Oleh :
Kelompok 8
RD = RA / RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Table 1 Strategi Audit Pendahuluan, Risiko Deteksi yang Direncanakan, dan Penekanan
pada Pengujian Audit yang Direncakan
Risiko deteksi terencana merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen
tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji
yang masih dapat ditoleransi. Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang
berkurang, risiko ini menentukan nilai bukti subtantif yang direncanakan oleh auditor
untuk dikumpulkan.
Apabila hasil prosedur analisis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi
yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan
pengujian detil. Prosedur ini biasanya tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya.
Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan penggunaan prosedur ini untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.
Dalam hal piutang dagang, ketiga jenis pengujian subtantif di atas semuanya
dapat diterapkan. Sedangkan untuk rekening – rekening yang lain, terkadang yang
dapat diterapkan hanya satu atau dua jenis saja untuk mendapatkan bukti yang
cukup untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Untuk
menentukan bahwa rekening penjualan telah dilaporkan dengan jumlah yang
wajar, auditor bisa mendapatkan bukti melalui hal-hal berikut :
1. Prosedur Analisis
Prosedur-prosedur yang dilakukan meliputi:
a) Perbandingan antara jumlah absolute saldo akhir dengan saldo akhir tahun
lalu, jumlah menurut anggaran, atau nilai ekspetasi lain.
b) Perbandingan antara saldo akhir dengan saldo akhir menurut estimasi
independen.
b. Pemilihan Staf
Due Profesional Care in the Performance of Work menyebutkan bahwa
auditor harus menetapkan tugas dan supervise yang sepadan dengan tingkat
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengevaluasi
bukti audit yang sedang mereka uji.
2. Pengujian Substantif
Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan
pemeriksaan. Pengujian substantif meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang
untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh
terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangan.
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
1) Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas
mereka.
2) Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas
mereka.
3) Menginspeksi dokumen dan catatan.
4) Melakukan penghitungan kembali.
5) Konfirmasi.
6) Analisis.
7) Tracing atau pengusutan.
8) Vouching atau penelusuran.
Luas Pengujian Substantif
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti
yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus
dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan
dalam kertas kerja dalam bentuk program audit.
DAFTAR PUSTAKA