Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

CORPORATE GOVERNANCE

PERANAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Dosen Pengampu : Juwenah, SE., M. Acc., Ak

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Nurina Ishmah Ramdhani (117040031)


Firda Aprialia Sabrina (117040035)
Shella Jatti Fitria (117040043)
Riska Wulansari (117040045)

Akuntansi 3B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah yang berjudul “Peranan Good
Corporate governance” ini dapat tersusun dan terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Peranan Good Corporate Governance”
berupaya untuk menjelaskan tentang peranan tata kelola dalam perusahaan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Juwenah,SE.,M.Acc.,AK selaku Dosen Mata Kuliah Corporate
Governance Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati, yang
telah memberikan tugas dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan motivasinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang akan sangat
penyusun hargai.

Cirebon, September 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Makalah ....................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Makalah .................................................................................. 5
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 Pengertian dari Good Corporate Governance ....................................... 6
2.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ....................................... 12
2.3 Tujuan Good Corporate Governance ................................................... 14
2.4 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance ................................ 17
2.5 Unsur-Unsur Good Corporate Governance .......................................... 18
2.6 Kasus GCG oleh Operator Telekomunikasi .......................................... 19
BAB III. PENUTUP .............................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah

Krisis ekonomi telah menjadi landasan untuk melakukan refleksi kritis dan
autokritik atas kebijakan pembangunan yang selama ini dilakukan. Introspeksif
dan refleksi diri merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa.
Salah satu penyebab krisis ekonomi publik maupun korporat. Sehingga muncul
sebuah isu penting yang dapat mengatasi dalam mengarahkan sebuah kegiatan
bisnis perusahaan yang disebut sebagai good corporate governance.

Seperti halnya disebutkan oleh OECD bahwa corporate governance adalah


sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan
perusahaan. Corporate goveranance mengatur pembagian tugas, hak, dan
kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan termasuk
para pemegang saham, dewan, pengurus, para manejer, dan semua anggota the
stakeholder non pemegang saham.

Krisis ekonomi, dikawasan Asia dan Amerika latin yang diyakini muncul
karena kegagalan penerapan GCG, diantaranya sistem hukum yang buruk, standar
akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang lemah , serta
pandangan Board Of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak
pemegang saham minoritas.

Corporate governance yang tidak sehat dapat menimbulkan godaan


penyalahgunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah
etika bisnis dan moralnya, maka ia juga dapat merugikan para anggota the
stakeholders, terutama para pemegang saham, kreditur, perusahaan pemasok dan
karyawan. Oleh karena itu, dibutuhkan peranan corporate governance yang sehat
dalam perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

4
1. Apa pengertian dari Good Corporate Governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Good Corporate
Governance?
3. Apa tujuan dari Good Corporate Governance?
4. Apa manfaat dari penerapan Good Corporate Governance?
5. Bagaimana unsur-unsur dalam Good Corporate Governance?
6. Bagaimana kasus GCG yang dilakukan operator telekomunikasi?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Good Corporate Governance.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Good
Corporate Governance.
3. Untuk mengetahui tujuan dari Good Corporate Governance.
4. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan Good Corporate
Governance.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam Good Corporate Governance.
6. Untuk mengetahui kasus GCG yang dilakukan operator telekomunikasi.
1.4 Manfaat Makalah
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak
antara lain:
1. Bagi penyusun
Hasil makalah ini dapat berguna dalam memberikan tambahan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai peranan Good Corporate Governance.
2. Bagi mahasiswa

Hasil makalah ini dapat berguna dalam memberikan tambahan ilmu


pengetahuan khususnya mengenai peranan Good Corporate Governance.

3. Bagi pihak lain


Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi kajian lebih lanjut, sebagai
bahan informasi atau sebagai bahan perbandingan terhadap masalah yang
sama, baik pada perguruan tinggi yang sama maupun perguruan tinggi lain.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good Corporate Governance

Istilah tata kelola perusahaan atau dikenal dengan good corporate


governance menjadi isu penting dalam tahun 1990-an ,bahkan pada masa krisis
ekonomi menjadi pembicara hangat tentang betapa pentingnya penerapan good
corporate governance untuk keluar dari krisis ekonomi.

Konsep corporate governance telah dikenal sejak lama dinegara-negara maju


(Eropa dan Amerika) dengan adanya konsep pemisahan antara kepemilikan
pemilik dengan para manajemen dalam perusahaan.

Istilah Good Corporate Governance atau disingkat GCG makin popular,


bahkan istilah ini juga ditempatkan pada posisi terhormat, hal itu terwujud dalam
dua keyakinan, pertama GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan
unyuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang sekaligus
memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang mampu
berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi, dikawasan Asia
dan Amerika latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG,
diantaranya sistem hukum yang buruk, standar akuntansi dan audit yang tidak
konsisten, praktik perbankan yang lemah , serta pandangan Board Of Directors
(BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.

Istilah corporate goverance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury


committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagi titik baik (turning
point) yang menentukan praktik corporate goverance diseluruh dunia.

Perkembangan konsep corporate goverance sesungguhnya telah dimulai


jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosa kata paling hangat
dikalangan eksekutif bisnis. Bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi
di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat satu setengah abad lalu (1840-an),isu
corporate governance telah muncul ke-permukaan,meskipun baru berupa saran

6
dan anekdot. Saat berbagai definisi yang disampaikan, misalnya Cadbury
committte mendefinisikan corporate governance sebagai:

Seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang


saham, manejer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pemangku kepentingan
internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak dan tanggung jawab
mereka.

Menurut OECD corporate governance adalah sistem yang dipergunakan


untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Corporate
goveranance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang
berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham,
dewan, pengurus, para manejer, dan semua anggota the stakeholder non
pemegang saham.

Center for European Policy Studies (CEPS), mempunyai formula lain


tentang GCG. GCG merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak,
proses, serta pengendalian, baik yang ada didalam maupun diluar manajemen
perusahaan. Hak disini adalah hak seluruh stakeholder, bukan terbatas kepada
stakeholder saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki stakeholder secara
individu untuk mempengaruhi manajemen, proses. Maksudnya adalah mekanisme
dari hak-hak tersebut, sedangkan pengendalian memrupakan mekanisme yang
memungkinkan stakeholder menerima informasi yang diperlukan seputar aneka
kegiatan perusahaan.

Menurut dua pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon, dalam
bukunya berjudul “ Corporate Governace and Accountability”, corporate
governance adalah sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan
dengan pemegang saham, dan juga mengatur hubungan dan pertanggung jawaban
atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh kepada seluruh anggota stakeholder
bukan pemegang saham. Definisi ini menekankan bahwa hubungan dan
akuntabilitas perusahaan kepada para pemegang saham dan stakeholder yang lain
harus ditata secara sehat dan mengindahkan berbagai macam undang-undang dan
ketentuan hokum lainnya yang berlaku dinegara masing-masing.

7
Corporate governance yang tidak sehat dapat menimbulkan godaan
penyalahgunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah
etika bisnis dan moralnya, maka ia juga dapat merugikan para anggota the
stakeholders, terutama para pemegang saham, kreditur, perusahaan pemasok dan
karyawan.

Ernst & Young mendefinsikan Corporate Governance terdiri atas


sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri atas pemegang saham
institusional, dewan direksi dan komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan
kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur
keuangan, investor terkait dan persaingan produk. Manajemen perusahaan
terhadap resiko bisnis merupakan hal yang sangat penting.

World Bank mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai


kumpulan hokum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Berbagai definisi diatas corporate governance yang disampaikan diatas,


pada prinsipnya memiliki kesamaan makna yang menekankan pada bagaimana
mengatur hubungan antara semua pihak (Stakeholder) yang berkepentingan
dengan perusahaan yang di wujudkan dalam satu sistem penendalian perusahaan,
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang saham dan para stakeholder
lainnya.
2. Suatu sistem check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang
pengelolaan yang salah dan penyalagunaan asset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
dan pengukuran kinerjanya.

8
Kemudian dari pengertian GCG tersebut tampak beberapa aspek penting
dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan bisnis, yaitu:

1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan diantara


Rapat Umum Pemegang saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi.
Kesimbangan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur
kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ tersebut.
2. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam
masyarakat kepada seluruh stakeholder.
3. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang tepat
dan benar pada waktu yangd diperlukan mengenai perusahaan. Kemudian hak
berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan
strategis dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati
keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhan.
4. Adanya perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pemegang
saham minoritas melalui keterbukaan informasi yang material dan relevan
serta melarang penyampaian informasi untuk pihak sendiri yang bias
menguntungkan orang dalam (insider information for insider trading).

Pada awalnya pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan atau


menyuruh orang lain menjalankan perusahaan. Menjalankan perusahaan artinya
mengelola sendiri perusahaannya, baik dengan dilakukan sendiri atau dilakukan
dengan bantuan pekerja atau pegawai. Dalam hal ini, pengusaha berfungsi sebagai
pengusaha dan sebagai pemimpin perusahaan. Ada juga pengusaha yang tidak
menjalankan perusahaanya sendiri, melainkan menyuruh orang lain menjalankan
perusahaannya. Dalam hal ini, si pengusaha tidak turut serta menjalankan
perusahaan.

Orang lain yang diberi kuasa menjalankan perusahaan atas nama pemberi
kuasa, ia disebut pimpinan perusahaan, atau manajer, atau direktur perusahaan.
Dengan demikian dilihat dari segi fungsi seorang pengusaha berkedudukan:

1. Sebagai pengusaha bekerja sendiri,


2. Pengusaha bekerja dengan bantuan pekerja, dan

9
3. Pengusaha yang memberikan kuasa kepada orang lain menjalankan
perusahannya.

Dalam kaitan ini, isu yang dianggap dominan adalah perlunya suatu
mekanisme untuk menjamin bahwa manajemen (agent), yang merupakan orang
yang melaksanakan kegiatan perusahaan yang mendapat gaji dari pemilik modal
(principal), akan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan pemilik.
Kepentingan pemilik perusahaan mendapatkan keuntungan, dengan demikian ada
dua kepentingan yaitu di satu sisi agen bekerja untuk mendapat gajidan di sisi lain
pemilik mengharapkan si agen mengelola perusahaan dengan baik dan akan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Pesan
penting dari penjelasan ini adalah terdapat potensi konflik kepentingan (conflict of
interest) antara pihak agen dan principal dalam suatu perusahaan.

Perkembangan corporate governance tidak sampai batas mengenai


kepentingan yang terkait dengan perusahaan, tetapi ada perkembangan yang
signifikan dalam konsep corporate governance yaitu dikenal dengan generasi
pertama. Pada tahap ini ditandai dengan kemunculan seorang pemikir terkenal
dalam ilmu manajemen yaitu Jansen Meckling (1976) hampir setengah abad
kemudian. Kedua ekonom ini terkenal dengan teori keagenan (agency theory)
yang menandai tonggak perkembangan riset yang luar biasa di bidang
governance.

Jika dicermati melalui teori keagenan, berbagai bidang ilmu lainnya, seperti
sosiologi, manajemen strategik, manajemen keuangan, akuntansi, etika bisnis, dan
organisasi mulai menggunakan pendekatan teori keagenan untuk memahami
fenomena corporate governance. Akibatnya perkembangan corporate governance
menjadi multi dimensi. Turnbull menyebutnya sebagai sebuah ilmu multi disiplin
ilmu. Dibandingkan periode sebelumnya, manfaat teori dimaksud masih
didominasi oleh para ahli hokum dan ekonomi. Pada era generasi pertama ini pula
muncul berbagai teori keagenan hasil dari sintesis melalui proses dialektika dari
berbagai bidang ilmu diatas.

10
Lebih lanjut LLSV menyatakan bahwa diberbagai Negara lain diluar AS dan
Inggris kepemilikan perusahaan sangat terkonsentrasi. Akibatnya konflik
kepentingan akan terjadi antara pemilik mayoritas yang kuat dengan pemililk
minoritas yang berada pada posisi yang lemah. Titik sentral perdebatan adalah
konflik kepentingan antara pamilik mayoritas dan minoritas, namun ada juga
berbagai perbuatan yang mengandung konflik kepentingan, yaitu:

1. Penilaian yang bias (Exercising biased judgment)


2. Melakukan kompetisi secara langsung.
3. Menyalahgunakan jabatan.
4. Mengambil manfaat dengan membocorkan rahasia usaha.

Lebih lanjut LLSV berpendapat bahwa sistem hukum yang yang tidak
kondusif dan belum berpihak pada kepentingan umum, mengakibatkan konflik ini
menjadi semakin tajam sehingga berpotensi merusak sistem perekonomian Negara
keseluruhan.

Puncak perkembangan corporate governance yaitu pada awal dekade tahun


2000-an dunia dibuat terperangah oleh tumbangnya perusahaan-perusahaan yang
tidak pernah terbayangkan sebelumnya tadi telah merugikan pemegang saham,
kreditur, perusahaan pemasok dan karyawan perusahaan diberbagai Negara.

Berdasarkan hasil penyelidikan para pembuat aturan hokum (regulator)


pemerintah dan analisis para ilmuawan manajeman dapat disimpulkan, bahwa
penyebab utama tumbangnya eprusahaan-perusahaan besar itu disebabkan
lemahnya penerapan prinsip-prinsip GCG mereka. Disamping itu makin
terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen perusahaan.
Kelemahaan prinsip GCG itu antara lain ditandai oleh 4 (empat) macam hal, yaitu:

1. Lemahnya peranan the board of directors dalam mengendalikan pengelolaan


perusahaan board of directors kurang aktif dalam menganalisis strategis
bisnis perusahaan.
2. Semakin bebasnya manejemen perusahaan mengelola harta dan hutang
perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan penting yang bersangkutan
denagan kelangsungan hidup perusahaan.

11
3. Tidak transparan,akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan
perkembngan bisnis dan keuangan oleh board of directors kepada pemegang
saham dan kreditur.
4. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan
tidak bekerja dibawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas
dari pengaruh manejemen senior perusahaan.

Bagi perusahaan-perusahaan raksasa dunia tersebut,kelemahan penerapan


prinsip-prinsip GCG berakibat fatal,manejemen perusahaan mengelola harta dan
utang serta mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi kelangsungan
perusahaan demi kepentingan atau selera pribadi atau golongan mereka sendiri.
Kemudian muncul skandal-skandal korupsi dan kolusi mega besar diberbagai
belahan dunia. Dampak dari peristiwa besar ini,membuka mata semua pihak,agar
prinsip-prinsip GCG dapat diterapkan dengan benar,bahkan penerapan GCG
sudah merupakan suatu keharusan,sehingga apabila ada Negara yang enggan
menerapkan prinsip GCG akan menghadapi kesulitan dalam kegiatan
perdagangan internasional dan penanaman modal.

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip dasar GCG yang disusun oleh OECD terdiri dari 5 aspek yaitu
transparancy, accountability, responsibility, independensy, dan fairness atau
disingkat dengan “TARIF”.

1. Transparency, dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam


proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip ini sangat penting bagi pemegang
saham dan merupakan hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang
akurat dan tepat pada waktunya mengenai semua hal yang penting bagi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan para pemegang kepentingan (stakeholder). Prisip ini
diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis
standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan
pengungkap yang berkualitas, kemudian mengembangkan information technology
(IT) dan managemen information sistem (MIS) untuk menjamin adanya
pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang

12
efektif oleh dewan komisaris dan direksi. Selanjutnya juga mengembangkan
enterpriserisk management yang memastikan bahwa semua resiko signifikan telah
diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas,
mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.
2. Accountability adalah penjelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif dengan kata lain prinsip ini menegaskan bagaimana
bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang
saham. Pengalaman selama ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia
terutama yang berbentuk tertutup ketidak jelasan fungsi dalam pengelolaan
perusahaan, misalnya siapa yang diawasi dan siapa yang mengawasi. Prinsip ini
diwujudkan dalam bentuk penyiapan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan
dengan cara yang cepat dan tepat, mengembangkan Komite Audit dan Manajemen
Resiko dalam rangka mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris,
mengembangkan peran dan fungsi internal audit, penegakan hukum dan
penggunaan eksternal auditor.
3. Responsibility, pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian
(kepatuhan) didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang
sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal ini perusahaan
memiliki tanggung jawab sosisal terhadap masyarakat atau stakeholder dan
menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menjumjung etika bisnis,serta tetap
menjaga lingkungan bisnis yang sehat. Untuk itu,setiap perusahaan harus
menyadari bahwa beroprasinya perusahaan tidak dapat dengan sendiri tanpa
adanya dukungan dan kerja sama aktif dengan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
4. Independency, atau pemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara propesional tanpa benturan kepentingan manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan perusahaan
harus secara propesional tidak ada benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun, sehingga dalam mengambil keputusan tidak akan
ada tekanan atau pengaruh dari pihak manapun dan dapat menghasilkan keputusan

13
yang obyektif. Selama ini dalam praktik di Indonesia, prinsip ini kurang didukung
oleh regulasi yang ada, sehingga pengaruh pemegang saham terhadap pengelola
atau agen perusahaan sangat besar, terkadang direksi tidak memiliki kekuatan
untuk melawan pengaruh internal dan eksternal dalam membuat keputusan.
Meningkatkan independency dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan
seharusnya mengembagkan aturan atau pendoman yang jelas dan tegas tentang
bagaimana eksistensi orga-organ perusahaan terutama dewan komisaris, direksi,
dan pemegang saham menjalankan roda perusahaan.
5. Fairness (kesetaraan dan keterbukaan) yaitu perlakuan adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
perusaturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa
semua pihak yaitu baik pemegang saham minoritas maupun asing harus
diperlakukan sama atau setara. Prinsip ini dapat diwujudkan dengan membuat
peraturan perusahaan yang melindungi kepentingan minoritas, pedoman perilaku
perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang melindungi perusahaan dari perbuatan
buruk orang dalam, self-dailing, dan konflik kepentingan, kemudian menetapkan
bagaimana peran dan tanggungjawab organ perusahaan mulai dari dewan
komisaris, direksi, dan komite dan sebagaimananya. Dengan adanya aturan main
yang jelas, maka pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan baik.

2.3 Tujuan Good Corporate Governance

Berdasarkan berbagai definisi atau pengertian GCG yang disampaikan, dapat


diketahui ada lima macam tujiuan utama Good Corporate Governance yaitu :

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.


2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholdersnon-pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau board of
directors dan manajemen perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen senior
perusahaan.

14
Kelima tujuan utama GCG diatas menunjukkan isyarat bagaimana penting
hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan badan usaha
atau perusahaan sehingga diperlukan tat kelola perusahaan yang baik.

Di Indonesia, tujuan dan manfaat GCG dapat diketahui dari keputusan menteri
Negara penanaman modal dan modal dana pembinaan BUMN melalui SK
no.Keputusan 23/M-PM. PBUMN/2000, pasal 6 dinyatakan, penerapan GCG
dalam rangka menjaga kepentingan PERSERO bertujuan untuk:

1. Pengembangan dan peningkatan nilai perusahaan.


2. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif.
3. Peningkata disiplin dan tanggung jawab dari organ PERSERO dalam
rangka menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemegang saham,
kreditur, karyawan, dan lingkungan dimana PERSERO berada, secara
timbal balik sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab masing-
masing.
4. Meningkatkan kontribusi PERSERO bagi perekonomian nasional
5. Meningkatkan iklim investasi
6. Mendukung program privatisasi.

Lebih jauh surat keputusan mentri BUMN no.177/M/MBU/2002 menjelaskan


bahwa penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk :

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,


akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan, dan effisien
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.
3. Mendorong agar organ dalam pembuatan keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan disekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Mensukseskan program privatisasi.

15
Untuk menciptakan tujuan tersebut diperlukan Good Corporate Governance
atau tata kelola perusahaan yang baik. GCG dapat dimaknakan sebagai rangkaian
mekanisme dengan apa suatu perusahaan publik diarahkan dan dikendalikan
sesuai dengan harapan para petaruhnya (stakeholder).
Tujuan utama dari pengelolaan perusahaan yang baik adalah memberikan
perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada pemegang saham
dan pihak yang berkepentingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham
secara maksimal. Kelola perusahaan yang baik bukanlah sekedar suatu upaya
untuk menjaga agar perusahaan bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku
secara universal, tetapi terutama bahwa pengelolaan yang baik itu dapat diketahui
oleh publik dan para pihak yang berkepentingan, sehingga memperoleh keyakinan
bahwa taruhannya diperusahaan public adalah suatu keputusan yang benar.
Kelima tujuan utama dari GCG tersebut dapat dicapai harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar dari GCG seiring dengan tumbuhnya perekonomian global,
tumbuh kesadaran untuk lebih diperhatikan dan diterapkan, namun hingga saat ini
belum ada kesepakatan bersama secara universal apa saja prinsip-prinsip GCG,
masing Negara, lembaga bisnis dan kajian merumuskan masing-masing namun
pada dasarnya memiliki kesamaan.
Secara internasional, EOCD telah mengembangkan seperangkat prinsip GCG
dan dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di
masing-masing Negara. Prinsip-prinsip GCG yang disusun OECD diharapkan
dapat diterapkan secara internasional bagi penguasa Negara, investor, perusahaan
dan stakeholder perusahaan, baik di Negara anggota OECD maupun bagi Negara
non-anggota.
Prinsip-prinsip GCG yang diterbitkan OECD mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Landasan hokum yang diperlukan untuk menjamin penerapan GCG secara
efektif
2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan
3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham
4. Peranan the stakeholder dalam corporate governance
5. Prinsip perungkapan informasi perusahaan secara transparan

16
6. Tanggung jawab dewan pengurus.
2.4 Manfaat penerapan Good Corporate Governance

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013:39), manfaat Good Corporate


Governance adalah sebagai berikut:

1. Meminimalkan Agency Cost

Selama ini, pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul akibat
dari pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini dapat berupa
kerugian karena manajemen memakai sumber daya perusahaan untuk kepentingan
pribadi atau berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah hal tersebut terjadi.

2. Meminimalkan Cost Of Capital

Sebuah perusahaan yang sehat dan baik akan selalu menciptakan referensi
positif bagi kresitur. Kondisi ini memiliki peran dalam meminimalkan biaya
modal yang harus ditanggung apabila perusahaan akan mengajukan pinjaman dan
juga dapat memperkuat kinerja keuangan yang akan membuat produk perusahaan
akan menjadi lebih kompetitif.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan

Bila perusahaan dikelola dengan baik agar selalu sehat maka dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.

4. Meningkatkan nilai perusahaan

Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kiner dan keberadaan
perusahaan di mata masyarakat dan investor adalah citra perusahaan. Selain
memiliki manfaat untuk meningkatkan citra perusahaan, good corporate
governance juga memiliki manfaat sebagai nilai tambah perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha yang
kompetitif.

Corporate governance yang baik memberikan manfaat sebagai berikut:

17
1. Perbaikan dalam komunikasi
2. Minimisasi potensi beraturan
3. Focus pada strategi-strategi utama
4. Peningkatan dalam prosuktvitas dan effisiensi
5. Promosi citra perusahaan
6. Kesinambungan manfaat
7. Peningkatan kepuasan pelanggan
8. Perolehan kepercayaan investor
Pada prinsipnya, penerapan prinsip GCG merupakan langkah awal yang
penting dalam membangun kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi
internasional yang lebih stabil dan bersiat jangka panjang. Pengalaman selama ini
berbagai kajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga menunjukan bahwa
penerapan prinsip GCG merupakan suatu keharusan disetiap Negara di dunia ini,
bahkan penerapan GCG merupakan dasar pertimbangan bagi pendonor, apakah
akan memberikan bantuan atau dasar pertimbangan untuk mengadakan kerjasama
bisnis.

2.5 Unsur Good Corporate Governance

Unsur-unsur Good Corporate Governance menurut Agus Widjaja Tunggal


(2013;184) terdiri dari:

1. Pemegang saham

Pemegang saham adalah individu atau institusi yang memiliki vital stake
dalam perusahaan. Dengan tata kelola perusahaan yang baik harus dapat
melindungi hak pemegang saham dengan cara mengamankan kepemilikan,
menyerahkan atau memindahkan saham, melaporkan informasi yang relevan dan
mendapatkan keuntungan dari perusahaan.

2. Komisaris dan Direksi

Komisaris dan direksi bertanggungjawab atas penetapan sasaran atau tujuan


dan korporat, mengembangkan kebijakan serta memilih tim mengembangkan
kebijakan serta memilih tim manajemen punck untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan.

18
3. Komite audit

Tugas dari komite audit adalah memberikan pendapat atau rekomendas


profesionaal kepada dewan komisaris tentang situasi tata kelola perusahaan yang
dijalankan oleh manajemen perusahaan.

4. Sekertaris perusahaan

Pihak penghubung yang menjembatani antara kepentingan perusahaan dengen


pihak eksternal dalam rangka menjaga persepsi atas citra perusahaan dan
pemenuhan tanggung jawab perusahaan.

5. Manajer

Manajemen harus memiliki pengetahuan yang luas tentang hal teknis yang
terkait dengan perusahaan.

6. Auditor eksternal (Independent)

Tanggung jawab auditor eksternal adalah memberikaan opini atas laaporaan


keuangan perusahaan.

7. Audit Internal

Tugas dari auditor internal adalah memberikan rekomendasi atau konsultasi


kepada pihak-pihak berwenang di dalam perusaahaan tentang situasi yang terjadi
di dalam perusahaan.

2.6 Kasus GCG Oleh Operator Telekomunikasi

Anda pasti kerap menemukan bentuk SMS promosi atau juga pean mengenai
penawaran produk NSP hingga fitur lainnya dari penyedia operator
telekomunikasi. Hal yang paling sering terjadi adalah bahwa tiba tiba pulsa anda
berkurang padahal anda tidak mendaftar untuk layanan tersebut. Bahkan hal ini
berlangsung secara terus menerus dan membuat anda rugi tentunya. Contoh diatas
merupakan bentuk pelanggaran GCG yang kerap dan bahkan hingga kini masih
dilakukan oleh hampir semua penyedian layanan telekomunikasi di Indonesia.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bahwa corporate governance pada prinsipnya memiliki kesamaan makna


yang menekankan pada bagaimana mengatur hubungan antara semua pihak
(Stakeholder) yang berkepentingan dengan perusahaan yang di wujudkan dalam
satu sistem penendalian perusahaan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
Dewan Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang saham dan para
stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang
pengelolaan yang salah dan penyalagunaan asset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.
Prinsip-prinsip dasar GCG yang disusun oleh OECD terdiri dari 5 aspek yaitu
transparancy, accountability, responsibility, independensy, dan fairness atau
disingkat dengan “TARIF”.
Tujuan utama dari pengelolaan perusahaan yang baik adalah memberikan
perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada pemegang saham
dan pihak yang berkepentingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham
secara maksimal. Kelola perusahaan yang baik bukanlah sekedar suatu upaya
untuk menjaga agar perusahaan bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku
secara universal, tetapi terutama bahwa pengelolaan yang baik itu dapat diketahui
oleh publik dan para pihak yang berkepentingan, sehingga memperoleh keyakinan
bahwa taruhannya diperusahaan public adalah suatu keputusan yang benar.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013:39), manfaat Good Corporate
Governance adalah meminimalkan Agency Cost, meminimalkan Cost Of Capital,
meningkatkan nilai saham perusahaan, dan meningkatkan nilai perusahaan.
Unsur-unsur Good Corporate Governance menurut Agus Widjaja Tunggal
(2013;184) terdiri dari pemegang saham, komisaris dan direksi, komite audit,
sekertaris perusahaan, manajer, auditor eksternal, dan auditor internal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo,Muhammad Shidqon, Dr.,S.H.,M.H. 2018. Dasar-Dasar Good Corporate


Governance. Yogyakarta: UII Press.

Purwanti,Puput.2018.”Contoh Kasus Pelanggaran Good Corporate


Governance”(online).https://www.google.com/amp/s/hukamnas.com/contoh-
kasus-pelanggaran-good-corporate-governance/amp.(diakses pada tanggal 12
September 2019)

Pahlevi.2019.”Pengertian Good Corporate Governance, Tujuan, Manfaat dan


Prinsip”(online).https://www.pahlevi.net/pengertian-good-corporate-
governance/.(diakses pada tanggal 12 September 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai