PENDAHULUAN
Latar Belakang
Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan
dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur
pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar
pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap
kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang
diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya,
sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.
Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan
pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah
revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan
istilah income yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan tersebut
istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan. Istilah penerimaan digunakan
untuk menterjemahkan istilah receipt, sehingga cash receipt di istilahkan dengan penerimaan
kas.
Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang
lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek yaitu
system penjualan kredit dan system penerimaan kas. System penjualan kredit dan system
penerimaan kas menjadi materi pembahasan dengan pertimbangan sebagian besar perusahaan
menggunakan mekanisme penjualan kredit dan tunai.
Transaksi penjualan dalam suatu perusahaan mengakibat transfer kekayaan (dalam hal
ini barang-barang atau jasa-jasa) kepada pihak lain dan mengakibatkan terbentuknya aktiva
baru berupa kas atau piutang dagang. Meskipun demikian harus disadari bahwa proses
penjualan tidak selalu akan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru tersebut, mengingat
dalam penjualan sering terjadi kegagalan atau pembatalan dari pihak pelanggan. Oleh karena
itu dalam siklus pendapatan ditemukan adanya transaksi penyesuaian penjualan (sales
adjustment). Sebagai akibatnya siklus pendapatan juga terbentuk dari beberapa system yang
antar lain:
1. Sistem Penjualan Kredit (kredit dan tunai),
2. Sistem Penerimaan Kas,
3. Penyesuaian Penjualan yang meliputi potongan penjualan, return and allowance dan
rekening uncollectible.
Ketiga subsistem tersebut diatas, secar bersama-sama membentuk siklus pendapatan.
Ditinjau dari sudut pandang auditor ketiganya memiliki satu kesatuan proses audit yang
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
dengan sendirinya mudah mengikuti jejak transaksi dari satu system ke system lainnya,
rekening-rekening yang terkait dengan siklus pendapatan meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penjualan (sales),
Kos penjualan (cost of sales),
Kas,
Piutang Dagang (account receivable,
Persediaan (inventory),
Potongan Penjualan,
Pencadangan dan Kembalian Piutang,
Pencadangan Kerugian Piutang (allowance for uncollectible accounts),
Kerugian Piutang (bad debts expence).
BAB II
PEMBAHASAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA
Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan afiliasi atas akun
terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo semacam itu. Piutang kotor
pelanggan atas transaksi penjualan kredit memiliki akun kontra yaitu penyisihan untuk
piutang tak tertagih. Penyisihan untuk piutang tak tertagih merupakan hal penting untuk
mengingat kembali bahwa dengan mengaudit piutang usaha, auditor dapat mengaudit
penjualan yang berkaitan. Penjualan yang paling mungkin menghadirkan potensi salah saji
merupakan penjualan yang tidak dapat ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas
akun-akun ini, auditor pertama-tama harus menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang
dapat diterima untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan.
PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Risiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat risiko inheren,
risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Jadi, faktor-faktor yang berkaitan dengan
penilaian ini harus dipertimbangkan dalam penentuan tigkat risiko pengujian rincian yang
dapat diterima untuk setiap asersi piutang usaha.
Beberapa faktor risiko inheren pervasif yang mempengaruhi piutang kotor dan bersih
serta faktor-faktor spesifik pada siklus pendapatan memiliki pengaruh yang menyebabkan
risiko penjualan kredit ditetapkan terlalu besar dan penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan
terlalu rendah, masing-masing dapat mengakibatkan penilaian risiko inheren yang tinggi
untuk asersi eksistensi atau kejadian dan penilaian atau alokasi pada piutang usaha kotor serta
asersi penilaian atau alokasi untuk akun penyisihan terkait.
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penilaian
risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi (penjualan kredit, penerimaan kas, dan
penyesuaian penjualan) yang mempengaruhi saldo piutang usaha.
Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedur analitis, dan risiko
pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit, yaitu pada fase
perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian yang tepat dan tingkat pengujian
substantif terkait yang direncanakan, maka model risiko audit akan digunakan sekali lagi
dengan data aktual untuk menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima
yang telah direvisi untuk setiap asersi.
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
Langkah selanjutnya adalah mengakhiri program audit untuk mencapai tujuan audit
spesifik atas setiap kategori asersi saldo akun. Daftar pengujian substantif yang merupakan
program audit formal dibuat dengan memberikan judul (heading) kertas kerja dan kolom
yang mendukung referensi kertas kerja, tanda tangan dan tanggal. Dalam kolom daftar
pengujian substantif terdapat kolom kategori pengujian substantif dan tujuan audit spesifik
saldo akun di mana pengujian ini diberlakukan. Beberapa pengujian diterapkan pada lebih
dari satu tujuan dan setiap tujuan akan dibahas dengan berbagai pengujian yang mungkin
(multiple possible test). Setiap pengujian akan diuraikan, termasuk komentar mengenai
bagaimana beberapa pengujian dapat ditoleransi berdasarkan tingkat risiko deteksi yang dapat
diterapkan yang hendak dicapai.
PROSEDUR AWAL
Titik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri klien. Auditor juga harus memahami persyaratan perdagangan
standar, pengalaman penagihan dengan klien dan industry, aspek musiman dari industry
tersebut, dan luas konsentrasi bisnis dengan pelanggan tertentu. Pengetahuan ini memberikan
konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian
substantif. Sebagai contoh, bukti yang diperoleh ketika melakukan pengujian rincian
transaksi dan saldo, seperti harga faktur atau besarnya piutang untuk pelanggan tertentu,
harus konsisten dengan harapan atau ekspektasi tentang persaingan industry, kapasitas wktu
produktif perusahaan, dan eksistensi pelanggan utama.
Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan akun penyisihan
terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir yang telah diaudit dalam
kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan). Selanjutnya, aktivitas periode berjalan
dalam akun pengendali buku besar dan akun penyisihan terkait harus direview untuk setiap
ayat jurnal yang signifikan, yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang memerlukan
investigasi khusus. Sebagai contoh, auditor harus menginvestigasi setiap piutang dan
pendapatan yang belum dibukukan dengan cara mencatat faktur penjualan dalam jurnal
penjualan. Di samping itu, daftar dari seluruh saldo pelanggan, yang disebut neraca saldo
piutang usaha (accounts receivable trial balance), juga telah diperoleh (biasanya dalam
bentuk digital). Auditor biasanya menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk
memeriksa penjumlahan secara vertical (foot) dalam neracasaldo piutang usaha dan totalnya
harus dibandingkan dengan (1) total buku pembantu atau file induk yang telah disiapkan dan
(2) akun pengendali buku besar. Auditor juga harus membandingkan sampel saldo pelanggan,
yang ditunjukkan pada neraca saldo, dengan yang ada dalam buku pembantu dan sebaliknya
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
untuk menentukan bahwa neraca saldo telah akurat serta kelengkapan representasi yang
mendasari catatan akuntansi. Hal ini kemudian dapat berfungsi sebagai representasi fisik atas
populasi piutang usaha yang akan mendapat pengujian substantif lebih lanjut.
Selain itu, auditor juga dapat membuat neraca saldo piutang usaha secara langsung dari
file induk klien dengan menggunakan perangkat lunak audit. Jika auditor dapat memperoleh
catatan klien dalam mesin yang dapat membaca formulir, maka dia juga dapat menggunakan
perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk mengidentifikasi pelanggan yang signifikan,
menganalisis volume transaksi dengan pelanggan, dan mengidentifikasi transaksi yang tidak
biasa atau transaksi dengan volume tinggi mendekati akhir tahun.
Contoh kertas kerja untuk neraca saldo piutang usaha disajikan dalam gambar berikut.
Kertas kerja ini tidak hanya memberikan bukti tentang pelaksanaan prosedur awal yang baru
saja dijelaskan, tetapi juga beberapa pengujian substantive lainnya yang akan dibahas dalam
bagian selanjutnya. Prosedur awal dalam memverifikasi keakuratan neraca saldo dan
menentukan kesesuaiannya dengan buku besar terutama berhubungan dengan pemostingan
dan pengikhtisaran komponen asersi penilaian atau alokasi.
PROSEDUR ANALITIS
Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan ekspektasi
atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha dengan penjualan, dan marjin kotor
perusahaan. Auditor harus mengarahkan perhatian utamanya pada kenaikan piutang dan
pendapatan yang tidak diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir
dari penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian
konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan pada laporan keuangan.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
penjualan
barang
dari
persediaan,
pengujian
akan
mencakup
tak
tertagih.
Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang usaha mencakup komunkasi tertulis secara langsung antara
pelanggan dan auditor
PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUM
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
Konfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330, proses
konfimasi (SAS 67), Menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan meminta
konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:
Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan
Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur
audit
Penilaian gabungan auditor atas resiko inheren serta resiko pengendalian
Auditor yang tidak meminta konfirmasi piutang harus mendokumentasikan
dalam kertas kerjanua bagaimna dia mengatasi anggapan bahwa konfirmasi
harus diajukan.
Kadang-kadang, klie erhak melarang auditor untuk mengkonfirmasi setiap atau
piutang usaha tertentu. Larangan ini mencerminkan adanya batasan serius atas
lingkup audit yang mengakibatkan penolakan untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan.
FORMULIR KONFIRMASI
Ada dua formulir permintaan konfirmasi:
1. Konfirmasi Positif
2. Konfirmasi Negatif
Bentuk konfirmasi positif pada umumnya menghasikan bukti yang lebih baik, karena
dalam konfirmasi negatif, kelalaian untuk menerima jawaban hanya akan menimbulkan
anggapan bahwa saldo sudah benar, sementara pelanggan mungkin mengabaikan permintaan
tersebut atau lalai untuk mengembalikan pengecualian.
Variasi dari bentuk positif adalah formulir kosong yang dinamakan demikian karena
saldo pelanggan tidak dinyatakan. Di samping itu, pelanggan juga diminta untuk mengisi
saldo itu. Penggunaan formulir ini akan memberikan tingkat keyakinan tinggi mengenai
informasi yang dikonfirmasikan. Tetapi diperlukan pekerjaan ekstra bagi responden sehingga
bisa mengurangi tingkat jawaban secara signifikan.
Pemilihan bentuk permintaan konfirmasi tergantung pada auditor. Dalam membuat
keputusan ini, auditor mempertimbangkan tingkat risiko deteksi yang berlaku dan komposisi
saldo pelanggan. Bentuk konfirmasi positif akan digunakan apabila risiko deteksi adalah
rendah atau saldo masing-masing pelanggan relatif besar. AU 330.20 menyebutkan bahwa
bentuk konfirmasi negatif harus digunakan hanya apabila semua dari ketiga kondisi berikut
berlaku:
Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi bersangkutan adalah sedang
atau tinggi.
Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat.
Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima premintaan konfirmasi
tidak akan memberikan pertimbangannya.
menjawab konfirmasi.
Menangani sendiri pemasukan
surat
konfirmasi
ke
dalam
amplop
dan
pelanggan kepada klien yang masih dalam perjalanan. Semua pengecualian ini harus
diinvestigasi oleh auditor dan penyelesaiannya harus ditujukkan dalam kertas kerja.
PROSEDUR ALTERNATIF UNTUK KONFIRMASI YANG TIDAK DIJAWAB
Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan konfirmasi positif kedua atau
ketiga dari pelanggan, maka prosedur alternative biasanya dilakukan. AU 330.31 menyatakan
bahwa pengabaian prosedur semacam ini dapat diterima apabila dua kondisi berikut berlaku:
Tidak ada faktor kuantitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematik yang
bersangkutan dengan tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban yang tidak
diterima menyangkut transaksi akhir tahun.
Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji 100% terhadap
populasi dan ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya yang belum
disesuaikan, tidak akan mempengaruhi keputusan auditor tentang apakah laporan
keuangan secara material sudah benar.
Dua prosedur alternative yang utama adalah memeriksa penagihan berikutnya dan
memvouching faktur penjualan terbuka yang berisi saldo pelanggan.
MEMERIKSA PENAGIHAN BERIKUTNYA
Bukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah penerimaan
pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan lapangan audit, klien mungkin
telah menerima pembayaran dari beberapa pembayaran dari beberapa pelanggan sebagai
pelunasan hutang pada tanggal konfirmasi. Pencocokan penagihan itu kembali ke faktur
terbuka (belum dibayar) yang mengandung saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi
menetapkan eksistensi dan ketertagihan piutang.
Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan implikasi yang
merugikan dari penagihan yang tidak dapat dicocokkan dengan transaksi atau saldo tertentu.
Sebagai
contoh,
penjumlahan
secara
berurutan
dapat,
berdasarkan
investigasi,
mengungkapkan item-item yang tidak sesuai, dan bukti pembayaran atas saldo yang besar
dapat menunjukkan ketidakstabilan keuangan pelanggan.
MEMVOUCHING FAKTUR-FAKTUR TERBUKA YANG BERISI SALDO
Satu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur tersebut dibatasi untuk item-item yang
mengandung saldo akun per tanggal konfirmasi di mana jawaban konfirmasi tidak diterima
dan bukan keseluruhan populasi piutang usaha.
MENGIKHTISARKAN DAN MENGEVALUASI HASIL
Kertas kerja auditor harus berisi hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha. Ikhtisar
tersebut harus memberikan, pada tingkat minimum, data statistic mengenai:
Jumlah dan nilai dollar konfirmasi yang dikirimkan serta jawaban yang diterima.
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
10
yang ditemukan dalam sampel terhadap populasi. Bukti gabungan yang diperoleh dari
konfirmasi, prosedur alternative yang dilaksanakan apabila konfirmasi tidak dijawab, dan
pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya dievaluasi untuk menentukan apakah bukti
piutang usaha kotor. Apabila sejumlah besar pengecualian ditemukan, atau jawaban yang
tidak memadai diterima dari permintaan konfirmasi dan auditor tidak dapat memperoleh
bukti yang cukup kompeten dari pengujian substantive lainnya, maka dia tidak mungkin
menerbitkan laporan auditor standar.
APLIKABILITAS ASERSI
Konfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti yang utama dalam memenuhi asersi
eksistensi atau kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan ketika menjawab konfirmasi
menunjukkan bahwa klien memiliki klaim legal terhadap pelanggan. Jadi, pengujian ini
memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang
usaha bukan merupakan permintaan untuk membayar. Jadi, konfirmasi ini tidak memberikan
bukti tentang ketertagihan saldo yang terhutang.
Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Pengujian saldo meliputi:
Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah secara vertical
dan menjumlah ke samping neraca saldo umur piutang usaha serta mencocokkan
secara keseluruhan.
Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih dengan pengalaman
berikutnya dan manfaat melihat kembali pengalaman sebelumnya.
Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan
umur piutang dan file induk klien. Selain itu, jumlah yang diperlihatkan dalam setiap kategori
umur ke buku pembantu atau file induk, dan menentukan lamanya waktu antara tanggal
Audit Siklus Pendapatan| Pengujian Substantif
11
faktur penjualan yang belum dibayar, yang terdiri dari setiap jumlah yang terhutang, dicatat
serta tanggal neraca saldo.
Dalam mempertimbangkan ketertagihan jumlah yang sudah jatuh tempo, auditor
dapat memeriksa korespondensi dengan pelanggan dan agen penagihan luar, mereview
laporan kredit para pelanggan serta laporan keuangan, dan membahas ketertagihan akun-akun
tertentu dengan personil manajemen yang sesuai.
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan estimasi akuntansi yang dibuat manajemen
yang melibatkan baik pertimbangan objektif maupun subjektif. Pada dasarnya, hal itu
merupakan estimasi prospektif atas piutang usaha yang tidak dapt ditagih di masa depan.
Tanggung jawab auditor adalah menilai kelayakan penyisihan serta provisi yang berkaitan
dengan beban piutang tak tertagih. Dari data mengenai umur piutang, informasi tentang
ketertagihan, dan analisis atas pengalaman sebelumnya dengan piutang tak tertagih, auditor
dapat menilai kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung komponen penyisihan
yang diperlukan atas setiap kategori umur, serta kecukupan penyisihan secara keseluruhan.
Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi pengalaman sebelumnya dengan perusahaan
adalah melakukan peninjauan atas peristiwa di masa lalu untuk mengevaluasi estimasi
sebelumnya atas penyisihan serta pengalaman berikutnya ketika menagih piutang yang
beredar pada tanggal estimasi dibuat. Apabila pengendalian klien atas pembelian kredit dan
penghapusan piutang usaha cukup kuat, maka bukti yang diperlukan untuk melakukan
penilaian ini akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan apabila pengendaliannya lemah.
PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan persyaratan
pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Persyaratan ini meliputi identifikasi dan klasifikasi yang tepat.
Review atas neraca saldo piutang usaha dapat menunjukkan piutang dari karyawan, pejabat
perusahaan, perusahaan afiliasi, serta pihak terkait lainnya yang harus diklasifikasi kembali
atau diungkapkan secara terpisah, jika material. Sumber yang sama ini juga dapat
mengungkapkan piutang dengan saldo kredit yang jika signifikan secara agregat, harus
diklasifikasikan kembali sebagai kewajiban lancar. GAAP juga mengharuskan kalsifikasi
yang tepat atas piutang sebagai lancar dan tidak lancar, serta pengungkapan yang berkaitan
dengan penggadaian, pembebanan, dan pemfaktoran piutang. Bukti yang relevan dengan halhal tersebut harus bias diperoleh melalui Tanya jawab dengan manajemen dan mereview
notulen rapat dewan komisaris serta perjanjian pinjaman. Representasi manajemen mengenai
12
hal-hal tersebut harus diperoleh secara tertulis dalam bentuk surat representasi klien yang
merupakan salah satu langkah terakhir dari audit.
JASA BERNILAI TAMBAH
Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk melakukan jasa
bernilai tambah (value-added service). Akan tetapi, banyak auditor mengembangkan
spesialisasi industri sehingga mereka dapat memahami kecenderungan industry dan
mengidentifikasi dengan lebih baik risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan yang
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, atau arus kas. Klien dan dewan
komisaris biasanya ingin mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan auditor itu.
Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur atas kinerja
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industry itu. Sebagai contoh, auditor
dapat membicarakan apakah:
Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan penjualan
persaingan.
Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjulan, dia harus mengikhtisarkan masalah
penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam melaksanakan audit, auditor harus menaruh perhatian pada semua bidang
pertanggung jawaban manajemen seperti diuraikan diatas, tetapi dengan tingkat tekanan yang
berbeda-beda dengan masing-masing penugasan. Bidang mana yang akan memeperoleh
perhatian yang lebih besartergantung pada pertimbangan terhadap bergabai factor yang
terlibat pada waktu menentuka arah kegiatan audit dan resiko yang dihadapai organisasi.
Hasil dari tahap pengujian substantive adalah temuan. Temuan audit berpangkal dari
perbandingan kondisi (apa yang sebenrnya terjadi) dengan criteria (apa yang seharusnya
terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan criteria tersebut
serta mencari penyebabnya. Pengembangan temuan setelah pengujian substantive dangat
menetukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu memahami unsure-unsur
temuan, sehingga pengembangan temuan menjaid lebih efektif.
14
Daftar Pustaka
Boynton, Johnson, Kell. 2013. Modern Auditing. Erlangga.
Chandra, Grace Widya. 2012. Audit Siklus Pendapatan Melalui Uji Substantif Piutang
Dagang dan Penerimaan Kas
(http://gracewidyachandra.blogspot.com/2012/11/audit-siklus-pendapatanmelalui-uji.html. (online) Diakses pada tanggal 14 Februari 2015)
15