Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Sejarah Good Corporate Governance

Dosen Pengampu : Laily Ifazah,S.E.,M.S.Ak

Di Susun Oleh

1. Elya Yuliani (503200073)


2. Joko Satrio Hadi (503200069)
3. Yessi Kartika (503200075)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 12 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......... ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........... ..............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Sejarah Good Corporate Governance............................................................................3

B. Sejarah Good Corporate Governance Di Indonesia.......................................................4

C. Penerapan Good Corporate Governance............... ........................................................6

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980 an.
Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan
berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis tanpa
bekas dan tidak dapat membawa negara-negara tersebut ke keadaan yang lebih baik.
Pemahaman umum tentang Good Governance mulai mengemuka di Indonesia sekitar 15
tahun belakangan ini, terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan internasional
mempersyaratkan “Good Governance” dalam berbagai program bantuannya.
Kepemeritahan yang baik banyak diperkenalkan oleh lembaga donor atau pemberi
pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asian Development Bank, IMF maupun
lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya yang berasal dari Negara-Negara maju. Good
Governance dijadikan aspek pertimbangan lembaga donor dalam memberikan pinjaman
maupun hibah.
Good governance tidak bisa diwujudkan antara lain disebabkan adanya sistem
kekuasaan yang tersentralisir, autokratik dengan birokrasi yang tidak efisien; disub-
ordinasikannya institusi hukum, birokrasi, dan lembaga pelayan publik oleh kepentingan
elite dan penguasa tertentu, sehingga mendorong munculnya praktik korupsi dan lemahnya
akuntabilitas publik; kompetensi pengetahuan dan keterampilan para pejabat di berbagai
jabatan publik dan politik amat rendah; serta tidak adanya partisipasi dan organisasi
masyarakat sipil yang cukup kuat dalam proses pembangunan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah good corporate governance?

2. Bagaima sejarah good corporate governance di Indonesia?

3. Bagaimana Perkembangan good corporate governance?

4. Apa peranan good corporate governance

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah good corporate

2. Mengetahui sejarah good corporate governance di Indonesia


3. Mengetahui dan memahami apa saja peranan good corporate governance.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah good corporate governance
Good corporate governance eyang terjemahannya adalah peraturan yang dalam
konteks Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate
Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan (Pemegang Saham atau Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas
dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai atau kekayaan para pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan nilai-nilai etika.
Sejarah good corporate governance mengikuti perkembangan perusahaan di
Amerika.Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang setelah
kejadian The NewYork Stock Exchange Crash pada tanggal 19 Oktober 1987 dimana
cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York mengalami
kerugian finansial yang cukup besar. Dikala itu, untuk mengantisipasi permasalahan
internal perusahaan, banyak para eksekutif melakukan rekayasa keuangan yang intinya
adalah bagaimana menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan
kinerja manajemen dan laporan keuangan.
Timbulnya berbagai skandal besar yang menimpa perusahaan-perusahaan baik di
Inggris maupun Amerika Serikat pada tahun 1980 tersebut berupa berkembangnya budaya
serakah dan pengambilalihan perusahaan secara agresif lebih menyadarkan orang akan
perlunya sistem tata-kelola ini. Bagaimana juga dalam perusahaan selalu saja terjadi
pertarungan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif, dan inilah sentral dari
pengaturan yang menjadi objek Corporate Governance. Suatu lembaga itu tidak
mempunyai jiwa, sedangkan yang mempunyai adalah orang-orang yang bekerja
didalamnya, yang dipengaruhi oleh interaksi dalam mengejar kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama (Onvalue, 2007).
Selalu ada potensi konflik antara pemilik saham dan pimpinan perusahaan, antara
pemilik saham majoritas dan minoritas, antara pekerja dan pimpinan perusahaan, ada
potensi mengenai pelanggaran lindungan lingkungan, potensi karyawan dalam hubungan
antara perusahaan dan masyarakat setempat, antara perusahaan dan pelanggan atau
pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya gaji para eksekutif dapat merupakan bahan
kritikan.Pada tahun 1992 misalnya masyarakat industri otomotif Jepang mengkritik
industri otomotif Amerika Serikat yang memberikan gaji terlalu tinggi pada para
eksekutifnya. Bahkan ketika resesi pada tahun 1989, gaji mereka terus meningkat sebesar
rata-rata 6,7% sedangkan nilai kekayaan para pemegang saham pada waktu yang sama
merosot sebesar 9%. Untuk itu diperlukan suatu tata-kelola perusahaan yang jelas dan
bertanggung jawab.
Tadinya faham Corporate Governance hanya berkembang di negara-negara berbahasa
Inggris seperti Inggris dan Amerika, tetapi segera pula berkembang di negara-negara lain.
Dewasa ini, Corporate Governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi pelaku
bisnis, tetapi juga merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital serta sudah merupakan
tuntutan masyarakat, setiap tindakan memerlukan pertanggungjawaban, baik itu tindakan
dalam bisnis, tindakan dalam dunia olahraga dan sbagainya, bahkan juga tindakan dalam
perang.
Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep
pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan Good Corporate
Governance (GCG). Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak
memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang
Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan.
Istilah Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan
mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai
titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Corporate Governance di
seluruh dunia. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kini makin popular, dan
menjadi prasyarat, karena GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan
bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi
terbuka.
B. Perkembangan Good Corporate governance Di Indonesia
Sejarah corporate governnace Indonesia berhubungan erat dengan krisis finansial Asia
Selatan 1997. Krisis mulai dari Thailand, terus menyerbu Philipina, Indonesia, Malaysia
dan Korea Selatan. Tragedi itu datang melanda hanya beberapa bulan setelah the World
Bank mengeluarkan laporannya tentang macan ekonomi Asia, yang menginspirasi negara
berkembang lainnya. krisis Asia 1997 merupakan tonggak sejarah perkenalan konsep the
Anglo-American corporate governance di Indonesia.
Keadaan keuangan Indonesia tahun 1997 sangat mengenaskan; nilai rupiah pada
pertengahan Agustus 1997 terjun bebas sampai 27% terhadap dollar Amerika. Ahli
lainnya mengatakan bahwa krisis Asia Selatan berdampak besar terhadap sejumlah negara
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada saat itu mata uang Indonesia mengalami
depresiasi hampir 80% dan beberapa bisnis terutama sektor perbankan menjadi sekarat
Untuk menghadapi kondisi buruk itu, pemerintah Indonesia membutuhkan suntikan dana
segar.
The International Monetary Funds (IMF) datang membawa bantuan. Lembaga ini
menawarkan bantuan bersyarat. Mereka berkenan memberikan pinjaman asalkan
pemerintah Indonesia bersedia memenuhi beberapa persyaratan. Satu diantaranya,
komitmen untuk memperbaiki sistim corporate governance. Di mata IMF saat itu sistem
corporate governance Indonesia menjadi salah satu titik lemah bangunan perekonomian
Indonesia. Akhirnya, sebagaimana yang terbaca di dalam 5 Letters of Intent pemerintah
Indonesia kepada IMF, Indonesia setuju dengan seluruh persyaratan yang diajukan IMF.
Dan bantuan IMF untuk Indonesia mulai diberikan.
Menindaklanjuti nota kesepakatan tersebut, kemudian pemerintah Indonesia telah
mencanangkan penerapan good corporate governance dengan didirikan satu lembaga
khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG), yang kemudian dirubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG). KNKG dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang
Keuangan dan Industri Nomor: KEIP-31/M.EKUIN/06/2000.Tugas pokok KNKG adalah
merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG yang
mencakup:
1. Code for Good Corporate Governance untuk dijadikan acuan usaha Indonesia
termasuk program sosialisasinya;
2. Rincian penyempurnaan perangkat hukum dan perundangan yang mendukung
penetapan Code of GCG di Indonesia;
3. Struktur kelembagaan, baik yang permanent maupun ad hoc dan sementara, untuk
mendukung penerapan code for GCG di atas

Kemudian dari KNKG inilah terbitlah “Pedoman Umum Good Corporate Governance
di Indonesia” pada tahun 2006 yang menjadi pedoman bagi pemerintah dalam
menerbitkan aturan hukum yang mendorong penerapan GCG dan menjadi pedoman bagi
perusahaan swasta dalam penerapan GCG.

Pada awal 2007, Komite Nasional Kebijakan Governance telah menyempurnakan


Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) dan merintis pembuatan Pedoman
Good Public Governance (Combine Code) yang pertama di Indonesia, dan mungkin
bahkan di dunia. Ini merupakan sebuah terobosan dan bukti kepedulian terhadap
penciptaan kondisi usaha yang lebih baik dan menjanjikan di Indonesia jika diterapkan
dengan konsisten. Pemerintah melalui perangkatnya juga terlihat melakukan banyak
pembenahan untuk memperbaiki citra pemerintah dan keseriusannya dalam meningkatkan
praktik Good Public Governance, melalui pemberdayaan Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Pemberantasan Korupsi, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Kejaksaan
Agung, dan Kepolisian telah cukup banyak temuan dan kasus yang diangkat ke
permukaan dan diterapkan enforcement yang tegas.

Indonesia ditengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini


menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good
Governance atau tata pemerintahan yang baik, merupakan dari paradigma baru yang
berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi
dimensi seiring dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan kondisi ini menuntut adanya
kepemimpinan nasional masa depan, yang diharapkan mampu menjawab tantangan
bangsa Indonesia mendatang.

Penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia relatif semakin


membaik. Hal ini dapat dilihat dari peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard
(ACGS) Indonesia pada 2017 mengalami peningkatan menjadi 70,59 dari tahun 2015
yang sebesar 62,88. peningkatan ini didorong oleh lima emiten yang mendapat skor
tertinggi dari penilaian terhadap 100 emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).

C. Penerapan Good Coroporate Governance


Dalam penerapannya, penggunaan yang efektif fan efisien untuk mewujudkan
konsep Good Corporate Governance (GCG), setidaknya terdapat 5 pilar GCG yang
ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG),dijabarkan sebagai
berikut:
a. konsep ini diperlukan dalam menjaga objektivitas suatu organisasi atau perusahaan
dalam menjalankan suatu bisnis dengan memberikan informasi-informasi yang jelas,
akurat, mudah diakses dan dipahami serta dapat dipertanggung jawabkan oleh semua
pemangku kepentingan dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dewasa ini, tidak menjadi suatu alasan bagi suatu organisasi
atau perusahaan untuk tidak dapat melakukan inisiatif untuk mengungkapkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan proses pegambilan keputusan atau kebijakan yang
sangat diperlukan oleh para pemangku kepentingan.
b. Accountability, konsep ini diperlukan untuk melihat sejauhmana kinerja yang telah
dihasilkan oleh suatu organisasi dan perusahaan. Dalam hal ini suatu kinerja haruslah
dapat dikelola dengan tepat dan terukur untuk melihat seberapa jauh kesinambungan
antara proses perencanaan, organisir, pelaksanaan serta evaluasi yang dilakukan dengan
tujuan organisasi atau perusahaan itu sendiri. Dalam konsep ini pula, organisasi dan
perusahaan harus mampu menjawab segala pertanyaan yang akan diajukan oleh para
pemangku kepentingan atas apa yang telah diperbuat dan hasil yang dicapai oleh
organisasi atau perusahaan itu sendiri.
c. Responsibility, konsep ini merefleksikan tanggung jawab setiap individu maupun
organisasi atau perusahaan dalam mematuhi segala tugas-tugas dalam pekerjaan, aturan-
aturan serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan bisnis
suatu organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini, bukan hanya terbatas pada tanggung
jawab dalam melaksanakan pekerjaan antara atasan dengan bawahan, namun tanggung
jawab organisasi atau perusahaan kepada para pemangku kepentingan hingga
masyarakat sekitar. Sehingga dalam konsep ini, organisasi atau perusahaan harus
mampu mempertanggung jawabkan segala hal yang bekaitan dengan aturan, hukum dan
peraturan yang berlaku sebagai kontirbusi hubungan hierarki internal perusahaan,
pemangku kepentingan, masyarakat serta stakeholders lainnya.
d. Indepedency, konsep ini dapat dijadikan sebagai aktualisasi diri untuk organisasi dan
perusahaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan lingkungan
bisnisnya. Dalam hal ini, organisasi atau perusahaan harus memiliki tata kelola yang
efektif dan efisien dan mampu melakukannya sendiri tanpa ada dominasi atau intervensi
dari pihak lain, serta mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan nilai-nilai (values)
yang ada pada organisasi atau perusahaan itu sendiri untuk dapat dijadikan unique
point diantara organisasi dan perusahaan lainnya, sehingga mampu bersaing dalam
bidang bisnis yang serupa.
e. Fairness, konsep ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan menjaga
kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku kepentingan
dan stakeholders lainnya dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan porsinya
masing-masing. Hakikatnya setiap bagian dalam organisasi atau perusahaan memiliki
kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi untuk organisasi atau
perusahaan. Sehingga, konsep ini menjadi sangat penting untuk mendapatkan
kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap bagian dari organisasi atau perusahaan,
karena mereka akan memiliki rasa dan kesempatan yang sama dalam memberikan
kontribusi kepada organisasi atau perusahaan, sehingga akan memacu setiap individu
dalam berkompetisi untuk memberikan yang terbaik kepada organisasi atau perusahaan
tersebut.

Bedasarkan penjelasan dari kelima konsep di atas, konsep ini sangat diperlukan bagi
organisasi atau perusahaan dalam menerapkan konsep Good Corporate
Governance (GCG), yang mana konsep ini dapat dijadikan sebagai standar pengukuran
kesesuaian dan peyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Konsep
ini juga dapat digunakan melihat sejauhmana organisasi atau perusahaan dalam mengelola
sumber daya-sumber daya yang tersedia dan dapat diinformasikan, dipertanggung
jawabkan dan dapat dipertanyakan alokasinya kepada para pemangku kepentingan.
Disamping itu, melalui konsep ini pula, dapat dilihat pula sejauhmana organisasi atau
perusahaan mampu memberikan melakukan tata kelolanya sendiri dan tetap pada jalur yang
tepat dalam mencapai tujuan, dengan memperhatikan penyerataan kesempatan yang ada
kepada seluruh bagian organisasi atau perusahaan yang disesuaikan pada porsi dan
kemampuannya masing-masing.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Good corporate governance eyang terjemahannya adalah peraturan yang dalam
konteks Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate
Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan (Pemegang Saham atau Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas
dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai atau kekayaan para pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan nilai-nilai etika.
Sejarah good corporate governance mengikuti perkembangan perusahaan di
Amerika.Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang setelah
kejadian The NewYork Stock Exchange Crash pada tanggal 19 Oktober 1987 dimana
cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York mengalami
kerugian finansial yang cukup besar. Dikala itu, untuk mengantisipasi permasalahan
internal perusahaan, banyak para eksekutif melakukan rekayasa keuangan yang intinya
adalah bagaimana menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan
kinerja manajemen dan laporan keuangan.
Sejarah corporate governnace Indonesia berhubungan erat dengan krisis finansial Asia
Selatan 1997. Krisis mulai dari Thailand, terus menyerbu Philipina, Indonesia, Malaysia
dan Korea Selatan. Tragedi itu datang melanda hanya beberapa bulan setelah the World
Bank mengeluarkan laporannya tentang macan ekonomi Asia, yang menginspirasi negara
berkembang lainnya. krisis Asia 1997 merupakan tonggak sejarah perkenalan konsep the
Anglo-American corporate governance di Indonesia.
penerapannya, penggunaan yang efektif fan efisien untuk mewujudkan konsep Good
Corporate Governance (GCG), setidaknya terdapat 5 pilar GCG yang ditetapkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), yang kita biasa kita kenal dengan
konsep TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, and
Fairness).
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Indro SU, 2008, ”69,3% Bank Belum Penuhi GCG”, detik Finance, diakses Selasa,
12/11/2022 11:02 WIB.

Indaryanto, K.G. 2004, Konsepsi Good corporate governance, dalam Suprayitno, G.,
Indaryanto, K.G, Yasni, S., Krismatono, D., Rita, L., dan Rahayu, R.G., Komitmen
Menengakkan Good corporate governance, The Indonesian Institute for corporate
governance, Jakarta, Indonesia.

Kottler, P. (2005) : Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your
Company and Your Cause, John Wiley & Sons, Inc., United State of America.

Mohamad Fajri dan Sofyan,Djalil, 2006, ”Penilaian GCG Perbankan”, Harian Suara Karya,
Kamis 16 Maret 2006.

Sulistyanto 2003, “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan Di Indonesia?”


Jurnal Widya Warta, No.2 Tahun XXVI.

Susana Iriyani, 2008, “Penerapan Tata Kelola Usaha”, internet, diakses Rabu, 12 September
2022, 12:09.

Anda mungkin juga menyukai