Anda di halaman 1dari 13

AUDIT 1

PELANGGARAN KODE ETIK AKUNTAN DAN AUDITOR


Dosen Pengampu : Tenripada, SE., M.Sc., Ak

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6
1. Nurainun Habiba C301 22 022
2. Miswati C301 22 034
3. Rena Ayu Purniatin C301 22 035
4. Muh. Aidil C301 22 052
5. Moh. Raffi Cendika Putra C301 22 064
6. Amelia Fravitasari Todingallo C301 22 067
7. Muhammad Alif C301 22 068
8. Muh. Widayatama C301 22 074

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia-Nya.kami sebagai
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Pelanggaran Kode Etik Akuntan

dan Auditor oleh PT Asabri dan PT Envy Technologies Indonesia Tbk " tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah "Audit 1".
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempuna, oleh karena itu
kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dibahas dalam makalah ini, sehingga masa
yang akan datang akan lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semua pihak.

Palu, September 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan .....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Kasus PT Asabri.....................................................................................4


2.2 Pelanggaran Kode Etik Kasus PT Asabri................................................................5
2.3 Tanggapan Terhadap Pelanggaran Kasus PT Asabri ..............................................7
2.4 Solusi Untuk Kasus Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan PT Asabri...............9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kode etik akuntan merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
perkerjaan yang membuthkan pelatihan dan penguasahaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai akuntan. Dalam menjalan profesi sebagai seorang
akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya.
Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menajdi pegangan bagi
setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kronologi kasus PT Asabri dan PT Envy Technologies Indonesia
Tbk?
2. Apa pelangaran kode etik kasus PT Asabri dan PT Envy Technologies
Indonesia Tbk ?
3. Apa tanggapan terhadap pelanggaran kasus PT Asabri dan PT Envy
Technologies Indonesia Tbk?
4. Apa solusi untuk kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan PT Asabri dan
PT Envy Technologies Indonesia Tbk?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kronologi kasus PT Asabri dan PT
2. Mengetahui pelanggaran dari PT Asabri dan PT
3. Mengetahui tanggapan terhadap pelanggaran dalam kasus PT Asabri dan PT
4. Memberikan solusi untuk kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan PT
Asabri dan PT

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Kasus PT Asabri

PT ASABRI Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) yang


dibentuk pada 1 Agustus 1971 sebagai BUMN yang ditugaskan oleh Pemerintah dalam
mengelola program asuransi sosial dan pembayaran khusus Prajurit TNI, anggota Polri, PNS,
dan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Tujuan dibentuknya badan ini untuk
meningkatkan kesejahteraan Prajurit TNI, Anggota Polri, dan PNS Kemhan/ Polri.

Pada awal tahun 2020 sekiranya pada bulan Januari 2020, BPK merasakan adanya
kejanggalan pada laporan keuangan Perseroan yang semakin lama kinerja Perseroan terlihat
sangat menurun dari laporan keuangan yang diperiksa yang menunjukkan hasil negatif,
dilansir dari Antarnews.com. Kecurigaan pada Perseroan terus berlangsung hingga pada
tanggal 8 Februari 2021 dan terkuak jika Perseroan melakukan kecurangan dalam
menjalankan kegiatannya. Kejaksaan Agung juga mulai menetapkan sembilan orang
tersangka dan ditaksirkan kerugian yang diakibatkan merugikan negara sebesar Rp 22,78
Triliun.

Kronologi diawali dari tahun 2012- 2019 pada Direktur Utama Perseroan (Adam dan
Sonny), Kepala Divisi keuangan dan investasi (Bachtiar, Hari, Ilham) melakukan
kesepakatan dengan pihak eksternal. Perseroan yaitu kepada Lukman, Heru, Benny dan
Jimmy. Pada rentang waktu 2012 hingga 2016, Adam yang melakukan kesepakatan
pertamanya dengan Benny dalam mengatur dan mengendalikan transaksi investasi saham dan
reksa dana PT ASABRI, dilanjutkan pada periode 2016 hingga 2020 setelah jabatan Adam
selesai, Sonny yang melanjutkan aksi dari direktur ASABRI sebelumnya. Dia melakukan
kesepakatan dengan pihak baru yaitu Heru dan Lukma pada tahun 2016 hingga 2019.

Di sisi lain, Bachtiar bersama rekannya yang bernama Hari bertugas dalam
merencanakan dan mengelola investasi keuangan dan mengendali persetujuan pada Benny
dan Heru tanpa dilakukannya analisa pada emiten saham tersebut. Lukman, Heru, Benny

5
menjalankan tugasnya dalam membeli portofolio saham ASABRI dengan harga yang lebih
murah dari harga pasar yang sebenarnya. Saham-saham yang telah ditransaksikan tersebut di
atas namakan mereka bertiga karena sejalan sesuai dengan kesepakatan di awal dengan
Direksi ASABRI, setelah dilakukannya transaksi pada saham-saham ASABRI, mereka
(Lukman, Heru, Benny) dapat mengendalikan saham ASABRI.

Sejalan dengan kegiatan mereka bertiga, pihak Direktur divisi keuangan dan investasi
juga fokus pada peran mereka yaitu melakukan manipulasi laporan keuangan Perseroan,
manipulasi harga ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja portofolio ASABRI yang seolah-
olah terlihat baik. Pada faktanya, kinerja ASABRI semakin menurun terbukti dari saham
yang dikendalikan dan dijual kepada 3 orang pihak luar dengan harga yang jauh lebih murah.

Hal ini dapat berdampak menguntungkan bagi pihak luar (Lukman, Heru, Benny) dan
merugikan pihak Perseroan. Agar tidak terlalu tercium atas kegiatan transaksi yang mereka
lakukan ini, pihak ASABRI membeli kembali saham-saham yang sebelumnya dijual kepada
mereka bertiga namun saham-saham tersebut yang seharusnya menjadi milik ASABRI
ternyata masih di bawah kendali mereka bertiga.

Hal tersebut dapat dijalankan dengan melakukan underlying reksa dana atas nama
mereka bertiga dan dikelola secara diam-diam oleh manajer investasi yang bernama Jimmy,
orang yang diutus langsung dan dipercaya oleh Heru dan Benny. Sehingga di akhir
kesimpulan, kegiatan investasi ASABRI dari tahun 2012 hingga 2019 sepenuhnya ada di
bawah kendali Lukman, Heru, Benny.

Pada tahun 2020 hingga 2021, BPK mulai timbul rasa kecurigaan atas sahamsaham
portofolio ASABRI yang mulai menurun terus menerus sehingga penyelidikan ini terkuak.
BPK melakukan pemeriksaan dan menemukan laporan keuangan 2017 Perseroan terbukti
mempunyai kerugian sebesar enam belas triliun Rupiah yang diketahui akibat dari adanya
kegiatan investasi ilegal.

Pemeriksaan dilanjutkan pada lebih dalam oleh BPK dan terdapat bukti bahwa PT.
ASABRI melakukan pembelian saham ilegal sebesar delapan ratus dua miliar, dan pelepasan
sebanyak 12 saham nonbluechip yang sebelumnya dibeli dengan harga sebesar sembilan ratus
delapan puluh tujuh miliar Rupiah. Para tersangka dipanggil oleh kejagung dan beberapa
telah divonis penjara dan dari hasil pemeriksaan terdapat barang yang disita serta ditaksirkan
kerugian yang diakibatkan merugikan negara sebesar Rp 22,78 triliun.

6
2.2 Pelangaran Kode Etik Kasus PT Asabri
1. Integritas,
Dalam kasus ini, akuntan tidak menerapkan prinsip integritas, disebabkan
karena perusahaan dalam mengaudit BPK, akuntan kedapatan membeli saham
bodong senilai Rp 802 miliar. Selain itu, Perseroan juga tercatat membeli dua saham,
yakni milik PT Eureka Prima Jakarta Tbk senilai Rp 203,9 miliar dan PT Sugih
Energy Tbk sebesar Rp 452 miliar. Dari sini dapat dilihat bahwa adanya
ketidakjujuran yang dilakukan oleh pihak audit oleh PT Asabri karena dilakukan
pembelian saham bodong (penipuan saham).

2. Objektivitas

Dalam kasus ini, akuntan tidak menerapkan prinsip objektivitas di mana


seharusnya anggota harus bersikap adil, tidak memihak, dan jujur secara intelektual.
Karena pihak KAP pada PT Asabri melakukan audit dan memberikan opini yang
tidak sesuai dengan kode etik, dengan cara menaikkan laba disetiap tahunnya, yang
membuat P2PK curiga. Terlihat jelas bahwa adanya ketidak adilan, ketidakjujuran,
dan memihak ke orang yang salah.

3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Dalam kasus ini, KAP melakukan audit, tidak melakukan sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi karena saat memberikan opini, tidak sesuai
dengan kode etik atau standar pemeriksaan pada laporan keuangan pada PT Asabri.
Akuntan mencatat lebih besar tujuh kali lipat dari sebelumnya padahal seharusnya PT
asabri merugi karena portofolio saham investasinya, karena pihak KAP tidak menaati
etika bisnis maka dengan begitu dianggap tidak profesional.

4 Kerahasiaan

Dalam kasus ini, akuntan kedapatan membeli saham bodong senilai Rp 102
miliar. Saat pemeriksaan, direksi Asabri pembelian saham tanpa melalui proses uji tuntas
dan studi kelayakan.

5. Pelaku profesional

Dalam kasus ini, KAP pada PT Asabri tidak menerapkan perilaku profesional. Di
mana kasus ini mendiskreditkan profesi mereka yang dinilai tidak mempunyai perilaku

7
profesional dalam menjalankan tugasnya oleh pelaku bisnis yang akan menyewa jasa
sebagai auditor

 Kasus dua : Kronologi kasus PT Envy Technologies Indonesia Tbk


Berdasarkan prospectus penawaran perdana saham PT Envy Technologies
Indonesia Tbk. pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004
dan bergerak dibidang jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha
diklasifikasikan menjadi jasa sistem integrasi informatika, system integrasi
telekomunikasi, dan keamanan informasi digital. Perusahaan melakukan penawaran
perdana saham (initial public offering) pada tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi
perusahaan publik di BEI dengan kode saham ENVY pada tanggal 8 Juli 2019.
Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk terdiri dari saham
pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau
sebesar Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019).
Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT Envy
Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik
manipulasi laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak
perusahaan, yaitu PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak
menyusun laporan keuangan tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan
perhatian dari BEI atas kebenaran angka yang disajikan.
Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi terhadap
dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, terdapat beberapa anomali
pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019.
Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan
pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan
adalah sebesar Rp 188,58 miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018
yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar
19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019.

8
BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut
dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari 1 Desember 2020
dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan suspense atas
saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan keuangan
interim per 30 September 2020. Laporan keuangan kuartal ke-3 pada tahun 2020
menunjukkan fluktuasi yang drastis dari kinerja ENVY pada tahun 2019. Kas dan
setara kas perseroan mengalami penurunan sebesar 99% dari Rp 26,51 miliar menjadi
Rp 314,65 juta.
Piutang lain-lain Perusahaan mengalami kenaikan sebesar 126% dari Rp 13,46
miliar menjadi Rp 30,45 miliar. Selain itu, kewajiban jangka pendek perseroan
menurun sebesar 100% dari Rp 16,44 miliar menjadi Rp 0. Liabilitas lain-lain
perusahaan mengalami kenaikan sebesar 57% dari Rp 6,77 miliar menjadi Rp 10,72
miliar. PT Envy Technologies Indonesia Tbk. berpotensi untuk menghadapi
penghapusan perdagangan saham (delisting) dari BEI apabila terbukti melakukan
kecurangan laporan keuangan.
 Pelanggaran kode etik PT Envy Technologies Indonesia Tbk
1. Integritas yaitu memiliki sifat, mutu, kemampuan atau potensi yang
menunjukkan kejujuran serta kewibawaan. Dalam kasus PT Envy tersebut,
auditing akuntan tidak memiliki kemampuan mendeteksi manipulasi laporan
keuangan.
2. Kompetensi, yaitu keterampilan, pengetahuan, serta perilaku yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya auditing akuntan
PT Envy tidak memiliki pengetahuan yang cukup sehingga tindakan kecurangan
terjadi.
3. Objektivitas, yaitu mampu bersikap jujur tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau
pertimbangan pribadi maupun pihak lain saat bertindak dan membuat keputusan.
Dalam pengambilan keputusan auditing akuntan PT Envy tidak bijak karena
kurang detail memeriksa laporang keuangan sehingga lolos pengauditan.
4. Profesional, yaitu perilaku yang memenuhi mutu atau kualitas dari suatu profesi
dan membutuhkan kepandaian tertentu dalam melaksanakannya. Pelanggaran
kode etik auditing akuntan PT Envy berupa ketidakpatuhan terhadap standar
profesi, yang mana kepandaian auditing tidak terlaksana dengan baik.
5. Akuntabel, yaitu kemampuan dalam menerangkan pertanggungjawaban dari
suatu kinerja atau tindakan kepada pihak yang berwenang atau memiliki hak.

9
Dalam kasus ini, auditing akuntan PT Envy belum mengklarifikasi adanya
tindakan manipulasi laporan keuangan.
2.3 Tanggapan terhadap pelanggaran kasus

Tanggapan terhadap pelanggaran kode etik akuntan atau auditor dalam kasus
PT Envy Technologies Indonesia dan PT Asabri dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Kurangnya Independensi: Dalam kasus PT Envy Technologies Indonesia, beberapa


pelanggaran kode etik dapat terkait dengan kurangnya independensi auditor. Jika
auditor terlibat dalam kegiatan atau hubungan yang bisa mengancam independensi
mereka, seperti memiliki saham dalam perusahaan yang diaudit, maka mereka telah
melanggar kode etik. Auditor juga diharapkan tidak mengambil bagian dalam
pengambilan keputusan manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, jika
auditor yang terlibat dalam konflik kepentingan atau berperilaku tidak independen,
pelanggaran kode etik bisa terjadi.
2. Tidak Mengungkapkan Informasi Penting: Dalam kasus PT Asabri, pelanggaran
kode etik dapat terkait dengan tidak mengungkapkan informasi penting yang relevan
dengan posisi keuangan perusahaan yang diaudit. Auditor memiliki kewajiban untuk
melaporkan temuan mereka secara obyektif, jujur, dan transparan. Jika auditor
mengetahui adanya praktik yang tidak sah atau informasi yang belum diungkapkan
yang dapat mempengaruhi penilaian keuangan perusahaan, mereka harus
melaporkannya secara tepat waktu dan tidak boleh menyembunyikannya.
3. Ketidakpatuhan terhadap Prinsip-Prinsip Akuntansi: Auditor yang melanggar
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum juga dapat dianggap melanggar kode
etik. Auditor harus memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang diaudit
mematuhi standar akuntansi yang sesuai, seperti Pengakuan Pendapatan, Pengakuan
Beban, dan Pengukuran Aset dan Kewajiban. Jika auditor tidak mengikuti prosedur
dan prinsip akuntansi yang benar, mereka dapat dianggap melanggar kode etik.
4. Konflik Kepentingan: Kode etik profesional mengharuskan akuntan atau auditor
untuk menghindari konflik kepentingan yang dapat mengancam integritas dan
independensinya. Jika auditor memiliki kepentingan finansial atau hubungan pribadi
dengan pihak yang diaudit, mereka harus segera mengungkapkannya dan mengambil
langkah-langkah untuk menjaga independensinya. Pelanggaran kode etik dapat
terjadi jika auditor tidak mengungkapkan atau tidak menghindari konflik
kepentingan yang mungkin mempengaruhi keputusan mereka.

10
2.4 Solusi Untuk Kasus Pelanggaran Kode Etik

Berikut solusi untuk mengatassi pelanggaran kode etik :

1. Investigasi internal, perusahaan harus melakukan investigasi internal untuk


memahami sumber pelnggaran dan menentukan apakah pelanggaran tersebut benar-
benar terjadi
2. Sanksi disipliner, jika pelanggaran kode etik terbukti pihak berwenang harus
memberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran seperti peringatan, penagguhan
atau pemecatan.
3. Pelatihan kode etik, memberikan pelatihan atau sosialisasi ulang mengenai kode etik
kepada semua anggota organisasi untuk memastikan pemahaman yang lebih baik
tentang norma-norma etika yang berlaku
4. Pemulihan kerugian, jika pelanggran kode etik menyebabkan kerugian finansial atau
reputasi bagi pihak lain, maka pihak yng melakukan pelanggaran harus
bertanggungjawab untuk memulihkan kerugian tersebut.
5. Perbaikan kebijakan, organisasi harus mempertimbangkan untuk memperbaiki atau
menguatkan kebijakan dalam prosedur terkait etika agar pelanggaran serupa dapat
dicegah di masa depan.
6. Transparansi dan pengawasan, membangun mekanisme yang lebih kuat untuk
pengawasan dan pelaporan pelanggaran kode etik, serta mendorong transparansi
dalam proses penanganannya.
7. Keterlibatan pihak eksternal, pelanggaran kode etik melibatkan pelanggaran hukum,
pihak berwenang eksternal seperti penegak hukum harus terlibat dalan investigasi dan
pelanggaran.
Menangani kode etik dengan seruis, konsisten, dan adil. Hal ini akan
membantu mempertahankan integritas dan reputasi organisasi serta memastikan
bahwa norma-norma etika yang dianut oleh organisasi yang dianut tetap terjaga.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-serang-raya/adminitration-
law/tugas-audit-afifah/53183208
[2] https://www.idx.co.id/media/7375/envy_prospektus-ipo-2019.pdf
[3] https://www.coursehero.com/file/140618585/MAKALAH-PENGAUDITAN-
KELOMPOK-1pdf/
[4] https://id.scribd.com/document/648159661/5211201002-Novrizka-Roza-
Tsabita-Teori-Akuntansi
[5] https://journal.undiknas.ac.id/index.php/akuntansi/article/view/3543/1110
[6]
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/67885/1/14%20.Skripsi
%20Zaenal%20Mustaqim_11170820000055.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai