Anda di halaman 1dari 16

Corporate Governance

SAP 1

Oleh:
Kelompok 1
Tresna Dewi Mnune (1506205060)
Ni Kadek Arie Oktaviantari (1506205065)
Putu Diandra Pradnyadewi Karmawan (1506205070)
Nyoman Candra Tri Wahyuni (1506205090)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya kami
dapat bekerja dengan baik dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Good
Corporate Governance”. Dalam makalah ini kami memaparkan materi secara merinci mengenai
teori yang mendasari GCG, alasan diperlukannya GCG dan manfaat GCG.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf bila ada kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kami di masa
depan.

Denpasar,13 Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
2.1 Teori yang Mendasari GCG .............................................................................................. 5
2.2 Alasan Diperlukannya GCG ........................................................................................... 10
2.3 Manfaat GCG .................................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Corporate Governance dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan
pengendalian perusahaan atau tata-kelola perusahaan. Corporate Governance merupakan tata
kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan
yang menentukan arah kinerja perusahaan.Pemicu timbulnya Corporate Governance adalah
timbulnya berbagai skandal besar yang menimpa perusahaan-perusahaan baik di Inggris
maupun Amerika Serikat pada tahun 1980-an berupa berkembangnya budaya serakah dan
pengambilalihan perusahaan secara agresif lebih menyadarkan orang akan perlunya sistem
tata-kelola ini. Bagaimanapun juga dalam suatu perusahaan selalu saja terjadi pertarungan
antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif, dan inilah sentral dari pengaturan
yang menjadi obyek corporate governance. Suatu lembaga itu tidak mempunyai jiwa,
sedangkan yang mempunyai adalah orang-orang yang bekerja di dalamnya, yang dipengaruhi
oleh interaksi dalam mengejar kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat
dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu
negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis yangberpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena
perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis
yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan
ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas
perilaku para pelaku bisnis tersebut. Disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan
pemerintahan yang buruk. Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi
disuatu negara, dan timbulnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat
adanya tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahan-perusahaan besar yang mana
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, seperti yang
terjadi di Amerika pada awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya
beberapa perusahan besar dan ternama dunia. Disamping juga menyebabkan krisis global
dibeberapa belahan negara dunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi krisis tersebut,
pemerintah Amerika mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act tahun 2002. Undang-undang
3
dimaksud berisikan penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan
dan perlindungan terhadap investor.
Peran penting penerapan Good Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah
satu tujuan penting didalam mendirikan sebuah perusahaan yang selain untuk meningkatkan
kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, juga untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan
tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang
ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan mampu memberikan
deviden kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Namun dalam mencapai tujuan tersebut,
ada beberapa hambatan yang akan dihadapi perusahaan, dimana hambatan tersebut pada
umumnya bersifat fundamental. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka
perusahaan perlu memiliki suatu sistem tata kelola perusahaan (corporate governance) yang
baik (good corporate governance) , yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada
para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka yakin terhadap perolehan
keuntungan dari investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Selain itu juga dapat
menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri. Dari sinilah,
nampak bahwa penerapan GCG sangatlah penting bagi perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah teori yang mendasari GCG?
1.2.2 Apakah alasan diperlukannya GCG?
1.2.3 Apa saja manfaat dari GCG?

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mahasiswa mengetahui teori yang mendasari GCG.
1.3.2 Agar mahasiswa memahami alasan diperlukannya GCG.
1.3.3 Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari GCG.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori yang Mendasari Good Corporate Governance (GCG)


Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate
Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, tetapi istilah tersebut juga ditempatkan
di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan.
Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global –
terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka.
Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini
muncul karena kegagalan penerapan GCG. Di antaranya, Sistem Regulatory yang payah,
Standar Akuntansi dan Audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang lemah, serta
pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham
minoritas.
Berdasarkan keyakinan-keyakinan di atas itulah maka tidak mengherankan jika
selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan GCG secara konsisten dan
komprehensif datang secara beruntun. Mereka yang menyuarakan hal itu di antaranya adalah
berbagai lembaga investasi baik domestik maupun mancanegara, termasuk institusi sekaliber
World Bank, IMF, OECD, dan APEC. Dengan melontarkan beberapa prinsip umum dalam
CG seperti fairness, transparency, accountability, stakeholder concern, dapat disimpulkan
bahwa penerapan GCG diyakini akan menolong perusahaan dan perekonomian negara yang
sedang tertimpa krisis bangkit menuju ke arah yang lebih sehat, maju, mampu bersaing,
dikelola secara dinamis serta profesional.
Istilahcorporate governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada
tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker. Di dalam bukunya “Practices, Procedures, and
Power in British Companies and Their Board of Directors”.
Dalam GCG atau Good Corporate Governance terdapat 2 teori yang mendasari GCG
ini, yaitu :
1. Teori Entitas (Entity Theory)
Teori entitas ini memandang pemegang saham (hak pemegang saham biasa dan
istimewa) sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori
entitas mengasumsikan terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik
5
ekuitas (pemegang saham) dengan entitas bisnisnya (perusahaan). Kreditor dianggap
sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen.
Aset menjadi milik pribadi pemegang saham dan pemegang saham menanggung
segala risiko yang berkaitan dengan untang. Dengan sudut pandang ini, aset bersih
menjadi perhatian utama bagi pemegang saham.
Sesuai dengan sifat tersebut, persamaan akuntansi dan teori entitas akan terbentuk
sebagai berikut :

Asset – Kewajiban = Ekuitas

2. Teori Keagenan (Agency Theory)


Agency theory menguraikan hubungan antara pihak prinsipal dan agen, dimana
prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak agen. Prinsipal
mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada agen dimana hak dan
kewajiban kedua belah pihak diuraikan dalam suatu perjanjian kerja yang saling
menguntungkan.
Model “manusia” yang mendasari teori agensi adalah bahwa aktor rasional,
merupakan individu yang memaksimalkan utilitasnya (Jensen & Meckling, 1976).
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons lebih luas
karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran
mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory di
mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan
bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut
teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement-nya.‘Biaya’ yang harus dibayar tersebut, dalam konteks corporate
governance, adalah biaya untuk:
a. pengawasan oleh pemegang saham
b. biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang
transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal
biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham
sebagai bentuk ‘bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam

6
bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
3. Teori Kepelayanan (Stewardship Theory)
Teori Stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer
tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran
hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar
psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif
sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu
perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha
mencapai sasaran organisasinya.
Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif
dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara
terbaik pada principalnya (Donaldson dan Davis, 1989, 1991).
4. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)
Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih
baik kepada pemegang saham biasa untuk pengambilan keputusan investasi. Konsep
entltas ini memandang pemegang saham biasa (residual equity) sebagai pusat
perhatian akuntansi. Pendekatan ini sebenarnya tidak berbeda dengan sudut pandang
pemihk (proprietary concept) dalam teori entitas yang telah dijelaskan di atas. Hanya
dalam pendekatan ini, yang dimaksud pemillk adalah pemegang saham biasa.
Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen yang
dibagikan untuk merekadipandang sebagai biaya.
Persamaan akuntansi merefleksi konsep ini sebagai berikut :

Asset – Ekuitas Spesifik = Ekuitas Residual

Dalam persamaan tersebut, ekuitas residual adalah hutang, kewajiban para


kreditur dan ekuitas pemegang saham istimewa. Istilah residual ini dalam residual
equity itu artinya sisa, dimana hal ini mengindikasikan bahwa pemegang saham biasa
memiliki hak atas pendapatan maupun aktiva setelah pemegang saham lainnya
dipenuhi haknya.
Teori ini dilandasi dengan pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak
yang akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa dating tetapi juga menikmati
segala kembalian seteah pihak lain terpenuhi haknya. Berdasarkan asumsi going
concern, nilai sekarang dari saham biasa terutama sangat bergantung pada
7
pengharapan akan dividen di kemudian hari. Deviden di masa depan ini akan
bergantung pula pada pengharapan akan penerimaan – penerimaan dikurangi
pembayar – pembayaran kewajiban yang berdasarkan pada kontrak – kontrak
pembayaran kepada pemegang saham tertentu untuk melakukan reinvestasi.
5. Teori Dana (Fund Theory)
Teori dana berkaltan dengan badan - badan pemerintahdan organisasi nirlaba.
Dana(fund) mempunyaiduapengertian; (1) Dana dapat diartikan sebagai kas (uang),
aset lukuid, atau sumber keuangan yang dapat digunakanuntuk mendanai suatu
kegiatan, program, atau proyekdalam rangka mencapai tujuan tertentu; (2) Dana
jugadapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapatberupa kegiatan, program,
atau projek yang didanaidengan aset likuid tersebut. Jadi. dana dapat berartisebagai
kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsepini memandang bahwa kegiatan,
program, proyek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan atau entitas yang berdiri
sendiri.
Sumber keuangan untuk pelaksanaan kegiatanyang dilaporkan sebagai dana yang
berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Untuk itu, diperlukan
seperangkatsistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansidan laporan
keuangan untuk pelaporan kesatuan danatersebut. Teori Ekuitas dana dapat
dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut :

Asset = Pembatasan Penggunaan


Aset
6. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Teori pemangku kepentingan mengartikan suatu organisasi sebagai
kesepakatan multilateral antara perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Ada
hubungan perusahaan dengan pihak internal (pegawai, manajer, pemilik), ada juga
hubungan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan (pelanggan, pemasok, pesaing,
masyarakat).
Artinya, stakeholder theory menjelaskan bahwa direktur dan manajer
perusahaan harus dapat memenuhi harapan semua stakeholder bukan hanya pemilik
perusahaan saja. Perusahaan yang menciptakan hubungan yang positif dengan seluruh
stakeholder disebut perusahaan yang dapat menciptakan keberlanjutan (sustainable)
kesejahteraan ekonomi. Semakin besar suatu perusahaan semakin besar tanggung
jawabnya bagi masyarakat, bukan hanya sekedar memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham. Implikasi teori ini untuk kegiatan Corporate Governance adalah
8
perusahaan mendirikan unit yang khusus menangani komunikasi dengan stakeholder
yang dikenal dengan nama departemen komunikasi perusahaan atau public affairs
department
7. Teori Kontrak (Contracting Theory)
Teori kontrak menjelaskan hubungan kontraktual yang terjadi di masyarakat
termasuk hubungan antara karyawan dengan manajer, perusahaan dengan pemasok,
bank dengan nasabah, pemegang polis dengan perusahaan asuransi, dan pemilik
saham dengan manajemen.
Hubungan tersebut berpotensi memicu konflik kepentingansehingga kontrak
harus dirancang secara tepat dan sesuai untuk memastikan semua pihak memperoleh
manfaat. Semua pihak yang terlibat dalam harus memiliki kontrak tertulis atau lisan
yang memberikan manfaat saling menguntungkan satu sama lain.
Ekonomi modern disatukan oleh kontrak yang tidak terhitung banyaknya dan
teori kontrak yang diciptakan oleh Hart dan Holmstrom pemenang hadiah nobel di
bidang ekonomi tahun 2016, membuat kita memahami manfaat kontrak dalam
kehidupan nyata dan juga mengerti apa potensi kerugian saat kontrak disusun.
Bagus tidaknya kinerja perekonomian sebuah negara sangat bergantung pada
kinerja di sektor mikro yang dipengaruhi oleh bagaimana komitmen para pelaku
ekonomi sebagai karyawan, majikan, pimpinan, konsumen, pemasok, dan lainnya
melakukan yang terbaik. Setiap pelaku ekonomi secara lahiriah memiliki sifat homo
economicus (kerakusan ekonomi). Setiap pelaku memiliki prinsip ekonomi, yaitu
meraih untung sebesar-besarnya dengan biaya (pengorbanan) sekecil-kecilnya. Akan
tetapi, hasrat para pelaku ini harus diatur agar tidak untung sendiri dan merugikan
yang lain. Kesepakatan yang tertuang dalam kontrak itu diasumsikan memiliki ikatan
hokum atau kewajiban moral yang dipenuhi, karena balik kesepakatan itu, ada
manfaat yang akan diraih alias ada insentif untuk mendorong orang berspakat agar
saling menguntungkan. Kondisi itu yang melatarbelakangi pentingnya teori kontrak
dan intensif yang ditawarkan Hart dan Holmstrom.
Menggunakan model dasar principal-agen, kontrak harus menghubungkan
bayaran agen dengan informasi yang terkait performa, misalnya gaji CEO
berdasarkan kinerja. Menurut Hart dan Holmstrom dalam Simon (2016) seorang
karyawan bisa memiliki komitmen tinggi dengan adanya kepastian karir dan promosi
jabatan. Jika hal ini tidak jelas, maka aka nada kinerja yang buruk. Oleh karena itu
Hart dan Holmstrom menyatakan, sistem kerja lewat kontrak, harus juga
9
mengutamakan kenyamanan, kepastian kerja dengan segala imbalannya dan
kariernya. Hart dan Holmstrom mengingatkan, dalam perancangan kontrak kerja ini,
juga harus diperhatikan bahwa uang bukan segalanya. Kontrak yang memperhatikan
aspirasi karyawan amat menentukan sukses tidaknya sebuah perusahaan. Implikasi
teori ini bagi corporate governance adanya kebijakan remunerasi bagi eksekutif
(OJK, 2014).
8. Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction)
Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu
bersifat terbatas (bounded rasionality), dan individu memiliki sifat oportunisme
(Williamson, 1979).
Rasionalitas inidividu dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon pemenang
hadiah nobel Ekonomi tahun 1978, karena pada dasarmya seorang individu tidak akan
pernah mampu memilki informasi yang lengkap tentang kejadian di masa yang akan
dating. Dengan kata lain, seseorang secara alamiah tidak akan mampu memprediksi
dengan sempurna kejadian di masa depan. Akibat keterbatasan rasionalitas,
menyebabkan individu tidak akan pernah bisa melaksanakan negosiasi dan kontrak
secara sempurna terhadap kejadian-kejadain di masa depan. Dengan demikian seluruh
kontrak yang dilakukan individu dalam kegiatannya sehari-hari selalu bersifat tidak
sempurna (incomplete contract). Agar kontrak dilaksanakan dengan baik maka
diperlukan biaya atau pengawasan.
Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi kontrak terutama sebelum
terjadi kontrak dan sesudah terjadi kontrak. Sifat oportunisme yang muncul sebelum
kontrak disebut perilaku menghindar risiko (adverse selection) dan sifat oportunsime
yang muncul setelah kontrak disebut perilaku menyimpang secara etis (moral
hazard). Keduanya ,muncul karena adanya asimetri informasi.
Implikasi teori ini untuk mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri
informasi yng dapat menimbulkan perilaku adverse selection dan moral hazard
adalah dengan mengadakan biaya transaksi.

2.2 Alasan Diperlukannya Good Corporate Governance (GCG)


Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-

10
proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan
oleh investor. Berikut merupakan alasan diperlukannya GCG :
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kesetaraan dan kewajaran.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga
meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan
pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.

2.3 Manfaat dari Good Corporate Governance (GCG)


Penerapan Good Corporate Governance tidak hanya melindungi kepentingan para
investor saja tetapi juga akan dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi
perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan perusahaan. Berbagai manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dengan penerapan Good Corporate Governance dapat disebut antara lain:
1. Dengan penerapan Good Corporate Governance perusahaan dapat meminimalkan
agency cost, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat dari pendelegasian kewenangan
kepada manajemen, termasuk biaya penggunaan sumber daya perusahaan oleh
manajemen untuk kepentingan pribadi maupun dalam rangka pengawasan terhadap
perilaku manajemen itu sendiri.
2. Perusahaan dapat meminimalkan cost of capital, yaitu biaya modal yang harus
ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman kepada kreditur. Hal ini sebagai
11
dampak dari pengelolaan perusahaan secara baik dan sehat yang pada gilirannya
menciptakan suatu referensi positif bagi para kreditur.
3. Dengan Good Corporate Governance proses pengambilan keputusan akan
berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal,
dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga
hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan. Berbagai penelitian telah
membuktikan secara empiris bahwa penerapan Good Corporate Governance akan
mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif (Sakai & Asaoka 2003;
Balck et al., 2003).
4. Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya atau
sekurangkurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang
oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan
kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya
sebagai akibat tindakan tersebut. Chtourou et al. (2001) menyatakan bahwa
penerapan prinsip-prinsip corporate governance yang konsisten akan menghalangi
kemungkinan dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management) yang
mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan
keuangannya.
5. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya
kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi.
Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan
perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan
perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
McKinsey & Company (2002) membuktikan bahwa lebih dari 70% investor
institusional bersedia membayar lebih (mencapai 26 - 30% lebih mahal) saham
perusahaan yang menerapkan corporate governance dengan baik dibandingkan
dengan perusahaan yang penerapannya meragukan.
6. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada
poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan
berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan
12
kinerja tadi juga akan dapat meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba
BUMN.
7. Karena dalam praktik Good Corporate Governance karyawan ditempatkan sebagai
salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka
motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan
produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.
8. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para
stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan
akan naik.
9. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan
rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi
berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan. Hasil penelitian Beasley et al. (1996) dan Abbott et al. (2000)
menunjukkan bahwa penerapan corporate governance dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan.
Dengan berbagai manfaat dan keuntungan yang dapat diberikan oleh penerapan Good
Corporate Governance sebagaimana disebutkan di atas, wajar kiranya semua
stakeholders terutama para pelaku usaha di Indonesia menyadari betapa pentingnya
konsep ini bagi pemulihan kondisi usaha dan sekaligus tentunya pemulihan kondisi
ekonomi secara nasional.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terdapat delapan teori yang mendasari Good Corporate Governance (GCG) yaitu Teori
Entitas (Entity Theory), Teori Keagenan (Agency Theory), Teori Kepelayanan (Stewardship
Theory), Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory), Teori Dana (Fund Theory), Teori
Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory), Teori Kontrak (Contracting Theory), dan
Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction). GCG dikatakan penting karena terdapat beberapa
alasan mengapa GCG itu diperlukan dalam perusahaan.
Alasannya, yaitu mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan, mendorong
pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, mendorong
pemegang saham, mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan,
mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan
pemangku kepentingan lainnya dan meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional
maupun internasional.
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari GCG, yaitu: perusahaan dapat
meminimalkan agency cost, perusahaan dapat meminimalkan cost of capital, proses
pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan
keputusan yang optimal, dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh
pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan, nilai perusahaan di mata investor akan
meningkat, bagi para pemegang saham akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima, motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan
akan meningkat, tingkat kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat,
dan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
14
Dwiridotjahjono, Jojok. 2016. Penerapan Good Corporate Governance : Manfaat Dan
Tantangan Serta Kesempatan Bagi Perusahaan Publik Di Indonesia.Journal.unpar.ac.id
Putri, I G.A. Made Asri Dwija, dan I G. KetutAgung Ulupui. 2017. Pengantar Corporate
Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama
https://student.unud.ac.id/nitasryalestari/news/57230 (diakses pada tanggal 11 Februari 2018)

15

Anda mungkin juga menyukai