Anda di halaman 1dari 4

Asas Asas Pemungutan pajak

Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah negara. Salah satu
perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar aktivitas perpajakan dapat
berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung hukum dan asas pemungutan pajak.

Asas pemungutan pajak adalah dasar serta pedoman yang digunakan oleh pemerintah saat
membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak. Pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan suatu negara. Artinya, negara memiliki hak untuk memungut pajak dari warga
negaranya. Namun, negara juga tidak boleh semena-mena dalam hal pemungutan pajak.
Dalam hal pemungutan pajak, negara hendaknya mengikuti asas-asas pemungutan pajak.

Asas Pemungutan Pajak Menurut para Ahli


Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan,
setidaknya ada 3 asas pemungutan pajak. Pertama yakni asas pemungutan pajak menurut
Adam Smith. Kedua asas pemungutan pajak versi W.J. Langen, dan ketiga adalah asas
pemungutan pajak menurut Adolf Wegner. Berikut ini tiga asas pemungutan pajak:

Adam Smith

 Asas equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai
dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh
bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
 Asas certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi
yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
 Asas convinience of payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi
wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru
menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
 Asas efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin,
jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.

W.J. Langen

 Asas daya pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin
tinggi pajak yang dibebankan.
 Asas manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
 Asas kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
 Asas kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan
sama).
 Asas beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-
kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak
sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

Adolf Wagner

 Asas politik finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai


sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
 Asas ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak
pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah
 Asas keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk
kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
 Asas administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,
dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara
membayarnya) dan besarnya biaya pajak.
 Asas yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.

Asas pemungutan pajak adalah pedoman dasar yang digunakan oleh pemerintah
untuk membuat kebijakan atau pengambilan pajak. Pada dasarnya, di dunia sendiri terdapat
tiga asas pemungutan pajak. Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan
pedoman di dunia, yaitu:

1. Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat
tinggal seseorang
2. Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang.
Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut
tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
3. Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat
penghasilan berada.

Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan
pedoman.:

1. Asas finansial

Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan
(finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.

Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar
Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan
pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut
tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus
dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama
setahun.

2. Asas ekonomis

Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan


sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga
tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan,
dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun
negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain
seperti utang luar negeri.

3. Asas yuridis

Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945. Selain
itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang, yaitu:

•Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).

•Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

•Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang


dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

•Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan


Pajak dengan Surat Paksa.

•Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).

•Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di


Indonesia.

•Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. Asas umum

Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini,
pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik
pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk
masyarakat Indonesia.
5. Asas kebangsaan

Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas
kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari
12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

6. Asas sumber

Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan
berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya
diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di
Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi
berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang
dipungut oleh pemerintah Indonesia.

7. Asas wilayah

Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu
Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik
rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam
jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang
berlaku di negeri ini.

Nah, itulah penjelasan singkat atas asas pemungutan pajak dan penerapannya di
Indonesia. Karena sifat pajak adalah wajib, sebaiknya kita tidak melalaikan apalagi
mengabaikan pajak.

SUMBER :

1. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/
2. https://money.kompas.com

3. https://accurate.id/ekonomi-keuangan/asas-pemungutan-pajak-indoneisa/

4.

Anda mungkin juga menyukai