Anda di halaman 1dari 4

Kiat OJK Membenahi Unitlink dan P2P

Lending
by Vicky Rachman - January 31, 2022

Otoritas Jasa Keuangan akan segera mengeluarkan dua ketentuan di bidang Industri
Keuangan NonBank (IKNB) yaitu peraturan mengenai Produk Asuransi Yang
Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI atau unitlink) dan perubahan peraturan mengenai
layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi (fintech peer to peer
lending). “Kedua peraturan itu akan dikeluarkan mengingat pentingnya penguatan
operasional industri perasuransian dan fintech P2P lending yang harus diiringi
dengan peningkatan aspek perlindungan konsumen,” kata Kepala Eksekutif
Pengawas IKNB OJK, Riswinandi, dalam pernyataan tertulis seperti dikutip SWA
Online di Jakarta, Senin (31/1/2022).

Penyempurnaan aturan PAYDI antara lain meliputi area spesifikasi produk,


persyaratan perusahaan untuk dapat menjual PAYDI, praktik pemasaran,
transparansi produk dan pengelolaan investasi. “Upaya penguatan regulasi tersebut
bertujuan agar permasalahan pemasaran khususnya ketidakpahaman nasabah atas
PAYDI dapat diminimalisir dan perusahaan asuransi dapat meningkatkan tata kelola
dan manajemen risiko dengan lebih baik,” ujar Riswinandi.

Perubahan ketentuan fintech P2P lending antara lain mengatur


kepemilikan platform layanan pendanaan bersama, bentuk badan hukum, modal
pendirian, nilai ekuitas, batas maksimum pendanaan, pemegang saham pengendali
dan sejumlah larangan untuk perlindungan konsumen seperti tatacara penagihan.
“Perubahan ketentuan layanan pendanaan bersama ini ditujukan untuk memperkuat
industri fintech P2P lending dari sisi kelembagaan dan layanan terhadap konsumen
serta kontribusinya bagi perekonomian,” kata Riswinandi.

Dia menjelaskan dalam perumusan aturan yang baru ini sudah melibatkan pelaku
industri dan stakeholders termasuk akademisi, sehingga diharapkan begitu
ketentuannya diundangkan maka bisa segera diimplementasikan.
Pertanyaan:
1) Bagi calon investor apabila akan memberikan bantuan pinjaman dan ingin
menanamkan modalnya di dalam proyek, perlu memahami aspek hukum.
Terkait dengan artikel di atas, apakah tujuan dilakukannya aspek hukum?
Jelaskan!
Jawab:

Penilaian aspek hukum sebelum melakukan penanaman modal (investasi) pada


suatu proyek dibutuhkan karena beberapa hal. Salah satunya yaitu untuk
mengetahui bahwa proyek tersebut bertentangan atau tidak jika dilihat dari segi
hukum. Misalnya aspek perizinan, pendirian, dll. Peninjauan aspek hukum penting
dialkukan untuk menghindari pemberhentian proyek oleh pihak yang berwenang
karena dianggap sebagai proyek ilegal atau proyek diprotes masyarakat karena
proyek melanggar norma kemasyarakatan.

Dari sisi yuridis, pelaksanaan proyek ialah suatu rangkaian kegiatan pemenuhan
prestasi yang berupa pelaksanaan kewajiban oleh salah satu pihak, selanjutnya
adanya kontrasepsi yang merupakan pelaksanaan kewajiban oleh pihak lain.

Penilaian aspek hukum (yuridis) juga diperlukan oleh pihak-pihak yang terlibat
proyek sebagai berikut:

 Bagi pihak kreditur


Penilaian Aspek yuridis perlu dilakukan bagi calon kreditor yang akan memberikan
bantuan pinjaman san bagi calon investor yang ingin menanamkan modalnya di
dalam proyek, hal ini ditjukan untuk menjamin bahwa calon kreditor atau investor
tersebut aman karena proyek tidak terlibat dalam suatu kegiatan yang
menyimpang hukum.

 Bagi Pihak investor


Penilaian aspek yuridis perlu dilakukan juga oleh pihak investor untuk mengetahui
beberapa ifnormasi seperti detail proyek dan rangan proyek serta mengetahuai
bahwa proyek tersebut akan dilakukan dengan baik oleh peimilik proyek dan
proyek tersebut benar-benar ada bukan proyek fiktif maupun proyek yang
melanggar hukum.

 Bagi Pemilik Proyek


Bagi pemilik proyek tujuan melakukan yuridis adalah untuk meyakinkan kepada
calon kreditor aau investor bahwa proyeknya tidak menyimpang dari hukum dan
peraturan yang sedang berlaku.

2) Apakah seseorang yang menjalankan proyek seperti P2P Lending dapat


dikatakan sebagai Perusahaan Perseorangan? Jelaskan!
Jawab:

P2P lending merupakan salah satu bentuk pinjaman yang terjadi antara para pihak
baik pemberi dana dan kreditor yang meminjam dana melalui platform online. P2P
lending muncul beberapa tahun terakhir mengikuti pesatnya kemajuan teknologi.
Dalam P2P lending memberikan fasilitas bagi individu-individu untuk melakukan
transaksi pinjam meminja, dana dalam sebuah sistem secara online.

Para pihak dalam usaha P2P lending terdirai dari penyelenggara P2P lending,
peminjam dan pemberi dana.
a) Penyelenggara P2P lending adalah perusahaan berbadan hukum yang
menyediakan, mengelola dan meberikan layanan pinjam meminjam uang dengan
bantuan teknologi. Penyelenggara ini harus berupa [erusahaan berbadan hukum
perseroan terbatas atau koperasi (hanya terbatas pada jenis koperasi jasa). Sehingga
badan hukum selain 2 jenis tersbeut tidak diperbolehkan menyelenggarakan P2P
lending.
b) Pemberi pinajaman
Pemberi pinajamn pada p2p lending dapat berupa orang perseorangan, badan hukum
dan badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi. Pemberi pinjaman berbeda dengan
penyelenggara p2p lending, sebab pemberi pinjaman bisa berupa badan hukum bisa
juga badan usaha dan perorangan

c) Penerima pinjaman
Peminjam pada p2p lending merupakan orang atau badan hukum yang memiliki utang
karena perjanjian dalam layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi.

Sehingga dari pengertian diatas Apakah seseorang yang menjalankan proyek


seperti P2P Lending TIDAK dapat dikatakan sebagai Perusahaan
Perseorangan sebab orang yang menjalankan proyek p2p lending misalnya
sebagai pemberi dana tidak dapat dikatakan sebagai perusahaan perseorangan
tetapi dianggap sebagai lender (pemberi pinjaman) atau bisa juga dikatakan
sebagai investor dalam proyek p2p lending, sedangkan jika orang tersebut menjadi
penyelenggara p2p lending tidak bisa karena penyelenggara p2p lending harus
berbadan hukum perseroan terbatas maupun koperasi.

Meskipun perusahaan perseorangan merupakan jenis perusahaan yang diawasi


dan dikelola seseorang sehingga satu pihak dapat memperoleh semua
keuntungan perusahaan dan juga menanggung semua resiko dalam hal
melakukan proyek p2p lending tidak dapat dikatan bahwa orang tersebut adalah
perusahaan perseorangan.

Sumber:
Yuliati, Sri. Handaru. (2014). Studi Kelayakan Bisnis. Universitas Terbuka
Pihak, P., Bayar, G., Legalitas, D., Lubis, M. A., Fajri, M., & Putra, M. (2022). Peer To Peer (P2P)
Lending: Hubungan Hukum Para Pihak, Gagal Bayar, Dan Legalitas. Jurnal USM Law Review,
5(1), 188–204.

Anda mungkin juga menyukai