Anda di halaman 1dari 113

Keseimbangan

Ekonomi
Tiga Sektor
Jordan 1506725685
Ramzy Mohammad 1506741266
Syamsuar Bahardi 1406573684
Theresia Lidya O 1506741360
Outline
• Aliran-aliran pendapatan dan pembelanjaan dalam
ekonomi tiga sektor
• Syarat keseimbangan dalam ekonomi tiga sektor
• Jenis-jenis pajak yang dikutip pemerintah
• Efek pajak ke atas konsumsi dan tabungan rumah
tangga
• Pengeluaran pemerintah dan faktor-faktor yang
menentukannya
• Keseimbangan dalam perekonomian tiga sektor
• Multiplier dalam perekonomian tiga sektor
• Masalah-masalah ekonomi dan kebijakan fiskal
Keseimbangan
Ekonomi Tiga Sektor
• Perekonomian tiga sektor: rumah tangga,
perusahaan, dan pemerintah

• Campur tangan pemerintah menyebabkan:


1. Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan
mengurangi pengeluaran agregat melalui
pengurangan ke atas konsumsi rumah tangga.
2. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan
perbelanjaan dan ini akan menaikkan perbelanjaan
agregat.

• Akibatnya berpengaruh kepada penentuan


keseimbangan pendapatan nasional.
• Kegiatan perdagangan luar negeri masih diabaikan
disebut perekonomian tertutup.
Aliran Pendapatan dan
Syarat Keseimbangan
Aliran
Pendapatan dan
Pengeluaran
Campur tangan pemerintah menimbulkan
tiga jenis aliran baru:
1. Pembayaran pajak oleh rumah tangga
dan perusahaan kepada pemerintah.
2. Pengeluaran dari sektor pemerintah ke
sektor perusahaan.
3. Aliran pendapatan dari sektor pemerintah
ke sektor rumah tangga.
Dengan adanya tiga aliran tersebut corak aliran pendapatan dalam
perekonomian tertutup dapat digambarkan, dan dari gambar tersebut
perekonomian tertutup memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1. 2 jenis pembayaran sektor perusahaan: pembayaran kepada sektor
rumah tangga, dan pembayaran pajak perusahaan kepada pemerintah.
2. 2 sumber yang diterima rumah tangga berasal dari: pembayaran gaji
dan upah, sewa, bunga dan untung oleh perusahaan, dan dari
pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.
3. Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan
rumah tangga.
4. Pendapatan yang diterima rumah tangga (Y) digunakan untuk
memenuhi tiga kebutuhan: pengeluaran konsumsi(C), tabungan (S),
membayar pajak pendapatan rumah tangga(T). Dalam persamaan
Y=C+S+T.
5. Tabungan tumah tangga dipinjamkan oleh lembaga-lembaga keuangan
kepada para pengusaha yang menanamkan modal.
6. Pengeluaran Agregat(AE) telah menjadi bertambah banykak jenisnya \,
yaitu disamping penegluaran konsumsi (C) dan investasi(I), sekarang
termasuk pula pengeluaran pemerintah(G). Dalam persamaan AE=
C+I+G.
Syarat Keseimbangan
Syarat Keseimbangan
• Perekonomian keseimbangan nasional akan
dicapai apabila: penawaran agregat adalah sama
dengan pengeluaran agregat.

• Dalam perekonomian yang tidak melakukan


perdagangan luar negeri, penawaran agregat
adalah sama dengan pendapatan nasional(Y).

• Pengeluaran agregat tersebut meliputi tiga jenis


perbelanjaan: konsumsi rumah tangga(C), investasi
perusahaan(I), dan pengeluaran pemerintah
membeli barang dan jasa(G).

• Dengan demikian keseimbangan perekonomian tiga


sektor adalah: Penawaran agregat = Pengeluaran
agregat (Y=AE), yaitu: Y=C+I+G
Syarat Keseimbangan
• Kegiatan sekor perusahaan untuk
memproduksi barangdan jasa akan
mewujudkan aliran pendapatan ke sektor
rumah tangga dan aliran ini sama nilainya
dengan pendapatan nasional(Y).

• Pendapatan rumah tangga tersebut digunakan


untuk tujuan: konsumsi(C), ditabung(S), dan
membayar pajak(T).

• Berlaku kesamaan Y=C+S+T.


Syarat Keseimbangan
• Uraian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
dalam keseimbangan berlaku kesamaan:
Y=C+I+G.

• Sedangkan pada tingkat pendapatan nasional


berlaku kesamaan: Y=C+S+T.

• Dengan demikian, berdasarkan kepada aliran


pendapatan yang wujud dalam perekonomian
tiga sektor, berlaku kesamaan berikut:

• C+I+G = C+S+T sehingga didapat I+G =S+T.


Syarat Keseimbangan

• Dalam perekonomian tiga sektor I dan G


adalah suntikan ke dalam sirkulasi aliran
pendapatan, sedangkan S dan T adalah
kebocoran.

• Dengan demikina keseimbangan ekonomi tida


sektor berlaku keadaan : suntikan =bocoran.
Sehingga akan berlaku keadaan sebagai
berikut:
 Y=C+I+G
 I+G=S+T
Jenis-Jenis Pajak
Jenis-Jenis Pajak

PAJAK LANGSUG DAN PAJAK TIDAK


LANGSUNG
1. Pajak langsung
2. Pajak tak langsung

BENTUK-BENTUK PAJAK PENDAPATAN


1. Pajak regresif
2. Pajak proporsional
3. Pajak progresif
Efek Pajak ke Atas
Konsumsi dan Tabungan
Efek Pajak ke Atas
Konsumsi dan Tabungan
• Dalam perekonomian tiga sektor pendapatan
disposebel telah menjadi leih kecil dari
pendapatan nasional. Dapat dinyatakan
dengan Yd = Y-T

• Penurunan pendapatan disposebel akan


mengurangi konsumsi dan tabungan rumha
tangga.
Efek Pajak ke Atas
Konsumsi dan Tabungan
• Berdasarkan sifat pengaruh pajak kepada
pendapatan disposebel, pengeluaran konsumsi
dan tabungan, secara umum dapat
dirumuskan:
 Pajak yang dipungut akan mengurangi
pendapatan disposebel sebanyak pajak yang
dipungut tersebut.
 Penurunan pendapatan disposebel
menyebabkan penegeluaran konsumsi dan
tabungan rumah tangga akan berkurang pada
berbagai tingkatpendapatan.

• Analisa yang dibuat akan menerangkan


pengaruh dua bentuk pajak ke atas konsumsi
dan tabungan rumah tangga: pengaruh pajak
tetap dan pengaruh pajak proporsional
Pajak, Konsumsi
dan Tabungan:
Contoh Angka
Contoh Angka:
Pajak Tetap
• Kolom 1 = berbagai tingkatan pendapatan
nasional(Y).
• Kolom 2 = Pajak(T).
• Kolom 3 = Pendapatan disposebel(Yd),
formula Yd = Y-T.
• Kolom 4 = konsumsi rumah tangga (C),
formula C=a+bYd.
• Kolom 5 = tabungan rumah tangga (S), formula
S=-a+(1-b)Yd.

• Dibagi pada 2 bagian, bagian 1 pajak belum


dipungut(T=0), bagian 2 pemerintah memungut
pajak (T=40).
Contoh Angka:
Pajak Tetap
Permisalan yang digunakan

Angka-angka bagian 1 didapat dari memisalkan


fungsi konsumsi dan tabungan rumah tangga
adalah sebagai berikut:

i. C=90+0,75Y atau C=90+0,75Yd.


ii. S=-90+0,25Y atau S=-90+0,25Yd.
Contoh Angka:
Pajak Tetap
Keadaan sebelum pajak
Bagian 1 dari tabel ditunjukkan keadaan-keadaan
berikut:
i. Ketika pendapatan nasional adalah(Y=0)
konsumsi rumah tangga sebanyak Rp 90
Triliun.
ii. Dimisalkan pendapatan nasional selalu
mengalami kenaikan sebanyak Rp 240 triliun,
kemudian menjadi Rp 480 Triliun seterusnya.
Maka ΔY = Δyd =240.
iii. Kenaikan pendapatan akan mengakibatkan
kenaikan konsumsi dan tabungan. Hubungan
dapat dinyatakan dengan formula
a. ΔC = MPC x ΔYd, dan
b. ΔS = MPS x Δyd.
Contoh Angka:
Pajak Tetap
Dengan demikian, apabila Δyd =240 maka

ΔC =0,75 x240 = 180. Sesuai perhitumhan ini,


konsumsi rumah tangga selalu naik sebanyak Rp
180Triliun. Perubahan tabungan(ΔS) adalah: ΔS
=0,25 x 240 = 60. Berarti tabungan rumah tangga
selalu bertambah Rp 60 triliun. Pertambahan
tabungan ini dapat juga dihitung dengan
persamaan ΔS = Δyd – ΔC, dan perhitungan
menghasilkan nilai yang sama.
Contoh Angka:
Pajak Tetap
Keadaan setelah pemungutan pajak
Bagian 2 ditunjukkan bagaimana pajak yang dipungut
mempengaruhi konsumsi dan tabungan. Ciri-ciri
perubahanpendapatan disposebel, konsumsi dan tabungan
diterangkan dalam uraian berikut:
i. Sebagai akibat pajak, Y tidak sama lagi dengan
Yd.karena Yd=Y – T. Angka Yd pada bagaian 2 dihitung
dengan persamaan tersebut.

i. Persaman C=a+bYd menggambarkan sikap rumah


tangga dalam melakukan konsumsi. Ia tetap dalam
semua keadaan, yaitu apakah ada pajak atau tidak ada
pajak, kelakuan rumah tangga dalam berbelanja
ditentukan oleh persamaan tersebut, dalam
menentukan nilai C dalam kolom 2 digunakan
persamaan C=90+0,75Yd. Seterusnya nilai tabungan
dihitung dengan menggunakan formula S=Yd-C.
Efek Pajak ke atas
Konsumsi dan Tabungan
• Akan dibandingkan Bagian 1 dan Bagian 2.

• Akibat dari pemungutan pajak kepada


konsumsi dan tabungan adalah sama saja di
berbagai tingkata pendapatan nasional.

• Untuk menerangkan efek pajak kepada


konsumsi dan tabungan diperhatikan keadaan
dua tingkat pendapatan nasional, yaitu
pendapatan sebesar 0 dan Rp 1200 triliun.
Efek Pajak ke atas
Konsumsi dan Tabungan
1. Data dalam bagian 1 pada Y=0 didapati C=90 dan
S=-90, data bagian 2 pada Y=0 didapati C=60 dan
S=-100. perbandingan kedua data menunjukkan
sesudah ada pajak, konsumsi berkurang
sebanyak: ΔC = 90-60=30, dan tabungan
berkurang sebanyak ΔS = -100(-)-90=10.

2. Data dalam bagian 1 meunjukkan bahwa Y=1200


didapati C=990 dan S=210, sedangkan data dalam
bagian 2 menunjukkan bahwa pada Y=1200
didapati C=960 dan S=200. perbandingan kedua
data menunjukkan perubahan konsumsi dan
tabungan yang terjadi adalah sama sifatnya seperti
yang terdapat dalam kesimpulan dibagian 1.
Efek Pajak ke atas
Konsumsi dan Tabungan
Setiap pemungutan pajak akan menimbulkan
perubahan ke atas pendapatan disposebel. Pajak
sebanyak T menyebabkan pendapatan
disposebel turun sebanyak T. Maka:
ΔYd = -T

Kemerosotan pendapatan disposebel akan


mengurangi konsumsi dan tabungan rumah
tangga. Jumlah konsumsi dan tabungan yang
berkutrang adalah sama dengan pengurangan
pendapatan disposebel, maka
ΔYd = -T = ΔC + ΔS
Efek Pajak ke atas
Konsumsi dan Tabungan
Disamping tergantung kepada perusahaan
pendapatan disposebel, pengurangan konsumsi
ditentukan oleh MPC dan MPS, dan
perhitungannya dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan:

ΔC = MPC x ΔYd atau ΔC = MPC x (-T)


ΔS = MPS x ΔYd atau ΔS = MPS x (-T)

Secara umum hubungan tersebut dapat


dinyatakan dalam persamaan

T =Yd = (MPC x T) + (MPS x T)


Contoh Angka:
Pajak Proporsional
Pemisalan yang digunakan
i. Fungsi konsumsi adalah C=90 + 0,75
Yd(berlaku untuk kasus sebelum ada pajak
dan sesudah ada pajak). Berdasarkan pada
pemisalan ini, apabila Yd=0 maka C= 90 dan
perubahan konsumsi dan tabungan pada
berbagai tingkat pendapatan nasional adalah
ΔC = 0,75 x T dan ΔS =0,25 x T.

ii. Pajak proporsional yang dipungut pemerintah


adalah sebanyak 20 persen dari pendapatan
nasional(T = 0,2 Y).
Contoh Angka:
Pajak Proporsional
iii. Dari tingkat pendapatan nasional ke tingkat
pendapatan nasional lainnya besar
pertambahannya adalah sebanayk Rp 240 triliun.
Dibagian 1, kenaikan ini akan menyebabkan
kenaikan pendapatan disposebel sebanyak Rp
240 triliun juga tetapi dalam bagian 2, disebabkan
oleh T= 0,2Y, maka pertambahan pendapatan
disposebel adalah ΔYd = ΔY- ΔT = (1-0,2) ΔY =
0,8 ΔY. Maka Δyd = 0,8 (240) = Rp 192 triliun.
Dapat dilihat bahwa di bagian 2, Yd bertambah
sebanyak Rp 192 triliun apabila Y bertambah
sebanyak Rp 240 triliun. Data konsumsi dan
tabungan di kedua bagian dihitung dengan
menggunakan persamaan ΔC = 90 x 0,75Yd dan
ΔS = -90 + 0,25Yd.
Contoh Angka:
Pajak Proporsional

Efek pajak ke atas konsumsi dan tabungan

Pengaruh pajak ke atas konsumsi dan tabungan dapat


ditunjukkan dengan membandingkan keadaan di
bagian 1 ( sebelum ada pajak) dan bagian 2 (sesudah
pajak proporsional diperkenalkan) Tiga keadaan akan
diperhatikan; pada waktu pendapatan nasional adalah
0, Rp 480 triliun, dan Rp 960 triliun.
Contoh Angka:
Pajak Proporsional
i. Pada Y=0 tidak ada pajak yang dipungut (T=
0,20Y). Maka keadaan di bagian 1 adalah sama
dengan bagian 2.
ii. Sebelum ada pajak, apabila Y=480 maka Yd=480
dan C dan S masing-masing adalah C=450 dan
S=30. Sesudah ada pajak, pada Y=480 pajak
adalah ΔT= 0,2Y= 96. Maka pendapatan
disposebel telah berkurang sebanyak ΔYd = Rp
96 triliun, dan hanya berjumlah Yd=384.
penurunan ini menyebabkan konsumsi berkurang
dari Rp 450 triliun(sebelum pajak) menjadi Rp 378
triliun, yaitu pengurangan sebanyak ΔC= 0,75 x 96
= Rp 72 triliun. Pengurangan tabungan adalah
sebanyak ΔS= 0,25 x 96 = Rp 24 triliun, yaitudari
30 sebelum pajak menjadi 6 triliun rupiah sesudah
pajak.
Contoh Angka:
Pajak Proporsional

iii. Dengan cara yang sama seperti dalam (ii) didapati


bahwa pada Y= 960, pajak dan perubahan
pendapatan disposebel adlah T= ΔYd = 0,2 (960)
= 192. Sebagai akibatnya konsumsi turun
sebanyak ΔC = 0,75 x 192 =144 trliun ruoiah ( dari
810 menjadi 666 triliun rupiah) dan tabungan
berkurang sebanyak ΔS = 0,25 x 192 = 48 triliun
rupiah (dari 150 menjadi 102 triliun rupiah).
Contoh Angka:
Pajak Proporsional

Kesimpulan

Walau apapun bentuk pajak, yaitu pajaktetap atau


pajak proporsional, pemungutan pajak akan
mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah
tangga berkurang sebanyak yang di tentukan oleh
persamaan berikut:

i. ΔC = MPC x T
ii. ΔS = MPS x T
Kecondongan Mengkonsumsi
dan Menabung
Kecondongan
Mengkonsumsi
Marginal (MPC)

Dari table 5.1 dan 5.2, masing-masing


memberi data mengenai dua macam
pendapatan: Pendapatan Nasional (Y) dan
pendapatan disposebel (Yd)
Kecondongan
Mengonsumsi Marginal
(MPC)
Karena itu, terdapat dua istilah pula mengenai
kecondongan mengonsumsi marginal:
1. MPC(Kecondongan Mengonsumsi Marjinal
Disposebel): rasio di antara pertambahan
konsumsi dengan pendapatan disposebel.
Dalam persamaan
𝑀𝑃𝐶=∆𝐶/∆𝑌𝑑

2. MPCy (Kecondongan Mengonsumsi Marjinal


Pendapatan Nasional): rasio di antara
pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan nasional. Dalam persamaan
𝑀𝑃𝐶𝑦=∆𝐶/∆𝑌
Kecondongan
Mengonsumsi Marginal
(MPC)
• Dalam perekonomian dua sektor dan
perekonomian tiga sektor dengan sistem
pajaknya adalah pajak tetap, ∆𝒀=∆𝒀𝒅, maka
MPC = MPCy.

• Dalam perekonomian tiga sektor dengan ∆Y >


∆Yd, maka MPC > MPCy.

• Apabila presentasi pajak diketahui dan nilai


MPC diketahui, maka MPCy dapat dengan
mudah dihitung
Kecondongan
Mengonsumsi Marginal
(MPC)
• Perhatikan kembali persamaan MPC
𝑀𝑃𝐶=∆𝐶/∆𝑌𝑑

• Misalkan nilai MPC = b dan pajak, disimbolkan


T, adalah t dari pendapatan nasional (t < 1, T =
tY). Kita dapatkan persamaan ∆Yd = ∆Y - t∆Y
= (1 – t) ∆Y. Maka persamaan MPC di atas
menjadi
𝑀𝑃𝐶=∆𝐶/((1−𝑡)∆𝑌)
∆𝐶/∆𝑌=(1−𝑡)𝑀𝑃𝐶=(1−𝑡)𝑏

• Contoh angka Tabel 5.2 memisalkan t = 0.2


dan MPC = 0.75, maka MPCy = (1-0.2)0.75 =
0.6
Kecondongan
Menabung
Marginal
Kecondongan
Menabung Marginal
• Dengan konsep yang sama, juga dibedakan
kecenderungan menabung marjinal sebagai
berikut:
1. MPS(Kecondongan Menabung Marjinal
Pendapatan Disposebel): rasio di antara
pertambahan tabungan dengan pertambahan
disposebel. Dalam persamaan
𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/∆𝑌𝑑

2. MPSy(Kecondongan Menabung Marjinal


Pendapatan Nasional): rasio di antara
pertambahan tabungan dengan pertambahan
nasional. Dalam persamaan
𝑀𝑃𝑆𝑦=∆𝑆/∆𝑌
Kecondongan
Menabung Marginal
• Dalam perekonomian dua sektor dan
perekonomian tiga sektor dengan sistem
pajaknya adalah pajak tetap, ∆𝒀=∆𝒀𝒅, maka
MPS = MPSy.

• Dalam perekonomian tiga sektor dengan ∆Y >


∆Yd (sistem pajak proposional), maka MPS >
MPSy.

• Apabila presentasi pajak diketahui dan nilai


MPS diketahui (untuk sistem pajak
proporsional), maka MPSy dapat dengan
mudah dihitung
Kecondongan
Menabung Marginal

• Perhatikan kembali persamaan MPS


𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/∆𝑌𝑑

• Ingat kembali MPC sebelumnya, MPC = b.


Nilai MPS = 1-MPC = 1-b. Karena ∆Yd = (1 – t)
∆Y, maka persamaan MPS di atas menjadi
𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/((1−𝑡)∆𝑌)
∆𝑆/∆𝑌=(1−𝑡)𝑀𝑃𝑠=(1−𝑡)(1−𝑏)
Kecondongan
Menabung Marginal

• Perhatikan kembali persamaan MPS


𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/∆𝑌𝑑

• Ingat kembali MPC sebelumnya, MPC = b.


Nilai MPS = 1-MPC = 1-b. Karena ∆Yd = (1 – t)
∆Y, maka persamaan MPS di atas menjadi
𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/((1−𝑡)∆𝑌)
∆𝑆/∆𝑌=(1−𝑡)𝑀𝑃𝑠=(1−𝑡)(1−𝑏)

• Dari Tabel 5.2, karena b =0.75 dan T = 0.2,


maka MPSy = (1-0.75)(1-0.2) = (0.25)(0.8) =
0.2
Kecondongan
Menabung Marginal

• Perhatikan kembali persamaan MPS


𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/∆𝑌𝑑

• Ingat kembali MPC sebelumnya, MPC = b.


Nilai MPS = 1-MPC = 1-b. Karena ∆Yd = (1 – t)
∆Y, maka persamaan MPS di atas menjadi
𝑀𝑃𝑆=∆𝑆/((1−𝑡)∆𝑌)
∆𝑆/∆𝑌=(1−𝑡)𝑀𝑃𝑠=(1−𝑡)(1−𝑏)

• Dari Tabel 5.2, karena b =0.75 dan T = 0.2,


maka MPSy = (1-0.75)(1-0.2) = (0.25)(0.8) =
0.2
Efek Pajak:
Analisis Aljabar dan Grafik
Pendekatan
Aljabar
Pendekatan Aljabar

• Lihat kembali Tabel 5.1 dan 5.2, disebutkan


fungsi konsumsi adalah C = 90 + 0.75Y

• Pada Tabel 5.1, dimisalkan pajak tetap


sebanyak Rp 40 Triliun. Sedangkan pada Tabel
5.2, dimisalkan pajak adalah sebesar 20
persen dari pendapatan nasional

• Bertitik tolak dari dua permisalan ini, fungsi


konsumsi dan tabungan sesudah pajak dapat
ditentukan
Efek Pajak Tetap

• Pertama, akan dibuat analisis yang bersifat


umum mengenai efek pajak ke atas fungsi
konsumsi dan fungsi tabungan

• Misalkan fungsi konsumsi asal adalah C = a +


bY, dan pajak adalah T(pajak tetap). Pajak
sebanyak T akan menurunkan konsumsi
sebanyak ∆C = bT

• Dengan demikian, fungsi konsumsi sesudah


pajak (C1) adalah:
C1 = -bT + a + bY
Efek Pajak Tetap

• Misalkan pula fungsi tabungan asal adalah: S =


– a + (1-b)Y. Pajak sebanyak T menurunkan
tabungan sebanyak ∆S = – (1-b)T

• Dengan demikian fungsi tabungan sesudah


pajak (S1) adalah:
S1 = – (1-b)T– a + (1-b)Y
Efek Pajak Tetap
Persamaan-persamaan di atas digunakan pada
contoh Tabel 5.1 sebagai berikut

• Fungsi Konsumsi:
C1 = -bT + a + bY
C1 = -0.75(40) + 90 + 0.75Y
C1 = 60 + 0.75Y

• Fungsi Tabungan:
S1 = – (1-b)T– a + (1-b)Y

S1 = – (1-0.75)40– 90 + (1-0.75)Y
S1 = – 10– 90 + 0.2Y
S1 = – (1-b)T– a + 0.2Y
Pengaruh Pajak
Proporsional

• Apabila fungsi konsumsi asal adalah C = a +


bY, dan pajak adalah T(pajak tetap), pajak
sebanyak tY akan menurunkan konsumsi
sebanyak ∆C = -btY

• Dengan demikian, fungsi konsumsi yang baru


(C1) adalah:
C1 = a + bY – btY
C1 = a + b(1 – t)Y
Pengaruh Pajak
Proporsional
• Misalkan pula fungsi tabungan asal adalah: S =
– a + (1-b)Y. Pajak sebanyak T menurunkan
tabungan sebanyak ∆S = –(1-b)tY

• Dengan demikian fungsi tabungan sesudah


pajak (S1) adalah:
S1 = -a + (1-b)Y - (1-b)tY
S1 = -a + {(1-b) - (1-b)t}Y
S1 = -a + (1-b)(1-t)Y
Pengaruh Pajak
Proporsional

Persamaan-persamaan di atas digunakan pada


contoh Tabel 5.2 sebagai berikut
• Fungsi Konsumsi:
C1 = a + b(1 – t)Y
C1 = 90 + 0.75(1 – 0.20)Y
C1 = 90 + 0.6Y

• Fungsi Tabungan:
S1 = -a + (1-b)(1-t)Y
S1 = -90 + (1-0.75)(1-0.20)Y
S1 = -a + 0.2Y
Pengaruh Pajak
Proporsional

Persamaan-persamaan di atas digunakan pada


contoh Tabel 5.2 sebagai berikut
• Fungsi Konsumsi:
C1 = a + b(1 – t)Y
C1 = 90 + 0.75(1 – 0.20)Y
C1 = 90 + 0.6Y

• Fungsi Tabungan:
S1 = -a + (1-b)(1-t)Y
S1 = -90 + (1-0.75)(1-0.20)Y
S1 = -a + 0.2Y
Pendekatan
Grafik
Pendekatan Grafik
Pengeluaran
Pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan
digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan

Di negara-negara yang sudah sangat maju


pajak adalah sumber utama dari
perbelanjaan pemerintah
Penentu
Pengeluaran
Pemerintah
Proyeksi Jumlah Pajak
yang Diterima

• Dalam menyusun anggaran belanjanya,


pemerintah harus terlebih dahulu membuat
proyeksi mengenai jumlah pajak yang diterima

• Makin banyak jumlah pajak yang dikumpulkan,


makin banyak pula perbelanjaan pemerintah
yang akan dilakukan
Tujuan-tujuan Ekonomi
yang Ingin Dicapai
• Beberapa tujuan penting dari kegiatan
pemerintah: mengatasi masalah
pengangguran, menghindari inflasi, dan
mempercepat pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang.

• Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut sering


pemerintah membelanjakan uang yang jauh
lebih besar dari pendapatan yang diperoleh
dari pajak

• Misalnya untuk mengatasi pengangguran dan


lambatnya pertumbuhan ekonomi, pemerintah
perlu membiayai pembangunan infrastruktur-
irigasi, jalan-jalan, pelabuhan-dan
mengembangkan pendidikan
Pertimbangan Politik
dan Keamanan

• Keadaan tertentu, seperti kekacauan politik


dan perselisihan di antara berbagai golongan
masyarakat dan daerah, menyebabkan
kenaikan perbelanjaan pemerintah yang
sangat besar, terutama apabila operasi militer
diperlukan.

• Ancaman kestabilan dari negara luar juga


dapat menimbulkan kenaikan yang besar
dalam pengeluaran ketentaraan dan akan
memaksa pemerinath membelanjakan uang
yang jauh lebih besar dari pendapatan pajak
Fungsi Pengeluaran
Pemerintah
• Dari faktor-faktor penentu pengeluaran
pemerintah sebelumnya, disimpulkan bahwa
pendapatan nasional, termasuk tingkat
pendapatan nasional, tidak memegang
peranan yang penting dalam menentukan
perbelanjaan pemerintah

• Misalkan, dalam masa kemunduran ekonomi,


pendapatan pajak berkurang. Tapi pemerintah
perlu melakukan lebih banyak program-
program pembangunan untuk mengatasi
pengangguran

• Kebalikan dari permisalan di atas, saat inflasi


dan tingkat kemakmuran tinggi, pemerintah
harus lebih berhati-hati dalam perbelanjaan
Keseimbangan Dalam
Perekonomian Tiga Sektor
Pajak Tetap dan
Keseimbangan
Pendapatan
Pajak Tetap dan Keseimbangan
Pendapatan
C = 60 + 0,75Y I = 120
S = -100 + 0,25Y G=60
T = 40
Keseimbangan Secara
Angka
• AE = C+I+G

• Jika AE > Y, maka akan mendorong terjadinya


ekspansi

• Jika AE < Y, maka akan mendorong terjadinya


kontraksi
Keseimbangan Secara
Grafik

Gambaran secara grafik dapat dibedakan menjadi


dua:
• Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran
agregat ( Y=AE )
• Pendekatan suntikan-bocoran ( J=W )
Keseimbangan Secara Grafik
Grafik A
• Fungsi konsumsi memotong garis Y=C saat Y=240
• Fungsi AE memotong garis Y=C saat Y=960

Grafik B
• Fungsi bocoran memotong sumbu X saat Y=240
• Pada saat pendapatan nasional ini, Y=C maka S+T
harus bernilai 0.
• Fungsi suntikan J = I+G akan dipotong fungsi
bocoran W= S+T saat pendapatan nasional
mencapai keseimbangan, yaitu Y=960
Keseimbangan Secara
Alajabar
• Pendekatan penawaran agregat – permintaan
agregat

• Keseimbangan pendapatan nasional dicapai


apabila : Y = C+I+G
Dimana :
i. C=60 + 0,75Y dan S= -100 + 0,25Y
ii. I=120
iii. G=60

Maka: Y = C+I+G
Y = 60 + 0,75Y + 120 + 60
Y = 960
Keseimbangan Secara
Alajabar

Dapat juga dengan pendekatan suntikan =


bocoran
I+G = S+T
120+60 = -100 + 0,25Y +40
0,25Y = 240
Y = 960
Pajak Proporsional dan Keseimbangan
Pendapatan
C = 90 + 0,6Y I = 150
S = -90 + 0,2Y G = 240
T = 0,2Y
Keseimbangan Secara
Angka
• Apabila pendapatan nasional kurang dari 1200
Triliiun maka pengeluaran agregat akan lebih
besar dari pendapatan nasional ( AE>Y ) ini
akan menyebabkan ekspansi

• Apabila pendapatan nasional lebih dari 1200


Triliun maka pengeluaran agregat lebih kecil
dari pendapatan nasional ( AE<Y ) ini akan
menyebabkan kontraksi
Keseimbangan Secara Grafik
• Grafik a menunjukan fungsi konsumsi C=90+0,6Y
memotong garis Y=C pada saat Y=225. dan fungsi
perbelanjaan agregat AE=480+0,6Y memotong
garis Y=C saat Y=1200

• Grafik b menunjukan fungsi suntikan


I+G=150+240=390 dan fungsi bocoran S+T=-
90+0,2Y=0,2Y=-90+0,4Y. Dan fungsi bocoran
memotong sumbu datar pada saat Y=225. Dan
memotong fungsi suntikan pada Y=1200 ( saat
pendapatan nasional mencapai kesetimbangan)
Keseimbangan Secara
Aljabar
• Persamaan konsumsi dan tabungan adalah:
1. C=90+0,6Y I=150
2. S=-90+0,2Y G=240

• Menurut pendekatan penawaran agregat-


pengeluaran agregat:
Y=90+0,6Y+150=240
Y=1200

• Dan menurut pendekatan suntikan-bocoran


I+G =S+T
150+240 =-90+0,2Y+0,2Y
Y =1200
Multiplier dalam
Perekonomian Tiga Sektor
Multiplier dalam
Perekonomian Tiga
Sektor
Multiplier dalam Perekonomian Tiga
Sektor
Dalam contoh pertama penambahan investasi sebesar
20 triliun akan menambah pendapatan nasional
sebesar 20 triliun. Kenaikan ini menambah pajak
sebesar 0. maka pendapatan disposebel akann
bertambah sebesar 20 triliun. Tambahan pendapatan
disposebel akan menambah konsumsi sebesar 0,75 x
20 =15, dan tabungan sebesar 0,25 x 20 = 5.
konsumsi tambahan sebesar 15 ini akan menimbulkan
tahap kedua proses multiplier. Pada akhir proses
pendapatan nasional bertambah sebanyak 80 triliun.
Multiplier dalam Perekonomian Tiga
Sektor
Dalam contoh kedua penambahan investasi sebanyak
20 triliun akan menyebabkan penambahan
pendapatan nasional sebesar 20 triliun.. Penambahan
pendapatan akan menambah pajak sebesar 0,2 x 20 =
4 triliun. Oleh sebab itu pendapatan disposebel
bertambah sebesar 16 triliun. Penambahan
pendapatan disposebel akan menambah konsumsi
sebanyak 0,75 x 16 = 12 triliun dan menambah
tabungan sebanyak 0,25 x 16 = 4 triliun. Kenaikan
konsumsi sebanyak 12 triliun akan menambah
pendapatan nasional pada tahap 2 sebanyak 12 triliun.
Dan pada akhirnya penambahan pendapatan nasional
adalah 50 triliun.
Menghitung Nilai
Multiplier

Permisalan :
1. Fungsi konsumsi C = a + bYd

2. Terdapat 2 sistem pajak :


pajak tetap T=Tx
pajak proporsional T=tY

3. Fungsi investasi asal ada I dan fungsi


pemerintah asal adalah G
Multiplier Investasi

Sistem pajak tetap, pendapatan nasional yang


asal adalah:

• Y = C+I+G
• Y = a+bY+I+G
• Y = a+b(Y-Tx)+I+G
• Y = a+bY-bTx+I+G
• Y = (𝒂−𝒃𝑻𝒙+𝑰+𝑮)/(𝟏−𝒃)
Multiplier Investasi

Pertambahan investasi sebanyak ∆I


menyebabkan pendapatan nasional meningkat
menjadi Y1, dengan menggunakan perhitungan:

Y1 =C+I+ ∆I+G
Y1 =a+bYd+I+ ∆I +G
Y1 =a+b(Y1-Tx)+I+ ∆I +G
Y1 – bY1 = a-bTx+i+ ∆I +G
Y1 = (𝒂−𝒃𝑻𝒙+𝑰+∆ 𝑰 +𝑮)/(𝟏−𝒃)
Multiplier Investasi

Dari persamaan di atas, kita dapatkan.


Peningkatan investasi sebesar ∆I akan mengubah
pendapatan dari

Y = (𝒂−𝒃𝑻𝒙+𝑰+𝑮)/(𝟏−𝒃) menjadi
Y1 = (𝒂−𝒃𝑻𝒙+𝑰+∆ 𝑰 +𝑮)/(𝟏−𝒃)

Maka dapat disimpulkan ∆Y = 𝟏/(𝟏−𝒃) ∆ 𝑰

Sehingga multiplier investasi adalah 𝟏/(𝟏−𝒃)


Multiplier Investasi
Sistem pajak proporsional, sebelum ada kenaikan
investasi pendapatan nasional :
Y = C+I+G
Y = a+bY+I+G
Y = a+b(1-t)Y+I+G
Y = a+bY-btY+I+G
Y(1-b+bt)=a+I+G
𝒂+𝑰+𝑮
Y=
𝟏−𝒃+𝒃𝒕

Pertumbuhan investasi sebesar ∆I menyebabkan


pendapatan nasional naik menjadi Y1 dengan
perhitungan:
Y1 =a+bYd+I+ ∆I +G
Y1 =a+bY1-btY1+I+ ∆I +G
Y1 (1-b+bt) = a+I+ ∆I +G
𝒂+𝑰+∆I+𝑮
Y1 =
𝟏−𝒃+𝒃𝒕
Multiplier Investasi
Maka dari perhitungan di atas, pertambahana
investasi akan menaikan pendapatan nasional
dari :
𝒂+𝑰+𝑮
Y=
𝟏−𝒃+𝒃𝒕
Menjadi
𝒂+𝑰+∆I+𝑮
Y1 =
𝟏−𝒃+𝒃𝒕

∆I
Dengan demikian kita dapatkan bahwa ∆Y=
𝟏−𝒃+𝒃𝒕

sehingga kita dapatkan multiplier nya sebesar :

𝟏
𝟏 − 𝒃 + 𝒃𝒕
Multiplier Investasi
CONTOH:

Misalkan : b=0,75 pajak proporsional=0,2Y


∆I =20 triliun

Maka dari rumus yang telah kita ketahui


didapatkan:

Multiplier pajak tetap sebesar :


Mpt :
𝟏 𝟏
= =4
𝟏−𝒃 𝟏−𝟎,𝟕𝟓

Dan multiplier pajak proporsional sebesar:


Mpp:
𝟏 𝟏
= =2,5
𝟏−𝒃+𝒃𝒕 𝟏−𝟎,𝟕𝟓+𝟎,𝟕𝟓 𝒙 𝟎,𝟐
Multiplier Pengeluaran
Pemerintah
Multiplier
Pengeluaran
Pemerintah
Pada tahap pertama proses multiplier,
pertambahan investasi akan menaikkan
pendapatan nasional. Pertambahan
pengeluaran pemerintah akan menaikkan
pendapatan nasional yang sama besarnya
pada tahap pertama ini.

Akibatnya, nlai multiplier dari perubahan


investasi adalah sama dengan nilai
multiplier dsri perubahan pengelaran
pemerintah.
2 Jenis Sistem Pajak
01 Sistem Pajak Tetap
1
Nilai pengeluaran pemerintah adalah dan
1−b
kenaikan pendapatan nasional (ΔY) dapat
dihitung dengan persamaan:
1
ΔY = ΔG
1−b

02 Sistem Pajak Proporsional


1
Nilai pengeluaran pemerintah adalah
1−b+bt
dan kenaikan pendapatan nasional (ΔY) dapat
dihitung dengan persamaan:
1
ΔY = ΔG
1−b+bt
Multiplier Pajak
Perubahan pajak mempengaruhi :

Pendapatan Konsumsi Pengeluaran


Disposebel Rumah Tangga Agregat

Perubahan
Proses
Pendapatan
Multiplier
Nasional
Multiplier Pajak
Bila pajak naik sebesar ΔT maka pendapatan
disposebel akan turun sebanyak
ΔYd = ΔT

Selanjutnya, konsumsi (dan pengeluaran


agregat) akan turun sebanyak
ΔC = ΔAE = MPX × ΔT

Karena MPC < 1, maka MPC × ΔT < ΔT

Kesimpulan :
Nilai multiplier pajak lebih kecil dari multiplier
yang diakibatkan oleh perubahan investasi
atau pengeluaran pemerintah.
Sistem Pajak Tetap
Pendapatan nasional yang asal dapat dihitung
dengan formula:
1
Y= a − bT + I + G
1−b

Apabila pajak diturunkan sebanyak ΔT, maka


konsumsi dan perbelanjaan agregat akan
bertambah sebanyak:
ΔC = ΔAE = ΔbT

Dengan demikian pendapatan nasional yang


baru dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
1
Y1 = (a − bT + bΔT + I + G)
1−b
Sistem Pajak Tetap
Apabila pendapatan nasional yang baru (Y1 )
dikurangi dengan pendapatan nasional yang
wujud (ΔY = Y1 − Y) adalah:
1
ΔY = bΔT
1−b
1
ΔY = ΔT
1−b

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa


pengurangan pajak sebanyak ΔT akan
menambah pendapatan nasional ΔY sebanyak
1
dikali dengan pengurangan pajak yang
1−b
dilakukan. Dalam pajak tetap nilai multiplier
perubahan pajak (MT ) adalah:
ΔY b
MT = =
ΔT 1 − b
Sistem Pajak Proporsional
Apabila pajak diturunkan sebanyak ΔT, maka
konsumsi dan perbelanjaan agregat akan
bertambah sebanyak:
ΔC = ΔAE = ΔbT

Sebelum dilakukan pengurangan pajak,


pendapatan nasional dalam perekonomian tiga
sektor adalah:
1
Y1 = (a + I + G)
1 − b + bt
Sistem Pajak Proporsional
Pengurangan pajak sebanyak ΔT menaikkan
konsumsi sebanyak bΔT dan menyebabkan
kenaikan pendapatan nasional menjadi Y1 yang
nilainya dapat dihitung dengan formula:
1
Y= a + bT + I + G
1 − b + bt

Pertambahan dalam pendapatan nasional


ΔY = Y1 − Y dapat ditentukan dengan
menggunakan formula:
ΔY 1
MT = =
ΔT 1 − b + bt
Masalah Makroekonomi
dan Kebijakan Fiskal
Masalah
Makroekonomi
dan Kebijakan
Fiskal
Dua masalah makroekonomi utama pada
negara dengan perekonomian tertutup
adalah pengangguran dan inflasi.

Salah satu bentuk dari campur tangan


pemerintah yang dapat dilakukan adalah
menjalankan kebijakan fiskal.
Masalah Pegangguran dan Inflasi
Mencapai Tingkat Konsumsi Tenaga Kerja Penuh
Pengeluaran agregat sama dengan yang diperlukan untuk mencapai
kesempatan kerja penuh dan pengangguran hanya meliputi
pengangguran normal.

Mencapai Masalah Pengangguran


Pengeluaran agregat rendah

Menghadapi Masalah Inflasi


Pengeluaran agregat terlalu tinggi dan melebihi tingkat
kesempatan kerja penuh
Bentuk Kebijakan Fiskal

01 Kebijakan Anggaran Belanja Defisit


Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
depresi dan pengangguran.

02 Kebijakan Anggaran Surplus


Kebijakan ini dilakukan pada saat jurang inflasi
wujud, yaitu pengeluaran agregat melebihi
kemampuan peekonomian untuk
memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa.
Akibat Kebijakan Fiskal ke Atas Kegiatan Ekonomi
Bentuk Kebijakan Fiskal
Diskresioner
Kebijakan fiscal Distresioner:
Merupakan kebijakan fiscal yang terutama akan
digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang sedang dihadapi.

Fungsi:
i. Mengurangi gerak naik turun tingkat
kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu
ii. Menciptakan suatu tingkat kegiatan.
ekonomi yang mencapai tinkat konsumsi
tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi
masalah inflasi dan selalu mengalami
pertumbuhan yang memuaskan.
Bentuk Kebijakan Fiskal
Diskresioner
Dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah
untuk menjalankan kebijakan tersebut:
i. Membuat perubahan-perubahan ke atas
pengeluarannya
ii. Membuat perubahan-perubahan ke atas pajak
yang dipungutnya

Tiga bentuk kebijakan fiscal diskresioner:


i. Membuat perubahan ke atas pengeluaran
pemerintah
ii. Membuat perubahan ke atas sistem
pemungutan pajak
iii. Secara serentak membuat perubahan dalam
pengeluaran pemerintah dan sistem
pemungutan pajak
Bentuk Kebijakan Fiskal
Diskresioner
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan
perubahan sistem perpajakan untuk mengatasi
masalah perekonomian berada dibawag tingkat
konsumsi tenaga kerja penuh dah pengangguran:
i. Menaikkan pengeluaran tetapi tidak
membuat perubahan apa-apa ke atas pajak
yang dipungutnya
ii. Mempertahankan tingkat pengeluaran tetapi
menurunkan pajak yang dipungutnya
iii. Di satu pihak menaikkan pengeluarannya dan
di lain pihak menurunkan pajak yang
dipungutnya
iv. Pengeluarannya dan pemungutan pajakna
dinaikkan, dan kenaikan tsb sama besarnya
Bentuk Kebijakan Fiskal
Diskresioner
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan
perubahan sistem perpajakan untuk mengatasi
masalah inflasi:
i. Mengurangi pengeluaran
ii. Menaikkan pajak yang dipungut
iii. Mengurangi pengeluarannya dan menaikkan
pajak yang dipungut
iv. Mengurangi pengeluarannya dan
mengurangi pajak yang dipungutnya dengan
jumlah yang sama besarnya
Pengangguran
dan Kebijakan
Fiskal:
Contoh Angka
Pemisalan yang
Digunakan
Pendapatan nasional potensial = Rp 800 T
Pendapatan nasional sebenarnya = Rp 750 T

MPC pendapatan disposebel = 0,75


Sistem pajak proporsional = 20% dari
pendapatan naisonal

Alternatif kebijakan fiscal:


i. Pemerintah menikkan pengeluaran saja
ii. Pemerintah menurunkan pajak saja
iii. Pemerintah menaikkan pengeluaran
sebanyak Rp 10 T dan usaha mengatasi
pengangguran dilakukan juga dengan
mengurangi pajak
Kenaikan Pengeluaran
Pemerintah
Pemisalah sebelumnya menunjukan jurang
pendapatan nasional sebesar
Rp 800 T – Rp 750 T = Rp 50 T

Untuk mencapai konsumsi tenaga kerja


penuh pendapatan nasional harus bertambah
sebesar ΔY = Rp 50 T.
Kenaikan Pengeluaran
Pemerintah
Besarnya pertambahan pengeluaran
pemerintah:

1
ΔY = . ΔG
1 − b + bt
1
50 = . ΔG
1 − 0,75 + 0,75(20)
50 = 2,5. ΔG
50
ΔG = = 20
2,5
Pengurangan Pajak
Formula multiplier untuk sistem pajak
proporsional:

b
ΔY = . ΔT
1 − b + bt
0,75
50 = . ΔT
1 − 0,75 + 0,75(20)
0,75
50 = ΔT
0,4
1,875 ΔT = 50
ΔT = 26,6667

Artinya pajak perlu dikuranti sebanyak


Rp 26,6667 T
Kenaikan Pengeluaran
Pemerintah dan
Pengurangan Pajak
Apabila pemerintah menaikkan pengeluaran
sebanyak Rp 10 T maka pertambahan
pendapatan nasional adalah:
1
ΔY = ΔG
1 − 0,75 + 0,75(0,2)
ΔY = 2,5 10
ΔY = 25

Karena kenaikan pengeluaran pemerintah


sudah menaikan pendapatan nasional
sebanyak Rp 25 T, kenaikan pendapatan
nasional yang masih diperlukan untuk
mencapai tingkat konsmsi tenaga kerja
penuh adalah: Rp 50 T – Rp 25 T = Rp 25 T
Kenaikan Pengeluaran
Pemerintah dan
Pengurangan Pajak
Pertambahan pendapatan nasional yang
diperlukan ini dapat dicapai dengan
menurunkan pajak sebanyak:
b
ΔY = ΔT
1 − b + bt
0,75
ΔY = ΔT
1 − 0,75 + 0,75(0,20)
0,75
ΔY = ΔT
0,40
1,875 ΔT = 25
ΔT = 13,3333
Thank you

Anda mungkin juga menyukai