Anda di halaman 1dari 10

PENGUJIAN SUBSTANTIF

ATAS PIUTANG USAHA


Pengauditan II

Dosen Pengampu:
SN Khikmah, M.Si
Sutardjo, M.Si.

Disusun Oleh:
Enu Yanuar Ningsih
Ida Istirokhah
Dewi Nur Hikmawati
Chorida Rahma A.
Hevi Lusiana

13.0102.0077
13.0102.0099
13.0102.0105
13.0102.0112
11.0102.0001

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2016

Pengujian Substantif Atas Piutang Usaha


Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan afiliasi atas
akun terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo semacam itu.
Merupakan hal yang penting untuk mengetahui bahwa mengaudit piutang usaha,
auditor dapat mengaudit penjualan yang berkaitan. Penjualan yang paling
mungkin menghadirkan potensi salah saji merupakan penjualan yang tidak dapat
ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas akun-akun ini, auditor
pertama-tama harus menentukkan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat
dapat diterima untuk setip asersi signifikan yang berkaitan.
A. PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Ada beberapa faktor risiko inhern peservasif yang mempengaruhi piutang
kotor dan bersih serta faktor-faktor spesifik pada siklus pendapatan. Pengaruh
gabungan dri faktor-faktor ini, khususnya yang menyebabkan risiko penjualan
kredit ditetapkan terlalu besar dan penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan
terlalu rendah, masing-masing dapat mengakibatkan penilaian risiko inhern
yang tinggi untuk asersi eksistensi atau kejadian dan penilaian atau alokasi
pada piutang usaha kotor serta asersi penilaian atau alokasi untuk penyisihan
terkait.
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada
penilaian risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi ini (penjualan
kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan) yang mempengaruhi saldo
piutang usaha. Jadi, karena baik penerimaan kas maupun transaksi
penyesuaian penjualan menurunkan saldo piutang usaha, maka penilaian atas
asersi eksistensi atau kejadian untuk kelompok trnsaksi ini akan
mempengaruhi penilaian gabungan atas asersi kelengkapan untuk piutang
usaha. Demikian juga, penilaian atas asersi kelengkapan untuk kelompok
transaksi ini mempengaruhi penilaian gabungan atas asersi esksistensi atau
kejadian untuk piutang usaha.
Penilaian terkait risiko inhern yang direncanakan, risiko prosedur analitis,
dan risiko pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit,
yaitu pada fase perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian
yang tepat dan tingkat pengujian substantif terkait yang direncanakan, yang
ditetapkn dalam strategi audit pendahuluan untuk setiap asersi. Jika penilaian
aktual atau akhir berbeda dengan penilaian yang direncanakan, maka model
risiko audit akan digunakan sekli lagi dengan data aktual untuk menetukkan
tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima yang telah direvisi dan
tingkat pengujian substantif terkait telah direvisi untuk setiap asersi. Baik
tingkat yang direncanakan, jika didukung, maupun tingkat yang direvisi telah
digunakan dalam penyelesain perancangan pengujian substantif yang sesuai.

B. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Langkah selanjutnya adalah mengakhiri program audit untuk mencapai
tujuan audit spesifik atas setiap kategori asersi saldo akun.
1. PROSEDUR AWAL
Titik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh
pemahaman tentng bisnis dan industri klien. Auditor juga harus memahami
persyaratan perdagangan standar, pengalaman penagihan dengan klien dan
industri, aspek musiman dari industri tersebut, dan luas konsentrasi bisnis
dengan pelanggan tertentu.
Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan
akun penyisihan terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke
saldo akhir yng telah diaudit dlam kertas kerja tahun sebelumnya (jika
dilakukan). Selanjutnya, aktivitas periode berjalan dalam akun pengendali
buku besar dan akun penyisishan terkait harus direview untuk setiap ayat
jurnal yang signifikan, yang tidak biasa daris egi sifat atau jumlah, yang
memerlukan invetigasi khusus. Disamping itu, daftar seluruh saldo
pelanggn, yang disebut neraca saldo piutang usaha (accounts receivable
trial balance), juga telah diperoleh (biasanya dalam bentuk ditagih).
Auditor biasanya menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi
untuk memeriksa penjumlahan secara vertikal dalam neraca saldo piutang
usaha dan totalnya harus dibandingkan dengan :
a. Total buku pembantu atau file induk yang telah disipakan
b. Akun pengendali buku besar
Auditor juga harus membandingkan sampel saldo pelanggan, yang
ditunjuk pada neraca saldo, dengan yang ada dalam buku pembantu dan
sebaliknya untuk menentukan bahwa neraca saldo tealh akurat serta
kelengkapan representasi yang mendasari catatan akuntansi. Hal ini
kemudian berfungsi sebagai representasi fisik atas populasi piutang usaha
yang akan mendapat pengujian substantif lebih lanjut.
Selain itu, auditor jug dapat membuat neraca saldo piutang usaha
secara langsung dari file induk klien dengan menggunakan perangkat
lunak audit. Jika auditor dapat memperoleh catatan klien dalam mesin
yang dapat membaca formulir, maka dia juga dapat menggunakan
perangkt lunak audit tergeneralisasi untuk mengidentifikasi pelnggan yang
signifikan, mengnalisis volume transaksi dengan pelanggan, dan
mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa atau transaksi dengan volume
tinggi mendekati akhir tahun.

2. PROSEDUR ANALITIS
Tujuan auditor melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan
ekspektasi atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha dengan
penjualan, dan marjin kotor perusahaan. Auditor harus mengarahkan
perhtian utamanya pada kenaikan piutang dan pendapatan yang tidak
diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir dari
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam
pengujian rincian konsisten dengan gambaran menyeluruh yang
dilaporkan pada laporan keuangan.
3. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama
pekerjaan interim (interim work) bersama dengan pengujian pengendalian
dalam bentuk pengujian bertujuan ganda (dual-purpose tests). Akhirnya,
pengujian saldo yang juga merupakan pengujian transaksi dan transaksi
pendapatan yang belum ditagih, yang telah termasuk dalam piutang usaha,
memiliki risiko salah saji yang lebih tinggi daripada yang telah tertagih.
a. Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi Pendukung
File akun pelanggan yang diselenggarakan oleh klien harus berisi
dokumen seperti pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen
pengiriman, faktur penjualan, memorandum kredit, dan korespondensi.
Dalam melakukan pengujian ini, sampel debet ke akun pelanggan
dapat divouching ke faktur penjualan pendukung dan mencocokan
dokumen-dokumen itu untuk memberikan bukti yang berkaitan dengan
asersi eksistensi atau kejadian, hak dan kewajiban, serta penilaian atau
alokasi.
Pengujian ini dapat dilaksanakan secara lebih esktensif apabila
tingkat risiko deteksi yang berlaku yang akan dicapai adalah rendah,
apabila prosedur konfirmasi tidak praktis, atau untuk melengkapi
prosedur konfirmasi apabil situasi tertentu terjadi.
b. Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur
Penjualan
1) Pengujian pisah batas penjualan (sales cut-off) dirancang untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa :
a) Penjualan dan piutang usaha telah dicatat dalam periode
akuntansi di mana transaksi tersebut terjadi
b) Ayat jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harg pokok
penjualan telah dibuat dalam periode yang sama
Penjualan hrus dicatat dalam periode ketika hak hukum atas
barang telah berpindah ke pembeli. Apabila barang telah dikirmkan

dari persedian dengan sistem FOB, maka hak akan berpindah pada
tanggal pengiriman. Jika persyaratan penjualan adalah FOB
destination, maka hak atas barang belum berpindah ke pembeli
sampai barang itu diterima oleh pembeli.
Pengujian pisah batas penjualan akan dilakukan pda tnggl
neraca. Untuk penjualan barang dari persediaan, pengujian akan
mencakup perbandingan sampel penjualan yang dicatat dalam
beberapa hari terkhir periode berjalan dan beberapa hari pertama
periode berikutnya dengan dokumen pengiriman untuk
menentukan apakah transaksi telah dicatat dlam periode yang
benar. Apabila dokumen pengiriman bernomor urut diterbitkan
secara berurutan dan auditor sedang mengobservasi nomor
dokumen pengiriman terakhir yang digunakan dalam periode
berjalan, maka dia kemudian dapat menentukkan bahwa setiap
transaksi yang dicatat sebelum akhir tahun didukung oleh dokumen
pengiriman dengan nomor yang diterbitkan selama priode berjalan,
dan setiap transaksi penjualan yang dicatat setelah akhir tahun
didukung oelh dokumen pengiriman dengan nomor yang
diterbitkan selama periode berikutnya.
Pengujian pisah batas memberikan bukti mengenai asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk piutang usaha serta
penjualan. Untuk tahun kalender klien, jika penjualan bulan januari
dicatat dalam bulan desember, maka ada salah saji dalam asersi
eksistensi atau kejidan. Sebaliknya, jika penjualan bulan desember
belum dicatat sampai buln januari, maka ada salah saji dalam asersi
kelengkapan.
2) Pengujian pisah batas (sales return cut off test) adalah serupa
dan terutam diarahkan langsung pada kemungkinan bahwa retur
yang dilakuakn sebelum akhir tahun belum dicatat sampai setelah
akhir tahun, sehingga mengakibatkan piutang dan penjualan
ditetapkn terlalu tinggi.
c. Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas
1) Pengujian pisah batas penerimaan kas (cash receipts cutoff
test) dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa
penerimaan kas telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat.
Pisah batas yang tepat pada tanggal neraca merupakan hal yang
penting untuk menyajikan secara benar baik kas maupun piutang
usaha. Dengan demikian, pengujian ini berhubungan dengan asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan baik untuk kas maupun
piutang usaha.

Observasi terhadp personil atau review dokumentasi dapat


memberikan bukti mengenai ketepatan waktu pisah batas. Jika
auditor dapat menyajikan pada tanggal akhir tahun, maka dia dapat
mengobservasi bahwa seluruh penagihan yang diterima sebelum
penutupan usaha telah dimasukkan ke kas di tangan atau setoran
dalam perjalanan, serta dikreditkan ke piutang usaha.
4. PENGUJIAN RINCIAN SALDO
a. Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang usaha mencakup komunikasi tertulis secara
langsung antara pelanggan dan auditor. Pertimbangan yang relevan
dalam melakukan pengujian substantif ini adalah sebagi berikut :
1) PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUM. Konfirmasi
piutang adalah prosedur audit yang berlaku umum. Audiotr yang
tidak meminta konfirmasi piutang harus mendokumentasikan
dalam kertas kerjanya bagaiman dia mengatasi anggapan bahwa
konfirmasi harus diajukan.
Kadang-kadang klien berhak melarang auditor untuk
mengkonfirmasi setiap adanya piutng usaha tertentu. Larangan ini
mencerminkan adanya batasan serius atas lingkup audit yang
umumnya mengakibatkan penolakan untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan. Oleh karena itu, pengaruh larangan ini
sebagian harus dievlusi berdasarkan alasan manajemen dan apakah
auditor dapat memperoleh bukti yang cukup dari prosedur audit
lainnya.
2) FORMULIR KONFIRMASI. Ada dua formulir konfirmasi : (1)
konfirmasi positif, yang mengharuskan debitor untuk menjawab
apakah saldo yang ditunjukkan benar atau tidak, dan (2)
konfirmasi negatif, yang meminta debitor untuk menjawab hanya
apabila jumlah yang ditunjukkan tidak benar.
Pemilihan bentuk konfirmasi tergantung auditor. Dalam
membuat keputusan ini, auditor mempertimbangkan tingkat risiko
deteksi yang brelaku dan komposisi saldo pelanggan.
3) PENENTUAN WAKTU DAN LUAS PERMINTAAN
KONFIRMASI. Apabila tingkat risiko deteksi yang berlaku
adalah rendah, maka auditor biasanya mengirimkan permintaan
konfirmasi piutang pada tanggal neraca.
Luas permintaan neraca, atau ukuran sampel, berhubungan
terbalik dengan setiap faktor-faktor berikut : (1) tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima (untuk pengujian rincian) untuk asersi
di mana bukti konfirmasi akan dipakai (2) luas dimana pengujian

4)

5)

6)

7)

8)

9)

substantif lainnya akan bermanfaat untuk mencapai yang dapat


ditoleransi.
PENGENDALIAN ATAS PERMINTAAN KONFIRMASI.
Auditor bisa sajaa meminta bantuan klien untuk menyiapakan
permintyaan konfirmasi, sepanjang pengendalin dapat dilakukan
oleh auditor.
Kertas kerj harus menunjukkan setiap akun yang dipilih untuk
konfirmasi, hasil yang diperoleh dari setiap permintaan konfirmasi,
dan referensi silang atas jawaban konfirmasi aktual.
DISPOSISI PENGECUALIAN. Jawaban konfirmasi mungkin
akan berisi beberapa pengecualian yang tidak dapat dihindarkan.
Pengecualian ini dapat disebabkan oleh barang yang masih dalam
perjalanan dari pelanggan kepada klien yang masih dalam
perjalanan, item-item yang tidak sesuai, keslahan, dan
penyimpangan.
PROSEDUR ALTERNATIF UNTUK KONFIRMASI YANG
TIDAK DIJAWAB. Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas
permintaan konfirmasi positif kedua atau ketiga pelanggan, maka
prosedur alternatif biasanya dilakukan. Dua prosedur alternatif
yang utama adalah memeriksa penagihan berikutnya dan
memvouching faktur penjualan terbuka yang berisi saldo
pelanggan.
MEMERIKSA PENAGIHAN BERIKUTNYA. Bukti terbaik
mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah penerimaan
pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan
lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari
beberapa pelanggan sebagai pelunasan hutang pada tanggal
konfirmasi.
MEMVOUCHING FAKTUR-FKTUR TERBUKA YANG
BERISI SALDO. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur
tersebut dibatasi untuk item-item yang mengandung saldo akun per
tanggl konfirmasi di mana jawaban konfirmasi tidak diterima dan
bukan keseluruhan populasi piutang usaha.
MENGIKHTISARKAN DAN MENGEVALUASI HASIL.
Kertas kerja audit harus berisi ikhtisar hasil dari mengkonfirmasi
piutang usaha. Bukti gabungan yang diperoleh dari konfirmasi,
prosedur alternatif yang dilaksanakan apabila konfirmasi tidak
dijawab, dan pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya
dievaluasi untuk menentukkan apakah bukti yang cukup telah
diperoleh guna mendukunga sersi manajemen tentang piutang
usaha kotor.

10) APLIKABILITAS ASERSI. Konfirmasi piutang usaha


merupakan sumber bukti yang utama dalam memenuhi asersi
eksistensi atau kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan ketika
menjawab konfirmasi menunjukkan bahwa klien memiliki klaim
legal terhadap pelanggan. Jadi, pengujian ini juga memberikan
bukti yang berkaitan denganasersi hak dan kewajiban. Konfirmasi
piutang usaha bukan merupakan permintaan untuk membayar. Jadi,
konfirmasi ini tidak memberikan bukti tentang ketertagihan saldo
yang terhutang.
b. Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih.
Penyisihan piutang tak tertagih dibuat manajemen yang melibatkan
baik pertimbangan obyektif maupun subyektif. Pada dasarnya, hal itu
merupakan estimasi prospektif atas piutang usaha yang tidak dapat
ditagih di masa depan. Tanggung jawab auditor adalah menilai
kelayakan penyisishan serta provisi yang berkaitan dengan piutang tak
tertagih.
c. Perbandingan Penyajiaan Laporan dengan GAAP
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan
persyaratan pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umumnya (GAAP). Persyaratan ini meliputu
identifikasi dan klasifikasi yang tepat, serta pihak terkait lainnya
d. Jasa Bernilai Tambahan
Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur
(benchmark) at6as kinerja purusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain,
sebagai contoh auditor dapat membicarakan:
Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan
penjualan berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.
Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan, sehingga
menghabiskan arus kas.
Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjualan, dia harus
mengikhtisarkan masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai
tambahan.

Auditor

dapat

merekomendasikan

bahwa

klien

harus

mempertimbangkan untuk mendorong perputaran lebih cepat dengan diskon tunai,


auditor dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh tentang aspek-aspek lain
dari audit menetukan apakah utilisasi yang buruk atas total aktiva akan
meninbulkan masalah piutang. Dengan cara ini akuntan publik bersertifikat (CPA)
akan menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama melakukan audit guna
membantu klien dalam mengidentifikasi peluang untuk memperbaiki kinerja
bisnis.

REFERENSI
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern
Auditing. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai