Anda di halaman 1dari 10

1. A.

Berbicara mengenai azaz-azaz pajak, azaz-azaz pajak dapat bervariasi bergantung


pada siapa yang menguatarakan azaz-azaz tersebut:
a. Azaz-azaz pajak menurut W.J Langen:
1. Azas manfaat: Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus ditujukan untuk
kegiatan-kegiatan yang memiliki manfaat bagi khalayak umum. Contohnya:
Pemungutan pajak ditujukan untuk Pembangunan infrastruktur
2. Azas kesamaan: wajib pajak, dalam kondisi yang sama, dikenakan jumlah pajak
yang sama. Contohnya: Santi dan Ana memiliki 50.000.000 per tahun. Mereka
dikenakan pajak 20% dari pendapatan mereka. Dengan begitu, keduanya membayar
pajak 10.000.000 per tahun.
3. Azas daya pikul: Pajak yang dipungut harus disesuaikan dengan penghasilan wajib
pajak. Contohya: Retno memiliki gaji 100.000 juta per tahun, sedangkan Andini
memiliki gaji 30.000 per tahun. Berdasarkan azas daya pikul, Andini dikenakan pajak
lebih besar dibandingkan Retno.
4. Azas kesejahteraan: pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara ditujukan untuk
kesejahteraan rakyat. Contohnya: Pemerintah memberikan kebebasan pajak bagi
kelompok yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan
b. Azas-Azas pajak menurut Adam Smith:
1. Azas Certainty: Di dalam azas ini harus ada kepastian, kejelasan, serta adanya
konsistensi peraturan pajak. Contoh: Pemerintah di tahun 2024 menetapkan tarif
pajak 20% untuk pendapatan di atas 40.000.000 per tahun. Kebijakan ini
diberlakukan dengan tidak mengalami perubahan atau konsisten.
2. Azas efisiensi: adanya penggunaan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat secara efisien atau ekonomis. Contoh: Pemerintah daerah menciptakan
pajak yang lebih efisien dan sederhana dengan pengumpulan pajak yang minim
birokrasi serta tidak rumit
3. Asaz convenience of payment: penyederhanaan proses pembayaran pajak bagi wajib
pajak. Contoh: Negara meluncurkan sistem pembayaran pajak online yang user-
friendly dan simple
4. Azas equality: kontribusi pajak harus sebanding dengan kemampuan wajib pajak.
Contoh: wajib pajak yang memiliki pendapatan di atas 100.000.000 wajib membayar
30% pajak. Bagi individu yang memiliki penghasilan di bawah 100.000.000 wajib
membayar pajak 20%

Referensi: ANALISIS TENTANG KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP USNAHA MIKRO, KECIL, DAN MENGANGAH (UMKM)
DITINJAU DARI ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK | Azmiya | Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
(ub.ac.id)

B. Hubungan hukum pajak dan hukum perdata, serta hubungan hukum pajak dan hukum
tata negara:
a. Hubungan hukum pajak dan hukum perdata
Hukum pajak dan hukum perdata berkaitan erat dengan lingkungan hukum.
Hukum perdata mengatur entitas hukum dalam berkegiatan sipil, sementara
hukum pajak mengatur wajib pajak. Dalam banyak kasus, hukum perdata menjadi
landasan untuk menetapkan kewajiban dan hak dalam transaksi ekonomi yang
dapat berpengaruh terhadap perpajakan. Contoh: hukum perdata mengatur
perjanjian jual beli yang secara langsung dapat berdampak pada penghitungan
pajak penghasilan atau penjualan.
b. Hubungan hukum pajak dan hukum pidana
Hubungan antara hukum pajak dan hukum pidana seringkali muncul karena
pelanggaran aturan perpajakan dapat merugikan negara dan masyarakat secara
keseluruhan. Ketika individu atau entitas melanggar ketentuan perpajakan
dengan sengaja, tindakan tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum
pidana. Ini menciptakan saling keterkaitan antara domain perpajakan dan
hukum pidana.
Contoh konkret dari hubungan ini dapat dilihat dalam kasus penipuan pajak.
Jika seseorang atau perusahaan dengan sengaja memberikan informasi palsu
atau menyembunyikan pendapatan untuk mengurangi kewajiban pajaknya,
tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum perpajakan tetapi juga dapat
dianggap sebagai penipuan. Dalam konteks hukum pidana, individu atau
entitas yang terlibat dalam penipuan pajak dapat dikejar dan diadili secara
pidana dengan ancaman hukuman penjara atau denda yang signifikan.
c. Hubungan hukum pajak dan hukum tata negara
Hukum pajak dan hukum tata negara memiliki hubungan yang cukup erat. Hukum
tata negara mengatur perlindungan warga negara mengenai pajak, mengatur
kewenangan pemerintah dalam mengenakan pajak, serta mengatur Lembaga-
lembaga yang berksaitan dengan pajak. Keserasian hukum pajak dan hukum tata
negara memberikan kepastian akan sistem pajak yang tidak hanya efektif, tetapi
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar negara. Misalnya, di dalam suatu negara
konstitusi menetapkan bahwa pemerintah memiliki kewenangan untuk
mengenakan pajak pendapatan nasional. Hal tersebut memunculkan landasan
konstitusi yang mengelola mengenai perpajakan daerah dan pusat.

Referensi:
Alia, R. D. (2023). Analisis Hukum Pajak. Jurnal Pusdansi, 2(5).
Hidayatullah, S. (2016). Kewenangan negara dan kewajiban subyek hukum perdata
dalam hubungannya dengan hukum pajak. Pranata Hukum, 11(1), 160229.

C. Contoh Hukum Pajak Daerah dan Pajak Pusat


1. Pajak Daerah: PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
2. Pajak Pusat: PPh (Pajak Penghasilan)

2. A. Azaz-Azaz Pajak bagi subjek dalam negeri dan luar negeri:


a. Subjek dalam negeri
a. Asas tahunan: PPh dihitung secara tahunan yang didasarkan dari gaji subjek pajak
yang diperoleh selama satu tahun
b. Asas pendapatan: subjek pajak yang berada di dalam negeri dikenakan wajib
pajak penghasilan berdasarkan gaji yang diterima, termasuk jika gaji tersebut
berasal dari luar negeri
c. Asas domisili: subjek pajak dalam negeri, utamanya warga megara Indonesia
yang memiliki KTP berdomisili di Indonesia, wajib dikenakan pajak penghasilan
atas penghasilan global
b. Subjek luar negeri
a. Asas pendapatan dari Indonesia: subjek pajak luar negeri dikenakan wajib pajak
penghasilan atas penghasilan yang berasal dari kegiatan yang dilakukan di
Indonesia
b. Asas tertentu: dari kegiatan tertentu, pajak penghasilan dapat dikenakan
khususnya bagi kegiatan yang dilakukan di Indonesia

B. Perbedaan perlakuan pengenaan pajak penghasilan:

1. Subjek dalam negeri

a. Penghasilan global: subjek pajak dikenakan pajak penghasilan atas penghasilan yang
didapat di luar dan dalam negeri

b. Pengenaan terhadap seluruh penghasilan: pajak penghasilan dikenakan bagi seluruh


penghasilan yang berasal dari luar ataupun dalam negeri

2. Subjek luar negeri

a. Penghasilan dari Indonesia: pajak penghasilan hanya dikenakan kepada subjek luar
negeri atas penghasilan yang didapatkan dari kegiatan khusus di wilayah Indonesia

b. Pengenaan terhadap penghasilan teretntu: pajak penghasilan dikenakan pada


penghasilan yang berasal dari kegiatan khusus di Indonesia

Referensi:

Microsoft Word - UU PPh Baru.docx (pajak.go.id)

3. Pajak-pajak dalam lalu lintas perdagangan:


a. Pajak nilai tambah (VAT): pajak yang dikenakan pada setiap tahap distribusi serta
produksi, atau pajak yang diberikan atas setiap nilai tambah barang. Contoh: nilai
barang elektronik terkena PPN 10% yang dijual oleh produsen ke distributor
hingga ke konsumen akhir
b. Pajak impor: pajak yang dikenakan pada komoditas atau barang yang dikirim ke
luar megeri. Contoh: barang-barang impor dari Singapura dikenakan pajak ke
Indonesia
c. Pajak ekspor: pajak yang dikenakan pada komoditas atau barang yang dikirim ke
luar negeri. Contoh: ekspor kopi dikenakan pajak Ketika diekspor ke Kamboja
d. Bea masuk: biaya yang harus dibayar pada saat impor komoditas/barang, serta
penghitungannya didasarkan pada berat atau nilai barang tersebut. Contoh: bea
masuk 15% dari nilai barang impor harus dibayarkan saat masuk wilayah pabean
e. Cukai: pajak yang diberikan kepada barang atau komoditas yang memiliki
pengaruh negative ke lingkungan. Contoh: cukai rokok dikenakan pada konsumen
serta produsen agar Kesehatan dan konsumsi dapat dikendalikan

Referensi:

Anjarwi, A. W., & SE, M. (2021). Pajak Lalu Lintas Barang (Kepabeanan, Ekspor, Impor, dan Cukai).
Deepublish.

4. A. Langkah Hukum Jika Tidak Menyetujui SKPKB:


Bapak Triatno dapat mengajukan keberatan terhadap SKPKB yang diterimanya.
Keberatan ini harus diajukan dalam batas waktu yang ditentukan oleh peraturan
perpajakan.

B. Prosedur dan Persyaratan Keberatan:

Bapak Triatno perlu menyusun surat keberatan yang berisi alasan-alasan yang
mendukung klaim bahwa kurang bayar tersebut tidak seharusnya dikenakan. Surat
keberatan ini kemudian diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait sesuai dengan
tempat kediaman atau tempat usaha Bapak Triatno.

C. Konsekuensi Pajak Jika SKPKB Tetap Dikuatkan:

Jika SKPKB tetap dikuatkan setelah ditindaklanjuti, Bapak Triatno wajib membayar
jumlah kurang bayar yang ditetapkan dalam SKPKB tersebut, termasuk dengan sanksi
administrasi yang mungkin dikenakan.
D. Langkah Hukum Jika Tetap Tidak Menerima Putusan:

Apabila Bapak Triatno tetap tidak menerima putusan atas keberatan SKPKB, dia dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak.

Syarat Pengajuan Gugatan:

Gugatan harus diajukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya surat keputusan
atas keberatan atau dalam waktu 3 bulan sejak berakhirnya waktu 12 bulan bagi
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan keputusan atas keberatan (pasal 41 ayat (1)
UU PPh).

5. A. Obyek pajak penghasilan:


1. Penghasilan dari modal
2. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
3. Penghasilan dari usaha dan kegiatan
4. Penghasilan lain-lain, misalnya pembebasan utang dan hadiah

B. Jelaskan maksud di bawah:

1. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2: Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan


sehubungan jasa tersetntu dan sumber tertentu (jasa kontruksi, sewa tanah/bangunan,
pengalihan ha katas bangunan/tanah, hadiah undian, dan lainnya)

2. Pajak penghasilan Pasal 21: Pajak penghasilan berupa upah atas penghasilan berupa
gaji, tunjangan, honorarium, serta pembayaran lain dalam bentuk apapun yang memiliki
keterkaitan dengan jabatan, pekerjaan, kegiatan, serta kasa yang dilakukan oleh subjek
pajak di dalam negeri

3. Pajak penghasilan Pasal 22: pajak yang dibebankan kepada badan usaha baik swasta
maupun milik pemerintah yang melakukan kegiatan impor, ekspor, atau re-impor. Tarif
bagi pajak tersebut berbeda-beda, bergantung pada jenis transaksi dan objeknya
4. Pajak penghasilan Pasal 26: pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh
wajib pajak luar negeri dari Indonesia dalam bentuk BUT (usaha tetap) yang berlokasi di
Indonesia

Referensi:

https://www.pajak.go.id/sites/default/
www.cermati.com/artikel/pph-pasal-21-apa-itu-and-cara-menghitungnya

Pajak Penghasilan Pasal 22 : Penjelasan dan Cara Menghitung (harmony.co.id)

6. Karakteristik PPN
a. Pajak objektif: menimbulkan kewajiban pajak. Objek pajak menentukan pertambahan
pajak. Pajak pertambahan nilai tidak membedakan antara badan, orang pribadi, dan
konsumen
b. Pajak tidak langsung: penanggung jawab dan pemikul pajak atas pembayaran pajak
ke kas negara berada di pihak yang berbeda.
c. Pajak yang dibayarkan ke kas negara dihitung menggunakan invoice method/credit
method: pajak yang harus dibayarjan ke negara merupakan pajak yang dibayarkan ke
PKP dari hasil pengurangan PPN yang dinamakan pajak masukan dengan PPN yang
dipungut dari penerima jasa atau pembeli yang dinamakan pajak keluaran
d. Multy state tax: dikenakan pada setiap jalur distribusi atau produksi. Dikenakan pada
setiap barang yang menjadi objek PPN dari tingkat pabrikan sampai pengecer.
7. Tarif PPN:
Tarif PPN standar di Indonesia biasanya adalah 10%.
Total Nilai Transaksi:
Harga satuannya adalah Rp6.000.000.
Jumlah kulkas yang dijual adalah 20.

Maka, dapat menghitung PPN terutang sebagai berikut:


Total Nilai Transaksi = Harga Satuan x Jumlah Kulkas
Total Nilai Transaksi = Rp6.000.000 x 20
Total Nilai Transaksi} = Rp120.000.000

PPN Terutang = Total Nilai Transaksi x Tarif PPN


PPN Terutang = Rp120.000.000 x 10%
PPN Terutang = Rp12.000.000
Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan oleh Toko Jonathan Simamora Furniture adalah
Rp12.000.000.

8. PPN PT. Thia Ivanka


a. Pembelian computer:
Harga satu unit computer: Rp. 7.000.000
Jumlah unit computer yang dibeli: 3
Total transaksi pembelian computer: Rp. 7.000.000 x 3= Rp 21.000.000

b. Penjualan computer
Harga satu unit computer: Rp. 15.000.000
Jumlah unit computer yang dijual: 2
Total nilai transaksi penjualan computer: Rp. 15.000.000 x 2 = Rp. 30.000.000

c. Pembelian karangan bunga


Total transaksi pembelian karangan bunga: Rp. 10.000.000

d. Tarif PPN
Tarif PPN di Indonesia: 10%

PPN yang harus disetorkan

Total transaksi pembelian computer= Rp. 21.000.000


Total nilai transaksi penjualan computer= Rp. 30.000.000
Total nilai transaksi pembelian karangan bunga= Rp. 1.000.000

Total nilai transaksi= total nilai transaksi penjualan computer-pembelian computer-


pembelian karangan bunga
Total nilai transaksi= 30.000.000-21.000.000-1.000.000
= 10.000.000

PPN terutang= total nilai transaksi x tarif PPN


= 10.000.000 x 10%
= 1.000.000
9. Skema pengadilan pajak
a. Pendaftaran gugatan: subjek pajak yang tidak setuju dengan Keputusan Direktorat
Jenderal Pajak mengajukan gugatan ke Pengadilan pajak
b. Pemanggilan pihak terkait: Pengadilan pajak akan memanggil pihak terkait, yakni
perwakilan Direktorat Jenderal Pajak dan subjek pajak untuk mengajukan bukti-bukti
dan argument masing-masing
c. Mediasi (opsional): Pengadilan pajak, sebelum pengadilan dimulai, dapat
memberikan tawaran agar mediasi dicoba untuk menyelesaiakan sengketa di luar
pengadilan
d. Sidang pengadilan: jika mediasi tidak tercapai, proses persidangan dapat dimulai
e. Putusan pengadilan: hakim pengadilan pajak mengeluarkan putusan yang difasarka
pada bukti serta argument yang disampaikan
f. Banding: Direktirat Jenderal Pajak maupun wajib pajak memiliki hak untuk
mengajukan banding jika tidak puas dengan Keputusan hakim
g. Peninjuan Kembali; ketidakpuasaan ditinjau Kembali dan dapat diajukan ke
mahkamah agung
10. Bentuk ruang lingkup jasa tax lawyer
a. Tahap 1 keberatan
1. Supervisi/kuasa tahap 1 keberatan di direktorat jenderal pajak
2. Supervisi mengajukan surat ke KLIP DJP, intansi P2Humas, UKI/UT, dan irjen
kemenkeu. Kemenkeu terkait adanya indikasi pelanggaran oleh pejabat DJP
3. Supervisi mengajukan surat permohonan klarifikasi alasan pemotongan,
pengenaan, atau pemungutan pajak kepada DJP
4. Supervisi/kuasa laporan pidana apabila terjadi penyalahgunaan wewenang oleh
DJP dalam pemberian serta pemeriksaan Keputusan keberatan
5. Supervise/kuasa gugatan perdata terkait perbuatan melawan hukum oleh pejabat,
yakni penahanan dan/atau penyitaan
6. Supervisi pengajuan surat ke Ombudsman apabila ada indikasi maladministrasi
pada Keputusan DJP
b. Tahap II gugatan dan banding (pengadilan pajak)
1. Supervisi/kuasa tahap II gugatan dan banding di pengadilan pajak
2. Kuasa/supervise pengajuan surat ke Komisi Yudisial apabila terdapat indikasi
penyalahgunaan wewenang dan kecurangan oleh hakim
3. Supervise/kuasa surat laporan kepada: (a) inspektorat jenderal kementrian
keuangan apabila putusan pengadilan pajak tidak dipatuhi kepala kantor
pelayanan pajak; (b) unit kepatuhan internal atau unit tertentu pada kementrian
keuangan; dan
c. Tahap III peninjauan Kembali (Mahkamah Agung)
1. Menjadi kuasa hukum dalam mengajukan kontra PK/PK
2. Supervisi pengajuan surat ke KY apabila ada indikasi penyalahgunaan wewenang
dan kecurangan oleh hakim
3. Mengajukan PK ke II apabila terdapat; (a) bukti tertulis baru yang menentukan ;
(b) Novum; (c) putusan nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan (d) ada bagian yang belum diputus tanpa pertimbangan

Anda mungkin juga menyukai