Anda di halaman 1dari 20

Makalah Perpajakan 1

UU Daerah – Pajak & Retribusi Daerah

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Aisyah Luqman Argubi (A031201137)

Alifia Hali A. Mardan (A031201164)

Jamilah Rahman (A031201154)

Jurana (A031201140)

Miftahul Fuji Amalia Burhan (A031201119)

Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang “UU Daerah-Pajak & Retribusi
Daerah”yang dibimbing oleh bapak Andi Iqra Pradipta Natsir,SE.,M.Si
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu diharapkan
kepada semua pihak untuk memberikan masukan dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan- kekurangan dan jauh
dari apa yang diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Akhir
kata kami sampaikan terima kasih.

Makassar, 15 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I.........................................................................................................................................5

PENDAHULUAN......................................................................................................................5

A. Latar Belakang................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................6

C. Tujuan.............................................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

A. Terminologi.....................................................................................................................7

1. Pengertian Pajak Daerah..............................................................................................7

2. Pengertian Retribusi Daerah........................................................................................7

B. Jenis-Jenis dan Tarif........................................................................................................7

1. Pajak Daerah...................................................................................................................7

2. Retribusi Daerah............................................................................................................11

1. Retribusi Jasa Umum.................................................................................................11

2. Retribusi Jasa Usaha..................................................................................................11

3. Retribusi Perizinan Tertentu......................................................................................12

C. Tarif dan Cara Perhitungan Pajak dan Retribusi Daerah..............................................13

1. Penetapan Tarif..........................................................................................................13

2. Tarif Maksimum........................................................................................................13

3. Tata Cara Perhitungan...............................................................................................14

D. Ketentuan Pidana..........................................................................................................15

1. Pelanggaran terhadap Pajak Daerah..........................................................................15

2. Pelanggaran terhadap Retribusi Daerah....................................................................16

E. DIDALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN


2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMERINTAHAN DAERAH.............................................................................................16
BAB III.....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

A. KESIMPULAN.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya menyederhanakan dan memperbaiki jenis dan struktur pajak
daerah, meningkatkan pendapatan daerah, memperbaiki sistem perpajakan dan
retribusi daerah maka telah terbit Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang biasa disebut juga sebagai UU PDRD.
Secara garis besar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah mengatur adanya perluasan objek pajak daerah dan retribusi
daerah, menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah, menaikkan tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah, memberikan diskresi penetapan tarif
pajak daerah kepada daerah.
Pajak daerah ini menjadi bagian dari Otonomi daerah yang mana ditandai
dengan pemberian kewenangan yang besar dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Pemberiankewenangan ini diharapkan mampu memacu pemerintah daerah untuk
mewujudkan kesejahteraan yang lebih besar bagi masyarakatnya. Pemberian
kewenangan ini tidak hanyadari sisi administrasi pemerintahan, tetapi juga dalam
hal keuangan. Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah pusat mengalihkan beberapa pajak yang
semula ditarik oleh pusat menjadi pajak daerah. Pajak dan retribusi daerah
merupakan salah satu pendapatan daerah yang tergolong kedalam PAD
(pendapatan asli daerah).
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian pajak daerah adalah
iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak
Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah
diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang
melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Retribusi daerah dibuat bukan tanpa aturan. Segala ketentuan tentang
retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah atau yang lebih dikenal dengan UU PDRD. Dalam
UU tersebut, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


2. Apa Saja Jenis-Jenis dan Tarif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Bagaimana Tata Cara Perhitungan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. Apa Saja Sanksi-Sanksi yang Diberikan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Menjelaskan Penagihan, Keberatan, Banding, dan Gugatan
6. Menjelaskan Denda : Daluarsa

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis dan Tarif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Untuk Mengetahui Tata Cara Perhitungan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. Untuk Mengetahui Sanksi-Sanksi yang Diberikan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
5. Untuk Mengetahui Penagihan, Keberatan, Banding, dan Gugatan
6. Untuk Mengetahui Denda : Daluarsa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi 
D. Pengertian Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian tersebut termuat di
dalam Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun
2009.
E. Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi daerah dibuat bukan tanpa aturan. Segala ketentuan tentang retribusi
daerah diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah atau yang lebih dikenal dengan UU PDRD. Dalam UU
tersebut, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
B. Jenis-Jenis dan Tarif
1. Pajak Daerah
Pajak daerah dibedakan menjadi dua bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota.

Pajak Provinsi

F. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak terhadap seluruh kendaraan


beroda yang digunakan di semua jenis jalan baik darat maupun air. Pajak ini
dibayar di muka dan dikenakan kembali untuk masa 12 bulan atau 1 tahun.
Tarif yang yang dikenakan untuk kendaraan bermotor beragam, berikut ini
rinciannya:
 Bagi kepemilikan kendaraan motor pertama sebesar 2%, kemudian
untuk kendaraan bermotor kedua sebesar 2,5% dan akan meningkat
untuk kepemilikan setiap kendaraan bermotor seterusnya sebesar 0,5%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan, tarif pajaknya
sebesar 2%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan
daerah sebesar 0,50%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor alat berat sebesar 0,20%.

G. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah
pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian
dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar
menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
untuk tarif BBNKB, berikut ini rinciannya:
 Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan masing-masing
sebagai berikut:
1. Penyerahan pertama sebesar 10%.
2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%.
 Khusus kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing-masing
sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%.
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.

H. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)

Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan
bakar baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
Pajak PBB-KB ini dipungut atas bahan bakar kendaraan bermotor yang
disediakan atau dianggap berguna untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan
bakar yang digunakan untuk kendaraan yang beroperasi di atas air.
Tarif PBB-KB:
 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor titetapkan sebesar 5%
 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimana yang
dimaksud pada poin sebelumnya, dapat diubah oleh Pemerintah
dengan Peraturan Presiden, dalam hal:
a. Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari asumsi
harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-undang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan.
b. Diperlukan stabilitas harga bahan bakar minyak untuk jangka
waktu paling lama 3 tahun sejak ditetapkannya Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Dalam hal harga minyak dunia sebagaimana dimaksud pada poin
kedua huruf a sudah kembali normal, Peraturan Presiden dicabut
dalam jangka waktu paling lama 2 bulan.

I. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah merupakan setiap kegiatan


pengambilan dan pemanfaatan air tanah yang dilakukan dengan cara
penggalian, pengeboran atau dengan membuat bangunan untuk dimanfaatkan
airnya dan/atau tujuan lainnya.
Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
 Dasar pengenaan pajak adalah nilai perolehan air tanah
 Nilai perolehan air tanah dinyatakan dalam satuan rupiah yang dihitung
berdasarkan faktor-faktor berikut:
a. Jenis sumber air.
b. Lokasi/zona pengambilan sumber air.
c. Tujuan pengambilan atau pemanfaatan air.
d. Volume air yang diambil atau dimanfaatkan.
e. Kualitas air.
f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan
atau pemanfaatan air.
 Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) dengan cara mengalikan volume air yang diambil dengan
harga dasar air.
 Penghitungan Harga Dasar Air sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(3) dengan cara mengalikan faktor nilai air dengan Harga Air Baku.
 Nilai Perolehan Air Tanah dan Harga Air Baku sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4)ditetapkan dengan Peraturan Walikota
 Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20%.
 Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

Pajak Kabupaten/ Kota

1. Pajak Hotel

Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut atas penyedia jasa


penginapan yang disediakan sebuah badan usaha tertentu yang jumlah
ruang/kamarnya lebih dari 10. Tarif pajak hotel dikenakan sebesar 10% dari
jumlah yang harus dibayarkan kepada hotel dan masa pajak hotel adalah 1
bulan.

2. Pajak Restoran

Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang


disediakan oleh restoran. Tarif pajak restoran sebesar 10% dari biaya
pelayanan yang ada diberikan sebuah restoran.

3. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan yang
memiliki biaya atau ada pemungutan biaya di dalamnya. Kisaran tarif untuk
pajak hiburan ini adalah 0%-35% tergantung dari jenis hiburan yang
dinikmati.

4. Pajak Reklame

Pajak Reklame merupakan pajak yang diambil/dipungut atas benda, alat,


perbuatan, atau media yang bentuk dan coraknya dirancang untuk tujuan
komersial agar menarik perhatian umum. Namun, ada pengecualian
pemungutan pajak untuk reklame seperti reklame dari pemerintah, reklame
melalui internet, televisi, koran, dan lain sebagainya.Tarif untuk pajak reklame
ini adalah 25% dari nilai sewa reklame yang bersangkutan.

5. Tarif Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas penggunaan


tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain. Tarif
pajak penerangan ini berbeda-beda, tergantung dari penggunaannya.
6. Pajak Parkir

Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha atau sebagai sebuah
usaha/penitipan kendaraan. Lahan parkir yang dikenakan pajak adalah lahan
yang kapasitasnya bisa menampung lebih dari 10 kendaraan roda 4 atau lebih
dari 20 kendaraan roda 2. Tarif pajak yang dikenakan sebesar 20%.

2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah terdiri atas 3 golongan, yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum yang dapat dinikmati oleh orang pribadi maupun badan.
Adapun jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah sebagai berikut :
 Retribusi Pelayanan Kesehatan yang meliputi pelayanan Puskesmas,
Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Rumah
Sakit Umum Daerah, dan tempat pelayanan sejenis yang dikelola oleh
Pemda.
 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang meliputi
pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumber ke lokasi
pembuangan sementara serta penyediaan lokasi Pembuangan Akhir
Sampah.
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil
meliputi KTP, KK, Kartu Keterangan Bertempat tinggal, Kartu
Identitas Kerja, Kartu Penduduk Sementara, Kartu Identitas Penduduk
Musiman, Akta cerai, lahir, kematian, hingga akta ganti nama.

2. Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial. Meliputi pelayanan pemanfaatan
kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan
oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
pihak swasta.
Adapun jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Biasanya berupa pemanfaatan
lahan dan bangunan. Misalnya untuk kebutuhan event atau peralatan
yang dimiliki oleh Pemda. Namun tidak termasuk penggunaan tanah
yang tidak merubah fungsi tanah tersebut. Misal, pemancangan tiang
listrik.
 Retribusi Pasar Grosir yaitu penyediaan fasilitas pasar grosir misalnya
pertokoan atau pasar yang dikontrakkan dan disediakan oleh Pemda.
 Retribusi Tempat Pelelangan yaitu penyediaan tempat pelelangan yang
secara khusus disediakan oleh Pemda untuk melakukan pelelangan
ikan, ternak, hasil bumi, atau hasil hutan termasuk fasilitas penunjang
yang disediakan di tempat lelang.
 Retribusi Terminal berupa penyediaan tempat parkir untuk kendaraan
penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas
lainnya di lingkungan terminal yang disediakan dan dikelola oleh
Pemda.
 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan yang meliputi pelayanan jasa
kepelabuhan termasuk fasilitas di dalamnya yang disediakan, dimiliki,
dan dikelola oleh Pemda.
 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga yaitu fasilitas tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan
dikelola oleh Pemda.

3. Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemda
kepada Orang Pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk melakukan
regulasi dan pengawasan.
Objek tertentu yang dimaksud meliputi kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan Sumber Daya Alam, barang, sarana-prasarana, atau fasilitas
tertentu lainnya. Retribusi Perizinan Tertentu ini bertujuan melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Adapun jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu, adalah :
 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang kegiatannya meliputi
peninjauan desain, pemantauan pelaksanaan pembangunan, dan
pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam
rangka pemenuhan syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut.
 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol yaitu pemberian
izin atas penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.
 Retribusi Izin Gangguan yaitu pemberian izin tempat usaha atau
kegiatan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian,
gangguan termasuk pengendalian kegiatan usaha terus-menerus.
Retribusi ini tidak termasuk usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh
Pemerintah atau Pemda.

C. Tarif dan Cara Perhitungan Pajak dan Retribusi Daerah


1. Penetapan Tarif
a. Pajak Provinsi
Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 pajak provinsi ditetapkan dengan PP yang
mana aturan ini diberlakukan secara seragam diseluruh Indonesia. Sedangkan
berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tarif pajak ditetapkan dengan Perda tetapi
tidak boleh melampaui tarif yang diatur oleh UU
b. Pajak Kabupaten/Kota
Tarif pajak ditetapkan dengan Perda tetapi tidak boleh melampaui UU
sebagaimana yang tercantum di dalam UU No.34 tahun 2000 dan UU No.28
tahun 2009.
c. Retribusi Daerah
Tarif pajak ditetapkan dengan Perda sesuai prinsip dan sasaran penetapan tarif
untuk masing-masing golongan retribusi.

2. Tarif Maksimum
a. Pajak Provinsi

No. Pajak Provinsi UU No. 34 UU No. 28


Tahun 2009 Tahun 2009
1. Pajak Kendaraan Bermotor 5% 10%
2. Bea Balik Nama Kend. Bermotor 10% 20%
3. Pajak Bahan Bakar Kend. 5% 10%
Bermotor
4. Pajak Air Permukaan 20% 10%
5. Pajak Rokok - 10%
b. Pajak Kabupaten/Kota

Pajak Hotel 10%


Pajak Restoran 11%
Pajak Hiburan 75%
Pajak Reklame 25%
Pajak Penerangan Jalan 10%
Pajak Mineral bukan logam dan 25%
batuan
Pajak Parkir 30%
Pajak Air Tanah 20%
Pajak Sarang burung walet 10%
BPHTB 5%
PBB Pedesaan dan Perkotaan 0,3%

3. Tata Cara Perhitungan


a. Pajak Daerah
Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011, dijelaskan bahwa
restoran merupakan tempat atau fasilitas penyedia makan/minuman yang
dikenakan pajak. Hal – hal yang termasuk jenis restoran seperti kantin,
warung, bar, kafetaria, atau juga usaha katering.
Yang dikenai pajak adalah pelayanan yang diberikan oleh restoran
tersebut. Oleh karena itu para pembeli yang harus membayarkannya. Tarif
pajak restoran ditetapkan maksimal sebesar 10% dari pembayaran yang
diterima oleh restoran tersebut.
Rumus perhitungan :
PB1=DPP ×Tarif Pajak Restoran
Contoh perhitungan :
Budi membeli sop buntut di Restoran “A” seharga Rp 50.000,- serta
mengkonsumsi es susu seharga Rp 10.000,-. Budi juga mengambil
makanan pendamping Gorengan dengan harga Rp 10.000.
Mengingat restoran tersebut terletak di Jakarta, maka tarif pajak yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah adalah 11%. Jadi cara menghitung
pajaknya adalah sebagai berikut.
PB1 = DPP x Tarif Pajak Restoran
PB1 = (50.000 + 10.000 + 10.000) x 11%
PB1 = 70.000 x 11%
PB1 = 7.700
Jadi, pajak yang harus dibayarkan Budi setelah mengkonsumsi sop buntu,
es susu, dan gorengan sebesar Rp.7.700
b. Retribusi Daerah
Retribusi=Tingkat Penggunaan Jasa ×Tarif Retribusi
Keterangan :

Tingkat penggunaan jasa Jumlah penggunaan jasa yang


dijadikan dasar alokasi beban biaya
yang dipikul pemerintah daerah
untuk penyelengaraan jasa yang
bersangkutan
Tarif Retribusi Nilai rupiah atau persentase
tertentu yang ditetapkan untuk
menghitung besarnya retribusi
terutang
Tarif retribusi ditentukan seragam
atau bervariasi menurut golongan
sesuai dengan prinsip sasaran
penetapan tarif retribusi.

D. Ketentuan Pidana
1. Pelanggaran terhadap Pajak Daerah
Tindak pidana terhadap wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya
untuk membayar pajak daerah diatur di dalam UU Bab VIII Pasal 37, sebagai
berikut :
a. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan
yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang
bersangkutan.

2. Pelanggaran terhadap Retribusi Daerah


a. Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak
atau kurang dibayar.

E. DIDALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN


2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAHAN DAERAH
Paragraf 2 tentang Pemberian Keringanan, Pengurangan, dan Pembebasan
dalam Pasal 96 :
1. Kepala Daerah dapat memberikan keringanan, pengurangan, pembebasan, dan
penundaan pembayaran atas pokok dan/atau sanksi Pajak dan Retribusi.
2. Pemberian keringanan, pengurangan, pembebasan, dan penundaan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kondisi
Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dan/atau objek Pajak atau objek Retribusi.
Dalam BAB IX KETENTUAN PIDANA
Pasal 181
1. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5), sehingga merugikan Keuangan
Daerah, diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
2. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5), sehingga merugikan Keuangan
Daerah, diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

Pasal 182

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dapat dituntut apabila telah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat Pajak terutang atau masa
Pajak berakhir atau bagian Tahun Pajak berakhir atau Tahun Pajak yang bersangkutan
berakhir.

Pasal 183

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 87 ayat (4), sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam dengan
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga)
kali dari jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 184

Pejabat atau tenaga ahli yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
103 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 185

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181, Pasa1 183, dan Pasal 184 merupakan
pendapatan negara.

BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN


Pasal 186 Dalam hal terdapat beban Keuangan Negara akibat perbuatan hukum yang
dilakukan oleh unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah dan telah mendapatkan
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, tanggung jawab atas perbuatan
hukum dimaksud diperhitungkan dengan pemotongan TKD.

Pasal 188

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438)
b. peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2O2O tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573),
dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti yang sudah dijelaskan di atas Dasar Hukum nya yaitu:
1. UU. No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No.18 tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi DaeraH
2. PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

Namun selain dasar hukum di atas ada juga UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Pajak
Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Sedangkan dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1


TAHUN 2022 TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

Untuk pengertian pajak daerah dan retribusi itu sama seperti dalam Undang-undang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Peraturan perundang-
undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573), dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum diganti dan
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rani, M. (2018) ‘Pajak Daerah : Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, dan Tarifnya’, Online-pajak.com.
Available at: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah.

Rusdiono (2021) ‘Retribusi Daerah : Pengertian & Perbedaannya Dengan Pajak Daerah’,
rusdionoconsulting.com. Available at: https://www.rusdionoconsulting.com/retribusi-
daerah/.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022


TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMERINTAHAN DAERAH

Anda mungkin juga menyukai