Anda di halaman 1dari 110

INTERSEX DAN AKIBAT HUKUMNYA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh


Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Imam Mufakkir

1110043100005

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
ABSTRAK

Imam Mufakkir, NIM : 1110043100005, Intersex dan Akibat Hukumnya


Perspektif Islam, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M

Skripsi ini mengurai tentang kedudukan dan kepastian hukum bagi


intersex perspektif islam, intersex yang diteliti memiliki kromosom dengan
karyotype 47, XXY yang secara anatomi terdapat ambiguitas jenis kelamin,
penelitian ini bertujuan untuk memberikan kepastian kedudukan dalam
hukum islam bagi si penderita sindrom tersebut.

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian juridis normatif,


penelitian juridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan
meneliti data sekunder dan bahan pustaka. Tipe penelitian ini adalah
penilitian deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan menggambarkan akibat
hukum bagi intersex dalam perspektif islam
Dari hasil penelitian yang terdapat dalam skripsi ini, bahwa intersex
penderita sindrom klinefelter berstatus jenis kelamin laki-laki, si penderita
boleh melakukan operasi penyempurnaan kelamin dan memiliki kedudukan
hukum dalam islam sebagai laki-laki baik ketika ia menjadi saksi, menutup
aurat maupun perlakuan terhadap air seninya ketika bayi dan kedudukan
dalam hukum-hukum islam lainnya yang menuntut kejelasan status jenis
kelamin.

Kata Kunci : Kromosom, Sindrom Klinefelter, Khuntsa, 47, XXY

Pembimbing : H.A. Bisyri Abd. Somad, M.A

H.M. Riza Afwi, Lc, MA

Daftar Pustaka : 1209-2017

iv
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

KATA PENGANTAR

Ucapan puja-puji syukur ke hadhirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan

karunianya-Nya kita senantiasa diberi nikmat iman, islam dan ihsan.

Shalawat serta salam haturkan kepada kekasih Allah, Muhammad saw yang

telah membawa umat-nya dari ganasnya lautan kebodohan ke tepian pantai

yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Ucapan Alhamdulillah, atas selesainya skripsi yang berjudul “Interser

dan Akibat Hukumnya Perspektif Islam” sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqih, Program

Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses belajar, penelitian skripsi

ini jauh dari kata sempurna, namun dengan harapan, semoga hasil penelitian

dalam skripsi ini bermanfaat terutama bagi penulis dan bagi civitas akademik

serta bagi masyarakat secara umum. Peneliti juga menyadari, skripsi ini dapat

terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan

banyak terimakasih peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA; selaku dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Ahmadi , S.Ag., M.Si; ketua program studi Perbandingan

Mazhab & Hukum, dan ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag., Lc., MA; sekretaris

v
program studi Perbandingan Mazhab & Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak H.A.Bisyri Abd. Somad, M.A dan bapak; selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan serta

bimbingan sampai skripsi ini selesai.

4. Kepada Bapak Dr. Muhammad Taufiqi, M.Ag; selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan banyak hal dalam

perkuliahan sejak semester satu sampai proses akhir penyelesaian skripsi

ini.

5. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA dan Bapak Drs. Ahmad Yani,

M.Ag; selaku Dosen Penguji Proposal Skripsi yang telah membimbing

dan memberikan arahan terhadap langkah awal skripsi ini.

6. Para Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarata, yang telah memberikan ilmunya di berbagai disiplin keilmuan.

Baik dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan, semoga mendapatkan

balasan dari Allah SWT. dan bermanfaat bagi penulis.

7. Tak lupa dan teristimewa, ungkapan terimakasih untuk Ayahanda Drs. H.

Zaini Zakaria Alwy dan Ibunda Dra. Hj. Laila Army yang selalu

memberikan dorongan dan doa setiap waktu, serta Sukma Hayati,

Saidatul Hijri, Imam Subhan dan Annajmi para saudara kandung yang

senantiasa menantikan tanggal pelaksanaan wisuda peneliti.

8. Kepada seluruh teman seperjuangan Perbandingan Mazhab dan Hukum

angkatan 2010, teman seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam

vi
(HMI), seperjuangan di IKPDN, seperjuangan di IMAPA Jakarta

seperjuangan di Forum Kajian Hukum Islam (FKHI), Forum Kajian

Mahasiswa Demokrasi (FKMD), Mahrus Amin Foundation (MAF),

Wahana Sales & Distribution (WSD), dan komunitas lainnya yang telah

meluangkan bersama berbagi ilmu dan kebersamaan.

9. Kepada teman semangat skripsi yang penulis banggakan , Noerrahman,

Moh. Basri, Yusuf Anbar Firdausi, M. Rezza Hidayat, Azmi, Ramaza

Rizka, Fadlina, Gibran, Rahmatul Aulia, Muhtadin, Aqid, Sahrul, Hafidz,

Dzikri, Nanda Afnita yang setiap saat bersama memberikan dukungan,

saran dan masukan kepada penulis.

10. Kepada seluruh pihak yang ikut andil memberikan dukungan moril atau

materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga rahmat

Allah senantiasa menyertai mereka.

Hanya ungkapan terimakasih dan doa yang dapat penulis berikan,

dengan harapan semoga amal ibadah mereka semua diterima oleh Allah SWT

dan mendapatkan balasan dengan sebaik-baiknya balasan menjadi catatan

kebaikan di akhirat kelak. Amin.

Jakarta, 12 April 2017 M


15 Rajab 1438 H

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBINGBING .................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii

BAB I : Pendahuluan ..........................................................................


A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 4
1. Tujuan Penelitian .......................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ........................................................ 4
D. Metode Penelitian ............................................................. 4
1. Jenis Penelitian.............................................................. 5
2. Data Penelitian .............................................................. 5
3. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 6
4. Metode Analisis Data .................................................... 6
E. Review Studi Terdahulu .................................................... 6
F. Teknik Penelitian ............................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 8

BAB II : Aturan Islam yang Berkaitan dengan Jenis Kelamin ........


A. Batasan Aurat .................................................................... 10
1. Batasan Aurat Laki-Laki ............................................... 10
2. Batasan Aurat Perempuan ............................................. 11
B. Bilangan dan Jenis Kelamin Saksi ..................................... 13
C. Air Seni Bayi ..................................................................... 17
D. Operasi Kelamin (Transeksual) ......................................... 21
E. Khuntsa .............................................................................. 30
1. Pengertian Khuntsa ....................................................... 30
2. Macam-Macam Khuntsa ............................................... 32
BAB III : Gambaran Umum tentang Sindrom Klinefelter ...............
A. Kromosom ......................................................................... 34
B. Kromosom Pembentuk Jenis Kelamin............................... 36
C. Seks Kromatin ................................................................... 38
1. Penemuan Seks Kromatin ............................................. 38

viii
2. Hipotesa Lyon ............................................................... 40
3. Hubungan Seks Kromatin dengan Rasio Kematian ...... 41
D. Abnormalitas Akibat Kelainan Kromosom ....................... 42
1. Sindrom Turner ............................................................. 42
2. Sindrom Klinefelter....................................................... 46
3. Contoh Kasus Sindrom Klinefelter ............................... 50
BAB IV : Analisis Intersex dan Akibat Hukumnya ...........................
A. Fatwa MUI nomor 03 tahun 2010 tentang Perubahan
atau Penyempurnaan Alat Kelamin. ................................. 53
1. Ketetapan ...................................................................... 54
2. Dasar Hukum yang Digunakan MUI ............................ 55
B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung nomor :
259/Pdt.P/2015/PN.Blb...................................................... 63
C. Analisis Kedudukan Khuntsa dalam Islam ........................ 66
D. Akibat Hukum Bagi Intersex Perspektif Islam .................. 72

BAB V : PENUTUP .............................................................................


A. Kesimpulan ........................................................................ 74
B. Saran-saran ........................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 77

LAMPIRAN

ix
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini perkembangan teknologi berkembang sangat pesat, kegunaan

teknologi dimanfaatkan oleh berbagai bidang keilmuan, salah satunya yakni

bidang kedokteran. Implikasi dari pemanfaatan teknologi pada bidang ini adalah

ditemukannya ilmu tentang genetika yang salah satunya menjelaskan tentang

susunan kromosom pada tubuh manusia dan salah satu fungsi kromosom adalah

menentukan jenis kelamin.

Kromosom pada manusia dibedakan atas autosom dan kromosom

kelamin. Sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom yang terdiri dari 44 (atau

22 pasang) autosom dan 2 (atau 1 pasang) kromosom kelamin. Pada perempuan,

kromosom kelamin ini berupa dua buah kromosom X, sedang pada laki - laki

berupa sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y. Oleh karena itu, formula

kromosom manusia berjenis kelamin perempuan adalah 46,XX sedangkan

manusia berjenis kelamin laki – laki adalah 46,XY.1

Mengenai jenis kelamin tentu Allah swt telah menjelaskan kepada hamba-

Nya didalam al-Quran surat an-Najm (53) ayat 45-46 yang berbunyi :

)٥٤-٥٣ : ٣٥/‫ (النجم‬          

1
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011), h. 180

1
2

Artinya : Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan

laki-laki dan perempuan. Dari air mani, apabila dipancarkan. {QS.53 (An-Najm:

45-46)}2

Dalam Islam, pembedaan jenis kelamin tentunya berdampak kepada

pembedaan tata cara dalam beribadah, laki – laki boleh mengimami shalat

berjamaah yang makmumnya terdiri dari laki – laki dan perempuan sedangkan

perempuan hanya boleh mengimami shalat berjamaah yang makmumnya terdiri

dari perempuan saja. Perbedaan jenis kelamin juga berdampak pada kesaksian

pada hukum acara dan banyak lagi aspek hukum Islam yang membedakan dalam

tata cara ibadah mengikuti pembedaan jenis kelamin.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tentang genetika, pada tahun

1942 ilmuwan genetika yang bernama Klinefelter menemukan pasien manusia

yang karyotipenya berupa 44 autosom, 2 buah kromosom X dan sebuah

kromosom Y, sehingga keseluruhannya memiliki 47 kromosom (47,XXY) yang

saat ini terkenal dengan nama sindroma Klinefelter. Penderita sindrom ini

memiliki alat kelamin laki – laki yang kecil, 3 testis kecil namun juga memiliki

tanda – tanda wanita seperti tumbuhnya payudara, pertumbuhan rambut kurang,

lengan dan kaki ekstrim panjang sehingga seluruh tubuh tampak tinggi, suara

tinggi seperti wanita. Penderita Klinefelter sering disebut dengan istilah interseks.

2
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an. Alqur’anul & Terjemahnya, (Jakarta :
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971) h. 875
3
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,2011) h. 246
3

Pada tanggal 7 januari 2016 lalu, Pengadilan Negeri Bale Bandung

memutuskan pengabulan permohonan pergantian jenis kelamin atas nama Elia

(nama samaran) menjadi Andrea (nama samaran) dengan putusan nomor

259/Pdt.P/2015/PN.Blb. Elia lahir dengan jenis kelamin perempuan, namun ada

kelainan pada organ reproduksi/vaginanya yang disebut dengan penyakit

hipospadia berat (penyakit bawaan lahir), alat kelamin Elia yang awalnya berupa

alat kelamin perempuan/vagina muncul alat kelamin laki-laki/penis yang seiring

pertumbuhan usia Elia, penis tersebut berkembang/tumbuh.

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa Islam memiliki beberapa

pembedaan dalam tata cara ibadah sesuai dengan jenis kelaminnya yang mana

dalam ilmu genetika dijelaskan bahwa jenis kelamin laki – laki memiliki jumlah

kromosom 46XY sedangkan perempuan berjumlah 46XX, lalu bagaimana

kedudukan penderita Klinefelter (selanjutnya disebut sebagai intersex) yang

memiliki jumlah kromosom sebanyak 47XXY dalam tata cara ibadah?

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan, peneliti tertarik menjadikan kasus

tersebut sebagai bahan kajian dalam skripsi ini dengan judul: “Intersex dan

akibat hukumnya dalam perspektif hukum Islam.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memperjelas pokok masalah yang akan dibahas dan diuraikan

dalam skripsi ini, yaitu tentang akibat hukum bagi interseks dalam perspektif

Islam , maka peneliti membuat batasan dan rumusan masalah sebagai berikut:
4

1. Bagaimana status jenis kelamin bagi intersex ?

2. Bagaimana pandangan Islam terhadap transeksual bagi intersex ?

3. Bagaimana kedudukan hukum bagi intersex dalam aturan Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Mengetahui status jenis kelamin bagi intersex

b. Mengetahui pandangan hukum Islam terhadap transeksual bagi intersex

c. Mengetahui kedudukan hukum bagi intersex dalam aturan Islam

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti

dan akademisi lainnya tentang intersex dan kedudukan hukumnya dalam

perspektif hukum Islam

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dalam beribadah

khususnya kedudukan hukum bagi intersex

D. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, peneliti menggunakan

beberapa tahapan dalam pembahasannya. Adapun tahapan tersebut adalah:


5

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian juridis normatif,

penelitian juridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan

meneliti data sekunder dan bahan pustaka.4 Tipe penelitian ini adalah

penilitian deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan menggambarkan akibat

hukum bagi intersex dalam perspektif Islam

2. Data Penelitian

Adapun jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

jenis data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan non-

hukum5 :

a. Bahan hukum primer

Bahan primer dalam penelitian ini adalah Al-Quran, Hadits, Putusan

hakim pengadilan Bale Bandung nomor : 259/Pdt.P/2015/PN.Blb, dan

fatwa MUI.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan Sekunder dalam penelitian ini adalah kitab fiqih, jurnal hukum,

skripsi, kamus – kamus hukum, wawancara ahli hukum dan bahan lainnya

yang berkaitan dengan fokus pembahasan yang diteliti oleh peneliti.

4
Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Penerbit Universitas
Atmajaya (PUAJ), 2007) h. 28
5
Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Penerbit Universitas Atmajaya
(PUAJ), 2009) h. 47
6

c. Bahan non-hukum

Bahan nonhukum dalam penelitian ini adalah buku – buku biologi dan

kedokteran, jurnal kedokteran, wawancara ahli biologi dan bahan lainnya

yang berkaitan dengan fokus pembahasan yang diteliti oleh peneliti.

3. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah :

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan,

penelusuran dokumen dan wawancara.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif, yaitu mendalami

masalah akibat hukum bagi intersex dalam perspektif Islam.

E. Review Studi Terdahulu

Peneliti telah melakukan tinjauan terhadap penelitian – penelitian

terdahulu dan belum menemukan penelitian yang membahas mengenai intersex

dan akibat hukumnya perspektif Islam, namun peneliti menemukan penelitian

yang berkaitan dengan penelitian ini namun memiliki fokus pembahasan yang

berbeda, diantaranya adalah :

1. Dampak transgender terhadap ibadah (studi di kecamatan Citeureup

kabupaten Bogor) yang ditulis oleh Saeful Anwar, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Skripsi ini membahas

dampak transgender terhadap ibadah shalat. Skripsi menarik kesimpulan

bahwa transgender tidak sah menjadi imam bagi laki-laki maupun menjadi
7

imam bagi perempuan, transgender hanya boleh menjadi imam bagi

komunitasnya. Pada dasarnya transgender yang mengubah diri menjadi

perempuan tidak sah menjadi imam laki-laki maupun perempuan dan dia sah

menjadi makmum laki-laki tetapi tidak sah menjadi makmum perempuan.

Namun ketika mereka melaksanakan shalat berjamaah di tempat umum

mereka yang sudah merubah jenis kelaminnya mengikuti apa yang mereka

ubah demi kemaslahatan bersama.

2. Kewenangan kantor urusan agama dalam perkawinan seorang transeksual

yang telah diakui perubahan statusnya oleh pengadilan negeri ditinjau dari

hukum Islam yang ditulis oleh Gita Rianty Hapsari, Fakultas Hukum UI

Depok, 2012 Skripsi ini membahas kewenangan KUA dalam memutuskan

apakah seorang transeksual yang telah diakui perubahan statusnya oleh

pengadilan negeri boleh melaksanakan perkawinan atau tidak dan hal ini

ditinjau juga dari perspektif hukum Islam. Skripsi ini mengambil kesimpulan

bahwa KUA memiliki hak untuk menolak permohonan pelaksanaan

perkawinan oleh seorang transeksual jika hal tersebut dilarang dalam hukum

Islam walaupun seorang transeksual tersebut telah memiliki pengakuan

perubahan statusnya oleh pengadilan negeri.

Skripsi yang dibahas oleh keduanya memiliki beberapa persamaan dengan

skripsi peneliti yaitu meneliti tentang dampak hukum dalam beribadah dan

peninjauan dalam perspektif Islam. Namun memiliki perbedaan dalam fokus


8

pembahasan yaitu pada skripsi yang pertama adalah tentang transgender

sedangkan fokus pembahasaan pada skripsi yang kedua adalah transeksual dan

keduanya berbeda dengan fokus pembahasan yang diteliti oleh peneliti yaitu

intersex dan akibat hukumnya dalam perspektif Islam.

F. Teknik Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti merujuk pada buku “Pedoman

Penelitian Skripsi” Yang Diterbitkan Oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu

(PPJM) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian ini disusun dalam lima bab, dimana pada tiap-tiap

bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penelitian merupakan variasi

ringkas secara garis besar mengenai hal pokok yang dibahas guna mempermudah

dalam memahami dan melihat hubungan satu bab dan lainnya. Adapun uraian

dalam setiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Review Studi Terdahulu, Teknik Penelitian, Sistematika

Penelitian.

BAB II Batasan Aurat, Bilangan dan Jenis Kelamin Saksi, Air Seni Bayi,
Operasi Kelamin (Transeksual), Khuntsa
9

BAB III Kromosom, Kromosom pembentuk jenis kelamin, Seks kromatin,

Abnormalitas akibat kelainan kromosom.

BAB IV Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang Perubahan atau

Penyempurnaan Alat Kelamin, Analisis Putusan Pengadilan Negeri

Bale Bandung nomor : 259/Pdt.P/2015/PN.Blb, Analisis Kedudukan

Khuntsa dalam Islam, Akibat Hukum Bagi Intersex Perspektif Islam

BAB V Kesimpulan, Saran


10

BAB II Pembedaan Jenis Kelamin & Operasi Kelamin Serta Khuntsa dalam

Aturan Islam

A. Batasan Aurat

Masalah menutup aurat, jumhur ulama sepakat bahwa hal tersebut

merupakan kewajiban setiap muslim, namun para ulama mazhab berbeda

pendapat mengenai batasan aurat baik bagi laki-laki maupun perempuan.

1. Batasan aurat laki – laki

Imam Malik dan Asy-Syafi‟i berpendapat bahwa batasan aurat

lelaki adalah pusar hingga lutut, Abu Hanifah memiliki pendapat yang

sama mengenai hal ini. Sedang sebagian ulama lainnya berpendapat

bahwa batasan aurat lelaki adalah dubur dan alat kelamin. Pendapat yang

terakhir mengatakan bahwa aurat lelaki itu adalah alat kelamin, dubur, dan

paha.1

Perbedaan pendapat diatas disebabkan adanya pertentangan antara

dua hadis yang kedua – duanya shahih :

a. Hadis Jarhad r.a :

ِ ّ ‫ ِذ‬ْٛ َ‫ انَُّضْ ِز َيْٕ ن َٗ ُع ًَ َزب ٍِْ ُعب‬ٙ‫ عٍ أ ِب‬، ٌَ‫َا‬ٛ‫ َح َّذثََُا ُس ْف‬،‫ ُع ًَ َز‬ٙ‫ب‬
،‫ّللا‬ ْ َ‫َح َّذثََُا إب ٍُْ ا‬
ُّٙ ِ‫ َيزَّانَُّب‬:‫ قال‬،‫ ع ٍَْ َج ِّذ ِِ َجزْ َْ ٍذ‬،ِّٙ ًِ َ‫ع ٍَْ ُسرْ َعتَ ْب ٍِ ُي ْسهِ ِى ب ٍِْ َجزْ َْ ِذاألَ ْسه‬

1
Abul Walid Muhammad, Bidayatul Mujtahid. Jilid 1, penerjemah Imam Ghazali Said, dkk

(Jakarta :Pustaka Amani, Cet. III, 2007) h. 252


11

‫ فَقَا َل "إِ ٌَّ ْانفَ ِخ َذ‬،ُِ‫ ْان ًَ ْس ِج ِذ َٔقَ ْذ اِ َْ َك َشفَ فَ ِخ ُذ‬ٙ‫ّ ٔ سهَّى ِب َجزْ َْ ٍذ ف‬ٛ‫ّللا عه‬
ّ ٗ‫صه‬
: ِ‫ص ٍم(رٔا‬ ِ َّ‫ْث َح َس ٌٍ َياأ َرٖ إِ ْسَُا ُدُِ بِ ًُت‬ ٌ ٚ‫ َْ َذا َح ِذ‬: ٗ‫ْس‬ٛ‫ قَا َل أبُْٕ ِع‬،"ٌ‫عَْٕ َرة‬
)ٕ٩٧ٙ ‫انتزيذؠ‬
Artinya ; “telah menceritakan kepada kami Ibn Abi „Umar; telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Nadlr Maulaa „Umar bin
„Ubaidillah, dari Zur‟ah bin Muslim bin Jarhad Al-Aslamiy, dari kakeknya
– yaitu Jarhad-, ia berkata ; „Nabi Sallahu „alaihi wasallam pernah
melewati Jarhad di masjid yang ketika itu tersingkap pahanya. Maka beliau
shallahu alaihi wa sallam bersabda ; „sesungguhnya paha termasuk aurat”.
Abu „isa berkata ; “hadits ini hasan, aku tidak berpendapat ia bersambung
sanadnya” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2796)
b. Hadis riwayat Anas :

َّ َّ
ُ‫ٌزبْن‬ ِ ‫ب بْن إِبْر ِه ٌْ َم َقا َل َح َّدث َنا إسْ َما عِ ٌْل بْنُ ُعلَ ٌَّ َة َقا َل َح َّدث َنا َع ْب ُد ْال َع ِز‬ َ ‫َح َّد َث َنا ٌَعْ قُ ْو‬
‫صلَّ ٌْ َنا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم َغ َزا َخ ٌْ َب َر َف‬ ِ َّ ‫ْن َمالِكٍ أَنَّ َرسُو َل‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫سب‬ ِ ‫ب َعنْ أَ َن‬ ٍ ٌْ ‫ص َه‬ ُ
‫ِب أَبُو ََ ْل َح َة‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ِ‫َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم َو َر‬ ِ َّ ً‫ِب َن ِب‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ‫س َف َر‬ ٍ َ‫ص َل َة ْال ََ َدا ِة ِب ََل‬َ ‫عِ ْن َد َها‬
َّ‫اق َخ ٌْ َب َر َوإِن‬ َّ ‫صلَّى‬
ِ ‫َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم فًِ ُز َق‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ً‫َوأَ َنا َردٌِفُ أَ ِبً ََ ْل َح َة َفأَجْ َرى َن ِب‬
ُ َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ًِّ‫ُر ِْ َبتًِ لَ َت َمس َف ِخ َذ َن ِب‬
ً‫ار َعنْ َف ِخ ِذ ِه َح َّتى إِ ِّن‬ ِ ْ ‫َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم ث َّم َح َس َر‬
َ ‫اْل َز‬ َ ‫َّللا‬
)ٖ٘٣ : ٖ‫ انبخار‬: ِ‫َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم (رٔا‬ َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ًِّ‫اض َف ِخ ِذ َن ِب‬
َ ‫َّللا‬ ِ ٌَ ‫ظ ُر إِلَى َب‬ ُ ‫أَ ْن‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim berkata,
telah menceritakan kepada kami Ima'il bin 'Ulayyah berkata, telah
menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berperang di Khaibar. Maka
kami melaksanakan shalat shubuh di sana di hari yang masih sangat gelap,
lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Thalhah mengendarai
tunggangannya, sementara aku memboncenmg Abu Thalhah. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu melewati jalan sempit di Khaibar dan saat
itu sungguh lututku menyentuh paha Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Lalu beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat
paha Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang putih. (Diriwayatkan oleh Al-
Bukhari no. 358)
2. Batasan Aurat Perempuan

Batas aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan

tangan, Rasulullah saw bersabda :


12

ٍ ًَ ‫ض إالَّبِ ِخ‬
)‫ ابٕ دأدعٍ عا ئشت‬: ِ‫ار(رٔا‬ ٍ ِ‫صالَةَ َحائ‬ ّ ‫َ ْق َب ُم‬ٚ َ‫ال‬
َ ‫ّللا‬
“Allah tidak akan menerima shalat seorang wanita kecuali dengan
penutup kepala (khimar)” (HR. Abu Daud dari Aisyah dengan sanad
shahih).
Wanita muslimah harus mengetahui bahwa batas pakaiannya dalam

shalat, baik saat sendiri maupun bersama orang lain, adalah sama. Artinya,

jika dia (melaksanakan shalat) dirumahnya sendiri, maka dia wajib

menutup seluruh tubuhnya selain tangan dan wajah, meskipun tidak terlihat

orang lain, seperti saat sedang sendiri didalam kamarnya. Hal itu

dikarenakan shalat adalah ibadah, yang mana syarat sahnya adalah

menutup aurat. Demikian juga dengan laki – laki ketika shalat.

Demikian juga dengan laki – laki ketika shalat. Oleh karena itu,

tidak selayaknya dia melaksanakan shalat dengan memakai pakaian tipis

yang menampakkan auratnya atau menggunakan pakaian yang

menampakkan pundaknya.2

Rasulullah saw bersabda :

ٙ‫ أ َح ُذ ُك ْى ف‬ِّٙ‫صه‬ ّ ٗ‫ صه‬ُّٙ ِ‫ قَال انَُّب‬:‫ َزةَ قال‬ْٚ ‫ ُْ َز‬ْٙ ِ‫ع ٍَْ أب‬
َ ُٚ َ‫ ال‬: ‫ّ ٔسهى‬ٛ‫ّللا عه‬
َ َٛ‫ب ْان َٕا ِح ِذ ن‬
)ٖ‫ بخار‬: ِ‫ ٍْئ (رٔا‬ٛ‫ ِّ َش‬ْٛ َ‫ْس عهٗ عَاتِق‬ ِ َّْٕ‫انث‬
Dari abu Hurairah ra. Berkata ; Nabi Muhammad sallahu alaihi wa sallam
bersabda, salah seorang di antaramu janganlah shalat di dalam satu kain
dan di bahunya tidak ada apa-apa (HR. Bukhari)3

2
Ibnu Amin Yasin, dkk, Fikih Shalat Lengkap (Menurut 17 Imam Besar) (Jakarta : Pustaka
Azzam, Cet. I, 2010) h. 92
3
Muhammad Nasir Al-Din Albani, Ringkasan Shahih Bukhari 1, (Jakarta; Gema Insani, 2003),
hlm. 153
13

B. Bilangan dan Jenis Kelamin Saksi

Kesaksian untuk membela hak sesama adalah fardhu kifayah,


berdasarkan firman Allah swt :

)ٕ٣ٕ : ٕ /‫ (انبقزة‬   


    

Artinya : Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila


mereka dipanggil {(QS.2 ( Al-Baqarah: 282)}
Sedangkan pelaksanaannya fardhu „ain berdasarkan firman-Nya :

            

)ٕ٣ٖ :ٕ/ ‫ (انبقزة‬ 

Artinya : Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan


barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
{QS.2 (Al-Baqarah : 283)}
Kesaksian palsu termasuk dosa besar, dengan dalil hadist Abu Bakrah,

ia berkata, Rasulullah saw bersabda :

ً‫ْن أَ ِب‬ِ ‫اق َح َّد َث َنا َخا ِل ٌد ْال َواسِ َِ ً َعنْ ْالج َُرٌ ِْريِّ َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب‬ ُ ‫َح َّد َثنًِ إِسْ َح‬
َّ ًَ ِ‫َب ِْ َر َة َعنْ أَ ِبٌ ِه َرض‬
‫َّللا ُ َع ْن ُه َقا َل‬
‫َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم أَ ََل أ ُ َن ِّب ُئ ُِ ْم ِبأ َ ِْ َب ِر ْال َِ َبا ِئ ِر قُ ْل َنا َبلَى ٌَا َرسُو َل‬َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ‫َقا َل َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬
‫س َف َقا َل أَ ََل َو َق ْو ُل‬
َ َ‫ان ُم َّت ِِ ًئا َف َجل‬ َ َِ ‫ْن َو‬ ِ ٌ‫وق ْال َوالِ َد‬ ُ ُ‫اَّلل َو ُعق‬ ِ َّ ‫ك ِب‬ ِ َّ
ِ ْ ‫َّللا َقا َل‬
ُ ‫اْل ْش َرا‬
‫ور َف َما َزا َل ٌَقُولُ َها َح َّتى‬ َ ‫الزور َو َش َها َدةُ الز‬
ِ ‫ور َو َش َها َدةُ الز‬ ِ ‫ور أ ََل َو َق ْو ُل الز‬ ِ ِ
) ٖ‫ بخار‬: ِ‫ت (رٔا‬ ُ ُِ ْ‫ت ََل ٌَس‬ُ ‫قُ ْل‬
: Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami Khalid
Al Wasithi dari Al Jurairi dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya
radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
14

"Tidak maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari
dosa besar? Kami menjawab; "Tentu wahai Rasulullah." Beliau bersabda:
"Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua." -ketika itu beliau
tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: "Perkataan
dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu." Beliau terus
saja mengulanginya hingga saya mengira beliau tidak akan berhenti." (HR.
Bukhari)
Tidaklah diterima kesaksian seseorang kecuali dari seseorang muslim,

baligh, berakal dan adil, untuk perbedaan kedudukan kesaksian antara laki –

laki dan perempuan dibagi menjadi dua yaitu hak Allah dan hak manusia.

Adapun hak sesama manusia, maka kesaksian dibagi menjadi tiga

macam sebagai berikut :4

1. Kesaksian yang tidak bisa diterima kecuali dengan dua orang saksi laki –

laki. Yaitu kesaksian yang tidak berkaitan dengan harta dan

kewenangannya dipegang oleh laki – laki sebagaimana nikah dan thalaq.

Allah swt berfirman dalam Ath-Thalaq ayat 2 :

 
    
     

)ٕ : ٙ٘/‫ (انطالق‬      

Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka


dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu Karena Allah.{QS. 65 (Ath-Thalaq: 2)}

4
Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Panduan Fiqih Lengkap, penerjemah Team Tashfiyah LIPIA (
Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, cet I, 2001) h.787
15

Rasulullah saw bersabda :

‫ ٔ َشا ِْذَ٘ َع ْذ ٍل‬ٍّٙ ِ‫الَ َِ َكا َح َّإال ب َٕن‬

“Tidak sah nikah kecuali dengan seorang wali dan dua orang saksi yang

adil.

Dalam ayat dan hadist diatas, lafazh syahid (saksi) berbentuk

mudzakkar (laki – laki).

2. Kesaksian yang bisa diterima dengan dua orang saksi laki – laki atau

seorang laki – laki dengan dua orang wanita atau bisa juga seorang saksi

dan sumpah orang yang menuduh.

Yaitu kesaksian yang berkaitan dengan harta, seperti jual beli, sewa,

gadai dan lain sebagainya

Allah swt berfirman dalam Al-Baqarah ayat 282

             

     


    

)ٕ٣ٕ : ٕ /‫(انبقزة‬
Artinya : Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang

lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang
16

lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya

jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya... {QS. 2 (Al-

Baqarah : 282)}

Dari Ibnu „Abbas bahwa Rasulullah saw mengadili dengan sumpah

dan seorang saksi.5

3. Kesaksian yang bisa diterima dengan dua orang saksi laki – laki, atau

seorang saksi laki – laki dan dua orang saksi perempuan atau empat orang

saksi perempuan.

Yaitu kesaksian pada permasalahan yang biasanya bukan menjadi

kewenangan laki – laki seperti persusuan, kelahiran dan aib bagian dalam

bagi perempuan.

Adapun hak Allah, maka persaksian perempuan tidak bisa diterima,

sebagaimana perkataan az-Zuhri, “tidaklah seseorang dihukum cambuk

karena suatu hukuman had melainkan dengan persaksian laki – laki.” Hal ini

terbagi menjadi tiga bagian :

1. Kesaksian yang tidak bisa menerima kurang dari empat orang saksi, yaitu

persaksian zina.

5
Shahih : (Shahih Sunan Ibnu Majah, no. 1920), Shahih Muslim (III/1337, no.17120, Sunan
Ibni Majah (II/793, NO 2370), Sunan Abi Dawud (X/28, no. 3591).
17

Allah swt berfirman dalam surah An-Nur ayat 4:

   


      
   

)ٗ :ٕٗ /‫(انُٕر‬
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029]
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera... {Q.S. 24
(An-Nur : 4)}
2. Kesaksian yang bisa diterima dengan dua orang saksi

Yaitu semua hukuman hadd kecuali zina, berdasarkan perkataan az-

Zuhri diatas.

3. Kesaksian yang bisa diterima dengan seorang saksi

Yaitu kesaksian yang berkenaan dengan hilal Ramadhan

C. Air Seni Bayi

Untuk penyucian air seni bayi laki – laki yang masih menyusu maka

syariat memberi keringanan dalam menyucikannya. Hal ini berbeda dengan

penyucian air seni bayi perempuan yang masih menyusu. Rasulullah

shallallahu „alaihi wasallam bersabda :

‫ُ َزشُّ ِي ٍْ بَْٕ ِل ْان ُغالَ ِو‬َٚٔ ‫َ ِت‬ٚ‫ار‬


ِ ‫ُ ْغ َس ُم ِي ٍْ بَْٕ ِل ْان َج‬ٚ
“Air seni bayi perempuan dicuci, sedangkan kencing bayi laki – laki cukup

dipercikkan air.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa‟, Ibnu Majah, Al-Bazzar dan
18

Ibnu Khuzaimah dari Abu As- Samah salah seorang pelayan Rasulullah.

Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim)6

‫َأْ ُك ِم انطَّ َعاو‬ٚ ‫ نَ ْى‬، ‫ز‬ٛ


ٍ ‫ص ِغ‬َ ‫ت بِاب ٍٍْ نََٓا‬ ْ َ‫ص ٍٍ أََََّٓا أَت‬ ٍ ْٛ َ‫ع ٍَْ أ ُ ِّو ق‬
ِ ُْ ‫س ِب‬
َ ْ‫ت ِيح‬
‫ّللاِ – صهٗ ّللا‬ َّ ‫ فَأَجْ هَ َسُّ َرسُٕ ُل‬، – ‫ّ ٔسهى‬ٛ‫ّللا – صهٗ ّللا عه‬ ِ َّ ‫إِنَٗ َرسُٕ ِل‬
ُّ‫َ ْغ ِس ْه‬ٚ ‫ض َحُّ َٔنَ ْى‬َ ََُ‫ فَ َذعَا ِب ًَا ٍء ف‬، ِّ ِ‫ فَبَا َل َعهَٗ ثَْٕ ب‬، ِِ ‫ّ ٔسهى – فِٗ ِحجْ ِز‬ٛ‫عه‬
)ٕ٣٩ : ‫ ٖٕٕ ٔ يسهى‬: ٖ‫ بخار‬: ِ‫(رٔا‬
Dari Ummu Qois binti Mihshon, bahwasanya ia datang dengan anak laki-
lakinya yang masih kecil dan anaknya tersebut belum mengkonsumsi
makanan. Ia membawa anak tersebut ke hadapan Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam. Beliau lantas mendudukkan anak tersebut di pangkuannya.
Anak tersebut akhirnya kencing di pakaian beliau. Beliau lantas meminta
diambilkan air dan memercikkan bekas kencing tersebut tanpa mencucinya.
Sedangkan bayi perempuan tetap dicuci seperti kencing lainnya. (HR.
Bukhari no. 223 dan Muslim no. 287).
Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu

Hibban dan Ath-Thabarani juga meriwayatkan dari hadits Ummul Fadhl

Luqabah binti Al- Harits, dia berkata; Al-Husain bin Ali kencing di pakaian

Rasulullah. Maka saya katakan,”Wahai Rasulullah, berikan pakaianmu

kepada saya dan pakailah pakaian yang lain, pakaian itu akan saya cuci.”

Maka Rasulullah bersabda, “sesungguhnya air seni bayi laki – laki yang masih

menyusu cukup dipercikkan air, sedangkan air seni bayi perempuan,

hendaknya dicuci.”

Dalam Shahih Al- Bukhari dan Muslim dan yang lain disebutkan dari

hadits Ummu Qais binti Mihshan, bahwa dia datang menemui Rasulullah
6
Yusuf Al-Qaradhawi, Fikih Thaharah, Penerjemah Samson Rahman (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, Cet. I, 2004) h. 57
19

shallallahu „alaihi wasallam bersama anaknya yang masih kecil yang belum

makan makanan. Kemudian anaknya itu kencing di baju Rasulullah. Maka

rasulullah meminta air lalu memercikkan air ditempat kencing tersebut dan

tidak mencucinya.

Dalam Shahih Al- Bukhari dari Aisyah r.a, dia berkata; didatangkan

kepada Rasulullah seorang bayi laki – laki untuk beliau tahnik (menggosok

tenggorokan dengan makanan semacam kurma atau madu, pen.). Kemudian

bayi itu kencing di baju Rasulullah dan Rasulullah hanya memercikinya

dengan air.

Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Aisyah; didatangkan pada

Rasulullah beberapa bayi laki – laki untuk didoakan dan ditahnik. Pada saat

itu, ada seorang bayi yang kencing di baju Rasulullah. Lalu Rasulullah

meminta air dan menyiram kencing itu dan tidak mencucinya.

Ini semua merupakan gambaran yang jelas, bahwa Rasulullah

shallallahu „alaihi wasallam tidak mencuci bekas air kencing bayi laki – laki.

Dan dipergunakan kata”air” disini, yaitu dengan hanya memercikkannya

sebagaimana yang disebutkan pada dua hadits diatas, atau hanya sekedar

menuangkan air dibekas tempat yang dikencingi tanpa mencucinya.

Sebagian besar salaf berpendapat, bahwa memercikkan air hanya

terhadap air seni bayi laki – laki dan tidak untuk air seni bayi perempuan.
20

Diantara yang berpendapat seperti itu yaitu Ali bin Abi Thalib, Ummu

Salamah, Ats – Tsauri, Al-Auza‟i, An – Nakha‟i, Dawud, Ibnu Wahab, Atha‟,

Alhasan, Az – zuhri, Ahmad, Ishaq dan Malik dalam sebuah riwayatnya.

Sedangkan sebagian ahli ilmu –sebagaimana disebutkan dari Imam

Malik, Asy – Syafi‟i dan Al – Auza‟i bahwa memercikkan air bisa berlaku

terhadap keduanya. Namun, hal ini bertentangan dengan hadits – hadits shahih

yang telah disebutkan diatas, dimana disana terdapat perbedaan antara bayi

laki – laki dan perempuan dalam cara mensucikan bekas air seninya.7

Sedangkan mazhab Hanafi dan semua ulama Kufah berpendapat,

bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya. Keduanya harus dicuci. Mazhab

ini sebagaimana pendapat sebelumnya bertentangan dengan dalil – dalil yang

jelas dan nyata. Para penganut mazhab ini berdalil dengan menggunakan

hadits tentang najisnya air seni secara umum. Tetapi hadits tentang najisnya

air seni itu telah ditakhshish secara jelas dengan membedakan antara bayi laki

– laki dan perempuan, maka analogi ini adalah analogi yang bertentangan

dengan nash (teks) hadits. Dan dianggap sebagai analogi (qiyas) yang tidak

benar.

Syariat telah membedakan antara bayi laki – laki yang menyusu

dengan bayi perempuan yang menyusu karena adanya hikmah tersembunyi


7
Yusuf Al-Qaradhawi, Fikih Thaharah, Penerjemah Samson Rahman, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
Cet. I, 2004) h. 58
21

yang tidak terlihat oleh Abu Muhammad bin Hazm. Hikmah itu diantaranya

adalah :

1. Bahwa air seni bayi perempuan lebih bau dan lebih kotor daripada air seni

bayi laki – laki.

2. Air seninya terpusat pada satu tempat, dengan demikian dampak najisnya

lebih kuat, dia tidak menyebar sebagaimana air seni bayi laki – laki

sehingga dampaknya juga lebih ringan.

3. Sesungguhnya mencuci air seni bayi perempuan lebih mudah, karena ia

terpusat di satu tempat. Ini berbeda dengan air seni bayi laki – laki yang

menyebar ke berbagai tempat sehingga untuk mencucinya pun menjadi

lebih sulit. Maka dari itu, diberlakukan keringanan tadi.8

D. Operasi Kelamin (Transeksual)

Jenis kelamin manusia, sebagaimana kita kenal, terdiri atas laki – laki

dan perempuan. Keduanya adalah pasangan (spouse) dalam kehidupan

biologis untuk reproduksi berkelanjutan. Adanya dua jenis kelamin itu

menjadi medium dalam perkembangan dan penyebaran umat manusia di bumi

sebagaimana dipahami dari Surah An-Nisa‟/4:1. Pada masing – masing jenis

kelamin terdapat perasaan ketertarikan yang mengarah pada saling

8
Yusuf Al-Qaradhawi, Fikih Thaharah, Penerjemah, Samson Rahman (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
Cet. I, 2004) h. 59
22

membutuhkan untuk bersatu dan bekerja sama dalam melestarikan

keberlangsungan hidup spesies umat manusia di dunia. Allah subhanahu wa

ta‟ala menganugerahi keturunan kepada setiap pasangan yang dikehendaki

berupa anak laki – laki atau anak perempuan, sebagaimana dipahami dari

surah asy – Syura/42 : 49 – 50 sebagai berikut :

              

             

) ٘ٓ : ٗ٧ :ٕٗ/ ٖ‫ (انشٕر‬  

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan


apa yang dia kehendaki. dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa
yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia
kehendaki, Atau dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan dia menjadikan mandul siapa
yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa”.{Q.S. 42 (Asy-Syura : 49-50)}
Dan dalam surah an – Najm/53: 45 lebih jelas lagi disebutkan :

) ٗ٘ : ٖ٘/‫ (انُجى‬     

Artinya: “Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan

pria dan wanita”. {Q.S. 53 (An-Najm : 45)}

Dalam ayat diatas disebutkan dengan jelas bahwa hanya ada dua jenis

kelamin yang diciptakan Allah subhanahu wa ta‟ala, dan tak satupun ayat

yang memperkenalkan adanya jenis kelamin ketiga, selain laki – laki dan
23

perempuan. Dengan demikian, adanya kelompok – kelompok di Barat yang

saat ini memperkenalkan jenis kelamin ketiga, yang mereka sebut “Neutral”

(N), melengkapi Male (M) dan Female (F) yang saat ini kita kenal, tidak

sejalan dengan ayat al – Qur‟an yang disebutkan diatas. Mengapa demikian?

Karena yang mereka sebut jenis kelamin netral itu adalah orang yang berjenis

kelamin laki – laki atau perempuan tetapi orientasi seksualnya berlawanan

dengan alat kelamin yang dimilikinya. Sangat berbeda dengan apa yang

disebut didalam kitab – kitab fiqh tentang kelamin ganda (al-khuntsa al-

musykil), yaitu orang yang memiliki dua alat kelamin, alat kelamin laki – laki

dan perempuan sekaligus.9

Kelamin ganda dalam dunia medis dikenal dengan istilah ambiguous

genitalia/intersex, namun belakangan ini istilah yang lebih populer dikenal

dengan DSD, singkatan dari disorder of sexual development. Tampaknya

istilah terakhir ini lebih tepat, karena individu yang terlahir dengan kelamin

ganda pada awalnya memang ambigu, apakah laki – laki ataukah perempuan

jika dilihat dari alat kelamin yang ada. Akan tetapi, dalam perkembangannya

kemudian dapat dipastikan jenis kelamin sesungguhnya. Orang yang berjenis

kelamin ganda seperti ini ditentukan status jenis kelaminnya ketika beranjak

dewasa (balig) dengan melihat yang dominan diantara keduanya. Dinegeri

kita telah dilaporkan beberapa kali adanya individu yang terlahir dengan

9
Musa’id bin Sulaiman at-Tayyar, Mafhum at-Tafsir, juz 1, hal. 93
24

kelamin ganda tersebut dan ketentuan fiqhiyyah yang terkait dengan jenis

kelamin dipastikan setelah mencapai usia balig.

Menurut Musa‟id bin Sulaiman at-Tayyar dalam Mafhum at-Tafsir

ketika menafsirkan ayat – ayat yang mengintroduksi jenis kelamin hanya ada

dua (laki – laki dan perempuan), bahwa adanya jenis kelamin ganda (khuntsa)

dalam realitas kehidupan tidak menunjukkan adanya pertentangan dengan

zahir teks (ayat) al-Qur‟an. Musa‟id mengatakan bahwa ayat Al-Qur‟an sama

sekali tidak menafikan keberadaan khustsa, hanya tidak disebutkan secara

eksplisit semata – mata karena dalam realitas memang sangat jarang terjadi.

Tak dapat diingkari bahwa jenis kelamin yang umum disekililing kita

memang Cuma laki – laki dan perempuan. Melalui operasi kedokteran ada

laki – laki yang beralih menjadi perempuan, dan sebaliknya, perempuan

menjadi laki – laki. Peralihan itu dilatari oleh bermacam – macam alasan,

misalnya karena orientasi seksual yang berbeda, anggapan hidup nyaman

dengan jenis kelamin yang berbeda dengannya, kebiasaan berhubungan

kelamin dengan sejenis dsb. Bahkan, ada yang melakukannya semata – mata

karena ia ingin melakukannya, bukan karena ada suatu sebab yang dapat

diterima akal sehat pada manusia normal.

Orang yang menganggap dirinya berjenis kelamin berbeda dengan saat

ia dilahirkan dan atau melakukan tindakan peralihan jenis kelamin dalam


25

istilah kedokteran disebut dengan transeksual. Transeksual pada awalnya

adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan,

merasa, berfikir, atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan pada

saat mereka lahir.10 Kondisi pada tiap – tiap individu berbeda, dari mulai

hanya dipendam didalam perasaan, atraktif, sampai tindakan operasi ganti

kelamin (operasi transeksual). Kecanggihan teknologi kedokteran dan

tindakan medis telah mampu menyulap alat kelamin sesuai dengan yang

dikehendaki. Operasi macam ini telah menjadi hal biasa dalam dunia

kedokteran, mengubah laki – laki menjadi perempuan dan perempuan menjadi

laki – laki dengan ciri – ciri fisik yang nyata sebagaimana dikenal dalam

kehidupan sehari – hari. Teknik operasi plastik, penggunaan silikon, kultur

jaringan, tranplantasi organ, telah menyempurnakan pekerjaan seorang dokter

bedah.

Laporan The National Center for Transgender Equality di Washington,

DC memperkirakan jumlah orang yang melakukan operasi ganti kelamin

(transeksual) berkisar antara 0,0025% hingga 1% dari jumlah total penduduk.

Memang hanya sedikit sekali jumlah statistik mengenai jenis operasi ini

terutama karena banyak diantara mereka merahasiakannya. Operasi laki – laki

menjadi perempuan atau male-to-female (MTF) ternyata lebih sering

10
Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, Alqur’an dan Isu –Isu Kontemporer II (Tafsir Al-Qur’an
Tematik), (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, 2012, h.158
26

dibandingkan perempuan ke laki – laki atau female-to-male (FTM).11

Sebagian besar pasien berbangga dengan hasil operasi mereka yang memberi

status baru, meskipun banyak juga yang merahasiakannya lalu mencari tempat

tinggal baru yang sebelumnya mereka tidak kenal. Yang jelas mereka lebih

nyaman dengan status barunya, kecuali kendala – kendala kecil seperti masih

adanya bulu – bulu yang muncul ditempat tertentu yang tak dikehendaki.12

Dari segi medis, operasi ganti kelamin bukan lagi masalah, karena

kecanggihan teknologi kedokteran memudahkan tindakan itu. Nah, sekarang

bagaimana tinjauan agama? Para ulama pada umumnya mengharamkan

tindakan operasi ganti kelamin karena hal itu dianggap telah mengubah

ciptaan Allah subhanahu wa ta‟ala. Bukan sekedar mengubah bagian –

bagian tubuh untuk tujuan penyempurnaan (kamaliyyat atau tahsiniyyat),

tetapi mengubah total jenis kelamin yang implikasinya dalam agama sangat

luas. Perubahan total ciptaan Allah seperti ini dianggap sebagai bagian dari

keinginan setan, sebagaimana dipahami dari surah an-Nisa‟/4 : 119

11
C. Lynn Carr, Ganti Kelamin Makin Diminati. Artikel ini diakses pada tanggal 17 Februari
2016 pukul 21.04 dari http://www.inilah.com/read/detail/402122/ganti-kelamin-makin-diminati.
12
C. Lynn Carr, Ganti Kelamin Makin Diminati. Artikel ini diakses pada tanggal 17 Februari
2016 pukul 21.04 dari http://www.inilah.com/read/detail/402122/ganti-kelamin-makin-diminati.
27

        

           

) ٔٔ٧: ۴/‫ (انُساء‬   


Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan


angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-
telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya,13 dan akan
Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya.14 barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung
selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. {Q.S.4
(An-Nisa‟ : 119)}

Fokus dari ayat ini yang terkati erat dengan operasi ganti kelamin

adalah ungkapan “fal-yugayyirunna khalqallah”. Pemaknaan terhadap

ungkapan ini didalam kitab – kitab tafsir memang beragam. pada umumnya

memaknai dengan mengubah agama Allah, misalnya menghalalkan yang

haram dan mengharamkan yang halal. Masih sulit ditemukan dalam kitab –

kitab tafsir adanya pemaknaan yang menjurus pada ganti kelamin sebagai

bentuk meubah ciptaan Allah. Hal ini boleh jadi karena operasi ganti kelamin

baru dikenal luas pada beberapa dekadeterakhir ini. adapun praktek yang telah

dikenal oleh masyarakat dan dianggap telah mengubah ciptaan Allah adalah

13
menurut kepercayaan Arab jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan
kepada patung-patung berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti
Ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja.
14
mengubah ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri
binatang. ada yang mengartikannya dengan mengubah agama Allah.
28

mengebiri binatang atau budak sehingga tak mampu lagi melaksanakan fungsi

– fungsi biologisnya secara baik sebagai jantan atau laki – laki. Al – Khatib

dalam kitab tafsirnya, Audatut – Tafasir, telah mencontohkan perilaku

penggantian ciptaan Allah yang dimaksud oleh ungkapan dalam ayat itu

antara lain mengebiri budak pria dan hewan jantan.15

Implikasi terbesar dari operasi ganti kelamin ini adalah yang berkaitan

dengan masalah keagamaan. Apakah setelah operasi status baru itu dapat

dihukumkan status jenis kelamin baru pula? Karena, didalam hukum islam

ada perbedaan – perbedaaan antara laki – laki dan perempuan menyangkut

misalnya kelompok saf didalam salat, hak waris, hak menjadi imam dan

khatib, hubungan seksual (digolongkan homoseksual atau heteroseksual),

ketika wafat, imam salat jenazah berdiri lurus dengan kepala atau perut dan

berbagai implikasi lain yang sangat rumit dan memerlukan perdebatan

panjang dari segi fiqih.

Terdapat titik singgung antara homoseks dan lesbi dengan mereka

yang telah berganti kelamin. Pada hubungan kelamin homoseksual dan

lesbian masing – masing tetap pada jenis kelamin semula, hanya diantara

pasangan itu ada yang berperan sebagai suami dan yang lainnya sebagai istri.

Sementara pada pasangan yang salah satunya telah dioperasi ganti kelamin

15
Muhammad ‘Abdul-Latif bin al-Khatib. Audah al-Tafasir. (Kairo : al – Matba’ah al-Misriyah wa
Maktabuna. 1383). h. 113
29

maka secara lahiriah (kasat mata) tampak sebagai istri adalah perempuan dan

yang menjadi suami adalah laki – laki, akan tetapi pada dasarnya mereka

berasal dari jenis kelamin yang sama. Hal inilah yang membuat ulama pada

umumnya mengharamkannya, karena secara hakikat mereka berhubungan

kelamin sesama jenis seperti pernah terjadi dan merajalela dimasa Nabi Lut

as. Al – Qur‟an menentang hal tersebut karena termasuk perbuatan keji yang

harus dijauhi dalam kehidupan seperti yang tercantum dalam Surah al –

A‟raf/7 : 80 – 81

           

            

)٣ٔ-٣ٓ : ٩/‫ (األعزاف‬ 

Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu,16 yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu Ini adalah kaum
yang melampaui batas. {Q.S.7 (al-A‟raf : 80-81)}

Sebagian ulama mutaakhirin, membolehkan operasi ganti kelamin terhadap

mereka yang dipastikan secara medis dan uji biologis terperangkap dalam

jenis kelamin berlawanan secara ekstrem seperti kasus – kasus abnormalitas

kromosom pada penderita sindroma klinefelter dengan susunan kromosom

16
perbuatan faahisyah di sini ialah: homoseksual sebagaimana diterangkan dalam ayat 81 berikut.
30

sebanyak 47,XXY atau 48,XXYY dll yang berakibat pada pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan psikis yang anomali, sehingga dimungkinkan

melakukan operasi ganti kelamin untuk menyelaraskan antara fisik dan

psikisnya.

E. Khuntsa

1. Pengertian Khuntsa

a. Menurut Bahasa (Etimologi)

Ibnu Manzhur dalam kamus Lisan al Arab mengatakan : khuntsa

adalah orang yang memiliki sekaligus apa yang dimiliki oleh laki-laki dan

perempuan. Juga Ibnu Manzhur mengatakan : Khuntsa adalah orang yang

tidak murni (sempurna) sebagai laki-laki atau perempuan.17

Berdasarkan pengertian ini maka khuntsa sama dengan banci, karena

Mursal dalam kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan mengatakan : banci yaitu

orang yang mempunyai dua macam jenis kelamin hingga ia mempunyai sikap

rangkap antara laki-laki dan perempuan secara jasmaniah dan rohaniah.

Sehubungan dengan ini pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan sebagai berikut.

17
Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyah : Kajian Hukum Islam Kontemporer. (Bandung :
Angkasa.2005) h.198
31

1) Banci adalah manusia yang bersifat laki-laki dan perempuan (tidak

laki-laki dan tidak perempuan)

2) Banci adalah laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian

sebagai perempuan atau sebaliknya, Wadam, Waria.

b. Pengertian Khuntsa (Banci) Menurut Istilah (Terminologi)

As-Sayid Sabiq dalam kitab Fiqh As Sunnah mengatakan : Khuntsa

adalah orang yang tidak dapat diketahui secara pasti apakah ia seorang laki-

laki atau seorang perempuan, karena ia sekaligus mempunyai alat kelamin

laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan pengertian khuntsa (banci) menurut bahasa dan istilah,

dapat diambil kesimpulan bahwa khuntsa adalah manusia yang tidak

sempurna kejadiannya baik secara fisik maupun psikis.

Sehubungan dengan kejadian manusia, Allah swt berfirman dalam

surat al-Hajj ayat 5 :

             

              

)٘ : ‫ (انحج‬     


32

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah,
Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari
segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan (sesudah) dalam rahim... (al-
Hajj : 5)

Al Fakhru ar Razy dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud


dengan mukhallaqah wa ghairi mukhallaqah pada ayat 5 surat al-Hajj, adalah
orang yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna kejadiannya atau yang
disebut sebagai khuntsa. Adanya perbedaan kejadian itu merupakan
perkembangan dari mughdah mukhallaqah dan ghairi mukhallaqah.

Sehubungan dengan penafsiran diatas, Dr. H. Ali Akbar dalam


kitabnya penggantian kelamin, menjelaskan tentang penyebab adanya
kelainan kelamin itu karena tidak seimbangnya hormon-hormon yang terdapat
di dalam tubuh manusia. Walaupun kelenjar laki-laki menghasilkan hormon
laki-laki, tetapi juga dalam tubuhnya terdapat hormon-hormon perempuan.
Begitu pula pada perempuan, namun di dalam tubuhnya terdapat hormon laki-
laki.

Jadi, jika ada manusia yang memiliki kelainan dan tidak sama dengan
laki-laki atau perempuan yang normal maka ia adalah manusia yang tidak
sempurna yang disebut khuntsa.18

2. Macam-Macam Khuntsa

Menurut fuqaha khuntsa terbagi dua macam

a. Khuntsa Ghair Musykil

18
Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyah : Kajian Hukum Islam Kontemporer. (Bandung :
Angkasa.2005) h.199
33

Khuntsa ghairu musykil, yaitu khuntsa yang jelas dapat dihukumkan

sebagai laki-laki atau perempuan karena jenis kelamin, sifat-sifat dan tingkah

lakunya, yaitu sebelum balig dapat diketahui dengan keluar kencingnya

dengan alat kelamin khusus bagi perempuan. Kemudian setelah baligh,

apabila tumbuh jenggotnya atau keluar mani maka ia dihukumkan laki-laki.

Dan apabila ia berpayudara seperti perempuan atau keluar air susu atau haid

atau bisa hamil maka ia dihukumkan perempuan.19

b. Khuntsa Musykil

Khuntsa musykil yaitu manusia yang dalam bentuk tubuhnya ada

keganjilan, tidak dapat diketahui apakah dia laki-laki atau perempuan, karena

tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kelakiannya atau samar-samar

tanda-tanda itu dan tidak dapat ditarjihkan.

19
Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyah : Kajian Hukum Islam Kontemporer. (Bandung :
Angkasa.2005) h.200
34

BAB III Gambaran Umum tentang Sindrom Klinefelter

A. Kromosom

Menjelang abad ke – 20 banyak penyelidik telah mencoba untuk

mengetahui jumlah kromosom yang terdapat dalam inti sel tubuh manusia, akan

tetapi usaha mereka selalu menghasilkan data yang berbeda – beda, karena teknik

pemeriksaan kromosom masih terlalu sederhana.

Pada tahun 1912 Winiwater menyatakan bahwa di dalam sel tubuh

manusia terdapat 47 kromosom. Tetapi kemudian pada tahun 1920 Painter

menegaskan penemuannya bahwa manusia memiliki 48 kromosom. Ketentuan ini

mendapat kepercayaan sampai lebih dari 30 tahun lamanya. Akhirnya Tjio dan

Levan dalam tahun 1956 berhasil membuktikan dengan menggunakan teknik

pemeriksaan kromosom yang lebih sempurna, bahwa inti sel tubuh manusia itu

mengandung 46 kromosom.1

Kromosom manusia dibedakan atas 2 tipe, yaitu :

1. Autosom, ialah kromosom yang tiada hubungannya dengan penentuan jenis

kelamin. Dari 46 kromosom di dalam inti sel tubuh manusia, maka yang 44 buah

(22 pasang) merupakan autosom.

1
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 10
35

2. Seks kromosom, ialah sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin. Seks

kromosom dibedakan atas dua macam, yaitu kromosom – X dan kromosom – Y.

Seks kromosom ditemukan oleh seorang ahli sel berkebangsaan Jerman

bernama H. Henking pada tahun 1891.

Pada manusia (dan kebanyakan Mamalia) baik yang perempuan (betina)

maupun yang laki – laki (jantan) mempunyai sepasang kromosom kelamin.

Seorang perempuan normal mempunyai sepasang kromosom – X. Seorang laki –

laki normal mempunyai sebuah kromosom – X dan sebuah kromosom – Y.

Berhubung dengan itu formula kromosom adalah sebagai berikut :

1. Perempuan normal = 46,XX

2. Laki – laki normal = 46,XY

Sel telur (ovum) yang dimiliki seorang perempuan normal adalah haploid

dan mengandung 22 pasang autosom + sebuah kromosom X. Sebaliknya, seorang

laki – laki normal membentuk 2 macam spermatozoa yang membawa 22 pasang

autosom + 1 kromosom – X dan spermatozoa yang membawa 22 autosom + 1

kromosom - Y (disebut androspermium). Jadi secara teoritis, lahirnya anak

perempuan dan laki – laki dalam keadaan normal mempunyai peluang sama

besar, yaitu masing – masing 50%.


36

B. Kromosom pembentuk jenis kelamin

Kromosom manusia dibedakan pula atas autosom dan kromosom kelamin.

Sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom yang terdiri dari 44 (22 pasang)

autosom dan 2 (1 pasang) kromosom kelamin. Pada perempuan, kromosom

kelamin ini berupa dua buah kromosom – X. Sedang pada laki – laki berupa

sebuah kromosom – X dan sebuah kromosom – Y. Berhubung dengan itu

perempuan dikatakan bersifat homogametik dan laki – laki heterogametik.

Dari penjelasan diatas tentu dapat diketahui bahwa kromosom adalah hal

yang mentukan jenis kelamin manusia, meskipun kromosom X dan Y

berpasangan pada meiosis I, namun keduanya bukanlah homolog. Kromosom Y

memiliki bentuk yang kecil dan hanya membawa beberapa gen; sementara

kromosom X memiliki bentuk besar dan membawa banyak gen penting.

Pada manusia, laki – laki memiliki seks heterogamet; artinya, dapat

memproduksi dua jenis gamet yang berbeda dan menentukan jenis kelamin

keturunanya (gambar 1.1).2

Pada orang normal, formula kromosom untuk perempuan dan laki – laki

dapat ditulis sebagai berikut :3

2
Stephen Bresnick D, Intisari Biologi, Penerjemah Herlina Y. Sandoko, dkk (Jakarta :
Hipokrates. 2003) H.180
3
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 180
37

Perempuan Laki – laki

-Cara lama, berdasarkan Kongres 22AAXX 22AAXY


Genetika Internasional di Denver, USA
tahun 1960

-Cara baru, berdasarkan Kongres 46,XX 46,XY


Genetika Internasional di Paris, Perancis
tahun 1971

Gambar 1.1

Kromosom manusia yang berjumlah 46 itu dapat diklasifikasikan

berdasarkan ukurannya mulai yang panjang sampai yang pendek sehingga

terbentuklah sebuah karyotipe.(Gambar 1.2)

Gambar 1.2 (karyotipe dari manusia yang memperlihatkan perbedaan seks. (1)
male; (2) female. Pasangan kromosom 1-22 adalah autosom. Keromosom –X dan –Y
adalah kromosom kelamin; berdasarkan strukturnya, X serupa dengan golongan nomor
(6-12), sedang Y serupa dengan golongan nomor (21-22).
38

Oleh karena beberapa autosom ukurannya hampir sama sehingga sulit

untuk memberikan nomor urut kepadanya, maka ada usaha untuk

mengelempokkan autosom itu menjadi golongan dan terjadilah autosom golongan

A-G.

Terjadinya anak perempuan atau anak laki – laki secara genetik apabila

spermatozoa pembawa kromosom – X (disebut juga ginospermium) membuahi

sel telur (membawa kromosom – X) terjadilah anak perempuan dan bila

spermatozoa pembawa kromosom – Y (disebut juga androspermium) yang

membuahi sel telur, maka terjadilah anak laki – laki.4 Dengan demikian telah jelas

bahwa jenis kelamin anak ditentukan oleh ayahnya. Jika telur dibuahi oleh sperma

yang mengandung kromosom X, maka akan menghasilkan anak perempuan,

sebaliknya jika telur dibuahi oleh sperma yang mengandung kromosom Y maka

akan menghasilkan anak laki – laki.5

C. Seks kromatin

1. Penemuan seks kromatin

Pada tahun 1940 Barr dari University of Wastern Ontario, USA dalam

penyelidikannya dapat menemukan adanya suatu badan kromatin di dalam sel –

4
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2011) h. 181
5
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang & Diklat Kementrian Agama RI dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Seksualitas (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2012) h.4
39

sel saraf kucing betina, tetapi tidak pada kucing jantan. Penyelidikan itu
2
dilanjutkan pada manusia dengan memeriksa sel – sel epitel tunika mukosa mulut

(selaput lendir mulut) dibagian dalam dari pipi dan juga sel – sel darah putih

(lekosit). Inti dari sel – sel selaput lendir mulut dari seorang perempuan

mengandung sebuah badan kromatin pula yang letaknya periferis (di tepi) dekat

dengan dinding inti dan bentuknya bulat (gambar 1.4). Orang laki – laki tidak

memilikinya. Juga sel lekosit pada orang perempuan memperlihatkan adanya

badan kromatin, tetapi berbentuk khas yaitu sepeti pemukul genderang, maka

dalam bahasa Inggris dinamakan drumstick. Orang laki – laki tidak memilikinya,

oleh karena ada atau tidak adanya badan kromatin itu ada hubungannya dengan

perbedaan jenis kelamin, maka badan kromatin itu disebut kromatin kelamin atau

seks kromatin atau juga badan Barr.6


1 2

Gambar (1.4), gambar 1 merupakan badan barr/seks kromatin. Sedangkan


gambar 2 adalah Drumstick

Karena orang perempuan memiliki seks kromatin, maka dikatakan bersifat

seks kromatin positif. Orang laki – laki dikatakan bersifat seks kromatin negatif.

6
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 188
40

2. Hipotesa Lyon

Setelah Barr menemukan seks kromatin, timbul pertanyaan diantara para

ahli tentang apa sesungguhnya seks kromatin itu an apa yang menyusunnya?

Lyon seorang ahli genetika bangsa Inggris yang bekerja di Radiobiology

Unit, England pada tahun 1962 berpendapat bahwa seks kromatin itu sendiri dari

salah satu dari 2 buah kromosom –X yang terdapat didalam inti sel tubuh wanita.

Berhubung dengan itu apabila sebuah sel tidak mengalami mitosis, maka

substansi dari satu kromosom –X dalam keadaan kurang, sehingga tidak tampak.

Kromosom –X yang satunya tetap dalam keadaan kompak sehingga dapat

menghisap zat warna banyak dan dapat dikenal sebagai seks kromatin. Dikatakan

pula bahwa gen – gen didalam kromosom –X yang substansinya berkurang adalah

aktif memberikan pengaruh pada fenotip. Gen – gen yang terdapat dalam

kromosom –X yang kompak yang membentuk seks kromatin adalah non-aktif.

Berdasarkan hipotes Lyon yang menyatakan bahwa seks kromatin adalah sebuah

kromosom –X yang non-aktif, maka mudah dimengerti bahwa pada orang normal,

banyaknya seks kromatin dalam sebuah sel adalah sama dengan jumlah

kromosom –X dikurangi dengan satu. Jadi perempuan normal mempunyai dua

kromosom –X, maka ia memiliki sebuah seks kromatin, sehingga bersifat seks

kromatin positif. Sebaliknya laki – laki hanya memiliki sebuah kromosom –X

saja, maka ia tidak memiliki seks kromatin sehingga bersifat seks kromatin
41

negatif.7 Pada manusia yang memiliki kelainan pada kromosom maka individu

XO adalah perempuan yang tidak memiliki seks kromatin, manusia XXY adalah

pria yang memiliki satu seks kromatin, XXX adalah perempuan dengan 2 seks

kromatin, XXXX adalah wanita dengan tiga seks kromatin (gambar 1.5).

Seks kromatin
dalam nukleus

XY XX XXX XXXX
Komposisi
kromosom
XO XXY kelamin

XYY
Gambar 1.5

3. Hubungan seks kromatin dengan rasio kematian

Penghitungan statistik menunjukkan bahwa pada waktu kelahiran ternyata

lebih banyak bayi laki – laki daripada bayi perempuan yaitu 106:100. Hal ini

mungkin sekali sesuai dengan pengaruh kecepatan perjalanan sperma dari cervix

menuju ke tuba fallopii dan dengan diameter bagian kepala sperma. 8 Tetapi pada

usia remaja ratio itu berkurang menjadi 1:1 atau 100 laki – laki terhadap 100

perempuan, kemudian pada usia setengah umur/50 tahun rationya menjadi 85 laki

– laki terhadap 100 perempuan, pada usia tua/85 tahuan rationya menjadi 50

7
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 189
8
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 184
42

sampai 62 laki – laki terhadap 100 perempuan, sedangkan pada usia melebihi 100

tahun rationya menjadi 1:5 atau 20 laki – laki terhadap 100 perempuan.

Angka kematian lebih tinggi pada laki – laki dibandingkan dengan

perempuan diduga disebabkan karena 2 buah kromosom –X pada wanita itu

menyediakan lebih banyak keuntungan untuk bertahan dibandingkan dengan

sebuah kromosom –X pada laki – laki.9 Walaupun penulis sendiri berpendapat

bahwa seks kromatin hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi angka

kematian karena disamping faktor seks kromatin, faktor peperangan dan

pekerjaan juga mempengaruhi angka kematian laki – laki dibanding perempuan.

D. Abnormalitas akibat kelainan kromosom

Ada beberapa abnormalitas akibat kelainan kromosom yang terjadi, namun dalam

skripsi ini penulis hanya akan menjabarkan tentang monosomi pada

manusia/sindroma Turner dan trisomi pada manusia/sindroma

Klinefelter/intersex.

1. Sindroma Turner

Pada tahun 1938 Turner menemukan seorang yang memiliki fenotip

perempuan. Kelihatannya ia normal, tetapi setelah diamati ternyata terdapat

beberapa sifat abnormal seperti tubuhnya pendek (hanya kira – kira 120 cm untuk

9
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 191
43

usia dewasa), leher pendek dan pangkalnya seperti bersayap, dada lebar, tanda

kelamin sekunder tak berkembang, misalnya payudara dan rambut kelamin tidak

tumbuhm puting susu letaknya saling berjauhan (gambar 1.7). Dalam keadaan

ekstrim, kulit pada leher sangat kendur sehingga mudah ditarik kesamping

(gambar 1.8).10 Penderita sindroma Turner biasanya sudah memperlihatkan tanda

– tanda diwaktu masih bayi, yaitu adanya kulit tambahan pada leher

Gambar 1.7. gadis menderita sidrome Gambar 1.8. bayi menderit sidrome
Turner. Tubuh tampak pendek dan tanda- Turner. kulit pada leher sangat kendur
tanda kelamin sekunder berkembang. sehingga mudah ditarik kesamping.

Sindroma Turner terdapat kira – kira satu dalam 3000 kelahiran hidup.

Lebih dari 90% mengalami abortus spontan. Perkiraan kasar untuk sindroma

Turner dewasa dalam populasi umum ialah 1 : 5000. Jika dilakukan tes seks

kromatin, maka penderita sindroma Turner adalah seks kromatin negatif. Hal ini

sesuai dengan hipotesa Lyon yang menyatakan bahwa banyaknya seks kromatin

10
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 241
44

adalah sama dengan jumlah kromosom –X dikurangi satu, sedangkan penderita

sindroma Turner = 45,X

Penyelidikan mikroskopis dari overium hanya menunjukkan beberapa

gores jaringan sisa – sisa ovarium, karena itu ia serial. Pembuatan karyotipe dari

penderita menunjukkan adanya sebuah kromosom –X saja (gambar 2.0), sehingga

ia hanya memiliki 45 kromosom. Oleh karena wanita normal biasanya disebut

juga XX, maka penderita sindroma Turner disebut XO. Ia tidak rendah

intelegensianya, kecuali memang sangat lemah dalam matematika. Kurangnya

hormon kelamin yang dibentuk menyebabkan ia kurang perhatian terhadap

kehidupan seksual, tetapi dengan perlakuan estrogen (hormon wanita) maka

kekurangan ini dapat ditingkatkan.11

Gambar 2.0 karyotipe dari wanita sindroma Turner yang menunjukkan adanya
sebuah kromosom-X saja, tanpa kromosom-X. Tetapi ovarium tidak berkembang
dengan baik.

11
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 241
45

Monosomi X seperti halnya dengan sindroma Turner ini mungkin terjadi

karena adanya nondisjuction diwaktu ibunya membentuk sel telur (ganbar 2.1).

Kemungkinan lain disebabkan hilangnya sebuah kromosom kelamin selama

mitosis setelah zigot XX atau XY terbentuk, kemungkinan yang terakhir ini

didukung oleh tingginya frekuensi mosaik yang dihasilkan dari kejadian sesudah

terbentuk zigot pada penderita sindroma Turner.

P O 46 46
XY X XX
Normal
Normal
ND
Gambar 2.1. diagram
perkawinan antara suami-
23 23
24 22 istri normal yang karena
X Y adanya non disjunction
XX
selama oogenesis ada
spermatozoa kemungkinan dihasilkan
anak sindroma Turner.

F1 45
X

Mosaik dengan kromosom kelamin X/XX memperhatikan tanda – tanda

sindroma Turner, tetapi biasanya orangnya lebih tinggi daripada X dan

mempunyai lebih sedikit anomali daripada wanita non-mosaik 45,X. Mereka

lebih memperhatikan kewanitaannya, mempunyai siklus haid lebih ke arah


46

normal dan mungkin subur. Kini banyak dijumpai kasus fenotip Turner somatis

tanpa disertai kombinasi kromosom 45,X. Kebanyakan dari pasien ini memiliki

sebuah kromosom –X normal dan sebuah potongan dari kromosom –X yang

kedua. Kedua buah lengan dari kromosom –X yang kedua rupa – rupanya sangat

diperlukan untuk differensiasi ovarium secara normal. Individu yang hanya

memiliki lengan panjang dari kromosom –X kedua, mempunyai tubuh pendek

dan menunjukkan tanda – tanda lain dari sindroma Turner. Mereka yang hanya

memiliki lengan pendek dari kromosom –X yang kedua, mempunyai tubuh

normal dan tidak menunjukkan banyak tanda – tanda sindroma Turner. Pendapat

baru inilah memberi kesan bahwa fenotip Turner itu diawasi oleh gen gen yang

terdapat dalam lengan pendek dari kromosom –X.

2. Sindroma Klinefelter

Suatu proses dengan mana individu akan dilahirkan mengalami kelainan

jumlah kromosom dengan karyotype 47, XXY telah diketahui secara eksperimen

untuk lebih dari 50 tahun dan dalam kenyataannya merupakan salah satu puncak

kejadian dalam sejarah genetika. Yang akhirnya membawa semua itu kecuali

keyakinan umum bahwa gen – gen tentu saja terdapat dalam kromosom, adalah
47

penemuan non disjunction dan hubungan antara gambaran sitologi dan rasio

genetik.12

Pada tahun 1942 Klinefelter, refeinstein dan albright13 menemukan 9

pasien pasca puber yang memiliki fenotip pria tetapi memperlihatkan tanda –

tanda wanita seperti tumbuhnya payudara, pertumbuhan rambut kurang, lengan

dan kaki ekstrim panjang sehingga seluruh tubuh tampak tinggi, suara tinggi

seperti wanita, testis kecil (gambar 2.2). Alat genitalia eksterna tampak normal,

tetapi spermatozoa biasanya tidak dibentuk.

Sebagian kecil dari penderita sindrom ini memiliki masalah kelainan

mental yang biasanya dalam derajat yang lebih ringan (kebanyakan mempunyai

IQ 60 – 80) adalah lebih sering dibandingkan populasi umum, walaupun sebagian

besar penderita sindrom ini keadaaan mentalnya benar – benar normal, bahkan

walaupun inteligensinya dibawah rata – rata dari saudara-saudara kandung

mereka yang normal.14 Setelah dibuat karyotipenya, ternyata bahwa pasien

tersebut memiliki 2 buah kromosom –X dan sebuah kromosom –Y, sehingga

keseluruhannya memiliki 47 kromosom (47,XXY). Berhubung dengan itu pada

12
Ernawati. Sindroma Klinefelter.( Volume 1.Nomor 2. Juli 2010) h.1 diakses pada tanggal 06
november 2017 dari elib.fk.uwks.ac.i
13
Pranoto, Ibnu. Sindroma Klinefelter (laporan kasus). (jilid XXIII.Nomor 3. September 1991)
h.1 diakses pada tanggal 06 november 2017 dari https://journal.ugm.ac.id
14
Ernawati. Sindroma Klinefelter.( Volume 1.Nomor 2. Juli 2010) h.2 diakses pada tanggal 06
november 2017 dari elib.fk.uwks.ac.i
48

waktu dilakukan tes seks kromatin, ia bersifat seks kromatin positif, karena

memiliki sebuah seks kromatin. Penderita biasanya tuna mental.

Gambar 2.2. A. individu dengan sindroma Klinefelter yang memperlihatkan


fenotip pria, tetapi payudara tumbuh, lengan tangan dan kaki ekstrim panjang,
tastis kecil suara tinggi. B. karyotipe pria sindroma Klinefelter, memiliki 2
kromosom-X dan 1 kromosom-Y (47 XXY).
Individu sindrom Klinefelter dapat terjadi melalui fertilisasi dari sel telur

XX oleh spermatozoa Y atau melalui fertilisasi dari sel telur X oleh spermatozoa

XY (gambar 2.3,). Kebanyakan karyotipe untuk sindroma Klinefelter (kira – kira

¾ dari semua kasus) adalah 47,XXY. Akan tetapi tanda – tanda dari sindroma ini

biasanya tampak meskipun terdapat lebih dari satu kromosom –X asal masih ada

satu kromosom –Y. Karena itu karyotipe yang lebih kompleks yang ada
49

hubungannya dengan sindroma Klinefelter ialah seperti XXYY, XXXY,

XXXYY, XXXXY, XXXXYYY an XXXXXY. Penghambatan mental biasanya

dijumpai apabila terdapat lebih dari dua kromosom –X.

Gambar 2.3. Diagram perkawinan yang menunjukkan terjadinya individu sindroma


Klinefelter (47, XXY). Sebelah kiri melalui fertilasisasi dari ovarium XX oleh
spermatozoa Y; sebelah kanan melalui fertilisasi dari ovum X oleh spermatozoa XY.

Walaupun sebagian besar dari penderita sindroma Klinefelter itu

dilahirkan oleh ibu – ibu dibawah umur 30 tahun, akan tetapi perlu diingat bahwa

sebagian besar dari semua kelahiran memang terdapat pada waktu itu (Gambar

2.4) setelah terjadi penurunan kelahiran sindorma Klinefelter antara umur 27 – 32,

maka terdapatlah sedikit kenaikan lagi sesudah umur 32, sedangkan jumlah

seluruh kelahiran menurun dengan cepat pada umur itu. Ini memberi kesan bahwa

nondisjuntion dari kromosom –X di dalam oosit yang bertambah usianya

merupakan faktor yang lebih penting daripada nondisjuntion XY selama


50

spermatogenesis. Dengan perkataan lain, sindroma Klinefelter lebih banyak

disebabkan oleh nondisjunction XX selama oogenesis.15

Gambar 2.4. grafik yang menunjukan hubungan antara umur ibu dengan
kelahiran anak XXY dan XXX

3. Contoh Kasus Sindroma Klinefelter

3.a Uraian Kasus16

Penderita Sindrom adalah anak laki-laki umur 10 tahun, bangsa Indonesia,

tempat tinggal di Medan, datang memeriksakan ketempat praktek dengan diantar

orangtuanya. Orangtuanya menceritakan bahwa anaknya mengeluhkan ada

kelainan pada alat kelamin karena tidak sama dengan teman laki-lakinya, yang

menyebabkan adanya perasaan renah diri dan malu disekolah dengan kelainan

15
Suryo, Genetika Manusia (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011) h. 241
16
Pranoto, Ibnu. Sindroma Klinefelter (laporan kasus). (jilid XXIII.Nomor 3. September 1991) h.5
diakses pada tanggal 06 november 2017 dari https://journal.ugm.ac.id
51

tersebut. Anak kelas 5 SD di Medan ini dengan kepandaian dengan IQ 110 selalu

naik kelas. Penderita merupakan anak nomor 4 bersaudara laki-laki semua

(Gambar i jurnal). Pada waktu dalam kandungan kedua orangtuanya

mendambakan anak perempuan dan sampai pada saat kelahirannya oleh dokter

yang menolong dinyatakan menyerupai bayi perempuan.

3.b Pemeriksaan

Keadaaan umum baik, pertumbuhan normal, agak kurus, tinggi badan 142

cm, berat badan 33 kg. Panjang tangan 58,5 cm dan panjang kaki 74 cm.

Pertumbuhan rambut biasa, bentuk muka biasa, tidak ada pertumbuhan buah dada

yang abnormal dan belum ada pertumbuhan bulu axilar. Pada pemeriksaan

genitalia externa, didapat penis kecil, panjangnya 3,5 cm dengan lubang uretra

diventral dekat pangkal penis. Kulit skrotum warnanya kecoklatan, terdapat dua

testes dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm3, konsistensi keras padat. Ductus deferens sulit

dinilai; belum ada pertumbuhan pubes.

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah rutin, gula darah, kadar

ureum dan tes faal hati dalam batas normal.

Pemeriksaan hormon : LH 1,3 iu/1 (nilai normal 1,5 – 14 iu/1)

FSH 1,4 iu/1 (nilai normal 1 – 10 iu/1)

Testosyeron 25 ng/l (normal 270 – 1070 ng/dl)


52

Pemeriksaan analisis kromosom

Blood smear : 100 sel terdapat 4% Barr body

Buccal smear : 100 sel terdapat 0% drum stick

Karyotyping : 47, xxy

Diagnosis sindroma Klinefelter ditegakkan berdasar pada tanda-tanda

klinis pubertas dengan gangguan perkembangan genital ekstern dan gonad

(mikropenis, testis kecil dan keras, hipospadia), gangguan pertumbuhan bulu serta

kelainan somatis (lengan dan kaki yang sangat panjang) serta hasil pemeriksaan

laboratoris dan kromosom.

3.c Terapi

Pemberian hormonal testosteron 25 mg dan preparat gonadotropin 1000 iu tiap

tiga minggu dan direncanakan koreksi hipospadia secara bedah. Juga disertai

dengan psikoterapi pada penderita dan kedua orangnya.


53

BAB IV Analisis Intersex dan Akibat Hukumnya

A. Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang Perubahan atau

Penyempurnaan Alat Kelamin1

Fatwa MUI ini dikeluarkan setelah ada permintaan adanya

kepastian hukum tentang operasi alat kelamin dari masyarakat dari Jawa

Tengah saat itu, ditambah dengan banyaknya fenomena orang melakukan

operasi ganti alat kelamin.Dalam fatwa ini, MUI membolehkan operasi

penyempurnaan alat kelamin bagi yang mengalami penyakit atau abnormal

dari lahir dan mengharamkan operasi alat ganti kelamin bagi yang hanya

merasa bahwa ia secara kejiwaan tidak sesuai dengan alat kelamin yang

dimiliki.2

MUI juga menghukumi kedudukan hukum bagi yang boleh

operasi ganti alat kelamin ke jenis kelamin setelah operasi dilaksanakan

dan menghukumi kedudukan hukum bagi yang haram operasi ganti alat

kelamin ke jenis kelamin asalnya, sehingga jika ia berhubungan badan

dengan orang yang berjenis kelamin asalnya maka ia digolongkan kedalam

golongan homoseksual/lesbi, begitu juga dengan persoalan tata cara

pelaksanaan syariat Islam lainnya seperti shalat, mengurus jenazahnya,

1
Fatwa MUI nomor 03 tahun 2010. diakses pada tanggal 06 November 2016 pukul 11.27
dari http://mui.or.id/index.php/2014/11/14/operasi-perubahan-atau-penyempurnaan-kelamin/
2
Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo,
MA. tanggal 16 April 2017
54

pernikahan dan syariat lainnya yang menuntut adanya kejelasan jenis

kelamin.

1. Ketetapan

a. Penggantian Alat Kelamin

1. Mengubah alat kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau

sebaliknya yang dilakukan dengan sengaja, misalnya dengan operasi ganti

kelamin, hukumnya haram.

2. Membantu melakukan ganti kelamin sebagaimana point 1 hukumnya

haram.

3. Penetapan keabsahan status jenis kelamin akibat operasi penggantian

alat kelamin sebagaimana point 1 tidak dibolehkan dan tidak memiliki

implikasi hukum syar‟i terkait penggantian tersebut.

4. Kedudukan hukum jenis kelamin orang yang telah melakukan operasi

ganti kelamin sebagaimana point 1 adalah sama dengan jenis kelamin

semula seperti sebelum dilakukan operasi ganti kelamin, meski telah

memperoleh penetapan pengadilan.

b. Penyempurnaan Alat Kelamin

1. Menyempurnakan alat kelamin bagi seorang khuntsa yang fungsi alat

kelamin laki-lakinya lebih dominan atau sebaliknya, melalui operasi

penyempurnaan alat kelamin hukumnya boleh.


55

2. Membantu melakukan penyempurnaan alat kelamin sebagaimana

dimaksud pada point 1 hukumnya boleh.

3. Pelaksanaan operasi penyempurnaan alat kelamin sebagaimana

dimaksud pada point 1 harus didasarkan atas pertimbangan medis, bukan

hanya pertimbangan psikis semata.

4. Penetapan keabsahan status jenis kelamin akibat operasi

penyempurnaan alat kelamin sebagaimana dimaksud pada point 1

dibolehkan, sehingga memiliki implikasi hukum syar‟i terkait

penyempurnaan tersebut.

5. Kedudukan hukum jenis kelamin orang yang telah melakukan operasi

penyempurnaan alat kelamin sebagaimana dimaksud pada point 1 adalah

sesuai dengan jenis kelamin setelah penyempurnaan sekalipun belum

memperoleh penetapan pengadilan terkait perubahan status tersebut.

2. Dasar Hukum yang Digunakan MUI

a. Dasar Hukum yang Digunakan dalam Menghukumi Perubahan Alat

Kelamin

Majelis Ulama Indonesia menetapkan fatwa mengenai perubahan alat

kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya yang dilakukan

dengan sengaja, misalnya dengan operasi ganti kelamin, hukumnya haram.

Berikut dalil-dalil syar‟i yang digunakan :


56

1) Al-Qur’an

َّ ‫ق‬
ٍْ ‫َّللِ َو َي‬ َ ‫ألضهََُّّهُ ْى َوأل َيََُُُِّّهُ ْى َوِ ُي َشََّهُ ْى فَهَُُجَتِّ ُك ٍَّ آ َراٌَ األ َْ َع ِبو َوِ ُي َشََّهُ ْى فَهَُُ َغُِّش ٌَُّ خَ ْه‬
ِ ‫َو‬

َّ ٌ‫و‬
) ٔٔ۱ : ۴/‫َّللِ فَقَ ْذ خَ ِس َش ُخس َْشاًَّب ُيجًُُِّب (انُسبء‬ ِ ‫ََتَّ ِخ ِز ان َّش ُْطَبٌَ َونًُِّّب ِي ٍْ ُد‬

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan

membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka

(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar

memotongnya[351], dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan

Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya[352]". Barangsiapa yang

menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya

ia menderita kerugian yang nyata”. {QS.4 (An-Nisa’: 119)}

‫ع ه َ ُ ْ ه َ ب ۚ ََل ت َ ج ْ ذِ َ َم‬ َ ‫َّلل ِ ا ن َّت ِ ٍ ف َ ط َ َش ان ُ َّب‬


َ ‫ط‬ َّ ‫د‬َ ‫ك ن ِ ه ذِّ َ ٍِ َح ُ ِ ُ ف ًّ ب ۚ ف ِ طْ َش‬
َ َ ‫ف َ أ َق ِ ْى َو ْج ه‬

)ٖٓ : ٖٓ/‫ك ان ذِّ َ ٍُ ان ْ ق َ ُ ِّ ُى َو نَٰ َ ك ِ ٍَّ أ َ ْك ث َ َش ان ُ َّبط ِ ََل َ َ ْع ه َ ًُ ى ٌَ (انشوو‬


َ ِ ‫َّلل ِ ۚ َٰرَ ن‬
َّ ِ ‫ن ِ َخ ه ْ ق‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. {QS.30 (Ar-Rum:

30)}

2) Hadits

“Dari Abdullah ibn Mas‟ud RA, ia berkata : “Allah SWT melaknat

orang-orang perempuan yang membuat tato dan yang meminta membuat


57

tato, memendekkan rambut, serta yang berupaya merenggangkan gigi

supaya kelihatan bagus, yang mengubah ciptaan Allah”. (HR. al- Bukhari)

“Dari Abdillah ibn „Abbas RA ia berkata : “Rasulullah SAW melaknat

kaum laki-laki yang menyerupakan diri dengan perempuan, juga kaum

perempuan yang menyerupakan diri dengan laki-laki”. (HR al-Bukhari,

Abu Dawud, at-Turmudzi dan Ibnu Majah)

3) Kaidah-Kaidah

Dharar itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan dharar

Kaidah ini sebanding dengan kaidah berikut :

Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang

sebanding

Maksud kaidah itu adalah kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan

cara melakukan kemudharatan lain yang sebanding keadaannya. Misalnya

seorang debitor tidak mau membayar utangnya padahal waktu pembayaran

sudah habis, maka dalam hal ini kreditor tidak boleh mencuri barang

debitor sebagai pelunasan terhadap utangnya. Contoh lain seperti orang

yang sedang kelaparan tidak boleh mengambil barang orang lain yang juga

sedang kelaparan.
58

b. Dasar Hukum yang Digunakan dalam Menghukumi Penyempurnaan


Alat Kelamin

Majelis Ulama Indonesia menetapkan fatwa mengenai penyempurnaan

jenis kelamin bagi seorang khuntsa yang fungsi alat kelaminnya lebih

dominan atau sebalikya, melalui operasi penyempurnaan alat kelamin

hukumnya boleh. Berikut dalil-dalil syar’i yang digunakan :

1) Al-Qur’an

ِ ‫َّللَ َش ِذَ ُذ ْان ِعقَب‬


‫ة‬ َّ ٌَّ ِ‫َّللَ ۖ إ‬ ِ ‫ال ْث ِى َو ْان ُع ْذ َو‬
َّ ‫اٌ ۚ َواتَّقُىا‬ َ ‫بوَُىا َعهًَ ْانجِشِّ َوانتَّ ْق َى َٰي ۖ َو ََل تَ َع‬
ِ ْ ًَ‫بوَُىا َعه‬ َ ‫َوتَ َع‬
)ٕ : ٥/‫(انًبئذح‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat

siksa-Nya”. {QS.5 (Al-Maidah :2)}

2) Mashlahah Mursalah

Kata Maslahah menurut bahasa berarti manfaat, dan kata mursalah

berarti lepas. Menurut istilah, seperti yang dikemukakan Abdul Wahhab

Khallaf berarti, “Sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak ada

ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan tidak pula ada dalil tertentu

baik yang mengakuinya maupun yang menolaknya”, sehingga ia disebut

maslahah mursalah ( maslahah yang lepas dari dalil secara khusus )

Tentang ukuran yang lebih konkret dari kemaslahatan ini,

dijelaskan oleh Imam AL-Ghazali dalam al Mustashfa, Imam al- Syatibi


59

dalam al-Muwafaqat dan ulama yang sekarang seperti Abu Zahrah, dan

Abdul Wahab Khalaf. Apabila disimpulkan, maka persyaratan

kemaslahatan tersebut adalah :

a) Kemaslahatan itu memelihara tujuan syara‟/maqashid al syari‟ah yaitu

memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.3

b) Kemaslahatan itu harus meyakinkan, artinya kemaslahatan itu

berdasarkan penelitian yang cermat dan akurat sehingga tidak

meragukan bahwa itu bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkan

mudharat.

c) Kemaslahatan itu membawa kemudahan dan bukan mendatangkan

kesulitan yang di luar batas, dalam arti kemaslahatan itu bisa

dilaksanakan .

d) Kemaslahatan itu memberi manfaat kepada sebagian besar masyarakat

bukan kepada sebagian kecil masyarakat.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional ke

VII Tahun 2005, dalam keputusannya No. 6/MUNAS/VII/MUI/10/2005

memberikan kriteria sebagai berikut :

a) Kemaslahatan menurut hukum Islam adalah tercapainya tujuan syariah

(maqashid al-syari’ah), yang diwujudkan dalam bentuk terpeliharanya

3
Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh 2.(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2008.) h.368
60

lima kebutuhan primer (al-dharuriyat al-khams), yaitu : agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta.

b) Kemaslahatan yang dibenarkan oleh syariah adalah kemaslahatan yang

tidak bertentangan dengan nash.

c) Yang berhak menentukan maslahat dan tidaknya sesuatu menurut

syariah adalah lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang syariah

dan dilakukan melalui ijtihad jama’i.

Maslahah yang mu’tabaroh (dapat diterima) ialah maslahah-

maslahah yang bersifat hakiki, yaitu meliputi lima jaminan dasar :

a) Keselamatan keyakinan agama

b) Keselamatan jiwa

c) Keselamatan akal

d) Keselamatan keturunan

e) Keselamatan harta

Kelima jaminan dasar itu merupakan tiang penyangga kehidupan

dunia agar umat manusia dapat hidup aman dan sejahtera. Melihat tujuan

dari operasi perbaikan/penyempurnaan alat kelamin ini, maka operasi

tersebut termasuk ‫( حفظ انُسم‬menjaga keturunan). Yaitu menjaga

kelestarian umat manusia agar tetap hidup dan berkembang sehat dan

kokoh, baik pekerti serta agamanya.


61

3) Kaidah-Kaidah

Dharar itu harus dihilangkan ‫انضش س َضال‬

Kaidah tersebut kembali kepada tujuan untuk merealisasikan

maqashid al syari’ah dengan menolak yang mafsadah dengan cara

menghilangkan kemudaratan atau setidaknya meringankannya. Contoh

dari kaidah tersebut misalnya, larangan menimbun barang-barang

kebutuhan pokok masyarakat karena perbuatan tersebut mengakibatkan

kemudaratan bagi rakyat, contoh lain adanya berbagai macam sanksi

dalam fiqh jinayah (hukum pidana Islam) juga untuk menghilangkan

kemudaratan.

Kaidah yang lainnya yaitu :

‫د سأ يفب سذ يق ّذ و عهً جهت انًصب نح‬

Mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan daripada

mengambil kemaslahatan

Izzuddin bin Abd al-Salam di dalam kitabnya Qawa’id al Ahkam fi

Mushalih al Anam mengatakan bahwa seluruh syari’ah itu adalah

maslahat, baik dengan cara menolak mafsadah atau dengan meraih

maslahat. Kerja manusia itu ada yang membawa kepada maslahat, ada

pula yang menyebabkan mafsadah. Baik maslahat maupun mafsadah, ada

yang untuk kepentingan duniawiyah dan ada yang untuk kepentingan

ukhrawiyah, dan ada juga yang untuk kepentingan duniawiyah sekaligus


62

ukhrawiyah. Seluruh yang maslahat diperintahkan oleh syari’ah dan

seluruh yang mafsadah dilarang oleh syari’ah. Setiap kemaslahatan

memiliki tingkat-tingkat tertentu tentang kebaikan dan manfaatnya serta

pahalanya, dan setiap kemafsadatan juga memiliki tingkat- tingkatannya

dalam keburukan dan kemudaratannya.

Kemaslahatan dilihat dari sisi syari’ah bisa dibagi menjadi tiga, ada

yang wajib menjalankannya, ada yang sunnah melaksanakannya, dan ada

pula yang mubah melaksanakannya. Demikian pula kemafsadatan, ada

yang haram melaksanakannya, dan ada yang makruh melaksanakannya.

Apabila di antara yang maslahat itu banyak dan harus dilakukan

salah satunya pada waktu yang sama, maka lebih baik dipilih yang paling

maslahah :

‫إر ا تضاحًخ انًصبنح ق ّذو األعهً يُهب‬

Hal ini sesuai dengan Al-Qur‟an yaitu :

ْ ُ ‫َّلل ِ ن َ ه ُ ىُ ان ْ ج‬
‫ش َش َٰي ۚ ف َ ج َ شِّ ْش‬ َّ ً َ ‫د أ َ ٌْ َ َ ْع ج ُ ذُ و ه َب َو أ َ َ َب ث ُىا إ ِ ن‬ ُ ‫َو ا ن َّزِ َ ٍَ ا ْج ت َ ُ َ ج ُىا انط َّ ب‬
َ ‫غى‬

َ ِ ‫س ُ َ ه ُ ۚ أ ُ و نَٰ َ ئ‬
َّ ‫ك ا ن َّ ِز َ ٍَ ه َ ذَ ا ه ُ ُى‬
ۖ ُ ‫َّلل‬ َ ‫س ت َ ًِ ُع ى ٌَ ان ْ ق َ ْى َل ف َ ُ َ ت َّ ج ِ ُع ى ٌَ أ َ ْح‬
ْ َ َ ٍَ َ ‫ِع ج َ ب ِد ۝ ا ن َّ ِز‬

َ ِ ‫َو أ ُ و نَٰ َ ئ‬
ْ ‫ك ه ُ ْى أ ُ و ن ُ ى‬
)ٔ۱‫ٔ۔‬۱ :ٖ۱/‫األ َ ن ْ ج َ ب ة ِ ۝ (انضيش‬

“Berilah kabar gembira hamba hamba ku yang mendengarkan

ucapan-ucapan orang dan mengambil jalan paling baiknya ” {QS.39 (Az

Zumar ; 17-18)}
63

Demikian pula sebaliknya apabila menghadapi mafsadah pada

waktu yang sama, maka harus didahulukan mafsadah yang paling buruk

akibatnya. Apabila berkumpul antara maslahat dan mafsadah, maka yang

harus dipilih yang maslahatnya lebih banyak (lebih kuat), dan apabila

sama banyaknya atau sama kuatnya maka menolak mafsadah lebih utama

dari meraih maslahat, sebab menolak mafsadah itu sudah merupakan

kemaslahatan. Hal ini sesuai dengan kaidah :

‫دسأ انًفبسذ يق ّذو عهً جهت انًصبنح‬

“Menolak kemudaratan lebih utama daripada meraih kemaslahatan”

B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung Nomor :

259/Pdt.P/2015/PN.Blb

Pada putusan pengadilan negeri Bale Bandung nomor

259/Pdt.P/2015/PN.Blb dijabarkan kronologis dari perkara tersebut yang

mana pihak pemohon adalah ELIA (nama samaran) lahir pada tahun 1992

berjenis kelamin perempuan namun memiliki kelainan pada organ

reproduksi/vaginanya yang disebut dengan penyakit Hipospadia Berat

(penyakit bawaan lahir) dan muncul alat kelamin laki-laki/penis.4

Saat pemohon masih balita lalu kelainan tersebut muncul, orangtua

pemohon menanyakan kepada beberapa dokter dan mereka menyarankan

untuk menunggu perkembangan pemohon beranjak dewasa untuk mengetahui

4
Permohonan ganti nama nomor : 259/ Pdt.P/2015/PN.BlB tanggal 18-12-2015 h.1
64

kelainan tersebut; kemudian saat pemohon beranjak dewasa, pertumbuhan

fisik maupun psikis pemohon menunjukkan kecenderungan menjadi sosok

seorang yang berjenis kelamin laki-laki.5

Pada tahun 2011, berdasarkan pemeriksaan ahli medis di RSUP Dr.

HASAN SADIKIN BANDUNG menunjukkan hasil bahwa pemohon

memiliki jenis kelamin laki-laki begitu pula dengan kondisi psikis pemohon

yang menunjukkan pada sifat laki-laki lalu dari hasil tersebut, ahli medis

menyarankan untuk dilakukannya operasi pada kelamin sipemohon, pemohon

dioperasi 4 kali tahap dengan jangka waktu 2 tahun.

Pasca operasi dengan jangka waktu 2 tahun, ahli medis kembali

melakukan pemeriksaan fisik pada organ reproduksi bagian luar sipemohon

secara kedokteran, kemudian ahli medis membuat pernyataan berdasarkan

surat pernyataan dokter nomor : 16/Sub.Bag-Uro/II/2015 tanggal 17 Februari

2015 yang dibuat oleh Tjahjodjati, dr., SpB., SpU. Dokter pemerintahan pada

RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG menyatakan bahwa pemohon

memiliki jenis kelamin laki-laki.6 Lalu dengan berlandaskan pernyataan ahli

medis diatas, si-pemohon yang bernama ELIA mengajukan permohonan ganti

nama dari ELIA menjadi ANDREA (nama samaran).

Berdasarkan kronologis yang dijelaskan didalam putusan pengadilan

diatas dapat disimpulkan bahwa penderita penyakit hipospadia berat memiliki

5
Permohonan ganti nama nomor : 259/ Pdt.P/2015/PN.BlB tanggal 18-12-2015 h. 2
6
Permohonan ganti nama nomor : 259/ Pdt.P/2015/PN.BlB tanggal 18-12-2015 h. 2
65

kromosom dengan karyotype 47,XXY/penderita sindrom Klinefelter, karena

ciri-ciri dari penderita sindrom Klinefelter adalah memiliki organ reproduksi

laki-laki dan tidak ada pencampuran dengan organ reproduksi, antara organ

reproduksi laki-laki dengan organ reproduksi perempuan,7 karena penderita

Klinefelter memiliki kromosom Y yang menjadi dasar pembentukan kelamin

laki-laki dan organ produksi sperma. Walaupun ia juga memiliki 2 kromosom

X namun kromosom Y mampu mengungguli keberadaan 2 kromosom X

sekaligus, hal ini dapat dikaitkan dengan hukum waris dimana anak laki-laki

dapat mensejajari 2 anak perempuan dalam hal penerimaan waris, wallahu

alam bisshawab.

Adapun ambiguitas kelamin yang terjadi saat si penderita masih kecil

disebabkan oleh sebab-musabab yang notabenenya kasuistik, karena dalam

kasus kelahiran tersebut, kromosom Y tidak dapat langsung mendominasi

sebab berhadapan dengan 2 kromosom X sekaligus, namun ketika seorang

bayi dilahirkan memiliki kromosom Y, hampir dapat dipastikan bayi tersebut

berjenis kelamin laki-laki karena tidak ada manusia yang memiliki kromosom

Y dapat mempunyai organ reproduksi perempuan seperti rahim maupun

kelenjar mammae/kelenjar susu walaupun secara anatomi penderita memiliki

pertumbuhan payudara seperti layaknya perempuan namun si penderita tidak

dapat memproduksi ASI.

7
Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Dr. Zeti Hariyati, MBiomed, tanggal 10 Januari
2017
66

C. Analisis Kedudukan Khuntsa dalam Islam

Khuntsa yang merupakan manusia yang memiliki jenis kelamin

ganda, dalam Islam sebagaimana dalam keyakinan ibnu qadamah bahwa pada

dasarnya Allah swt hanya menciptakan manusia dengan dua jenis yaitu laki-

laki dan perempuan. Seperti firman Allah surat al-nur ayat 32 :

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian

diantarakamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba

sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika

mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan

Allah Maha luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.

QS.Al-hujurat (49):13 :

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami meciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan orang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.

Oleh karenanya kedudukan khuntsa perlu diperjelas status laki atau

perempuannya. Ibnu Qudamah mengatakan untuk menentukan kedudukan

atau identitas seorang khuntsa atau memperjelas statusnya yaitu misalnya

jika tampak padanya tanda-tanda kelelakian, maka dia adalah seorang

laki-laki dan berlaku baginya hukum laki-laki. Atau apabila terdapat padanya
67

tanda-tanda wanita, maka dia adalah wanita dan berlaku baginya hukum

wanita.

Hasanain Muhammad Makhluf (ahli fikih kontemporer Mesir)

mengatakan bahwa apabila seorang khunsa mempunyai indikasi yang lebih

cenderung menunjukkan jenis kelaki-lakiannya atau jenis keperempuanannya,

maka ia disebut khunsa gair musykil (banci yang tidak sulit ditentukan jenis

kelaminnya). Misalnya, khunsa yang mempunyai kelamin ganda jika kencing

melalui penis dan berkumis seperti layaknya laki-laki dikategorikan sebagai

laki-laki. Sebaliknya, jika ia memiliki vagina dan punya payudara serta

indikasi perempuan lainnya, maka ia dikategorikan sebagai perempuan. Akan

tetapi, jika tidak ada indikasi seperti itu, dalam arti tidak menunjukkan jenis

kelamin tertentu (baik laki-laki atau perempuan), ia dikategorikan khunsa

musykil (banci yang sulit ditentukan jenis kelaminnya).

Masih menurut Hasanain Muhammad Makhluf mengatakan bahwa

orang yang lahir dengan alat kelamin tidak normal bisa mengalami kelainan

psikis dan sosial sehingga dapat tersisih dan mengasingkan diri dari

kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari jalannya sendiri, seperti

melacurkan diri menjadi waria atau melakukan homoseks dan lesbianism.8

Penetapan saja tidaklah cukup tapi juga perlu penentuan secara pasti

yakni dengan mematikan fungsi jenis kelamin minoritas kecenderungannya.

Karena kehidupan seseorang sangat tergantung pada jenis kelaminnya seperti

8
Hananain Muhammad Makhluf. Shafwatul Bayan.(1987) h.131
68

ibadahnya, cita-cita dan tujuan hidupnya. Seperti dalam hal ibadah

sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitabnya Ar-risalah

sebagai berikut yang artinya : “Dan tidak sah hukumnya pernikahan

khuntsa musykil, dengan alasan ketika ia menikahi perempuan akan

jelas bahwa dia perempuan, dan ketika ia menikahi laki-laki dikhawatirkan

akan jelas status laki-lakinya”. 9

Dan dijelaskan di dalam kitab Al-fiqh ala Madzahibul Arba’ah :

‫ﺎﮭﻨﻤﻮ اﻦ ﻦﻮﻜﺘ اﻠصﺔﺠﻮ ﻼﺤﻤ ﺎﻗ ﻼﺒ ﺪﻗﻌﻠﻠ ﻼﻓ ﺪﻗﻌﻧﯾ ﻰﻠﻋ ﻞﺠﺮ ﻰﻠﻋﻻﻮ ﻰﺜﻧﺨ ﻞﻜﺸﻤ ﻰﻠﻋﻻﻮ ﺪﺘﻌﻤ ح أﺘﻤﻮصﺔﺠﻮ ﺮﯿﻐﻠﻠ‬

Artinya : Dan diantara syarat-syaratnya pernikahan yang berkaitan dengan

calon suami istri adalah : calon istri adalah orang yang bisa menerima akad

nikah, sehingga hukumnya tidak sah bila calon istri berupa laki-laki,

khuntsa musykil, wanita yang dalam masa iddah dan wanita yang sudah jadi

istri orang.10

Jika seseorang memiliki alat kelamin pria dan wanita, sedangkan pada

bagian dalam tubuhnya ia memiliki rahim dan ovarium yang menjadi ciri

khas dan spesifikasi utama jenis kelamin wanita, maka ia boleh

menghilangkan alat kelamin prianya untuk memfungsikan alat kelamin

wanitanya dan dengan demikian mempertegas identitasnya sebagai wanita.

Hal ini dianjurkan syariat karena keberadaan zakar yang berbeda dengan

keadaan bagian dalamnya bisa mengganggu dan merugikan dirinya sendiri

9
Muhammad Idris Asyafi’i, Arrisalah, (Beirut : Darul fikr, 1209) h. 42
10
Abdurahman Al-jaziri, Al-fiqh ala madzhab al-arba’ah, (Beirut : Dar al-fikr, 1986), h.21-22
69

baik dari segi hukum agama karena hak dan kewajibannya sulit ditentukan

apakah dikategorikan perempuan atau laki-laki maupun dari segi kehidupan

sosialnya. Dibolehkannya operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin,

sesuai dengan keadaan anatomi bagian dalam kelamin orang yang

mempunyai kelainan kelamin atau kelamin ganda.

Syarah al-Kabir mengatakan sebagai berikut :

‫ﻮاﻰﺜﻨﺨﻠ هﻮاﺬﻠٌ ﻲﻔ ﮫﻠﺑﻗ ﻦﺎﺠﺮﻔ ﺮﻜﺬ ﻞﺠﺮ ﺮﻔﻮج اﺮﻣح‬

Artinya : Yang dinamakan khuntsa adalah orang yang mempunyai alat

kelamin dua yaitu penisnya laki-laki dan vaginanya perempuan.11

Sehubungan dengan kejadian manusia, Allah SWT , berfirman dalam surat

Al-Hajj ayat 5 :

Artinya : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan

(dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan

kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal

darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan

yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan Kami

tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang

sudah ditentukan, ( QS. Surat Al-Hajj ayat 5)

Semua perbuatan ini dikutuk oleh Islam berdasarkan hadits Nabi saw.:

“Allah dan rasul-Nya mengutuk kaum homoseksual” (HR.al-Bukhari). Guna

11
Ibnu Qudamah, Al-mughni syarah Al- kabir, (Beirut : Darul Al- fikr, 1992). h. 619
70

menghindari hal ini, operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin boleh

dilakukan. Dalam kaidah fiqih dinyatakan “Adh-Dhararu Yuzal” (Bahaya

harus dihilangkan) yang menurut Imam Asy-Syathibi menghindari dan

menghilangkan bahaya termasuk suatu kemaslahatan yang dianjurkan syariat

Islam. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi saw.: “Berobatlah wahai hamba-

hamba Allah! Karena sesungguhnya Allah tidak mengadakan penyakit

kecuali mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu penyakit

ketuaan.” (HR. Ahmad)

Dari paparan diatas, peneliti berkesimpulan bahwa sindrom

Klinefelter dilihat dari anatominya termasuk pada golongan khuntsa musykil

karena selain kejadian kasuistik seperti kasus Elia alias Andrea yang mana

ketika bayi terdapat ambiguitas jenis kelamin, pada saat dewasa walaupun

penderita sindrom Klinefelter telah memiliki kejelasan alat kelamin sebagai

laki-laki, namun dikarenakan kelebihan satu kromosom X si penderita

mengalami perkembangan payudara (ginecomastia)12 yang dapat

membingungkan apakah ia seorang laki-laki atau perempuan.

Namun demikian, perkembangan teknologi dibidang kedokteran dan

kesehatan yang mengungkap adanya kromosom pembentuk jenis kelamin

telah membuka cakrawala pengetahuan dan semakin meyakinkan penulis

akan kebenaran al-Qur’an yang membagi jenis manusia hanya kepada dua

12
Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Dr. Zeti Hariyati, MBiomed, tanggal 10 Januari
2017
71

jenis yaitu laki-laki dan perempuan sehingga pernyataan ilmuwan barat yang

menyatakan adanya kelamin N (Neutral) tidaklah benar.

Dan peneliti ingin mengajak para civitas akademika untuk mengkaji

kembali tentang keberadaan istilah khuntsa muyskil, karena menurut peneliti

dengan melihat perkembangan teknologi yang mampu melihat dengan jelas

jenis kelamin seseorang sesuai dengan “kode data tubuh seseorang” yang

disebut dengan istilah kromosom maka sejak lahir seorang bayi yang

mengalami ambiguitas alat kelamin bagian luar sepatutnya langsung

ditentukan jenis kelaminnya minimal sebelum si penderita keluar dari rumah

dan bergaul dengan lingkungan sekitar dengan melihat susunan kromosom

dan alat reproduksi bagian dalam yang mendukung jenis kelamin seseorang

seperti seorang wanita seharusnya memiliki rahim dan ovum serta kelenjar

susu lalu sebaliknya seorang laki-laki seharusnya memiliki zakar untuk

memproduksi sperma.

Peneliti mempertimbangkan hal tersebut dikarenakan melihat fakta

penelitian putusan pengadilan yang menyatakan bahwa si pemohon yang

menderita sindrom Klinefelter mengalami kebingungan dan tidak percaya diri

(terbelakang mental) dikarenakan panyakit kelainan pada kelamin pemohon

yaitu perubahan kelamin dari perempuan menjadi laki-laki, hal ini berbeda

dengan fakta dalam wawancara terhadap pakar biomedical yang dilakukan

peneliti yang menyatakan bahwa sindrom Klinefelter tidak berdampak pada

mental si penderita karena secara mental mereka normal.


72

Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan bahwa seyogyanya

penentuan jenis kelamin sipenderita ditentukan pada saat usia balita agar

ketika dia bertemu teman-temannya, dia sudah memiliki keyakinan tentang

identitas kelaminnya, hal ini juga akan sangat berpengaruh terhadap apa yang

akan dijadikan kebiasaan sehari-hari oleh sipenderita baik itu kebiasaan

dalam sosial-budaya maupun kebiasan dalam beribadah dalam Islam.

D. Akibat Hukum Bagi Intersex Perspektif Islam

Dari poin-poin ketetapan dan dasar hukum yang digunakan dalam

pengeluaran fatwa MUI lalu dikaitkan dengan analisis putusan pengadilan

yang dalam pemeriksaannya menyatakan bahwa pemohon memiliki penyakit

hipospadia berat/sindrom Klinefelter serta paparan analisis khuntsa maka

dapat disimpulkan bahwa hukum operasi kelamin bagi penderita sindrom

Klinefelter/ambiguitas pada alat kelamin dibolehkan bahkan dianjurkan untuk

dilaksanakannya operasi agar si penderita memiliki kepastian hukum terhadap

dirinya.

Pelaksanaan operasi tentu harus melalui pemeriksaan medis secara

mendalam yang tidak hanya memeriksa alat reproduksi bagian luar tubuh

melainkan alat reproduksi bagian dalam tubuh juga, bahkan harus memeriksa

susunan kromosom, khususnya kromosom pembentuk jenis kelamin yang

merupakan kromosom penentu jenis kelamin seseorang yang jika terjadi

kesalahan/kelainan dalam proses pembentuk kromosom tersebut maka akan

terjadi ambiguitas pada alat kelamin seseorang.


73

Sindrom Klinefelter juga mendapatkan kepastian kedudukan hukum

sebagai laki-laki karena secara genetik ia memiliki kromosom Y13, penetapan

keabsahan status jenis kelamin akibat operasi penyempurnaan alat kelamin

dibolehkan, sehingga memiliki implikasi hukum syar‟i terkait

penyempurnaan tersebut, kedudukan hukum jenis kelamin sindrom

Klinefelter yang telah melakukan operasi penyempurnaan alat kelamin adalah

sesuai dengan jenis kelamin setelah penyempurnaan sekalipun belum

memperoleh penetapan pengadilan terkait perubahan status tersebut.

Sehingga kedudukan hukum bagi sindrom Klinefelter adalah laki-laki baik

ketika menerima waris, menjadi saksi, menutup aurat bahkan perlakuan

terhadap air seninya ketika penderita sindrom Klinefelter masih minum ASI

dan belum makan makanan.

13
Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Dr. Zeti Hariyati, MBiomed, tanggal 10 Januari
2017
74

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

Setelah peneliti menguraikan hasil-hasil penelitian di bab-bab

sebelumnya tentang intersex dan akibat hukumnya perspektif islam, maka

peneliti menyimpulkan hasil penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Intersex yang memiliki kromosom dengan karyotype 47,XXY/penderita

sindrom klinefelter dapat dipastikan berstatus jenis kelamin laki-laki

karena ciri-ciri dari penderita sindrom klinefelter adalah memiliki organ

reproduksi laki-laki dan tidak ada pencampuran organ reproduksi; antara

organ reproduksi laki-laki dengan organ reproduksi perempuan, karena

penderita klinefelter memiliki kromosom Y yang menjadi dasar

pembentukan kelamin laki-laki dan organ produksi sperma. Walaupun ia

juga memiliki 2 kromosom X namun kromosom Y mampu mengungguli

keberadaan 2 kromosom X sekaligus, hal ini dapat dikaitkan dengan

hukum waris dimana anak laki-laki dapat mensejajari 2 anak perempuan

dalam hal penerimaan waris, wallahu alam bisshawab.

2. Hukum operasi kelamin bagi intersex penderita sindrom

klinefelter/ambiguitas pada alat kelamin dibolehkan bahkan dianjurkan

untuk dilaksanakannya operasi agar si penderita memiliki kepastian

hukum terhadap dirinya. Pelaksanaan operasi tentu harus melalui


75

pemeriksaan medis secara mendalam yang tidak hanya memeriksa alat

reproduksi bagian luar tubuh melainkan alat reproduksi bagian dalam

tubuh juga, bahkan harus memeriksa susunan kromosom, khususnya

kromosom pembentuk jenis kelamin yang merupakan kromosom penentu

jenis kelamin seseorang yang jika terjadi kesalahan/kelainan dalam proses

pembentuk kromosom tersebut maka akan terjadi ambiguitas pada alat

kelamin seseorang.

3. Intersex yang menderita sindrom klinefelter juga mendapatkan kepastian

kedudukan dalam hukum islam sebagai laki-laki karena secara genetik ia

memiliki kromosom Y , penetapan keabsahan status jenis kelamin akibat

operasi penyempurnaan alat kelamin dibolehkan, sehingga memiliki

implikasi hukum syar‟i terkait penyempurnaan tersebut, kedudukan

hukum jenis kelamin sindrom klinefelter yang telah melakukan operasi

penyempurnaan alat kelamin adalah sesuai dengan jenis kelamin setelah

penyempurnaan sekalipun belum memperoleh penetapan pengadilan

terkait perubahan status tersebut.

Sehingga kedudukan hukum bagi sindrom klinefelter adalah laki-laki

baik ketika menerima waris, menjadi saksi, menutup aurat bahkan

perlakuan terhadap air seninya ketika penderita sindrom klinefelter masih

minum ASI dan belum makan makanan.


76

B. Saran

Setelah menemukan fakta-fakta baik dari literatur-literatur maupun hasil

wawancara, peneliti memberi saran sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kromosom atau status jenis kelamin secara medis yang

dilanjutkan dengan operasi penyempurnaan alat kelamin bagi intersex

penderita sindrom klinefelter baiknya dilaksanakan sebelum si penderita

keluar dari lingkungan rumah ke lingkungan sosial demi menghindari

tekanan-tekanan mental seperti tidak percaya diri dan lain-lain yang

disebabkan oleh ketidakjelasan status kelamin si penderita

2. Istilah khuntsa musykil sebaiknya ditinjau kembali relevansinya dengan

keadaan zaman yang kemajuan teknologinya telah mampu memeriksa

jenis kelamin seseorang hingga ke kode dasar tubuh yaitu kromosom,

khususnya kromosom pembentuk jenis kelamin.


77

DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an. Alqur’anul &


Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-
Qur’an, 1971
Suryo, Genetika Manusia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011
Purwaka, Tommy Hendra, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit
Universitas Atmajaya (PUAJ), 2007
Ali, Zainuddin, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Universitas
Atmajaya (PUAJ), 2009

Muhammad, Abul Wahid, Bidayatul Mujtahid. Jilid 1, penerjemah Imam Ghazali


Said, dkk, Jakarta :Pustaka Amani, Cet. III, 2007

Yasin, Ibnu Amin, dkk, Fikih Shalat Lengkap (Menurut 17 Imam Besar), Jakarta :
Pustaka Azzam, Cet. I, 2010

Albani, Muhammad Nasir Al-Din, Ringkasan Shahih Bukhari 1, Jakarta; Gema


Insani, 2003

Al-Khalafi, Abdul ‘Azhim bin Badawi, Panduan Fiqih Lengkap, penerjemah Team
Tashfiyah LIPIA Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, cet I, 2001

Al-Qaradahwi, Yusuf, Fikih Thaharah, Penerjemah Samson Rahman, Jakarta :


Pustaka Al-Kautsar, Cet. I, 2004

At-Tayyar, Musa’id bin Sulaiman, Mafhum at-Tafsir, juz 1.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, Alqur’an dan Isu –Isu Kontemporer II
(Tafsir Al-Qur’an Tematik), Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an,
2012

Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyah : Kajian Hukum Islam Kontemporer.


Bandung : Angkasa.2005

Ernawati. Sindroma Klinefelter.( Volume 1.Nomor 2. Juli 2010) h.1 diakses pada
tanggal 06 november 2016 dari elib.fk.uwks.ac.i

Pranoto, Ibnu. Sindroma Klinefelter (laporan kasus). (jilid XXIII.Nomor 3.


September 1991) h.1 diakses pada tanggal 06 november 2017 dari
https://journal.ugm.ac.id
78

C. Lynn Carr, Ganti Kelamin Makin Diminati. Artikel ini diakses pada tanggal 17
Februari 2016 pukul 21.04 dari http://www.inilah.com/read/detail/402122/
ganti-kelamin-makin-diminati.

‘Abdul-Latif, Muhammad bin al-Khatib. Audah al-Tafasir. Kairo : al – Matba’ah al-


Misriyah wa Maktabuna. 1383

Bresnick, Stephen D, Intisari Biologi, Penerjemah Herlina Y. Sandoko, dkk (Jakarta :


Hipokrates. 2003)

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang & Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Seksualitas. Jakarta :
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012

Fatwa MUI nomor 03 tahun 2010. diakses pada tanggal 06 November 2016 pukul
11.27 dari http://mui.or.id/index.php/2014/11/14/operasi-perubahan-atau-
penyempurnaan-kelamin/

Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido
Yanggo, MA. tanggal 16 April 2017

Permohonan Ganti Nama nomor : 259/ Pdt.P/2015/PN.BlB tanggal 18-12-2015

Wawancara pribadi dengan pakar kromosom Dr. Zeti Hariyati, MBiomed, tanggal 10
Januari 2017

Hananain Muhammad Makhluf. Shafwatul Bayan.(1987)

Asyafi’i Muhammad Idris. Arrisalah. Beirut : Darul fikr, 1209

Al-jaziri, Abdurahman. Al-fiqh ala madzhab al-arba’ah. Beirut : Dar al-fikr, 1986

Ibnu Qudamah. Al-mughni syarah Al- kabir. Beirut : Darul Al- fikr, 1992

Anda mungkin juga menyukai