Anda di halaman 1dari 17

Makalah Manajemen Keuangan

Materi Kuliah ke- 3


Analisis Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)

Oleh:
Kelompok 2

Komang Dian Widiarini (1907531150)

Ni Putu Ayu Astini (1907531057)

Ida Ayu Putu Renita Sri Naravika (1907531163)

Komang Ayu Wulandari (1907531165)

Ni Made Ria Paramita Wiraningsih (1907531175)

Ni Made Wangi Juliasih (1907531188)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah Makalah dengan judul “Analisis Market Value
Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)” dengan tepat waktu guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Manajemen Keuangan yang diberikan.

Makalah ini berisikan tentang Analisis Market Value Added (MVA) dan Economic Value
Added (EVA). Makalah ini kami buat berdasarkan dari beberapa referensi yang kami pelajari dan
rangkum sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca agar dapat lebih memahami topik-
topik yang telah dibahas.

Adapun makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini. Kami berharap makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Kami juga berharap akan adanya saran dari pembaca
agar kami dapat menerapkannya dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas kesediaannya dalam membaca tulisan ini. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Denpasar, 7 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I (PENDAHULUAN) ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………...2

1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

BAB II (PEMBAHASAN) .................................................................................................... 2

2.1 Analisis Indeks dan Common Size................................................................................... 3

2.2 Analisis EVA dan MVA .................................................................................................. 8

BAB III (PENUTUP) .......................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin

tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik perusahaan

besar maupun perusahaan kecil. Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu

perusahaan terus bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dengan kondisi tersebut agar tujuan perusahaan tercapai, berbagai macam masalah yang timbul

harus dihadapi dan disertai dengan solusi pengembalian keputusan yang selektif. (Subekti Puji

Astuti, 2007)

Menyadari bahwa pengukur akuntansi tradisional dapat memberikan kesimpulan yang

misleading, Joel M Stern dan G Bannet Stewart III dan Stern Stewart & Co. of New York City

menciptakan alat pengukuran baru yang disebut Economic Value Added (EVA) dan Market Value

Added (MVA). Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) membuat para

manajer untuk memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan

memungkkinkan mereka untuk mengevaluasi kriteria memaksimumkan nilai perusahaan.

Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital

tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan.(Pradhono dan

Christiawan, 2004) Selain EVA, terdapat pengukuran kinerja eksternal yang dinamakan Market

Value Added (MVA). MVA merupakan akumulasi 2 kinerja perusahaan dari berbagai investasi

dengan alokasi sumber daya yang tepat. MVA juga dinilai mampu memaksimalkan kemakmuran

para pemegang saham. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh (trisnawati, 2009a)

yang menyatakan bahwa MVA mampu menggambarkan penilaian kinerja secara keseluruhan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar, menunjukkan bahwa jika EVA

positif, hal ini menandakan adanya peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan

ini, menunjukan kinerja manajemen yang baik dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

juga baik.

Dengan demikian, para investor akan tertarik untuk menanamkan investasi pada

perusahaan tersebut karena investor percaya pada kinerja manajemen dan yakin bahwa mereka

1
akan mendapatkan return yang tinggi dari investasi tersebut. Banyaknya investor yang ingin

menginvestasikan dananya pada perusahaan akan menyebabkan harga pasar saham akan

meningkat, dengan demikian Market Value Added (MVA) juga meningkat (Sunarko dan Martini,

2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan analisis indeks dan common size?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan analisis EVA dan MVA?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Mengetahui maksud dari analisis indeks dan common size.

1.3.2 Mengetahui maksud dari analisis EVA dan MVA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Indeks dan Common Size

Analisis indeks dan analisis common size merupakan metode analisis yang menganalisis
keadaan keuangan suatu perusahaan. Analisis indeks dan analisis common size memiliki tujuan
yang berbeda dalam analisisnya. Analisis indeks bertujuan untuk mengetahui trendi atau keadaan
keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu, apakah keadaan keuangannya dalam jangka
waktu tersebut cenderung naik atau turun. Sedangkan analisis common size merupakan analisis
keuangan yang bertujuan untuk mengetahui persentase dari masing-masing pos terhadap total
aktiva/pasiva untuk neraca dan terhadap total penjualan untuk laporan laba rugi.

2.1.1 Analisis Indeks

Analisis IndeksAna l is is I ndek/ t r end adalah salah sat u met ode ana lis is
laporan keuangan unt uk mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan
suatu perusahaan apakah naik, turun atau tetap. Untuk melihat trend tersebut digunakan
angka indeks 100. Angka indeks 100 adalah untuk tahun dasar. Tahun dasar tidak selamanya
tahun awal, melainkan tahun yang dianggap resprentive. Dalam menganalisis, maka perlu
diperhatikan cara penyususnan laporan keuangan dengan indeks sebagai berikut:
a. Menentukan tahun dasar, biasanya yang digunakan sebagai tahun dasar adalah
tahunawal at au tahun yang dianggap normal/ representat ive pada periode
tahun yangdianalisis.
b. Menentukan angka indeks 100 pada tahun dasar untuk masing-masing pos
dalamtahun dasar.
c. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang
samadalam laporan keuangan tahun dasar.
d. Dalam menghitung rasiotrend/ kecendrungan pada umumnya tidak semua pos-
posneracadan laporan rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung, karena
tujuanutama dari perhitungan rasio adalah membuat perbandingan anara pos-
pos yangmempunyai hubungannya informasi dengan pos-pos lainnya.

Suatu Trend angka rasio dari tingkat perputaran aktiva yang cenderung naik
menggambarkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva. Dengan
demikian kecenderunga nturunnya t ingkat perputaran aktiva menggambarkan
perusahaan semakin t idak efisien dalam menggunakan aktivanya. Dilain pihak untuk
menginterpretasikan tingkat pemanfaatan aktiva ini,juga harus berhati-hati karena rasio ini hanya
mengukur :
a. H u bu ng a n a nt ar a p e nju a la n be r s i h d e ng a n a kt iva ya ng d ig u na k a n d a n
t id a k memberikan informasi mengenai laba yang diperoleh.
b. Penjualan adalah untuk satu periode, sedangkan jumlah aktiva produktif adalah akumulasi
kekayaan perusahaan selama beberapa periode, dan mungkin adanya ekspansi yang tidak

3
segera dapat dihasilkan tambahan penjualan sehingga rasio pada tahun pertama tanpak
rendah.
c. Tingkat penjualan mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor diluar kemampuan
perusahaan atau yang lazim disebut uncontrollable factors. Dengan demikian trend
hubungan antara penjual dengan aktiva perlu diteliti lebih lanjut.
Tingkat perputaran aktiva yang tinggi menunjukan manajemen yang efektif. Tetapi dapat
juga tingkat perputaran yang tinggi disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudah susut
habis. Oleh karena itu tingkat perputaran yang tinggi belum menggambarkan secara pasti tentang
keefektifan kegiatan perusahaan. Untuk menggambarkan kepastian akan hasil, harus dihubungkan
dengan profit margin atau presentase laba terhadap penjualan. Apabila trend utang turun, atau trend
utang naik tetapi keanikannya masih lebih rendah jika dibandingkan kenaikan modal sendiri.
Keadaan demikian akan menunjukan perkembangan keuangan yang sehat dan tingkat keamanan
bagi kreditor semakin besar. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan didalam menganalisis
presentase kecendeungan adalah menghubungkan angka-angka dalam persen dan nilai rupiah,
melihat angka absolut, dan menentukan tahun dasar. Presentase kecenderungan yang mendekati
kebenaran yaitu apabila telah memenuhi beberapa syarat antara lain:
a. Prinsip-prinsip akuntansi harus dilakukan secara konsisten pada periode yang
bersangkutan.
b. Selama periode yang dianalisis tidak terjadi perubahan tingkat harga, atau nilai uang.

2.1.2 Analisis Common Size

1. Pengertian

Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan rugi-
laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) dan total aktiva
(untuk neraca). Dalam laporan analisis common size, seluruh akun dinyatakan dalam persentase
dan tidak ditunjukkan jumlah moneternya. Berikut ini definisi atas persentase common size oleh
para ahli :
a. Djarwanto (1999: 71)
Persentase per komponen adalah persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total
aktivanya, masing-masing umur pasiva tehadap total pasivanya, dan masing-masing unsur
laba-rugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-
size statement.
b. Jusuf (2007: 75)
Common size analysis adalah menganalis laporan keuangan untuk satu periode tertentu
dengan cara mebanding-bandingkan pos yang satu dengan pos yang lainnya. Perbandingan
tersebut digunakan dengan menggunakan persentanse dimana salah satu pos ditetapkan
patokan 100%.
Analisis common size ini sebenarnya masih menjadi bagian dari analisis vertical dan
horizontal, karena tujuan dari analisis ini adalah membandingkan presentase kenaikan dan
penurunan setiap akun dalam pos-pos laporan, dan menganalisis dampak perubahannya.

4
Perbedaan antara analisis common size dengan analisis horizontal maupun vertikal adalah
penyajiannya. Analisis common size hanya disajikan dalam bentuk persentase, sedangkan analisis
horizontal dan vertikal masih menyajikan angka-angka yang tertera di laporan keuangan.
Berdasarkan pengertian tesebut maka dapat disimpukan bahwa analisis common size dapat
digunakan untuk berikut ini :
a. Membandingkan data-data laporan keuangan periode berjalan dengan periode sebelumnya
dalam suatu perusahaan.
b. Membandingkan antar perusahaan.
c. Membandingkan antara satu perusahaan dengan persentase industri.
d. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi
relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
e. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi
relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

2. Rumus dan Contoh Analisis


Dalam menganalisis suatu laporan keuangan dengan metode analisis common size ini,
rumus perhitungannya cukup sederhana yaitu sebagai berikut :
1. Rumus
a. Menganalisis aktiva dan passiva melalui neraca

% common size = (Saldo suatu pos dalam aktiva / total aktiva) x 100%

atau

% common size = (Saldo suatu pos dalam pasiva / total pasiva) x 100%

b. Menganalisis pos-pos dalam laporan laba rugi

% common size : (saldo suatu pos dalam laporan laba rugi / total penjualan) x 100%

2. Contoh Analisis

a. Analisis passiva dan aktiva pada neraca


Dengan neraca di bawah ini, kita akan melakukan analisis terhadap kenaikan atau penurunan
yang terjadi dari tahun 2018 tahun 2019 pada masing-masing pos dalam neraca PT. Indolife.

PT. INDOLIFE
5
NERACA Nilai Saldo (dalam ribuan % common size (dalam%)
rupiah)
2018 2019 2018 2019
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 1300 1200 9,29 7,50
Piutang Dagang 1200 1000 8,57 6,25
Persediaan 2200 2600 15,71 16,25
Total Aktiva Lancar 4700 4800 33,57 30,00
Aktiva Tetap
Tanah 2300 3700 16,43 23,13
Gedung 4000 4000 28,57 25,00
Mesin 4000 5000 28,57 31,25
Akumulasi Depresiasi (1000) (1500) (7,14) (9,38)
Total Aktiva Tetap 9300 11200 66,43 70,00
Total Aktiva 14000 16000 100 100
PASIVA
Utang Jangka Pendek 2500 2200 17,86 13,75
Utang Jangka 4500 6000 32,14 37,50
Panjang 7000 7800 50,00 48,75
Modal 14000 16000 100 100
Total Pasiva

Hasil persentasi pada kolom % common size didapat dari perhitungan


menggunakan rumus yang ada, misalnya :

Dengan rumus yang ada maka perhitungan % common size untuk kas tahun 2018 adalah
sebagai berikut :

% common size = (1300/14000) x 100%

= 9, 29%

Artinya dari 100% aktiva yang ada, proporsi kasnya hanya 9,29 %

Begitu juga seterusnya dihitung dengan rumus yang telah ada.

Melalui tabel hasil perhitungan analisis common size tersebut, dapat dilihat
kenaikan atau penurunan proporsi suatu pos aktiva atau pasiva terhadap total aktiva atau
pasivanya dari tahun 2018 ke 2019. Misalnya, utang jangka pendek mengalami penurunan
pada tahun 2019 dibandingkan 2018. Pada tahun 2018 utang jangka pendek mengambil
bagian sebesar 17,86% dari seluruh pasiva yang ada, sedangkan pada tahun 2019 utang
jangka pendek hanya mengambil bagian 13,75 % dari keseluruhan pasiva yang dimiliki
PT. Indolife.

b. Analisis pos-pos pada laporan laba rugi

6
Setelah menganalisis pos-pos yang ada pada neraca, selanjutnya kita akan menganalisis
pos-pos pada laporan laba-rugi PT. Indolife untuk mengetahui kenaikan dan penurunan
yang terjadi pada masing-masing pos laporan laba rugi dari tahun 2018 ke 2019.

PT. INDOLIFE
LABA - RUGI Nilai Saldo (ribuan rupiah) % Common Size ( dalam %)
2018 2019 2018 2019
Penjualan 150.000 200.000 100 100
Harga Pokok Penjualan (50.000) (60.000) 33,33 (30,00)
Laba Kotor 100.000 140.000 66,67 70,00
Biaya Pemasaran (25.000) (34.000) (16,67) (17,00)
Biaya Administrasi (20.000) (28.000) (13,33) (14,00)
Biaya Bunga (10.000) (14.000) (6,67) (7,00)
Laba Sebelum Pajak 45.000 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) (6.750) (9.600) (4,50) (4,80)
Laba Bersih 38.250 54.000 25,50 27,20

Hasil persentasi pada kolom % common size didapat dari perhitungan menggunakan
rumus yang ada, misalnya :

Dengan rumus yang ada maka perhitungan % common size untuk biaya administrasi tahun
2018 adalah sebagai berikut :

% common size = (20.000/150.000) x 100%

= 13,33%

Artinya dari 100% penjualan yang diterima, proporsi biaya administrasi sebesar 13,33%

Begitu juga seterusnya dihitung dengan rumus yang telah ada.

Melalui tabel hasil perhitungan analisis common size tersebut, dapat dilihat
kenaikan atau penurunan proporsi suatu pos dalam laporan laba rugi terhadap hasil
penjualan perusahaan dari tahun 2018 ke 2019. Misalnya, biaya laba bersih mengalami
kenaikan pada tahun 2019 dibandingkan 2018. Pada tahun 2018 laba bersih hanya
mengambil bagian sebesar 25,50 dari seluruh hasil penjualan, sedangkan pada tahun 2019
laba bersih mengambil bagian 27,20 % dari hasil penjualan PT. Indolife.

Selain dapat melihat kenaikan atau penurunan dari suatu ke tahun berikutnya dalam
satu perusahaan, analisis common size juga dapat membandingkan laporan keuangan
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis. Berikut laporan hasil
analisis common size terhadap laporan laba rugi antara dua perusahaan yaitu perusahaan
Lincoln Company dan Madison Corporation.

7
Pada laporan common size diatas, tampak bahwa laba kotor Lincoln Company
memiliki persentase yang lebih besar yaitu 30,4% dibandingkan dengan Madison
Corporation yaitu sebesar 30,00%. Namun Madison Company mampu menekan total
beban operasi dengan persentase beban operasi hanya sebesar 15,6% dibandingkan
dengan Lincoln Company yaitu sebesar 19,97%. Jadi dengan analisis common size kita
dapat mebanding dua perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan tersebut.

2.2 Analisis EVA dan MVA

Selama ini, pengukuran kinerja keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai tambah
terhadap biaya modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan
dengan menganalisa laporan keuangan seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya
menganalisa laporan keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya
modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai
atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA
(Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added). EVA dan MVA merupakan indikator
tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki
korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham diperusahaan. EVA dan MVA adalah
pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor – faktor yang berhubungan dengan
penciptaan nilai (value).

2.2.1 Analisis EVA

EVA atau Economic Value Added merupakan pengukuran dengan


memperhatikan secara tepat semua faktor – faktor yang berhubungan dengan penciptaan
nilai (value). Lebih tepatnya EVA mengukur nilai tambah ekonomis (value creation) yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang
timbul sebagai akibat dari aktivitas investasi atau strategi manajemen yang dilakukan.

EVA = Laba Bersih Operasi setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal


setelah Pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi.
= EBIT (1 – Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi)(Biaya Modal
Setelah Pajak)

8
EVA ini menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai ekonomis yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan akan
memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang merusak
atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen dalam hal
menentukkan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan bukan jangka
pendek saja. Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan
aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added. Pembagian ini
diperlukan sehingga manajemen organisasi dapat fokus untuk mengurangi biaya – biaya
yang timbul akibat aktivitas yang non value added dengan mengkomunikasikan secara
awal bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba sehingga para
manajerial menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba yang
besar. EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, manajer yang menitikberatkan pada
EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara – cara yang konsisten untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA dapat juga
diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiari perusahaan. Dengan demiikian EVA
merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam pemilihan penilaian kebijakan
manajerial dan kompensasi.

A. Keunggulan Economic Value Added (EVA)

EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran
yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar
sebuah perusahaan. Manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk meningkat
jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini, menurut (Stetwart 1991) :

(1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal, berarti nama
manajemen dapat menggunakan aktivitas perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.

(2) Menginvestasikan modal baru kedalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar daripada biaya modal yang ada.

(3) Menarik modal dari aktivitas – aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.

Menurut Govindarajan dan penerjemah Kurniawan (2002) mengungkapkan


keunggulan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :

(1) Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para
manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.

9
(2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang
berbeda pula.

(3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan – perubahan nilai
pasar perusahaan.

Menurut Teuku Mirza (1997), EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai


tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan
diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat
menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat digunakan secara
mandiri tanpa memerlukan data pembanding.

B. Kelemahan Economic Value Added (EVA)

EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai
pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA
selama umur perusahaan. Sehingga suatu perusahaan mempunyai nilai EVA pada periode
tertentu positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya
negatif.

Sebagai ukuran kinerja, EVA juga memiliki beberapa keterbatasan antara lain :

1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi


dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek.
3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa
meninkatkan kinerja keuangan.
4) Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu.
5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi.
6) Memerlukan tambahan biaya.

C. Contoh Perhitungan Economic Value Added (EVA)

10
Pada tahun 2012 EVA bersifat positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan pada tahun 2011
bersifat negatif yaitu Rp 28,20 juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari
pada tigkat penurunan rupiah biaya modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut
akan mengakibatkan EVA meningkat.

2.2.2 Analisis MVA

Selain konsep EVA, penilaian kinerja perusahaan juga dapat dilakukan dengan
konsep MVA. Menurut Sartono (2001), tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini
juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara efisien dan
memberi manfaat ekonomi. Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan
memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang
diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan ini
disebut Market Value Added (MVA). Nilai Tambah Pasar atau MVA merupakan hasil
perbedaan antara nillai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang
telah diberikan. Dengan demikian, peningkatan MVA merupakan keberhasilan perusahaan
dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber-sumber yang
tepat. Dengan demikian MVA merupakan ukuran kinerja eksternal perusahaan.

Dengan mengetahui EVA dan MVA yang merupakan pengukuran kinerja


perusahaan yang berfokus pada nilai perusahaan, dapat membantu manajemen untuk
mengetahui berapa the true cost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat
pengembalian bersih dari modal, hal yang sesungguhnya menjadi perhatian investor
bisa diperlihatkan secara jelas dan berapa jumlah sebenarnya dari modal yang
diinvestasikan ke dalam bisnis. Dengan demikian tujuan manajemen untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai
perusahaan yang dapat dicapai.

MVA = nilai pasar saham – ekuitas yang diberikan


pemegang saham
= (saham beredar)(harga saham) – total ekuitas
saham biasa

Atau rumus MVA tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

11
MVA = nilai pasar – modal yang diinvestasikan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu :

1) Jika MVA > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang
telah diinvestasikan oleh penyandang dana.
2) Jika MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai
modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

A. Keunggulan Market Value Added (MVA)

Keunggulan MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih
mudah dalam menillai kinerja perusahaan.

B. Kelemahan Market Value Added (MVA)

Kelemahan MVA adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang
sudah go public saja.

C. Contoh Perhitungan Market Value Added (MVA)

MVA PT Wistawan tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp 460 juta,
Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri
meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing – masing sebesar Rp 254 juta dan Rp 460
juta.

BAB III

12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ana lis is I ndek/ t r end adala h sa lah sat u met ode analis is lapora n
keuangan unt uk mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu
perusahaan apakah naik, turun atau tetap. Untuk melihat trend tersebut digunakan
angka indeks 100. Sedangkan analisis common size disusun dengan jalan menghitung
tiap-tiap rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) dan total aktiva (untuk neraca). Dalam laporan analisis common
size, seluruh akun dinyatakan dalam persentase dan tidak ditunjukkan jumlah moneternya.
EVA atau Economic Value Added merupakan pengukuran dengan memperhatikan
secara tepat semua faktor – faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value).
Lebih tepatnya EVA mengukur nilai tambah ekonomis (value creation) yang dihasilkan
suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul
sebagai akibat dari aktivitas investasi atau strategi manajemen yang dilakukan.

Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan


perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke
perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan ini disebut Market
Value Added (MVA). Nilai Tambah Pasar atau MVA merupakan hasil perbedaan antara
nillai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan.
Dengan demikian, peningkatan MVA merupakan keberhasilan perusahaan dalam
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber-sumber yang tepat.
Dengan demikian MVA merupakan ukuran kinerja eksternal perusahaan.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat penulis berikan
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan nilai EVA>0, perusahaan harus tetap mempertahankan serta
meningkatkan kinerja keuangan setiap tahunnya khususnya pada kinerja
keuangan agar kepercayaan pasar terhadap perusahaan semakin
meningkat. Perusahaan juga dapat meningkatkan laba operasi tanpa
adanya tambahan modal dengan menggunakan aset perusahaan.
 Nilai EVA<0 perusahaan sebaiknya meningkatkan keuntungan dan juga
mengurangi pemakaian modal, karena biaya modal menunjukkan
besarnya pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang
diinvestasikan di perusahaan.
2. Berdasarkan nilai MVA yang selalu positif (MVA>0), perusahaan harus
tetap mempertahankan kinerja keuangannya agar ekspektasi pasar terhadap
perusahaan selalu tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. https://datakata.files.wordpress.com/2015/09/4_analisis_economic_value_added_eva_da

n_market_value_added_mva_sebagai_alat_pengukur_kinerja_keuangan_pt_sa.pdfDosen

Akuntansi.com. 2018. “Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Para Ahli Terlengkap”,

https://dosenakuntansi.com/pengertian-kinerja-keuangan. ( diakses pada tanggal 27

September 2020 ).

2. Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014, Dasar - dasar Manajemen Keuangan, Udayana Press,

Denpasar

3. https://tugas-alk.blogspot.com/2014/04/analisis-common-size-persentase-per.html

14

Anda mungkin juga menyukai