Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan yang melanda hampir sebagian besar di dunia pada akhir
tahun 1990 membuat Negara-negara yang dilanda krisis tersebut untuk mereformasi
tatakelola perusahaan sebagai suatu prioritas sebagaian besar dari Negara yang
dilanda krisi keuangan tersebut. Memerlukan direktur independen dan komite audit.
Aturan hokum mengenai sekuritas syarat, untuk dapat daftar di bursa saham, otoritas
regulasi juga telah diperkuat .

Awal mula reformasi di benua Asia sangat berbeda dengan di benua Eropa
atau Amerika Utara. Pemerintah di Negara-negara Asia, pemimpin perusahaan, pihak
investor dan pembuat kebijakan menyadari bahwa prtaktik dari tatakelola perusahaan
tidak dapat berubah secara singkat. Membuat suatu perusahaan di Asia untuk
memenuhi peraturan yang baru merupakan suatu peraturan yang baru merupakan
suatu tantangan yang baru yang membutuhkan tingkat transparasi yang lebih baik dan
peningkatan penegakan hukum yang lebih baik lagi dan juga tidak luput untuk
memperhatikan pergelokan budaya dalam jajaran kepemimpinan.

Peningkatan jumlah penelitian tentang tatakelola perusahaan dikarenakan


terjadi krisis keuangan di Asia tahun 1997 yang dimana masalahnya terletak pada
masalah tatakelola perusahaan dan mengarah pada analisis darurat untuk membantu
penyusunan kembali dari tatakelola perusahaan. Dalam survey yang dilakukan oleh
Claessens dan Fan, mereka mereview masalah tatakelola perusahaan di
Asia.Tatakelola perusahaan yang berjalan di Asia menunjukan bahwa kombinasi dari
struktur kepemilikan dan system hak kepemilikan (hukum dan pelaksanaannya) pda
dasarnya menggabarkan insentif, kebijakan, performa dari para manajer dan
perusahaannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Corporate Governance di Dunia
2. Bagaimana sejarah Corporate Governance di Asia
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan Corporate Governance di Indonesia

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui sejarah Corporate Governance di Dunia


2. Untuk mengetahui sejarah Corporate Governance di Asia
3. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Corporate Governance di
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Corporate Governance di Dunia


Pada awal dekade 2000an dunia dikejutkan oleh tumbangnya
perusahaan-perusahaan terkemuka di berbagai negara industri maju termasuk
Amerika Serikat, Inggris, Itali, Australia, Singapura, dan Hongkong.Regulator
pemerintah tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa
penyebab utama tumbangnya perusahaan-perusahaan besar tersebut adalah
karena lemahnya penerapan prinsip-prinsip good corporate governance.
Kelemahan corporate governance tersebut disebabkan oleh :
1. Renggangnya hubungan antara para pemegang saham dengan manajemen
perusahaan.
2. Lemahnya peranan dewan pengurus dalam mengarahkan dan
mengendalikan kebijaksanaan dan pengelolaan harta, utang, dan operasi
bisnis perusahaan.
3. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola dan mengambil
keputusan keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan
hidup perusahaan.
4. Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian laporan
perkembangan bisnis dan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan
kepada para pemegang saham dan kreditur.
5. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung dari komite
audit.

Kelemahan corporate tersebut memberikan peluang bagi dewan


pengurus dan manajemen perushaan yang memiliki moral dan etika bisnis
yang buruk dalam mengelola perusahaan demi kepentingan pribadi atau
golongan bukan kepentingan perusahaan.Dalam melakukan penyalah gunaan

3
jabatan kebanyakan manajemen perusahaan berkolusi dengan institusi profesi
papan atas seperti penasehat hukum, perusahaan konsultan, dan perusahaan
akuntan publik. Kasus bisnis perusahaan-perusahaan raksasa dunia berdampak
negatif terhadap beberapa hal yaitu:menurunnya kepercayaan investor untuk
menanamkan dananya dalam perdagangan surat berharga dan bank serta
lembaga keuangan non bank lebih selektif dalam menyalurkan kredit mereka.

Sejak terjadinya skandal bisnis di beberapa negaramenyadarkan


masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa corporate governance di negara
mereka perlu di reformasi.Dua negara yang paling serius menangani imbas
skandal perusahaan perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan
Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara
tersebut merupakan motor perkembangan ekonomi mereka.

Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang terjadi di


perusahaan perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik adalah :

1.
Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang reformasi
persyaratan perusahaan publik. Pendapat tersebut dituangkan dalam
sebuah makalah yang berjudul Modernizing Company Law. Selain itu
regulator keuangan Inggris The Financial Service Authority (FSA)
menerbitkan pedoman tentang penyusunan laporan keuangan
perusahaan public, dimana mereka diharuskan untuk mengungkapkan
secara transparan semua transaksi bisnis yang dilakukan.
2.
Pemerintah Inggris membentuk komite komite corporate governance.
Komite tersebut menyusun laporan laporan yang memuat pendapat
dan saran bagaimana cara memperbaharui peraturan tentang corporate
governance dan nantinya perusahaan perusahaan harus mematuhi
saran-saran yang diajukan komite tersebut.

4
Reaksi Amerika Serikat terhadap skandal yang terjadi di perusahaan
serta kejatuhan perusahaan public adalah :
1. pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang undang tentang
reformasi corporate governance yang disebut Sarbanes Oxley Act yang
memuat tentang ketentuan ketentuan baru yang tegas tentang perlindungan
hak dan kepentingan pemegang saham dan karyawan perusahaan publik.
Selain itu Sarbanes Oxley Act menentukan bahwa anggota dewan pengurus
wajib menguasai dasar dasar ilmu manajemen keuangan.
2. Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan melakukan pengungkapan
laporan keuangan secara transparan serta diwajibkan untuk menggunakan
auditor independen dan menerapkan standar auditing yang ditetapkan US
Public Accounting Oversight Board (PCAOB).

2.2 Sejarah Corporate Governance di Asia


A. Good Corporate Governance di Malaysia
Di Malaysia Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian
Code on Corporate Governance) diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan
kewajiban untuk melaksanakan Pedoman diatur dalam peraturan tentang
pencatatan efek di bursa efek tersebut.Pedoman diterbitkan pada tahun 2007
dan merupakan revisi atas pedoman yang diterbitkansebelumnya.Metode
penerapan Pedoman Good Corporate bagi perusahaan bersifat complyand
explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut.Bagi perusahaan yang
tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good Corporate Governance
dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan.Perusahaan juga wajib mengidentifikasi
prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertaialasan atas
ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi praktek tatakelola
negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.Sanksi atas ketidak patuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya

5
bersifat voluntary.Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang
tidak menerapkannya.Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance Pedoman terdiri
dari tiga bagian yaitu :
1. Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang
berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk
memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsipprinsip
sesuai dengan keadaan masingmasing perusahaan.
2. Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan
untuk membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka
terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
3. Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang
bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar
tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam
tata kelola perusahaan.
B. Good Corporate Governance di Singapura
Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura di terbitkan oleh
Bursa efek Singapura, metode penerapan Pedoman Good Corporate
Governance di Singapura bersifatcomply and explain. Berdasarkan ketentuan
pencatatan efek di Bursa Efek Singapore mengharuskan perusahaan tercatat
untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka dalam laporan tahunan
dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
Pedoman.Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap
perbedaan pelaksanaannya dari pedoman tersebut.Perusahaan juga didorong
untuk melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata
kelola dan mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip
tersebut dalam laporan tahunan perusahaan.Sanksi atas ketidak patuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya

6
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang
tidak menerapkannya.Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
C. Good Corporate Governance di Thailand
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand
bersifat Comply or Explain.Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand
(SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate
Governance tersebut.Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-
prinsip Good Corporate Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap
perusahaan.Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip
Good Corporate Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.Perusahaan tercatat telah diminta untuk mulai
mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain itu, perusahaan
yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham,
investor, stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang
disarankan adalah situs web perusahaan.Sanksi atas ketidakpatuhan Penerapan
Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary.Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya.Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
D. Good Corporate Governance di Philipina
Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina Sesuai dengan
kebijakan negara untuk secara aktif mempromosikan reformasi tata kelola
perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor,
mengembangkan pasar modal dan membantu mencapai pertumbuhan yang
tinggi dan berkelanjutan untuksector korporasi dan ekonomi, Securities
Commission, melalui Resolusi No.135, Seri 4 April2002, menyetujui

7
berlakunya dan pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance ini.
Pedoman ini berlaku untuk perusahaan efek yang tercatat atau terdaftar,
perusahaan penerima izin/lisensi dan perusahaan publik. Pedoman Good
Corporate Governance ini juga berlaku untuk cabang atau anak perusahaan
dari perusahaan asing yang beroperasi di Filipina yang terdaftar.Metode
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Philipina merupakan
suatu kewajiban.Penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good
Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities and Exchange
Commission dan dapat dikenakan sanksi.Bursa Efek Philipina mewajibkan
perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodic mengenai kepatuhan
terhadap manual tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi
wajib diungkapkan lengkap dengan alasannya.Sanksi atas ketidakpatuhan
terhadap Pedoman Good Corporate Governance Kegagalan untuk mengadopsi
manual tata kelola perusahaan seperti yang ditentukan untuk perusahaan,
setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh tempo dikenakan denda sebesar
P100.
E. Good Corporate Governance di Indonesia
Di Indonesia istilah good corporate governance popular selama
sepuluh tahun terakhir tidak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan
di posisi terhormat.Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses
perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang,
sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.Kedua, krisis ekonomi di
kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan
penerapan GCG.Pada tahun 1999, negara-negara di Asia Timur yang terkena
krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Survey dari Booz-Allen
di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
indeks corporate governance paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah
Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas
GCG korporasi-korporasi di Indonesia ditengarai menjadi kejatuhan
perusahaan-perusahaan tersebut.Tahap-Tahap Penerapan GCG Salah satu

8
tujuan utama ditegakannya good corporate governance ialah untuk
menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian
perusahaan sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi peluang terjadinya
kesalahan mengelola (miss management), menciptakan insentif bagi manajer
untuk memaksimumkan produktivitas penggunaan aset sehingga menciptakan
nilai tambah perusahaan yang optimal. Dalam pelaksanaan penerapan GCG di
perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang
cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat
kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapat
dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Beberapa tahapan dalam
menerapkan GCG yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Awareness Building Awareness
Awareness Building Awareness Building merupakan langkah
sosialisasi awal untuk membangun kesadaran mengenai arti
pentingnya GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya.Upaya
ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen
dari luar perushaan.Kegiatan dapat dilakukan melalui seminar,
lokakarya, dan diskusi kelompok.
b. GCG Assessment
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau
memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat ini.
Langkah ini perlu guna memastikan titik awal atau level penerapan
GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna
mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif
bagi penerapan GCG secara efektif.
c. GCG Manual Building
GCG Manual Building adalah langkah berikutnya setelah GCG
Assessment dilakukan.Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan
untuk kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas

9
penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG
dapat disusun.
2. Tahap Implementasi
a. Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh
perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG
khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi
perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,
langsung berada dibawah pengawasan Direktur Utama.
b. Implementasi
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan
pedoman GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah
disusun.Implementasi harus bersifat top down approach yang
melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan.
c. Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG
di dalam seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur
operasi, sistem kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan
upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekadar
dipermukaan atau sekadar suatu kepatuhan yang bersifat superficial,
tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu
ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah
dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit
implementasi dan scoring atas praktek GCG yang ada.

10
2.3 Sejarah Lahir GCG dan Perkembangannya di Indonesia
Corporate Governance ( CG) mulai dikenal pada tahun 1998, bermula dari
usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta dan
sekarang menjadi bursa efek Indonesia yang mengatur mengenai peraturan bagi
emiten yang tercatat di BeJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris
independen dan membentuk komite audit.
Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter
of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong
terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan CG.Pemerintah Indonesia
mendirikan satulembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara
Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-
31/M.EKUIN/06/2000.Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun
rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan
memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia.
Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman Umum GCG di tahun 2001,
pedoman CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen
dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif.
Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui
surat keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-
49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pemebentukan Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) yang memperluas cakupan tugas sosialisasi
Governance bukan hanya di sector korporasi tapi juga di sector pelayanan public.
KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman CG yang telah di
terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman
GCG tahun 2001 hal-hal yang dikedepankan adalah mengenai pengungkapan dan
transparansi, sedangkan hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG
tahun 2006 adalah :

11
1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan
masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
GCG.
2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.
3. Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris
(komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan remunerasi,
komite kebijakan corporate governance);
4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam
kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko,
pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;
5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang
saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk
dan jasa.;
6. Pernyataan tentang penerapan GCG;
7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;

Secara strategis tahapan mengenai implementasi CG di Indonesia melalui


beberapa tahap :

1. Pemberdayaan dewan komisaris agar mekanisme Check and Balance


berjalan secara efektif. Dewan komisaris yang menjalankan prinsip-
prinsip CG dapat secara efektif bekerja sesuai dengan peraturan dan
best practices yang ada dalam dunia bisnis. Independensi komisaris
diperlukan dalam rangka mewujudkan fungsi check and balance
sebagai perwujudan dari asas akuntabilitas dalam perseroan. Saat ini
selain pedoman komisari independen dan komite audit yang diterbitkan
oleh KNKG, pihak otoritas Pasar Modal, BUMN, dan Perbankan juga
telah mewajibkan penunjukan komisaris independen.
2. Memperbanyak agen-agen perubahan melalui program sertifikasi
komisaris dan direktur. Melalui institusi pelatihan dan sertifikasi
komisaris dan direktur materi CG disampaikan sebagai sarana untuk

12
internalisasi prinsip CG dalam mengelola korporasi. Lembaga
Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI) sebagai lembaga pelatihan
dan sertifikasi kedirekturan yang di naungi oleh KNKG telah
menjalankan fungsinya sejak tahun 2001 untuk menciptakan agen-agen
perubahan didalam perusahaan yang konsisten menerapkan prinsip CG.
Selain LKDI tercatat juga IICD dan lembaga-lembaga universitas yang
turut serta dalam upaya menciptakan agen-agen perubahan.
3. Memasukkan asas-asas GCG kedalam pearturan perundangan seperti
UUPT, UUPM, Peraturan Perundangan mengenai BUMN, Peraturan
Perundangan mengenai Perbankan khususnya yang terkait dengan asas
transparansi, akuntabilitas, dan fairness.
4. Penyusunan Pedoman-Pedoman oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance.
5. Sosialisasi dan implementasi pedoman-pedoman diantaranya berupa
kewajiban assessment di Perbankan dan BUMN.

Secara keseluruhan penegakan aturan untuk penerapan CG belum ada


sanksi yang memberikan efek jera bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya, namun di sektor perbankan telah dicoba untuk dimasukkan
beberapa hal yang terkait dengan kewajiban Bank dalam menerapkan CG
yang berujung pada sanksi bagi bank-bank yang tidak mengikuti aturan
tersebut.

13
Contoh Kasus Corporate Governance di Dunia

Enron Corporation adalah salah satu perusahaan energi terbesar di dunia yang
berada di Houston, Texas, Amerika Serikat. Pada 30 November 2001, perusahaan ini
mengalami kebangkrutan besar setelah terungkapnya kasus penipuan akuntansi yang
dilakukan oleh perusahaan ini dengan bantuan KAP (Kantor Akuntan Publik) Arthur
Andersen.

Berita kebangkrutan Enron sangat mengejutkan berbagai kalangan, pasalnya


sebelum perusahaan ini mengakui kebangkrutannya dalam otoritas pasar modal,
laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa Enron memiliki laba US$100
miliar. Hal ini membuat harga saham Enron terjun bebas di bursa saham, sebelumnya
saham Enron terjual dengan harga US$ 90 per lembar. Namun, sesaat setelah
kejadian itu, saham Enron turun menjadi US$45 sen per lembar.

Kronologi Kasus Enron Corporation dan KAP Arthur Andersen

Sejak tahun 1985 Enron Corporation telah menggunakan jasa KAP Arthur
Andersen sebagai auditor internal dan eksternal perusahaan, hingga tahun 2000 KAP
Arthur Andersen selalu memberikan opini wajar tanpa syarat (unqualified opinion)
terhadap laporan keuangan Enron. KAP Arthur Andersen merupakan salah satu KAP
terbesar di dunia yang masuk dalam kategori ‘The Big Five’. Namun, setelah
terungkapnya kasus Enron, KAP Arthur Andersen dinyatakan ditutup.

KAP Arthur Andersen memberikan jasa audit dan konsultasi kepada Enron
Corporation. Kedua entitas tersebut melakukan penipuan akuntansi pada laporan
keuangannya. Penipuan akuntansi tersebut antara lain transaksi off balance sheet
tidak diungkapkan secara nyata pada catatan atas laporan keuangan.

Enron mengakui pendapatan ketika suatu proyek atau kerjasama dimulai


tetapi tidak mengungkap adanya kerugian ketika pelaksanaan proyek tersebut
dibatalkan atau gagal. Selain itu, Enron juga menggelembungkan laba perusahaan dan
menyembunyikan utang perusahaan. Hal ini membuat Enron tetap terlihat baik – baik

14
saja dari perspektif eksternal sehingga harga saham Enron pun tetap terjaga di level
yang stabil.

Di tahun 2001, Enron melaporkan kebangkrutannya melalui otoritas pasar


modal. Ketika akan dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kasus ini ternyata
dokumen – dokumen bukti pencatatan laporan keuangan (termasuk di antaranya
kertas kerja audit formal) telah dimusnahkan oleh KAP Arthur Andersen. Meskipun
pemusnahan dokumen tersebut sesuai dengan kebijakan internal KAP namun dari
persepektif hukum, hal ini dinilai melanggar perundang–undangan yang berlaku.
Kasus ini menyebabkan kredibilitas KAP Arthur Andersen hancur.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tata kelola perusahaan telah berkembang baik di Dunia, Asia, maupun
Indonesia. Beberapa Negara, misalnya saja Singapura telah menunjukan
perkembangan yang signifikan dalam hal tata kelola perusahaan. Dalam
mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, tentunya tidak dapat dicapai dalam
waktu yang singkat.
Kedepannya, baik pemerintah maupun perusahaan di Asia harus melakukan
perannya masing-masing dan juga harus bertindak secara berkesinabungan. Pihak
perusahaan harus menciptakan struktur kepemimpinan yang kuat dan lebih
bermanfaat bagi perusahaan, meningkatkan cakupan, akurasi dan ketepatan dari
pelaporan keuangan serta memberikan perhatian lebih terhadap hak dan
kepentingan dari pemilik saham minoritas. Pihak pemerintah juga harus
menyediakan kerangka perlindungan hokum yang kuat serta kerangka regulasi
untuk mendasari reformasi tersebut. Aturan-aturan tersebut tentunya juga harus
disesuaikan dengan Negara yang bersangkutan. Setiap ketentuan tata kelola
secara spesifik berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, akan tetapi
setiap tindakan reformasi tetrsebut harus didasari atas peningkatan dibidang
hukum, standar akuntansi yang kuat, peraturan yang kuat, system peradilan yang
efisien dan tindakan yang sungguh-sungguh dan nyata dalam pemberantasan
korupsi. Apabila aturan atas tata kelola perusahaan dengan pelaksanaannya dapat
dilaksanakan secara selaras maka hal trsebut dapat meningkatkan value dari
perusahaan. Investor pun akan merasa aman apabila ingin berinvestasi di
perusahaan tersebut.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggunjawabkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sutojo, Siswanto & Aldridge, John. 2004. Good Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan Yang Sehat), Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka.

Claessens & Fan. 2003. Corporate Governance in Asia: A survey

Dominic Barto, Paul Coombes and Simon Chiu-Yin Wong. 2004. Asia Governance
Challenge: Mc Kinsey Quartelly

17

Anda mungkin juga menyukai