Anda di halaman 1dari 2

Nama :Susilawati Sitohang

Nim. :1761201117

Tugas 6
Gagal Bayar Duniatex Rusak Kepercayaan

Kegagalan anak usaha perusahaan tekstil Duniatex Group membayar bunga obligasi
dianggap mencoreng kepercayaan investor terhadap instrumen obligasi atau utang swasta
yang dikeluarkan korporasi di Indonesia."Dampaknya bisa merambat kepada kepercayaan
investor terhadap surat-surat utang atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta
lainnya," tutur Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah saat dihubungi Media
Indonesia, kemarin. Menurutnya, permasalahan itu harus cepat ditanggulangi
regulator."Apabila tidak cepat ditanggulangi regulator, khususnya oleh OJK dan BEI, bisa
merusak upaya pengembangan pasar keuangan di Indonesia dan menyulitkan perusahaan-
perusahaan swasta dalam mencari alternatif sumber pembiayaan," pungkas Piter.
Hal senada diungkapkan Ekonom Institute for Development of Economics and
Finance (Indef) Bhima Yudhistira. "Tentunya bagi sektor tekstil secara keseluruhan menjadi
kurang menarik di mata investor. Yang tadinya mau investasi jadi menahan dulu karena
khawatir apa yg terjadi dengan Duniatex adalah masalah seluruh sektor tekstil di Indonesia,"
ujarnya melalui pesan singkat. Kasus Duniatex bermula dari anak usahanya, PT Delta Dunia
Sandang Textile (DDST), yang gagal membayar bunga senilai US$ 13,4 juta pada 10 Juli
2019 atas pinjaman sindikasi senilai US$260 juta. Kemudian PT Delta Merlin Dunia Textile
(DMDT), anak usaha Duniatex Group lainnya, juga gagal membayar bunga obligasi
perdananya senilai US$12,9 juta yang jatuh tempo pada 12 September 2019.
Seharusnya, DMDT menyetor sebagian hasil penjualan obligasi senilai US$300 juta
yang diterbitkan pada 12 Maret 2019 ke rekening penampungan untuk membayar bunga
pertamanya. Namun, hingga jatuh tempo, pembayaran kupon bunga tidak dilaksanakan.
Secara kumulatif, utang enam anak usaha Duniatex mencapai Rp18,79 triliun, yang berasal
dari 20 bank yang memberikan pinjaman bilateral, tiga pinjaman sindikasi, dan utang
obligasi. Bhima mengatakan, yang pertama terdampak gagal bayar Duniatex ialah kreditur,
khususnya perbankan ataupun investor pemegang surat utang. "Buat bank akan berkontribusi
ke kenaikan NPL. Sementara untuk pekerja yang terkena dampak efisiensi juga perlu
dicermati," ujarnya.
Salah kelola:
Ketua Umum Ikatan Tekstil Indonesia (Ikatsi) Suharno Rusdi menilai kasus gagal
bayar Duniatex merupakan imbas dari manajemen yang tidak dikelola dengan baik. "Kami
tidak menuduh, tapi kasus Duniatex, menurut hemat kami, karena missmanagement semata
plus ada dugaan by design mendekati fraud," kata Suharno kepada Media Indonesia. Namun,
di sisi lain, ia meyakini kasus gagal bayar anak usaha Duniatex Group ialah kasus individual.
Bahwa kemudian ada persepsi dari masyarakat seolah-olah industri tekstil Indonesia akan
terkena imbas kasus Duniatex, itu merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Sumber : mediaindonesia.com
Rabu 25 September 2019, 05:00 WIB
Pertanyaan :
Berikan pendapat, dan saran Saudara terhadap kasus tersebut.
Menurut Pendapat saya terhadap kasus tersebut, yaitu sangat disayangkan, hal
itu dikarenakan apabila kepercayaan investor berkurang akibat perusahaan
textile Duniatex Group mengalami gagal bayar bisa menyembabkan dampak
kepada indonesia dampak utama yang dirasakan oleh kreditur/pinjaman bank,
akibat gagal bayar tersebut dan juga investor pemegang surat utang tidak
melirik pasar saham di indonesia, dikarenakan kasus gagal bayar tersebut
menyebabkan investor hilang kepercayaan dan beralih menanamkan modal nya
ke negara lain. Dan surat-surat utang obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
swasta lain bisa menjadi tidak laku, dan itu bisa menyulitkan perusahaan lain
dalam mencari dana untuk sumber pembiayaan. Dan apabila ini terus terjadi
hal ini dapat merusak pengembangan pasar keuangan di indonesia. Dan
pemerintah harus mampu mengatasi masalah tersebut. Untuk mengatasi gagal
bayar, agar tidak merugikan pihak kreditur, investor, perusahaan harus
menghimpun dana yang bisa digunakan untuk membayar ganti rugi, dan
dengan adanya bantuan dari pemerintah menyuntikkan dana agar mampu
membayar utang tersebut, dan juga fungsi regulasi/pengaturan terhdapat
perusahaan itu harus dilakukan seperti merombak management perusahaan
dan meningkatkan kinerja perusahaan tersebut agar pengelolaan nya menjadi
bagus, karna suatu perusahaan apabila struktur organisasi & management nya
dikelola dengan baik maka perusahaan tersebut seharusnya bisa mendapatkan
laba yang meningkat, dan juga tidak adanya korupsi di perushaan tersebut,
maka itu semakin baik, perushaan dapat maju, sebagai perusahaan
manufaktur/industri seharusnya lebih berhati-hati dalam mengelola
keuangannya. Dan lebih bagus dalam menetapkan strategi keuangannya.
Misalnya apabila terjadi kesalahan manajemen dalam menetapkan biaya
investasi dan biaya operasional yang besar sementara pendapatan cenderung
fluktuatif maka akan mengakibatkan potensi bayar utang cenderung besar.
Perusahaan harus mampu menghadapi tantangan. Misalnya apabila terjadinya
penurunan permintaan pasar, pertumbuhan pembayaran premi yang menurun.
Maupun perkembangan ekonomi yang tidak mendukung perkembangan usaha
seperti yang dikatakan diatas apabila tidak dibayarkan utang obligasi tsb,
pertumbuhan perekonomian akan mengalami penurunan, dikarenakan
berkurangnya investor asing yg mau menanamkan modalnya, krna melihat
situasi gagal bayar tsb. Dan investor khawatir bisa saja investor tersebut
mengambil seluruh uangnya dan beralih ke tempat yang lebih aman.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu lembaga OJK( Otoritas Jasa Keuangan)
mengambil tindakan yaitu berupa mengawasi jalannya perusahaan tsb agar
tidak terjadi gagal bayar, dan memantau laporan keuangan mereka, apakah
defisit atau surplus.
Upaya yangdilakukan BEI(Bursa efek Indonesia) memantau kondisi laporan
keuangan perusahaan tersebut, dan apabila kondisi perusahaan itu mulai
membaik/sehat, investor akan luluh dan mulai menanamkan sahamnya kembali.

Anda mungkin juga menyukai