisasi misalnya
dilarang merokok menyebabkan penyakit paru-paru, berkali-kali pun kita sampaikan
kalau dia tidak mau berhenti susah, jangan sampai budaya merokok terlahir sejak usia
dini.” Sujaya juga mengakui telah memberlakukan larangan penjualan rokok di kantin-
kantin sekolah. Sebelumnya, peneliti dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
67
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Made Kerta Duana, M.P.H menyebutkan
dari hasil survey di Denpasar menunjukkan sekitar 34,5 persen remaja umur 13 sampai
22 tahun merupakan perokok aktif.
Sumber : http://www.voaindonesia.com/a/bali-berlakukan-perda-kawasan-tanpa-
rokok/1146438.html
3. Penutup
selesai tutorial.
68
PERTEMUAN XIV : PERKULIAHAN 7
1. Pendahuluan
Pada pertemuan ini, pembahasan bahan kajian kali ini mengenai Hakekat dan
Tujuan Hukum. Pada bahan kajian ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa
lebih lanjut mengenai bagaimana Hakekat dan Tujuan Dari Hukum. Materi kajiannya
ini adalah mahasiswa mampu menguraikan mengenai Hakikat dari Hukum dan Tujuan
Hukum itu sendiri. Selain itu, mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan
Materi perkuliahan Hakekat Hukum dan Tujuan Hukum ini sangat penting
2. Hakikat Hukum
dapat disimpulkan bahwa inti pengertian hukum, yakni hakikat hukum, ialah menjadi
sarana bagi penciptaan suatu aturan masyarakat yang adil. Pengertian tentang hakikat
a. Ternyata semua orang ingin mewujudkan suatu aturan masyarakat yang adil.
69
harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Lagipula dengan tujuan yang
patung dibuat oleh seniman, akan tetapi dalam membuat patung seniman itu
tinggal dibawah hukum tersebut. Wibawa hukum itu tidak terletak dalam
Terhadap tendens ini dapat dikatakan, bahwa memang benar hukum memiliki
peranan dalam “social engeneering” tersebut. Namun dengan ini hukum tidak menjadi
70
bagian sosiologi atau politik hukum. Hukum menunjuk suatu aspek hidup yang
istimewa yang tidak terjangkau oleh ilmu-ilmu sosial dan ekonomis. Yakni intisari
hukum adalah “membawa aturan yang adil dalam masyarakat” karenanya pengertian
tradisional, yang menggabungkan hukum dengan etika (yakni keadilan), tetap dapat
diertahankan. Bisa ditarik kesimpulan bahwa hakikat hukum adalah membawa aturan
yang adil dalam masyarakat (rapport du droit, inbreng van recht). Semua arti lain
3. Tujuan Hukum.
Berkenaan dengan tujuan hukum, maka kita akan mengenal beberapa pendapat
para ahli hukum tentang tujuan hukum tersebut yang diantaranya sebagai berikut:
a. Tujuan Hukum menurut Prof. Subekti, S.H beliau menyatakan didalam buku
yang telah ditulis dengan berjudul “Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan” bahwa
hukum itu berkaitan dengan mengabdikan diri kepada tujuan Negara yang
tersebut untuk dapat mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya
rakyatnya.Hukum menurut Prof Subekti, S.H melayani suatu tujuan negara itu
43
Theo Huijbers. Op.Cit. h. 75-77.
71
mampu membawakan ketentraman kedalam hati setiap orang, dan kalau terusik
menuntut bahwa “dalam keadaan yang sama maka tiap orang mestilah
b. Tujuan Hukum menurut Prof. Mr Dr. LJ. Apeldoorn Didalam bukunya “inleiding
tot de studie van het nederlandse recht” beliau menyatakan bahwa pada tujuan
hukum adalah untuk mengatur segala pergaulan hidup manusia dengan secara
karena hukum hanya dapat mencapai tujuan, jika dia menuju pada peraturan
kepentingan yang ingin dapat dilindungi, maka pada setiap orang yang
72
memperoleh sebanyak mungkin yang telah menjadi bagiannya. Keadilan
bukan hanya berarti bahwa untuk setiap orang akan bisa mendapatkan bagian
yang sama.
c. Tujuan hukum menurut teori Etis Terdapat sebuah teori yang telah berhasil
dikatakan sebagai teori etis, karena menurut teori ietis, untuk isi hukum semata-
mata mesti dapat ditentukan oleh setiap kesadaran etis kita tentang apa yang
disebut adil dan apa yang tak adil.Teori etis ini menurut pendapat Prof. Van
keadilan dari hukum, sebab ia tidak cukup untuk dapat memperhatikan kondisi
telah menjadi sebuah petunjuk bagi setiap orang-orang yang terdapat di dalam
memberikan setiap orang mengenai apa yang patut untuk bisa diterimanya
hukum yang tak mempunyai peraturan hukum, tertulis atau tak tertulis, tidak
mungkin, kata Prof. Van Apeldoorn. Tidak adanya suatu peraturan yang umum,
itu berarti adanya ketidak tentuan yang benar sungguh-sungguh mengenai apa
yang telah disebut dengan adil atau tak adil. Dan adanya ketidaktentuan inilah
anggota masyarakat, jadi bisa saja itu menyebabkan kondisi yang tidak teratur.
73
Dengan demikian hukum mesti bisa menentukan peraturan yang umum, mesti
menuntut agar segala perkara mesti ditimbang dengan sendirinya.Oleh karena itu
yang sedemian rupa sehingga hakim bisa atau dapat diberikan kelonggaran yang
secara luas didalam menjalankan segala aturan-aturan tersebut terhadap hal-hal yang
sifatnya mengkhusus.
Dalam hukum ada dua teori berkaitann dengan tujuan hukum diantaranyaa yaitu
teori utilities dan teori etis. Teori utilities, yang menganggap hukum dapat memberikan
manfaat kepada orang banyak dalamm masyarakat. Sedangkan Teori Etis memmiliki
tolak ukur pada etika dimana isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang sesuai
menjadi haknya. Pada hakekatnya, tujuan hukum adalah manfaat dalam menyalurkan
kebahagiaan atau kenikmatan yang besar bagi jumlah yang terbesar. Terkait dengan
tujuan hukum maka ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan hukum yaitu:
a. Tujuan hukum menurut Aristoteles (teori etis) adalah hanyalah sekedar untuk
orang yang sudah menjadi haknya. Dikatakan teori etis karena hukumnya
berisi mengenai adanya kesadaran etis mengenai apa yang tidak adil dan
b. Tujuan Hukum menurut Jeremy Bentham (teori utilitis ) adalah untuk dapat
74
c. Tujuan hukum menurut Geny (D.H.M. Meuvissen: 1994) untuk mencapai
dan kemanfaatan.
d. Tujuan hukum menurut Van Apeldorn adalah untuk dapat mengatur segala
f. Tujuan hukum menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto adalah untuk dapat
4. Penutup
Rangkuman
yakni :
1. Hakikat Hukum
75
Hakikat hukum adalah membawa aturan yang adil dalam masyarakat
(rapport du droit, inbreng van recht). Pengertian tentang hakikat hukum ini
Ternyata semua orang ingin mewujudkan suatu aturan masyarakat yang adil.
2. Tujuan Hukum
a. Tujuan Hukum menurut Prof. Subekti, S.H bahwa hukum itu berkaitan dengan
mengabdikan diri kepada tujuan Negara yang terdapat didalam pokoknya adalah
b. Tujuan Hukum menurut Prof. Mr Dr. LJ. Apeldoorn bahwa pada tujuan hukum
adalah untuk mengatur segala pergaulan hidup manusia dengan secara damai.
c. Tujuan hukum menurut teori Etis Terdapat sebuah teori yang telah berhasil
adanya keadilan. Dalam hukum ada dua teori yang berkaitan dengan tujuan
hukum diantaranya yaitu teori utilities dan teori etis. Teori utilities, yang
masyarakat. Sedangkan Teori Etis memiliki tolak ukur pada etika dimana isi
76
hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang sesuai dengan nilai etis tentang
dalam menyalurkan kebahagiaan atau kenikmatan yang besar bagi jumlah yang
terbesar. Terkait dengan tujuan hukum maka ada beberapa pendapat para ahli
a. Tujuan hukum menurut Aristoteles (teori etis) adalah hanyalah sekedar untuk
b. Tujuan Hukum menurut Jeremy Bentham (teori utilitis ) adalah untuk dapat
keadailan dan sebagai komponen keadilan untuk kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.
d. Tujuan hukum menurut Van Apeldor adalah untuk dapat mengatur segala
pergaulan hidup yang ada dimasyarakat secara damai dengan cara melindungi
dan kehormatan.
Tujuan hukum menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto adalah untuk dapat suatu
77
Latihan Soal :
Diskusikan dan kritisi beberapa pandangan para ahli hukum terkait dengan
tujuan hukum !
Bahan Pustaka
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Pt.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
78
PERTEMUAN XV : TUTORIAL 7
1. Pendahuluan
Tutorial ini merupakan pendalaman atas materi Tujuan Hukum yaitu keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan yang divisualisasikan dalam wacana yang berjudul
kelompok mengenai Tujuan Hukum yaitu Keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan
yang dikaitkan dengan wacana tersebut. Setelah selesai tutorial ini, diharapkan
3. Penutup
Mahasiswa menyusun Laporan Hasil Diskusi. Laporan dikumpulkan pada saat
selesai tutorial.
79
Bahan Pustaka: Lihat Bahan Pustaka Perkuliahan 7
LAMPIRAN I: SILABUS
SILABUS
8. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa menguasai pengetahuan mengenai Pengertian Filsafat dan
Filsafat Hukum, Kedudukan Filsafat Hukum dalam Ilmu Hukum, Sejarah
Perkembangan Filsafat Hukum, Aliran-aliran dalam Filsafat Hukum, Pengertian dan
Tujuan Hukum Secara Filosofis, Sebab Orang Mentaati Hukum dan Kekuasaan Negara
Untuk Menghukum Seseorang, Hubungan Hukum dengan Keadilan, Moral, dan
Kekuasaan. Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis terampil
dalam mengnalisis dan memahami mengenai filsafat hukum; dan mengembangkan
80
rasa ingin tahu, kritis, logis dalam memahami lebih dalam fungsi filsafat dalam ilmu
hukum.
9. Bahan Kajian :
Bahan kajian kuliah terdiri dari: 1) Dasar-Dasar Pengantar Filsafat yang terdiri
dari: Istilah Filsafat dan Pengertian Filsafat, Sejarah Perkembangan Filsafat 2)
Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum, meliputi materi, Pengertian Filsafat
Hukum, Kedudukan Filsafat Hukum dalam Ilmu Hukum, Sejarah Perkembangan
Filsafat Hukum. 3) Aliran-Aliran Dalam Filsafat Hukum :Aliran Hukum Alam, Aliran
Hukum Positif, Aliran Utilitarian, Mazhab Sejarah, Aliran Sociological Jurisprudence,
Aliran Legal Realism, dan Freirechtslehre, 4) Aspek-Aspek Persoalan Filsafat Hukum :
Hukum dan Keadilan, Hukum dan Kekuasaan, Hukum dan Nilai Sosial Budaya, Hukum
Sebagai Alat Pembaharuan Masyarakat, Dasar Mengikatnya Hukum, 5) Hakekat Dan
Tujuan Hukum
10. Referensi :
1. Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
5. Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis,
Setara Press, Malang.
6. H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
7. Ida Bagus Wyasa Putra, 2015, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana
University Press, Denpasar.
9. Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
81
10. Lili Rasjidi, 1982, Dasar-dasar Filsafat Hukum Alumni, Bandung.
11. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori
Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
12. Mahadi, 2003, Falsafah Hukum Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung.
14. Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
16. Otje Salman, 2008, Filsafat Hukum (Perkembangan dan dinamika masalah),
Rafika Aditama, Bandung.
18. Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2007, Ilmu Hukum dan Filsafat
Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
19. Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta.
21. W. Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan
Problema Keadilan) Susunan I, CV. Rajawali, Jakarta.
22. -------, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema
Keadilan) Susunan II, CV. Rajawali, Jakarta.
23. -------, 1990, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema
Keadilan) Susunan II, CV. Rajawali, Jakarta.
82
LAMPIRAN II : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RPP PERTEMUAN KE I
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Istilah dan Pengertian Filsafat
b. Sejarah Perkembangan Filsafat
83
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
84
hasil pembelajaran.
13.Tugas
1) Istilah Filsafat berasal dari istilah Philosophia yang berarti cinta akan
kebijaksanaan. Apakah yang dimaksud dengan cinta akan kebijaksanaan
tersebut ?
Jawaban……………………………………………………………………
b. Skor 0,5 : Jika jawaban mahasiswa sebagian yang sesuai dengan indikator
jawaban dosen.
85
c. Skor 1 : Jika jawaban mahasiswa semuanya sesuai dengan indikator
yang dibuat oleh dosen
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
Ida Bagus Wyasa Putra, 2015, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University
Press, Denpasar.
86
RPP PERTEMUAN KE II
TUTORIAL 1
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Istilah dan Pengertian Filsafat
b. Pembidangan dan Cabang-cabang filsafat
c. Sejarah Perkembangan Filsafat
87
11. Media, Alat dan Sumber Belajar
a. Power point presentation.
b. LCD, white board, spidol.
c. Bahan bacaan/pustaka
filsafat berawal dari Yunani karena ketiga filsuf yang pertama kali menemukan teori
88
filsafat tersebut berasal dari yunani. Setelah melalui berbagi macam perkembangan
maka teori filsafat tersebut mulai dibantah dan ditemukan teori baru yang muncul.
Diskusikan bersama kelompok sejarah perkebangan filsafat dari jaman yunani kuno
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
Ida Bagus Wyasa Putra, 2015, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University
Press, Denpasar.
89
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
90
10. Metode Pembelajaran
91
Penutup Dosen bersama mahasiswa secara bertanggung 10 menit
13.Tugas
92
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreativitas
5 Berkomunikasi
Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
Ida Bagus Wyasa Putra, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University Press,
Denpasar, 2013.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
93
RPP PERTEMUAN KE IV
TUTORIAL 2
8. Indikator Pencapaian
a. Mampu memahami dan menguraikan pengertian Filsafat Hukum, Kedudukan
Filsafat Hukum dalam Ilmu Hukum dan Sejarah Perkembangan Filsafat
Hukum.
b. Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis mampu
mendiskusikan mengenai pengertian Filsafat Hukum, Kedudukan Filsafat
Hukum dalam Ilmu Hukum dan Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum.
9. Materi Pokok
a. Pengertian Filsafat Hukum
b. Kedudukan Filsafat Hukum dalam Ilmu Hukum
c. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum
94
11. Media, Alat dan Sumber Belajar
a. Power point presentation.
b. LCD, white board, spidol.
c. Bahan bacaan/pustaka
Menurut Mahadi filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum, falsafah tentang
segala sesuatu dibidang hukum secara mendalam sampai keakar-akarnya secara
sistematis. Apeldoorn filsafat hukum menghendaki jawaban atas pertanyaan, apakah
hukum? Yang menghendaki agar kita berpikir masak-masak tentang tanggapan kita
dan bertanya pada diri sendiri, apa yang sebenarnya kita tanggap tentang hukum.
Apabila kita telaah kedua pandangan tentang filsafat hukum tersebut maka
pandangan pertama menghendaki bahwa dalam filsafat hukum harus berpikir secara
95
mendalam sampai keakar-akarnya atau sampai pada hakekat dari hukum tersebut dan
dalam menggunakan pemikiran filsafat hukum pun harus secara sistematis. Sedangkan
pandangan kedua menyatakan bahwa . Sehubungan dengan itu, ada pandangan lain
menyatakan bahwa filsafat hukum tersebut merupakan cara untuk mengetahui
mengenai apa yang dimaksud dengan hukum. Jadi menurut pandangan yang terakhir
ini mengartikan filsafat hukum tersebut hanya sebagai sarana yang dipakai untuk
mencapai suatu pengertian tentang hukum.
Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
Ida Bagus Wyasa Putra, Filsafat Ilmu : Filsafat Ilmu Hukum, Udayana University Press,
Denpasar, 2013.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
96
RPP PERTEMUAN KE V
9. Materi Pokok
a. Aliran Hukum Alam
b. Aliran Hukum Positif
c. Aliran Utilitarian
d. Mazhab Sejarah
97
10. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan :Stundent Centered Learning(SCL).
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
98
Penutup Dosen bersama mahasiswa secara bertanggung 10 menit
Jawab dan logis menyimpulkan proses dan
hasil pembelajaran.
13.Tugas
99
16. Sumber Belajar.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
100
RPP PERTEMUAN KE VI
TUTORIAL 3
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Aliran Hukum Alam
b. Aliran Hukum Positif
c. Aliran Utilitarian
d. Mazhab Sejarah
101
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
102
itu akan tetapi mereka tidak mampu mewujudkan impian Laras dengan alasan tidak
memiliki uang untuk membiayai kuliah. Disamping alasan tersebut ternyata faktor
utamanya yakni Nengah Laras akan segera dikawinkan dengan Made Supartha yang
merupakan anak dari juragan Tempe Bacem. Ternyata kedua orang tuanya telah
memiliki pilihan untuk menjodohkan Nengah Laras dengan Made Supartha. Sehingga
impian Laras untuk duduk dibangku kuliahpun menjadi lenyap.
Langkah yang ditempuh oleh kedua orang tuanya Laras tersebut dirasa wajar
karena Nengah Laras adalah seorang perempuan. Apabila seorang perempuan
dibiayai kuliah maka setelah lulus nanti pasti akan memikirkan pekerjaan sebagai mata
pencahariannya dan segera melangsungkan perkawinan. Oleh karena didesa mereka
menganut sistem keluarga patrilinial atau mengikuti garis keturunan laki-laki maka
Nengah Laras akan mengikuti Made Supartha atau dengan kata lain Nengah Laras
akan menjadi milik Made Supartha. Dengan demikian orang tua dari Nengah Laras
tidak dapat menikmati jerih payah atau perjuangannya dalam membiayai kuliah
anaknya. Sehingga lebih baik tidak perlu mengeluarkan dana yang begitu besar untuk
pendidikan anak yang pada nantinya juga menjadi milik orang lain. Oleh sebab itu
kakaknya Nengah Laras yang bernama Wayan Kardi sangat didukung oleh kedua
orang tuanya. Hal tersebut disebabkan karena Wayan Kardi adalah anak laki-laki.
Apabila memiliki anak laki-laki maka begitu selesai menempuh pendidikan di bangku
kuliah, tidak mungkin akan meninggalkan orang tuanya atau menjadi milik orang lain
melainkan menjadi milik keluarga sendiri selamanya.
Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa partisipasi perempuan dalam
pendidikan makin menurun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak-anak
perempuan merupakan pihak yang paling rentan terhadap kecenderungan putus
sekolah apabila keuangan keluarga tidak mencukupi. Hal tersebut disebabkan oleh
suatu pandangan kultural yang mengutamakan anak laki-laki, baik sebagai penerus
keluarga maupun sebagai mencari nafkah utama. Pandangan tersebut sangat
merugikan perempuan dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah di mana mereka
juga harus memberikan kontribusi ekonomi keluarga. Akses pendidikan yang rendah
sangat berpengaruh pada akses terhadap sumber-sumber produksi di mana mereka
lebih banyak terkonsentrasi pada pekerjaan informal yang berupah rendah.
103
14. Pedoman Penskoran
a. Skor 0 : Jika mahasiswa tidak membuat
b. Skor 9 : Jika jawaban mahasiswa sebagian yang sesuai dengan indikator
jawaban dosen.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta, 2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
104
RPP PERTEMUAN KE VII
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Aliran Sociological Jurisprudence:
b. Aliran Legal Realism
c. Freirechtslehre
105
10. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan :Stundent Centered Learning(SCL).
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
13.Tugas
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
106
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta,
2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
107
RPP PERTEMUAN KE IX
TUTORIAL 4
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Aliran Sociological Jurisprudence:
b. Aliran Legal Realism
c. Freirechtslehre
108
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
Integrasi Papua ke dalam NKRI pada 1962 merupakan satu titik balik
kehidupan masyarakat koteka. Pertemuan para pejabat dari Jakarta dengan
masyarakat koteka waktu itu merupakan pertemuan dua budaya yang berbeda,
109
yakni Melanesia dan Polinesia. Orang Jakarta tidak melihat koteka sebagai pakaian,
sementara masyarakat pedalaman Papua melihatnya sebagai pakaian yang memiliki
nilai kebanggaan yang tidak berbeda dengan pakaian yang dikenakan masyarakat
Indonesia umumnya. Sejak itu pula terbangun sikap heran dan tanda tanya di antara
kedua pihak. Koteka dinilai sebagai salah satu bagian dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Koteka bukan pakaian. Pria yang mengenakan koteka dilihat
sebagai pria telanjang dan “tidak beradab”. Tetapi, dari sisi orang Papua, koteka
adalah pakaian resmi orang Papua yang menunjukan identitas dan jatidiri seorang
laki-laki Papua sejati. Secara bertahap, sosialisasi mengenai gerakan
pemberantasan koteka pun mulai digalakkan. Gubernur Frans Kaisepo (1964-1973)
mulai menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai pakaian yang sehat, sopan,
dan bermartabat. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye antikoteka oleh Gubernur
Soetran. Sosialiasi dilanjutkan Gubernur Acub Zainal, Gubernur Busiri
Suryowironoto, dan Gubernur Isac Hindom. Pada masa pemerintahan Gubernur
Barnabas Suebu (1988-1993) dan Yacob Pattipi (1993-1998) mulai dilakukan
kampanye antikoteka di Pegunungan Tengah. Pada 1971, dikenal istilah "operasi
koteka" dengan membagi-bagikan pakaian kepada penduduk. Akan tetapi karena
tidak ada sabun, pakaian itu akhirnya tak pernah dicuci. Pada akhirnya warga Papua
malah terserang penyakit kulit. Pada tanggal 30 Oktober 2008 dengan disahkannya
Undang-Undang Pornografi, penggunaan koteka bagi sebagian besar masyarakat
papua mulai ditinggalkan.
Sumber : https://hatunegeriku.wordpress.com/2011/01/10/koteka-di-tanah-papua/ 10
Januari 2011
110
16. Sumber Belajar.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, 1982.
Sukarno Aburaera, et.al., Filsafat Hukum Teori Dan Praktek, Kencana, Jakarta,
2013.
Lily Rasyidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Cet. Ke-4, Remaja Karya, Bandung,
1988.
111
RPP PERTEMUAN KE X
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Hukum dan Keadilan
b. Hukum dan Kekuasaan
c. Hukum dan Nilai Sosial Budaya
112
b. Metode :Problem Based Learning (PBL).
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
113
13.Tugas
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
114
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
115
RPP PERTEMUAN KE XI
TUTORIAL 5
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Hukum dan Keadilan
b. Hukum dan Kekuasaan
c. Hukum dan Nilai Sosial Budaya
116
c. Teknik :Ceramahan, diskusi, presentasi,dan Tanya jawab.
Bicara tentang keadilan, semua orang pasti sepakat keadilan itu hanya
memihak kebenaran. Bahkan, Keadilan dianggap sebagai satu-satunya prinsip
hukum yang paling diutamakan di antara 2 prinsip hukum lain yakni kemnafaatan
117
dan kepastian. Adil berarti mendudukkan sebagai mana mestinya (sesuai porsinya)
suatu perkara. Sikap adil memunculkan hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang
bersangkutan. Hakim ibarat ‘wakil’ tangan Tuhan di muka bumi, dalam mengadili
suatu perkara wajib mengedepankan prinsip keadilan. Namun bagaimana realitas
pengadilan di Indonesia? Tengoklah kasus remaja pencuri sandal buntut yang
terancam hukuman 5 tahun penjara. AAL remaja berusia 15 tahun tak pernah
menyangka jika sepasang sandal jepit butut warna putih kusam yang ditemukannya
di pinggir Jalan Zebra, Kota Palu, akan menyeretnya ke meja hijau. Jaksa
mendakwa AAL dengan Pasal 362 KUHP dengan ancaman hukuman lima tahun
penjara.
Lalu bagaimana dengan para koruptor yang telah mencuri uang milyaran
rupiah? Sebut saja beberpa pelaku korupsi macam dengan terdakwa Budi Mulya
dalam kasus korupsi pemberian FPJP Bank Century yang telah merugikan negara
Rp 7 triliun dengan hanya vonis 10 tahun, terdakwa Indar Atmanto dalam kasus
korupsi penggunaan jaringan telekomunikasi yang telah merugikan negara Rp 1,3
triliun dengan hanya vonis 8 tahun, atau mantan presiden PKS Luhfi Hasan Ishaq
bersama rekannya Ahmad Fathanah yang menerima suap Rp 1,3 miliar dari Direktur
Utama PT Indoguna Utama dalam kasus korupsi impor sapi yang hanya dihukum 16
tahun penjara dan denda Rp1 milliar. Memang baik kasus pencurian maupun
korupsi sama-sama mempunyai kesamaan yakni sama-sama mengambil barang
milik orang lain yang artinya kedua perbuatan tersebut adalah “terlarang”. Namun
adakah keduanya sama persis? Apakah sama hasil curian sandal yang harganya
tidak lebih dari Rp 50rb yang hanya merugikan satu orang saja dibandingkan
dengan hasil korupsi milyaran rupiah yang telah menyengsarakan lebih dari 200 juta
penduduk di Negeri ini?
Sumber : http://www.kompasiana.com/donodanar35/pencuri-sandal-seharga-rp-
50rb-dihukum-5-tahun-koruptor-pencuri-uang-rakyat-milyaran-rupiah-dihukum-
berapa-tahun
118
3 Disiplin
4 Kreativitas
5 Berkomunikasi
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
119
RPP PERTEMUAN KE XII
ASPEK-ASPEK PERSOALAN FILSAFAT HUKUM (LANJUTAN)
8. Indikator Pencapaian
a. Mahasiswa mampu menguraikan mengenai aspek-aspek persoalan yang
dibahas dalam filsafat hukum yang terdiri dari Hukum Sebagai Alat
Pembaharuan Masyarakat dan Dasar Mengikatnya Hukum.
b. Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis mampu
mendiskusikan mengenai Hukum Sebagai Alat Pembaharuan Masyarakat
dan Dasar Mengikatnya Hukum.
9. Materi Pokok
a. Hukum Sebagai Alat Pembaharuan Masyarakat
b. Dasar Mengikatnya Hukum
120
11. Media, Alat dan Sumber Belajar
a. Power point presentation.
b. LCD, white board, spidol.
c. Bahan bacaan/pustaka
121
13.Tugas
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
122
Lili Rasjidi, 1982, Dasar-dasar Filsafat Hukum Alumni, Bandung.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
123
RPP PERTEMUAN KE XIII
TUTORIAL 6
9. Materi Pokok
a. Hukum Sebagai Alat Pembaharuan Masyarakat
b. Dasar Mengikatnya Hukum
124
11. Media, Alat dan Sumber Belajar
a. Power point presentation.
b. LCD, white board, spidol.
c. Bahan bacaan/pustaka
125
berkasta Brahmana, maka mereka membuat kesepakatan untuk membentuk aturan
sendiri yang berlaku hanya bagi masyarakat yang tinggal di Wisper. Salah satu
bunyi pasal dalam aturan tersebut yakni “Barang siapa yang ingin tinggal sebagai
penghuni baru di perumahan Wisper ini harus berkasta Brahmana”. Maksud dari
bunyi aturan tersebut adalah apabila ingin bertempat tinggal di Wisper harus
berkasta Brahmana, apabila tidak berkasta Brahmana maka orang tersebut tidak
diperbolehkan untuk tinggal di perumahan tersebut.
Suatu hari, seorang berkasta Brahmana yang bernama Ida Bagus Juniarta
yang akrab dipanggil Gus Jun bermaksud ingin menjual rumahnya yang terletak di
Wisper dengan harga Rp. 1.300.000.000,00 Rumah tersebut dijual karena Gus Jun
beserta istri dan anak-anaknya ingin pindah kekampung halamannya di Desa
Sidetapa, Kabupaten Buleleng. Disamping itu pula Gus Jun juga membutuhkan
modal untuk bisnis dikampung agar bisa bertahan hidup. Rencananya Gus Jun ingin
membuka usaha berupa Rental Play Station 3. Setelah Gus Jun mengiklankannya di
Kaskus, banyak sekali orang yang melakukan penawaran terhadap rumah tersebut.
Dari seluruh penawaran tersebut, Gus Jun hanya tertarik dengan penawaran yang
diberikan oleh Kadek Rambo yang berasal dari Desa Munti Kabupaten Karangasem.
Hanya Rambo yang mampu memberikan pembayaran secara tunai dan tanpa
melalui calo. Setelah uang di transfer melalui Bank Restu Mulya dengan segera Gus
Jun memberikan Sertifikat Hak Milik atas rumah tersebut. Demikian maka rumah
tersebut secara sah milik Rambo. Setelah dua minggu lamanya berbulan madu
(pengantin baru), Rambo beserta istri sepulangnya dari bulan madu di Pulau Nusa
Penida langsung bergegas pindah ke Wisper. Hanya baru tiga minggu tinggal di
Wisper, tiba-tiba Rambo diusir oleh masyarakat setempat dengan alasan Rambo
melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama yakni Rambo disamping memiliki
warna kulit hitam juga bukan orang yang berkasta Brahmana. Sehingga Rambo
mestinya pergi dari Wisper. Rambo melakukan protes keras terhadap aturan
tersebut. Setelah diprotes akhirnya masyarakat Wisper memberikan solusi alternatif
yakni mereka secara bersama-sama akan mengeluarkan sejumlah uang untuk
membeli rumah milik Rambo tersebut dengan maksud agar Rambo tetap pergi dari
Wisper. Oleh karena Rambo telah merasa nyaman menempati rumah tersebut maka
Rambo tidak ingin menjualnya. “Berapapun harga rumah saya ini, kalian pasti bisa
membayarnya. Akan tetapi kalian tidak bisa membeli kenyamanan saya tidur
dirumah ini”. Oleh karena Rambo merasa diperlakukan tidak manusiawi, maka
Rambo menuntut seluruh masyarakat Wisper ke Pengadilan Negeri Setempat.
126
15. Evaluasi Soft Skills
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
H. Muchsin, 2004, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, STIH IBLAM, Jakarta,
Kahar Masyur, 1985 Membina Moral dan Akhlak, Kalam Mulia, Jakarta
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press,
Malang.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta.
127
RPP PERTEMUAN KE XIV
8. Indikator Pencapaian
9. Materi Pokok
a. Hakekat Hukum
b. Tujuan Hukum
13.Tugas
Sebutkan dan jelaskan serta kritisi beberapa pandangan para ahli hukum terkait
dengan tujuan hukum !
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung.
130
RPP PERTEMUAN KE XV
TUTORIAL 6
8. Indikator Pencapaian
a. Mahasiswa mampu menguraikan mengenai hakikat hukum dan tujuan
hukum.
b. Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, jujur dan demokratis mampu
mendiskusikan dan memahami mengenai hakikat hukum dan tujuan
hukum.
9. Materi Pokok
a. Hakekat Hukum
b. Tujuan Hukum
131
11. Media, Alat dan Sumber Belajar
a. Power point presentation.
b. LCD, white board, spidol.
c. Bahan bacaan/pustaka
132
Purwokerto Muslich Bambang Luqmono untuk tidak menghukumnya. Kendati
demikian, majelis hakim tetap menjatuhkan vonis kepada Minah karena mencuri tiga
butir buah kakao.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/162708/tiga-butir-kakao-membawa-
minah-ke-pengadilan
Abdul Ghofur Anshori, 2006, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung.
133
RPP PERTEMUAN KE XVI
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
KONTRAK KULIAH
1. Fakultas/Program Studi : Hukum/ Sarjana Ilmu Hukum
2. Mata Kuliah (MK) : Pengantar Filsafat Hukum
3. Kode MK : BNP 4204
4. Semester : IV(EMPAT)
5. SKS : 2 SKS
6. Mata Kuliah Prasyarat : -
9. Capaian Pembelajaran
Pada akhir perkuliahan mata kuliah ini mahasiswa menguasai pengetahuan
mengenai konsep-konsep dan peristilahan dalam Filsafat Hukum, asas-asas
Filsafat Hukum, sejarah Filsafat Hukum. Mahasiswa dengan rasa tanggung
jawab, jujur dan demokratis terampil mengemukakan pandangan menenai
konsep-konsep, prinsi-prinsip, stelsel (sistem), ruang lingkup, dan asas-asas
dalam Filsafat Hukum.
12. Tugas-Tugas
Tugas-tugas dalam perkuliahan dalam satu semester terdiri dari:
a. tugas-tugas latihan yang terdapat pada setiap sesi penutup kegiatan
pembelajaran seagai media evaluasi atas capaian pembelajaran atas
satu bahan kajian; dan
136
b. tugas-tugas yang terdapat pada setiap kegiatan tutorial yang
divisualisasi dengan kasus-kasus untuk mencapai capaian kemampuan
akhir yang direncanakan pada setiap pertemuan.
………………………………………. …………………………………
Mengetahui
Ketua Bagian,
………………………………………..
137