B. Hubungan hukum pajak dan hukum perdata, serta hubungan hukum pajak dan hukum
tata negara:
a. Hubungan hukum pajak dan hukum perdata
Hukum pajak dan hukum perdata berkaitan erat dengan lingkungan hukum.
Hukum perdata mengatur entitas hukum dalam berkegiatan sipil, sementara
hukum pajak mengatur wajib pajak. Dalam banyak kasus, hukum perdata menjadi
landasan untuk menetapkan kewajiban dan hak dalam transaksi ekonomi yang
dapat berpengaruh terhadap perpajakan. Contoh: hukum perdata mengatur
perjanjian jual beli yang secara langsung dapat berdampak pada penghitungan
pajak penghasilan atau penjualan.
b. Hubungan hukum pajak dan hukum pidana
Hubungan antara hukum pajak dan hukum pidana seringkali muncul karena
pelanggaran aturan perpajakan dapat merugikan negara dan masyarakat secara
keseluruhan. Ketika individu atau entitas melanggar ketentuan perpajakan
dengan sengaja, tindakan tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum
pidana. Ini menciptakan saling keterkaitan antara domain perpajakan dan
hukum pidana.
Contoh konkret dari hubungan ini dapat dilihat dalam kasus penipuan pajak.
Jika seseorang atau perusahaan dengan sengaja memberikan informasi palsu
atau menyembunyikan pendapatan untuk mengurangi kewajiban pajaknya,
tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum perpajakan tetapi juga dapat
dianggap sebagai penipuan. Dalam konteks hukum pidana, individu atau
entitas yang terlibat dalam penipuan pajak dapat dikejar dan diadili secara
pidana dengan ancaman hukuman penjara atau denda yang signifikan.
c. Hubungan hukum pajak dan hukum tata negara
Hukum pajak dan hukum tata negara memiliki hubungan yang cukup erat. Hukum
tata negara mengatur perlindungan warga negara mengenai pajak, mengatur
kewenangan pemerintah dalam mengenakan pajak, serta mengatur Lembaga-
lembaga yang berksaitan dengan pajak. Keserasian hukum pajak dan hukum tata
negara memberikan kepastian akan sistem pajak yang tidak hanya efektif, tetapi
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar negara. Misalnya, di dalam suatu negara
konstitusi menetapkan bahwa pemerintah memiliki kewenangan untuk
mengenakan pajak pendapatan nasional. Hal tersebut memunculkan landasan
konstitusi yang mengelola mengenai perpajakan daerah dan pusat.
Referensi:
Alia, R. D. (2023). Analisis Hukum Pajak. Jurnal Pusdansi, 2(5).
Hidayatullah, S. (2016). Kewenangan negara dan kewajiban subyek hukum perdata
dalam hubungannya dengan hukum pajak. Pranata Hukum, 11(1), 160229.
a. Penghasilan global: subjek pajak dikenakan pajak penghasilan atas penghasilan yang
didapat di luar dan dalam negeri
a. Penghasilan dari Indonesia: pajak penghasilan hanya dikenakan kepada subjek luar
negeri atas penghasilan yang didapatkan dari kegiatan khusus di wilayah Indonesia
Referensi:
Referensi:
Anjarwi, A. W., & SE, M. (2021). Pajak Lalu Lintas Barang (Kepabeanan, Ekspor, Impor, dan Cukai).
Deepublish.
Bapak Triatno perlu menyusun surat keberatan yang berisi alasan-alasan yang
mendukung klaim bahwa kurang bayar tersebut tidak seharusnya dikenakan. Surat
keberatan ini kemudian diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait sesuai dengan
tempat kediaman atau tempat usaha Bapak Triatno.
Jika SKPKB tetap dikuatkan setelah ditindaklanjuti, Bapak Triatno wajib membayar
jumlah kurang bayar yang ditetapkan dalam SKPKB tersebut, termasuk dengan sanksi
administrasi yang mungkin dikenakan.
D. Langkah Hukum Jika Tetap Tidak Menerima Putusan:
Apabila Bapak Triatno tetap tidak menerima putusan atas keberatan SKPKB, dia dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak.
Gugatan harus diajukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya surat keputusan
atas keberatan atau dalam waktu 3 bulan sejak berakhirnya waktu 12 bulan bagi
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan keputusan atas keberatan (pasal 41 ayat (1)
UU PPh).
2. Pajak penghasilan Pasal 21: Pajak penghasilan berupa upah atas penghasilan berupa
gaji, tunjangan, honorarium, serta pembayaran lain dalam bentuk apapun yang memiliki
keterkaitan dengan jabatan, pekerjaan, kegiatan, serta kasa yang dilakukan oleh subjek
pajak di dalam negeri
3. Pajak penghasilan Pasal 22: pajak yang dibebankan kepada badan usaha baik swasta
maupun milik pemerintah yang melakukan kegiatan impor, ekspor, atau re-impor. Tarif
bagi pajak tersebut berbeda-beda, bergantung pada jenis transaksi dan objeknya
4. Pajak penghasilan Pasal 26: pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh
wajib pajak luar negeri dari Indonesia dalam bentuk BUT (usaha tetap) yang berlokasi di
Indonesia
Referensi:
https://www.pajak.go.id/sites/default/
www.cermati.com/artikel/pph-pasal-21-apa-itu-and-cara-menghitungnya
6. Karakteristik PPN
a. Pajak objektif: menimbulkan kewajiban pajak. Objek pajak menentukan pertambahan
pajak. Pajak pertambahan nilai tidak membedakan antara badan, orang pribadi, dan
konsumen
b. Pajak tidak langsung: penanggung jawab dan pemikul pajak atas pembayaran pajak
ke kas negara berada di pihak yang berbeda.
c. Pajak yang dibayarkan ke kas negara dihitung menggunakan invoice method/credit
method: pajak yang harus dibayarjan ke negara merupakan pajak yang dibayarkan ke
PKP dari hasil pengurangan PPN yang dinamakan pajak masukan dengan PPN yang
dipungut dari penerima jasa atau pembeli yang dinamakan pajak keluaran
d. Multy state tax: dikenakan pada setiap jalur distribusi atau produksi. Dikenakan pada
setiap barang yang menjadi objek PPN dari tingkat pabrikan sampai pengecer.
7. Tarif PPN:
Tarif PPN standar di Indonesia biasanya adalah 10%.
Total Nilai Transaksi:
Harga satuannya adalah Rp6.000.000.
Jumlah kulkas yang dijual adalah 20.
b. Penjualan computer
Harga satu unit computer: Rp. 15.000.000
Jumlah unit computer yang dijual: 2
Total nilai transaksi penjualan computer: Rp. 15.000.000 x 2 = Rp. 30.000.000
d. Tarif PPN
Tarif PPN di Indonesia: 10%