Merangin-Jambi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
ITMAM HUDA. Z
NIM: 1113044000108
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, baik jasmani maupun rohani sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam semoga
Allah SWT selalu melimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW selaku
dalam menegakkan agama Islam kita semua dapat menjadikan perjuangan beliau
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi, tetapi dengan izin Allah SWT, kerja keras serta usaha dan do’a dari
orang tua, guru dan teman-teman seperjuangan saya mampu menyelesaikan skripsi
dengan baik dan semoga skripsi ini mampu memberi manfaat bagi penulis dan
pembaca.
Oleh karena itu sudah sewajarnya penulis pada kesempatan ini ingin
Ayahanda & Ibunda tercinta (Drs. H. Zulkifli, M.Pdi dan Ibunda Hj.
dan support, baik materi maupun non materi kepada penulis. Semoga selalu
2. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
vi
3. Dr. H. Abdul Halim, M,Ag dan Arif Furqon. MA selaku Ketua dan
apa yang telah ibu berikan bermanfaat bagi penulis dan dibalas dengan
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pada lingkungan Program Studi Ahwal As-
8. Kepada guruku Ustad Dede Hasyim ‘Asyari yang selalu membimbing dan
Miftahullah, Ade Hidayat, Adi Septian, Rivaldi, Wafi, Ziyad, Faiq, Ache,
Fiyan, Martin dkk kelas Peradilan Agama yang selalu memberikan bantuan
vii
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
Semoga Amal dan kebaikan mereka semua dibalas Allah SWT dengan
balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap semoga skripsi ini mampu
Itmam Huda. Z
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
ix
C. Fungsi dan Kedudukan Adat Desa Muara Panco .................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... ........................................................................... 67
B. Saran… ..................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang dibangun oleh pilar-pilar keragaman, baik itu
etnik, budaya, adat maupun agama. Untuk yang terakhir, agama di Indonesia lahir
Masyarakat muslim, diatur prilakunya oleh hukum Islam. Baik itu yang berkaitan
khalik). Titik fungsional hukum Islam terus menerus membentuk struktur sosial
1
masyarakat muslim dalam menjalani kehidupan sosialnya. Usaha untuk
mengaplikasikan Islam dalam tiap usur kehidupan masyarakat tidak terlepas dari
budaya, kebiasaan, dan hukum adat yang masih dipertahankan di sebagian daerah.
Setiap suku (dalam konteks Indonesia) memiliki adat istiadat atau kebiasaan
persiapan bekal (fisik maupun non fisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW
1
Yayan Sopyan, Islam Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam hukum
Nasional, (Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia, 2012) h. 11
1
2
untuk berpuasa. Orang berpuasa akan memilki kekuatan atau penghalang dari
umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun
tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan
lain tentang perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
dalam suatu rumah tangga berdasarkan kepada tuntutan agama. Ada juga yang
mengartikan suatu perjanjian atau aqad (ijab dan qabul) antara seorang laki-laki dan
sah yang mengandung syarat-syarat dan rukun-rukan yang ditentukan oleh syariat
Islam.4
perkawinan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seseorang pria dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membantuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5 Oleh karena itu
perkawinan harus dipertahankan oleh kedua pihak agar mencapai tujuan tersebut.
dipenuhi diantaranya kewajiban memberikan mahar oleh suami kepada isteri. (QS.
An-Nisa’ (4) 3). Ayat tersebut menjelaskan bahwa pemberian itu ialah maskawin
yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak. Berdasarkan
2
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), h. 7
3
Tihami, Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat, Ed, I, Cet-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h.6
4
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Elsas,
2008) h. 3-4
5
Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3
ayat itu dapat kita pahami bahwa mahar adalah sesuatu yang diberikan pleh pihak
suami kepada isteri unutk dimiliki sebagai penghalal hubungan mereka dan juga
menyangkut sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Dalam suatu
acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal, dalam
arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Dalam nikah
rukun nikah yang ada, tetapi tidak mewajibkan penyebutannya ketika akad
dilangsungkan. Berbeda dengan jual beli yang menyebutkan harga merupakan salah
satu rukunnya. Sedang yang dimaksud pernikahan adalah bersatunya suami istri,
berbeda dengan jual beli, yang dimaksudkan adalah ganti dari barang yang dijual.6
daerah, baik itu yang bertentangan dengan syariat Islam maupun tidak. Tidak dapat
kita pungkiri bahwa pernikahan harus mengikuti adat yang berlaku di daerah
hukum adat masih berlaku di dalam sebuah adat pernikahan tersebut. Karena
6
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA,
2004). H. 143
4
hukum akan efektif apabila mempunyai basis sosial yang relatif kuat. Artinya
yang berbeda. Tidak menutup kemungkinan perbedaan itu terjadi terhadap aturan
adat dan aturan agama. Perbedaan yang sering kita jumpai di masyarakat adalah
dalam hal perkawinan. Walaupun agama Islam telah memberikan aturan yang jelas
tentang perkawinan, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak yang ditemukan
dalam pelaksanaan dan praktik perkawinan yang berbeda dikalangan umat Islam.
hanyalah terdapat pada suatu alat atau sarana pendukung proses peminangan
kemampuannya.9
yang akan dinikahinya, Islam tidak menetapkan batasan terendah secara rinci
7
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.
340
8
Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberti, 2007), h. 107
9
Abdul Qodir Jaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), h. 120
5
jumlahnya. Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa bagi maskawin tidak ada
Namun menurut Imam Hanafi jumlah mahar yang harus dibayar sesuai dengan
kebiasaan setempat, dan jumlah minimal mahar adalah sepuluh dirham.10 Agama
Islam tidak menentukan suatu kadar dan bentuk mahar yang mengikat, namun
diserahkan sesuai dengan kesepakatan antara pihak wanita dengan pihak laki-laki
dengan syarat kepatutan, bermanfaat serta mahar itu mencakup pengertian yang
dapat dimiliki dan mempunyai nilai, juga halal menurut syariat Islam. 11 Seperti
halnya yang terjadi pada masa Rasulullah SAW, yaitu mahar berupa sebentuk
al-Quran12
10
Ibnu Rusyd, Bida Yatul Mujtahid wa Nihyatul Mujqtashid, Penerjemah Ghazali dan A.
Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007) h. 432
11
Muhammad Jawwad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Alih Bahasa Maskur A.B dkk.
Cet ke-15 (Jakarta: Lentera, 2005), h. 367-368
12
Muslim, Shahih Muslim, Jilid I (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-‘Arbiyah) h. 596
13
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 9, Penerjemah Abdul hayyie al-Kattani,
dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 230
6
Dari beberapa aturan Islam dan sabda Rasulullah sangat jelas bahwa Islam
tidak menetapkan batasan terendah secara rinci jumlahnya bahkan Islam memberi
aturan mahar dalam sebuah pernikahan sangatlah dipermudah. Namun pada realita
yang terjadi, sebagian masyarakat ada yang menyalahi aturan dan anjuran tersebut.
tradisi keseluruhan masyarakat setempat. Interaksi antara hukum Islam dan Hukum
manakala ada aturan-aturan tertentu dalam hukum Adat yang membatasi atau
Hal demikian yang terjadi pada masyarakat Desa Muara Panco Kecamatan
Renah Pembarap ini, bahwa bagi setiap masyarakat yang ingin melangsungkan
pernikahan haruslah memenuhi semua syarat yang telah ditentukan, salah satunya
yaitu tentang jumlah mahar. Di dalam aturan Adat Desa Muara Panco kadar jumlah
mahar ditetapkan sebanyak satu mayam emas atau sebanyak 3,3 gram emas. Setiap
laki-laki yang ingin menikahi seorang wanita harus mampu membayar mahar
berupa satu mayam emas tanpa memandang status sosial, baik bagi masyarakat
yang kaya maupun yang miskin. Jika tidak mampu maka pernikahan tidak dapat
bahwa mahar tersebut akan dilunaskan, atau dijadikan sebagai hutang. Dalam
praktik Adat di Desa Muara Panco, bagi setiap laki-laki yang tidak mampu
membayar mahar yang telah ditentukan akan menggantikannya dengan suatu benda
yang mempunyai nilai yang sama, seperti praktik kebiasaan mayoritas masyarakat
Desa Muara Panco yang tidak mampu membayar jumlah mahar yang telah
7
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
dan mengkaji dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Penetapan Mahar dalam
Perkawinan Adat Jambi Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Desa Muara
B. Identifikasi Masalah
dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan muncul dalam latar
1. Seperti apa mahar dalam perkawinan adat di Desa Muara Panco Kecamatan
Jambi?
Jambi?
Islam?
1. Batasan Masalah.
Agar penelitian ini dapat lebih terarah, jelas dan tidak meluas, maka penulis
memberikan batasan penyusunan skripsi ini pada hal-hal yang berkaitan dengan
2. Rumusan Masalah.
hukum Islam.
Jambi.
literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis kemukakan dalam
penulisan skripsi.
penulis bahwa skripsi ini lebih menekankan pada kadar mahar suami
10
2. Eva Fatimah Tahun 2004, dengan judul “Konsep Mahar Menurut Empat
Imam Hanafiah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahamd bin Hambal.
bahwa skripsi ini lebih menekankan pada kajian mahar menurut Empat
Kabupaten Merangin-Jambi.
skripsi ini lebih menekankan pada peningkatan kadar mahar bagi para
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penilitian
2. Sifat Penelitian
14
Yayan Sopyan, Metode Penelitian, (Jakarta:tp, 2009), h. 28
15
Yayan Sopyan, Metode Penelitian, (Jakarta: tp, 2009), h. 20
12
dikumpulkan.
penelitian.
16
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (ttp: PPM, 2007)
h. 186
13
Quran dan Hadis, kitab-kitab fiqh, dan data lain yang terkumpul
G. Sistematika Penulisan
yaitu Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan
Bab kedua tentang kajian teoritis mengenai syarat sahnya pernikahan. Bab
ini berisikan Pengertian Mahar, Dasar Hukum Mahar, Syarat dan Macam-macam
Mahar, Kadar dan Batasan Mahar, serta Tujuan dan Hikmah disyariatkannya
Mahar.
Bab ketiga tentang potret wilayah Desa Muara Panco Kecamatan Renah
dan Prosesi Perkawinan Adat masyarakat Desa Muara Panco Kecamatan Renah
Bab keempat tetang subtansi dari penelitian ini. Dalam bab ini dipaparkan
tersebut.
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, dan ditutup dengan saran-saran.
BAB II
MAHAR DALAM PERKAWINAN ISLAM
kedudukan wanita, yaitu berupa memberi hak untuk wanita memegang urusannya,
salah satunya ialah hak mahar. Mahar secara bahasa diambil dari kata bahasa arab
yang bentuk mufradnya yaitu mahrun sedangkan bentuk jamaknya yaitu mahurun
yang secara bahasa mempunyai arti maskawin. 1 Menurut Wahbah Zuhaili, ada
beberapa nama untuk penyebutan mahar, yaitu : Mahar, Shaddaq, Faridhah, Nihlah,
Ajrun, ‘Uqrun, ‘Aalaiqun, Thaulun.2 Kata mahar dalam al-Qur’an tidak ditemukan,
yang digunakan adalah kata shaduqah sebagaimana dalam al-Qur’an surat an-Nisa’
[4]:4.
)4: فَِإ ْن ِطْب نَا لَ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِْي ئًا َم ِريْئًا (النساء،ًص َدقَتِ ِه َّن ِ ِْنلَة ِ
َ ََوأَتُ ْوا الن َساء
1
M.A. Tihami dan sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 36
2
Wahbah az-Zuhailiy, Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, (Daar al-fikr Damsiq, tt) juz 6 h. 6578
15
16
Artinya : “Dari ‘Aisyah r.a ia berkata : telah bersabda nabi SAW : Sesuatu
yang dituntut untuk menghalalkan farj (hubungan suami isteri) yaitu dari mahar
atau ‘iddah, maka itu adalah hak untuknya” (HR. Baihaqi).3
Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi, mahar
adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati
calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih kepada calon istri.4 Kata mahar
ini berasal dari bahasa Arab dan telah menjadi bahasa Indonesia, akan tetapi
digunakan dengan istilah shaduqoh.5 Mahar atau shadaq dalam hukum perkawinan
Islam merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh seorang pengantin laki-
Mahar menurut istilah ialah suatu pemberian yang disampaikan oleh pihak
perkawinan.7 Menurut Sayyid Sabiq, Pemberian mahar ini bersifat wajib, sekalipun
mahar tidak termasuk dalam rukun perkawinan di dalam Islam, akan tetapi karena
sebab seorang laki-laki memberi mahar pada wanita tersebut sesuai dengan
keinginan wanita dan kemampuan laki-laki tersebut, mahar akan menjadikan istri
berhati senang dan ridha menerima kekuasaan suaminya kepada dirinya. 8 Imam
3
Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubro, Juz 7 (Libanon: Darul Kutub Ilmiyah,
tt), h. 384
4
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat I, (Bandung: CV. Pustaka setia, 1999,
cet ke-1), h. 105
5
Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), h. 77
6
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia Berlaku Bagi Umat Islam, (Jakarta: UI
,Press, 1986), h. 68
7
Mustafa Kamal, Fiqh Islam, Cet III, (Jogjakarta: Citra Karya Mandiri, 2002), h. 263
8
Sayyid Sabbiq, Fiqih Sunnah Jilid II , (Bandung: Alma’arif, 1990), h. 53
17
Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh seorang
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mahar adalah pemberian dari calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang, atau
jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.10 Adapun mahar dalam istilah
ulama fiqh disebut nihlah, sadaq, faridah dan ajrun yang di dalam bahasa Indonesia
memiliki arti yang sama yaitu mahar atau maskawin. Menurut istilah syara’ mahar
ialah suatu pemberian yang wajib diberikan oleh suami kepada istri dengan sebab
pernikahan.11
itu meskipun wajib, namun tidak mesti diserahkan waktu berlangsungnya akad
nikah dan boleh pula sesudah berlangsungnya akad nikah. Oleh karena itu, definisi
yang dapat mencakup dua kemungkinan itu adalah “pemberian khusus yang bersifat
wajib berupa uang yang diserahkan mempelai laki-laki kepada perempuan ketika
kesungguhan cinta seorang laki-laki, karena itulah mahar juga dinamakan dengan
shidaq (kebenaran). Wanita tidak menjual dirinya dengan mahar, tetapi dengan ini
9
Abd Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta : Kencana 2003), h. 85
10
Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994)
11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 84
12
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 85
18
sebuah sarana yang sesuai bagi wanita agar wanita tersebut dapat melaksanakan
mahar kepada istrinya itu dan berdosa suami yang tidak menyerahkan mahar kepada
istrinya.14
Perintah pembayaran mahar ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat
An-Nisa ayat 4 :
)4: فَِإ ْن ِطْب نَا لَ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِْي ئًا َم ِريْئًا (النساء،ًص َدقَتِ ِه َّن ِ ِْنلَة ِ
َ ََوأَتُ ْوا الن َساء
اَّللِ َعلَْي ُك ْم َوأ ُِح َّل لَ ُك ْم َما َوَراءَ َذلِ ُك ْم ِ ِ ِ ِ والْمحصن
َّ ابَ َت أَْْيَانُ ُك ْم كت ْ ات م َن الن َساء إََِّّل َما َملَ َك ُ ََ ْ ُ َ
ِِ ِِ ِِ ِ
اح َ ورُه َّن فَ ِر
َ َيض ًة َوََّل ُجن َ ُج
ُ وه َّن أُ ُاستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِه مْن ُه َّن فَآت
ْ ني فَ َما َ ني َغْي َر ُم َسافح َ أَ ْن تَْب تَ غُوا ِِب َْم َوال ُك ْم ُُْمصن
ِ ِ ِ ِ َ اضْي تُم بِِه ِمن ب ْع ِد الْ َف ِر ِ
)44 :يما (النساء ً يما َحك ً يضة إ َّن ا ََّّللَ َكا َن َعل َ ْ ْ َ يما تَ َر َ َعلَْي ُك ْم ف
13
Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh : Menurut al-Quran dan Sunnah, Pnerjemah :
Muhammad Taqi, (Jakart : Lentera, 1994), Cet Ke-I, h. 157
14
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 85
19
Selain di dalam Al-Quran, mahar juga disebutkan dalam sabda Nabi SAW,
diantaranya :
صلى هللا- اَّلل َِّ ول ُ ال لَهُ َر ُس ِ َ لَ َّما تَزَّوج علِي ف:ال
َ َ ق.َاط َمة َّ َر ِض َي- اس
َ َ ق-اَّللُ َعْن ُه َما ٍ ََّو َع ِن ابْ ِن َعب
ٌّ َ َ َ
, َرَواهُ أَبُو َد ُاوَد.?ُك احلُطَ ِميَّة ِ َ َ ق.ٌ َما ِعْن ِدي َش ْيء: قَا َل.َ ْع ِط َها َشْي ئًا:عليه وسلم
َ ُ فَأَيْ َن د ْرع:ال
احلَاكِ ُم
ْ ُص َّح َحه ِ والن
َ َو,َّسائ ُّي
َ َ
ا ٍ ِم ْن َح ِديد
ٍَ َ «تَ َزَّو ْج ولَ ْو ِب:ال لِر ُج ٍل
َ َّ ِ َّ َ َِّب
َ َ َصلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم ق َّ أ،َع ْن َس ْه ِل بْ ِن َس ْع ٍد
َّ َِن الن
Artinya : Dari Sahal bin Sa’di bahwa Nabi bersabda : “Hendaklah seorang
menikah meskipun (hanya dengan mahar) sebuah cincin yang terbuat dari besi.”
(HR. Bukhari).16
15
Ahmad al-Asqalani, Bulughul Maram, cet ke-VII (Riyadh : Daar al-falq, 1424 H)
16
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Riyadh: Bait al-
Afkar ad-Dauliyah, 1998) Juz VII h. 20
20
memakai sighat nikah, maka mahar harus disebutkan ketika akad nikah, jika tidak
maka nikahnya tidak sah. Sedangkan menurut ketiga imam lainnya yaitu Imam
Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Hambali, bahwa mahar termasuk syarat sahnya
nikah. Oleh karena itu tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya.
Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa mahar bukanlah hukum dan syarat sahnya
nikah, tetapi hanya merupakan konsekuensi logis yang harus dibayarkan dengan
pasal, yaitu :
Pasal 30, menjelaskan bahwa calon mempelai pria wajib membayar mahar
kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk, jenisnya disepakati oleh kedua
belah pihak.
17
Abu Bakar Ahmad al-baihaqi, al-Sunan al-Kubro Juz VII (Libanon: Darul Kutub Ilmiah,
tt) h. 384
18
Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, juz 4 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 6761
21
atau sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi hutang calon
mempelai pria.19
Mahar yang diberikan kepada calon isteri harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu :20
1. Harta berharga, tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun
tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya, mahar sedikit tapi bernilai
2. Barangnya suci dan bermanfaat, tidak sah mahar dengan barang yang
diaktegorikan haram oleh Islam, seperti khamar, babi atau darah dan lain
sebagainya..
19
Instruksi Presidem No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 31-33
20
M.A. Tihami dan sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 39-40
22
3. Bukan barang ghasb, yaitu mengambil barang milik orang lain tanpa
4. Bukan barang yang tidak sah keadaannya, maksudnya tidak sah mahar
disebutkan jenisnya.
1. Mahar Musamma
kadar dan besarnya pada saat akad nikah berlangsung. Atau, mahar yang
disebutkan bentuk, wujud atau nilainya secara jelas dalam akad. Inilah
nilainya sesuai dengan apa yang disebutkan dalam akad perkawinan itu.21
berikut ini:22
21
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, h. 89
22
M.A. Tihami dan sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 45-46
23
ِ ِ ِ ٍ ُ وإِ ْن أَرْد
ُاستْب َد َال َزْو ٍج َم َكا َن َزْو ٍج َوآتَْي تُ ْم إِ ْح َد ُاه َّن قْنطَ ًارا فَ ََل ََتْ ُخ ُذوا مْنهُ َشْي ئًا أ َََتْ ُخ ُذونَه
ْ ُ َ َ
)42( اًن َوإِْْثًا ُمبِينًا
ً َبُ ْهت
Artinya : “Dani jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri
yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara
mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari
padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambil kembali dengan
jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata” (QS.
An-Nisaa’ : 20).
b). Salah satu dari suami istri meninggal, demikian menurut ijma’. Mahar
dengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab tertentu, seperti sang
isteri adalah mahramnya sendiri, atau istri sudah hamil dari bekas suami
lama. Akan tetapi jika istri diceraikan sebelum bercampur, hanya wajib
ضتُ ْم إََِّّل أَ ْن يَ ْع ُفو َن ِ ضتُم ََل َّن فَ ِر ِ وإِ ْن طَلَّ ْقتُم
ْ ف َما فَ َر ُ ص ْ يضةً فَنَ ُ وه َّن م ْن قَ ْب ِل أَ ْن َتََ ُّس
ُ ْ ْ وه َّن َوقَ ْد فَ َر ُ ُ َ
َّ ض َل بَْي نَ ُك ْم إِ َّن ِ اح وأَ ْن تَع ُفوا أَقْ ر ِ ِِ ِ ِ
َاَّلل ُ َ ْ َ ِ أ َْو يَ ْع ُف َو الَّذي بيَده ُع ْق َدةُ الن َك
ْ ب للتَّ ْق َوى َوََّل تَْن َس ُوا الْ َف
)432( ٌصري ِ ِِبَا تَعملُو َن ب:
َ َْ
Artinya : “Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu
bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah
menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah
kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-ieterimu itu memaafkan atau
dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu
itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 237).
2. Mahar Mitsil
24
wanita yang serupa dari pihak suku ayah, bukan suku ibunya. Tetapi
dengan isteri dari anggota keluarga, yaitu isteri saudara dan paman,
wanita yang menjadi kearabat wanita tersebut, misalnya ibu dan bibi.
ketentuan dalam syara’. Untuk itu, nilainya ditentukan oleh ‘urf yang paham
Mahar mitsil dapat terjadi apabila dalam keadaan sebagai berikut :25
23
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, h. 89
24
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif
Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta : Lentera Baristama, 2002) h. 368
25
M.A. Tihami dan sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 47
25
a) Bila tidak disebutkan kadar dan besarnya mahar ketika berlangsung akad
b) Dan jika mahar musamma belum dibayar, sedangkan suami telah bercampur
dengan isteri.
berselisih dalam jumlah atau sifat mahar tersebut dan tidak dapat
diselesaikan.
untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya.
Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya.26
Mahar adalah pemberian sesuatu dari pihak pria sesuai dengan permintaan
perempuan dengan batas-batas yang ma’ruf. Besarnya mahar tidak dibatasi. Islam
memberikan prinsip pokok yaitu “secara ma’ruf”. Artinya dalam batas yang wajar
26
M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 40
26
sesuai kemampuan dan kedudukan suami yang dapat diperkirakan oleh isteri. 27
Syariat tidak menetapkan batasan minimal, tidak pula maksimal atas mahar (yang
dalam tingkat kekayaan dan kemiskinan. Manusia pun berbeda-beda dari segi
kondisi sulit dan lapang, serta masing-masing komunitas memilliki kebiasaan dan
tradisi yang berbeda-beda. Dari itu, syariat tidak memberi batasan tertentu atas
tradisinya. Dari semua teks syariat yang ada, tidak ada syariat terkait jenis mahar
selain berupa sesuatu yang memiliki nilai tanpa memandang seidikit maupun
banyak. Dengan demikian, mahar boleh hanya berupa cincin dari besi, atau berupa
semangkuk korma, atau berupa jasa pengajaran kitab Allah, dan atau semacamnya,
jika kedua belah pihak yang melaksanakan akad nikah saling meridhainya.28
sanggup membayarnya, karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka jumlahnya
menjadi hutang atas suami, dan wajib dibayar sebagaimana halnya hutang kepada
27
Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 19991), h. 78-
79
28
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, (Kairo : Dar al-Fath Li I’lam al-‘ Arabi, 1999), h.
101-102
27
laki-laki menerima perjanjian itu karena hutang, sedangkan dia tidak ingat akibat
Para ulama mazhab sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal dalam mahar
tersebut karena adanya firman Allah SWT QS. An-Nisaa’ (4) 20 yang berbunyi :
ِ
ً َاستِْب َد َال َزْو ٍج َم َكا َن َزْو ٍج َوآتَْي تُ ْم إِ ْح َد ُاه َّن قْنطَ ًارا فَ ََل ََتْ ُخ ُذوا ِمْنهُ َشْي ئًا أ َََتْ ُخ ُذونَهُ بُ ْهت
اًن َوإِْْثًا ْ ٍُ ُ َوإِ ْن أ ََرْد
)42( ُمبِينًا
Artinya : “Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang
sedikitpun”.
Tetapi mereka berbeda pendapat tentang batas minimalnya, Imam Syafi’i, Imam
Hambali dan Imamiyah berpendapat bahwa tidak ada batas minimal dalam mahar.
Segala sasuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli boleh dijadikan mahar.
Sementara itu Imam Hanafi mengatakan bahwa jumlah mahar yang harus dibayar
Dan jumlah minimal mahar adalah sepuluh dirham. Jika suatu akad dilakukan
dengan mahar kurang dari sepuluh dirham, maka akad tetap sah, dan wajib
adalah tiga dirham. Kalau akad dilakukan dengan mahar kurang dari jumlah
tersebut, kemudian terjadi percampuran, maka suami harus membayar tiga dirham.
Tetapi bila belum mencampuri, dia boleh memilih antara tiga dirham (dengan
29
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), Cet Ke 27, h. 393-
394
30
Khiruddin Nasution, Hukum Perkawinan I, (Yogyakarta: Academia 2005), H. 142
28
musamma.31
Dalam syariat Islam hanya ditetapkan bahwa maskawin harus berbentuk dan
bermanfaat, tanpa melihat jumlahnya. Walau tidak ada batas minimal dan maksimal
berpendapat suami tidak wajib memberikan mahar seluruhnya, kecuali jika telah
hanya wajib membayar setengahnya. 34 Allah berfirman dalam Al-quran QS. Al-
31
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B., Afif
Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta : Lentera Baristama, 2002) h. 364-365
32
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, h.
301
33
Abu Dawud, Shahih Sunan Abu Dawud, (Jakarta : Pustaka Azzam 2010) Juz I h. 776
34
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,
(Jakarta : Kencana Grup, 2010), h. 305
29
ضتُ ْم إََِّّل أَ ْن يَ ْع ُفو َن أ َْو يَ ْع ُف َو ِ ضتُم ََل َّن فَ ِر ِ وإِ ْن طَلَّ ْقتُم
ْ ف َما فَ َر
ُ ص
ْ يضةً فَن َ ُ وه َّن م ْن قَ ْب ِل أَ ْن َتََ ُّس
ُ ْ ْ وه َّن َوقَ ْد فَ َر ُ ُ َ
ِ اَّلل ِِبَا تَعملُو َن ب ِ ِ اح وأَ ْن تَع ُفوا أَقْ ر ِ ِِ ِ ِ
ص ٌري َ َ ْ ََّ ض َل بَْي نَ ُك ْم إ َّن ُ َ ْ َ ِ الَّذي بيَده ُع ْق َدةُ الن َك
ْ ب للتَّ ْق َوى َوََّل تَْن َس ُوا الْ َف
)432(
Artinya : “Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur
dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka
bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-
isterimu itu memaafkan atau dimaakan oleh orang yang memegang ikatan nikah,
dan peamaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa. Dan janganlah kamu
melupakan keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala
apa yang kamu kerjakan.”
Jika jumlah mahar belum ditentukan dan isteri belum pernah dicampuri,
Pemberian ini sebagai ganti rugi dari apa yang diberikan oleh mantan isterinya. 35
Berdasarkan firman Allah SWT QS. Al-Baqarah (2) 236 yang berbunyi :
ِ ِ ِ
ُوه َّن َعلَى الْ ُموس ِع قَ َد ُره َ ضوا ََلُ َّن فَ ِر
ُ ُيضةً َوَمتع ُ اح َعلَْي ُك ْم إِ ْن طَلَّ ْقتُ ُم الن َساءَ َما ََلْ َتََ ُّس
ُ وه َّن أ َْو تَ ْف ِر َ َََّل ُجن
ِِ ِ
)432( ني َ اعا ِِبلْ َم ْع ُروف َحقًّا َعلَى الْ ُم ْحسن ً ََو َعلَى الْ ُم ْقِ ِِت قَ َد ُرهُ َمت
Artinya : “Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu
menceraikan isteri-isteri kamu sebelum bercampur dengan mereka dan sebelum
kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut’ah
(pemberian) kepada mereka. Orang yang mamppu menurut kemampuannya dan
orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian yang patut.
Yang demikian itu ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.”
beliau dengan mahar yang paling mudah, tidak beratus-ratus apalagi beribu-ribu.
Demikian pula yang dilakukan oleh para salafus salih, mereka tidak pernah
menanyakan kekayaan calon menantu dan tidak menanyakan apa yang akan
35
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, h.
305
30
diperjualbelikan. Mereka adalah manusia, karena itu si ayah atau wali hendaklah
mencarikan manusia yang sepadan untuk anak puterinya, yaitu manusia mulia,
yakni mulia agamanya mulia akhlaknya, dan mulia tabi’atnya. Apa arti perkawinan
dan apa arti mahar yang tinggi bagi seorang gadis jika ia kawin dengan orang yang
Mahar atau maskawin merupakan hak perempuan yang wajib diberikan oleh
seorang laki-laki. Mahar bukanlah sebagai pembelian atau ganti rugi. Karena itu,
jika ia telah menerimanya, hal itu berarti ia suka dan rela dipimpin oleh laki-laki
yang baru saja mengawininya.37 Hal ini sekaligus membuktikan bahwa mahar itu
adalah lambang atau tanda cinta suami terhadaap calon isterinya, sekaligus
berfungsi sebagai pertanda ketulusan niat dari calon suami untuk membina
kehidupan berumah tangga bersama calon isterinya. Pada masa Jahiliyah, hak
yang seharusnya menjadi milik dari seorag perempuan malah diserahkan kepada
36
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Komtemporer jilid I, (Jakarta : Gema Insani, 1995) h. 559
37
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id, mengutip dari buku Ibrahim Muhammad al-Jamal,
Fiqh al-Mar’a al-Muslimah, (Semarang : asy-Syifa’, 1986), h. 373
31
Karena dimasa sebelum masuknya Islam hak-hak bagi perempuan sangat dibatasi,
sehingga semua harta benda dikuasi oleh walinya dan tidak diberi hak untuk
kebiasaan yang seperti itu, dan mewajibkan mahar sebagai hak perempuan, dan juga
melarang siapapun mengambil atau menguasai mahar yang telah diberikan suami
firman Allah :
ِ ِ ِ ٍ ُ وإِ ْن أَرْد
ُاستْب َد َال َزْو ٍج َم َكا َن َزْو ٍج َوآتَْي تُ ْم إِ ْح َد ُاه َّن قْنطَ ًارا فَ ََل ََتْ ُخ ُذوا مْنهُ َشْي ئًا أ َََتْ ُخ ُذونَه
ْ ُ َ َ
)42( ني ً ِاًن َوإِْْثًا ُمب
ً َبُ ْهت
Artinya : “Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang seikitpun.
Apakah kalian akan mengambilnya dengan kebohongan dan dosa yang nyata”.
38
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id, mengutip dari Wahbah al-Zuhaily, Tafsir al-Munir al-
‘Aqidah wa Syariah wa Manhaj, juz III (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1991), h. 235
39
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Jilid ke-II, h. 135
32
penghargaan Islam terhadap kaum perempuan yang menjadi hikmah dalam suatu
perkawinan.
Disisi lain menurut Wahbah al-Zuhaily, salah satu hikmah pemberian mahar
dalam prosesi pernikahan pihak perempuan ialah sebagai tanda akan adanya
mawaddah yang akan ditegaskan secara bersama oleh suami isteri.40 Mawaddah
berarti rasa yang menghiasi perkawinan antara laki-laki dan perempuan bukan
isterinya merupakan indikasi bahwa setelah usai ijab qabul, maka seluruh beban
keluarga termasuk memberi nafkah lahir batin kepada isteri adalah sudah menjadi
tanggungjawab suami. Juga dalam hal memberikan perlindungan dan rasa aman
40
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id
41
Al-Ashafahani, al-Mufradat, pada term wadada, (t.t: t.p t.th) h. 516
33
Sesuai dengan Quran maupun hadis, ada tiga tujuan umum dari perkawinan,
yaitu :
Diantara ayat yang mengisyaratkan hal tersebut adalah al-Quran surat al-Syua’ara
ayat 11, Ar-Rumm ayat 21, An-Nahl ayat 72 dan An-Nisaa’ ayat 1. Menurut
pada Al-Quran surat al-Mu’minun ayat 5-7, al-Baqarah ayat 223, dan An-Nur ayat
33.
sayang (rahmah) seperti yang dikemukakan dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 21.
Pada dasarnya ketiga tujuan di atas bermuara pada tujuan utama perkawinan
42
http://ejurnal.stainparpare.ac.id
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA MUARA PANCO
Dalam sejarah perkembangan desa Muara Panco selama ini, penulis mendapat
penjelasan dari beberapa sumber, bahwa nama desa Muara Panco diambil dari nama
sebuah sungai kecil yang berada disekitar desa. Yang pada mulanya sungai tersebut
menjadi maskot desa dikarenakan di sungai tersebut terdapat pertemuan dua muara
sungai. Pertemuan dua muara tersebut lah yang dinamakan air panco. Dengan
demikian oleh pemuka desa di masa silam dijadikanlah itu sebagai sebuah nama
Untuk lebih jelas tentang sejarah berdirinya desa ini penulis diarahkan oleh
kepala desa untuk melihat salah satu dokumen desa yang berisikan penjelasan
penjelasan sejarah desa sebagai mana isi dokumen tersebut berikut ini:
“Desa Muara Panco berasal dari nama “Muara Panco”, yaitu sebuah sungai
yang berada disebelah Utara Desa. Sungai yang bernama sungai panco, “Panco”
Dari apa yang terdapat dalam dokumen tersebut dapat di pahami bahwa
penamaan desa ini merupapakan dasar yang jelas dengan mengambil kejadian alam
yang jarang terjadi terutaama di daerah sekitar wilayah desa ini. Di sisi lain desa ini
1
Wawancara dengan Kepala Desa Jumat 13 Januari 2016
2
Dokumentasi, Desa Muara Panco. Tahun 2016
34
35
juga dikelilingi oleh dua sungai, sungai yang pertama mengalir ke Sungai Mesumai
dan diberi nama Sungai Panco, sedangkan sungai yang kedua mengalir ke sungai
Desa Muara Panco dipimpin oleh kepala kampung. Setelah lahirnya UUD No 5
Tahun 1979 tentang Desa, maka Muara Panco dan Tanah Renah digabung menjadi
satu desa yaitu, Desa Muara Panco dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang
2. Geografis
101.98993” Bujur Timur dan 2.11104” Lintang Selatan, dengan luas 10 Km².dalam
pemerintahan dan efisiensi anggaran keuangan, dan diganti dengan dusun dengan
dipimpin oleh seorang kepala dusun. Hingga sekarang jumlah dusun yang berada
pemerintahan Desa tetap berjalan sebagaimana Desa yang memakai sistim Rukun
Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), dan disamping itu pemerintahan desa
Desa (BPD).
Untuk lebih jelasnya berikut ini deskripsi tentang desa Muara Panco dimuat
TABEL. I
Luas Wilayah
No Dusun (%)
(Km²)
1 2 3 4
Jumlah 10
pemerintahan Desa Muara Panco dapat dilihat pada tabel berikut ini :
1
Dokumentasi Desa Muara Panco 2016
38
H. JAMATUL MUSLIMIN
BPD SK 10-12-2014
1. FAHRURROZI (KETUA)
2. A.RAHMAN (WAKIL KETUA)
3. MATHUR (SEKRETARIS)
4. IYARUDIN (ANGGOTA) SEKRETARIS DESA
5. SYAFRAWI (ANGGOTA)
MAULANA IQBAL
6. M. SALIK (ANGGOTA)
7. M. RASID.P (ANGGOTA)
PEMERINTAH PEMBANGUN
UMUM
AN AN
2
Dokumentasi, Desa Muara Panco Tahun 2016
39
tahun terakhir tidak mengalami pertumbuhan yang tidak begitu berarti, pada
tahun 2009 adalah : 1540 jiwa, pada januari 2015 adalah : 1.580 jiwa.
menjadi kebutuhan dimana peran ibu rumah tangga sangat dibutuhkan untuk
TABELl II
Jenis Kelamin
Sex
No Dusun Jumlah
Laki-laki Perempuan Retio
1 2 3 4 5 6
umur untuk tahun 2016 dapat di lihat pada tabel berikut ini :
3
Dokumentasi, Desa Muara Panco Tahun 2016
40
TABEL III
Kelompok Penduduk
No Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5
1 0-2 55 49 104
2 5-9 60 56 116
3 10-14 69 59 128
4 15-19 86 90 176
5 20-24 86 76 162
6 25-29 64 48 112
7 30-34 52 48 100
8 35-39 55 45 100
9 40-44 65 55 120
10 45-49 33 27 60
11 50-55 29 25 54
12 55-59 30 26 56
13 60-64 20 16 36
14 65-69 29 29 58
15 70-74 34 26 60
16 75+ 50 88 138
Dari tabel di atas terlihat jumlah penduduk menurut kelompok umur pada tahun
2016 yang mendominasi pada umur 15-19 Tahun dengan komposisi 176 jiwa
pertumbuhan penduduk di desa Muara Panco dari tahun 2013 hingga tahun 2016
TABEL IV
Pertumbuhan Penduduk4
1 2 3 4 5 6
4
Dokumentasi, Desa Muara panco Tahun 2016
42
TABEL V
2 Pengusaha/Pedagang 26 29 55
3 Karyawan Swasta/Honorer 15 16 31
4 Imigran 61 4 65
5 PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 7 8 15
6 Jasa 64 21 85
7 Serabutan 10 3 13
2. Keadaan Agama
5
Dokumentasi, Desa Muara panco Tahun 2016
43
Panco terdapat satu Masjid dan satu Musholla di tiap-tiap dusunnya. Dan rutin
Al-Quran bagi anak-anak diantara waktu solat Maghrib dan Isya setiap hari, berdoa
3. Keadaan Pendidikan
TABEL VI
8 Tidak Sekolah 28 30 58
6
Dokumentasi, Desa Muara panco Tahun 2016
44
Dan sarana pendidikan di Desa Muara Panco dapat dilihat pada tabel
berikut :
TABEL VII
1 TK 1
2 SD Negeri/MIN 2/1
3 SMP 1
4 Jumlah 5
Dari tabel di atas dapat diketahui tentang keadaan sarana pendidikan yang
dipergunakan dalam proses belajar mengajar bagi masyarakat setempat. Ada lima
sarana pendidikan di Desa Muara Panco, TK, SD, MIN,dan SMP. Sedangkan untuk
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi dan sebagainya, masyarakat
7
Dokumentasi, Desa Muara panco Tahun 2016
45
terlebih dahulu apa yang disebut dengan adat. Adat yang biasa disebut dengan
tradisi adalah kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang
jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan akal dan diterima oleh
tabiat yang sejahtera. Nilai-nilai tradisi dapat mempertahankan diri sejauh di dalam
diri mereka terdapat nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai tradisi yang tidak lagi
kepada Adat dan Kebudayaan. Adat telah berhasil secara umum menghantar
mereka ke pintu gerbang kehidupan yang harmonis, saling terkait, rukun damai,
aman makmur. Adat amat penting bagi kehidupan manusia, ia merupakan sistem
dan tata nilai yang dihayati dan dianut seseorang atau masyarakat, ia merupakan
unsur utama dalam proses pembangunan diri manusia dan masyarakat. Logikanya
manusia dalam proses pembangunan diri dan masyarakatnya tidak mungkin dapat
dan kebiasaan sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama : “tiap-tiap negeri
itu berdiri di atas kebiasaan”, tujuannya tak lain adalah menciptakan masyarakat
yang damai, tentram dan patuh, sebagaimana pantun selako adat mengatakan
8
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, cet ke-I (Jakarta : Kencana, 2006) h. 42
9
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.17
46
“Kedarat memikat burung, jangan ditebang kayu berduri. Adat seumpama payung,
Dari pantun selako di atas jelas bahwa adat tidak lain bertujuan untuk
propinsi Jambi, termasuk juga adat yang berlaku di Desa Muara Panco. Hanya saja
ada bagian-bagian tertentu yang berbeda, seperti masalah prosesi pernikahan dan
lain sebagainya.
1. Pembagian Adat
Adat secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu :11
masyarakat secara umum, hal ini sering juga kita sebut dengan istilah “ Ico
pakai dalam negeri “, adat umum ini membina, menyusun, membentuk semua
peradaban dalam :
- Hidup bermasyarakat
10
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.19
11
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.20
47
- Hidup Bernegara
b . Adat Perdata
Adat perdata ini dikenal dengan sebutan silang seketo atau disebut juga
perselisihan dalam masyarakat. Adat ini takluk kepada undang-undang Hak Kullah
c. Adat Pidana
(berbuat salah). Adat ini takluk kepada Hukum Islam atau undang-undang Syarak,
terdapat istilah-istilah dalam adat, dan istilah yang dipakai dalam sebutan adat itu
Adat yang teradat adalah suatu kebiasaan yang tidak dapat dihindari
atau ditinggalkan, sebab telah lapuk dek dipakai, telah usang dek disesah,
dan telah kumal pulo dek lamo dari zaman kezaman. Sebagai contoh :
12
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II h.21
13
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.22
48
seperti aturan-aturan yang dibuat oleh pemimpin yang lalu tetapi masih di
masanya, kemudian kebiasaan itu diteliti oleh cerdik pandai alim ulama,
mana yang cocok atau baik dipakai dan mana yang mana yang tidak cocok
atau tidak baik dibuang. Untuk memakai adat yang baik yaitu yang sudah
binatang itu halal, namun setelah masuknya agama Islam, diteliti kembali
mana binatang yang boleh dan halal dimakan dan mana binatang yang
c. Adat Istiadat
Tengah, Istiadat asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu setia dan adat
yang dijadikan satu kalimat dengan istilah Istiadat, secara harfiah diartikan
suatu kebiasaan yang telah diapakai dari ninek moyang kita dahulu dan setia
pula untuk menerapkannya hingga sekarang. Disamping itu ada juga yang
yang dianggap baik dan patut untuk dipakai oleh ninek moyang dahulu dan
dijadikan ico pakai oleh orang kemudian, seperti pantun seloko adat
49
Dari semua sistim adat desa yang dikemukakan di atas bisa dan dapat
dilaksanakan oleh penduduk desa khususnya desa muara panco dengan mengambil
standar adat yang tidak melanggar ketentuan Islam secara umum, yang dengan
istilah adat Syark membuat adat memakai dengan istilah yang baku yaitu Adat
basendi syarak syarak basedikitabullah”14. Tujuan dari kata-kata adat ini adalah
selama masyarakat adat, berbuat dan bertindak harus tunduk dibawah ketentuan
adat harus merujuk kepada ketetapan syariat islam sebagai contoh memberi denda
bagi pemuda yang sedang berduaan dengam pemudi yang bukan muhrim dengan
seekor ayam dan alat masak scukupnya kepada pemerintah desa. Hal ini secara
kelam “15 artinya dianggap salah dalam adat jika seseorang berduaan dengan lawan
jenis ditempat yang sepi (lengang) yang bukan muhrim apa lagi yaang
14
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.4
15
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi, cet-II, h.35
BAB IV
MAHAR ADAT MUARA PANCO DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM
merupakan kewajiban kedua belah pihak orang tua, tengganai nenek mamak
mereka, seperti dijelaskan menjadi hutang bagi orang tua, terutama bagi ayah dan
Sesuai dengan pepatah adat “Adat setapi lembago data, ico pakai lain-lain setiap
mempunyai anak perempuan dan anak keponakan, mereka lah yang akan
tidak terlepas dari pemberitahuan seko (mahar), namun setiap desa di propinsi
sakral (suci) yang mengikat kedua belah pihak penganten lahir dan batin dengan
menurut adat mendapat porsi terbesar, akan tetapi bagaimanapun besar pentingnya
50
51
ketentuan adat harus dilalui, perkawinan itu baru shah apabila telah dilakukan
Mahar menjadi syarat sahnya sebuah pernikahan baik menurut hukum Islam
maupun adat. Dalam adat Jambi mahar disebut dengan seko (maskawin) yang
berupa uang, emas, seperangkat alat solat. Mahar sama pentingnya bahkan wajib
diberikan kepada yang menerima yaitu istri dan hal tersebut juga termasuk dalam
syarat nikah, dan hal itu pun (mahar) bisa dirundingkan antara kedua mempelai, dan
mahar tersebut sama halnya awal seorang suami memberikan nafkah wajib kepada
seorang istri.2
pengertian maskawin adalah Seko, dan seko adalah pemberian barang (emas) cincin
atau kalung yang diberikan calon suami kepada calon isterinya saat akad nikah yang
disaksikan oleh seluruh pemangku adat, tokoh agama, serta keluarga. Sehingga
Berkaitan dengan seko, ada lagi pemberian yang disebut lembago. Pepatah
adat mengatakan “adat di isi lembago dituang”, maksudnya segala peraturan adat
harus ditaati. Lembago merupakan satu tuntutan adat yang tidak kalah pentingnya
dalam adat perkawinan, sama halnya dengan seko (mahar) dan merupakan suatu
ketetapan adat setempat. Sebagaimana istilah adat mengatakan “tuang punyo anak
1
Ikhtisar Melayu Adat Kota Jambi, Cet ke-II, h. 47
2
Khidir.Lembaga Adat Melayu Jambi Propinsi Jambi.cet.Ke-1 (Jambi: tp, 2009), ,h.1
3
Wawancara pribadi dengan Hilmi (pakar adat) 28 Januari 2017
52
batino, balaki wajib diberi seko dengan lembago”. Maksudnya setiap anak batino
Di Desa Muara Panco persoalan mahar telah ada aturannya sejak dahulu,
ditetapkanlah bahwa jumlah mahar yang harus dibayarkan yaitu ada yang duo tail,
setail, dan setengah tail, setail seharga satu ekor kerbau atau sapi.5 Dan fenomena
mahar yang berdampak buruk bagi masyarakat dan merasa terbebani dengan
persoalan mahar.
Pada Tahun 1992, kembali para tokoh adat, tokoh agama, alim ulama
persoalan mahar, dikarenakan pada waktu itu terjadi perselisihan tentang mahar
antara kalangan atas (kaya) dan kalangan bawah (miskin). Menyikapi perselisihan
tersebut, mereka bersepakat dan menetapkan bahwa jumlah mahar yang harus
perkawinan adat Desa Muara Panco Kecamatan Renah Pembarap, tidak lain untuk
4
Wawancara Pribadi dengan Mahzur (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
5
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco 18 Februari 2017
6
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
53
kesetaraan bagi setiap masyarakat yang ingin menikah, agar tidak ada lagi
masyarakat yang terbeban oleh status sosial yang berdampak pada besar kecilnya
Satu mayam sama banyaknya dengan 3,3 gram emas. Ditetapkannya kadar
batasan mahar itu tidak lain untuk kemaslahatan, mengingat status sosial masyarkat
yang beragam maka ditetapkanlah untuk kesetaraan, agar memudahkan bagi setiap
mayam atau 3,3 gram emas itu tidak membebankan bagi kalangan masyarakat
Di dalam masyarakat Desa Muara Panco, mahar sering juga disebut dengan
seko, yaitu pemberian satu mayam atau 3,3 gram emas yang disebut dalam akad
nikah dan diberikan kepada calon isteri. Di sisi lain seko juga berarti pemberian
dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang diterima oleh nenek mamak
pihak perempuan, sebagaimana dijelaskan tokoh adat bahwa seko ada dua macam,
ada seko yang berarti mahar yang disebut juga dengan seko gedang (besar), dan
seko lembago yang berarti pemberian dari pihak calon mempelai laki-laki kepada
nenek mamak pihak perempuan yang disebut dengan seko kecik (kecil).8
a. Seko Kecik
7
Wawancara Pribadi dengan Zulkifli (Tokoh Agama), Muara Panco 26 Januari 2017
8
Wawancara Pribadi dengan Mahzur (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
54
1) Gagang duo kayu, kain segabung empat ito, kain sekayu empat gabung, duo
a) Sekayu untuk urang kurung punyo badan, yaitu gentian kain basah.
b) Sekayu untuk meman duo belah pihak, memen belah bapak, memen
Maksud dari seluko adat di atas ialah, seko kecik (kecil) yang
pertama yaitu bahan dasar kain yang terdiri dari dua potong, satu potong
delapan hasta, yang diberikan kepada calon isteri dan satunya lagi untuk
perempuan dari orangtua mempelai wanita atau bibi akan diberi tugas
istilah adat “lalok tukang jago, lupo tukang ingat”. Maksudnya seorang
2) Pedang Satu bilah, itu adolah senjato mamak,. Seko kecik (kecil) yang
kedua yaitu sebilah pedang yang diberikan kepada mamak ialah saudara
laki-laki dari orangtua mempelai wanita atau yang disebut dengan paman.
tanduk untuk pamapek, gedang kalaso untuk panimpeh”. Artinya andai kata
kedua mempelai setelah berumah tangga berlaku sombong, tidak sopan, dan
55
diluar ketentuan adat yang berlaku, maka paman yang berhak menegur dan
3) Keris satu bilah, itu senjato sanak jantan, tugasnyo. Artinyo kusut nan
tukang usai, keruh nan tukang jenih. Seko kecik yang ketiga yaitu sebilah
keris yang diberikan kepada saudara laki-laki tertua dari mempelai wanita
Untuk menjaga rumah tangga saudarinya dari gangguan yang datang baik
dari dalam maupun dari luar. Sesuai dengan istilah adat “terjun nan idak
batanggo, jalan nan idak badito” Artinya cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan yang datang baik dari luar maupuan dari dalam rumah tangga
4) Tumbak satu batang, ini adalah senjato urang sumendo. Seko kecik yang
boleh berdiam diri saja maka dia dibekali dengan sebuah tombak. Sesuai
dengan seluko adat “ayam nan takiok kambing nan takembek, di dalam
kurung kampong itulah senjatonyo, kelam nan jadi suluh, licin menjadi
5) Ayam satu ekor, beras satu gantang, serto selemak semanisnyo ini adolah
tango jalan kerajo, titin jalan kejenang tanggo batu, titin teras artinyo,
pakaian kito dalam adat mulai dari nenek moyang sampai ke kito sekarang,
ini adalah untuk orang memegang adat, di dalam kurung kampong, seperti
Kepala Desa, Kepalo Dusun, Bapak Mamak, apa tempat bertitip, gedung
tempat bicaro, kusut tempat berusai, keruh tempat berjenih, inilah tempat
nenek-mamak, tokoh adat, tokoh agama, kepala dusun dan kepala desa yang
di emban pemimpin setempat baik Kepala Desa ataupun Kepala Dusun dan
tangga tersebut.9
b. Seko Gedang
Sedangkan Seko gedang (besar) berupa satu mayam emas yang sudah
ditetapkan dalam aturan adat Desa Muara Panco, untuk sang calon isteri yang
dinyatakannya pada saat akad berlangsung. 10 Senada dengan itu, bahwa Seko
Gedang diartikan sesuatu yang terucap dan teriqrar dalam akad nikah.11
masyarakat Desa Muara Panco, bahwa benar jumlah mahar atau Seko Gedang
(besar) yang dibayarkan berjumlah satu mayam atau setara dengan 3,3 gram emas
9
Wawancara Pribadi dengan Abbas (Tokoh Adat), Muara Panco, 12 Februari 2017
10
Wawancara Pribadi dengan Mahzur (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
11
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
57
Dari beberapa keterangan di atas dapat dipahami bahwa Seko Kecik (kecil)
dan Seko Gedang (besar) wajib ada dalam pelaksanaan perkawinan adat Desa
Muara Panco dan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam adat. Jika
terancam batal. Seperti aturan yang terdapat dalam pelaksanaan Seko Kecik harus
merupakan alat atau barang yang telah diatur dengan jelas oleh adat. Namun sekitar
tahun 2010 kembali pelaksanaan seko kecik dibahas dalam lembaga adat bahwa
alat atau barang yang terdapat pada seko kecik dapat diganti dengan uang berjumlah
Rp 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu), yang dibagi rata kepada pihak yang telah
disebutkan dalam aturan adat di atas. Meskipun telah dinominalkan namun pesan
kewajiban dan hak-hak perkawinan. Tidak terkecuali dalam Adat, terdapat hal-hal
yang harus dipenuhi dan menjadi syarat dalam mewujudkan sebuah perkwinan, jika
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam adat tidak terpenuhi maka dipastikan
perkawinan tersebut batal menurut adat. Begitu juga dengan hal pembayaran mahar
yang menjadi syarat sahnya perkawinan dalam aturan adat. Namun di dalam adat
12
Wawancara Pribadi dengan Abbas (Tokoh Adat), Muara Panco, 12 Februari 2017
58
terdapat beberapa cara atau bentuk dalam memenuhi tuntutan mahar yang telah
ditetapkan.
dilakukan pada saat prosesi akad nikah, begitu juga di dalam adat penyerahan mahar
atau seko gedang (besar) ini dilaksanakan saat akad berlangsung yang disaksikan
oleh pihak-pihak yang berkaitan, seperti wali atau yang mewakilkan, tokoh agama,
tokoh adat, dan pejabat dari pihak pemerintah. Sebagaimana prosesi akad nikah
dan lain sebagainya didepan pihak-pihak yang berkaitan dan masyarakat yang hadir
pada waktu itu, dan menjadi tanda bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi
pasangan suami dan isteri. Sedangkan seko kecik (kecil) penyerahannya dilakukan
perempuan.13
b. Hutang
Sebagaimana yang dijelaskan oleh tokoh adat, bahwa di dalam aturan adat
yang berlaku apabila dalam perkawinan calon suami belum mampu membayar
mahar yang telah di tentukan, maka dibolehkan untuk membayar mahar dalam hal
ini yang dimaksud ialah Seko Gedang (besar) yang berjumlah satu mayam emas,
13
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco, 18 Februari 2017
59
dalam bentuk hutang atau berjangka waktu. 14 Dalam aturan adat dijelaskan ada
1) Baunggu bagudang
dengan sesuatu yang lain yang bernilai tanpa ada kesepakatan waktu.
Seperti contoh kejadian yang telah ada dalam masyarakat, seseorang yang
maka sawah atau kebun karet tersebut menjadi milik calon isteri tanpa
maharnya.
sesuatu yang lain yang ditetapkan tempo atau waktunya. Namun apabila
14
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco, 18 Februari 2017
60
melunasi mahar tersebut dalam waktu dua tahun, apabila melebihi waktu
dan tidak mampu menggantikannya dengan sesuatu yang lain. Dan untuk
masa sekarang hal ini sangat jarang terjadi, menurut fenomena yang terjadi
di masyarakat, biasanya hal seperti ini terjadi pada seseorang yang numpang
lagi tidak ada nenek mamak atau pihak keluarga yang lain yang bisa
tersebut menjadi milik si isteri sebagai ganti dari maharnya. Apabila mereka
berdua sudah tidak lagi hidup dalam satu rumah atau bercerai, maka tidak
satupun harta yang bisa dibawa oleh si suami karena semua penghasilan
mempelai saja, namun juga dirasakan oleh keluarga dari kedua belah pihak terlebih
15
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco, 18 Februari 2017
61
bagi para nenek mamak yang begitu penting peranannya dalam mewujudkan
pernikahan bagi anak kemenakannya. Disini yang termasuk nenek mamak ialah :
a. Nenek : Ialah keluarga dekat dari suami atau isteri yang dituakan dalam
perundingan dan tidak menutup kemungkinan bisa juga dari pemangku adat
saudara ibu dan ayah dari suami dan isteri, boleh juga orang lain yang
Jadi apabila nenek mamak yang telah ditentukan dari pihak isteri atau pihak
suami sudah mengadakan kesepakatan atau dalam bahasa adat disebut dengan
“baunding” (berunding), maka calon isteri dan calon suami hanya menerima apa
saja yang diputuskan dalam perundingan itu, baik dalam masalah penentuan waktu
corak tradisi unik, yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat yang
lain. Sekalipun memiliki kesamaan agama, tapi dalam hidup bermasyarakat akan
membentuk ciri unik. Karena alasan seperti ini, maka ada sebutan Islam universal
dan Islam lokal. Islam universal adalah Islam yang diajarkan oleh Allah dan rasul-
16
Wawancara pribadi dengan Hilmi (pakar adat) 28 Januari 2017
62
menutup aurat bagi muslim, dan muslimah. Sedangkan Islam lokal adalah Islam
yang adaptif terhadap tradisi budaya masyarakat setempat, sebagai hasil pengakuan
Islam universal, seperti bagaimana menutup aurat itu, apa memakai celana, kebaya,
Panco tentang penetapan maskawin bukan merupakan rekayasa yang tanpa alasan,
namun sudah ditentukan secara seksama dalam ketentuan adat yang berlaku dari
nenek moyang, sebagaimana asal adat Jambi yang dipakai di Muara Panco yaitu
”Adat Lamo Pusako Usang “17. artinya adat yang sesuai dengan agama Hindu dan
Budha sebelum masuknya Islam, dan secara perlahan adat itu berubah dengan
masuknya agama Islam ke Jambi yang dibawa oleh salah seorang pedagang Arab
yang bernama A.Salim yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Jambi.
adat Jambi dengan teliti membuang adat budaya yang tidak baik atau yang
bertentangan dengan hukum Islam dengan penegasan dalam kata adat “Adat
bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”. Ketetapan ini disebut dengan adat
Teliti, artinya teliti adalah nama undang-undang Jambi yang mempunyai arti norma
atau aturan khusus yang berasal dari kesepakatan tokoh masyarakat yang terdiri dari
para penghulu, alim ulama, cerdik pandai dan tuo-tuo tengganai. 18 Dengan
demikian dapat dipahami bahwa penetapan adat di Desa Muara Panco mengikuti
alur pemikiran para pendahulu sehingga di semua sisi ketetapan adat yang
17
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi cet-II h.9
18
Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi cet-II h.13
63
bersendi syarak.
Di dalam Islam adat yang diberlakukan oleh masyarakat adalah adat yang
tidak bertentangan syariat, di dalam Islam disebut dengan kaidah “محك َمة ” ْال َعادة
Adat ( dapat dipertimbangkan) dalam penetapan hukum “.
Dari uraian di atas apa yang telah ditetapkan melalui adat, oleh Islam tetap
penetapan mahar di Desa Muara Panco mempunyai dasar yang kuat untuk
1. Persamaan
dengan memberi hak kepadanya, diantaranya adalah hak untuk menerima mahar
(maskawin) yang diberikan oleh calon suami kepada calon isteri, bukan kepada
walinya atau kerabatnya. Selain isteri tidak satupun yang boleh menggunakannya
meskipun suaminya sendiri, kecuali izin dari dirinya. Sebagaimana firman Allah :
)4: فَِإ ْن ِطْب نَا لَ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِْي ئًا َم ِريْئًا (النساء،ًص َدقَتِ ِه َّن ِ ِْنلَة ِ
َ ََوأَتُ ْوا الن َساء
pendapat dari Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib
64
anggota badannya.
Jika isteri telah menerima maharnya, tanpa paksaan dan tipu muslihat, lalu
Akan tetapi, bila isteri dalam memberikan maharnya karena malu, atau takut, maka
ِ
ً َاستِْب َد َال َزْو ٍج َم َكا َن َزْو ٍج َوآتَْي تُ ْم إِ ْح َد ُاه َّن قْنطَ ًارا فَ ََل ََتْ ُخ ُذوا ِمْنهُ َشْي ئًا أ َََتْ ُخ ُذونَهُ بُ ْهت
اًن َوإِْْثًا ْ ٍُ ُ َوإِ ْن أ ََرْد
)42( ُمبِينًا
Artinya : “Dani jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan mengambil kembali dengan jalan tuduhan yang
dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata” (QS. An-Nisaa’ : 20).
Mahar di dalam Islam adalah wajib, meskipun bukan bagian dari salah satu
rukun perkawinan, namun mahar menjadi syarat sahnya sebuah perkawinan. Jika
perkawinan tersebut tidak sah. Jumhur ulama mengatakan bahwa mahar wajib ada
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam telah mewajibkan mahar
dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan dalam suatu akad pernikahan
dibolehkan siapapun yang memanfaatkannya selain izin darinya, Islam juga sangat
untuk menentukan kehidupan sendiri seperti peruntukan baginya masalah harta dari
maskawin tersebut berarti melalui pemberian maskawin ini sekali gus islam
65
mengangkat derajat kaum perempuan. Dalam perspektif adat Muara Panco tentang
mahar sama halnya dengan apa yang telah dilakukan secara Islam sebab penulis
masyarakat desa Muara Panco ini persis sama apa yang dilakukan dalam Islam
seperti tidak akan terlaksana suatu akad dalam perkawinan itu tanpa adanya mahar
(maskawin) dan juga cara pemberiannya sama halnya dengan Islam yaitu tidak
Mahar dalam syariat Islam mempunyai banyak ragam dalam teknis dan cara
فقال رسول هللا صلى هللا،فعن عامر بن ربيعة أن امرأة من بين فزارة تزوجت على نعلني
فأجازه. نعم: " أرضيت عن نفسك ومالك بنعلني؟ فقالت:" عليه وسلم.
) وصححه، والِتمذي، وابن ماجه،)رواه أِحد
mahar boleh dengan mahar dan dibayar secara tunai, sehingga perkawinan tersebut
Hal ini sama dengan yang ditetapkan di dalam adat Desa Muara Panco,
karena terbukti di dalam suatu akad dalam perkawinan di Desa ini penghulu
66
menyebutkan jumlah dan benutk mahar yang dibayarkan saat akad berlangsung.
Berarti hal ini tidak bertentangan dengan apa yang telah disyariatkan oleh Islam.
2. Perbedaan
Di dalam Islam tidak ditetapkan batasan tertentu tentang jumlah mahar yang
harus dibayarkan, segala sesuatu yang bernilai dapat dijadikan sebagai mahar.
walaupun dengan mahar sebentuk cincin dari besi. Hal ini menggambarkan bahwa
Islam tidak membatasi nilai dan jumlah suatu maskawin yang harus dibayarkan.
Lain halnya di dalam aturan adat, jumlah mahar atau seko telah ditetapkan
batasannya yaitu senilai satu mayam atau 3,3 gram emas sebagaimana yang telah
namun tidak bertentangan karena di dalam Islam tidak ada penegasan tentang batas
dan jumlah maksimal dan minimal serta bentuk barang yang dijadikan mahar, dan
tidak terdapat larangan dalam pembatasan mahar, yang terpenting mahar wajib ada
di dalam suatu akad pernikahan. Penetapan jumlah mahar ini tidak lain hanya untuk
maka dibuatlah ketetapan untuk kesetaraan dalam adat. Ketetapan secara adat ini
67
telah diakui oleh syariat Islam, sebagaimana diatur dalam kaidah fiqh حمكمة
َ ال َْعادة
A. Kesimpulan
1. Mahar dalam adat Desa Muara Panco disebut dengan Seko yang berarti
maskawin. Dan seko ini terbagi menjadi dua macam, ada seko kecik (kecil)
dan ada seko gedang (besar). Seko kecik disebut dengan lemago yang
gedang yaitu barang yang menjadi mahar dalam akad nikah yang diberikan
kepada isteri.
2. Di dalam aturan adat, kadar jumlah mahar yang harus dibayarkan telah
ditetapkan sebanyak satu mayam atau 3,3 gram emas. Penetapan ini tidak
Penetapan mahar dalam adat Desa Muara Panco ini tidak bertentangan
dengan apa yang telah disyariatkan oleh Islam. Karena di dalam Islam tidak
ada batasan maksimal dan minimal tentang jumlah mahar, dan juga tidak
68
69
B. Saran-saran
pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Tertulis
1. Buku
Abdullah, Abdul Gani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994.
Abidin, Slamet dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat I, cet ke-1, Bandung: CV.
Pustaka setia, 1999.
Ahmad al-baihaqi Abu Bakar, al-Sunan al-Kubro Libanon : Darul Kutub Ilmiah
t.t
al-Asqalani, Ahmad, Bulughul Maram, cet ke-VII, Riyadh : Daar al-falq, 1424 H.
Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, juz 4, Beirut: Dar
al-Fikr, tt
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik, 2009
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Jilid ke-II(Kairo : Dar al-Fath Li I’lam al-‘
Arabi, 1999)
Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh : Menurut al-Quran dan Sunnah, Cet Ke-I
Pnerjemah : Muhammad Taqi, Jakart : Lentera, 1994.
Idris, Abdul Fatah dan Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA, 2004.
Instruksi Presiden No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 31-33
Kamal, Mustafa, Fiqh Islam, Cet III, Jogjakarta: Citra Karya Mandiri, 2002.
70
71
Kountur, Ronny, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta :
PPM, 2007
Mughniyyah, Muhammad Jawwad, Fiqh Lima Mazhab, Alih Bahasa Maskur A.B
dkk. Cet ke-15, Jakarta: Lentera, 2005.
Muhammad bin Ismail al-Bukhari Abu Abdullah, Shahih al-Bukhari, Riyadh : Bait
Mujib Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, cet ke-I (Jakarta : Kencana, 2006)
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Cet Ke27, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1994.
Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia Berlaku Bagi Umat Islam, Jakarta
: UI ,Press, 1986.
Tihami, Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
Wahbah Zuhailiy, Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, juz 6, Daar al-fikr Damsiq, tt.
2. Artikel
http://ejurnal.stainparpare.ac.id
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id
B. Sumber Lisan
Wawancara dengan Kepala Desa Jumat 13 Januari 2016
Wawancara Pribadi dengan Abbas (Tokoh Adat), Muara Panco, 12 Februari 2017
Wawancara Pribadi dengan Mahzur (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
Wawancara Pribadi dengan Sibawaihi (Tokoh Adat), Muara Panco 24 Januari 2017
2017
LAMPIRAN
Nama : Adi
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Petani
Tempat : Rumah Narasumber
Waktu : 20 Februari 2017
Jawab : Tidak sama sekali, itu adalah ukuran yang paling ringan
untuk masa sekarang