CORPORATE GOVERNANCE
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Akuntansi 3B
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah yang berjudul “Peranan Good
Corporate governance” ini dapat tersusun dan terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Peranan Good Corporate Governance”
berupaya untuk menjelaskan tentang peranan tata kelola dalam perusahaan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Juwenah,SE.,M.Acc.,AK selaku Dosen Mata Kuliah Corporate
Governance Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati, yang
telah memberikan tugas dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan motivasinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang akan sangat
penyusun hargai.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah
Krisis ekonomi telah menjadi landasan untuk melakukan refleksi kritis dan
autokritik atas kebijakan pembangunan yang selama ini dilakukan. Introspeksif
dan refleksi diri merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa.
Salah satu penyebab krisis ekonomi publik maupun korporat. Sehingga muncul
sebuah isu penting yang dapat mengatasi dalam mengarahkan sebuah kegiatan
bisnis perusahaan yang disebut sebagai good corporate governance.
Krisis ekonomi, dikawasan Asia dan Amerika latin yang diyakini muncul
karena kegagalan penerapan GCG, diantaranya sistem hukum yang buruk, standar
akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang lemah , serta
pandangan Board Of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak
pemegang saham minoritas.
4
1. Apa pengertian dari Good Corporate Governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Good Corporate
Governance?
3. Apa tujuan dari Good Corporate Governance?
4. Apa manfaat dari penerapan Good Corporate Governance?
5. Bagaimana unsur-unsur dalam Good Corporate Governance?
6. Bagaimana kasus GCG yang dilakukan operator telekomunikasi?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Good Corporate Governance.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Good
Corporate Governance.
3. Untuk mengetahui tujuan dari Good Corporate Governance.
4. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan Good Corporate
Governance.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam Good Corporate Governance.
6. Untuk mengetahui kasus GCG yang dilakukan operator telekomunikasi.
1.4 Manfaat Makalah
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak
antara lain:
1. Bagi penyusun
Hasil makalah ini dapat berguna dalam memberikan tambahan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai peranan Good Corporate Governance.
2. Bagi mahasiswa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan anekdot. Saat berbagai definisi yang disampaikan, misalnya Cadbury
committte mendefinisikan corporate governance sebagai:
Menurut dua pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon, dalam
bukunya berjudul “ Corporate Governace and Accountability”, corporate
governance adalah sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan
dengan pemegang saham, dan juga mengatur hubungan dan pertanggung jawaban
atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh kepada seluruh anggota stakeholder
bukan pemegang saham. Definisi ini menekankan bahwa hubungan dan
akuntabilitas perusahaan kepada para pemegang saham dan stakeholder yang lain
harus ditata secara sehat dan mengindahkan berbagai macam undang-undang dan
ketentuan hokum lainnya yang berlaku dinegara masing-masing.
7
Corporate governance yang tidak sehat dapat menimbulkan godaan
penyalahgunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah
etika bisnis dan moralnya, maka ia juga dapat merugikan para anggota the
stakeholders, terutama para pemegang saham, kreditur, perusahaan pemasok dan
karyawan.
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang saham dan para stakeholder
lainnya.
2. Suatu sistem check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang
pengelolaan yang salah dan penyalagunaan asset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
dan pengukuran kinerjanya.
8
Kemudian dari pengertian GCG tersebut tampak beberapa aspek penting
dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan bisnis, yaitu:
Orang lain yang diberi kuasa menjalankan perusahaan atas nama pemberi
kuasa, ia disebut pimpinan perusahaan, atau manajer, atau direktur perusahaan.
Dengan demikian dilihat dari segi fungsi seorang pengusaha berkedudukan:
9
3. Pengusaha yang memberikan kuasa kepada orang lain menjalankan
perusahannya.
Dalam kaitan ini, isu yang dianggap dominan adalah perlunya suatu
mekanisme untuk menjamin bahwa manajemen (agent), yang merupakan orang
yang melaksanakan kegiatan perusahaan yang mendapat gaji dari pemilik modal
(principal), akan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan pemilik.
Kepentingan pemilik perusahaan mendapatkan keuntungan, dengan demikian ada
dua kepentingan yaitu di satu sisi agen bekerja untuk mendapat gajidan di sisi lain
pemilik mengharapkan si agen mengelola perusahaan dengan baik dan akan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Pesan
penting dari penjelasan ini adalah terdapat potensi konflik kepentingan (conflict of
interest) antara pihak agen dan principal dalam suatu perusahaan.
Jika dicermati melalui teori keagenan, berbagai bidang ilmu lainnya, seperti
sosiologi, manajemen strategik, manajemen keuangan, akuntansi, etika bisnis, dan
organisasi mulai menggunakan pendekatan teori keagenan untuk memahami
fenomena corporate governance. Akibatnya perkembangan corporate governance
menjadi multi dimensi. Turnbull menyebutnya sebagai sebuah ilmu multi disiplin
ilmu. Dibandingkan periode sebelumnya, manfaat teori dimaksud masih
didominasi oleh para ahli hokum dan ekonomi. Pada era generasi pertama ini pula
muncul berbagai teori keagenan hasil dari sintesis melalui proses dialektika dari
berbagai bidang ilmu diatas.
10
Lebih lanjut LLSV menyatakan bahwa diberbagai Negara lain diluar AS dan
Inggris kepemilikan perusahaan sangat terkonsentrasi. Akibatnya konflik
kepentingan akan terjadi antara pemilik mayoritas yang kuat dengan pemililk
minoritas yang berada pada posisi yang lemah. Titik sentral perdebatan adalah
konflik kepentingan antara pamilik mayoritas dan minoritas, namun ada juga
berbagai perbuatan yang mengandung konflik kepentingan, yaitu:
Lebih lanjut LLSV berpendapat bahwa sistem hukum yang yang tidak
kondusif dan belum berpihak pada kepentingan umum, mengakibatkan konflik ini
menjadi semakin tajam sehingga berpotensi merusak sistem perekonomian Negara
keseluruhan.
11
3. Tidak transparan,akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan
perkembngan bisnis dan keuangan oleh board of directors kepada pemegang
saham dan kreditur.
4. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan
tidak bekerja dibawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas
dari pengaruh manejemen senior perusahaan.
Prinsip-prinsip dasar GCG yang disusun oleh OECD terdiri dari 5 aspek yaitu
transparancy, accountability, responsibility, independensy, dan fairness atau
disingkat dengan “TARIF”.
12
efektif oleh dewan komisaris dan direksi. Selanjutnya juga mengembangkan
enterpriserisk management yang memastikan bahwa semua resiko signifikan telah
diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas,
mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.
2. Accountability adalah penjelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif dengan kata lain prinsip ini menegaskan bagaimana
bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang
saham. Pengalaman selama ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia
terutama yang berbentuk tertutup ketidak jelasan fungsi dalam pengelolaan
perusahaan, misalnya siapa yang diawasi dan siapa yang mengawasi. Prinsip ini
diwujudkan dalam bentuk penyiapan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan
dengan cara yang cepat dan tepat, mengembangkan Komite Audit dan Manajemen
Resiko dalam rangka mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris,
mengembangkan peran dan fungsi internal audit, penegakan hukum dan
penggunaan eksternal auditor.
3. Responsibility, pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian
(kepatuhan) didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang
sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal ini perusahaan
memiliki tanggung jawab sosisal terhadap masyarakat atau stakeholder dan
menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menjumjung etika bisnis,serta tetap
menjaga lingkungan bisnis yang sehat. Untuk itu,setiap perusahaan harus
menyadari bahwa beroprasinya perusahaan tidak dapat dengan sendiri tanpa
adanya dukungan dan kerja sama aktif dengan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
4. Independency, atau pemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara propesional tanpa benturan kepentingan manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan perusahaan
harus secara propesional tidak ada benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun, sehingga dalam mengambil keputusan tidak akan
ada tekanan atau pengaruh dari pihak manapun dan dapat menghasilkan keputusan
13
yang obyektif. Selama ini dalam praktik di Indonesia, prinsip ini kurang didukung
oleh regulasi yang ada, sehingga pengaruh pemegang saham terhadap pengelola
atau agen perusahaan sangat besar, terkadang direksi tidak memiliki kekuatan
untuk melawan pengaruh internal dan eksternal dalam membuat keputusan.
Meningkatkan independency dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan
seharusnya mengembagkan aturan atau pendoman yang jelas dan tegas tentang
bagaimana eksistensi orga-organ perusahaan terutama dewan komisaris, direksi,
dan pemegang saham menjalankan roda perusahaan.
5. Fairness (kesetaraan dan keterbukaan) yaitu perlakuan adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
perusaturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa
semua pihak yaitu baik pemegang saham minoritas maupun asing harus
diperlakukan sama atau setara. Prinsip ini dapat diwujudkan dengan membuat
peraturan perusahaan yang melindungi kepentingan minoritas, pedoman perilaku
perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang melindungi perusahaan dari perbuatan
buruk orang dalam, self-dailing, dan konflik kepentingan, kemudian menetapkan
bagaimana peran dan tanggungjawab organ perusahaan mulai dari dewan
komisaris, direksi, dan komite dan sebagaimananya. Dengan adanya aturan main
yang jelas, maka pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan baik.
14
Kelima tujuan utama GCG diatas menunjukkan isyarat bagaimana penting
hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan badan usaha
atau perusahaan sehingga diperlukan tat kelola perusahaan yang baik.
Di Indonesia, tujuan dan manfaat GCG dapat diketahui dari keputusan menteri
Negara penanaman modal dan modal dana pembinaan BUMN melalui SK
no.Keputusan 23/M-PM. PBUMN/2000, pasal 6 dinyatakan, penerapan GCG
dalam rangka menjaga kepentingan PERSERO bertujuan untuk:
15
Untuk menciptakan tujuan tersebut diperlukan Good Corporate Governance
atau tata kelola perusahaan yang baik. GCG dapat dimaknakan sebagai rangkaian
mekanisme dengan apa suatu perusahaan publik diarahkan dan dikendalikan
sesuai dengan harapan para petaruhnya (stakeholder).
Tujuan utama dari pengelolaan perusahaan yang baik adalah memberikan
perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada pemegang saham
dan pihak yang berkepentingan lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham
secara maksimal. Kelola perusahaan yang baik bukanlah sekedar suatu upaya
untuk menjaga agar perusahaan bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku
secara universal, tetapi terutama bahwa pengelolaan yang baik itu dapat diketahui
oleh publik dan para pihak yang berkepentingan, sehingga memperoleh keyakinan
bahwa taruhannya diperusahaan public adalah suatu keputusan yang benar.
Kelima tujuan utama dari GCG tersebut dapat dicapai harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar dari GCG seiring dengan tumbuhnya perekonomian global,
tumbuh kesadaran untuk lebih diperhatikan dan diterapkan, namun hingga saat ini
belum ada kesepakatan bersama secara universal apa saja prinsip-prinsip GCG,
masing Negara, lembaga bisnis dan kajian merumuskan masing-masing namun
pada dasarnya memiliki kesamaan.
Secara internasional, EOCD telah mengembangkan seperangkat prinsip GCG
dan dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di
masing-masing Negara. Prinsip-prinsip GCG yang disusun OECD diharapkan
dapat diterapkan secara internasional bagi penguasa Negara, investor, perusahaan
dan stakeholder perusahaan, baik di Negara anggota OECD maupun bagi Negara
non-anggota.
Prinsip-prinsip GCG yang diterbitkan OECD mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Landasan hokum yang diperlukan untuk menjamin penerapan GCG secara
efektif
2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan
3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham
4. Peranan the stakeholder dalam corporate governance
5. Prinsip perungkapan informasi perusahaan secara transparan
16
6. Tanggung jawab dewan pengurus.
2.4 Manfaat penerapan Good Corporate Governance
Selama ini, pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul akibat
dari pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini dapat berupa
kerugian karena manajemen memakai sumber daya perusahaan untuk kepentingan
pribadi atau berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah hal tersebut terjadi.
Sebuah perusahaan yang sehat dan baik akan selalu menciptakan referensi
positif bagi kresitur. Kondisi ini memiliki peran dalam meminimalkan biaya
modal yang harus ditanggung apabila perusahaan akan mengajukan pinjaman dan
juga dapat memperkuat kinerja keuangan yang akan membuat produk perusahaan
akan menjadi lebih kompetitif.
Bila perusahaan dikelola dengan baik agar selalu sehat maka dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kiner dan keberadaan
perusahaan di mata masyarakat dan investor adalah citra perusahaan. Selain
memiliki manfaat untuk meningkatkan citra perusahaan, good corporate
governance juga memiliki manfaat sebagai nilai tambah perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha yang
kompetitif.
17
1. Perbaikan dalam komunikasi
2. Minimisasi potensi beraturan
3. Focus pada strategi-strategi utama
4. Peningkatan dalam prosuktvitas dan effisiensi
5. Promosi citra perusahaan
6. Kesinambungan manfaat
7. Peningkatan kepuasan pelanggan
8. Perolehan kepercayaan investor
Pada prinsipnya, penerapan prinsip GCG merupakan langkah awal yang
penting dalam membangun kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi
internasional yang lebih stabil dan bersiat jangka panjang. Pengalaman selama ini
berbagai kajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga menunjukan bahwa
penerapan prinsip GCG merupakan suatu keharusan disetiap Negara di dunia ini,
bahkan penerapan GCG merupakan dasar pertimbangan bagi pendonor, apakah
akan memberikan bantuan atau dasar pertimbangan untuk mengadakan kerjasama
bisnis.
1. Pemegang saham
Pemegang saham adalah individu atau institusi yang memiliki vital stake
dalam perusahaan. Dengan tata kelola perusahaan yang baik harus dapat
melindungi hak pemegang saham dengan cara mengamankan kepemilikan,
menyerahkan atau memindahkan saham, melaporkan informasi yang relevan dan
mendapatkan keuntungan dari perusahaan.
18
3. Komite audit
4. Sekertaris perusahaan
5. Manajer
Manajemen harus memiliki pengetahuan yang luas tentang hal teknis yang
terkait dengan perusahaan.
7. Audit Internal
Anda pasti kerap menemukan bentuk SMS promosi atau juga pean mengenai
penawaran produk NSP hingga fitur lainnya dari penyedia operator
telekomunikasi. Hal yang paling sering terjadi adalah bahwa tiba tiba pulsa anda
berkurang padahal anda tidak mendaftar untuk layanan tersebut. Bahkan hal ini
berlangsung secara terus menerus dan membuat anda rugi tentunya. Contoh diatas
merupakan bentuk pelanggaran GCG yang kerap dan bahkan hingga kini masih
dilakukan oleh hampir semua penyedian layanan telekomunikasi di Indonesia.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
21