Anda di halaman 1dari 14

MENURUNNYA KINERJA KEUANGAN PT DELTA MERLIN DUNIA

TEKSTIL

Disusun oleh:

Kelompok 4

Erdana Dwiyatna Fauzilana 1810112128

M. Wildan Rizkiawal 1810112142

Dzaky Abiyan 1810112195

Afifa Tethadwi 1810112213

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2019
Abstrak
BAB I

Pendahuluan

Delta Merlin Dunia Textile atau lebih sering disebut PT DMDT merupakan
anak perusahaan Duniatex yang juga beroprasi dalam bidang produksi tekstil.
Duniatex merupakan salah satu perusahaan industri tekstil terbesar di Indonesia,
di mana Sugeng Hartono mendirikan Duniatex pada tahun 1974 di Surakarta
dengan nama CV Duniatex Industri Tekstil. Pada awal pendirianya, Duniatex
bergerak dalam bidang bisnis pencelupan dan finishing tekstil. Total karyawan
yang dimiliki Duniatex saat itu berjumlah 130 karyawan. Kemudian pada 1988, PT
Wijayatex diakuisisi oleh Duniatex Industri Tekstil, yang mana PT Wijayatex
merupakan perusahaan tekstil tenun. Bersama dengan PT Wijayatex, Duniatex
Industri Tekstil mendirikan PT Duniatex, yang akan menjadi induk usaha dari
Duniatex.
Setelah Sugeng Hartono pensiun pada 1996, Sumitro menggantikan
posisinya sebagai orang nomor satu di Duniatex grup. Di dalam kepeminpinan
Sumitro, Duniatex semakin berkembang dengan kantor pusat usaha berada di Solo,
Jawa Tengah. Saat ini, setidaknya 18 perusahaan dibawahi oleh Duniatex yang
tersebar di berbagai lokasi dengan luas lahan mencapai 150 ha, yang mana salah
satunya adalah PT DMDT. Duniatex Group hingga saat ini telah memiliki pegawai
hingga lebih dari 40.000 karyawan. Produk yang dihasilkan pun mengalami
ekspansi ke pemintalan benang, knitting, printing, dan denim, berkembang, tidak
lagi hanya kain mentah dan kain saja. Pasar mereka pun saat ini telah mencapai
skala internasional di mana telah melayani konsumen di empat benua. Selain
beroperasi di bidang industri tekstil, Duniatex juga beroperasi dalam bidang usaha
lain, seperti Hartono Mall yang berada di Solo dan Yogya, The Alana Hotel dan Best
Western Solo, hingga Rumah Sakit Indriati.

Hal yang melatarbelakangi kami untuk melakukan penelitian terhadap


korporasi ini antara lain karena perusahaan ini merupakan anak dari induk
perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan tekstil terbesar yang berada di
dalam negeri. Selain itu, berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil analisa
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, ekspor negeri yang dihasilkan dari
industri pakaian jadi mengalami peningkatan sebesar 8,81% atau naik sekitar
US$698 juta pada 2017-2018. Berdasarkan data tersebut, Duniatex Group tentu
akan memiliki peranan penting mengingat keberadaannya sebagai salah satu
perusahaan tekstil terbesar di Indonesia dalam perkembangan kontribusi industri
tekstil terhadap perekonomian dan keuangan negara.

Saat ini, salah satu anak entitas dari Duniatex Group, yaitu Delta Merlin
Dunia Textile (PT DMDT) tengah dirundung dengan permasalahan keuangan
perusahaan. Mereka mengalami kesulitan likuiditas dalam keuangan mereka. Hal
ini bermula ketika DMDT mengambil keputusan untuk menerbitkan obligasi
dengan nilai US$300 juta dengan bunga sebesar 8,26% yang mana obligasi
tersebut memiliki masa waktu jatuh tempo hingga lima tahun. Penerbitan obligasi
tersebut dilakukan pada Maret 2019. Tanpa disangka, pasar menyambut baik
penerbitan obligasi tersebut yang mana permintaan dari obligasi tersebut
dikatakan mencapai US$1 milyar atau bernilai tiga kali lipat dari nilai obligasi yang
diterbitkan perusahaan.

Namun, tak berselang lama (sekitar empat bulan) setelah diterbitkannya


obligasi tersebut, prospek dari obligasi yang diterbitkan PT DMDT mengalami
penurunan pemeringkatan oleh S&P Finance menjadi CCC- setelah sebelumnya
memiliki peringkat BB-. Perlu diketahui, peringkat BB- terhadap obligasi
menandakan kondisi perusahaan yang masih cukup memuaskan dalam memenuhi
kewajibannya, sedangkan peringkat CCC- menyatakan dimana kondisi perusahaan
sedang tidak stabil dan sangat bergantung pada kondisi ekonomi untuk dapat
memenuhi kewajibanya. S&P Finance tentu bukan tanpa alasan dalam melakukan
penurunan peringkat prospek pada obligasi PT DMDT. Hal tersebut didasarkan
atas kegagalan anak entitas lain dari Duniatex Group, yaitu PT Delta Dunia Sandang
Tekstil, gagal dalam membayar kewajiban bunga senilai US$13,4 juta atas kredit
sindikasi senilai US$260 juta. Perlu diketahui bahwa PT Delta Dunia Sandang
Textile merupakan pemasok utama bahan baku operasi dari PT DMDT, beserta dua
anak usaha Duniatex lainnya. Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China
juga berpengaruh karena kebijakan kenaikan tarif bea sebesar 25% itu membuat
perusahaan tekstil China mengarahkan fokus penjualan produk mereka ke
Indonesia dan akhirnya menyebabkan penurunan kinerja operasi perusahaan
tekstil lokal Indonesia.

Pada September 2019, PT DMDT gagal dalam membayar kupon dari


kewajiban atau obligasi tersebut tersebut. Pada bulan yang sama PT Golden Shine
Bridge menggugat enam entitas anak perusahaan Duniatex dalam perkara PKPU,
yang mana salah satunya adalah PT DMDT. Menghadapi hal tersebut Duniatex
meminta perlindungan hukum kepada pengadilan federal New York yang
didasarkan salah satunya karena obligasi yang diterbitkan oleh PT DMDT
berlandaskan hukum New York. Hal itu merupakan upaya agar aset perusahaan
tidak dapat diambil alih kreditur atas dasar kepailitan sehingga perusahaan masih
dapat beroperasi secara normal guna melunasi kewajibannya. Permintaan

Diagram 1 Framework Permasalahan Likuiditas PT DMDT


perlindungan hukum pada akhirnya dikabulkan oleh pengadilan federal New York
pada 11 Oktober 2019.

Berdasarkan informasi di atas, kami mendapati rumusan permasalahan


pada deskripsi di atas antara lain ialah:

1. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance oleh PT


DMDT dalam menjalankan bisnis mereka serta bagaimana
pemecahan masalah tersebut?

2. Bagaimana penerapan manajemen risiko dalam penerbitan obligasi


serta bisnis terintregasi yang dimilikinya?

pengungkapan pada korporasi yang bersifat privat. Dalam beberapa sumber


informasi yang ditemui, terungkap bahwa Duniatex beserta entitas-entitas anak
perusahaannya merupakan perusahaan privat dan nonlisting. Ketidakwajiban bagi
korporasi yang bersifat privat dalam melaporkan kondisi keuangan kepada publik
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan informasi antara owner dengan
investornya dan tak jarang hal tersebut menyebabkan kerugian, baik bagi investor
maupun owner dari perusahaan tersebut. Selain itu, permasalahan perusahaan
terkait pengambilan keputusan atau kebijakan strategis, yang mana dalam hal ini
adalah penerbitan obligasi dengan tingkat bunga hingga 8,26%, juga menggelitik
kami untuk menganalisa hal tersebut. Pada umumnya, meningkatkan tingkat
pengembalian berarti meningkatkan tingkat risiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan.
BAB II

KONTEN

A. Good Corporate Governance

Dalam melakukan suatu kegiatan, tentu terdapat aturan-aturan main yang


perlu dipatuhi oleh para pelaku kegiatan tersebut, tak terkecuali di dalam
kegiatan usaha. Aturan-aturan tersebut, baik yang tertulis maupun tidak,
bertujuan agar segala aktivitas di dalam kegiatan usaha dapat berjalan dengan
lancar, menghindari adanya pihak-pihak yang dirugikan, serta langkah dalam
memaksimalkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Aturan-aturan tersebut tak lain tertuang di dalam Good Corporate Governance
(Tata Kelola Perusahaan).

Beberapa ahli dan institusi memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait


definisi dari Good Corporate Governance. Terdapat pendapat bahwa Good
Corporate Governance didefiisikan sebagai suatu hubungan di antara seluruh
pihak yang memiliki kepentingan di dalam suatu korporasi. Sedangkan dalam
tulisan lain Good Corporate Governance dideskripsikan sebagai suatu langkah
perusahaan dalam mengendalikan risiko-risiko yang ada dalam
mengoperasikan suatu korporasi dalam bentuk penciptaan suatu sistem
pengendalian internal oleh perusahaan.1 Dari definisi-definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) ialah suatu konsep yang
mengarahkan setiap aspek di dalam menggerakkan atau mengoperasikan suatu
korporasi dengan tujuan untuk menghamonisasikan kewajiban serta hak dari
para pemangku kepentingan, menjaga kinerja dari perusahaan dalam mencapai
tujuan, serta memaksimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan.

Terdapat prinsip-prinsip yang perlu dipenuhi untuk mencapai tata kelola


perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip pokok dalam tata kelola perusahaan
1 Fatimah, dkk., “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja
Keuangan sebagai Variabel Interventing”, e-Jurnal Riset Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma
yang baik antara lain: Pertama, Transparansi, yaitu keterbukaan dalam hal
pelaksanaan untuk mengambil sebuah keputusan dan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang materiil dan relevan; Kedua, Kemandirian, yaitu
kondisi perusahaan dimana perusahaan tersebut dapat beroperasi dengan baik
tanpa intervesi dari pihak luar perusahaan yang tidak sesuai dengan peraturan-
peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku; Ketiga, Akuntabilitas, ialah
keefektifan kelola perusahaan karena fungsi yang jelas, implementasi, dan
tanggung jawab dari sebuah perusahaan; Keempat, Pertanggung Jawaban, yaitu
perusahaan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan-peraturan
dan prinsip-prinsip yang berlaku; Kelima. Kewajaran, ialah pemenuhan secara
adil dan setara hak-hak yang dimiliki stakeholder yang telah tertuang dalam
perjanjian dan peraturan yang telah disepakati.2

B. GCG pada Kasus Penurunan Kinerja Keuangan DMDT

Pada kasus yang tengah dihadapi oleh PT DMDT sebagaimana yang telah
dipaparkan pada bagian pendahuluan, dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa permasalahan pada prinsip tata kelola perusahaan yang diterapkan
oleh perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
Satu hal yang paling menarik perhatian kami di dalam prinsip tata kelola
perusahaan yang diterapkan oleh PT DMDT ialah tentang transparansi
perusahaan. Sejujurnya, bukan hanya bagi perusahaan ini, melainkan juga
untuk korporasi atau institusi lain.

Transparansi merupakan salah satu dari prinsip-prinsip tata kelola


perusahaan yang mampu menyebabkan permasalahan terhadap perusahaan
akibat dari ketiadaan aspek tersebut. Sudah bukan menjadi hal baru bahwa
transparansi telah menjadi permasalahan yang tak jarang menerpa pada
perusahaan privat maupun organisasi lain yang tidak memiliki kewajiban untuk
mempublikasikan tata kelola perusahaan yang mereka jalankan maupun

2 Tri Kartika P. dan Ferry Madi I. P., “Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan Food and Beverage”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 14 No. 2, 2012, hlm.
121
kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut tercermin pada kasus yang terjadi
pada riset yang dilakukan oleh Mick Moore and Sheelagh Stewart terhadap
organisasi-organisasi nonpemerintah yang bergerak di dalam bidang
kemanusiaan di Nepal dan Zimbabwe. Sebagaimana yang diketahui bahwa
organisasi-organisasi tersebut tidak memiliki kewajiban dalam melakukan
pengungkapan tata kelola organisasi atau perusahaan, maupun kinerja
keuangan dari organisasi atau perusahaan. Pada akhirnya, hampir setengah
dari organisasi-organisasi kemanusiaan yang menjadi objek riset tersebut
menghadapi internal krisis setelah beroperasi antara 18 bulan hingga tiga
tahun.3 Penelitian ini telah mencerminkan betapa pentingnya aspek
transparansi di dalam pengelolaan organisasi atau korporasi. Hal tersebut
bertujuan agar organisasi maupun korporasi dapat berbagai macam umpan
balik dan koreksi terhadap pengelolaan organisasi maupun korporasi.

Terkait dengan kasus yang tengah dihadapi oleh PT Delta Merlin Dunia
Textile, perlu diterapkannya sebuah regulasi baru bagi organisasi-organisasi
nonpemerintah dan korporasi privat dalam meningkatkan aspek transparansi
organisasi nonpemerintah maupun perusahaan privat. Dari sumber yang kami
dapati4, salah satu permasalahan transparansi pada kasus tersebut ialah
ketiadaannya laporan konsolidasian yang dilakukan oleh Grup Duniatex,
menyebabkan salah satu kreditur kesulitan dalam mengetahui posisi keuangan
dari Grup Duniatex. Terjadi asimetri informasi atau ketimpangan informasi
antara pemilik dengan kreditur. Terlebih jika terdapat wacana perusahaan
untuk melakukan IPO (initial public offering) dalam rencana perusahaan untuk
merestrukturisasi utang-utang perusahaan.5 Perusahaan perlu mengurangi
ketimpangan informasi tersebut dengan cara memberikan sinyal-sinyal

3 Mick Moore and Sheelagh Stewart, “Corporate Governance for NGOs?”, Development, NGOS, and Civil
Society: Development in Practice Vol. 8 No. 3, 1998, hlm. 81-85
4 Anthony Kevin, “Rating Jadi Sampah, Begini Posisi Utang Grup Duniatex”,
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20190724205817-17-87399/rating-jadi-sampah-begini-posisi-
utang-grup-duniatex, diakses pada 12 November 2019, 2019)
5 Herlina Kartika, “Ada wacana IPO dalam skema PKPU Duniatex, Kreditur Tak Tertarik”
(https://keuangan.kontan.co.id/news/ada-wacana-ipo-dalam-skema-pkpu-duniatex-kreditur-tak-
tertarik?page=all, diakses pada 12 November 2019, 2019)
mengenai perusahaan, salah satunya dengan melakukan pelaporan tata kelola
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan yang sempurna.6

Oleh karena itu, kami menilai untuk menanggululangi kasus ini agar tidak
terjadi kembali, pemerintah beserta instansi-instansi terkait lainnya dalam
penerapan regulasi terkait tata kelola perusahaan, perlu menerbitkan regulasi
baru berkenaan tentang pengungkapan tata kelola perusahaan dan kinerja
keuangan perusahaan privat. Bagi perusahaan privat pun dapat melakukan
suatu inisiatif untuk melakukan pengungkapan tata kelola perusahaan dan
kinerja keuangan mereka tanpa perlu menunggu regulasi yang akan diterapkan
pemerintah ataupun instansi-instansi terkait.

C. Manajemen Risiko

Para ahli memiliki pandangan yang cukup berbeda-beda mengenai definisi


dari risiko. William D. Rowe dalam bukunya “An Anatomy of Risk”
mendefinisikan risiko sebagai potensi terwujudnya akibat-akibat buruk yang
tak diinginkan dari sebuah kejadian, sedangkan menurut Webster's Third New
International Dictionary, risiko merupakan kemungkinan menderita rugi,
cedera, tidak bermanfaat, atau kerusakan. 7 Berdasarkan definisi-definisi di atas,
maka dapat disimpulkan risiko merupakan suatu berbagai macam
kemungkinan yang dapat terjadi di masa mendatang yang dinilai dapat
menimbulkan suatu bahaya serta kerugian dari aktivitas yang tengah
dilakukan.

Sebagai seorang pelaku usaha, tentu risiko merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindarkan. Justru sebaliknya, sebuah usaha atau bisnis tidak mungkin
ada jika tidak adanya risiko karena sesungguhnya pebisnis ataupun badan
usaha dapat memilih untuk mengambil suatu tindakan berisiko sebab ia

6 Wahyu Widarjo, “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual pada Nilai
Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Vol.8 No. 2, 2011.
7 Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2009), hlm. 209-210.
mengetahui terdapat potensi keuntungan yang mungkin saja melimpah dari
aktivitas tersebut. Untuk itu, manajemen risiko perlu dilakukan oleh seorang
pebisnis atau suatu badan usaha agar dapat meminimalisir tingkat bahaya
maupun kerugian, atau bahkan dapat meraih potensi keuntungan dari suatu
kejadian atau aktivitas.

Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pendekatan


terhadap risiko dengan menitikberatkan aktivitas dalam memahami,
mengidenfitikasi, mengevaluasi, serta pengambilan keputusan atas hasil
evaluasi tersebut tentang bagaimana pengalihan risiko kepada pihak lain atau
mengurangi tingkat bahaya dan kerugian dari risiko tersebut.8

Manajemen risiko dalam penerbitan obligasi sendiri perlu ada. Karena


dalam usaha perusahaan untuk menerbitkan obligasi kita harus
memperhitungkan risiko risiko yang aka dihadapi perusahaan pada saat nanti.
Dalam obligasi hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risikonya adalah
liquidity risk, dimana yang berarti risiko perusahaan dalam membayar utang-
utangnya (gagal bayar).

8 Mastura Labombang, “Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi”, Jurnal SMARTek Vol. 9 No. 1, 2011,
hlm. 42.[ CITATION Lam11 \l 1057 ]
BAB III

KESIMPULAN

Dalam kasus ini kita bisa tahu bahwa salah satu perusahaan tekstil
kebanggaan indonesia saat ini Duniatex dengan beberapa entitas mereka saat ini
sedang mengalami masalah keuangan. Mungkin beberapa dari kita tidak
menyadarinya saat ini bahwa mereka sedang mengalami kesulitan karena mereka
bukan perusahaan terbuka yang diwajibkan mengungkapkan laporan
keuangannya. Hal yang kita tekankan adalah pentingnya transparansi bagi
perusahaan non-listing sekalipun agar perusahaan agar kreditur tidak kesulitan
untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan tersebut. Maka dari itu kami
menyatakan bahwa perlu adanya peraturan yang mengatur regulasi tentang
pengungkapan tata kelola dan laporan keuangan bagi perusahaan private. Hal lain
yang diungkapkan oleh kami adalah pentingnya manajemen risiko perusahaan
dalam hal penerbitan obligasi.

Dampak yang terjadi akibat terungkapnya kasus gagal bayar PT DMDT ini
adalah masyarakat harus lebih waspada dalam invetasi dalam hal obligasi karena
banyak saat ini perusahaan non-listing yang terlihat sehat tetapi ternyata mereka
sedang mengalami kesulitan keuangan, dan itu dapat berisiko investasi kalian akan
gagal.
DAFTAR PUSTAKA
F., Mardani, R. M. & Wahono, B., t.thn. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Interventing. e-Jurnal Riset
Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma, pp. 51-69.

Gumiwang, R., 2019. Tirto.id. [Online]


Available at: https://tirto.id/mengenal-duniatex-raksasa-tekstil-yang-tengah-dirundung-
krisis-eeTQ

Kevin, A., 2019. Rating Jadi Sampah, Begini Posisi Utang Grup Duniatex. [Online]
Available at: https://www.cnbcindonesia.com/market/20190724205817-17-
87399/rating-jadi-sampah-begini-posisi-utang-grup-duniatex
[Diakses 12 November 2019].

Lambongan, M., 2011. Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek, IX(1), pp.
39-46.

Moore, M. & Stewart, S., 1998. Corporate Governance for NGOs. Development in Practice 8(3),
pp. 80-90.

Pertiwi, T. K. & Pratama, F. M. I., 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan Foof and Beverage. Jurnal Manajemen Keuangan
14(2), pp. 118-127.

Siahaan, H., 2009. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi. 2nd penyunt. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.

Widarjo, W., 2011. Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual pada Nilai
Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, VIII(2), pp. 157-170.

Gumiwang, Ringkang 2019, Mengenal Duniatex, Raksasa Tekstil yang Tengah


Dirundung Krisis, Tirto.id, dilihat 1 November 2019, https://tirto.id/mengenal-
duniatex-raksasa-tekstil-yang-tengah-dirundung-krisis-eeTQ.

Putra, Dwitya 2019, Opsi Konversi Utang jadi Saham Muncul di Restrukturisasi Duniatex,
Infobanknews.com, dilihat 1 November 2019, http://infobanknews.com/opsi-konversi-
utang-jadi-saham-muncul-di-restrukturisasi-duniatex/.
Ramdhini, Laila 2019, Terlilit utang, Duniatex tetap pertahankan 45.000 karyawan,
alinea.id, dilihat 1 November 2019, https://www.alinea.id/amp/bisnis/terlilit-utang-
duniatex-tetap-pertahankan-45-000-karyawan-b1XkT9msd.

Septiadi, Anggar 2019, Diduga ada fraud dalam kasus gagal bayar Duniatex, Bareskrim
lakukan investigasi, Kontan.co.id, dilihat 1 November 2019,
https://amp.kontan.co.id/news/diduga-ada-fraud-dalam-kasus-gagal-bayar-duniatex-
bareskrim-lakukan-investigasi.

Septiadi, Anggar 2019, Pemegang obligasi Duniatex surati Jokowi, Kontan.co.id, dilihat 1
November 2019, https://amp.kontan.co.id/news/pemegang-obligasi-duniatex-
surati-jokowi.

Septiadi, Anggar 2019, Pengadilan New York berikan perlidungan hokum untuk Duniatex,
Kontan.co.id, dilihat 1 November 2019, https://amp.kontan.co.id/news/pengadilan-
new-york-berikan-perlindungan-hukum-untuk-duniatex.

Anda mungkin juga menyukai