Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PAJAK DAERAH PROVINSI

TUGAS MATA KULIAH


SISTEM PERPAJAKAN

Kelas / Ruang / Jadwal : Kelas C / Ruang 7 / Senin, Pukul 09.30 – 11.10

DOSEN PENGAMPU
ALVA BERIANSYAH, S.IP., M.I.P.

OLEH :
FADILA TUL’AINI NIM. B1B121009
LUCKY ALAMSAH NIM. B1B121010
IDI SRI MULYANI NIM. B1B121018
WANDA ADELLIA NIM. B1B121032
FARAS INAYAH NIM. B1B121039
ABIN ARYA ANGGANA MAHISA NIM. B1B121040
SITI NURJANAH NIM. B1B121041
BENEDIKTUS TELAUMBANUA NIM. B1B121065
RAHMAYANA ANNAHTUN AINI NIM. B1B121102
BERLIANA SALSABILA NIM. B1B121107

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


JURUSAN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2023
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas semua
kehendaknya, penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul
"Pajak Daerah Provinsi”
Penyusunan makalah ini ditulis berdasarkan sumber bacaan seperti buku, website,
artikel, dan jurnal. Penulis berharap, pemaparan dalam isi makalah sederhana ini bisa
mempermudah pembaca untuk memahami pengelolaan pajak daerah provinsi.
Penulis menyadari bahwa hasil makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna,
dan memiliki kekurangan dari berbagai aspek. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Jambi, 25 Agustus 2023

Penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................ iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1

Bab II Pembahasan
2.1 Pajak Daerah Provinsi ..................................................................................... 2
2.2 Pendapatan Pajak Daerah Provinsi Jambi ..................................................... 16

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17
3.2 Saran .............................................................................................................. 17

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengumpulkan pendapatan guna membiayai berbagai program
pembangunan dan pelayanan publik. Dalam konteks Indonesia, sistem perpajakan terbagi
menjadi dua tingkatan, yaito pusat dan daerah. Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah
provinsi memiliki peranan penting dalam mendukung otonomi daerah serta keberlanjutan
pembangunan regional.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola sejumlah jenis pajak
yang bersifat regional. Pajak-pajak ini mencakup berbagai aspek ekonomi seperti properti,
penjualan, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Pendapatan dari pajak ini menjadi
sumber utama bagi pemerintah daerah provinsi dalam membiayai berbagai program
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar sebagai sumber pendapatan, pajak
pemerintah daerah provinsi juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan dinamika. Faktor-
faktor seperti kesenjangan ekonomi antar daerah, tingkat kesadaran masyarakat terkait
kewajiban pajak, serta regulasi yang terus berkembang, memengaruhi pelaksanaan dan
efektivitas sistem perpajakan di tingkat provinsi.
Makalah ini akan mengkaji lebih dalam tentang sistem perpajakan pemerintah daerah
provinsi, meliputi apa itu pajak pemerintah daerah, landasan hukum pajak pemerintah daerah,
dan jenis-jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah provinsi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan rumusan masalah, sebagai
berikut :
• Apa yang dimaksud dengan pajak daerah?
• Apa saja jenis-jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah provinsi?

1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

• Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak daerah


• Untuk mengetahui jenis-jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah provinsi
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pajak Daerah Provinsi


Pajak daerah provinsi adalah jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah
provinsi di Indonesia terhadap objek atau kegiatan yang berada di wilayah provinsi tersebut.
Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk
membiayai berbagai program Pembangunan, pelayanan public, dan kegiatan lainnya di
tingkat provinsi. Beberapa UU pajak daerah yang pernah diberlakukan semenjak masa orde
baru adalah UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
diundangkan pada tanggal 23 Mei 1997 yang kemudian diubah dengan UU No. 34 Tahun
2000 yaitu UU tentang Perubahan Atas UU Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian dicabut diganti dengan UU No.
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kemudian disempurnakan dengan
UU No 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut UU No. 1 Tahun 2022, jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
provinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
f. Pajak Alat Berat
g. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan

2.1.1 Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan
teknik berupa motor dengan bahan bakar/listrik atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk

2
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor
yang dioperasikan di air.
Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan
Kendaraan Bermotor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah kendaraan
bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan
kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross
Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah:
o Kereta api;
o Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
o Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
o Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Subjek Pajak Kendaraan Bermotor


Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki
dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang
pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor. Dalam hal Wajib Pajak Badan,
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor


• Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 hanya mengatur
bahwa penetapan batas bawah dan batas atas tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi.
Sedangkan kepastian penetapan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor diatur berdasarkan
peraturan daerah pada masing-masing provinsi.
• Penetapan batas bawah dan batas atas tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan
sebagai berikut:
o Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu
persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
3
o Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan
secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
• Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.
• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah
Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling
rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling
rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma
dua persen).

Masa Pajak
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009,
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut
terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor dibayar
sekaligus di muka. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force
majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas
pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa Pajak yang belum dilalui. Untuk kendaraan yang
sudah terdaftar, bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu bulan
penuh. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi diatur dengan
Peraturan Gubernur.

Pembagian Hasil Pajak Kendaraan Bermotor


• Untuk Provinsi 70%
• Untuk Kabupaten/Kota 30%

2.1.2 Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor


Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) adalah pajak atas penyerahan hak
milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke
dalam badan usaha.

4
Objek Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor
Objek BBNKB adalah kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermotor beroda
beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor
yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima gross tonnage) sampai dengan
GT 7 (tujuh gross tonnage), yang :
o diserahkan kepemilikannya, sebagai akibat dari jual beli, hibah, warisan dan
perjanjian;
o diubah bentuk, ganti fungsi dan ganti mesin; dan
o dimasukkan dari luar negeri, untuk dipakai secara tetap di Indonesia.

• Dikecualikan dari objek BBNKB adalah :


o kendaraan bermotor yang masuk dari luar negeri :
- untuk dipakai sendiri oleh orang yang bersangkutan sepanjang di negara
asalnya telah didaftarkan atas nama sendiri, dengan menunjukkan bukti-bukti
yang sah;
- untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; dan
- digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf
internasional;
o kendaraan bermotor milik Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara Asing dan
Perwakilan Lembaga-lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah dengan asas timbal balik;
o kendaraan bermotor milik pabrikan atau importir yang semata mata tersedia untuk
dipamerkan dan/atau dijual; dan
o terjadi perubahan nama yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Instansi
yang berwenang, tetapi tidak mengubah kepemilikan.

• Ketentuan sebagaimana dimaksud pada (untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean
Indonesia), tidak berlaku apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut kendaraan bermotor
dimaksud tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.

• Dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor, yaitu :


o kereta api;

5
o kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara; dan
o kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai Kedutaan, Konsulat,
Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Lembaga-lembaga Internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah, dengan asas timbal
balik.

Subjek Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor


Subjek BBNKB adalah orang pribadi, Badan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, TNI dan Polri yang menerima penyerahan
kendaraan bermotor.
Dikecualikan dari subjek BBNKB, yaitu Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara
Asing dan Perwakilan Lembaga-lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah, dengan asas timbal balik.

Dasar Pengenaan BBNKB


Dasar pengenaan BBNKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). NJKB
sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan oleh Gubernur dengan berpedoman pada ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Dalam hal NJKB belum tercantum dalam
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Gubernur tentang
NJKB, Kepala Dinas atas nama Gubernur menetapkan NJKB.

Tarif Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor


• Tarif BBNKB atas penyerahan pertama, ditetapkan sebesar:
o 12,5% (dua belas koma lima persen) untuk kendaraan bermotor orang pribadi,
Badan, Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, TNI dan Polri;
o 10% (sepuluh persen) untuk kendaraan bermotor listrik roda 4 (empat) atau lebih;
o 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat
berat dan alat-alat besar;
o 15% (lima belas persen) untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) dan roda 3 (tiga)
dengan kapasitas isi silinder 250 cc atau lebih;

6
o 12,5% (dua belas koma lima persen) untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) dan
roda 3 (tiga) dengan kapasitas isi silinder di bawah 250 cc; dan
o 2,5% (dua koma lima persen) untuk kendaraan bermotor listrik roda 2 (dua ) dan
roda 3 (tiga).

• Tarif BBNKB atas penyerahan kedua dan seterusnya ditetapkan sebesar:


o 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor ambulans, mobil jenazah dan
pemadam kebakaran milik Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, TNI dan Polri, termasuk milik pribadi
atau lembaga sosial dan lembaga keagamaan;
o 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang atau barang;
o 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-
alat berat dan alat-alat besar.

• Tarif BBNKB atas penyerahan karena warisan ditetapkan sebesar:


o 0, 1% (nol koma satu persen) untuk kendaraan bermotor orang pribadi;
o 0, 1% (nol koma satu persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang
atau barang; dan
o 0,075 (nol koma nol tujuh puluh lima persen) untuk Kendaraan Bermotor a lat-
alat berat dan alat-alat besar.

• Tarif BBNKB hasil lelang atas kendaraan bermotor bekas pemakaian Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa,
TNI dan Polri, serta kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal
balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan
pajak dari pemerintah, yang belum dikenakan BBNKB atas penyerahan pertama,
ditetapkan sebagai berikut:
o umur kendaraan 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun, sebesar 12,5% (dua belas
koma lima persen) dari NJKB;
o umur kendaraan diatas 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun, sebesar
12,5% (dua belas koma lima persen) dari hasil perkalian 40% (empat puluh
persen) dari NJKB;dan

7
o umur kendaraan di atas 10 (sepuluh) tahun, sebesar 12,5% (dua belas koma lima
persen) dari hasil perkalian 20% (dua puluh persen) dari NJKB.

• Tarif BBNKB hasil Lelang atas Kendaraan Bermotor bekas pemakaian Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi,Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa,
TNI dan Polri serta kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal
balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan
pajak dari pemerintah, yang telah dikenakan BBNKB atas penyerahan pertama,
ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dan 0,075 (nol koma nol tujuh puluh lima persen)
untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

• Tarif BBNKB hasil lelang barang sita/rampas Negara yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap atas Kendaraan Bermotor milik pribadi, Badan ditetapkan sebesar 1%
(satu persen) dan 0,075 (nol koma nol tujuh puluh lima persen) untuk Kendaraan
Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

• Tarif BBNKB hibah, ditetapkan sebagai berikut:


o kendaraan bermotor yang belum dikenakan BBNKB penyerahan pertama,
ditetapkan sebesar 12,5% (dua belas koma lima persen) dari NJKB;
o kendaraan bermotor yang telah dikenakan BBNKB, ditetapkan sebesar 1% (satu
persen) dari NJKB;
o hibah kendaraan bermotor kepada yayasan yang semata-mata bergerak di bidang
sosial dan/atau sosial keagamaan yang belum dikenakan BBNKB, ditetapkan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari hasil perkalian 12,5% (dua belas koma lima
persen) dari NJKB; dan
o hibah kendaraan bermotor kepada yayasan yang sematamata bergerak di bidang
sosial dan/atau sosial keagamaan yang sudah dikenakan BBNKB, ditetapkan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari hasil perkalian 1% (satu persen) dari NJKB.

• Tarif BBNKB ubah bentuk, ditetapkan sebesar 12,5% (dua belas koma lima persen)
dari selisih antara NJKB sebelum dan sesudah perubahan bentuk, dengan ketentuan
dalam hal NJKB perubahan bentuk lebih rendah dari NJKB penetapan sebelumnya,
tidak diberikan restitusi dan/atau kompensasi;
8
Masa Pendaftaran Kendaraan Baru atau Pindahan
• Kendaraan baru 30 hari terhitung dari tanggal faktur.
• Kendaraan penyerahan kedua 30 hari terhitung dari tanggal kwitansi pembelian
• Kendaraan pindahan dari luar Provinsi 30 hari terhitung dari tanggal fiscal (untuk
dalam satu Pulau)
• Dan untuk diluar Pulau sumatera 2 bulan

Sanksi Keterlambatan Pembayaran


Sanksi administrasi untuk setiap bulan keterlambatannya sebesar :
• Nilai jual s/d 50.000.000,- = Rp. 250.000,- (R.2)
• Nilai Jual 51.000.000,- s/d 300.000.000,- = Rp. 3.750.000,- (R.4)
• Nilai Jual 301.000.000,- s/d keatas = Rp. 7.500.000,- (R.4)

Bagi Hasil Pajak


• Untuk Provinsi 70 %
• Untuk Kabupaten/Kota 30 %

Dokumen Pendukung Pajak Balik Nama


→ Kendaraan baru :
• Faktur
• Surat Keterangan bagi angkutan umum
• Surat Keterangan Lelang bagi Kendaraan Lelang
• Kendaraan import, surat keterangan dari Bea cukai.
→ Kendaraan Penyerahan Kedua :
• Kwitansi pembelian
• Tanda Lunas Pajak (notice Pajak)
• Fiskal antar Daerah (Kendaraan dari luar Provinsi

2.1.3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
untuk kendaraan bermotor dan alat berat.

9
Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah bensin
(Premium/Pertamax/Premix) Solar dan Sejenisnya

Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor, meliputi :
• Konsumen bahan bakar kendaraan bermotor.
• Wajib PBBKB adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan bakar
kendaraan bermotor.
• Pemungutan PBBKB dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.
• Penyedia bahan bakar kendaraan bermotor adalah produsen atau importir bahan bakar
kendaraan bermotor baik dijual maupun untuk digunakan sendiri.
• Penyedia bahan bakar kendaraan bermotor diwajibkan melaporkan harga jual setiap
saat bila terjadi perubahan harga.

Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah sebesar 5 % x Nilai Jual setelah
PPN (Pajak Pertambahan Nilai).

Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


• Untuk Provinsi 30 %
• Untuk Kabupaten/Kota 70 %
• (50% dibagi berdasarkan panjang jalan)
• (50 % dibagi rata kepada setiap Kabupaten Kota)

2.1.4 Pajak Air Permukaan (PAP)


Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.
Objek Pajak Air Permukaan
Objek pajak air permukaan adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Dikecualikan :

10
• Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian dan perikanan rakyat: dan
• Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan perkebunan rakyat
dan kehutanan rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak


Subjek pajak dan wajib pajak, meliputi :
• Pada pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 yang
dimaksud dengan Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang
dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.
• Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

Yang bertanggungjawab atas pembayaran Pajak Air Permukaan adalah :


o Orang pribadi, oleh orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya; dan
o Badan, oleh pengurus atau kuasanya, dengan ketentuan untuk Badan yang sudah
dinyatakan pailit, oleh kurator.

Tarif Pajak Air Permukaan


Tarif pajak air permukaan, meliputi :
• Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air yang dinyatakan
dalam rupiah, yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-
faktor berikut :
o Jenis sumber air permukaan;
o Lokasi sumber air permukaan;
o Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan;
o Volume air permukaan yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
o Kualitas air permukaan;
o Luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan;
o Musim pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan; dan
o Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan.

11
• Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). Besarnya Pajak Air
Permukaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak.
Contoh penghitungan Pajak Air Permukaan :

Tarif x Nilai Perolehan Air (NPA) x Volume air yang dihitung

o Nilai Perolehan Air (NPA) : Rp. 1.000/M3

o Tarif Pajak : 10%

o Volume air yang diambil : 5.000.000 M3 /bulan

o Pajak terutang : Tarif x NPA x Volume Air yang diambil

Maka pajak yang terutang adalah : 10 % x Rp. 1.100,- x 5.000.000 M3 = Rp.


500.000.000

Bagi Hasil Pajak Air Permukaan


• Untuk Provinsi 50 %
• Untuk Kabupaten/Kota 50 %

2.1.5 Pajak Rokok


Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah daerah
yang berwenang bersamaan dengan pemungutan cukai rokok.
Objek Pajak Rokok
Objek Pajak Rokok seperti yang didefinisikan pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 adalah konsumsi rokok. Rokok sebagaimana dimaksud
meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun. Dikecualikan dari objek Pajak Rokok adalah rokok
yang tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

Subjek Pajak Rokok


Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok. Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha
pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai. Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yang

12
berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Selanjutnya hasil
dari Penerimaan Pajak Rokok ini disetorkan ke Kas Daerah..

Tarif Pajak Rokok


Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Besaran
pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar.
Selanjutnya dari realisasi penerimaan pajak rokok ini dibagi hasilkan dengan proporsi 30%
(tiga puluh persen) bagian Pemerintah Daerah dan 70% (tujuh puluh persen) bagian
Pemerintah Kabupaten/Kota. Proporsi bagi hasil pajak rokok ke Kabupaten/ Kota
dilaksanakan berdasarkan rasio jumlah penduduk Kabupaten/Kota terhadap jumlah penduduk
di Daerah.
Contoh penghitungan Pajak Rokok:
Rokok bermerek “X” dengan Harga Jual Eceran (HJE) per batang Rp 1000 dikenakan cukai
dengan tarif spesifik 40% perbatang. Maka Besaran Cukai Rokok dan Pajak Rokok per
batang adalah sebesar :
HJE per batang rokok = Rp. 1000
Cukai yang dibayar pengusaha per batang: 40% x Rp 1000 =Rp. (400)
Pajak Rokok yang dibayar pengusaha per batang:10%
Maka pajak yang terutang adalah : 10% x Rp. 400 = Rp. (40)

2.1.6 Pajak Alat Berat


Pajak Alat Berat yang selanjutnya disingkat PAB adalah Pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan alat berat. Alat Berat adalah alat yang diciptakan untuk membantu
pekerjaan konstruksi dan pekerjaan teknik sipil lainnya yang sifatnya berat apabila dikerjakan
oleh tenaga manusia, beroperasi menggunakan motor dengan atau tanpa roda, tidak melekat
secara permanen serta beroperasi pada area tertentu, termasuk tetapi tidak terbatas pada area
konstruksi, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.
Objek PAB
Objek PAB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Alat Berat. Yang dikecualikan
dari objek PAB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan atas:
• Alat Berat yang dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia;

13
• Alat Berat yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik dan lembaga internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
• kepemilikan dan/atau penguasaan Alat Berat lainrlya yang diatur dalam Perda.

Subjek PAB
Subjek PAB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai AIat
Berat. Wajib PAB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Alat
Berat.

Dasar Pengenaan PAB


Dasar pengenaan PAB adalah nilai jual Alat Berat. Nilai jual ditentukan berdasarkan
harga rata-rata pasaran umum Alat Berat yang bersangkutan. Harga rata-rata pasaran umum
ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat
pada minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya. Penetapan dasar pengenaan
PAB diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam
negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri. Dasar pengenaan PAB ditinjau kembali
paling lama setiap 3 (tiga) tahun dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian.

Tarif PAB
Tarif PAB ditetapkan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). Tarif PAB
ditetapkan dengan Perda. Besaran pokok PAB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PAB dengan tarif PAB. PAB yang terutang dipungut di wilayah
Daerah tempat penguasaan Alat Berat. PAB untuk kepemilikan dan/atau penguasaan Alat
Berat terutang terhitung sejak Wajib Pajak diakui secara sah memiliki dan/atau menguasai
Alat Berat. PAB untuk kepemilikan dan/atau penguasaan AIat Berat dikenakan untuk setiap
jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut. PAB untuk kepemilikan dan/atau
penguasaan Alat Berat dibayar sekaligus di muka. Dalam hal terjadi keadaan kahar yang
mengakibatkan penggunaan Alat Berat belum sampai 12 (dua belas) bulan, Wajib Pajak
dapat mengajukan restitusi atas PAB yang sudah dibayar untuk porsi jangka waktu yang
belum dilalui.

14
2.1.7 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam
dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan
perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan meliputi :asbes, batu tulis. batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomit, feldspar, garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips;, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa,
perlit, phospat, talk, tanah serap (fuller earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, trakkit; dan mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang
dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.

Dasar Pengenaan Pajak


• Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual hasil
pengambilan mineral bukan logam dan batuan.
• Nilai Jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai
pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan.
• Nilai Pasar untuk masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan ditetapkan
secara periodik berdasarkan Peraturan Walikota sesuai dengan harga rata-rata yang
berlaku setempat di wilayah Kota.

Tarif Pajak
• Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25% (dua puluh
lima persen).
15
• Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak.

Cara Penghitungan Pajak


Pajak = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak.

2.2 Pendapatan Pajak Daerah Provinsi Jambi


REALISASI (RP) PAD PROVINSI JAMBI 20219-2022
URAIAN
2019 2020 2021 2022
1.345.100.747.780,21 1.292.727.515.514,00 1.558.136.970.878 1.871.835.357.804,18
Pendapatan Pajak Daerah
Pajak kendaraan bermotor 457.833.100.330,00 465.127.755.875,00 510.370.054.254
Bea balik nama kendaraan bermotor 374.030.159.175,00 253.462.168.400,00 408.140.058.000
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 315.573.430.385 329.680.392.517,00 400.236.320.656
Pajak air permukaan 1.503.017.937 1.399.932.053,00 1.505.642.301
Pajak rokok 196.161.039.953 243.057.266.669,00 237.884.895.667
Sumber : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jambi Tahun 2019-2021

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah diatur dalam Undang-
Undang No.1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Menurut UU No. 1 Tahun 2022, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
provinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
f. Pajak Alat Berat
g. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
Pajak daerah provinsi memiliki peran sentral dalam mendukung pembangunan daerah,
otonomi daerah, dan ekonomi regional. Pengelolaan yang baik terhadap pajak-pajak tersebut
akan berdampak positif pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di tingkat provinsi.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca seputar pajak yang
dipungut oleh pemerintah provinsi. Penulis menyarankan dalam mengelola pajak daerah
provinsi, pemerintah perlu meningkatkan mekanisme pengawasan dan penegakan hukum
terhadap wajib pajak. Ini dapat mencakup penggunaan teknologi modern dalam pemantauan
pembayaran pajak serta tindakan tegas terhadap pelanggaran pajak. Kemudian
mengalokasikan pajak untuk anggaran yang tepat seperti sektor-sektor yang mendesak,
misalnya pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan program-program pemberdayaan ekonomi
masyarakat.

17
Daftar Pustaka
Jurnal :
Asteria, B. (2015). Analisis pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah kabupaten/Kota Di jawa tengah. Jurnal Riset Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Program Magister Manajemen, 2(1), 51-
61.
Maznawaty, E. S., Ilat, V., & Elim, I. (2015). Analisis Penerimaan Pajak Daerah Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara. Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(3).
Pamuji, K. (2014). Kebijakan Pengelolaan Pajak Daerah dalam Kerangka Penyelenggaraan
Otonomi Daerah (Analisa terhadap Implementasi Wewenang Pengelolaan Pajak Daerah
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Jurnal Dinamika Hukum, 14(3), 430-
444.

Undang Undang :
Undang Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang Undang No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

Website :
https://jambiprov.go.id/profil-lkpj-provinsi.html
https://jambiprov.go.id/files/LKPJ-2020%20Full.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai