Oleh :
Kelompok 11
Ni Made Sandyarani Dwi Nantari (1907531031/06)
Ni Kadek Listiani (1907531034/07)
Ni Putu Tara Asti Nugraheni (1907531035/08)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan Ringkasan Materi Kuliah Pengantar Ekonomi
Makro yang ke-8 berjudul “Angka Pengganda (Multiplier) dan Angka Percepatan
(Akselerator)” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan RMK ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu, RMK ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi angka pengganda (multiplier) dan angka percepatan (akselerator)
baik bagi para pembaca dan juga penulis sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Made Kembar Sri Budhi,
M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro karena telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
studi yang kami tekuni saat ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi pengetahuan terkait materi yang dibahas sehingga kami dapat
menyelesaikan RMK ini.
Kami menyadari bahwa RMK ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan penyampaian materi
angka pengganda (multiplier) dan angka percepatan (akselerator) di kesempatan selanjutnya.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dan juga terhambatnya proses
multiplier tersebut?
5. Bagaimana cara menghitung angka pengganda tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dorongan bagi para pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru dalam pembelian
barang-barang modal ataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.
Prinsip akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap
perubahan-perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnya
sudah lama ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai mana kala muncul
kesadaran di kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model
multiplier bisa membentuk model-model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal.
4
MPC atau Marginal Propensity to Consume adalah angka yang menunjukkan
tentang berapa jumlah konsumsi yang bertambah jika pendapatan disposabel bertambah
satu unit. Besarnya angka MPC berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang didapat dari
besarnya perubahan pengeluaran konsumsi dibagi dengan besarnya perubahan
pendapatan disposabel.
Konsumsi akan bertambah jika pendapatan juga bertambah. Pendapatan disposabel
masyarakat yang meningkat, akan dialokasikan untuk dua hal, yaitu sebagai pengeluaran
konsumsi dan untuk tabungan. Pengeluaran konsumsi yang terjadi dari suatu golongan
masyarakat, merupakan pendapatan bagi golongan masyarakat di bawahnya. Golongan
masyarakat tersebut kemudian akan kembali menggunakan pendapatannya untuk
pengeluaran konsumsi dan tabungan. Begitulah seterusnya hingga pengeluaran konsumsi
tersebut berhasil menciptakan tambahan pendapatan di masyarakat.
b. MPS (Marginal Propensity to Save)
MPS atau Marginal Propensity to Save adalah angka yang menunjukkan tentang
berapa jumlah tabungan akan bertambah jika pendapatan disposabel bertambah satu unit.
Besarnya angka MPS ini berkisar dari 0 sampai dengan 1 yang didapat dari besarnya
perubahan tabungan dibagi dengan besarnya perubahan pendapatan diseposabel. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, nilai MPS biasanya mendekati nol. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan menabung di kalangan masyarakat negara berkembang
masih rendah ketimbang negara maju.
Pemerintah di beberapa tahun belakangan ini mengajak masyarakat untuk menabung
di bank. Sederhananya, hal ini dilakukan karena dengan menabungkan uang di bank,
akan bisa meningkatkan skor kredit masyarakat. Skor kredit adalah skor yang digunakan
untuk menilai apakah individu layak untuk mendapat pinjaman dari bank. Kemudian hal
ini berdampak pada kemudahan masyarakat untuk meminjam sejumlah uang sebagai
modal untuk membuka usahanya yang pada akhirnya akan meningkatkan penghasilan
masyarakat.
Namun, jika masyarakat menyimpan uangnya dalam bentuk tunai atau dengan kata
lain tidak disetorkan kepada lembaga keuangan sebagai tabungan, maka hal tersebut bisa
menyebabkan terhambatnya proses multiplier. Dengan adanya tabungan semacam ini,
berarti ada bagian dari pendapatan yang tidak tersalur dalam masyarakat sehingga akan
mengurangi aliran pendapatan secara keseluruhan atau yang dalam istilah ekonomi
disebut sebagai leakages atau kebocoran.
c. MPM (Marginal Propensity to Import)
5
MPM atau Marginal Propensity to Import adalah angka yang menunjukkan tentang
berapa jumlah pengeluaran masyarakat untuk barang-barang impor jika pendapatan
disposabel bertambah satu unit. Besarnya angka MPM didapat dari perbandingan antara
perubahan jumlah impor dengan perubahan pendapatan disposabel. Kenaikan yang
terjadi terhadap pembelian barang impor bisa menghambat proses multiplier dalam
negeri. Kebocoran yang terjadi disebabkan karena tambahan pendapatan di masyarakat
justru akan diterima oleh masyarakat luar negeri. Semakin besar nilai MPM, maka
proses multiplier akan semakin berkurang.
d. MPI (Marginal Propensity to Invest)
MPI atau Marginal Propensity to Invest adalah angka yang menunjukkan tentang
berapa jumlah pengeluaran masyarakat untuk investasi jika pendapatan disposabel
bertambah satu unit. Besarnya angka MPI didapat dari perbandingan antara perubahan
jumlah investasi dengan perubahan jumlah pendapatan disposabel. Dalam memajukan
perekonomian suatu negara, diperlukan peran strategis yaitu berupa pembentukan modal.
Pembentukan stok modal inilah yang bersumber dari kegiatan investasi atau pendanaan.
Sejumlah modal yang ditanam itu kemudian ditujukan untuk proses produksi, sehingga
akan menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak. Secara berkelanjutan, produsen
akan memerlukan tenaga kerja lebih banyak untuk melakukan kegiatan produksi.
Penarikan tenaga kerja tersebut akan menambah pendapatan masyarakat yang kemudian
akan meningkatkan konsumsi dan tabungan juga.
∆I ∆I ∆Y 1
menjadi: 1=MPC + atau =1−MPC atau = .
∆Y ∆Y ∆ I 1−MPC
Dengan demikian rumus multiplier investasi adalah
6
∆Y 1
k i= =
∆ I 1−MPC
Oleh karena MPC+MPS =1, maka rumus multiplier investasi di atas juga dapat diltuliskan
dalam hubungannya dengan MPS, yaitu bahwa:
1 1
k I= =
1−(1−MPS) MPS
Ini berarti bahwa seberapa seberapa besar tambahan Investasi ( ΔI) bisa merubah Pendapatan
Nasional (∆Y) sangat dipengaruhi oleh “multiplier effect” dari tambahan investasi tersebut
(ki). Sedangkan Multiplier Effect sendiri besarnya dipengaruhi oleh tingkat MPC atau MPS
seperti telah dituliskan pada rumus di atas.
Contoh:
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y)
sebesar Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I)
sebesar Rp 20 T. Jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T,
berapakah Pendapatan Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara
tersebut adalah 0,6?
Oleh karena ada proses multiplier (pelipat ganda) dalam perekonomian maka,
ki = DY/DI; atau DY = DI . ki.
Dengan demikian,
7
Y’ = C + I + ΔY
Y’ = Rp.150 T + Rp. 20 T + Rp. 25 T
Y’ = Rp. 195 T
Proses multiplier atau pelipatgandaan juga berlaku jika ada perubahan negatif (penurunan)
Investasi. Untuk mengetahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan investasi dalam suatu
perekonomian maka perlu diketahui besar Investasi Bersih atau Net Investment-nya.
Bila setelah dikurangi depresiasi Nilai tambahan Investasi positif (+) maka terjadi kenaikan
investasi dalam perekonomian tersebut di tahun itu. Sebaliknya, jika nilai tambahan Investasi
negative (–) maka terjadi penurunan investasi di tahun tersebut. Jika penambahan investasi
berdampak meningkatkan pendapatan nasional (Y) dengan berlipat ganda maka penurunan
investasi juga akan menurunkan (Y) dengan berlipat ganda juga.
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y)
sebesar Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I)
sebesar Rp 20 T, maka jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T,
berapakah Pendapatan Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara
tersebut adalah 0,6 dan depresiasi pertahun sebesar 2%?
Kita lihat bahwa ada depresiasi, sehingga investasi yang diketahui dalam soal belum net
investment. Karenanya, perlu dihitung dulu net investmentnya.
Dengan cara yang sama seperti di atas, maka kita dapat menghitung besar pendapatan
nasional yang baru saat ada net investment sebesar Rp. 6,6 T
Y’ = C + I + ΔY
Y’ = C + I + [Δ I . ki]
Y’ = C + I + [Δ I . 1/ (1-MPC)]
8
Y’ = 150T + 20 T + [ 6,6 T x1/0,4 ]
Y’ = Rp. 186,5 T
Sebagai catatan, ΔI di sini adalah perubahan net investment, bukan lagi perubahan investasi
saat belum ada depresiasi.
Y=C+I+G
Kita juga tahu bahwa ada konsumsi adalah fungsi dari pendapatan dispossible (Yd). Yd adalah
pendapatan yang siap dikonsumsi, yaitu pendapatan yang telah dikurangi pajak (Tx) dan
ditambah dengan transfer payment (Tr). Dengan kata lain C=C 0 + cYd dan Yd = Y – Tx + Tr;
dengan c = MPC
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi di suatu negara didukung oleh berbagai kegiatan yang
secara bersama-sama menopang perekonomian negara. Proses multiplier adalah proses
pelipatgandaan pendapatan di suatu negara yang mampu menambah pendapatan yang
diterima oleh berbagai golongan masyarakat. Kegiatan ekonomi, mulai dari produksi,
distribusi, dan konsumsi semuanya saling mempengaruhi dan tidak bisa dipisahkan dari
rangkaian perekonomian negara.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat biasanya digunakan untuk dua
hal, yakni menabung dan konsumsi. Setiap tambahan konsumsi karena kenaikan
pendapatan di suatu golongan masyarakat akan menimbulkan penambahan pendapatan
bagi golongan masyarakat lainnya. Begitulah seterusnya konsumsi terus dilakukan.
Sedangkan tabungan di bank bisa membantu pencari modal dalam membuka usahanya
yang akan menyerap tenaga kerja sehingga memberikan pendapatan bagi tenaga kerja
tersebut. Kegiatan investasi dilakukan untuk membentuk satuan modal sehingga bisa
menambah kegiatan produksi dan menyerap tenaga kerja. Proses multiplier ini terus
berlangsung tanpa masyarakat sadari, tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
perekonomian negara.
3.2 Saran
Negara kita, Indonesia ini masih sering menggantungkan pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya dengan cara mengimpor ketimbang berusaha untuk memproduksi.
Kegiatan impor tersebut tidak menguntungkan Indonesia secara ekonomi karena
pendapatan masyarakat yang disetorkan melalui pajak kepada pemerintah, digunakan
untuk membeli barang dari luar negeri. Dengan begitu, bukannya menambah arus
pendapatan dalam negeri, hal itu malah menambah pendapatan masyarakat luar negeri.
Indonesia seharusnya mulai belajar dan berusaha untuk memproduksi kebutuhan
masyarakatnya sendiri. Kita memiliki bahan baku, hanya saja tidak bisa
memproduksinya. Dengan pemberdayaan sumber daya dan pembangunan infrastruktur
10
yang baik, meskipun secara perlahan, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara
maju.
11
DAFTAR PUSTAKA
12