Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANTAR PERPAJAKAN
PERANAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas individu

Dosen pengampu : Rosedi, S. Sos,. M.A

Disusun oleh : M. Ilham Cahyadi ( NPM : CA417111107 )

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

INSTITUT STIAMI
TANGERANG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberihkan Rahmat dan Karunianya kepada kita
semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ Peranan Pajak
dalam Pembangunan di Indonesia ” . Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan sepenuhnya
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke
zaman islamyah yang modern seperti saat ini. Dan juga kepada keluarganya, Sahabat, serta para
pengikut-pengikutnya hingga akhir kiamat nanti.
Demikian makalah ini disusun. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini
banyak sekali kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan untuk kita semuanya.

Tangerang, 24 September 2017

M. Ilham Cahyadi

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………1

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………………….1
B. PERUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………..3

A. DASAR HUKUM PEMERINTAHAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK………………………………………3


B. PERANAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN NEGARA………………………………………………………6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………7

A. SIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………7
B. TANGGAPAN………………………………………………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud
maka dibutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan
pendapatan negara yang cukup potensial, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Penerimaan
dari sektor pajak ternyata salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Negara akan maju kalau
pajak tetap ada dan negara akan hancur kalau tidak ada pajak. Buktinya, kontribusi pajak dalam
APBN sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 terus meningkat. Pada tahun 2006 saja kontribusi pajak
sudah 56,5%, lalu tahun 2007 naik jadi 61,7%, tahun 2008 menjadi 70,3%, tahun 2009 menjadi 72,5%
dan tahun 2010 hampir mencapai 80%, artinya bahwa kelangsungan hidup bernegara didominasi dan
ditentukan dari besarnya penerimaan pajak.  Dari tahun ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak
terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan negara, oleh sebab itu penerimaan dari
sektor pajak selalu dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional.
            Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan
pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan
menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia
pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Pajak merupakan alternatif yang sangat
potensial. Sebagai salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak
merupakan pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan
cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia
terdiri dari pajak Negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan
Negara bukan pajak. Salah satu pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD) adalah pajak daerah. 

1
Untuk mengamankan penerimaan negara dan meminimalisir wajib pajak menunggak dalam
pembayaran pajaknya, pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak melakukan tindakan
penagihan pajak yang dilindungi oleh payung hukum berupa Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000. Pelunasan utang pajak merupakan salah satu tujuan penting dari
pemberlakuan undang-undang ini. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana yang tepat untuk
mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Apabila kekurangan pajak sebagaimana tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo, maka
penagihan pajak dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya pencapaian penerimaan
pajak. Adapun dalam pelaksanaan penagihan pajak tersebut turut melibatkan peran aktif dari aparatur
pajak yang biasa disebut fiskus.
B.     Perumusan Masalah
1.      Apa yang menjadi dasar hukum pemerintah dalam memungut pajak?
2.      Bagaimana peran pajak dalam pembangunan Negara?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dasar Hukum Pemerintah dalam Pemungutan Pajak
Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban kenegaraan yang
merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Dalam hal ini pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan demi
menjamin kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang 1945 yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.  Oleh karena
itu sangat penting kita simak beberapa pengertian pajak di bawah ini yang dikemukakan oleh para ahli
dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian yang berbeda namun pada inti dan tujuannya
sama.
1.      Menurut undang-undang No. 6 tahun 1983 sebagaimana diubah dengan undang-undang No. 6 tahun
2007: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
2.      Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH:
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah antara lain:
1.      Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah berulang kali diubah dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 selanjutnya disebut UU KUP.
2.      Undang-Undang  Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah  diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 selanjutnya disebut UU PPSP.
3.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK/.03.2008 sebagaimana yang telah diubah dengan
Nomor 83/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
4.      Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa.
5.      Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-
Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita Pajak.

3
Menurut pendapat para ahli penagihan pajak dapat didefinisikan menurut Muhammad
Rusjdi: ”Penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib
Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang
terutang.” Definisi lain menurut Mardiasmo: “Penagihan pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh
fiskus karena Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai
pembayaran pajak yang terutang, penagihan pajak meliputi kegiatan, perbuatan dan pengiriman surat
peringatan, surat teguran, surat paksa, penyitaan, lelang, pencegahan dan penyanderaan.”
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak adalah
perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak atau fiskus karena Wajib Pajak tidak mematuhi
ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak dengan melaksanakan
pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat paksa, penyitaan dan pelelangan.
Dasar penagihan pajak, antara lain:
1.      Surat Tagihan Pajak (STP) 
STP diterbitkan apabila  pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, Wajib Pajak
dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi dan/atau bunga. Dari hasil penelitian Surat
Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah
hitung. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak.
2.      Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB diterbitkan terhadap wajib pajak yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan kewajiban material Perpajakan.
3.      Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) 
SKPKBT dapat diterbitkan Dirjen Pajak dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutang
pajak, apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.
4.      Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan di atas tidak atau kurang dibayar
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dapat segera dilaksanakan tindakan penagihan
aktif.

4
Tindakan penagihan pajak dilakukan apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum
dalam Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB, SKPKBT,  Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau
kurang bayar setelah lewat tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan. Dalam bidang
administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan penagihan yaitu penagihan pasif, penagihan
aktif dan penagihan dengan surat paksa.

1) Penagihan Pasif
Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan cara
memberikan himbauan kepada Wajib Pajak agar melakukan pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh
tempo. Penagihan pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB,
SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak terutang menjadi lebih besar. Penagihan pasif merupakan tugas
pengawasan fiskus atau kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
Undang-undang yang berlaku.
2) Penagihan Aktif
Penagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP, SKPKB, SKPKBT yang jatuh
temponya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu 1 bulan terhitung
mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT diterbitkan. Penagihan aktif ini merupakan kelanjutan dari
penagihan pasif, oleh sebab itu dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif, dalam arti tidak
hanya mengirim STP atau SKP tetapi juga akan diikuti dengan tindakan dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan lelang.

5
B.     Peran Pajak dalam Pembangunan Negara
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat
membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayarkan hutang pajaknya.
Hal ini merupakan posisi strategis dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sehingga
tindakan penagihan pajak tersebut dapat menyelamatkan penerimaan pajak yang tertunda. Kegiatan
penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam menyelamatkan penerimaan Negara yang tertunda,
oleh sebab itu seksi penagihan merupakan
seksi produksi yang paling dibanggakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dalam pelaksanaannya
penagihan pajak haruslah dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
mempunyai kekuatan hukum baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur pajaknya.
Fungsi pajak menurut Mardiasmo adanya 2 fungsi pajak, yaitu:
1.      Fungsi Penerimaan (Budgeteir) 
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.

2.       Fungsi Mengatur (Reguler) 


Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial
dan ekonomi.”
Contoh: 
a.        Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah untuk menekan perilaku
konsumtif masyarakat.
b.       Tarif pajak yang tinggi dikenakan terhadap Film impor (Hollywood) agar masyarakat lebih
mencintai Seni dan Budaya Indonesia, khususnya Film dalam negeri.
Berdasarkan fungsi pajak tersebut maka dengan adanya pajak yang dipungut oleh pemerintah
maka hal ini akan sangat membantu pembangunan Negara, karena dengan pajak tersebut sumber dana
yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam pembangunan
Negara terbantu dengan adanya pajak.

6
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang No. 19 tahun 1997
tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997.
Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 2001. 
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas merupakan posisi strategis dalam meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak. Kegiatan penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam
menyelamatkan penerimaan Negara yang tertunda. Dalam pelaksanaannya penagihan pajak haruslah
dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga mempunyai kekuatan hukum
baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur pajaknya. Berdasarkan fungsi pajak maka dengan adanya
pajak yang dipungut oleh pemerintah maka hal ini akan sangat membantu pembangunan Negara,
karena dengan pajak tersebut sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah dalam pembangunan Negara terbantu dengan adanya pajak.
B. TANGGAPAN
Pemerintah dalam melaksanakan penagihan pajak sudah sangat baik dan efektif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seharusnya masyarakat dan perusahaan lebih disiplin
dan memiliki kesadaran sendiri untuk membayar pajak, karena pajak itu sangat penting untuk
pembangunan Negara, terutama didaerah – daerah pelosok Indonesia. Untuk membangun infastruktur
fisik dan sosial, pendidikan dsb. Oleh karena itu kesadaran pajak sudah harus mulai ditanamkan sejak
dini, supaya sudah terbiasa akan membayar pajak dan menjadi pahlawan bangsa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,2009, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi.


Rusjdi, Muhammad, 2007, PPh Pajak Penghasilan, Jakarta: Indeks.
Mardiasmo,2009, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi, hlm. 1.
Muhammad Rusjdi, 2007, PPh Pajak Penghasilan, Jakarta: Indeks, hlm. 17.
Mardiasmo, Op. Cit, hlm. 13.
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
Diaskes dari http://klinikmelekhukum.blogspot.co.id/2016/09/makalah-peran-pajak-dalam-
pembangunan.html

Anda mungkin juga menyukai