Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

IMPORTANCE OF STRONG ENTERPRISE GOVERNANCE PRACTICES

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Audit Intern

Kelas : A
Dosen : Damajanti Tanumihardja, S.E., M.Ak.

Disusun oleh :
Ilyas Fachrurazi
Margareta Maria A.
Clarentia Michelle
Anicetus Anindito

2011130220
2012130042
2012130214
2012130224

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEMESTER GANJIL
2016/2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB 2 IMPORTANCE OF STRONG ENTERPRISE GOVERNANCE
PRACTICES...................................................................................................2
2.1. Prinsip Good Corporate Governance (GCG).......................................2
2.2. Sejarah dan Latar Belakang..................................................................3
2.3. Enterprise Integrity and Ethical Behaviour..........................................5
2.3.1. Misi Perusahaan........................................................................5
2.3.2. Kode Etik...................................................................................6
2.3.3. Komunikasi ke Stakeholder, Menjamin Kepatuhan Terhadap
Aturan........................................................................................7
2.4. Disclosure and Transparency................................................................8
2.4.1. Manfaat Pengungkapan.............................................................9
2.4.2. Jenis Pengungkapan..................................................................9
2.4.3. Konsep Pengungkapan............................................................10
2.4.4. Standar Pengungkapan Informasi............................................10
2.5. Rights and Equitable Treatment of Shareholders and
Key Stakeholders.................................................................................11
2.6. Governance Role and Responsibilities of the Board...........................12
2.7. Governance as a Key Element of GRC...............................................14

BAB 1
PENDAHULUAN
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan
keseluruhan proses, tata cara, peraturan, hukum, dan institusi yang mempengaruhi
bagaimana sebuah badan hukum atau perusahaan diarahkan, dilaksanakan, dan
dikendalikan. GCG muncul sebagai suatu sistem nilai yang sangat berpengaruh
terhadap peningkatan nilai perusahaan. Krisis ekonomi suatu negara dapat terjadi
bukan hanya akibat faktor ekonomi makro saja, akan tetapi juga karena lemahnya
governance perusahaan yang ada di negara tersebut. Faktor-faktor itu meliputi
lemahnya penegakan hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan (audit) yang belum
mapan, pasar modal yang masih di bawah aturan (under-regulated), serta lemahnya
pengawasan dan terabaikannya hak minoritas. Maka dari itu, menjadi suatu
keharusan bagi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan dan melaksanakan GCG
agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
GCG merupakan salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Penerapan
GCG dapat mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat dan kondusif.
Penerapan GCG sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat
menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan tata kelola perusahaan untuk
menciptakan pemerintahan yang bersih. Tujuan utama dari tata kelola perusahaan
adalah untuk mencapai transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna
laporan keuangan. Jika perusahaan mampu menerapkan konsep GCG ini, maka
transparansi kinerja manajemen akan berjalan dengan baik serta profitabilitas
perusahaan diharapkan bisa terus meningkat.

BAB 2
IMPORTANCE OF STRONG ENTERPRISE GOVERNANCE PRACTICES
2.1.
1.

Prinsip Good Corporate Governance (GCG)


Berikut ini merupakan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) yaitu :
Integritas dan perilaku yang etis (Integrity and Ethical Behavior)
Proses pengambilan keputusan yang beretika dan bertanggung jawab tidak hanya
dibutuhkan dalam menjaga hubungan dengan pihak luar, tetapi merupakan hal
yang penting dalam manajemen risiko perusahaan. Untuk mendorong usaha ini
dan meningkatkan tata kelola, perusahaan harus membuat program etika dan
ketaatan untuk meminimalkan risiko terjadinya pelanggaran etika dan hukum.

2.

Pengungkapan dan transparansi (Disclosure and Transparency)


Perusahaan harus mengungkapkan kepada pihak umum tentang peran dan
kewajiban dari manajemen level atas untuk meningkatkan akuntabilitias kepada
shareholders dan stakeholders. Perusahaan juga harus mengimplementasikan
prosedur dan memastikan integritas dari laporan keuangan perusahaan secara
independen. Pengungkapan mengenai keuangan perusahaan dan hal-hal penting
lainnya harus diungkapkan tepat waktu dan seimbang untuk memastikan agar
para investor dan stakeholders mempunyai akses yang jelas dan benar mengenai

3.

informasi perusahaan.
Hak dan perlakuan yang setara untuk para shareholders serta key stakeholders
(Rights and Equitable Treatment of Shareholders and Other Key Stakeholder)
Sebuah perusahaan harus menghormati hak-hak dari shareholders dan key
stakeholders. Perusahaan juga harus mendorong mereka untuk menggunakan
hak tersebut, dengan cara mengkomunikasikan informasi yang dapat dimengerti

4.

serta dapat diakses dengan mudah dan efektif.


Peran dan kewajiban dari dewan direksi (Role and Responsibilities of the Board)
Dewan direksi membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tertentu untuk
menghadapi berbagai macam permasalahan bisnis dan mereka juga harus
memiliki kemampuan untuk melihat performa dari manajemen dan senantiasa
terus memacu manajemen untuk meningkatkannya.

2.2.

Sejarah dan Latar Belakang


Konsep enterprise governance muncul pada awal abad ke-19 di Amerika

Serikat ketika undang-undang negara memperbolehkan anggota dewan membuat


keputusan secara menyeluruh terhadap perusahaan dan untuk memerintah tanpa
persetujuan dari pemegang saham. Undang-undang juga memperkenalkan konsep
appraisal rights yang memberikan kesempatan kepada shareholders minoritas untuk
menjual kepemilikan mereka atau menarik diri dari sebuah perusahaan saat
perusahaan mengambil tindakan yang tidak biasa, seperti penjualan aset atau merger
yang dapat merugikan kepentingan stockholders. Ketika hak pemilik dan
shareholders semakin dibatasi, kekhawatiran pemegang saham atas gaji administrasi
dan kerugian saham secara berkala dapat menyebabkan permintaan akan reformasi
tata kelola perusahaan.
Jatuhnya Wall Street pada tahun 1929 menimbulkan pertanyaan dan
kekhawatiran perihal peran dan perilaku perusahaan terhadap masyarakat, tujuan
perusahaan didirikan, dan bagaimana perusahaan beroperasi. Pada era baru, muncul
studi akademis dan ekonomi yang menetapkan praktek enterprise governance.
Konsep dari Agency Theory berpengaruh kuat terhadap konsep corporate
governance. Sebuah perusahaan ketika menjalankan operasinya dapat dilihat sebagai
sekumpulan kegiatan antara manajer (principal) dan karyawannya (agent). Principal
mempekerjakan atau membuat kesepakatan dengan agent, kemudian agent akan
menjalankan tugas yang diberikan oleh principal. Akan tetapi, keduanya memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Selain itu, informasi yang dimiliki kedua pihak juga
berbeda. Perbedaan kepemilikan informasi ini disebut dengan informasi asimetri
(asymmetric information).
Konsep high-level mengatakan bahwa enterprise governance akan efektif
jika kelompok manajemen dapat mempertahankan dan mendistribusikan informasi
untuk melakukan tugas dan tujuan, dengan tidak membuang banyak waktu untuk
kepentingan sendiri.
Walaupun prinsip enterprise governance ini sudah ada sejak zaman dahulu,
banyak dari prinsip-prinsip ini yang dipertanyakan pada tahun 1970-an, dimana pada
tahun tersebut merupakan masa bergejolaknya sosial dan politik Amerika Serikat dan
diperparah dengan munculnya skandal Watergate. Pada tahun 1972 banyak

ditemukan aksi ilegal pada pemilihan presiden di Amerika Serikat, seperti aksi suap
perusahaan terkemuka untuk mencapai tujuan politik. Dari peristiwa ini maka
dibentuklah sebuah undang-undang oleh Senat Amerika Serikat yang bernama
Foreign Corrupt Practices Act (FCPA). Berikut ini merupakan hasil keputusan dari
FCPA kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Securities Exchange
Commision (SEC) :
1.

Merencanakan dan membuat pembukuan, catatan, rekening perusahaan secara


rinci, akurat, dan wajar yang mencerminkan transaksi dan disposisi dari aset.

2.

Merancang dan memelihara sistem pengendalian internal akuntansi untuk


memberikan keyakinan yang memadai bahwa :
a.

Transaksi dilakukan sesuai dengan otorisasi manajemen secara umum


maupun khusus.

b.

Transaksi dicatat untuk keperluan menyusun laporan keuangan sesuai


dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum (Generally Accepted
Accounting Principles) atau berdasarkan kriteria lainnya terhadap laporan
tersebut, dan juga untuk menjaga akuntabilitas aset.

3.

Memberikan ijin terhadap akases ke aset yang sesuai dengan otorisasi


manajemen umum atau khusus.

4.

Membandingkan aset yang tercatat dengan aset yang sebenarnya, dan


mengambil tindakan yang tepat sehubungan dengan perbedaan tersebut.
FCPA merupakan peraturan yang kuat mengenai enterprise governance

yang telah ada sejak 40 tahun lalu. Untuk pertama kalinya, pihak manajemen
diwajibkan untuk bertanggung jawab dalam menciptakan sistem internal control
yang memadai bagi perusahaan. Dengan adanya FCPA, banyak dari dewan komisaris
dan komite audit perusahaan mulai meninjau kembali internal control dari perusahan
mereka.
Semakin berkembangnya zaman, kewajiban dari manajemen semakin
berkembang

dari

kewajiban

umum

mereka,

hingga

pada

tahun

1990

diperkenalkanlah COSO internal control framework.

2.3.

Enterprise Integrity and Ethical Behaviour


Salah satu bagian penting dari sebuah perusahaan adalah bagaimana

perusahaan tersebut membuat dan menjalankan peraturan (governance). Dalam


pengimplementasiannya sebuah peraturan perusahaan haruslah kuat dan aktif
programnya di semua level, mulai dari front line sales hingga dewan direksi tak
terkecuali turut patuh terhadap peraturan yang ada. Integritas dan etika perusahaan
yang akan terbentuk dengan baik ketika peraturan dalam perusahaan dijalankan
dengan benar.
Fungsi etika dalam perusahaan dapat menjadi efektif ketika ada program
peraturan yang menopangnya, ada dua hal yang membantu perusahaan dalam
menjalankan fungsi etika tersebut yaitu misi perusahaan dan kode etik perusahaan.
Dalam pelaksanaanya perusahaan tidak bisa mengklaim bahwa mereka telah
melaksanakan fungsi etika perusahaan dengan baik jika hanya mengirimkan
peraturan tersebut kepada stakeholder dan berharap mereka akan mematuhinya,
harus ada komitmen formal antara perusahaan dan karyawannya jika ingin peraturan
terebut berjalan dengan baik.
Sekarang ini banyak perusahaan yang sudah mempunyai dan menjalankan
program etika namun tidak sedikit perusahaan yang masih menggangap program
etika dalam perusahaan mereka merupakan hal yang tidak perlu, mereka berasumsi
memiliki etika perusahaan yang baik karena belum timbulnya masalah, tetapi seiring
berjalannya waktu masalah etika akan muncul dan menjadi penyakit bagi perusahaan
yang tidak memiliki obat penangkalnya. Yang biasa dilakukan perusahaan dalam
menjalankan program etiknya hanyalah dalam proses penandatanganan formulir
kode etik karyawan ketika baru diterima kerja, tetapi setelah itu dilupakan begitu
saja. Proses seperti ini lah yang tidak mendukung efektivitas program etika dan
governance yang baik dalam perusahaan.

2.3.1.

Misi Perusahaan
Misi perusahaan adalah sebuah penjabaran tujuan dan nilai perusahaan

secara umum. Penting dimiliki setiap perusahaan tidak peduli besar kecilnya skala
bisnis, karena pernyataan misi perusahaan yang diserap dengan benar akan

membentuk kesadaran komunal bagi para karyawannya untuk mencapai tujuan atau
goals dari perusahaan. Dan bagi stakeholder pernyataan misi perusahaan akan
membantu untuk menggambarkan image dari perusahaan dan menunjukan kemana
arah perusahaan akan menuju.
Pernyataan misi yang kuat penting dalam pembentukan etika dan
governance dalam perusahaan. Ketika pernyataan misi yang dibuat oleh perusahaan
lemah dan tidak berdampak kepada karyawan maupun stakeholder hanya akan
menimbulkan sikap sinis dan ketidakpatuhan terhadap peryataan misi tersebut.
Ketika hal ini terjadi, maka perusahaan harus merevisi pernyataan misi yang telah
ada, tentu saja dengan kehati-hatian dan penuh pertimbangan, karena jika pernyataan
misi yang baru tidak memuaskan hanya akan menimbulkan resistensi yang lebih
besar.
Sebuah pernyataan misi dianggap sudah baik ketika memberikan pernyataan
positif kepada image perusahaan. Pernyataan tersebut dapat membangun kekuatan
dan semangat bagi para karyawan dan stakeholder perusahaan, meningkatkan
komitmen untuk mencapai tujuan perusahaan. Idenya adalah untuk menciptakan
tanggung jawab dan arahan yang dibuat oleh seluruh jajaran perusahaan.
Setelah perusahaan telah mempunyai atau memperbaiki pernyataan misinya,
proses selanjutnya adalah penanaman misi tersebut. Menggunakan pendekatan tone
at the top dimana top level managers menjelaskan kepada lower level management
tentang pernyataan misi tersebut serta poster atau pun selebaran ditaruh di sudutsudut perusahaan untuk mengingatkan akan isi pernyataan misi tersebut. Untuk
eksternal stakeholder melalui website dan annual report sebagai sarana
penyebarannya.

2.3.2.

Kode Etik
Kode etik hadir sebagai peraturan yang mendukung berjalannya pernyataan

misi yang telah dibuat. Diwajibkan untuk senior management oleh SOx kode etik
membantu dalam menjaga kejujuran, menghadapi konflik kepentingan, dan
kepatuhan terhadap aturan dan regulasi pemerintah. Walaupun SOx hanya
mewajibkan kode etik bagi senior manajemen, perusahaan yang baik akan membuat
kode etik untuk semua stakeholder baik internal maupun eksternal.

Kode etik yang baik adalah kode etik yang dibuat sesuai dengan
kebutuhannya, kode etik untuk perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur pastilah
berbeda karena peran dari masing-masing perusahaan tersebut berbeda. Adapun halhal yang harus diperhatikan dalam pembuatan adalah kejelasan dari tiap-tiap
pasalnya, mudah dimengerti, selaras dengan tujuan utama perusahaan, dan tentu saja
mendukung tegaknya etika bisnis yang baik di perusahaan tersesbut.
Hal yang menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan korporat yang
memiliki cabang di luar negeri adalah kode etik yang dibuat di pusat tentu saja harus
disesuaikan bahasanya dengan cabangnya yang berada di luar negeri agar proses
penyampaian peraturannya tidak terganggu.

2.3.3.

Komunikasi ke Stakeholder, Menjamin Kepatuhan Terhadap Aturan


Setelah pernyataan misi dan kode etik perusahaan rampung, proses

selanjutnya adalah mengkomunikasikannya kepada para stakeholder. Akan menjadi


sia-sia ketika aturan yang telah dibuat tidak berhasil dikomunikasikan dengan baik
baik kepada para stakeholder, tidak cukup hanya mengirimkan berkas tersebut
kepada para stakeholder dan berharap mereka akan membaca dan mematuhinya.
Untuk internal stakeholder dimulai dari top management setelah mereka mengerti
dan berkomitmen untuk mendukung dan menjalankan kode etik tersebut barulah
mulai disebar ke karyawan menengah dan bawah. Cara-cara seperti membuat
pelatihan khusus atau penyampaian kode etik dari presiden direktur perusahaan akan
kepatuhan yang mendalam dari karyawan perusahaan.
Untuk penyampaian kepada eksternal stakeholder cara-cara khusus pun bisa
dilakukan agar informasinya tersampaikan secara maksimal. Menggunakan email
ataupun surat sebagai sistem respon atas sudah dimengertinya kode etik dan aturanaturan yang ada di perusahaan dapat membantu untuk memaksa para eksternal
stakeholder membaca dan memahami isi dari peraturan yang dibuat oleh perusahaan.
Inti dari semua usaha tersebut adalah supaya para stakeholder mengerti dan
mematuhi aturan yang telah dibuat perusahaan dan bila kemudian terjadi pelanggaran
mereka sudah siap menerima konsekuensi yang akan diberikan oleh perusahaan. Dan
pada akhirnya dengan mematuhi aturan yang dibuat perusahaan akan lebih efektif
dalam menjalankan Good Corporate Gorvernace.

2.4.

Disclosure and Transparency


Setiap perusahaan, baik perusahaan terbuka, perusahaan tertutup, maupun

unit pemerintahan, semuanya memiliki tanggung jawab untuk menyajikan pelaporan


keuangan. Dalam kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
yang dikeluarkan oleh IAI disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan mengambil
keputusan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kualitas
pengungkapan perusahaan melalui laporan tahunan. Pengungkapan laporan keuangan
dalam arti luas yang berarti penyampaian informasi. Sedangkan menurut para
akuntan pengungkapan merupakan penyampaian informasi keuangan suatu
perusahaan di dalam laporan keuangan.
Perusahaan memiliki mekanisme pelaporan dan pengungkapan dengan
syarat sebagai berikut :
1.

Semua investor memiliki akses yang sama dan tepat waktu untuk memperoleh
informasi perusahaan yang material, termasuk laporan perusahaan, kinerja,
kepemilikian, dan keseluruhan perusahaan.

2.

Pengumuman yang diberitahukan harus faktual dan disajikan secara jelas juga
seimbang.

3.

Komunikasi dan informasi harus transparan.


Perusahaan berusaha keras untuk menyajikan informasi operasional dengan

seimbang, baik positif ataupun negatif. Perusahaan membuat aturan tertulis yang
disetujui oleh dewan komisaris supaya ketika ada grey area apakah perusahaan
harus mengungkapkan suatu hal atau tidak, para pemangku kepentingan dapat
melihat pada aturan tersebut dan mengambil tindakan yang tepat.
Sementara itu, peran dari manajemen risiko dan internal audit adalah
memeriksa dengan teliti laporan, pengungkapan, dan otorisasi untuk memastikan
bahwa pengumuman yang dibuat tepat waktu, faktual, dan lengkap. Tujuannya agar
para investor dan pihak lainnya yang memiliki kepentingan dapat mengakses
informasi tersebut untuk membuat keputusan.
Di samping itu, apabila para pemangku kepentingan memiliki akses yang
tidak terbatas untuk memperoleh informasi, maka hal tersebut dapat menjadi
tantangan bagi perusahaan dalam membuat pengungkapan. Oleh karena itu,

perusahaan harus membuat kebijakan untuk membatasi pengungkapan kepada


publik.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian manajer. Tingkat pengungkapan yang semakin
mendekati full disclosure akan mengurangi asimetri informasi, merupakan kondisi
yang dibutuhkan untuk dilakukannya manjemen laba (Trueman dan Titman, 1998
dalam Simbolon).

2.4.1. Manfaat Pengungkapan


Pengungkapan oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa kepentingan
yang mencakup :
1.

Perusahaan dapat memperoleh biaya modal lebih rendah yang berkaitan dengan
berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditor. Dengan demikian,
investor dan kreditor bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi sehingga
biaya modal perusahaan menjadi rendah

2.

Bagi investor, pengungkapan bermanfaat untuk mengurangi risiko informasi


berupa pengurangan kesalahan pembuatan keputusan investasi, sehingga
investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang memberikan informasi
secara lengkap. Hal ini juga berdampak baik pada sekuritas perusahaan karena
lebih menarik bagi investor.

2.4.2.

Jenis Pengungkapan
Darrough (yang dikutip oleh Naim dan Rakhman,2000) mengemukakan

terdapat dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang


ditetapkan standar, yaitu :
1.

Pengungkapan

wajib

(mandatory

disclosure)

merupakan

pengungkapan

2.

minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku.


Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang
berlaku.

2.4.3.

Konsep Pengungkapan
Menurut Hendriksen (yang dikutip oleh Anwar, 2010), terdapat tiga konsep

umum dalam pengungkapan, yaitu :


1.

Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure)


Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi oleh perusahaan dengan
tujuan memenuhi kewajiban dalam menyampaikan informasi.Informasi yang

2.

diungkapkan sesuai dengan standar minimum yang diwajibkan.


Pengungkapan yang wajar (fair disclosure)
Pengungkapan ini dilakukan oleh perusahaan dengan menyajikan sejumlah
informasi yang menurut perusahaan dapat memuaskan pengguna laporan
keuangan yang potensial. Informasi minimum yang diwajibkan dan informasi
tambahan lainnya yang disampaikan untuk menghasilkan penyajian laporan

3.

keuangan yang wajar.


Pengungkapan yang lengkap (full disclosure)
Pengungkapan ini menyajikan semua informasi yang relevan. Informasi yang
diungkapkan adalah informasi minimum yang diwajibkan ditambah dengan
informasi lain yang disampaikan secara sukarela. Pengungkapan jenis ini dapat
membantu mengurangi terjadinya informasi asimetri, akan tetapi seringkali
dinilai berlebihan.

2.4.4.

Standar Pengungkapan Informasi


Berdasarkan prinsip Organization for Economic Cooperation and

Development, penerapan pengungkapan penuh dalam laporan keuangan perusahaan


harus memperhatikan :
1.

Pengungkapan informasi material mengenai : (1) hasil keuangan dan operasi


perusahaan, (2) tujuan perusahaan, (3) kepemilikan saham mayoritas dan hak
suara, (4) anggota dari jajaran direksi dan eksekutif yang diketahui, (5) faktor
risiko material, (6) permasalahan material terkait karyawan dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, serta (7) struktur corporate governance dan kebijakan
perusahaan.

2.

Informasi harus disiapkan, diaudit, dan diungkapkan sesuai dengan standar


akuntansi. Pengungkapan mencakup informasi keuangan dan non-keuangan.

10

3.

Audit tahunan harus dilaksanakan oleh auditor independen agar memberikan


keyakinan eksternal dan objektif atas cara penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.

4.

Saluran penyebaran informasi harus memberikan akses yang wajar, tepat waktu,
dan cost-effective terhadap informasi yang relevan untuk pemakai.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 1 tentang penyajian

laporan keuangan paragraf 70 menyatakan :


Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK
serta

pengungkapan-pengungkapan

lain

yang

diperlukan

untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.


Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
1.

Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi


yang dipilih dan ditetapkan terhadap transaksi penting.

2.

Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

3.

Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi


diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2.5.

Rights and Equitable Treatment of Shareholders and Key Stakeholders


Perusahaan

harus

memberdayakan

para

pemegang

saham

dengan

berkomunikasi secara efektif dan memberikan mereka akses untuk mendapatkan


informasi yang seimbang juga dapat dimengerti mengenai perusahaan dan proposal
yang terkait akan perusahaan, untuk mempermudah mereka berpartisipasi dalam
rapat umum pemegang saham. Sebagai bagian dari praktik manajemen yang efektif,
perusahaan harus merancang sebuah kebijakan yang menyuarakan komunikasi
efektif dengan pemegang saham agar mereka berpartisipasi dalam pertemuan
pemegang saham tahunan.

11

Situs perusahaan merupakan salah satu cara untuk dapat berkomunikasi


secara efektif dengan investor dan membuat mereka mengerti bagaimana cara
mendapatkan akses yang relevan terhadap informasi mengenai perusahaan dan
proposal yang terkait. Situs tersebut harus menyediakan kesempatan kepada pihak
yang ingin memberi pertanyaan atau pengaduan pada perusahaan. Melalui situs
tersebut, perusahaan juga dapat memperoleh informasi mengenai pelanggan,
shareholders dan stakeholders lainnya.
Perusahaan harus memperhatikan caranya dalam menghadapi kabar buruk.
Beberapa

perusahaan

mungkin

tidak

mengungkapkannya

tetapi

langsung

menyelesaikan masalah tersebut melalui manajer. Jika manajemen perusahaan dapat


mendeteksi sinyal akan adanya hal yang tidak diinginkan, seperti penurunan pasar,
tindakan kompetitor, atau ketidakpuasan pelanggan, maka perusahaan harus segera
menangani masalah tersebut untuk menghindari ancaman dan memanfaatkan
kesempatan yang ada. Perusahaan dengan tata kelola yang baik akan segera
menyelesaikan masalah yang ada secara bersama-sama.

2.6.

Governance Role and Responsibilities of the Board


Untuk suatu perusahaan, baik publik, swasta, atau pemerintah, dewan

direksi adalah kunci utama dalam semua pengambilan keputusan perusahaan. Dewan
direksi dapat mengarahkan perusahaan ke arah yang baru, menyelidiki masalah
besar, mempekerjakan, dan memecat CEO. Akan tetapi, tanggung jawab utama dari
dewan direksi adalah untuk melindungi aset pemegang saham dan memastikan
mereka menerima pengembalian yang layak atas investasi mereka. Dewan direksi
ditunjuk untuk bertindak atas nama pemegang saham untuk menjalankan urusan
bisnis sehari-hari. Mereka bertanggung jawab langsung kepada pemegang saham dan
setiap tahun perusahaan publik akan mengadakan pertemuan umum tahunan dimana
direktur harus memberikan laporan kepada pemegang saham mengenai kinerja
perusahaan, rencana, dan strategi masa depan, juga untuk kembali mengikuti
pemilihan dewan direksi. Dewan direksi mengharapkan anggota, pejabat, dan
karyawan untuk bertindak secara etis setiap saat dan patuh terhadap kebijakan yang
terdiri atas kode etik perusahaan. Dewan direksi segera mengungkapkan setiap
pengabaian dari perilaku perusahaan. Jika konflik aktual atau potensial kepentingan

12

muncul, direktur wajib menginformasikan ketua dewan dan semua direksi harus
mengundurkan diri dari setiap diskusi atau keputusan yang mempengaruhi pribadi,
bisnis atau kepentingan profesional. Jika direktur menggunakan haknya untuk
memberikan pengabaian dari kode etik bisnis untuk setiap pejabat atau karyawan
lainnya, pengabaian tersebut juga harus segera diungkapkan.
Peran dan tanggung jawab dewan direksi meliputi :
1.

Membangun visi, misi, dan nilai-nilai untuk perusahaan


a.

Membangun dan memantau visi dan misi perusahaan untuk membimbing


dan menentukan langkah untuk operasi saat ini dan perkembangan masa
depan.

2.

b.

Menetapkan nilai-nilai yang akan dipromosikan di seluruh perusahaan.

c.

Menentukan dan meninjau tujuan dan kebijakan penting perusahaan.

Menetapkan strategi dan struktur


a.

Meninjau dan mengevaluasi peluang sekarang dan masa depan, ancaman,


dan risiko diluar lingkungan, kekuatan saat ini dan masa depan, kelemahan,
dan risiko yang berkaitan dengan perusahaan.

b.

Menentukan pilihan strategis, memilih orang-orang yang akan diupayakan


dan memutuskan sarana untuk menerapkan dan tim dukungan.

c.

Menentukan strategi bisnis dan rencana yang mendukung strategi


perusahaan secara keseluruhan.

d.

Memastikan bahwa struktur dan kemampuan organisasi perusahaan adalah


peluang untuk menerapkan strategi yang dipilih.

3.

Mendelegasikan kepada manajemen


a.

Mendelegasikan

wewenang

kepada

manajemen,

memantau,

dan

mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi, dan rencana bisnis.


b.

Menentukan kriteria pemantauan untuk digunakan oleh dewan.

c.

Memastikan pengendalian internal efektif.

d.

Mengelola dan mengawasi fungsiaudit internal, termasuk pemilihan CAO


(Chief Audit Officer).

e.
4.

Berkomunikasi dengan manajemen senior.

Latihan bertanggung jawab (akuntabilitas) pada pemegang saham dan


bertanggung jawab pada stakeholders.

13

a.

Memastikan komunikasi ke dan dari pemegang saham dan stakeholder


terkait efektif.

b.

Memahami dan memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan


stakeholder yang bersangkutan.

c.

Memonitor

hubungan

dengan

pemegang

saham

dan

stakeholder

bersangkutan dengan mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang


tepat.
d.

Mempromosikan goodwill dan dukungan dari pemegang saham dan


stakeholder yang bersangkutan.

2.7.

Governance as a Key Element of GRC


Corporate Governance merupakan aturan, proses, atau hukum dimana

bisnis dioperasikan, diatur, dan dikendalikan. Sementara GRC Principals merupakan


strategi terkoordinasi perusahaan untuk mengelola masalah yang luas dari tata kelola
perusahaan, manajemen risiko perusahaan (ERM) dan kepatuhan perusahaan
berkaitan dengan persyaratan peraturan. Tiga unsur GRC Principals saling terikat
satu dengan lain, yang meliputi :
1.

Governance
Proses mengurus bisnis, memastikan bahwa hal-hal yang dilakukan sesuai
dengan standar perusahaan, peraturan, dan keputusan dewan direksi atau proses
pembentukan peraturan dan prosedur dalam semua tingkat perusahaan,
mengkomunikasikan aturan, memantau kinerja terhadap aturan, dan memberikan
imbalan dan hukuman berdasarkan kinerja atau kepatuhan terhadap aturan
tersebut.

2.

Risk Management
Kemampuan untuk secara efektif dan efisien mengurangi risiko yang dapat

3.

menghambat operasi atau kemampuan untuk tetap kompetitif di pasar organisasi.


Compliance
Kepatuhan perusahaan dengan hukum dan aturan yang mempengaruhi bisnis dan
masyarakat.

14

Anda mungkin juga menyukai