Anda di halaman 1dari 19

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI SINGAPURA

Makalah ini disusun untuk memenuhi TUGAS mata kuliah

Good Corporate Governance

Dosen Penggampu : Yubelina Y.H Mamoribo, SE.,M.Ak

Disusun Oleh :

Nama :Tri Murti

NIM :201867039

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PAPUA

MANOKWARI

2020
LATAR BELAKANG
Puji syukur saya panjatkan pada kehadirat Allah SWT Karena atas rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul penerapan Good
Governance di Negara Singapura. Ada pun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Good Corporate Governance.

Dalam penyusunan-penyusunan makalah ini saya banyak menemukan masalah dan


kesulitan namun puji syukur saya bisa menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
saya mengharapkan sumbang saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini harapan saya sebagai penyusun semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya dan saya sebagai penyusun, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
atas dukungannya sehingga terwujudnya makalah ini.

Penyusun 20 Desember 2020

Tri Murti

ii
Daftar isi

LATAR BELAKANG...............................................................................................................ii
Daftar isi...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Latar belakang munculnya GCG......................................................................................2
2.2 Pengertian GCG................................................................................................................3
2.3 Prinsip GCG.....................................................................................................................4
2.4 Manfaat GCG..................................................................................................................7
2.5 Penerapan GCG di Singapura...........................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................12
3.2. Saran..............................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan
sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan
para investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan
tersebut. artinya,bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate
Governance dengan baik. Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam
penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara. Good Corporate Governance
dimaksudkan agar tata kelola perusahaan baik sehingga bisa meminimalisir praktek-prakter
kecurangan.

Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat
dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu
negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena
perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis
yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan
ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas
perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan
pemerintahan yang buruk.

Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah
aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah aturan
dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ? Kedua hal
tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu
perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Latar belakang munculnya GCG ?


2. Pengertian GCG ?
3. Prinsip GCG ?
4. Manfaat GCG ?
5. GCG di Singapura

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya GCG


2. Untuk mengetahui pengertian GCG
3. Untuk mengetahui prinsip GCG
4. Untuk mengetahui manfaat GCG
5. Untuk memahami dan mengetahui penerapan GCG disingapura

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang munculnya GCG

Good Corporate Governance atau dikenal dengan nama Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata-mata karena adanya kesadaran akan
pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan yang
menimpa perusahaan-perusahaan besar. Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan
(korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi
ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke
dalam pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut.
Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat
besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan
pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola
perusahaan dan pemerintahan yang buruk.

Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu negara, dan
timbulnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat adanya tata kelola
perusahaan yang buruk oleh perusahan-perusahaan besar yangmana mengakibatkan
terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, seperti yang terjadi di
Amerika pada awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya beberapa
perusahan besar dan ternama dunia; disamping juga menyebabkan krisis global dibeberapa
belahan negara dunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah amerika
mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act tahun 2002; undang-undang dimaksud berisikan penataan
kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap
investor. Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan
penciptaan GCG di berbagai negara.
Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat dikarenakan
GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan
di dalam suatu organisasi yang mencakup :

2
1. hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya
2. peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya
3. pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu
4. transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
5. tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri, kepada para
pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.

2.2 Pengertian GCG

Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh Cadbury
Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud dalam laporannya
yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes, 2006). Berikut disajikan
beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa sumber, diantaranya:

Cadbury Committee of United KingdoM

MA set of rules that define the relationship between shareholders, managers,


creditors, the goverment, employees, and other internal and external stakeholders in respect
to their right and responsibilities, or the system by which companies are directed and
controlled.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)

FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury


Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan”.

Sukrisno Agoes (2006)

3
Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan
peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.
Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG mengandung pengertian
yang berintikan 4 point, yaitu:

1. Wadah,Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan).


2. Model,Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta
nilai-nilai yang meladasi praktik bisnis yang sehat.
3. Tujuan
a. Meningkatkan kinerja organisasi
b. Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan,
c. Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam
pengelolaan organisasi
d. Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan.
4. Mekanisme, Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang, dan
tanggung jawab :
a. Dalam arti sempit, Antar pemilik atau pemegang saham, dewan komisaris dan direksi.
b. Dalam arti luas, Antar seluruh pemangku kepentingan.

2.3 Prinsip GCG

Good Corporate Governance merupakan gabungan prinsip-prinsip dasar dalam


membangun suatu tatanan etika kerja dan kerjasama agar tercapai rasa kebersamaan,
keadilan, optimasi dan harmonisasi hubungan sehingga dapat menuju kepada tingkat
perkembangan yang penuh dalam suatu organisasi atau badan usaha.

Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

Vision

Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada adanya visi &
strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari seluruh anggota dalam proses

4
pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengembangan supaya semua pihak akan merasa
memiliki dan tanggungjawab dalam kemajuan organisasi atau usahanya.

Participation

Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan suatu organisasi atau
badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-pihak terkait dan relevan melalui sistem
yang terbuka dan dengan jaminan adanya hak berasosiasi dan penyampaian pendapat.

Equality

Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan member dan menyediakan peluang
yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait bagi peningkatan kesejahteraan melalui
usaha bersama di dalam etika usaha yang baik.

Professional

Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in alearned vocation
(Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan pekerjaan)”. Dalam konteks ini professional
lebih dikaitkan dengan peningkatan kapasitas kompetensi dan juga moral sehingga pelayanan
dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.

Supervision

Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau organisasi sehingga
tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan efisien, serta untuk meminimalkan
potensi kesalahan atau penyimpangan yang mungkin timbul.

Effective & Efficient

Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil, sedangkan efficient
berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun yang direncanakan dan
dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha harus bersifat efektif dan efisien.

5
Transparent

Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun kepercayaan yang
saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola dengan masyarakat atau anggotanya
melalui ketersediaan informasi yang mudah diakses, lengkap dan up to date.

Accountability/Accountable

Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam meningkatkan


tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan dalam menjawab kepentingan
publik atau anggota.

Fairness

Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai aturan hukum harus
ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun, untuk siapapun dan oleh pihak
manapun.

Honest

Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau badan usaha harus
dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-jujuran pada akhirnya akan selalu
terbongkar dan merusak tatanan usaha dan kemitraan yang telah dan sedang dibangun. Tanpa
kejujuran mustahil dapat dibangun trust dan long term partnership.

Responsibility & Social Responsibility

Institusi dan proses pelayanan bagi kepentingan semua pihak terkait harus dijalankan dalam
kerangka waktu yang jelas dan sistematis. Sebagai warga suatu organisasi, badan usaha
dan/atau masyarakat, semua pihak terkait mempunyai tanggungjawab masing-masing dalam
menjalankan tugasnya dan juga harus memberi pertanggungjawaban kepada publik, sehingga
di dalam suatu tatanan atau komunitas dapat terjadi saling mempercayai, membantu,
membangun dan mengingatkan agar terjalin hubungan yang harmonis dan sinergis.

6
Sedangkan lebih sempit lagi, menurut OECD, prinsip dasar GCG yang dikembangkan
adalah :

a. perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan (fairness)


b. transparansi
c. akuntabilitas
d. responsibilitas

Disamping itu, dalam kaitannya dengan tata kelola BUMN, Menteri Negara BUMN juga
mengeluarkan keputusan KEP-117/M-MBU/2002 tentang prinsip GCG, diantaranya:

Kewajaran
Prinsip agar para pegelola memperlakukan pemangku kepentingan secara adil dan setara,
baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, dan pemodal) maupun
sekunder (pemerintah, masyarakat, dan pihak lain). Prinsip inilah yang memunculkan konsep
pengedepanan kepentingan atas stakeholders dan bukan hanya shareholders.

Transparansi

Kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses
keputusan dan penyampaian informasi. Lebih dalam bahwa, informasi yang disampaikan
harus lengkap, benar, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan, tidak boleh ada
hal-hal tertentu yang dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, maupun ditunda-tunda
pengungkapannya.

Akuntabilitas

Kewajiban bagi para pengelola untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliable) dan berkualitas.

Responsibilitas

7
Kewajiban para pengelola untuk memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan
dalam pengelolaan perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud
kepercayaan dan wewenang yang telah diberikan. Pertanggungjawaban ini setidaknya
mencakup dimensi :
a. Ekonomi, Diwujudkan dalam bentuk pemberian keuntungan ekonomis bagi pemangku
kepentingan
b. Hukum, Diwujudkan dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum dan peraturan-peraturan
yang berlaku
c. Moral, Diwujudkan dalam bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat dirasakansecara
menyeluruh dan adil bagi semua pemangku kepentingan,
d. Sosial, Diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di lingkungan
perusahaan
e. Spiritual, Diwujudkan dalam bentuk sejauh mana tindakan manajemen telah mampu
mewujudkan aktualisasi diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang diyakininya.

Kemandirian

Suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat
profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, bebas dari tekanan serta pengaruh dari
pihak manapun yang bertentangan dengan perundangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan
yang sehat. Kebutuhan tata kelola etis tidak hanya baik bagi bisnis perusahaan. Perubahan-
perubahan terkini pada regulasi pemerintahan merubah ekspektasi secara signifikan. Dalam
era meningkatkan pengawasan, dimana perilaku tidak etis dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang
menyediakan aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentinganshareholders, direktur,
dan eksekutif.

Direktur harus cermat dalam mengatur risiko bisnis dan etika perusahaannya. Mereka
harus memastikan bahwa budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam perusahaan. Hal ini
membutuhkan pengembangan code of conduct, dan cara yang paling fundamental dalam
menciptakan pemahaman mengenai perilaku yang tepat, memperkuat perilaku tersebut, dan
meyakinkan bahwa nilai yang mendasarinya dilekatkan pada strategi dan operasi perusahaan.
Konflik kepentingan dalam perusahaan, kekerasan seksual, dan topik–topik serupa perlu
diatasi segera dengan pengawasan yang memadai untuk menjaga agar budaya perusahaan
sejalan dengan ekspektasi saat ini. Peristiwa Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom
mengubah fokus akuntan profesional terhadap perannya sebagai orang yang dipercaya oleh
publik. Reputasi dan eksistensi profesi akuntan di masa depan telah menurun di mata publik,
sehingga perbaikan serta kesuksesannya kembali tergantung pada perubahan yang akan
dilakukan.

8
Profesi akuntan harus mengembangkan pertimbangan, nilai, dan sifat karakter yang
mencakup kepentingan publik, dimana pertimbangan tersebut inheren dengan munculnya
akuntabilitas berorientasi stakeholder dan kerangka tata kelola (governance framework).
Standar code of conduct yang baru muncul untuk menuntun profesi akuntan serta memastikan
bahwa self-interest, bias, dan kesalahpahaman tidak menutupi independensinya.
Globalisasi mulai mempengaruhi perkembangan aturan dan harmonisasi standar
akuntan profesional, dan hal ini akan terus berkelanjutan. Sama seperti mekanisme tata kelola
untuk korporasi yang menghasilkan batasan dan yurisdiksi domestik, stakeholders di seluruh
dunia akan lebih mengutamakan dalam menentukan standar kinerja bagi profesi akuntan.
Pekerjaan mereka akan melayani pasar modal dan korporasi global, dan kesuksesannya
membutuhkan respek dari karyawan dan partner yang lebih banyak dibandingkan dahulu.
Dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, akan menarik apabila akuntan
profesional dapat menggunakan kesempatan yang menunjukkan perannya yang lebih luas.

2.4 Manfaat GCG

Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003) mengatakan
bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:

a. Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan GCG.
b. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang
kini telah banyak berubah.
e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan
Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat
memberikan manfaat antara lain:

a. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
b. Mengurangi biaya modal (Cost of Capital)
c. Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang
d. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

9
2.5 Penerapan GCG di Singapura

Singapura menduduki peringkat 2 dengan skor 92.9 setelah negara Hongkong dalam
Good Governance For International Business Index In Asia Pasific For 2010 serta menduduki
peringkat 2 juga dalam Global Competitiveness Index 2013-2014. Kedua program adalah
program yang digunakan untuk mengukur seberapa baik jalannya tata suatu negara
berdasarkan prinsip-prinsip Good Governance (transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan
efisiensi, dan aspek lainnya). Berikut adalah kinerja bagaimana tata kelola di negara
Singapura yang sangat baik sehingga membuatnya menjadi 5 besar dalam kedua program
yang menjadi tolak ukur prinsip Good Governance tersebut.

ENFORCEMENT

Di Singapura selalu dilakukan revisi ulang terhadap tata kelola pemerintahan agar
menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
dapat menyebabkan nilai total asset tiap perusahaan menjadi naik dalam beberapa tahun
terakhir. Hal ini dilihat dari nilai total asset yang selalu meningkat dalam beberapa tahun
terakhir. Selain itu, net profit dari perusahaan juga bertambah serta mendapat tambahan dana
baik dari investor maupun dari nasabah. Contohnya bank OCBC di Singapura mengalami
total asset yang meningkat dari tahun 2009 ke 2010 hingga 18%.

Di Singapura berdasarkan peraturan dari Monetary Authority of Singapore (MAS)


Act part IV Powers, Duties, Functions of Authority dimana Monetary Authority of Singapore
(MAS) dapat melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan-perusahaan dan dapat
memberikan sanksi jika perusahaan tidak menjalankan peraturan dengan baik dan tidak mau
dilakukan pemeriksaaan terhadap perusahaannya. Hal tersebut dilakukan salah satunya adalah
untuk mencegah adanya korupsi di negara Singapura.
Terdapat catatan keberhasilan manipulasi pasar di Singapura yang diumumkan oleh
Monetary Authority of Singapore (MAS). Contohnya, tahun 2010 ada kasus penipuan
transaksi saham dimana dengan cara memanipulasi nilai saham yang tentu saja merugikan
pasar saham serta sekuritas yang lainnya.

Selain itu, Singapura juga mengumumkan hasil kasus penegakan secara rinci dan dapat
dipercaya. Hasil tersebut disampaikan secara rinci dan dapat dipercaya di website Monetary
Authority of Singapore (MAS) dimana Monetary Authority of Singapore (MAS) akan
memberikan secara detail tentang kasus yang terjadi, pelaku, serta tindakan pelaku dalam
melakukan fraud. Singapura juga mendirikan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB)
yang bertugas untuk mencegah terjadinya korupsi di perusahaan sektor swasta maupun
publik. Dapat dilihat bahwa Singapura memiliki sistem yang sangat terkontrol dalam
mengatur hal-hal yang ada di dalam negara agar negara dapat lebih maju dan terhindar dari
hal-hal negatif yang tidak diinginkan.

10
Political & Regulatory Environment

Pemerintah Singapura juga mendukung reformasi tata kelola perusahaan di


perusahaan-perusahaan Singapura dimana laporan tata kelola perusahaan lebih diwajibkan di
laporan tahunan perusahaan. Perusahaan wajib mengungkapkan praktik tata kelola
perusahaan dengan referensi khusus dan menjelaskan perbedaan pelaksanaan tata kelola
perusahaan. Monetary Authority of Singapore (MAS) yang merupakan organisasi yang
didirikan oleh pemerintahan Singapura guna mengatur peraturan-peraturan yang terkait
dengan keuangan. Setiap pemerintah atau komisi sekuritas di negara masing-masing akan
selalu berusaha untuk mengubah atau memperbaiki peraturan untuk di negara sendiri tak
terkecuali di peraturan tentang keuangan. Di lingkungan bisnis sekarang tata kelola
perusahaan merupakan suatu hal yang penting sehingga pemerintah dan komisi sekuritas
pasti secara aktif meninjau dan memperbaiki undang-undang yang sudah ada menjadi lebih
baik dan maju ke depannya.

Begitu juga dengan Singapura dengan Monetary Authority of Singapore (MAS) selalu
aktif meninjau dan memperbaiki undang-undang sekuritas agar lebih baik. Di Singapore
Exchange (SGX) juga perusahaan ditinjau agar perkembangan tata kelola perusahaan tetap
dilaksanakan dan tidak menyimpang dari penerapan tata kelola perusahaan yang seharusnya
dilakukan. International Organization of Securities Commissions (IOSCO) mengeluarkan
IOSCO MultiLateral Memorandum of Understanding yang merupakan perjanjian dimana
para komisi sekuritas dari berbagai negara yang telah ikut serta dalam perjanjian ini akan
saling membantu dalam pengembangan pasar sekuritas di negara mereka dan dapat dengan
mudah mendapatkan informasi dari negara anggota lain yang telah bergabung ke dalam
International Organization of Securities Commissions (IOSCO) sehingga akan memudahkan
dalam mengambil langkah pengembangan untuk pasar sekuritas.

IGAAP (Accounting & Auditing)

Berikut ini adalah analisis yang diambil dari Asian Corporate Governance Association
(ACGA) yang membahas tentang IGAAP (Accounting & Auditing) di perusahaan perbankan
di negara Singapura.IGAAP (Accounting & Auditing) di SingapuraStandar akuntansi di
Singapura dinamakan Singapore Financial Reporting Standard (SFRS) dimana Singapore
Financial Reporting Standard (SFRS) dibuat berdasarkan basis International Financial
Reporting Standards (IFRS) sehingga perusahaan-perusahaan di Singapurasudah menerapkan
standar akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang dilakukan di internasional.

11
Di Singapura aturan akuntansi yang digunakan adalah Singapore Financial Reporting
Standards (SFRS) sudah berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS), oleh
karena itu aturan akuntansi sudah mengikuti standar yang diterapkan di internasional.
Berdasarkan objek penelitian yang diteliti, perusahaan perbankan di Singapura sudah
melakukan praktik akuntansi di laporan keuangan sesuai dengan praktik akuntansi yang
dilakukan oleh perusahaan internasional.

Standar internasional tentang audit itu dibuat oleh organisasi International Auditing
and Assurance Standards Board (IAASB). Di Singapura juga memiliki standar audit yang
berlaku di Singapura yang dibuat oleh Institute Certified Public Accountants of Singapore
(ICPAS) yang sudah berbasis sesuai dengan standar audit yang dibuat oleh International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). Di Singapura juga tidak terlalu jauh
dengan aturan dari International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). Secara
garis besar prosedur audit yang dijalankan dalam melakukan audit adalah sama. Dalam aturan
standar audit dinyatakan bagaimana proses pengerjaan audit.

Praktik audit pun dilakukan baik dari auditor eksternal maupun internal secara
internasional. Dalam laporan tahunan perusahaan di Singapura sudah ditandatangani dan
disahkan oleh CEO atau direksi. Dikarenakan dengan adanya tanda tangan itu maka CEO
atau direksi yang menandatangani dan mengesahkan laporan tahunan tersebut dapat
mempertanggungjawabkan laporan tahunan perusahaan. Pemegang saham dapat
mempertanyakan kinerja perusahaan yang beroperasi di tahun tersebut kepada CEO atau
direksi yang menandatangani laporan tahunan perusahaan.

Corporate Governance Rules and Practices di Singapura

Standar laporan keuangan di negara Singapura sudah menggunakan standar


internasional yaitu Singapore Financial Reporting Standards (SFRS) yang sudah mengikuti
International Financial Reporting Standards (IFRS) sehingga memiliki standar dan praktik
laporan keuangan yang sudah baik ketika dibandingkan dengan standar internasional. Ada
kode yang dikeluarkan akan tata kelola perusahaan dimana perusahaan wajib
mengungkapkan praktik tata kelola dengan referensi khusus serta mengungkapkan dan
menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaan dalam laporan tahunan perusahaan sehingga
standar dan praktik laporan non keuangan sudah baik. Perusahaan-perusahaan di Singapura
sudah mempraktikkan cara ini sehingga laporan tahunan yang telah diaudit dilaporkan dalam
waktu 60 hari.

12
Singapura menerapkan pengungkapan atas kepemilikan saham bagi pihak-pihak yang
memiliki saham 5% dan ke atas di laporan tahunan mereka. Hukum efek di Singapura
membahas dimana jika ada transaksi dari pihak dalam yang dilakukan maka perlu diadakan
pengungkapan transaksi dalam 3 hari kerja atau setelah terjadinya transaksi. Jika tidak, maka
transaksi akan ditahan atau dibatalkan. Berdasarkan Singapore Exchange (SGX)
mengungkapkan bahwa setiap adanya transaksi material yang dilakukan oleh perusahaan,
maka perlu diumumkan kepada publik dan Singapore Exchange (SGX) sendiri karena
Singapore Exchange (SGX) sudah mengikuti standar internasional dimana transaksi material
akan sangat berpengaruh bila tidak diumumkan dalam perdagangan efek yang terjadi di
bursa.

Singapura juga memiliki kode nasional sendiri tentang tata kelola perusahaannya
sendiri. Singapore Exchange (SGX) dan Monetary Authority of Singapore (MAS) bersama-
sama mengelola kode nasional tersebut dan dengan nama The Singapore Code of Good
Corporate Governance di tahun 2005. Walaupun belum bersifat wajib, tetapi perusahaan
perlu mengungkapkan praktik tata kelola perusahaan dan penjelasan akan penyimpangan
kode dalam laporan tahunan. Definisi atas direksi independen (orang yang tidak memiliki
hubungan dengan perusahaan maupun afiliasinya seperti anak perusahaan atau induk
perusahaan karena jika memiliki hubungan maka dapat mempengaruhi penilaian dari
keputusan yang diambil) telah disampaikan dengan cukup jelas di dalam setiap kode. Dalam
kode di Singapura disebutkan bahwa perlu adanya komisaris independen yang sekurang-
kurangnya berjumlah sepertiga dari jumlah anggota dewan.

Dalam The Singapore Code of Good Corporate Governance pengungkapan


remunerasi haruslah jelas tentang kebijakan remunerasi, tingkat dan komponen remunerasi
dan prosedur untuk pengaturan remunerasi dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan
harus melaporkan kepada pemegang saham setiap tahun tentang remunerasi anggota dewan
yang produktif dengan nama untuk 5 top eksekutif, rincian untuk remunerasi karyawan yang
memiliki hubungan dengan direksi atau komisaris dan rincian skema saham karyawan yang
memungkinkan pemegang saham dapat menimbang manfaat dan potensial yang diperlukan
perusahaan.

Di Singapura, dewan perlu membuat komite audit dan menyusun kerangka acuan
tertulis yang menjelaskan wewenang dan tugas komite yang sedikitnya beranggotakan tiga
komisaris dimana mayoritas merupakan komisaris independen serta dewan perlu memastikan
bahwa anggota komite audit telah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk memenuhi
tanggung jawab dan memiliki keahlian atau pengalaman di bidang akuntansi atau keuangan.

Singapura sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki hak memesan saham
yang baru diterbitkan perusahaan terlebih dahulu. Singapura mengikuti Monetary Authority
of Singapore (MAS) Act dimana jika karyawan melakukan fraud atau tindakan kriminal

13
yangmerugikan perusahaan maka bukan hanya terkena sanksi tetapi juga dapat dicabut dari
posisinya yang sekarang sehingga negara Singapura pun dapat tertata dengan baik, baik
dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan


mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang
saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua,
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
waktu, transparan terhadap semuainformasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder.

Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara
konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi
penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan
Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh
kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate
Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan
bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum
menjalankan governansi.

3.2. Saran

Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu memahami lebih dalam
tentang Good Corporate Governance yang mana dapat membantu kita membentuk
perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.
Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat membantu para pembaca untuk dapat dijadikan
referensi yang mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik.

15
Daftar Pustaka

http://eprints.umm.ac.id/36481/2/jiptummpp-gdl-retnadewiw-49492-2-bab1.pdf

http://scholar.unand.ac.id/10442/2/BAB%20I.pdf

http://irmaawahyuni.blogspot.com/2014/11/makalah-good-corporate-governance.html

16

Anda mungkin juga menyukai