Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

WORKING CAPITAL MANAGEMENT


(Cash and Receivable Management)

Tugas ini Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah


Manajemen Keuangan

DisusunOleh:

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
A. Pengertian Working Capital (Modal Kerja)
Pengertian working capital atau modal kerja adalah selisih antara current asset
dengan current liabilities (Weston dan Copeland, 1986). Modal kerja merupakaan
modal yang digunakaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja
diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka
pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga,piutang,persediaan dan aktiva lancar.
Working capital (modal kerja) juga didefinisikan sebagai investasi jangka
pendek bersih yang dibutuhkan dalam melaksanakan setiap ativitas. Selama beberapa
dekade, pengukuran dan pengungkapan working capital dalam laporan keuangan telah
dianggap sebagai fungsi akuntansi yang tepat. Dan penggunaan konsep ini dalam
analisis keuangan pun diterima dengan hampir tanpa pertanyaan.
Begitu juga dengan Damodaran (1997) mendefinisikan modal kerja sebagai
selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya, dimana aktiva lancar dalam
bentuk kas atau dalam jangka pendek bisa segera dikonversikan menjadi kas. Secara
umum modal kerja ini merupakan ruang nafas perusahaan dalam kelincahan perusahaan
bergerak. Jika aset lancar banyak dan kewajiban lancar sedikit maka tentu dengan
mudah kita melihat bahwa perusahaan memiliki aset melimpah. Sebaliknya jika
kewajiban lancar sangat besar, sedangkan aset lancar sedikit maka kita akan melihat
bahwa perusahaan memiliki kesulitan keuangan.

Sebagai dana yang akan digunakan untuk operasional perusahaan, keberadaan


working capital tentu sangat penting. Working capital dapat menjadi indikasi yang pas
untuk mengetahui kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Semakin besar
perbedaan antara aset yang dimiliki dengan hutang jangka pendek yang harus
dibayarkan. Maka semakin sehat pula kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Working capital juga perlu dikendalikan untuk menyeimbangkan cost dan


benefit, atau dalam bahasa Indonesia kita dapat mengatakan bahwa modal kerja perlu
dikontrol untuk menyeimbangkan antara biaya dan manfaat. Akan tetapi meskipun
demikian kita juga harus berhati-hati, jika aset kas yang sangat lancar itu banyak
diinvestasikan ke dalam aset lancar inventory, maka bisa berbahaya jika tidak cepat
terjual kembali karena perusahaan mungkin dapat mengalami kesulitan keuangan
dalam membayar pengeluaran-pengeluaran lainnya. Dengan demikian maka
manajemen aset lancar perlu banyak kebijaksana yang harus dipikirkan.
B. Konsep Working Capital (Modal Kerja)

Modal kerja digunakan untuk membiayai kegiatan angka pendek seperti


pembelian bahan baku, operasi atau produksi, membayar upah pegawai dan biaya
operasional lainnya. Terdapat 3 konsep modal kerja yang umum digunakaan, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan kepada kuantum yang diperlakukan untuk


mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin
atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
penpek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva
lancar (gross working capital).
Konsep kuantitatif menjelaskan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar
yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan
jangka pendek. Konsep ini biasa disebut modal kerja kotor atau gross working
capital. Kelemahan konsep ini adalah tidak memperlihtkan tingkat likuiditas
perusahaan dan tidak mementingkan kualitas modal kerjanya. Modal kerja tidak
diketahui apakah dibiayai oleh hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek
atau dari pemilik modal.

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka
pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman
jangka panjang maupun para pemilik perusahaan.
Konsep kualitatif menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini
melihat selisih aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal
kerja bersih atau net working capital. Keuntungan konsep ini adalah diketahuinya
tingkat likuiditas perusahaan.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Konsep fungsional
lebih menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh
laba. Artinya, sebagian dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan hanya untuk
meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunnakan sebagai
modal kerja diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.

C. Jenis Working Capital (Modal Kerja)


Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua,yaitu pertama, bagian yang tetap
atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan
dapat berjalan lancar tanpa kesulitan keungan, dan kedua jumlah modal kerja yang
variabel yang jumlahnya tergantung pada aktifitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan
di luar aktivitas biasa. Modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai
berikut (Sutrisno, 2013):
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital )

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selau harus ada dalam
perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan
untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Modal kerja normal yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat
produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan.
Modal kerja variabel terdiri dari modal kerja musiman, modal kerja siklis dan modal
kerja darurat.
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada


fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biskuit harus menyediakan
modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi


konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang


terjadi di luar kemampuan perusahaan.

D. Manajemen Working Capital


1. Manajemen Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid bagi perusahaan. Kas adalah seluruh
uang tunai yang ada ditangan dan dana yang disimpan bank dalam berbaai bentuk
seperti deposito dan tabungan. Tiga motif memertahankan kas menurut Keynes adalah
kebutuhan untuk transaksi, kebutuhan untuk berjaga jaga, dan kebutuhan untuk
sekulasi.
Pengeluaran kas suatu peusahaan dapat bersifat terus menerus atau continue
misalkan untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan dan bersifat
teruptus-putus misalkan untuk pembayaran deviden, pajak penhasilan, pembayaran
utang dan sebagainya. Demikian pula untuk pemasukan ada yang bersifat continue dan
intermittent. Aliran kas masuk yang bersifat continue misalkan dari hasil penjualan
produk secara tunai, penerimaan piutang dan sebagainya. Aliran kas masuk yang
bersifat intermittent misalnya penualan saham, penerimaan kredit dari bank dan
sebagainya.
Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas
a. Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha
perusahaan)
b. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk
dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan)
b. Kebutuhan kas untuk berspekulasi

Adapun model manajemen kas pada makalah ini akan dibahas 2 model
manajemen kas yaitu:
a. Model Persediaan
Baumol dalam Husnan (2004) menidentifikasikan bahwa kebutuhan kas
dalam suatu perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan.

Rumus:

Ket:
Q = jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas
D= kebutuhan kas tiap tahun
O= biaya transaksi setiap kali merubah kas menjadi sekuritas
I= tingkat bunga yang diperoleh karena memiliki sekuritas

B. Model Millar dan Orr


Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas bersifat acak, perusahaan
menetapkan batas atas dan bawah atas dan batas bawah saldo kas.
Rumus:

Ket:
Z= jumlah kas yang diinginkan perusahaan
O=biaya tetap untuk melakukan transaksi
O2=variance arus kas masuk bersih harian(suatu ukuran penyebaran arus kas)
I= bunga harian untuk investasi pada sekuritas

2. Manajemen Piutang
Persediaan dan piutang dagang adalah dua perkiraan aktiva lancar yang
terbesar. Secara bersama-sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari
aktiva lancar dan lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi piutang adalah sebagai berikut:
a. Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka
akan makin memperbesar jumlah investasi dalam piutang, makin tinggi resiko
yang ditanggung perusahaan dan makin tinggi pula tingkat profitabilitas yang
diperoleh perusahaan.

b. Syarat pembayaran penjualan kredit


Apabila perusahaan menetapkan pembayaran yang ketat berarti
perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan
profitabilitas. Makin panjang batas waktu pembayaran ini berarti makin besar
jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang.

c. Ketentuan tentang pembatasan kredit


Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menentukan batas maksimal
atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada pelanggannya. Makin besar
plafon yang ditetapkan maka makin besar pula dana yang diinvestasikan pada
piutang. Semakin selektif perusahaan dalam memberikan piutang kepada
langganannya maka akan memperkecil dana yang diinvestasikan dalam piutang.

d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang


Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan aktif akan mempunyai
pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang
dibandingkan perusahaan yang mempunyai kebijaksanaan pasif.

e. Kebiasaan membayar para pelanggan


Ada sebagian pelanggan yang membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount dan ada yang tidak menggunakannya.

3. Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan
keunggulan kompetatif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur,
kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik,
waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang
dipengaruhi oleh tingkat persediaan.
Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing
cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen
persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif. Pada
perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, barang
dalam proses dan persediaan barang jadi.
Manajemen persediaan yang akan dibahas disini lebih difokuskan pada
manajemen persediaan bahan baku. Manajemen persediaan bahan baku bertujuan
agar tingkat persediaan bahan baku cukup, tidak terlalu banyak tetapi tidak terlalu
sedikit, sehingga biaya bahan baku ekonomis dan perusahaan tidak kehilangan
kesempatan untuk melayani penjualan karena kurangnya persediaan bahan baku.
Dalam perusahaan dagang hanya ada satu jenis persediaan yaitu persediaan
barang dagangan (merchandise inventory) yang merupakan persediaan barang yang
selalu dalam perputaran, dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut
untuk mengubah bentuk di dalam perusahaan tersebut. Dalam pengaturan
persediaan stok usaha atau yang dikenal dengan manejemen persediaan, dikenal
istilah model economic order quantity (EOQ). EOQ dalam pengaturan persediaan
bertujuan untuk meminimalkan total biaya, serta menyimpan persediaan dan biaya
pemesanan.
Rumus biaya pemesanan adalah

Keterangan:
R = Kebutuhan bahan baku satu tahun
Q = Jumlah bahan yang dibeli tiap kali pembelian
O = Biaya pesan sekali pesan

Adapun rumus biaya penyimpanan adalah sebagai berikut:


Keterangan:
C = Biaya Simpan per Unit
Q = Jumlah Bahan yang disimpan

Persediaan adalah elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, di
mana secara terus-menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya
investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai akibat langsung
terhadap keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam persediaan yang terlalu
besar dibandingkan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar
biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keuangan sehingga semuanya akan
memperkecil keuntungan perusahaan. Adanya persediaan yang terlalu kecil akan
mempunyai pengaruh menekan keuntungan juga. Akibat dari kekurangan bahan
mentah maka perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal.
Daftar Pustaka

Eugene F. Brigham dan Michael C. Einhardt. (2005), Financial Management, Theory and
Practice, 11th Edition.
Sutrisno, 2013, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi, Penerbit Ekonisia,
Yogyakarta
Bambang Rianto. 1995. Dasar-dasar pembelajaran perusahaan. Yoyakarta:yayasan badan
penerbit gadjah mada
Dahlan siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Husnan, Suad., Enny Pudjiastuti, 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai