Anda di halaman 1dari 7

RMK PENGAUDITAN II KELAS F

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENDAPATAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

Dosen Pegampu : Dr. Nadhirah Nagu, SE., Ak., M.Si, CA.,CSRS,CSRA

OLEH :

MIFTAHUL FUJI AMALIA BURHAN

(A031201119)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN
PENAGIHAN : PIUTANG USAHA

1. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN


SALDO
Bukti yang tepat akan diperoleh dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan
tujuan per tujuan. Contoh: auditor harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan
dan mempertimbangkan risiko inheren yang bisa saja bervariasi menurut tujuannnya.
Auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantiF atas penjualan dan
penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari
delapan tujuan audit. Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha sebagai
berikut:
 Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file induk terkait
serta
 sama dengan buku besar umum. (detail tie-in)
 Piutang usaha yang dicatat ada. (keberadaan)
 Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (kelengkapan)
 Piutang usaha sudah akurat.(keakuratan)
 Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
 Pisah batas piutang usaha sudah benar. (pisah batas)
 Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (nilai realisasi)
 Klien memiliki hak atas piutang usaha. (hak)
a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha
(Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien
yang signifikan, yang dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha.
Maka oleh karena itu auditor harus melaksanakan prosedur analitis untuk
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko
bisnis klien yang signifikan yangdapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk
piutang usaha. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan
prosedur analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji
piutang usaha.
b. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang
usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material,
bahkan untuk saldo piutang yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus
penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat
signifikan.
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan
pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke
setiap akun neraca yang signifikan termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut
sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
c. Menilai Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang
usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan
catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.
Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian manajemen
- Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
- Pengendalian terhadap pisah batas
- Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih

Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk yang berkaitan


dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan
risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas
rincian saldo. Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk
transaksi penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi keakuratan.
d. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor
menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana
risiko deteksi yangdirencanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha.
e. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan,
ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian
audit. Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor
melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara
keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat
antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji
yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan
prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan
fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada
manajemen. Respon manajemen harus dievaluasi secara kritis.
f. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha
(Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kertas perencanaan.
Risiko deteksi ditunjukkan pada baris kedua dari bawah. Hal ini merupakan keputusan
subjektif auditor setelah mengkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap
faktor yang tercantum. Tugas menhubungkan faktor yang direncanakan sangatlah
kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang
direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan. Setelah
memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang,
rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran
sampel, item yang dipilih,
dan penetapan waktu.
2. KONFIRMASI PIUTANG USAHA
Adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita mengenai
perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Intinya lebih menekankan
pada konfirmasi itu disini, seolah-olah sebagai bukti yang bisa diandalkan. Tujuannya
adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal.
SAS 67 (AU 330) menyediakan 3 pengecualian terhadap keharusan menggunakan
konfirmasi :
a. Piutang usaha tidak material : hal ini sudah umum bagi perusahaan tertentu seperti
toko diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu
kredit.
b. Auditor mempertimbagkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
responsnya kemungkinan tidak memadai atau tidak dapat diandalkan.
c. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti
substantif lainnya dapat diakumulasikan untuk menyediakan bukti yang
mencukupi.

Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan


jenis konfirmasi yang akan digunakan.

a. Konfirmasi positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak


penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan
pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
b. Formulir konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak
menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya.
c. Konfirmasi faktur adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur
akan dikonfirmasi,dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
d. Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta
respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.

Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan


auditor, dan harus berdasarkan fakta dalam audit. SAS 67 menyatakan bahwa
penggunaan konfirmasi negatif hanya diterima jika seluruh situasi berikut tersedia :
a. Piutang usaha tercipta dari jumlah besar akun-akun yang kecil.
b. Penilaian risiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah
c. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin
memberikan pertimbangannya.

Konfirmasi negatif sering kali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko
ritel, bank dan industri lainnya dimana piutang berasal dari masyarakat umu. Bukti
yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal nercaca. Hal ini akan memungkinkan auditor
untuk menguji secara langsung saldo piutang usaha pada laporan keuangan tanpa
harus membuat kesimpulan apapun mengenai transaksi yang terjadi antara tanggal
konfirmasi dengan tanggal neraca. Akan tetapi sebagai cara untuk menyelesaikan
audit secara tepat waktu, auditor juga perlu mengkonfirmasi pada tanggal inherim.

Ukuran Sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi
piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut :
- Salah saji ditoleransi
- Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun
sebelumnya dan salah saji yang diterapkan)
- Risiko pengendalian
- Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil
pengujian substantif atau transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci
lainnya)
- Jenis konfirmasik negatif (biasanya memerlukan sampel)

Penerimaan kas selanjutnya, bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal


konfirmasi meliputi pemeriksaan remittance advice,ayat jurnal dalam catatan
penerimaan kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
Salinan faktur penjualan, hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur
penjualan aktual dan tanggal penagihan actual. Dokumen pengiriman, hal ini penting
dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar dilakukan dan sebagai
pengujian pisah batas. Korespondensi dengan klien, biasanya auditor tidak perlu
mereview korespondensi sebagai bagian dari prosedur alternatif,tetapi korespondensi
dapat digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang
meragukan yang tidak terungkap oleh cara lainnya. Barang yang telah dikembalikan,
kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan oleh perbedaan waktu
atau pencatatan retur dan pengurangan penjualan yang tidak tepat. Kesalahan klerikal
dan jumlah yang diperdebatkan, jenis perbedaan yang paling mungkin dilaporkan
dalam catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan bahwa ada kesalahan harga
yang dikenakan untuk barang,barang rusak ,kuantitas barang yang belum diterima dan
sebagainya.

3. MENGEMBANGKAN PENGUJIAN PROGRAM AUDIT YANG TERINCI


Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk
pengujian yang terinci dalam siklus penjualan dan penagihan.Auditor senior,
menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan pada gambar sebagai alat
bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang
direncanakan. Sumbernya adalah sebagai berikut:
- Salah saji yang dapat ditoleransi.
- Risiko audit yang dapat diterima.
- Risiko inheren.
- Risiko pengendalian.
- Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
- Prosedur analitis.
- Risiko deteksi yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai