Anda di halaman 1dari 19

PERPAJAKAN

1. Jelaskan terkait dengan konsep pajak di Indonesia seperti definisi pajak, asas, jenis-jenis pajak. Dan
dampak pajak yang saudara rasakan di Indonesia !
Jawab:
Pajak merupakan konribusi wajib dari orang atau badan terhadap negara, yang sifatnya memaksa
sesuai dengan undang-undang tanpa adanya imbalan secara langsung.
Jenis jenis pajak
1. Pajak penghasilan (Pph), Pajak penghasilan disingkat PPh adalah pajak yang dikenakan kepada
perseorangan atau individu atas penghasilan yang diterimanya. Pihak yang dikenakan pajak
penghasilan bisa berupa perseorangan, perusahaan dan badan hukum yang berpenghasilan.
2. Asas pemajakan
1. Asas domisili:
- Subjek pajak dikenakan pajak dinegara tempat subjek pajak tersebut berdomisili.
- Worldwide income : penghasilan akan dikenakan pajak di negara domisili, baik yang
diperoleh dari Dalam Negeri maupun dari Luar Negeri.
2. Asas sumber : pajak dikenakan berdasarkan tempat sumber penghasilan berasal.
3. Asas kewarganegaraan : pengenaan pajak didasarkan pada status kewarganegaraan
seseorang, walaupun penghasilannya diterima dari negara lain.
4. Asas territorial : pajak dikenakan hanya atas penghasilan yang diperoleh di wiayah
(territorial) suatu negara.
5. Asas campuran : negara-negara yang menganut pemajakan berdasarkan beberapa asas di
atas.
3. Jenis- jenis pajak
1. Jenis pajak berdasarkan cara pemungutannya :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain
karena jenis pajak ini tidak memiliki surat ketetapan pajak.
2. Jenis pajak berdasarkan sifatnya :
a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya.
b. Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak.
3. Jenis pajak berdasarkan Lembaga pemungutannya :
a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal
ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
b. pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

2. Jelaskan pengertian pajak?? Dan kenapa pajak harus dipaksakan?


Jawab:
Pajak merupakan konribusi wajib dari orang atau badan terhadap negara, yang sifatnya memaksa
sesuai dengan undang-undang tanpa adanya imbalan secara langsung.
Pembayaran pajak menjadi bukti bakti serta bentuk kontribusi nyata kepada negara. Membayar pajak
pun sudah menjadi kewajiban sehingga melanggarnya akan memberikan sanksi hukuman.
3. Kapan terutangnya PPh Pasal 21 bagi Penerima Penghasilan?
Jawab:
Bagi penerima penghasilan, pajak penghasilan pasal 21 terutang pada saat dilakukan pembayaran
atau pada saat terutangnya penghasilan.

4. Sebagaiwarga Negara yang baik, apakah anda setuju terkait dengan tarif pajak progresif yang
diterapkan sekarang?
Jawab:
Setuju, mengapa demikian karna tarif pajak progresif menyesuaikan besarnya penghasilan yang
diterima oleh setiap orang, artinya bahwa ketika seseorang telah memperoleh penghasilan sesuai dan
sama dengan ambang batas pengenaan pajak maka penghasilan tersebut terkena pajak progresif.
Tarif pajak progresif juga mengurangi beban pajak pada orang-orang yang tidak mampu
membayarnya. Artinya bahwa seseorang yang pendapatannya dibawah pengenaan pajak tidak
terkena pajak progresif yang dimana beban ini dialihkan secara tidak langsung terhadap seseorang
yang pendapatannya besar karna semakin seseorang memperoleh pendapatan yang besar maka
semakin tinggi tarif pengenaaan pajak yang diperoleh, hal ini juga membatasi seseorang untuk
memperkaya diri secara berlebihan.

5. Apakah anda setuju terkait dengan Adanya peningkatan tarif pajak PPn dari 10% menjadi 11%
bahkan sampai 12% ditahun 2025? Kemukakan alasannya.
Jawab:
Tidak setuju, krena dengan adanya kenaikan ppn maka harga barang meningkat. Oleh sebab itu,
masyarakat harus berhemat dengan mengurangi belanja mereka atau mencari alternatif lain yang
lebih murah. Kondisi ini juga akan mempersulit masyarakat kelas menengah kebawah.

6. Uraikan dan jelaskan system pemungutan pajak? Dan system mana yang digunakan di Indonesia?
Jawab:
1. Self assessment system merupakan sostem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
2. Official assessment system merupakan system pemungutan pajak yang membebankan
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau apart perpajakan sebagai
pemungut pajak.
3. Withholding system, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan
bukan juga apparat pajak/fiskus.
System pemungutan pajakn yang digunakan di Indonesia adalah self assessment system.

7. Sebutkan trilogy pajak, dan apa yang menjadi hak dan kewajiban bagi wajib pajak?
Jawab:
Trilogy pajak terdiri dari hitung, setor, dan lapor.
Hak wajib pajak adalah hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan atas segala sesuatu
informasi yang telah disampaikan wajib pajak kepada direktorat jenderal pajak dalam menjalankan
ketentuan perpajakan. Berikut hak wajib pajak :
1. Hak atas kelebihan pembayaran pajak
2. Hak atas kerahasiaan
3. Hak wajib pajak saat dilakukan pemeriksaan
4. Hak mengajukan permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak
5. Hak atas pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB)
6. Hak atas penundaan pelaporan surat pemberitahuan tahuan (SPT)
7. Hak atas pembebasan pajak
8. Hak wajib pajak mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/pemungutan
pengurangan pajak penghasilan (Pph)
9. Hak pengambilan pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
10. Hak untuk mendapatkan pajak dan ditanggung pemerintah

Kewajiban wajib pajak adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh setiap wajib pajak.
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
2. Kewajiban untuk memberi data informasi kepada DJP
3. Kewajiban melakukan pembayaran, pelaporan, pemungutan atau pemotongan pajak sesuai
dengan peraturan yang berlaku

8. Jelaskan perbedaan PPh 21 dan Pph pasal 23?


Jawab:
PPh21 diperuntukkan bagi pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun maupun uang pesangon,
anggota dewan komisaris, mantan pekerja, dan peserta kegiatan. Untuk PPh 23 diperuntukkan bagi
mereka yang menerima modal, jasa, hadiah, atau penghargaan.

9. Bagaimana isi perubahan UU HPP No 7 tahun 2021?


Jawab:
1. UU No. 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan Menjadi Undang-Undang
2. PERPU No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan
3. UU No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
4. UU No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang
5. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
6. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai
7. UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai
8. UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
9. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
10. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

10. Menurut anda, apakah pemungut dan pemotong itu sama? Jika iya, uraikan dimana persamaannya,
jika sebaliknya, maka uraikan juga pendapat anda?
Jawab:
Tidak, karena pemotongan pajak dapat diartikan sebagai kegiatan memotong sebesar pajak yang
terutang dari keseluruhan pembayaran yang dilakukan. Sedangkan pemungutan pajak dapat
diartikan sebagai kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu transaksi.

11. Obyek pajak adalah penghasilan yaitu yaitu "setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan"
Jawab: SAMBUNGAN SOAL NOMOR 12

12. Jelaskan penerapan pengertian "baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia "
dalam perpajakan di Indonesia dengan memberikan contoh aplikasi pelaksanaannya?
Jawab:
Dalam Konsep PPh, objek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam undang-undang, mencakup
tambahan kemampuan ekonomis baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri. Hal ini berarti,
Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak atas pendapatan yang berasal dari dalam negeri, yang dalam
penerapannya diatur melalui UU PPh pasal 26. Di sisi lain, Selain dikenakan atas pendapatan dalam
negeri, Wajib Pajak dalam negeri juga dikenakan pajak atas pendapatan yang berasal dari luar negeri,
yang sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 24. Namun dalam konsep PPh atas pendapatan yang
berasal dari luar negeri, kebijakan yang dibuat dirancang sedemikian rupa untuk menghindari
double-taxation, dimana dalam hubungannya dengan tiap negara diatur secara khusu dan lebih
mendalam melalui tax treaty antara Indonesia dengan tiap negara lain.

13. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan pajak final, bagaimana pelaporannya oleh individu/badan
yang menerima? Berikan analisis dari sisi kebijakan, apakah alasan diterapkannya pajak final ini?
Jawab:
Konsep pajak final adalah sebuah konsep perpajakan yang mana proses penagihannya dilakukan
secara penuh pada periode/masa transaksi itu terjadi yang diatur dalam UU PPh pasal 4 ayat (2)
untuk berbagai transaksi dan juga pasal 26 untuk pendapatan yang diterima WP luar negeri. Konsep
pajak final berbeda dengan konsep potongan/pungutan yang menangguhkan semua beban pajak
(selain yang telah dipotong/dipungut dan telah diserahkan pada fiskus) pada akhir tahun, sehingga
pada akhir tahun barulah diketahui berapa besar pajak terutang dan berapa yang masih harus
dibayar.

Dari segi pelaporan, untuk komponen pendapatan yang termasuk objek pajak final ini tidak perlu
diperhitungkan lagi dalam penghitungan PPh saat pelaporan SPT PPh, sehingga istilah kredit pajak
terkait pajak final ini pun tidak ada. Pelaporan terkait pajak final pada PPh pasal 4 ayat (2) dan PPh
pasal 26ini dapat dilakukan dengan pengisian dan penyerahan SPT masa PPh pasal 4 ayat (2).

Peraturan ini diterapkan karena alasan kesederhanaan dan kemudahan dalam administrasinya.
Dilihat dari objek PPh yang dikenakan, umumnya objek PPh tersebut terkait dengan transaksi yang
cukup likuid (jual-beli saham, bunga deposito) ataupun objek yang membutuhkan kemudahan
dalam sisi perpajakan seperti jual-beli tanah dan bangunan dan sewa bangunan, yang mana transaksi
ini terkait dengan seluruh lapisan masyarakat.

14. Jelaskan perbedaan asuransi dan pensiun baik dari sisi orang pribadi yang bekerja dan membayar
asuransi/pensiun, perusahaan tempat orang pribadi tersebut bekerja dan perusahaan asuransi/dana
pensiun yang menerima iuran atau membayar pensiun/klaim asuransi ?
Jawab:
Dari sisi orang pribadi, premi asuransi yang dibayar sendiri tidak relevan untuk dikaitkan dalam
konsep PPh karena bukan pendapatan ataupun biaya yang dapat dikategorikan sebagai pengurang
dari gaji/pendapatan lainnya. Sedangkan untuk iuran pensiun yang dibayar sendiri dapat
dikategorikan sebagai pengurang dalam penghitungan penghasilan neto pegawai yang diatur dalam
PER-15/PJ/2006.

Dari sisi perusahaan orang pribadi tersebut bekerja, premi asuransi yang dibayarkan perusahaan
demi kepentingan pegawainya dapat dikategorikan sebagai pendapatan bagi karyawannya. Karena
sudah dikenakan pajak dari sisi karyawan, perusahaan dapat mengakui pembayaran premi asuransi
ini sebagai deductible expense, atau dengan kata lain perusahaan tidak perlu dikenakan pajak lagi
terkait transaksi. Untuk iuran pensiun yang dibayar perusahaan juga dikategorikan sebagai
deductible expense karena termasuk dalam biaya yang berkenaan dengan pekerjaan (tunjangan),
yang diatur dalam pasal 6 UU PPh.

Dari sisi perusahaan asuransi, atas labanya dikenakan PPh badan 25%. Laba yang dimaksud adalah
hasil selisih antara pendapatan (premi, hasil investasi, dsb) dan beban (klaim asuransi, beban
operasional, dsb) pada satu periode tertentu. Sedangkan untuk klaim asuransi yang dibayarkan
perusahaan asuransi bukan merupakan objek pajak sesuai dengan UU PPh pasal 4 ayat (3) huruf e.
Sedangkan untuk lembaga dana pensiun (yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan), iuran yang diterima oleh lembaga dana pensiun dari pemberi kerja ataupun pegawai
bukan merupakan objek pajak sesuai dengan UU PPh pasal 4 ayat (3). Namun untuk tunjangan
pensiun yang dibayarkan lembaga dana pensiun ke pegawai bersangkutan akan dikenakan potongan
PPh 21, sesuai peraturan PMK No 16/PMK.03/2010, dengan tarif progresif sebagai berikut:
0 - Rp. 50.000.000 0%
Rp. 50.000.000 - Rp. 100.000.000 5%
Rp. 100.000.000 – Rp. 500.000.000 15%
> Rp. 500.000.000 25%

15. Agar sistem perpajakan di sebuah negara berjalan dengan baik, Adam Smith mengemukakan
konsep equity, economic, certainty dan convenience. Jelaskan apakah yang dimaksud dari keempat
konsep tersebut dan contoh aplikasinya dalam sistem perpajakan di Indonesia ?
Jawab:
• Asas Equality atau asas keadilan adalah asas yang menyatakan bahwa pemungutan pajak
dalam suatu negara harus didasarkan pada kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Asas ini
diaplikasikan langsung pada penerapan tarif progresif pada pajak PPh orang pribadi.
• Asas Certainty atau asas kepastian adalah asas yang menyatakan bahwa pemungutan pajak
dalam suatu negara diatur dalam sebuah undang-undang yang sifatnya memaksa tiap warga
negara tanpa terkecuali. Asas ini diaplikasikan langsung pada berbagai undang-undang yang
telah disusun oleh legislatif dan didukung oleh berbagai peraturan yang telah disusun oleh
pemerintah dan instansi terkait, baik dalam hukum pajak formal ataupun materiil.
• Asas Convenience atau asas kenyamanan adalah asas yang menyatakan bahwa dalam
pemungutan pajak diusahakan dapat memudahkan para wajib pajak dalam melaksanakan
kewajibannya. Terkait asas ini, berbagai kemajuan terus dilakukan oleh pihak DJP dengan
membuka stand di tempat-tempat umum untuk melaporkan SPT ataupun drop box sehingga
Para WPOP dapat secara lebih mudah melaksanakan kewajiban melaporkan SPT tahunan
Orang Pribadi.
• Asas Economic atau asas ekonomi adalah asas yang menyatakan bahwa dalam pemungutan
pajak diusahakan biaya pemungutan pajak dapat ditekan sekecil mungkin. Aplikasi dari asas
ini dapat diperlihatkan dengan upaya DJP dalam meningkatkan efisiensi melalui reformasi
perpajakan, dengan membangun sistem informasi yang dapat mengurangi biaya administrasi
ataupun membangun sistem online terkait pelaporan SPT atau pembuatan NPWP.

16. Jelaskan Perbedaan pajak, Retrisbusi dan Sumbangan?


• Pajak adalah sebuah iuran yang harus disetorkan oleh kita sebagai wajib pajak kepada negara
dan sifatnya wajib sebagai suatu penerimaan negara.
• Retribusi ini sebenarnya merupakan iuran sampah atau bayar parkir yang dengan kata lain
merupakan pungutan atas jasa ataupun izin yang telah diberikan pemerintah daerah untuk
kepentingan pribadi atau badan yang nantinya akan dikelola oleh dinas pendapatan daerah.
• Sumbangan berbeda dengan pajak dan retribusi, sumbangan ini bersifat tidak wajib atau tidak
ada istilah memaksa. sumbangan ini biasanya bisa diterima dari macam-macam instansi seperti
pemerintah, yayasan, lembaga kemanusian dan lain sebagainya.

17. Jelaskan subyek pajak dan obyek pajak, pph 21 ,22,23,24,25,26!


Jawab:
a. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 21
Definisi PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak
dalam negeri.
1) Objek PPh Pasal 21
Objek pajak penghasilan pasal 21 di antaranya:

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima industri secara teratur berupa
uang industri atau penghasilan sejenisnya
• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan industri yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat industri, tunjangan hari tua
• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah industri atau upah yang dibayarkan secara bulanan
• Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
• Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

2) Subjek yang dikenakan PPh 21


Jenis PPh 21 ini dikenakan pada wajib orang pribadi yang menerima penghasilan seperti
penjelasan definisi PPh tersebut. Kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti
pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan
komisaris, mantan pekerja dan peserta kegiatan.
b. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 22
Definisi PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan usaha
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor,
impor dan re-impor.

1) Objek Pajak Penghasilan Pasal 22Objek PPh Pasal 22 sesuai Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 adalah:

• Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga
negara lainnya
• Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP) yang
dilakukan oleh bendahara pengeluaran
• Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah
membayar yang diberi delegasi oleh KPA
• Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara); diatur dalam pasal 22 e
• Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang
bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, yang
merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri farmasi
• Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor
• Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau
importir
• Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
• Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib pajak
badan; diatur dalam pasal 22 ayat 1

2) Subjek yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22


Jenis PPh 22 ini dikenakan pada wajib pajak badan-badan usaha tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan
re-impor.

c. Pajak penghasilan Jenis PPh Pasal 23


Definisi jenis PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

1) Objek PPh Pasal 23


• Deviden >> Pasal 4 Ayat (1) huruf g UU PPh
• Bunga >> Pasal 4 Ayat (1) huruf f UU PPh
• Royalti >> Pasal 4 Ayat (1) huruf h UU PPh
• Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal
21
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali telah
dikenai PPh Pasal 4 Ayat (2)
• Imbalan sehubungan dengan: jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

2) Subjek yang dikenakan PPh 23


Subjek pajak Pasal 23 terdiri dari WP dalam negeri yang meliputi WP badan dalam
negeri dan orang pribadi dalam negeri. Selain itu, BUT yang berstatus sebagai WP luar
negeri juga dapat dikatakan sebagai subek pajak Pasal 23. Namun, pemenuhan
kewajiban perpajakannya dipersamakan dengan WP badan dalam negeri juga
merupakan subjek pajak Pasal 23.

d. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 24


Definisi PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan
dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri, di mana pembayaran
pajaknya bisa dikreditkan.
1) Objek PPh Pasal 24
Objek pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 ini dikenakan atas:
• Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang memberikan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
• Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
• Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
• Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
• Penghasilan BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan.
• Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi penambangan berada.
• Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.
• Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT adalah
negara tempat bentuk usaha tetap berada.

3) Subjek yang dikenakan PPh 24


Jenis PPh 24 ini dikenakan pada wajib pajak yang memiliki sumber penghasilan sebagai
objek PPh Pasal 24.
e. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 25
Definisi PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran setiap bulannya dalam tahun
pajak berjalan dengan tujuan untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.

1) Objek PPh Pasal 25

Objek yang dikenakan pajak penghasilan pasal 25 ini adalah suatu penghasilan yang
diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan wajib pajak.

2) Subjek yang dikenakan PPh 25


Jenis PPh 25 ini dikenakan pada:
• Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha, seperti sebagai
pedagang pengecer atau penyerahan jasa
• Wajib pajak badan yang melakukan suatu kegiatan usaha, seperti sebagai pedagang
pengecer atau penyerahan jasa

18. Jelaskan menurut argumen anda dengan kritis, apakah dampak pajak mengurangi pengangguran di
Indonesia ? Bagaimana solusi dari dampak tersebut !
Jawab:
Pajak, selain bertujuan mengumpulkan penerimaan negara, juga mempunyai fungsi lain. Salah satu
fungsi lain tersebut adalah fungsi mengatur (regulerend). Pajak dapat dipergunakan sebagai
instrumen dan alat pengatur untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah pajak
dapat dipergunakan sebagai instrumen mengatasi pengangguran.

Pengangguran menjadi problematika serius di banyak negara, khususnya negara-negara


berkembang. Di negara berkembang di mana usia produktif jumlahnya berlimpah namun tidak
diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, maka pengangguran menjadi suatu masalah.
Apalagi dengan paradigma yang umum terutama di Indonesia, bahwa pekerjaan yang dianggap baik
adalah menjadi karyawan ataupun pegawai pemerintah/Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara
diketahui bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini.

Mengingat keterbatasan peluang untuk menjadi karyawan ataupun PNS maka berwirausaha dapat
menjadi pilihan. Pemerintah pun memberikan dukungan, salah satunya melalui pajak.
Berwirausaha adalah suatu kebanggaan. Dengan berwirausaha maka akan terbentuk perekonomian
yang lebih tangguh. Karena kekuatan suatu bangsa adalah salah satunya melalui para wirausahawan
yang mampu bersaing bukan hanya di tingkat lokal namun juga di tingkat global. Dalam hal pajak,
untuk mereka yang memulai usahanya dan masih berada dalam kategori Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), pada tahun 2018 diberikan penurunan tarif pajak.

19. Apa fungsi dari NPWP ? Bagaimana cara mendapatkan NPWP, apakah semua orang berhak
mendapatkan NPWP ? Jelaskan !
Jawab:
a. Fungsi NPWP
• Persyaratan mengajukan kredit
• Untuk membuat surat izin usaha perdagangan
• Persyaratan administrasi perpajakan
b. Bagaimana cara mendapatkan NPWP
Bagi Karyawan:
• WNI (Fotocopy KTP)
• WNA (Fotocopy Paspor)
• Surat Keterangan kerja dari perusahaan
• Bagi PNS bisa membawa SK
• Mengisi formular pengajuan NPWP
Bagi Wirausaha:
• WNI (Fotocopy KTP)
• WNA (Fotocopy Paspor)
• SKU
• Surat Pernyataan tentang wajib pajak benar-benar memiliki usaha
Bagi Wanita yang sudah menikah:
• Fotocopy NPWP suami, KTP, dan KK
• Surat keterangan kerja
• Surat perjanjian pemisahan harta
• Mengisi formular pengajuan NPWP
c. Tidak

20. Sebutkan dasar hukum yang melandasi pajak daerah ?


Jawab:
UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 2. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah; dan 3. PP
No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

21. Sebutkan pembagian pajak daerah berdasarkan uu no 28 tahun 2009 tentang pajak daerah.
Jawab:
a. Pajak Provinsi, meliputi:
• Pajak Kendaraan Bermotor.
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor.
• Pajak Air Permukaan.
• Pajak Rokok.
b. Pajak Kabupaten / Kota, meliputi :
• Pajak Hotel.
• Pajak Restoran.
• Pajak Hiburan.
• Pajak Reklame.
• Pajak Penerangan Jalan.
• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
• Pajak Parkir.
• Pajak Air Tanah.
• Pajak sarang Burung Walet.
• Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan.
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

22. Sebutkan perbedaan antara pajak restoran pajak hotel dan pajak hiburan beserta sebutkan dasar
tarifnya.
Jawab:
Perbedaannya terletak pada tempat dan tarif pajaknya.
a. Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel sebesar 10% (sepuluh persen).
b. Pajak Restoran
Tarif Pajak Restoran sebesar 10% (sepuluh persen).
c. Pajak Hiburan
Tarif pajak yang ditetapkan jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran
meliputi:
• Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana, tarif pajaknya 20% (dua puluh persen);
• Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, tarif pajaknya 25% (dua puluh lima persen)
• Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya, tarif pajaknya 50% (lima puluh persen);
• Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness centre), tarif pajaknya
35% (tiga puluh lima persen);
• Permainan billyard, golf dan bowling, tarif pajaknya 30% (tiga puluh persen);
• Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan, tarif pajaknya 30%
(tiga puluh persen);
• Pertandingan olah raga berbagai cabang olahraga, tarif pajaknya 15% (lima belas
persen).
• Pameran yang bersifat komersial, tarif pajaknya 10% (sepuluh persen);
• Tontonan film, tarif pajaknya 25% (dua puluh lima persen);
• Sirkus, akrobat dan sulap, tarif pajaknya 30% (tiga puluh persen).

23. Sebutkan pembagian retribusi daerah secara umum.


Jawab:
1) Retribusi Jasa Umum
Merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan. Jenis retribusi yang masuk ke dalam retribusi umum adalah sebagai berikut :
a. retribusi pelayanan kesehatan,
b. retribusi persampahan/kebersihan,
c. retribusi Kartu Tanda Penduduk dan akte catatan sipil,
d. retribusi pemakaman/pengabuan mayat,
e. retribusi parkir di tepi jalan umum,
f. pelayanan pasar,
g. retribusi pengujian kendaraan bermotor,
h. retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,
i. retribusi penggantian biaya cetak peta,
j. retribusi pelayanan tera/tera ulang,
k. retribusi penyedotan kakus,
l. retribusi pengolahan limbah cair,
m. retribusi pelayanan pendidikan, dan
n. retribusi pengendalian menara komunikasi.
2) Retribusi Jasa Usaha
Adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan daerah dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan, dan/atau
pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
swasta.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu :
a. retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah,
b. retribusi pasar grosir/pertokoan,
c. retribusi tempat pelelangan,
d. retribusi terminal,
e. retribusi tempat khusus parkir,
f. retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vila,
g. retribusi rumah potong hewan,
h. retribusi pelayanan kepelabuhanan,
i. retribusi tempat rekreasi dan olahraga,
j. retribusi penyeberangan di air, serta
k. retribusi penjualan produksi usaha daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Merupakan pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu :
a. retribusi izin mendirikan bangunan,
b. retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol,
c. retribusi izin gangguan,
d. retribusi izin trayek, dan
e. retribusi izin usaha perikanan.

24. Jelaskan perbedaan antara e-filing dengan e-form


Jawab:
E-filing pajak dapat diartikan sebagai cara penyampaian SPT secara online dan real-time melalui
website DJP Online atau aplikasi milik ASP (Application Service Provider/Penyedia Jasa
Aplikasi) seperti OnlinePajak. Sedangkan, e-form adalah formulir SPT elektronik dalam
bentuk file atau dokumen elektronik. Dokumen ini memiliki ekstensi. xfdl. Pengisian e-Form ini
dapat dilakukan secara offline lewat aplikasi Form Viewer milik DJP.
Jadi intinya, e-Filing adalah pelaporan SPT yang seluruhnya online, sedangkan e-Form adalah
formulir SPT elektronik yang dapat diisi ofline dan disampaikan melalui e-Form.
AUDITING

1. Jelaskan Apa yang menjadi tujuan dilakukannya Audit??


Jawab:
Pada dasarnya, audit bertujuan agar perusahaan dapat menjadi lebih baik ke depannya. Tujuan
suatu perusahaan melakukannya adalah untuk memeriksa kelengkapan, ketepatan, eksistensi,
penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off) dan pengungkapan dari perusahaan itu
sendiri.

2. Uraikan dan jelaskan 3 jenis Pengujian Audit? Baik dari Analitical test, Compilance test dan
Pengujian Pengendalian
Jawab:
a. Prosedur Pengukuran Risiko
Standar pekerjaan lapangan kedua adalah mengharuskan auditor untuk mendapatkan
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya,
untukmengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Dalam Prosedur
pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis,serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap
salah saji materialsebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350)
b. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan
efektivitaskebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang
diterapkan untukmenilai control risk (risiko pengendalian).
c. Pengujian substantif
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk
mengujikekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi
kebenaransaldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji
moneter (dalamsatuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji
dalam saldolaporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk
menentukanapakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diiktisarkandalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan
dengan benar.

3. Apa hubungan antara audit kepatuhan dengan audit laporan Keuangan?


Jawab:
Hubungan antara audit kepatuhan dengan audit laporan keuangan terletak pada saat perusahaan
melakukan pencatatan laporan keuangan, apakah laporan keuangan yang telah dicatat dan telah
dilaporkan, maupun yang telah diungkapkan sudah sesuai dengan prosedur-prosedur
pencatatan akuntansi yang sah dan diterima secara umum. Dimana audit kepatuhan dapat kita
ketahui bahwa pencatatan keuangan perusahaan apakah perusahaan telah melaksanakan
prosedur-prosedur pencatatan keuangan sesuai dengan standar pencatatan keuangan yang
berterima umum.

4. Apa itu Kertas Kerja Audit (KKA/KKP)? Apakah auditor wajib membuat KKP? Seberapa
penting KKP dibuat oleh auditor, jelaskan pendapat anda?
Jawab:
a. Kertas kerja audit merupakan berbagai catatan yang dilakukan oleh auditor terkait prosedur
audit yang dijalankan, pengujian yang akan dilakukan, informasi, serta kesimpulan yang
dibuat berdasarkan hasil auditnya.
b. Iya, auditor harus dapat membuat KKA/KKP secara baik, yaitu memenuhi syarat minimal
yang ditetapkan dalam standar profesi.
c. Penting, Karena biasanya bukti ini tidak cukup untuk menarik kesimpulan,karena,tidak
berasaldari sumber yang independen dan dapat bisa sesuai dengan keinginan klien

5. Jelaskan standar audit ? dan apa yang menyebabkan auditor mengeluarkan opini (WTP, Wajar,
WDP, Disclaimer)
Jawab:
Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang
wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion). Opini wajar tanpa pengecualian
diberikan oleh auditor jika auditor tidak menemukan kesalahan yang material secara
keseluruhan dari laporan keuangan dan laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku (SAK).
b. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Auditor harus menyatakan opini
wajar dengan pengecualian ketika:
1. Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi adalah material
tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan, atau
2. Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari opini audit,
tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi
material tetapi tidak pervasif.
c. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified
Opinion). Jenis opini yang satu ini diberikan oleh auditor atas dasar keadaan tertentu yang
tidak memiliki dampak secara langsung terhadap pendapat wajar. Perbedaan dari kenis
opini ini terletak pada paragraph penjelasan yang diberikan oleh auditor terkait dengan
keadaan tertentu yang telah dinyatakan sebelumnya. Beberapa jenis keadaan yang dapat
memicu modified unqualified opinion adalah:
1. Sebagian dari pendapat auditor ditarik dari pendapat auditor independen lainnya
2. Tidak tersedianya aturan yang jelas terkait dengan laporan keuangan sehingga
berpotensi dianggap menyimpang dari SAK.
3. Adanya pengaruh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang dan hasilnya tidak
dapat diperkirakan.
d. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion). Audit harus menyatakan opini tidak wajar ketika
auditor setelah melakukan pemeriksaan memperoleh bukti yang cukup dan tepat kemudian
menyimpulkan bahwa ada kesalahan penyajian. Baik secara individual maupun secara
agregasi adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. Pervasif sendiri diartikan
sebagai kesalahan yang akan membawa dampak kemana-mana atau mendalam.
e. Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Opini tidak menyatakan
pendapat diberikan auditor ketika auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat
untuk mendasari opini audit, dan auditor tidak menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan
penyajian material yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan,
jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.
6. Uraikan 3 resiko audit?
Jawab:
a. Risiko deteksi (Detection Risk)
Ini berarti bahwa auditor gagal mendeteksi salah saji dan kesalahan dalam laporan
keuangan perusahaan, dan akibatnya, mereka mengeluarkan opini yang salah atas laporan
tersebut. Sebagai contoh, auditor gagal menentukan kesalahan pelaporan yang
berkelanjutan atas laporan keuangan perusahaan.
b. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Jenis risiko ini mengacu pada risiko salah saji dan kesalahan dalam laporan keuangan
perusahaan karena perusahaan gagal mengelola pengendalian internalnya dengan baik.
Sebagai contoh, manajemen tidak dapat mengontrol dan mencegah staf yang tidak
berwenang melakukan transaksi tersebut sejak awal.
c. Risiko Bawaan (Inherent risk)
Ini adalah risiko yang tidak dapat dicegah oleh manajemen dan perusahaan karena beberapa
faktor yang tidak dapat dikendalikan, dan auditor tidak menemukannya dalam audit.
Misalnya, transaksi yang melibatkan jumlah uang tunai bernilai tinggi akan membawa
risiko bawaan yang lebih tinggi.

7. Kenapa perlu dilakukan audit independent?


Jawab:
Karena demi menjaga objektivitas hasil audit dalam laporan keuangan akhir (audited) serta
wujud tanggung jawab kepada KAP terkait, klien dan masyarakat, khususnya para pemakai
laporan keuangan.

8. Apa yang dimaksud dengan: a. Asersi b. Skeptisme c. Cash opname d. Stock Opname
Jawab:
a. Asersi adalah pernyataan manajamen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan.
b. Skeptisisme adalah sikap mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena adanya
keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti
c. Cash Opname adalah perhitungan fisik kas (uang) yang dimiliki oleh klien, kemudian
auditor menggolongkan kas yang dimiliki klien berdasarkan nilai nominalnya, dan terakhir
auditor menghitung besarnya kas yang dimiliki klien
d. Stock Opname adalah rangkaian kegiatan perhitungan persediaan stok barang yang masih
tersimpan di dalam gudang untuk dipasarkan.

9. Uraikan Audit berbasis ISA dengan Audit Berbasis Resiko?


Jawab:
a. Audit berbasis ISA (International Standards on Auditing) adalah suatu standar kompetensi
bagi profesional yang bekerja di bidang auditing. ISA dan standar lain yang dikeluarkan
IFAC dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas pada tatanan
global.
b. Audit berbasis risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk
memberikan jaminan bahwa risiko yang ada sudah dikelola dengan baik serta ada batasan
yang telah ditetapkan manajemen yang tidak berdampak terhadap tujuan perusahaan

10. Apa yang menjadi penyebab dari resiko salah saji dalam laporan keuangan?
Jawab:
a. Adanya perbedaan, dalam hal penilian, antara manajemen dan auditor mengenai estimasi-
estimasi akuntansi dimana angka yang tersaji dalam laporan keuangan melampaui rentang
estimasi yang dapat diterima menurut auditor.
b. Angka yang telah diproyeksikan (istilah statistiknya “extrapolated”) oleh auditor
berdasarkkan hasil-hasil dari prosedur ‘sampling’—baik statistikal atau non-statistikal—
pada suatu populasi (data).

11. Apakah uji Subtantif dan pengendalian boleh dipilih, ataukah ahrus kedua-duanya
dilaksanakan, jelaskan?
Jawab:
Baik dalam melakukan tahapan pelaksanaan audit terdapat prosedur pengujian yang perlu
dilakukan diantaranya ialah pengujian subtantif dan pengendalian, kedua pengujian ini harus
dan perlu dilakukan keduanya dikarenakan kedua pengujian ini memiliki tujuan yang berbeda
dalam menilai dan menguji informasi tertentu dimana pengujian subtantif fokus pada pengujian
yang memeriksa laporan keuangan dan mendukung dokumentasi untuk melihat apakah mereka
berisi kesalahan. Tes ini diperlukan sebagai bukti untuk mendukung pernyataan bahwa catatan
keuangan suatu entitas itu lengkap, sah, dan akurat sedangkan pengujian pengendalian ialah
pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur
struktur pengendalian internal. Pengujian pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai
efektifitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji
materil dalam suatu asersi laporan keuangan. Jika hanya satu pengujian yang dilakukan maka
dapat mempengaruhi pelaporan audit dan opini auditor

12. Ap aitu resiko audit?


Jawab:
Risiko audit menurut SA 200 mengacu pada risiko bahwa auditor menyatakan pendapat yang
tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung salah saji materialitas.

13. Jelaskan tentang uji sistem pengendalian internal dan uji substantif dan komponennya?
Jawab:
a. Uji system pengendalian internal adalah pengujian terhadap kebijakan atau prosedur
pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah
saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Komponen uji system pengendalian internal, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
5. Pemantauan (Monitoring)
b. Uji system pengendalian substantif adalah adalah pengujian terhadap kewajaran saldo-
saldo perkiraan laporan keuangan (neraca dan laba rugi).
Komponen uji system pengendalian subtantif, yaitu:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengugkapan
14. Buat program kerja audit untuk uji saldo rinci pada pemeriksaan piutang usaha?
Jawab:
a. Periksa sampel transaksi piutang yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya
piutang usaha
b. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penjualan dan retur penjualan.
c. Lakukan verifikasi pisah batas transaksi penerimaan kas.

15. Sebutkan komponen laporan keuangan bentuk baku dan jelaskan secara singkat komponen-
komponen tersebut.
Jawab:
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuanganmenyajikan
se"ara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasilusaha, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di %ndonesia.&esimpulan ini
dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit
yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
Komponen laporan keuangan bentuk baku yaitu:
a. Judul laporan
b. Pihak yang dituju
c. Paragraph pengantar
d. Paragraph lingkup
e. Paragraph pendapat
f. Tandatangan
g. Tanggal laporan

16. Jelaskan kriteria yang ditemui oleh auditor apabila opini auditnya adalah wajar dengan
pengecualian (WDP)?
Jawab:
a. Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi adalah material tetapi tidak
pervasif terhadap laporan keuangan, atau
b. Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari opini audit, tetapi
auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi material tetapi tidak
pervasif.

17. Jelaskan opini apa yang diberikan oleh auditor Apabila pada saat melakukan audit, auditor
menemukan hal-hal berikut:
a. Pada awal tahun, laporan keuangan auditee melakukan penilaian persediaan dengan metode
FIFO dan pada pertengahan tahun mengganti dengan metode rata-tara
b. Laporan keuangan klien mengalami kerugian selama 5 (lima) tahun terakhir.
c. Laporan keuangan yang disajikan sudah sesuai dengan PABU kecuali atas pengakuan asset
tanah yang belum ada sertifikat kepemilikannya dan penguasaannya oleh pihak lain
Jawab:
a. OTW: Karena dalam kasus tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang
diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. WTP: Karena dalam kasus tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang
diperiksa, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
c. WDP: Karena dalam kasus tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang
diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan

Jawaban Soal Kasus Komfren Audit dan Perpajakan


1. Pengujian saldo rinci
Perusahaan Klien
Berita acara pemeriksaan kas
Periode 2017-2018

Menurut Klien
Saldo kas menurut laporan keuangan klien per 31/12/2017 ialah sebesar Rp. 51.500.000
(lima puluh satu juta lima ratus ribu rupiah)
Adapun fisik kas berdasarkan transaksi (1/1/2018-5/3/2018) dan rincian kas pada tanggal
5/3/2018 sebesar Rp.61.51.000, yang terdiri dari:
Uang kertas
1. 500 lembar x @Rp.100.000 = Rp.50.000.000
2. 200 lembar x @Rp.50.000 =Rp.10.000.000
3. 100 lembar x @Rp.10.000 =Rp.1.000.000
4. 100 lembar x @Rp.5.000 =Rp.500.000
5. 10 koin x @Rp.1.000 =Rp.10.000
Jumlah uang kertas Rp.61.510.000

Transaksi berkaitan kas selama periode 1/1/2018-5/3/2018 ialah sebagi berikut


2/1/18 Kas Rp.5.000.000
Piutang dagang Rp.5.000.000
10/1/18 Utang dagang Rp.10.000.000
Kas Rp.10.000.000
25/1/18 Kas Rp.25.000.000
Piutang dagang Rp.25.000.000
3/2/18 Kas Rp.10.000.000
Piutang dagang Rp.10.000.000
20/2/18 Peralatan (laptop) Rp.20.000.000
Kas Rp.20.000.000

Adapun penambahan dan pengurangan kas berdasarkan transaksi diatas ialah sebagai
berikut
Transaksi penerimaan kas (total) =Rp.40.000.000
Transaksi pengurangan kas (total=Rp.30.000.000
Total penambahan kas Rp.10.000.000
Sehingga saldo kas pada 31/12/2017 sebesar Rp,51.500.000 mengalami penambahan kas
sebesar Rp.10.000.000 akibat dari transaksi diatas sehingga saldo pada 5/3/2018 sebesar
Rp.61.500.000

Selisih uang kas antara fisik kas dengan saldo akhir


Saldo akhir kas per tanggal 5/3/2018 Rp.61.500.000
Saldo kas berdasarkan fisik uang Rp,61.510.000
Selisih kelebihan (fisik) Rp.10.000

2. Periode setelah tanggal neraca ialah periode yang didalamnya terjadi suatu kejadian atau
aktivitas setelah tanggal akhir periode pelaporan sehingga periode setelah tanggal neraca
dalam soal ini ialah periode ketika auditor melakukan kunjungan lapangan sejak tanggal
5/3/2018-25/4/2018.
Tanggal laporan audit ialah tanggal yang dicantumkan pada laporan audit ketika auditor
menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan sehingga tanggal yang dicantumkan
dalam laporan audit ialah tanggal 6/5/2018.

3. Jurnal Koreksi Klien

Tanggal Keterangan Ref Debit (Rp) Kredit (Rp)


6/11/20 Piutang dagang 102 2.500.000
Kas 101 2.500.000
(Mencatat selisih penerimaan kas)
30/12/20 Persediaan Barang Dagang 103 55.000.000
Kas 101 11.000.000
Utang Dagang 201 44.000.000

4. Ilustrasi tanggal/periode proses Audit

Periode Auditan

Periode kunjungan lapangan

03/02/19 05/03/19

Tanggal penerbitan
31/12/18 01/01/19 06/04/19 06/04/19 laporan audit
Tanggal laporan audit
Tanggal laporan
keuangan akhir periode
(audit) Periode setelah tanggal neraca

5. Dalam melakukan kunjungan lapangan audit, auditor harus memeriksa persediaan barang
yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan barang yang terkena bencana dapat
mempengaruhi nilai persediaan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam laporan
audit. Oleh karena itu, auditor harus memeriksa apakah perusahaan memiliki prosedur
pengendalian internal yang memadai untuk mengatasi risiko kerusakan atau kehilangan
persediaan akibat bencana.

Anda mungkin juga menyukai