Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Jurana (A031201140)
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang “UU Daerah-Pajak & Retribusi
Daerah”yang dibimbing oleh bapak Andi Iqra Pradipta Natsir,SE.,M.Si
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu diharapkan
kepada semua pihak untuk memberikan masukan dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan- kekurangan dan jauh
dari apa yang diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Akhir
kata kami sampaikan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................6
C. Tujuan.............................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. Terminologi.....................................................................................................................7
1. Pajak Daerah...................................................................................................................7
2. Retribusi Daerah............................................................................................................11
1. Penetapan Tarif..........................................................................................................13
2. Tarif Maksimum........................................................................................................13
D. Ketentuan Pidana..........................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya menyederhanakan dan memperbaiki jenis dan struktur pajak
daerah, meningkatkan pendapatan daerah, memperbaiki sistem perpajakan dan
retribusi daerah maka telah terbit Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang biasa disebut juga sebagai UU PDRD.
Secara garis besar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah mengatur adanya perluasan objek pajak daerah dan retribusi
daerah, menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah, menaikkan tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah, memberikan diskresi penetapan tarif
pajak daerah kepada daerah.
Pajak daerah ini menjadi bagian dari Otonomi daerah yang mana ditandai
dengan pemberian kewenangan yang besar dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Pemberiankewenangan ini diharapkan mampu memacu pemerintah daerah untuk
mewujudkan kesejahteraan yang lebih besar bagi masyarakatnya. Pemberian
kewenangan ini tidak hanyadari sisi administrasi pemerintahan, tetapi juga dalam
hal keuangan. Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah pusat mengalihkan beberapa pajak yang
semula ditarik oleh pusat menjadi pajak daerah. Pajak dan retribusi daerah
merupakan salah satu pendapatan daerah yang tergolong kedalam PAD
(pendapatan asli daerah).
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian pajak daerah adalah
iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak
Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah
diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang
melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Retribusi daerah dibuat bukan tanpa aturan. Segala ketentuan tentang
retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah atau yang lebih dikenal dengan UU PDRD. Dalam
UU tersebut, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pajak Provinsi
Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah
pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian
dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar
menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
untuk tarif BBNKB, berikut ini rinciannya:
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan masing-masing
sebagai berikut:
1. Penyerahan pertama sebesar 10%.
2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%.
Khusus kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing-masing
sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%.
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan
bakar baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
Pajak PBB-KB ini dipungut atas bahan bakar kendaraan bermotor yang
disediakan atau dianggap berguna untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan
bakar yang digunakan untuk kendaraan yang beroperasi di atas air.
Tarif PBB-KB:
Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor titetapkan sebesar 5%
Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimana yang
dimaksud pada poin sebelumnya, dapat diubah oleh Pemerintah
dengan Peraturan Presiden, dalam hal:
a. Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari asumsi
harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-undang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan.
b. Diperlukan stabilitas harga bahan bakar minyak untuk jangka
waktu paling lama 3 tahun sejak ditetapkannya Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Dalam hal harga minyak dunia sebagaimana dimaksud pada poin
kedua huruf a sudah kembali normal, Peraturan Presiden dicabut
dalam jangka waktu paling lama 2 bulan.
I. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan yang
memiliki biaya atau ada pemungutan biaya di dalamnya. Kisaran tarif untuk
pajak hiburan ini adalah 0%-35% tergantung dari jenis hiburan yang
dinikmati.
4. Pajak Reklame
Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha atau sebagai sebuah
usaha/penitipan kendaraan. Lahan parkir yang dikenakan pajak adalah lahan
yang kapasitasnya bisa menampung lebih dari 10 kendaraan roda 4 atau lebih
dari 20 kendaraan roda 2. Tarif pajak yang dikenakan sebesar 20%.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah terdiri atas 3 golongan, yaitu :
2. Tarif Maksimum
a. Pajak Provinsi
D. Ketentuan Pidana
1. Pelanggaran terhadap Pajak Daerah
Tindak pidana terhadap wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya
untuk membayar pajak daerah diatur di dalam UU Bab VIII Pasal 37, sebagai
berikut :
a. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan
yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang
bersangkutan.
Pasal 182
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dapat dituntut apabila telah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat Pajak terutang atau masa
Pajak berakhir atau bagian Tahun Pajak berakhir atau Tahun Pajak yang bersangkutan
berakhir.
Pasal 183
Pasal 184
Pejabat atau tenaga ahli yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
103 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 185
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181, Pasa1 183, dan Pasal 184 merupakan
pendapatan negara.
Pasal 188
Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Pajak
Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Untuk pengertian pajak daerah dan retribusi itu sama seperti dalam Undang-undang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Peraturan perundang-
undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573), dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum diganti dan
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rani, M. (2018) ‘Pajak Daerah : Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, dan Tarifnya’, Online-pajak.com.
Available at: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah.
Rusdiono (2021) ‘Retribusi Daerah : Pengertian & Perbedaannya Dengan Pajak Daerah’,
rusdionoconsulting.com. Available at: https://www.rusdionoconsulting.com/retribusi-
daerah/.