Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH PERPAJAKKAN

ANALISIS POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP


REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN
KABUPATEN SIDOARJO

Disusun Oleh :
Hanin Salsabila 041611333095
Hemas Suryaningrum 041611333124
Iftitah Imania 041611333126
Darin Farah Nabilah 041611333128

Kelas Perpajakan I : M
Dosen Pembimbing : Dr. H. Heru Tjaraka, SE., M.Si., BKP, Ak, CA.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah yang berjudul Analisis Potensi Pajak
Penerangan Jalan Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
di Kabupaten Sidoarjo ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan I.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari akan kemampuan diri penulis
yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta
dapat menambah wawasan serta informasi tentang pengetahuan, terutama dalam
hal perpajakan.
Akhirnya, semoga Allah meridhai usaha penulis dalam penyusunan makalah
ini, sebagai wujud pengembangan pengetahuan pendidikan dan semoga dicatat
sebagai amal sholeh. Amiin.

Surabaya,12 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pajak .............................................................................................
2.2 Sistem Pemungutan Pajak ..............................................................................
2.3 Sumber Pendapatan Daerah...........................................................................
2.4 Pajak Penerangan Jalan..................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Potensi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Sidoarjo ....................................
3.2 Perbandingan antara Potensi Pajak Penerangan Jalan dan
Realisasi Pajak Penerimaan Jalan yang ada di Kabupaten Sidoarjo............
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................
4.2 Saran ...............................................................................................................
Lampiran
Tabel 1..........................................................................................................
Tabel 2..........................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang
dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia selama lebih dari
tiga dekade berorientasi kepada pusat (sentralistik) telah menimbulkan
kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa akibat terkonsentrasinya
pembangunan di Pulau Jawa (Kuncoro, 2004).
Berkat adanya reformasi pada pertengahan 1998 membawa
perubahan dalam tata kelola pemerintahan di Indonesia. Melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang
selanjutnya digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
mengatur mengenai pembagian kewenangan dan kewajiban antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Adanya peraturan tersebut
diharapkan pemerintah daerah lebih mandiri untuk mengurus rumah
tangga daerahnya sendiri (otonomi daerah).
Koswara (2000) menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan
suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan
keuangan daerahnya. Artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan
dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan
sendiri, sedangkan ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat harus
seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus
menjadi bagian sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan
pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar sistem
pemerintahan negara.
Salah satu penerimaan Pendapatan Asli Daerah berasal dari sektor
pajak daerah. Pajak daerah terbagi menjadi dua yaitu pajak provinsi dan
pajak kabupaten atau kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor

4
dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan
pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
Pajak kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan
pengolahan bahan galian golongan C dan pajak parkir.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pemerintah
daerah diperkenankan untuk melakukan pemungutan pajak daerah. Salah
satu jenis pajak daerah yang diperkenankan untuk dilakukan
pemungutannya oleh pemerintah kabupaten atau kota adalah Pajak
Penerangan Jalan (PJJ). Pengembangan sarana dan prasarana penerangan
jalan memiliki peran penting, tidak hanya untuk dapat meningkatkan
penerimaan akan tetapi berguna untuk keamanan, keindahan dan
meningkatkan produktivitas di suatu daerah.
Salah satunya daerah Kabupaten Sidoarjo. Setiap tahunnya target
penerimaan pajak penerangan jalan selalu ditingkatkan oleh pemerintah
Kota Sidoarjo. Akan tetapi seberapa besar pajak penerangan jalan dapat
mempengaruhi potensi penerimaan dan bagaimana efektivitas pajak
penerangan jalan di Kabupaten Sidoarjo. Permasalahan tersebut akan kami
bahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Seberapa besar potensi pajak penerangan jalan yang dimiliki oleh
Kabupaten Sidoarjo untuk mensejahterakan masyarakat daerah
Sidoarjo?
2. Seberapa besar perbandingan antara potensi pajak penerangan jalan
dengan realisasi pajak penerimaan jalan yang ada di Kabupaten
Sidoarjo?

5
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah
ini antara lain sebagi berikut :
1. Mengetahui besar potensi pajak penerimaan jalan yang dimiliki oleh
Kabupaten Sidoarjo untuk mensejahterakan masyarakat daerah
Sidoarjo.
2. Mengetahui berapa besar perbandingan antara potensi pajak
penerangan jalan dan realisasi pajak penerimaan jalan yang ada di
Kabupaten Sidoarjo.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1).

2.2 Sistem Pemungutan Pajak


Menurut Mardiasmo (2009:7) dapat diungkapkan bahwa terdapat 3
sistem pemungutan pajak, yakni:
a. Official assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang
kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
terutang.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.

2.3 Sumber Pendapatan Daerah


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah Pasal (5), pendapatan daerah bersumber dari :

7
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Pasal (6), pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari: 1. Pajak
Daerah; 2. Retribusi Daerah; 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah.
2. Dana Perimbangan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal (1)
menyebutkan bahwa dana perimbangan adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal (10), dana
perimbangan teridiri atas : 1. Dana Bagi Hasil; 2. Dana Alokasi
Umum; dan 3. Dana Alokasi Khusus.
3. Lain-lain Pendapatan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal (43),
lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan
darurat.

2.4 Pajak Penerangan Jalan


Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, pajak penerangan jalan merupakan salah satu
pajak daerah kabupaten atau kota. Menurut Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 10 tahun 2002 pajak penerangan jalan adalah pajak atas
penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah Daerah
tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh
Pemerintah Daerah.
Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk
menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Sehingga penerimaan pajak yang diperoleh dari pajak penerangan jalan

8
akan digunakan untuk membiayai penerangan jalan pada jalan umum
meliputi pemeliharaan dan perbaikan lampu jalan. Pajak Penerangan Jalan
ditarik bersamaan dengan pembayaran rekening listrik baik rumah tangga
maupun industri.
Pemungutan pajak penerangan jalan dilakukan dengan cara
withholding system dengan PT. PLN sebagai wajib pungut. Menurut
Ismartani (2003) sistem seperti ini memudahkan dalam hal
pelaksanaannya, karena tagihan atas pembebanan rekening listrik di
dalamnya termasuk pembebanan pungutan pajak penerangan jalan. Hal ini
membuat pajak penerangan jalan cocok ditetapkan sebagai pajak daerah.
2.4.1 Dasar Hukum Pajak Penerangan Jalan
Dasar hukum pemungutan pajak penerangan jalan di
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2011
tentang Pajak Penerangan Jalan.
2.4.2 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Penerangan Jalan
a. Objek Pajak Penerangan Jalan
Menurut Perda Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2011
Pasal 3 ayat (1) adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.
Penggunaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah listrik dihasilkan sendiri dengan meliputi seluruh
pembangkit listrik.
Sedangkan berdasarkan Perda Kabupaten Sidoarjo Nomor
10 Tahun 2011 Pasal 3 ayat (3), Pengecualian dari objek
Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah: a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah

9
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah; b.
penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan
kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi
teknis terkait, dengan berdasarkan pada ketentuan peraturan
perundang undangan; c. penggunaan tenaga listrik untuk
keperluan tempat ibadah.
b. Subjek Pajak Penerangan Jalan
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10
Tahun 2011 Pasal 4 yang menjadi subjek pajak penerangan
jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
tenaga listrik.
c. Wajib Pajak Penerangan Jalan
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10
Tahun 2011 Pasal 5 menyebutkan bahwa wajib pajak
penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
menjadi pelanggan listrik dan/atau pengguna tenaga listrik.
Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, maka
Wajib Pajak penerangan jalan adalah penyedia tenaga listrik.
2.4.3 Dasar Pengenaan, Tarif, Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan
Jalan
a. Dasar Pengenaan
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10
Tahun 2011 Pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa dasar
pengenaan pajak penerangan jalan adalah Nilai Jual Tenaga
Listrik (NJTL). Ayat (2) telah menjelaskan bahwa Nilai Jual
Tenaga Listrik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
telah ditetapkan sebagai berikut :
1. Dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan
pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah besarnya
jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya

10
pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening
listrik.
2. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual
Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia,
tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian
listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah
Sidoarjo.
Sedangkan pada ayat (3) menyebutkan bahwa harga
satuan listrik yang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
(b) telah ditetapkan oleh Bupati. Harga satuan listrik pada ayat
(3) tertulis bahwa setinggi-tingginya sama dengan Tarif Dasar
Listrik yang ditetapkan oleh sumber lain sebagai penyedia
listrik.
b. Tarif Pajak
Ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo
Nomor 10 tahun 2011 Pasal (7) adalah sebesar 9%.
Sedangkan yang dikecualikan dari penetapan tarif 9% yaitu:
(a) penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam; (b) penggunaan
tenaga listrik yang dihasilkan sendiri. Tarif telah ditetapkan
sebesar 3% untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan
dari sumber lain. Sedangkan untuk penggunaan tenaga listrik
yang dihasilkan sendiri telah ditetapkan 1,5%.
c. Tata Cara Perhitungan
Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2011
Pasal 8 menyebutkan bahwa besaran pokok Pajak Penerangan
Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam pasal (7) dengan dasar
pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal (6).

11
2.4.4 Potensi Pajak Penerangan Jalan
Menurut Hamrolie (2003) potensi Pajak Penerangan Jalan
diperoleh dengan cara mengalikan basis pajak (Tax Base) Pajak
Penerangan Jalan dengan tarif pajak yang berlaku. Basis pajak
(Tax Base) merupakan hasil perhitungan biaya tarif beban dengan
biaya pemakaian listrik (KWH).
Untuk mendapatkan hasil biaya tarif beban dengan cara
mengalikan persentase Pajak Penerangan Jalan berdasarkan
golongan pelanggan PLN (Golongan Rumah Tangga, Bisnis dan
Industri), jumlah pelanggan PLN dengan rata-rata tarif dasar
listrik dari masingmasing golongan pelanggan PLN.
Sedangkan untuk mendapatkan hasil biaya pemakaian
listrik (KWH) dengan cara mengalikan persentase pajak
penerangan jalan berdasarkan golongan pelanggan PLN
(Golongan Rumah Tangga, Bisnis dan Industri), jumlah
pemakaian listrik (KWH) dengan rata-rata tarif dasar listrik dari
masing-masing golongan pelanggan PLN.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Potensi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Sidoarjo


Perhitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Sidoarjo
perlu diketahui dengan adanya Basis Pajak Penerangan Jalan (Tax Base).
Untuk dapat mengetahui Basis Pajak Penerangan Jalan perlu diketahui
dengan adanya penjumlahan dari Biaya Beban dan Biaya Pemakaian yang
diperoleh dari PT. PLN Area Sidoarjo. Setelah menghitung Basis Pajak
Penerangan jalan dengan rumus tersebut, maka dengan mudah dapat
menghitung Potensi Pajak Penerangan Jalan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Potensi PPJ = Basis Pajak Penerangan Jalan x Tarif Pajak


Basis Penerangan Jalan = Biaya Tarif Beban + Biaya Pemakaian

Perhitungan atau rincian dari tabel di bawah ini merupakan hasil


perhitungan dari Basis Pajak Penerangan Jalan beserta Potensi Pajak
penerangan Jalan Kabupaten Sidoarjo berdasarkan golongan tarif dengan
menggunakan rumus diatas. Rincian dan perhitungannya terdapat pada
tabel 1.
Pada tabel 1 berdasarkan hasil perhitungan Potensi Penerimaan
Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Sidoarjo yang telah dijumlahkan dari
tahun 2009 sampai tahun 2013 adalah sebesar Rp 104.373.318.198,28
dimana hasil perhitungan tersebut diperoleh dari jumlah keseluruhan
Potensi Penerimaan Pajak Jalan berdasarkan golongan tarif reguler pada
PT. PLN (Persero) Area Sidoarjo.
Perhitungan selama 5 tahun tersebut dari jumlah terbesar hingga
terkecil pada potensi Pajak Penerangan Jalan berdasarkan golongan tarif di
Kabupaten Sidoarjo pada kedudukan pertama terdapat golongan pelanggan
Industri sebesar Rp 77.605.509.602,79, pada kedudukan kedua terdapat
golongan pelanggan Rumah Tangga sebesar Rp 22.311.952.886,74 dan

13
kedudukan terakhir terdapat golongan pelanggan Bisnis sebesar Rp
4.455.855.708,75.

3.2 Perbandingan antara Potensi Pajak Penerangan Jalan dan Realisasi


Pajak Penerimaan Jalan yang ada di Kabupaten Sidoarjo
Perbandingan antara jumlah potensi Pajak Penerangan Jalan yang
telah penulis dapatkan dari PT. PLN Area Sidoarjo dengan Realisasi Pajak
Penerangan Jalan yang telah penulis dapatkan dari DPPKAD Kabupaten
Sidoarjo pada tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam tabel 2.
Berdasarkan pada tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah Realisasi
Pajak Penerangan Jalan jauh lebih besar dibandingkan dengan Potensi
Pajak Penerangan Jalan. Jumlah Realisasi Pajak Penerangan Jalan
diakumulatifkan sebesar Rp 674.755.110.396,18 dari tahun 2009 sampai
tahun 2013. Sedangkan, Potensi Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp
104.373.318.198,28 dari tahun 2009 sampai tahun 2013.
Perbandingan dari tiap tahunnya belum dikatakan maksimal,
dikarenakan Potensi Pajak Penerangan Jalan yang terdapat di PT. PLN
Area Sidoarjo jauh lebih rendah dibandingkan Realisasi yang ada di
DPPKAD Kabupaten Sidoarjo. Perbandingan presentasi yang didapat dari
tiap tahunnya berdasarkan potensi pajak penerangan jalan dan realisasi
pajak penerangan jalan adalah pada tahun 2009 sebesar 2,47%. Pada tahun
2010 sebesar 26,74%. Tahun 2011 sebesar 2,09%. Tahun 2012 sebesar
2,96% dan tahun 2013 sebesar 35,43%.

14

Anda mungkin juga menyukai