PERTIMBANGAN DASAR
Pengujian substantif dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain mengenai : sifat
dan lingkup audit, tingkat materialitas dan sasaran atau tujuan audit substantifnya.
Pengauditan hal 85
penjualan kredit, dan atau hanya 0,5% dari total aktiva lancar.
Auditor juga menguji kemungkinan kesalahan atau penyimpangan yang terjadi dalam
transaksinya. Sehingga kemungkinan terjada bahwa saldo suatu perkiraan benar tetapi transaksi
yang terjadi didalamnya mengandung kesalahan.
Pengujian sebelum tanggal neraca masih perlu meskipun untuk audit saldo rekening tertentu
(neraca) dapat dilakukan secara langsung pada tanggal neraca.
Seperti saldo kas atau piutang usaha, saldo bulan Nopember secara interim diaudit selanjutnya
dilakukan pengujian sisa waktu satu bulan sampai dengan akhir Desember tahun yang
bersangkutan. Teknis pengujian interim dilakukan dengan :
1. Membandingkan dua saldo (misalnya awal dan akhir Desember) kemudian menguji
transaksi yang mempengaruhi mutasi. Dari teknis ini mungkin dapat diketahui adanya
transaksi yang tidak biasa.
Misalnya saldo piutang usaha sampai dengan bulan Nopember yang diuji dengan sampel kecil
baik untuk mutasi debit dan kreditnya, kemudian ditambah pengujian satu bulan Desember
yang diuji dengan seluruh transaksi debit dan kreditnya.
2. Melakukan prosedur analitis atau prosedur substantif lain untuk memberi dasar pertim-bangan
bahwa pengujian interim perlu diperluas.
Pengauditan hal 86
Pengujian risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan dengan dengan risiko deteksi
dan perancangan pengujian substantif untuk asersi yang material pad suatu perkiraan. Risiko
deteksi merupakan unsur kunci risiko audit yang erat kaitannya dengan pengujian substantif. Suatu
prosedur pengujian secara langsung dapat diarahkan untuk pembuktian satu atau lebih asersi atau
sasaran audit.
Inherent Risk
Assessment Maximum High Moderate Low
Program Audit
Pogram atau prosedur substantif diarahkan untuk menguji kualitas asersi piutang usaha.
Prosedur substantif piutang usaha yang paling penting adalah : (1) memperoleh konfirmasi
langsung dari debitur (2) menelaah dokumen awal dalam organisasi yang sesuai.
Contoh program audit untuk pengujian substantif saldo piutang usaha sbb:
Pengauditan hal 87
Kertas
Prosedur Pengujian Substantive Dikerjakan oleh
Kerja
Ref. Auditor Tanggal
1. Periksa keakuratan piutang usaha pada neraca saldo
dan cocokkan dengan buku besar & buku pemban-
tunya.
2. Lakukan prosedur analitis.
3. Kirimkan konfirmasi debitur.
4. Telusuri catatan piutang (kartu piutang) ke dokumen
pendukung
5. Lakukan pengujian cutoff penjualan
6. Periksa penagihan setelah tanggal neraca
7. Telusuri pengelompokkan umur piutang ke dokumen
pendukung.
8. Bandingkan penyajian dan pengungkapan laporan
dengan SAK
Periksa keakuratan piutang usaha pada neraca saldo dan cocokkan dengan buku besar &
buku pembantunya
Prosedur ini untuk menguji asersi keakuratan catatan. Jumlah piutang usaha di neraca harus
sama dengan yang tercatat pada neraca saldo dan buku besarnya. Jumlah ini juga dicocokkan
dengan penjumlahan seluruh buku pembantu piutang (kartu debitur).
Lakukan prosedur analitis
Prosedur analitis dapat dilakukan melalui ukuran perputaran piutang (receivable turn over),
jika jumlah penjualan kredit relatif tetap sedang kebijaksanaan kredit berpengaruh pada umur
piutang lebih lama berarti saldo piutang pada periode yang bersangkutan relatif turun dari tahun
sebelumnya. Begitu juga jika jumlah penjualan kredit naik sedang kebijaksanaan kredit
berpengaruh pada lamanya umur piutang adalah tetap berarti saldo piutang pada periode yang
bersangkutan relatif lebih besar dari tahun sebelumnya.
Saldo piutang usaha awal (+) penjualan kredit (-) pelunasan piutang usaha = saldo piutang
usaha akhir.
Masih banyak pengujian analitis yang dapat diterapkan untuk meyakini saldo piutang usaha.
Pengauditan hal 88
Bentuk surat konfirmasi piutang usaha ada dua, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi
negatif. Perbedaan pokok kedua bentuk konfirmasi ini secara teknis terletak pada pengisian jumlah
tagihan. Jika konfirmasi positif jumlah tagihan yang ingin dikonfirmasikan diisi oleh debitur
sendiri, sedangkan pada bentuk konfirmasi negatif jumlah tagihan sudah diisi oleh auditor sesuai
data yang ada pada klien untuk debitur yang bersangkutan. Melalui bentuk konfirmasi negatif ini
debitur cukup menjawab setuju atau tidak setuju atas saldo itu. Konfirmasi piutang dapat dilakukan
oleh auditor lebih dari satu kali, dan atau dalam memilih bentuk konfirmasi dapat juga dikombinasi
sebagian dengan konfirmasi positif dan lainnya dengan konfirmasi negatif.
Pengauditan hal 89
sesudah tanggal neraca. Atau tergantung lokasi pembeli dan termin penjualannya.
Pengauditan hal 90
harus diuji penyajian dan pengungkapannya.
VERIFIKASI PIUTANG WESEL DAN BUNGA
Tagihan pada debitur dapat berupa wesel tagih (piutang wesel), sehingga pertimbangan audit
pada rekening piutang usaha dapat diterapkan juga untuk audit piutang wesel dan bunganya.
Contoh program audit untuk pengujian substantive saldo piutang wesel adalah sbb:
Pengauditan hal 91
terhadap utang bank atau utang usaha (persediaan bahan), harus diungkapkan secara jelas.
LATIHAN SOAL
KASUS
Saudara melakukan audit laporan keuangan PT. RIWUL untuk tahun buku 31 Desember 1997.
Perusahaan ini salah satu klien tetap sejak tahun 1990. Selama pemeriksaan Piutang Usaha dan
perkiraan lain yang terkait dari tanggal 10 s/d 11 Januari 1998, saudara menemukan informasi sbb :
Pengauditan hal 92
2. Saldo awal Cadangan Kerugian Rp. 1.200.000
Mutasi kredit (5% x 83.500.000) 4.175.000
Rp. 5.375.000
DIMINTA :
Buat Kertas Kerja Audit untuk program pemeriksaan (Prosedur substantif), Kertas Kerja Audit
Piutang Usaha (top schedule dan supporting jika diperlukan) dan Kertas Kerja Audit usulan jurnal
penyesuaian.
Pengauditan hal 93