Anda di halaman 1dari 20

1

Manajemen Modal Kerja


DASAR MANAJEMEN KEUANGAN
2
Definisi Manajemen Modal Kerja

Harjito dan Martono (2014)


•Merupakan manajemen dan
elemen-elemen aktiva lancar dan
elemen-elemen hutang lancar.
3
Tujuan Manajemen Modal Kerja

Mengelola aktiva lancar dan hutang


lancar sehingga diperoleh modal kerja
neto yang layak dan menjamin tingkat
likuiditas perusahaan.
4
Konsep Modal Kerja

Menurut Riyanto (2015)


•Konsep Kuantitatif
•Konsep Kualitatif
•Konsep Fungsional
5
Modal Kerja Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar
di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau
aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek.

Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar.

Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
6
Modal Kerja Konsep Kualitatif

Pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus
segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk
memenuhi kewajiban finansiil yang harus segera dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak
boleh digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya.

Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-
benar digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu
yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya.

Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
7
Modal Kerja Konsep Fungsional (Part 1)

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan
(income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.

Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang
seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current
income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut
tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current income”.

Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk
periode-periode
8
Modal Kerja Konsep Fungsional (Part 2)

Berdasarkan definisi itu maka pengertian “non working capital” adalah dana yang tidak menghasilkan
current income, atau kalau menghasilkan current income adalah tidak sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan tersebut.

Misalnya suatu perusahaan dagang tekstil yang menanamkan sebagian dananya dalam surat obligasi
pemerintah. Dana yang ditanamkan dalam obligasi tersebut menghasilkan current income yaitu dalam
bentuknya bunga obligasi (coupon).

Tetapi karena perusahaan ini didirikan dengan maksud utama untuk berusaha di bidang perdagangan
tekstil, bukan untuk berusaha di bidang investasi dalam surat-surat berharga seperti halnya bank, maka dana
yang tertanam dalam efek tersebut nantinya dapat diuangkan dengan mudah dan selanjutnya dapat
diinvestasikan dalam tekstil, maka dana tersebut digolongkan sebagai modal kerja potensial (potential
working capital).
9
Konsep Modal Kerja W. B. Taylor

Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)


• Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
• Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


• Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
• Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
• Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
10
Konsep Modal Kerja W. B. Taylor
11
Perputaran Modal Kerja (Part 1)

Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja menurut
Kasmir (2013) adalah diukur dari perputaran modal kerjanya atau working capital turnover-
nya.

Dengan diketahuinya perputaran modal kerja dalam satu periode, maka akan
diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau working capital
turnover, merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifannya
modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

Artinya, seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam
beberapa periode.
12
Perputaran Modal Kerja (Part 2)

Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah dengan cara membandingkan antara
penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Penjualan yang
akan dibandingkan adalah penjualan bersih (net sales) dalam suatu periode.

Sedangkan pembandingnya adalah modal kerja dalam arti seluruh total aktiva lancar
(current assets) atau dapat pula digunakan model kerja rata-rata. Pengukuran ini
sebaiknya menggunakan dua periode atau lebih sebagai data pembanding, sehingga
memudahkan kita untuk menilainya

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉


𝑷𝒆𝒓𝒑𝒖𝒕𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂 = →
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑹𝒂𝒕𝒂 − 𝑹𝒂𝒕𝒂 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
13
Penentuan Jumlah Modal Kerja (Part 1)

Besar kebutuhan modal kerja untuk suatu periode perlu dihitung oleh manajer
keuangan.

Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekurangan atau kelebihan modal kerja yang
tidak perlu.

Lebih dari itu dengan diketahuinya besarnya kebutuhan modal kerja memudahkan
manajer keuangan untuk menjalankan kegiatannya, meskipun dalam praktiknya sering
kali perhitungan yang dilakukan tidak tepat mengingat berubahnya berbagai kondisi
dan situasi baik di dalam maupun di luar perusahaan
14
Penentuan Jumlah Modal Kerja (Part 2)

Dalam praktiknya besar kecilnya kebutuhan modal kerja


suatu perusahaan sangat tergantung dari dua hal, yaitu:
• Besar kecilnya operasi pokok/penjualan, artinya makin besar operasi
pokok atau penjualan, maka kebutuhan modal juga makin besar,
demikian pula sebaliknya apabila operasi pokok kecil, maka modal
kerja juga kecil.
• Kecepatan perputaran modal kerja, artinya makin cepat berputar
modal kerja maka kebutuhan modal kerja juga relatif besar,
demikian pula sebaliknya makin lambat perputaran modal kerja
maka kebutuhan modal kerja juga relatif kecil.
15
Penentuan Jumlah Modal Kerja (Part 3)

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan


modal kerja menurut Kasmir (2013), dapat
dihitung dengan beberapa cara atau
metode.
•Metode saldo rata-rata.
•Metode unsur-unsur biaya.
16
Keuntungan dan Kelemahan
Pembiayaan Jangka Pendek

Bagi manajer keuangan sangat penting untuk


menganalisis berapa besar kebutuhan aktiva lancar
yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi
(variabel).

Yang bersifat permanen, sebesar modal kerja minimum


yang selalu harus ada selama satu tahun. Untuk
kemudian memilih sumber dana untuk membiayai
investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
17
Terdapat tiga alternatif pemenuhan kebutuhan
dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar

Matching approach

Conservative approach

Aggresive approach
18
Matching Approach

Akan membiayai investasi aktiva tetap


dan aktiva lancar permanen dengan
sumber dana jangka panjang, baik itu
utang jangka pendek maupun modal
sendiri.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari


risiko perusahaan apabila sumber dana
yang digunakan adalah sumber dana
jangka pendek, maka pada saat jatuh
tempo perusahaan tidak dapat
membayar kembali.
19
Conservative Approach

Akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen


serta sebagian aktiva lancar variabel dengan utang jangka panjang
atau modal sendiri.

Proporsi utang jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil


dibandingkan dengan matching approach.

Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil risiko meskipun


akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia untuk
pemegang saham karena biaya utang jangka panjang pada
umumnya lebih besar daripada biaya utang jangka pendek.

Biaya utang jangka panjang itu lebih besar dari biaya utang jangka
pendek karena risiko dalam jangka panjang itu lebih besar daripada
jangka pendek yang relatif pasti lebih kecil
20
Aggresive Approach

Pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan


menggunakan proporsi utang jangka pendek yang lebih
besar, jika dibandingkan dengan pendekatan yang lain.

Perusahaan akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian


aktiva lancar permanen dengan utang jangka panjang
dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva
lancar variabel dengan utang jangka pendek.

Perusahaan akan menanggung pengembalian utang


jangka pendek yang lebih besar, sehingga risiko fluktuasi
bunga jangka pendek juga semakin besar tetapi dengan
harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin
besar dengan demikian akan memperkecil biaya utang
jangka pendek

Anda mungkin juga menyukai