Kasus Enron
Dosen Pengampu: Vogy Gautama Buanaputra, Ph.D., AFHEA
Oleh Kelompok 6:
Alyssa Rosdiana (19/438671/EK/22204)
Angelica Andrea C. T. (19/438672/EK/22205)
Afdlalul Ibrahim Husain (19/441339/EK/22357)
Dionesa Anargya Raharjo (19/441358/EK/22376)
Fathah Oscar (19/444738/EK/22556)
Josephine Aurelie S. P. (19/441376/EK/22394)
Kadek Maydi Cahyani (19/441377/EK/22395)
Nobel Brian Arianto (19/444758/EK/22576)
Wynto (19/441402/EK/22420)
Waktu Peristiwa
12 Oktober 2001 KAP Arthur Andersen memberikan perintah bagi auditor untuk
menghancurkan semua dokumen Enron, kecuali dokumen-dokumen
dasar.
22 Oktober 2001 Enron mengumumkan adanya pengujian dari SEC dan harga saham
kembali jatuh (Securities Exchange Committee).
29 November 2001 KAP Arthur Andersen ikut menjadi salah satu pelaku dalam kasus
Enron berdasarkan investigasi lebih lanjut oleh SEC.
6. How: Praktik Kecurangan yang Dilakukan Enron dan Penemuan Terjadinya Fraud
Kasus kecurangan yang dilakukan oleh manajemen Enron terungkap setelah Sherron
Watkins, Vice President Corporate Development di Enron, mengirimkan memo secara
anonim kepada Kenneth Lay, CEO Enron. Watkins menyadari adanya fraud ketika Watkins
diberitahu bahwa terdapat transaksi penjualan yang mengindikasikan kekacauan penipuan
karena penjualan tersebut dirasa tidak layak secara finansial. Watkins kemudian menulis
memo anonim untuk menyimpulkan permasalahan Enron kemudian mengidentifikasikan
dirinya sebagai penulis memo ke divisi human resources. Lalu, diadakan pertemuan antara
Watkins dan Kenneth Lay. Watkins tidak pernah membawa kekhawatirannya ini keluar dari
perusahaan, tetapi Komite Kongres mengungkapkan memo tersebut kepada publik pada
Januari 2002 sehingga Watkins dikenal sebagai whistleblower dalam kasus ini.
Pengungkapan memo tersebut kemudian mengawali penyelidikan lebih lanjut mengenai
manipulasi laporan keuangan Enron yang seharusnya mengalami kerugian, tetapi malah
disajikan mengalami keuntungan.
Enron melakukan praktik manipulasi akuntansi yaitu tindakan Off-Balance Sheet yang
membuat informasi-informasi penting perusahaan tidak seluruhnya diberikan kepada
investor. Enron melakukan Special Purpose Vehicles (SPVs), yang mana terdapat hubungan
dan kerja sama khusus dengan beberapa pihak yang tidak diungkapkan. Tindakan tersebut
dilakukan untuk menutupi utang dan aset yang ‘merugikan’ dengan jumlah besar sehingga
laporan keuangan perusahaan terlihat baik di depan investor. Secara singkat, tindakan SPVs
yang dilakukan enron yaitu memberikan sebagian saham kepada SPV dengan imbalan uang
tunai, kemudian saham tersebut digunakan untuk melindungi nilai aset di neraca Enron. SPVs
yang dilakukan oleh Enron bertujuan untuk menyembunyikan realitas akuntansi dari para
investornya, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak illegal. Hanya saja, tindakan tersebut
akan merugikan investor dan kreditur karena secara tidak langsung telah menipu atas tidak
lengkapnya kondisi laporan keuangan perusahaan.
7. How much: Berapa banyak jumlah moneter yang dimanipulasi Enron dalam laporan
keuangannya?
Kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan Enron yaitu dengan menaikkan
pendapatan sebesar US$600 juta dan menyembunyikan utang sebesar US$1.2 Miliar.
Manipulasi tersebut dilakukan oleh Enron sebagai upaya untuk menarik minat investor agar
mau berinvestasi pada saham Enron, selain itu manajemen Enron memang sedang melakukan
ekspansi bisnis secara besar-besaran sehingga banyak transaksi yang melibatkan aset
perusahaan. Dimana pada ujungnya, hutang yang disembunyikan ini terungkap ketika ada
klasifikasi ulang karena terdapat banyak special purpose entity (SPE) yang tidak tercatat.
Praktik menyembunyikan utang yang dilakukan oleh Enron biasa dikenal dengan
istilah off balance sheet yaitu suatu teknik akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghindari kewajiban pengakuan ekonomis, seperti kewajiban di dalam neraca (Tunggal,
2011). Pada umumnya, off balance sheet dapat dilakukan dengan catatan dapat diungkapkan
pada notes di financial statement. Berkat manipulasi pada pendapatan dan praktik off balance
sheet, Enron berhasil membukukan laba bersih sebesar US$393 juta pada 16 Oktober 2001.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar US$100 juta jika dibandingkan dengan laba
bersih tahun sebelumnya. Namun, nasib mujur ternyata tidak diperoleh Enron dalam jangka
waktu lama, pada tanggal 2 Desember 2001 praktik window dressing dan off balance sheet
yang dilakukan Enron akhirnya terungkap. Berdasarkan penemuan tersebut diperoleh fakta
bahwa semestinya Enron mengalami rugi sebesar US$644 juta.
Transaksi penggelapan utang ini dilakukan melalui bantuan skema Special Purpose
Vehicle, dimana SPV ini adalah perusahaan yang didirikan semata-mata untuk menjalankan
fungsi khusus tertentu untuk kepentingan pendirinya, seperti pembelian dan/atau pembiayaan
investasi dan tidak melakukan kegiatan usaha aktif. Hal ini dilakukan dengan cara, Enron
mentransfer sebagian sahamnya (yang bernilai tinggi) ke SPV dengan harapan Enron
mendapatkan kas atau pinjaman. Saham yang berada di SPV digunakan untuk hedge bagi aset
SPV yang ada di Enron. Dimana, enron akan menjamin nilai SPV dengan mengurangi risiko.
8. Kesimpulan
Enron telah melakukan praktik off-balance sheet, yaitu tindakan tidak mencatat aset
dan/atau kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan dalam neraca. Enron melakukan praktik ini
dengan cara “menyembunyikan” utang sebesar US$1.2 Miliar yang menjadi kewajiban
Enron. Dengan demikian, Enron telah melakukan manipulasi pada laporan keuangan mereka
dan melanggar etika bisnis dan profesi sebagai seorang akuntan. Salah satu sosok yang
bertanggung jawab dalam skandal ini adalah CFO Enron, Andrew Fastow. Tindakan yang
dilakukan Enron merugikan bagi publik, terutama investor, karena telah memberikan
informasi yang keliru (misleading information). Selain itu, KAP Arthur Andersen juga
bersalah karena telah “menyetujui” laporan keuangan Enron yang bermasalah. Kemudian,
Andersen juga bersalah karena menghancurkan barang bukti atas skandal tersebut, sehingga
melakukan tindakan obstruction of justice. Salah satu imbas dari skandal ini adalah
diterbitkannya undang-undang yang bertujuan untuk melindungi investor, karyawan, dan
publik dari tindak kecurangan, yaitu Sarbanes-Oxley Act yang mencakup empat hal utama,
yaitu tanggung jawab perusahaan, peningkatan hukuman bagi pelaku, peraturan akuntansi
baru, dan perlindungan baru bagi publik.
Referensi
Ferdinand, Rickvan. (2012). “Analisis Keterkaitan Antara Kasus Enron dengan Teori Audit
Kecurangan: Studi Pustaka” Skripsi thesis, Sanata Dharma University.
http://repository.usd.ac.id/id/eprint/17330
Hayes, A. (2021, Agustus 16). “ Enron”. Investopedia. Diambil kembali dari Investopedia:
https://www.investopedia.com/terms/e/enron.asp.
Kenton, W. (2020, Februari 4). “Sarbanes-Oxley (SOX) Act of 2002 Definition”.
Investopedia. Diambil kembali dari Investopedia:
https://www.investopedia.com/terms/s/sarbanesoxleyact.asp.
NBCNEWS. (2006, Maret 16). Enron whistleblower tells of 'crooked company'. Business
News. Diambil kembali dari NBCNEWS:
https://www.nbcnews.com/id/wbna11839694
Primeaux, E. (2016, April). “Numbers Manipulator Describes Enron’s Descent”. Fraud
Magazine. Diambil kembali dari Fraud Magazine:
https://www.fraud-magazine.com/article.aspx?id=4294991880
Segal, T. (2021, Juni 1). “Enron Scandal: The Fall of a Wall Street Darling”. Investopedia.
Diambil kembali dari Investopedia:
https://www.investopedia.com/updates/enron-scandal-summary/
Subramanyam, K. (2014). Financial Statement Analysis (11th ed.). McGraw-Hill Education.
Turner, J. (2020, Agustus 17). “I am a Person of Faith” Whistleblower of the Week: Sherron
Watkins . Diambil kembali dari Whistleblower Network News:
https://whistleblowersblog.org/whistleblower-of-the-week/i-am-a-person-of-faith-whi
stleblower-of-the-week-sherron-watkins/