Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD ALIF

NIM : C30122068
KELAS : AK 2
PERTEMUAN 13 : PENENTUAN RESIKO DETEKSI, RANCANGAN UJI
SUBSTANTIF, MENGEMBANGKAN PROGRAM AUDIT UNTUK UJI
SUBSTANTIF, PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM RANCANGAN UJI
SUBSTANTIF

PENENTUAN RISIKO DETEKSI


Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksisalah saji
material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risikodeteksi yang bisa diterima
harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuanganyang signifikan. rencana risiko deteksi
ditentukan berdasarkanhubungan yang dinyatakan dengan model sebagai berikut :
RD = RA/RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu(RA) yang
ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalikdengan tingkat risiko
bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.Apabila digunakan dalam tahap
perencanaan untuk menetapkan rencana risikodeteksi, maka RP mencerminkan rencana
tingkat risiko pengendalian yangditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit
awal.
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian
substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhirdalam penetapan strategi
audit awal untuk suatu asersi.
1. Evaluasi Atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif
Setelah menganalisis kebijakan dan prosedur pengendalian intern serta menilai
risiko pengendalian untuk asersi laporan keuangan, auditor perlu membandingkan
tingkat risiko pengendalian aktual dengan rencana awal. Jika keduanya sama, auditor
dapat melanjutkan ke perancangan pengujian substantif sesuai rencana awal. Jika
tidak, tingkat pengujian substantif harus disesuaikan sebelum merancang pengujian
lebih lanjut, untuk memperhitungkan risiko deteksi yang dapat diterima setelah
penyesuaian.
2. Merevisi Rencana Risiko Deteksi
Jika memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima setelah revisi
ditentukan untuk setiap asersi dengan metode serupa seperti rencana risiko deteksi.
Perbedaannya terletak pada dasar penetapannya, yang kali ini menggunakan risiko
pengendalian aktual daripada rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang
bersangkutan.
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian substantif memiliki dua dimensi penting. Pertama, pengujian ini dapat
memberikan bukti yang mendukung keabsahan setiap asersi dalam laporan keuangan yang
signifikan. Kedua, pengujian substantif juga dapat menghasilkan bukti yang menunjukkan
kemungkinan kekeliruan dalam jumlah uang atau kesalahan dalam pencatatan serta pelaporan
transaksi dan saldo. Perancangan pengujian substantif melibatkan penentuan sifat, waktu, dan
sejauh mana pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk setiap asersi tersebut.
PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
Tujuan audit laporan keuangan secara menyeluruh adalah memberikan pendapat
apakah laporan klien disajikan secara wajar dalam segala hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor juga menetapkan tujuan audit khusus untuk setiap
rekening berdasarkan lima kategori asersi laporan keuangan. Dalam perancangan pengujian
substantif, auditor harus memastikan bahwa pengujian yang sesuai telah diidentifikasi untuk
mencapai setiap tujuan audit spesifik yang terkait dengan setiap asersi. Dengan
melakukannya untuk setiap rekening, tujuan keseluruhan audit dapat tercapai.
PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM PERANCANGAN PENGUJIANSUBSTANTIF
1. REKENING-REKENING LABA RUGI
Secara tradisional, pengujian detil saldo rekening lebih difokuskan pada
rekening-rekening neraca (riil) daripada rekening-rekening laba rugi (nominal).
Pendekatan ini efisien karena setiap rekening laba rugi terkait dengan satu atau lebih
rekening neraca. Semua kategori asersi berlaku pada rekening laba rugi, kecuali asersi
hak dan kewajiban. Karena keterkaitan ini, pengujian substantif untuk rekening neraca
lebih menekankan pada pengujian detil, sementara pengujian rekening laba rugi lebih
fokus pada prosedur analitis dan kurang pada pengujian detil.
Prosedur Analitis untuk Rekening-Rekening Laba Rugi
Prosedur analitis merupakan alat audit yang sangat efektif untuk memperoleh
bukti terkait saldo-saldo rekening laba rugi. Jenis pengujian substantif ini dapat
digunakan secara langsung atau tidak langsung. Pengujian langsung terjadi ketika
sebuah rekening pendapatan atau biaya dibandingkan dengan data relevan untuk
menilai kewajaran saldonya. Pengujian tidak langsung terjadi ketika bukti mengenai
saldo laba rugi berasal dari hasil prosedur analitis yang diterapkan pada pengujian
saldo neraca yang terkait. Dalam situasi tertentu, auditor dapat memilih untuk
menggunakan prosedur analitis hanya sebagai pengujian langsung untuk beberapa
saldo rekening laba rugi.
Pengujian Detil untuk Rekening-rekening Laba Rugi
Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujiandetil
atas rekening neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi padatingkat
rendah yang dapat diterima, maka diperlukan pengujian detil langsung atasasersi-
asersi yang berhubungan dengan rekening laba rugi. Hal ini terjadi apabila :
 Risiko bawaan tinggi
 Risiko pengendalian tinggi
 Prosedur analitis menunjukkan adanya hubungan tidak biasa dan fluktuasi
takdiharapkan
 Rekening memerlukan analisis
2. REKENING-REKENING YANG BERKAITAN DENGAN
ESTIMASIAKUNTANSI
Estimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan
keuangan, pos, atau rekening yang tidak dapat diukur secara pasti. Estimasi akuntansi
memiliki dampak signifikan pada laporan keuangan perusahaan. PSA No. 37, Audit
atas Estimasi Akuntansi (SA 342.07), menetapkan bahwa tujuan auditor adalah
memperoleh bukti audit yang memadai untuk memberikan keyakinan bahwa semua
estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan telah ditetapkan; estimasi
akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan; estimasi akuntansi
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan diungkapkan secara
memadai. Struktur pengendalian intern perusahaan dapat mengurangi risiko kesalahan
material yang berasal dari estimasi akuntansi, sehingga mengurangi kebutuhan
pengujian substantif.
3. REKENING-REKENING BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI
DENGANPIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA
Auditor perlu mengidentifikasi transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa untuk merencanakan audit. Tujuan audit atas transaksi dengan
pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah untuk mengumpulkan bukti terkait
tujuan, sifat, dan luas transaksi, serta dampaknya pada laporan keuangan. Dalam
mengaudit transaksi semacam itu, auditor tidak diharapkan untuk menentukan apakah
suatu transaksi akan terjadi jika pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan
istimewa, atau menentukan harga pertukaran dan termin yang akan digunakan. Tujuan
utama auditor adalah menilai substansi transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa dan dampaknya terhadap laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai