Risiko deteksi dapat digunakan auditor untuk memutuskan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor. Ketika teknik stastistical sampling digunakan, risiko deteksi jadi salah
satu faktor yang dipertimbangkan auditor dalam penentuan ukuran sample. Jika menggunakan
nonstatistical sampling, auditor memilih risiko deteksi tinggi, karena itu ia membatasi pengujian
yang dilakukan pada akun bersangkutan.
.
Itulah mengapa laporan audit tidak pernah dinyatakan sebagai laporan keuangan yang
mutlak benar. Dalam laporan audit hanya dinyatakan bahwa auditor menyatakan pendapat wajar,
bukan benar. Audit menyatakan bahwa ada tingkat risiko salah saji yang tidak terdeteksi oleh
auditor.
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektivan prosedur pengauditan
yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang diterima rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif dan biasanya lebih mahal. Dan bila risiko deteksi yang
diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang efektif yang biasanya lebih murah.
Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis yaitu :
a. Prosedur Analitis
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan pengujian detil.
Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang lebih efektif. Sebagai
contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada seorang pemasok dengan
barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk tentang adanya kelebihan
pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu dilakukan pengujian atas masing-
masing transaksi pembayaran kepada pemasok.
Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur ini juga bisa
menghemat biaya audit. Hal seperti itu biasanya nampak pada audit atas perusahaan-perusahaan
tertentu seperti perusahaan listrik, gas, dan telepon.
PSA No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi prosedur
analitis tergantung pada : [16]
1) Sifat asersi
2) Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3) Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran
4) Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi yang bisa
diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian detil. Prosedur
analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu, auditor perlu
mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk mencapai tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk melakukan pengujian detil.
http://markdebie.blogspot.com/2011/04/resiko-deteksi-dan-perancangan.html?
m=1#:~:text=Perancangan%20pengujian%20substantif%20meliputi%20penentuan,dapat
%20diterima%20untuk%20setiap%20asersi.&text=Sifat%20pengujian%20substantif
%20berhubungan%20dengan,prosedur%20pengauditan%20yang%20akan%20dilakukan
https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/11/risiko-audit.html
https://www.kompasiana.com/muh_roni/pengujian-substantif-
audit_563ab386ee96734805e29fc3
http://khaerunnisa26.blogspot.com/2017/02/resiko-deteksi-dan-pengujin-substantif.html?
m=1
https://www.academia.edu/8899595/
RISIKO_DETEKSI_DAN_RANCANGAN_UJI_SUBSTANTIF