Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN MODAL KERJA DAN KAS UNTUK MENGURANGI RISIKO DAN

MENINGKATKAN KEUNTUNGAN

MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M.Si.
Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Anak Agung Putu Rista Andari (1907531006)


2. Ni Made Indah Parama Dewanti (1907531014)
3. Ni Luh Putu Santi Artini (1907531016)
4. Putu Nanda Puspadewi (1907531017)
5. Ni Ketut Ari Widyati (1907531022)
6. Putu Bernika Saraswati (1907531025)
7. Lorita Gwee (1907531026)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa
melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan
yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain
digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan
kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi
tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi
masalah likuiditas.

1.1 Rumusan Masalah


1.1.1 Bagaimana pentingnya manajemen MK, klasifikasi MK, dan faktor yang
mempengaruhi MK ?
1.1.2 Apakah pendekatan yang digunakan ?
1.1.3 Bagaimana perhitungan penentuan besarnya MK ?
1.1.4 Bagaimana pentingnya manajemen kas dan penyusunan anggaran kas keseluruhan ?
1.1.5 Bagaimana penentuan jumlah kas optimal dengan Model Boumel dan Model Miller-
Orr?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Untuk mengetahui pentingnya manajemen MK, klasifikasi MK, dan faktor yang
mempengaruhi MK
1.2.2 Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan
1.2.3 Untuk mengetahui perhitungan penentuan besarnya MK
1.2.4 Untuk mengetahui pentingnya manajemen kas dan penyusunan anggaran kas
keseluruhan
1.2.5 Untuk mengetahui penentuan jumlah kas optimal dengan Model Boumel dan Model
Miller-Orr
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya MK, Klasifikasi MK dan Faktor yang Mempengaruhi MK


A. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional suatu perusahaan. Modal
kerja yang cukup akan sangat membantu perusahaan dalam membiayai pengeluaran-
pengeluaran perusahaan sehari-hari didalam menjalankan akivitasnya dan tidak akan
mengalami kesulitan keuangan, seperti menutup kerugian atau mengatasi krisis keuangan.
Menurut Kasmir (2015:252), secara umum arti penting modal kerja bagi perusahaan terutama
bagi kesehatan keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan di dalam kegiatan
operasional perusahaan dari waktu ke waktu. Ini merupakan manajemen modal kerja.
b. Investasi dalam aktiva lancar cepat dan sering kali mengalami perubahan serta cenderung
labil. Sedangkan aktiva lancar adalah modal kerja perusahaan, artinya perubahan tersebut
akan berpengaruh terhadap modal kerja. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari manajer keuangan.
c. Dalam praktiknya sering kali bahwa separuh dari roral aktiva merupakan bagian dari
aktiva lancar yang merupakan modal kerja perusahaan. Dengan kata lain, jumlah aktiva
lancar sama atau lebih dari 50% dari total aktiva.
d. Bagi perushaan yang relative kecil, fungsi modal kerja amat penting. Perusahaan kecil,
relative terbatas untuk memasuki pasar modal besar dan jangka panjang. Pendanaan
perusahaan lebih mengandalkan pada utang jangka pendek, seperti utang dagang, utang
bank satu tahun yang tentunya dapat mempengaruhi modal kerja.
e. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan
modal kerja. Kenaikan penjualan berkaitan dengan tambahan, piutang, persediaan dan
juga saldo kas. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi penurunan penjualan, akan
berpengaruh terhadap komponen dalam aktiva lancar.
Menurut Jumingan (2011:67), pentingnya modal kerja yakni, modal kerja
sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat
menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (2010:116) peranan modal kerja tersebut adalah
untuk :
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva
lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani
para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak
ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kerdit yang lebih
menguntungkan kepada para langganan.
Dari pendapatan di atas maka dapat diketahui bahwa modal kerja sangat berperan
penting di dalam menjalankan aktivitas perusahaan seperti memenuhi biaya operasional,
membeli persediaan yang cukup, membayar kewajiban, memberi kredit kepada
palanggan, dan lain sebagainya
B. Klasifikasi Modal Kerja
Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam
beberapa jenis yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen yaitu
modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, modal
kerja ini terdiri dari :
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital) Modal kerja primer merupakan
jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga
kontinuitas 35 usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha.
b. Modal kerja normal (Normal Working Capital) Modal kerja normal adalah modal
kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal kerja ini terdiri dari :
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya
(misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang
mendadak)
C. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Djarwanto (2011:91-94) adalah
sebagai berikut :
1. Sifat umum atau tipe perusahaan
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif randah karena
investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Untuk
beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan membayar di muka sebelum
jasa dinikmati. Sedangkan perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup
besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos
produksi per unit/harga beli per unit barang itu
Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari
bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang dijual kepada langganan. Makin
panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh
barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
3. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kecil pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar-kecilnya modal kerjaSyarat kredit pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan,
sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka
kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.

4. Tingkat perputaran persediaan


Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin
rendah.
5. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan
untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul dalam waktu
pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil. Untuk
mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang
yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit,
syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, penagihan piutang.
6. Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung
membeli barang-barang lebih banyak dengan memanfaaatkan harga yang masih
rendah.
7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Menurunnya nilai riil dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga,
persediaan barang dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila risiko kerugian ini
semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau
melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo.
8. Pengaruh musim
Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan
saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum
modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam
bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang
puncak penjualan.
9. Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang
dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan
penyediaan uang kas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Kasmir (2016:254) yaitu :

1. Jenis Perusahaan
Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam yaitu
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan
modal dalam perusahaan industri lebih besar jika 12 dibandingkan dengan perusahaan
jasa. Diperusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang dan persediaan relatif
lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan
modal kerjanya.
2. Syarat Kredit
Syarat Kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan mencicil
(angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningatkan penjualan
bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan
secara kredit. Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada
konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayaran diangsur (dicicil)
beberapa kali untuk jangka waktu tertentu. Hal yang perlu diketahui dari syarat-syarat
kredit dalam hal ini adalah :
a. Syarat untuk pembelian bahan atau barang dagangan
Syarat untuk pembelian bahan atau barang yang akan digunakan untuk
memproduksi barang mempengaruhi modal kerja. Pengaruhnya berdampak
terhadap pengeluaran kas. Jika persyaratan kredit lebih mudah, akan sedikit
uang kas yang keluar demikian pula sebaliknya, syarat untuk pembelian bahan
atau barang dagangan juga memiliki kaitannya dengan sediaan.
b. Syarat Penjualan Barang
Dalam syarat penjualan, apabila syarat kredit diberikan relatif lunak
seperti potongan harga, modal kerja yang dibutuhkan semakin besar dalam
sektor piutang. Syarat-syarat kerdit yang diberikan apakah 2/10 net 30 atau
2/10 net 60 juga akan mempengaruhi penjualan kredit. Agar modal kerja
diinvestasikan dalam sektor piutang dapat diperkecil, perusahaan perlu
memberikan potongan harga. Kebijakan ini disamping bertujuan untuk
menarik minat debitur untuk segera membayar utangnya, juga untuk
memperkecil kemungkinan risiko utang yang tidak tertagih (macet).
c. Waktu Produksi
Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang
dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja
yang dibutuhkan.
d. Tingkat Perputaran Sediaan
Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting
bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan
modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian
dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko
kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan
dan pemeliharaan sediaan.
2.2 Pendekatan yang Digunakan : Matcing, Conservative, dan aggressive Approach
Perusahaan tidak hanya berkepentingan mengenai tingkat aktiva lancar, tetapi juga penentuan
proporsi hutang jangka pendek dan panjang yang dipergunakan. Keputusan ini menyangkut
trade-off antara profitabilitas dan risiko. Hutang jangka pendek biasanya jatuh tempo dalam
waktu kurang dari satu tahun, sebaliknya hutang jangka panjang akan jatuh tempo lebih dari satu
tahun.

Kebutuhan dana pemantauan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar
itu sendiri dapat dibagi menjadi dua kategori : (l) aktiva lancar permanen (2) aktiva lancar yang
berfluktuasi. Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis berapa besar kebutuhan
aktiva lancar yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi, untuk kemudian memilih sumber
dana untuk membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga
alternatif pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar : (1) Matching
approach (2) conservative approach, dan (3) agrgressive approach.
Matching approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
dengan sumber jangka panjang baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah
sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayar
kembali.

Conservatif approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri.
Proporsi hutang jangka pendek akan lebih kecil dibandingkan dengan matching approach.
Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil risiko meskipun akan memperkecil
keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka
penjang pada umumnya lebih besar daripada biaya hutang jangka pendek. Besarnya biaya hutang
jangka panjang dibandingkan dengan biaya hutang jangaka pendek disebabkan risiko hutang
jangka panjang lebih besar dari pada hutang jangka pendek yang relatif pasti lebih kecil.

Aggressive approach, adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan


menggunakan proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan
pendekatan lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan
sebagian aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar
permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu
perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian hutang jangka
pendek yang lebih besar, risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar tetapi dengan
harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar, dengan demikian akan
memperkecil biaya hutang jangka pendek.
Ketiga alternatif tersebut pada dasarnya membedakan modal kerja menjadi dua
komponen yaitu modal kerja variabel dan modal kerja permanen (Sartono, 2014: 395).
Pendekatan yang agresif menggunakan utang jangka pendek yang lebih besar dibandingkan
dengan pendekatan konservatif. Sedangkan matching approach terletak di antara dua pendekatan
itu. Meskipun penggunaan utang jangka pendek lebih berisiko dibandingkan dengan utang
jangka panjang, tetapi penggunaan utang jangka pendek memiliki beberapa keuntungan:
kecepatan, biaya utang yang lebih rendah, dan risiko.

Dari segi kecepatan untuk memperoleh kebutuhan modal kerja, utang jangka pendek
relatif lebih mudah dan cepat diperoleh daripada utang jangka panjang. Hal ini disebabkan
karena kreditur enggan untuk memberikan pinjaman jangka panjang sebelum melakukan
evaluasi keuangan yang cermat. Selain itu utang jangka pendek relatif lebih fleksibel
dibandingkan dengan utang jangka panjang. Banyak perusahaan enggan untuk mengambil utang
jangka panjang karena tiga alasan: flotation cost yang tinggi, penalti akibat pelunasan yang lebih
awal sangat tinggi, utang jangka panjang mengurangi keleluasaan manajemen dalam manuver
dana.

Dalam kondisi normal, bunga utang jangka pendek akan lebih rendah daripada bunga
utang jangka panjang. Ini erat kaitannya dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh kreditur.
Dengan demikian cukup rasional jika kreditur menghendaki tingkat keuntungan yang lebih tinggi
untuk mengkompensasi risiko yang mereka hadapi. Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan
utang jangka pendek yang tidak hati-hati akan memberatkan perusahaan karena besar
kemungkinan pada saat utang tersebut jatuh tempo, perusahaan tidak mampu membayar kembali.
Dengan demikian untuk utang jangka pendek dalam jumlah besar akan memperburuk posisi
keuangan perusahaan.

2.3 Penentuan Besarnya Modal Kerja

Untuk memberi gambaran metode ini akan lebih mudah dengan suatu contoh yang
sederhana ini :

1. Misalnya anda bermkasud untuk mendirikan usaha pembuatan berbagai jenis roti di kota
anda. Setiap harinya diperlukan uang tunai untuk membeli bahan baku, membayar tenaga
kerja dan pengeluaran tunai lainnya sebesar Rp. 1.000.000,00. Roti hasil perusahaan
dijual secara tunai dan dapat dijual seluruhnya pada hari itu juga dengan pendapatan
Rp.1.100.000,00. Kemudian malam harinya ia belanja lagi untuk membuat roti sama
sebesar Rp.1.000.000,00, sedangkan selenihnya sebesar Rp.100.000,00 dikonsumsi untuk
biaya hidup keluarga anda. Apabila hal semacam ini berlangsung terus maka dengan
mudah dapat dikatakan bahwa kebutuhan modal kerja anda adalah sebesar
Rp.1.000.000,00.

Sekarang misalnya penjualan dilakukan secara kredit selama 5 hari artinya penjualan tanggal
1 Januari baru akan diterima pembayarannya tanggal 6 Januari kemudian penjualan tanggal 7
Januari dan seterusnya. Persoalan tersebut dapat disederhanakan seperti yang tampak pada bagan
berikut ini. Pertanyaannya adalah berapa kebutuhan modal kerja anda saat ini ? apakah anda
dapat menjaga kelangsungan usaha anda hanya dengan dana sebesar Rp.1.000.000,00 ?.
Dengan demikian anda dari tanggal 1 Januari sampai tanggal 6 Januari anda menerima
pembayaran atas penjualan tanggal 1 Januari. Penerimaan akhir tanggal 6 Januari dapat
digunakan untuk membiayai usaha untuk tanggal 7 Januari. Demikian proses itu berlangsung
seterusnya. Dalam keadaan seperti ini maka kebutuhan modal kerja adalah sebesar 6 x
Rp.1.000.000,00 = Rp.6.000.000,00 tersebut akan tertanam dalam kas atau persediaan sebesar
Rp. 1.000.000,00 dan tertanam dalam piutang sebesar Rp.5.000.000,00. Berikut merupakan
contoh lain penentuan kebutuhan modal kerja yang lebih kompleks.

Perusahaan wisri memproduksi produk X setiap harinya sebanyak 20 unit. Dalam satu
bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur – unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit
produk tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bahan mentah A seharga Rp. 100.000,00


b. Bahan mentah B seharga Rp. 25.000,00
c. Tenaga kerja langsung Rp. 75.000,00

Biaya administrasi setiap bulannya sebanyak Rp. 12.500.000,00. Gaji pimpinan perusahaan dan
staff setiap bulannya sebesar Rp.25.000.000,00. Untuk membeli bahan mentah A perusahaan
memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah tersebut rata – rata 5 hari sebelum bahan
mentah diterima. Waktu yang diperlukan untuk membuat barang tersebut adalah 3 hari dan
selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus disimpan dulu selama 2 hari.
Penjualan produk dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 5 hari sesudah barang
diambil. Untuk menghadapai pengeluaran – pengeluaran yang tidak terduga pimpinan
perusahaan menetapkan adanya persediaan minimal sebesar Rp. 25.000.000,00. Berapa besarnya
modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan tersebut untuk membiayai secara kontinyu?.

Pertama – tama perlu diketahui periode perputaran atau waktu terkaitnya dana dalam
masing – masing unsur kerja tersebut yaitu :

Bahan Mentah A
Dana terikat dalam persekot bahan 5 hari
Proses produksi 3 hari
Barang jadi 2 hari
Piutang 15 hari
Bahan Mentah B, Tenaga kerja langsung, Biaya administrasi dan gaji pimpinan
Proses produksi 3 hari
Barang jadi 2 hari
Piutang dagang 5 hari
10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam masing – masing usur modal kerja tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Bahan Mentah A ( 20 x Rp.100.000 x 15 ) = Rp. 30.000.000


b. Bahan Mentah B ( 20 x Rp.25.000 x 10 ) = Rp. 5.000.000
c. Tenaga Kerja Langsung ( 20 x Rp.75.000 x 10 ) = Rp.15.000.000
d. Biaya Administrasi ( Rp.12.500.000/25 x 10 ) = Rp.5.000.000
e. Gaji Pimpinan & staf ( Rp.25.000.000/25 x 10 ) = Rp.10.000.000
f. Persediaan Kas Minimal = Rp.25.000.000
Jumlah modal kerja yang diperlukan Rp. 90.000.000

Berdasarkan hal tersebut dapat diuraikan bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja akan
tergantung kepada dua faktor diantaranya :

1. Periode perputaran atau terkaitnya modal kerja


2. Pengeluaran kas rata – rata setiap hari

Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya tetap, tetapi dengan makin lamanya periode
terkaitnya dana, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar. Dmeikian pula
halnya dengan periode terikatnya dana yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran
kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun makin besar. Periode perputaran atau terkaitnya
modal kerja merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode – periode yang meliputi jangka
waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di Gudang, lamanya proses
produksi, lamanya barang jadi disimpan di Gudang dan jangka waktu penerimaan piutang.
Sedangkan pengeluaran kas setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata – rata setiap
harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan
biaya – biaya lainnya. Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka
kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode
perputaran saja.

2.4 Pentingnya Manajemen Kas dan Penyusunan Anggaran Kas Keseluruhan


Kas merupakan elemen modal kerja yang mempunyai tingkat likuiditas yang paling
tinggi. Kas adalah merupakan seluruh uang tunai yang ada ditangan (Cash on hand) dan yang
disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening koran. Kas merupakan
alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya. Bahkan
tidak jarang bahwa dalam kenyataan keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan menyediakan kas untuk memenuhi
kewajiban finansial tepat pada waktunya. Sedangkan disisi lain terdapat surat berharga, yang
merupakan investasi jangka pendek yang bersifat temporal yang apabila perusahaan memerlukan
kas dengan segera dapat dijual atau diubah dalam bentuk kas. Tujuan manajemen kas ini tidak
lain adalah untuk meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan untuk aktivitas normal
perusahaan.

Keynes telah mengidentifikasikan tiga motif untuk mempertahankan kas baik uang tunai
maupun uang yang ada di bank :

a. Kebutuhan untuk transaksi karena aliran kas masuk tidak sama dengan aliran kas
keluar maka diperlukan adanya kas untuk melakukan transaksi usaha, seperti untuk
membayar upah tenaga kerja, pajak, dividen, dan pengadaan persediaan.
b. Kebutuhan untuk berjaga-jaga. Karena adanya ketidakpastian aliran kas pada masa
yang akan datang dan kemampuan untuk meminjamkan dana untuk menambah
kebutuhan dana perusahaan. Bila perusahaan dapat dengan pasti mengetahui aliran
kasnya maka kebutuhan untuk berjaga-jaga menjadi kecil.
c. Kebutuhan untuk spekulasi. Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena
perubahan harga surat berharga. Jika diperkirakan tingkat bunga akan naik dan surat
berharga akan turun maka disarankan untuk menahan kas termasuk dana yang
disimpan di bank sampai mencapai kenaikan yang tertinggi. Begitu suku bunga turun
maka kas dibelikan surat berharga dan menjual kembali pada saat harga surat
berharga naik.

Manajemen kas merupakan salah satu tindakan perusahaan yang penting untuk
dilakukan secara berkesinambungan, baik bagi perusahaan kecil, maupun perusahaan dengan
skala global. Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor penentu kompleksitas dari manajemen
kas. Manajemen kas merupakan bagian dari transaction banking dan corporate
banking. Manajemen kas merupakan solutions, yakni keseluruhan aktivitas yang diberikan untuk
perusahaan dalam satu rangkaian. Solutions berbeda dengan activities karena activities hanya
berupa satu kegiatan yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan
solutions memiliki tujuan akhir untuk menungkatkan nilai dari pelanggan. Manajemen kas
menuntut perusahaan untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan sehingga
perusahaan mengetahui jumlah pasti kelebihan kas pada hari itu. Jangan sampai perusahaan tidak
tahu dan tidak dapat mengatur jumlah kas yang dipegangnya.

Berkaitan dengan manajemen kas, terdapat risiko dan keuntungan mempertahankan kas
oleh perusahaan. Mempertahankan jumlah kas yang besar bagi perusahaan bisa mendatangkan
keuntungan, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditas perusahaan. Pada sisi lain jumlah kas
yang dimiliki terlalu kecil akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam kegiatan
sehari-hari seperti terganggunya hutang jangka pendek, pembayaran gaji karyawan, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan pembayaran jangka pendek. Oleh karena itu, untuk
menjamin agar tidak mengalami kesulitan, maka diperlukan jumlah kas yang cukup, perusahaan
harus mempertahankan portofolio surat berharga untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Keuntungan yang diharapkan perusahaan memiliki jumlah kas yang cukup adalah :

a. Perusahaan dapat memperoleh potongan pembelian yang diberikan oleh supplier bahan
mentah sehingga menurunkan harga belinya.
b. Perusahaan seringkali memperoleh kesempatan pembelian lebih baik dengan memiliki
kas yang cukup. Seperti dalam kaitannya dengan promosi dari supplier.
c. Perusahaan akan mendapat kepercayaan dari bank, atau pihak lain sebagai penyedia dana
karena dapat membayar kewajiban dengan tepat waktu.
d. Perusahaan akan memperoleh ranking yang lebih baik dengan mempertahankan aktiva
lancer yang cukup.
Anggaran kas (Budget Kas)

Salah satu cara agar perusahaan tidak kekurangan kas adalah dengan membuat
perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran kas. Pembuatan perencanaan akan kas ini
sering disebut dengan anggaran kas. Anggaran kas adalah salah satu aspek penting bagi manajer
keuangan sebagai alat utama peramalan keuangan jangka pendek. Anggaran kas dapat disusun
per bulan, per minggu, ataupun per hari. Pada umumnya anggaran kas disusun berdasarkan
waktu per bulan, baik untuk setiap 6 bulan ataupun 12 bulan.

Anggaran kas dapat menunjukkan kapan perusahaan menghadapi kekurangan arus kas
sehingga dapat berpartisipasi sebelumnya dengan mencari pinjaman, dan sebaliknya kapan arus
kas cukup untuk melunasi hutang-hutang perusahaan. Dalam penyusunan anggaran kas ada tiga
tahapan yang dilakukan, yaitu :

a. Penyusunan anggaran kas yang bersifat operasional


Dalam penyusunan anggaran kas ini akan dibuat estimasi tentang penerimaan kas dan
pengeluaran kas yang diakibatkan dari operasi perusahaan.
b. Penyusunan anggaran finansial
Anggaran kas ini disusun untuk menanggulangi keadaan deficit serta pembayaran utang
apabila terjadi surplus.
c. Penyusunan anggaran kas keseluruhan
Merupakan penggabungan antara anggaran kas operasional dengan anggaran kas
finansial.

Pada umumnya perrusahaan menggunakan proyeksi anggaran kas bulanan untuk tahun
yang akan datang. Namun ada juga yang melengkapi dengan anggaran kas mingguan dan bahkan
harian untuk bulan yang akan datang. Untuk masing-masing penyusunan anggaran kas dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan akan membuat anggaran kas
mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember. Penjualan perusahaan dari bulan Januari
sampai Juni adalah Rp50 juta. Pada bulan Juli sampai Desember masing-masing adalah Rp100
juta, Rp150 juta, Rp200 juta, Rp100 juta, Rp100 juta dan Rp50 juta. Semua penjualan dilakukan
secara kredit. Syarat kredit 2/10 net 60 sehingga kemungkinan pembeli menerima potongan.
Dengan syarat semacam ini pengalaman menunjukkan bahwa 20% penjualan dibayar dalam
periode potongan dan 70% penjualan dibayar pada bulan berikutnya dan selebihnya dibayar
sesuai dengan batas kredit.
Dalam proses produksi diperkirakan biaya bahan baku dan material lainnya adalah 70%
dari penjualan. Perusahaan membeli bahan baku biasanya 1 bulan dimuka dan dibayar 1 bulan
kemudian. Jadi misalkan penjualan pada bulan Juli adalah Rp100 juta maka perusahaan membeli
bahan baku Rp70 juta pada bulan Juni secara kredit dan dibayar pada bulan Juli. Pengeluaran
lain meliputi pembayaran upah atau gaji bulan Juli Rp7.500.000 Agustus Rp10.000.000 Sep
12.500.000 Oktober, November masing-masing Rp7.500.000 dan bulan Desember Rp5.000.000.
Sedangkan untuk sewa Juli sampai dengan Desember masing-masing Rp2.500.000. Di samping
itu terdapat pengeluaran lainnya Juli Rp1.000.000 Agustus Rp1.500.000 September Rp2.000.000
Oktober, November masing-masing Rp1.000.000 dan Desember Rp500.000. Pembayaran pajak
dilakukan bulan September dan Desember sebesar Rp20 juta. Perusahaan mengadakan investasi
baru pada bulan Oktober sebesar Rp50 juta. Perusahaan mempunyai kebijakan untuk
mempertahankan saldo kas minimal Rp25 juta dan saldo kas awal bulan Juli adalah Rp30 juta.
Anggaran Penerimaan Piutang (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Penjualan 50 50 100 150 200 100 100 50
0.2 Discount 10 10 20 30 40 20 20 10
0.7 Penjualan 35 35 70 105 140 70 70
0.1 Penjualan 5 5 10 15 20 10
Total 10 45 60 105 155 175 110 90

Anggaran Kas Operasional (dalam jutaan rupiah)


Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Penerimaan 60 105 155 175 110 90
Pengeluaran
Pembelian bahan 70 105 140 70 70 35
Upah/gaji 7,5 10 12,5 7,5 7,5 5
Sewa 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pengeluaran lain 1 1,5 2 1 1 0,5
Pemb pajak 20 20
Investasi baru 50
Jumlah 81 119 177 131 81 63
Surplus (Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27
Anggaran Kas Finansiil (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Saldo kas awal 30 25 25 25 25 46
Surplus (Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27
Pinjaman (16) (14) (22)
Pemb. Pinjaman (44) (8)
Saldo kas akhir 25 25 25 25 46 73
Utang kumulatif (16) (30) (52) (8) 0 0
Surplus kas 0 0 0 0 21 48
*Surplus kas = saldo kas akhir - saldo kas minimal
Anggaran Kas Keseluruhan (dalam jutaan rupiah)
Keterangan Juli Agst Sept Okt Nov Des
Saldo kas awal 30 25 25 25 25 46
Penerimaan: 60 105 155 175 110 90
Pinjaman 16 14 22
Jumlah 106 144 202 200 135 136
Pengeluaran:
Pembelian bahan 70 105 140 70 70 35
Upah/gaji 7,5 10 12,5 7,5 7,5 5
Sewa 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pengeluaran lain 1 1,5 2 1 1 0,5
Pemb pajak 20 20
Investasi baru 50
Pemb pinjaman 44 8
Jumlah 81 119 177 175 89 63
Saldo kas awal 25 25 25 25 46 73
Jumlah pinjaman 16 30 52 8 0 0
Kelebihan kas 0 0 0 0 21 48

2.5 Penentuan Jumlah Kas Optimal dengan Model Boumel dan Model Miller-Orr

Kas dan surat berharga yang optimal sangat tergantung atas trade-off antara tingkat
bunga dengan biaya transaksi. Jika kondisi yang akan datang diketahui dengan pasti maka akan
sangat mudah menentukan kas minimal. Apabila memiliki kelebihan kas maka dapat
diinvestasikan sepanjang tidak mempersulit perusahaan untuk melakukan pembayaran. Dalam
penentuan jumlah kas optimal terdapat 2 model, yaitu :
a. Model Boumel (Model Persediaan)
Model ini adalah model yang sederhana sehingga kebutuhan kas dapat diketahui
dengan pasti. Konsep dasarnya adalah opoortunity cost atas bunga yang hilang karena
menahan uang tunai sama dengan biaya tetap untuk mengubah surat berharga menjadi
uang tunai (kas). Model ini mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki permintaan uang
kas yang tetap atau relative konstan setiap periode yang dimana perusahaan juga dapat
memperoleh dana kas dengan menjual surat berharga. Model Boumel digunakan bila
perusahaan memiliki permintaan uang kas yang tetap atau relatif konstan di setiap
periode. Model dari persediaan ini adalah :
B(T/C) + I (C/2)
B : biaya tetap transaksi yang diasumsikan independen terhadap banyaknya transfer
T : total permintaan kas selama periode tertentu
I : tingkat bunga atas surat berharga yang diasumsikan konstan selama periode
tersebut
T/C : banyaknya transaksi yang jika dikalikan dengan biaya tetap setiap kali transaksi
akan sama dengan total biaya tetap selama satu periode
C/2 : rata-rata kas dan jika dikalikan dengan tingkat bunga maka sama dengan laba
yang hilang karena menahan kas. Semakin besar C, maka rata-rata kas juga besar
yang artinya investasi surat berharga semakin kecil
𝟐𝒃𝑻
Kas Optimal = C*√ 𝒊

Contoh soal :
Suatu perusahaab memerlukan kebutuhan kas setiap tahunnya Rp1.200 juta dengan
pemakaian perharinya konstan. Biaya transaksi setiap kali dari surat berharga menjadi kas
sebesar Rp50.000. Tingkat bunga yang diperoleh karena memiliki surat berharga 12%.
Maka berapakah kas optimalnya?

𝟐(𝟏.𝟐𝟎𝟎)(𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎)
C*= √ = Rp31.623 juta
𝟎.𝟏𝟐
Hal ini artinya perusahaan perlu menjual surat berharga senilai Rp31.623 juta setiap kali
saldo kas nya mencapai nol. Maka perusahaan akan meminimunkan biaya karena
kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada surat berharga dan biaya transaksi.
Biaya-biaya tersebut adalah :
 Biaya kehilangan kesempatan
(Rp31.623 juta/2) x 0.12 = Rp1.897 juta
 Biaya transportasi
(Rp1.200/Rp31.623) x Rp50.000 = Rp1.897 juta
Maka total biaya = Rp3.794 juta

b. Model Miller-Orr (Model Stokhastik)


Model yang dikembangkan oleh Miller dan Orr ini merumuskan mengenai pengeluaran
dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Apabila batas kas
perusahaan mencapai batas atas maka perusahaan perlu merubah sejumlah kas menjadi
surat berharga agar saldo kas kembali pada posisi yang diinginkan, dan sebaliknya
apabila saldo kas menurun sampai batas bawah, perusahaan perlu menjual surat berharga
agar saldo kas naik kembali kejumlah yang diinginkan. Model Miller-Orr dipergunakan
bila pengeluaran dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Berikut ini merupakan Model Batas Pengawasan Manajemen Kas

𝟑
𝟑𝒃𝒓 𝟐
Kas Optimal : Z = √ 𝟒𝒊
(𝒛+𝒉)− 𝑳
Rata-ratas Kas kira-kira = 𝟑

Z : kas optimal
b : biaya tetap untuk transaksi surat berharga
r2 : variance kas masuk bersih
i : bunga harian transaksi surat berharga
h : nilai kas optimal
L : batas bawah
Nilai optimal h adalah 3z

Contoh Soal :
Biaya tetap untuk transaksi sebesar Rp500 dan variance kasnya Rp1.000, sedangkan
bunga I sebesar 18% (satu tahun 360 hari) maka besarnya Z adalah :
3 3(500)(1000)
Z = √ 4(0.18/360) = Rp908,56

h = 3z = 3 x Rp908,56
= Rp2.725,68
Maka diketahui besarnya z adalah Rp908,56 dan nilai optimal dari h adalah Rp2.725,68
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana University Pers.

Andari, Rini.2011. Modul Manajemen Keuangan. Tersedia pada


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WISATA/RINI
_ANDARI/Manajemen_Keuangan/modul_manajmen_keuangan/Bab_4__Modal_Kerj
a.pdf diakses pada 19 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai