b. Asas Sumber
didasarkan pada adanya suatu sumber penghasilan di suatu negara.
Negara, dimana penghasilan berasal, berhak memungut pajak terhadap wajib pajaknya. Karena
penghasilannya dari negara tersebut.
Atau dengan kata lain: negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber pada suatu negara yang memungut pajak.
Jika misalnya Indonesia dan Singapura sama-sama menganut asas sumber dan asas domisili.
Misal, Badu WNI, tinggal di Indonesia. Badu membeli apartemen di Singapura dan disewakan,
sehingga Badu memperoleh penghasilan dari Singapura. Maka, akan terjadi pajak ganda.
c. Asas Kebangsaan
pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan/kewarganegaraan dari suatu negara.
Misalnya: pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia.
Tata Cara Pemungutan Pajak
A. Stelsel Pemungutan Pajak
Teori Kepentingan
sudah selayaknya bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara sehubungan dengan
perhatiannya terhadap kepentingan masyarakat dibebankan kepada masyarakat itu sendiri dalam
bentuk pajak.
Atau dengan kata lain, jika kita punya kepentingan dengan negara, kita harus membayar kepada
negara.
Teori Bakti
membayar pajak adalah suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya kepada negara .
Teori Asas Daya Beli
fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat
untuk
penyelenggaraan kepentingan masyarakat.
Tarif Pajak
1. Tarif tetap
berapapun dasar pengenaan pajaknya, yg diterima negara sama. Jumlah rupiahnya tetap.
Karena itu besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
Contoh: bea materai.
2. Tarif proporsional
Tarif berupa persentase tetap terhadap berapapun besarnya dasar pengenaan pajak.
Contoh: tarif PPN.
Tarifnya yang tetap. Misal PPN 10%, berapapun belanjanya, tetap 10%. Tapi penerimaannya akan
berbeda sesuai dasar pengenaan pajaknya.
3. Tarif progresif
Tarif pajak yang persentasenya semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan
pajak.
a. Progresif – Tetap
Tarifnya naik, tapi tingkat kenaikannya tetap/sama terus.
Makin meningkat dasar pengenaan pajak, kenaikan presentase pajaknya tetap.
b. Progresif – Progresif
Tarif naik, tingkat kenaikannya makin meningkat juga.
Makin meningkat dasar pengenaan pajak, kenaikan presentase pajaknya juga makin meningkat.
c. Progresif – Degresif
Tarif naik, tapi tingkat kenaikannya makin menurun.
Makin meningkat dasar pengenaan pajak, kenaikan presentase pajaknya menurun.
4. Tarif degresif
Tarif pajak yang persentasenya semakin menurun/ lebih kecil apabila jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
Timbulnya Utang Pajak
1. Ajaran materiil
Utang pajak timbul bukan karena ditagih oleh pemerintah, tapi karena kesadaran sendiri dari wajib
pajak.
Utang pajak timbul bukan karena adanya ketetapan dari fiskus, melainkan karena undang-undang
yang berlaku . Tanpa SKP pun utang pajak timbul jika sudah ada ketentuan UU, penerbitan SKP
hanya merupakan formalitas
Perhatikan Ps. 12 [ 1 ] U.U. No. 28 Tahun 2007
Konsisten dengan penerapan self assessment system. Contoh: bayar PBB.
2. Ajaran formil
Utang pajak baru akan timbul jika sudah ada surat ketetapan pajak dari fiskus. Contoh : SPPT untuk
PBB dari fiskus. Perhatikan Ps. 10 [ 1 ] U.U. No. 12 Tahun 1994
Konsisten dengan penerapan official assessment system