PERPAJAKAN
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Disusun oleh :
Nirwana 2109308120022
PRODI AKUNTANSI
MAKASSAR 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah mengenai “Pajak
Daerah Dan retriusi Daerah” ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih sangat terbatas. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
1
DAFTAR ISI
Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................................. 5
A. Pajak Daerah ................................................................................................................................. 5
B. Retribusi Daerah ........................................................................................................................ 17
BAB III ............................................................................................................................................................ 19
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
2. Objek, subjek dan wajib pajak/retribusi dalam pajak daerah dan retribusi daerah
?
3
6. Bagaimana tata cara pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah diadakan ?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pajak Daerah
1. Pengertian
a. pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah
sendiri
5
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.
2. Landasan Hukum
3. Kriteria
6
yang bersangkutan.
4. Jenis – Jenis
5) Pajak Rokok .
b. Pajak daerah Tingkat II (Kota/Kotamadya/Kabupaten)
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
7
5) Pajak Penerangan Jalan
c. Pajak Bahan Penggalian Golongan C
d. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
e. Pajak Sarang Burung Walet
f. Pajak Air Tanah (Pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan air
di permukaan)
8
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari
Pemerintah
• Objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Dalam UU No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 14 Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor adalah “ pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai
akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar,hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha”.
Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diatur dalam pasal 9 ayat
1 yang menyatakan bahwa objek pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah
penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor dengan pengecualian (pasal 9 ayat 3)
sebagai berikut :
a. Kereta api
b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan Negara
c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga
9
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah
d. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
b) Khusus untuk kendaran bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan
jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
• Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen)
• Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluhlima
persen).
(UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 17 ayat 2 )
Dan dalam pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
dilakukan oleh produsen dan/atau importir atau nama lain sejenis atas bahan bakar
yang disalurkan atau dijual kepada:
➢ Lembaga penyalur, antara lain, Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk
Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk TNI/POLRI,
Agen Premium dan Minyak Solar (APMS), Premium Solar Packed
Dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker (SPBB), Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), yang akan menjual BBM kepada
konsumen akhir (konsumen langsung);
➢ Konsumen langsung, yaitu pengguna bahan bakar kendaraan bermotor.
10
kepada lembaga penyalur dan/atau konsumen langsung, maka yang wajib
mengenakan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah penyedia yang
menyalurkan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor kepadalembaga penyalur dan/atau
konsumen langsung.
11
Dalam dasar pengenaan pajak air permukaan ditentukan oleh nilai
perolehan air permukaan (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 23 ). Dan nilai
perolehan air ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
• Kualitas air
4) Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah ( UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 19). Objek Pajak Rokok
sendiri diatur dalam pasal 26 yang menyatakan bahwa objek pajak rokok
adalah konsumsi rokok. Rokok yang dimaksud meliputi sigaret,
cerutu, dan rokok daun.
Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Sedangkan untuk
Wajib Pajak Rokoknya adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan
importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha
Barang Kena Cukai. Pajak Rokok ini dipungut oleh instansi
Pemerintah yang berwenang untuk memungut cukai (Direktur
Jenderal Bea dan Cukai) selanjutnya disetorkan ke rekening kas
umum daerah provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah
penduduk. (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 27 )
Untuk dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang
ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok, hal ini sesuai dengan UU
No. 28 Tahun 2009 Pasal 28. Dan untuk pengenaan tarif
Pajak Rokoknya sendiri telah ditetapkan sebesar 10% dari cukai
rokok ( UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 29). Sedangkan, untuk besaran
pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
12
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal
30 ).
Walaupun pajak ini merupakan jenis pajak baru, namun
diperkirakan pengenaan Pajak Rokok tidak terlalu membebani
masyarakat karena rokok bukan merupakan barang kebutuhan pokok
dan bahkan pada tingkat tertentu
konsumsinya perlu dikendalikan. Di pihak lain, pengenaan pajak
ini tidak terlalu berdampak pada industri rokok karena bebanPajak
Rokok akan disesuaikan dengan kebijakan strategis di bidang
cukai nasional dan besarannya disesuaikan dengan daya pikul
industri rokok mengikuti natural growth(pertumbuhan alamiah) dari
industri tersebut.
Untuk penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun
bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%. Hasil ini
diperuntukan dalam mendanai pelayanan kesehatan
(pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit
pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi
perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya
merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok)
serta penegakan hukum (pemberantasan peredaran rokok ilegal dan
penegakan aturan mengenai larangan merokok).
pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, maka hasil penerimaan Pajak Air Permukaan
dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 80% (delapan
puluh persen). Tetapi, bagian kabupaten/kota itu ditetapkan dengan memperhatikan
kembali aspek
pemerataan dan/atau potensi antar kabupaten/kota.
13
7. Earmarking
➢ Formulir SSPD
➢ Buku / Daftar
14
penundaan pembayaran yang ditandatangani oleh Kadipenda
apabila permohonan di setujui dibuatkan sistem persetujuan
penundaan.
➢ Buku / Daftar
➢ Buku registrasi
c. Pelaporan
operasional.
d. Penagihan
15
sekaligus (SPPSdan S)
e. Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan ketetapan dan
penghapusanatau pengurangan sanksi administrasi
Dengan kebijakannya seorang Kepala Daerah dapat melakukan berbagai
kebijakandalam pemungutan pajak daerah, seperti :
➢ mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga,
denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan
perundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya
➢ mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT
atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar
➢ mengurangkan atau membatalkan STPD
16
selanjutnya :
➢ Menerima surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
penerbitan
B. Retribusi Daerah
1. Pengertian
Pengertian retribusi berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2009 pasal 1ayat 64 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) jo
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 jo Undang-Undang Nomor 18 tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah ”pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”.
2. Landasan Hukum
Dalam hal pemungutan retribusi daerah, Undang-Undang dasar 1945 telah
menetapkan pada pasal 23 a yang menyebutkan bahwa : “ Pajak dan pemungutan lainnya
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang “
17
Selain itu, dalam pemungutan retribusi daerah juga diatur dalam Peraturan Perundang-
udangan sbb:
a. Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak
daerah
b. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah
c. Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang-undang
nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
d. Undamh-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
e. PP No. 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah
3. Objek retribusi
Menurut UU nomor 28 tahun 2009 pasal 108 tentang objek dan golongan retribusi
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Jasa umum
Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang dosediakan atau diberikan
pemerintahan daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh ornaag pribadi atau badan.
b. Jasa usaha
Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial.
c. Perizinan tertentu
Objek retribussi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh
pemerintahan daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang penggunaan sumber daya
alam,barang,praasarana,sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oleh karena itu agar pembangunan di suatu daerah ini berkembang maka
diperlukankesadaran masyarakat akan pentingnya kewajiban membayar Pajak.
19
DAFTAR
PUSTAKA
20