Anda di halaman 1dari 11

Asas asas Pemungutan Pajak

Asas Pajak merupakan suatu hal yang hakiki dalam pengenaan / pemungutan pajak disuatu
Negara, karena menyangkut rasa keadilan dan terhindar dari hal hal yang dapat merugikan
masyarakat dan Negara. Sehingga asas ini sangat diperlukan dalam menyususn undang undang
perpajakan disuatu Negara.

Ada beberapa asas pemungutan pajak menurut para ahli dan secara umum.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatannya atau idenya tentang asas pemungutan
pajak, diantaranya :

Menurut Adam Smith


Dalam bukunya yang berjudul Wealth of Nations dengan konsep yang dikenal dengan The
Four Maxims, ia menyebutkan bahwa ada 4 asas pemungutan pajak, yakni :

Asas Equality (keseimbangan atau keadilan)

Asa ini mengharuskan negara menyesuaikan dengan kemampuan dan penghasilan warga
negaranya ketika ingin melakukan pemungutan pajak. Dengan ini negara tidak diperkenankan
bertindak deskriminatif atau seenaknya sendiri dalam melakukan pemungutan pajak bagi wajib
pajak (orang yang wajib membayar pajak). Keadilan di sini tidak berarti semua pihak membayar
pajak yang sama namun harus sesuai dengan yang mereka miliki, misalnya ketika wajib pajak
tersebut kemampuannya lebih dan harta yang dimiliki banyak, otomatis pajaknya juga tinggi,
berbeda dengan wajib pajak yang memiliki kemampuan rendah atau standart, otomatis pajak
yang dikenakn padanya juga standart. Inilah yang disebut dengan adil dalam asas pemungutan
pajak ini.

Asas Certainty (kepastian hukum)

Pemungutan pajak harus ada aturan dan dasar yang jelas dengan sanksi hukum yang tegas, hal ini
dimaksudkan agar pemungutan pajak tetap dalam koridor yang benar dan tidak ada
penyelewengan. Penetapan pajak harus transparan dan sesui dengan hukum yang berlaku yaitu
berupa Undang-undang yang berlaku di setiap negara. Dengan begitu wajib pajak yang tidak
bersedia atau telat membayar pajak maka akan dikenakan sanksi atau hukuman berupa
administrasi maupun pidana. Begitu pula dengan pihak yang berwajib jika melakukan
penyelewengan dalam pemungutan pajak akan mendapatkan sanksi yang setimpal.

Asas Convinience of Payment (tepat waktu)

Pemungutan pajak harus dilaksanakan pada waktu yang tepat, dimana wajib pajak tidak
keberatan atau kesulitan saat membayar tanggungan pajaknya. Tepat waktu disini diartikan
pemungutan pajak dilaksanakan pada waktu itu, waktu dimana wajib pajak mendapat gajian
ataupun mendapat hadiah. Hal ini dimaksudkan agar pajak tidak memberatkan para wajib pajak.
Bisa kita bayangkan ketika wajib pajak telah membelanjakan harta yang dimilikinya dan ketika
itu dipungut pajak, maka mereka akan merasa keberatan.

Asas Effeciency (efisiensi atau ekonomis)

Pelaksanaan pemungutan pajak harus dilakukan secara seefisien mungkin. Karena pada dasarnya
pendapatan dari pemungutan pajak digunakan untuk biaya operasional suatu negara. Hal ini
menunjukkan bahwa pemungutan pajak memang harus tepat dan benar agar tujuan dari
pemungutan pajak bisa tercapai. Untuk lebih jelasnya arti dari efisiensi dalam pemungutan pajak
adalah biaya yang didapat dari pemungutan pajak lebih besar daripada biaya pelaksanaan
pemungutan pajak.

Menurut W.J Langen


Ada beberapa asas yang harus dimiliki dalam pemungutan pajak, yakni :

Asas daya pikul

Daya pikul disini diartikan bahwa beban pajak yang dibebankan kepada wajib pajak tidak boleh
sampai lebih dari kemampuan mereka, jumlah pajak yang harus dibayarkan harus sesuai dengan
harta, pendapatan yang dimiliki oleh wajib pajak tersebut. Semakin tinggi pendapatan yang
dimiliki wajib pajak maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan olehnya juga tinggi,
sebaliknya bagi wajib pajak yang memiliki pendapatan standart atau kecil, maka jumlah pajak
yang harus dibayarkan juga kecil.

Asas manfaat

Hasil dari pemungutan pajak harus digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum atau
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Asas ini juga bermakna uang dari warga harus kembali lagi
ke warga, maksudnya adalah wajib pajak bisa merasakan apa yang telah mereka berikan kepada
negara.

Asas kesejahteraan

Pada dasarnya pemungutan pajak bertujuan untuk menciptakan sebuah kesejahteraan bagi
seluruh rakyat yang ada di negara tersebut. Karena dengan adanya pajak maka pemerataan
pendapatan ataupun kesejahteraan warga negara tersebut.

Asas kesamaan

Pemungutan pajak harus diberlakukan sama kepada setiap negara yang memenuhi kriteria wajib
pajak. Tidak ada yang namanya unsur kekeluargaan, teman atau apapun itu. Yang penting semua
warga negara yang memenuhi kriteria wajib pajak harus memnuhi kewajibannya.
Asas beban minimum

Untuk masalah pemungutan pajak diusahakan harus memperhatikan keringanan pada wajib
pajak. Dimana jumlah pajak yang dibayarkan lebih kecil dari nilai objek pajak tersebut. Dengan
tujuan agar pajak ini tidak menjadi sesuatu yang memberatkan wajib pajak.

Menurut Adolf Wagner


ada pemungutan pajak dibagai menjadi beberapa bagian, antara lain :

Asas politik finansial

Pemungutan pajak bertujuan untuk memnuhi kebutuhan negara dengan berbagai kegiatan yang
akan dilaksanakannya. Dengan begitu aspek finansial suatu negara menjadi perhatian penting
bagi pelaksanaan pemungutan pajak, yang dimana hasil yang diperoleh dari pajak langsung
diarahkan pada finansial negara yang berupa pemenuhan biaya semua kegiatan negara,
perawatan fasilitas umum, pembangunan dan lain sebagainya.

Asas ekonomi

Asas ekonomi disini diartikan sebagai penetapan objek pajak, dimana pemungutan pajak harus
sesuai dengan objek pajaknya. Misalnya, pajak pendapatan, pajak barang-barang mewah atau
antik, pajak bangunan, pajak hadiah dan lain sebagainya. Dengan adanya asas ini tidak menutup
kemungkinan satu individu atau satu wajib pajak bisa membayar pajak lebih dari satu bagian.
Contohnya ketika saat itu ia telah mendapat gaji serta mendapat hadiah undian. Jadi pajak yang
harus dibayarkan ada dua yakni pajak pendapatan dan pajak hadiah.

Asas keadilan

Keadilan disini diartikan sebagai asas yang menjunjung tinggi keadilan, tanpa mengenal
deskriminasi atau pandang bulu dalam melakukan pemungutan pajak. Adil di sini memiliki
cakupan yang luas, mulai dari pelayanan yang diberikan antara pihak satu dan lainnya harus
sama, jumlah pajak yang dibayarkan harus sepadan dengan apa yang mereka miliki dan masih
banyak lainnya.

Asas administrasi

Asas administrasi disini menyangkut beberapa aspek penting dalam pemungutan pajak seperti
kepastian pembayaran pajak yang cakupannya tentang kapan, dimana dan berapa lama dispensasi
pembayaran pajak harus dilakukan, selain itu juga tentang cara pemungutan pajak, dalam hal ini
harus luwes, tidak memberatkan dan tanpa paksaan dalam pembayaran pajak. Yang terakhir
adalah jumlah atau besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Asas yuridis

Kata yuridis berarti hukum. Bisa dibilang pemungutan pajak pelaksanaannya harus sesuai
dengan hukum dan mendapat perlindungan hukum. Hukum disini adalah perundang-undangan
suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar pemungutan pajak tidak akan terjadi penyelewengan
atau kesalahan serta tidak ada pihak yang dirugikan.

Asas Pemungutan Pajak Secara Umum

Itulah beberapa asas pemungutan pajak menurut beberapa ahli, namun tidak hanya itu saja asas
dari pemungutan pajak. Secara umum ada beberapa asa pemungutan pajak, antara lain :

1. Asas Domisili (kependudukan)

Asas ini menjjelaskan tentang pemungutan pajak diberlakukan kepada setiap wajib pajak sesuai
domisili mereka berada. Domisili diartikan sebagai tempat tinggal dari wajib pajak tersebut. Asas
domisili ini diartikan bahwa ppemungutan pajak diberlakukan kepada setiap warga negara yang
berdomisili di negara tersebut. Tidak peduli dari mana pendapatan yang ia dapatkan baik dari
luar maupun dalam negeri selama ia masih berdomisili di negara trersebut maka ia wajib untuk
membayar pajak kepada negara. Hal ini diberlakukan kepada perorangan maupun suatu lembaga.
Misalkan ada suatu lembaga milik asing atau badan usaha yang menetap di Indonesia, maka
mereka wajib menyetorkan pajak kepada pemerintah Indonesia.

2. Asas sumber

Maksud dari asas ini adalah perlakuan pemungutan pajak disesuaikan dengan sumber dimana ia
mendapatkan pendapatan. Jadi tidak peduli dimana atau darimana wajib pajak tersebut, selama ia
mendapatkan pendapatan atau sumber pendapatannya dari negara itu maka ia wajib
membayarkan pajak ke negara tersebut. Contohnya : ada seorang asing atau tidak berasal dari
Indonesia, tapi ia bekerja di Indonesia dan mendapat gajian dari pemerintah Indonesia, maka
orang tersebut wajib membayar pajak ke negara Indonesia.

3. Asas kebangsaan (nasionalitas)

Asas kebangsaan diartikan sebagai kewajiban seorang warga negara untuk tetap menytorkan
kewajiban pajaknya kepada negara meskipun saat itu dia tidak berada di negaranya, bisa saat dia
bekerja ke luar, bisnis di luar dan sebagainya. Selama dia masih menjadi warga negara tersebut
secara resmi maka tetap dipungut pajak. Contohnya ada seorang pekerja asal Indonesia yang
bekerja di Malaysia selama 6 bulan. Dalam rentang itulah orang ini mendapatkan income maka
wajib membayar pajak ke negara ia berasal.

Dari tiga asas bisa diambil sebuah kesimpulan yang menunjukkan bahwa dua asas yakni asas
domisili dan asas kebangsaan memiliki makna yang sama yaitu fokus pemungutan pajak pada
subjeknya, yaitu dimana dia berdomisili dan apa kewarganegaraannya di situlah ia wajib
membayar pajak. Berbeda dengan asas sumber, dalam asas ini tidak peduli siapa dia, darimana
dia yang menjadi fokus pemungutan pajak adalah dimana sumber dia mendapatkan income,
meskipun dia warga negara asing atau tidak berdomisili di tempat kerjanya namun ia tetap
dikenakan pajak. Selain itu ada lagi perbedaan diantara asas-asas tersebut, yakni dalam asas
domisili dan kebangsaan income yang terkena pajak tidak dibatasi mau didapat dari dalam
maupun luar negeri income tersebut akan terkena pajak. Sedangkan dalam asas sumber
penghasilan yang terkena pajak terbatas hanya penghasilan dari sumber itulah yang dikenakan
pajak.

Negara-negara yang Menganut Asas pemungutan Pajak

Dalam hal penggunaan atau penerapan asas-asas pemungutan pajak ini sesuai dengan kebijakan
negara tersebut. Setiap negara tidak ada yang sama dalam hal penerapan asas pemungutan pajak,
ada yang hanya cukup menerapkan satu asas, ada yang gabungan dari dua asas, misalkan
gabungan antara asas domisili dan asas sumber, bisa juga gabungan dari asas kebangsaan dan
asas sumber, serta asas domisili dengan asas kebangsaan. Ada juga yang menerapkan gabungan
antara tiga asas sekaligus yakni asas domisili, asas kebangsaan dan asas sumber. Selanjutnya kita
akan memberikan beberapa contoh negara beserta penerapan asas pemungutan pajaknya.

1. Indonesia

Di negara kita Indonesia pemungutan pajak diatur dalam sebuah Undang-undang yang awalnya
Undang-undang no.7 tahun 1983 yang saat ini diubaha menjadi Undang-undang no.10 tahu n
1994 yang membahasa dan mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan subjek dan objek
pajak. Isi undang-undang ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasannya Indonesia
menerapkan asas domisili dan asas sumber sekaligus atau dalam satu waktu dalam sistem
pemungutan pajak. Selain itu Indonesia juga menerapkan asas pemungutan pajak kebangsaan
namun yang parsial, yakni khusus dalam urusan yang mengatur pengecualian subjek pajak untuk
orang pribadi atau untuk individu. Indonesia menerapkan dua asas penting ini karena mereka
menganggap pajak merupakan aset besar bagi negara yang memungkinkan untuk penambahan
devisa negara.

2. Jepang

Untuk negara Jepang menerapkan dua kebijakan berbeda untuk penduduk (resident individual)
dan non penduduk (non resident). Untuk penduduk Jepang menerapkan asas domisili, dimana
penduduk Jepang dikenakan biaya pajak baiak yang diperolehnya di Jepang maupun di luar
Jepang selama ia berdomisili di Jepang. Sedangkan untuk non penduduk Jepang menerapkan
asas sumber, dimana badan-badan usaha luar negeri yang berkecimpung di wilayah Jepang maka
mereka harus membayar pajak kepada Pemerintahan Jepang. Jepang membedakan antara
penduduk dan non penduduk dengan tujuan agar penduduk asli Jepang mendapatkan prioritas
lebih dari pihak lain. Dengan begitu semua penduduk Jepang akan merasakan kesejahteraan.

3. Australia

Untuk negara Australia, asas pemungutan pajak adalah asas sumber dan kebangsaan. Dimana
untuk asas sumber hanya diterapkan pada badan usaha luar negeri yang berada di Australia,
hanya penghasilan dari sumber Australialah yang dikenakan pajak, untuk hasil dari luar tidak
dikenakan pajak. Sedangkan untuk badan usaha milik negara ataupun swasta yang dimiliki
Australia membayarkan pajak atas keseluruhan pendapatannya baik dari Australia ataupun dari
yang lain.

Pada dasarnya penerapan asas-asas pemungutan pajak adalah untuk memberikan kemudahan
bagi pihak negara ataupun wajib pajak dalam mengola dan mengurus pajak. Untuk penerapan
asas pemungutan pajak disesuaikan dengan kebijakan setiap negara serta kondisi perekonomian
negara tersebut. Asas pemungutan pajak diterapkan juga memiliki beberapa tujuan diantaranya
untuk menciptakan keadilan bagai seluruh warga negara, menciptakan kesejahteraan negara
dengan tercapainya tujuan negara seperti pembangunan dan lainnya.

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1) Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel:

a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah
pajak yang dikenakan lebih realistis, Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel anggapan Victiew stelsel

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, Misalnya,
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal lahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun bejalan, tanpa harus menunggu pada akhir
tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan
yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menunut kenyataan lebih
besar daripada pajak menutut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah jika lebih kecil
dapat diminta kembali.

2) Asas Pemungutan Pajak

a. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal
di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini
berlaku untuk wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

3) Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang menberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang tentang oleh Wajib Pajak

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak tentang ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang oleh
Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak
selain fiskus dan Wajib Pajak.

TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK


Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :

1. Ajaran Formil

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini ditetapkan pada
official assessment system.

2. Ajaran Materiil

Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan
perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran,

2. Kompensasi,

3. Daluwarsa,
4. Pembebasan dan penghapusan.

HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK


Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus
dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

a) Tax avoidance, usaha meringankan behan pajak dengan tidak melanggar undang-undang,

b) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan
pajak).
TARIF PAJAK
Ada 4 macam tarif pajak :

1. Tarif sebanding/proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terulang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

Contoh:

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambaluan Nilai
sebesar 10%.

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yaug terutang tetap.

Contoh:

Besarnya tarif Dea Meterai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp3.000,00.

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Contoh : pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan untuk wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%

Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%


Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:

a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar

b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap

c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil.

4. Tarif degressif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai