Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

JENIS-JENIS PAJAK

DISUSUN OLEH
Rafa Syah Anargya
M. Zikri Widiandra
BAB 1.
PENDAHULUAN

Terdapat berbagai banyak ragam jenis pajak. Jenis-jenis pajak tersebut tergantung dari
sisi yang dilihat ataupun dari Lembaga, orang, dan pembagian pajak. Jenis-Jenis Pajak Yang
Berlaku di Indonesia Pajak yang berlaku di Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis.

BAB 2.
PEMBAHASAN

A. Pajak Langsung dan Tidak Langsung

Berdasarkan atas cara pemungutannya, pajak dapat dibedakan menjadi dua


jenis, yaitu :

a) Pajak langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang dibebankan harus ditanggung oleh wajib pajak
sendiri, dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak perseroan
(PPs), Pajak Kekayaan, Pajak deviden, Pajak bunga deposito, Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB), Bea Balik Nama (BBN) dan sebagainya.

b) Pajak Tidak Langsung


Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan kepada
orang lain.

Contoh: Pajak Penjualan (PPn), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Cukai, Pita Rokok,
Pajak Tontonan, Bea Meterai, Bea Masuk (Pajak Impor), Pajak Ekspor dan
sebagainya.
B. Pajak Negara dan Daerah

Berdasarkan atas lembaga pemungkutya, pajak dapat dibedakan menjadi 2


jenis, yaitu :

a) Pajak Negara
Pajak Negara adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan sebagainya.

b) Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dialkukan oleh pemerintah daerah,
baik tingkat I atau tingkat II. Pajak tersebut digunakan oleh pemerintah daerah untuk
pembiayaan rumah tangga

Contoh : Pajak Pemotongan Hewan, Pajak Radio, Pajak Reklame, Pajak Kendaraan
Motor, Pajak Hiburan, dan sebagainya.

C. Pajak Penghasilan
Dasar hukum Pajak Penghasilan adalah UU No. 7 tahun 1983 yang mengatur
tentang kewajiban perpajakan sehubungan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh Subyek Pajak perseorangan maupun badan guna mewujudkan semangat
kegotong-royongan nasional dalam pembiayaan Negara dan pelaksanaan
pembangunan. Undang-Undang tersebut pun telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan UU No. 36 tahun 2008.

Subjek yang dapat dikenakan Pajak Penghasilan, yaitu:


1) Orang pribadi
2) Warisan yang belum dibagi
3) Badan
4) Bentuk usaha tetap, yaitu subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan
Objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima
oleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Sementara, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap
penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negara
dalam menghitung penghasilan kena pajak.
Total, sebagai berikut:
1) Rp15.840.000,00 : Wajib pajak orang pribadi.
2) Rp1.320.000,00 : Tambahan wajib pajak yang kawin.
3) Rp15.840.000,00 : Tambahan penghasilan Istri yang digabung dengan Suami
4) Rp1.320.000,00 : Tambahan setiap anggota keluarga dalam garis keturunan
lurus maupun anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak tiga orang untuk setiap keluarga.

Tarif pajak penghasilan wajib pajak pribadi adalah sebagai berikut :


a. Sampai dengan Rp50.000.000,00 tarif pajaknya 5%
b. Lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp250.000.000,00 tarif pajaknya 15%
c. Rp250.000.000,00 sampai dengan R500.000.000,00 tarif pajaknya 25%
d. Lebih dari Rp500.000.000,00 tarif pajaknya 30%

Wajib pajak badan dalam negara yang berbentuk usaha tetap adalah sebesar 25 %.

D. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Barang Mewah
Berdasarkan atas UU No. 8 Tahun 1983, diubah dengan UU No. 10 Tahun 1994, UU
No. 18 Tahun 2000, terakhir UU No. 42 Tahun 2009

Obiek pajak pertambahan nilai (PPN) dikenakan atas:


1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
2) Impor barang kena pajak
3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
4) Pemanfaatan barang kena paiak tidak berwuud dari luar daerah pabean dan di
dalam daerah pabean
5) Pemantaatan jasa kena pajak dari luar darah pabean dan di dalam daerah pabean
6) Ekspor barang kena pajak berwuud oleh pengusaha kena pajak
7) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud ole pengusaha kena pajak
8) Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena paiak.

Tarif peniualan atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi
200%. Sementara ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenakan pajak
0%.
E. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Pajak Bumi dan Bangunan didasarkan atas hukum pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah UU No. 12 Tahun 1985, dan telah diganti dengan UU No. 12
Tahun 1994.
Objek Pajak dari PBB adalah bumi dan/atau bangunan.
Subjek Pajak PBB adalah orang/badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi dan memperoleh manfaat atas bumi, maupun memiliki, menguasai dan
Tarif pajak yang dikenakan pada objek pajak adalah 0,5%
Dasar pengenaan paiak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya NJOP
ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
yang ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya. Dasar perhitungan
pajak adalah NJOP yang ditetapkan perkembangan daerah 20% dan Paling Tinggi
100% dari NJOP. Besarnya persentase nilai jual kena pajak ditetapkan dengan
peraturan pemerintah dengan meperhatikan kondisi ekonomi nasional.
PBB terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena
Pajak yang ditetapkan.

F. Pajak Objektif dan Subjektif

Berdasarkan atas objek yang dikenakan pajak, pajak dabat dibagi menjadi dua,
yaitu :

a) Pajak subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang pemungutannya berdasar atas subyeknya
(orangnya), keadaan diri pajak dapat mempengaruhi jumlah yang harus
Contoh Pajak Penghasilan, Pajak Kekayaan dan sebagainya.

b) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasar atas obeknya.

Contoh: Pajak Kekayaan, Bea Masuk, Bea Meterai, Pajak Impor, Pajak Kendaraan,
dan sebagainya.
BAB 3.
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil makalah yang dibut, dapat disumpulkan bahwa pajak
merupakan suatu kewajiban yang harus dibayar oleh Warga secara luas maupun Kelompok-
kelompok tertentu. Dan bahwa menurut hal hal seperti Lembaga pemungutan, Orang, ataupun
Pihak penanggung, dll. Pajak dapat dibagi menjadi berbagai jenis sesuai dengan kriterianya.

Anda mungkin juga menyukai