Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN MODAL KERJA

Dosen pengampu : Yuwan Ditra Krahara, SM, M.M

Disusun oleh :
1. Fathonah
2. Muhammad Alkausar
3. Sandi Hidayat

BISNIS DIGITAL
POLITEKNIK KRAKATAU
Komplek Bonakarta Blok B07 Lantai 3, Jl.S.A Tirtayasa No.49 Masigit, Kec
Jombang Kota Cilegon, Banten 42414 Indonesia.
PENGERTIAN MANAJEMEN MODAL KERJA
Konsep Manajemen Modal Kerja
Setiap bisnis pasti memerlukan modal untuk bisa membiayai kegiatan operasional sehari-
hari, seperti membeli bahan baku, membayar gaji para pegawai, membayar tagihan listrik, dan
berbagai hal lainnya. Nah, modal yang digunakan tersebut dikenal dengan modal kerja.
Manajemen modal kerja adalah manajemen serta berbagai unsur aset lancar dan juga utang
lancar.

Jika terjadi kekeliruan di dalam pengelolaan modal kerja, maka akan sangat berdampak
pada kegiatan operasional bisnis Anda. Namun bila bisa dikelola secara efektif dan juga efisien,
maka akan mampu memberikan banyak sekali manfaat dalam perkembangan bisnis untuk jangka
waktu yang panjang.

Apa itu Manajemen Modal Kerja?

Manajemen modal kerja terdiri dari dua unsur, yakni aktiva dan kewajiban lancar. Dalam
dunia akuntansi, manajemen modal kerja adalah suatu strategi dalam memelihara tingkat
keseimbangan aset lancar dan juga kewajiban lancar, seperti mengelola arus kas, persediaan,
serta utang dan piutang perusahaan.

Manajemen modal kerja memiliki peran yang sangat penting dalam suatu bisnis, setiap
keputusan dari manajemen bisa berdampak secara langsung pada peningkatan laba, risiko,
penjualan dan juga harga saham perusahaan. Hal tersebut pun berhubungan langsung dengan
penjualan yang meningkat serta dana yang diperlukan untuk biaya aktiva lancar.

Apa tujuan Manajemen Modal kerja ?

Tujuan dilakukannya modal kerja adalah agar suatu bisnis bisa mengelola aset lancar dan
utang lancar. Sehingga, bisa memperoleh modal kerja atau neto yang lebih baik dan menjamin
tingkat likuiditas pada suatu bisnis.

Aktiva lancar ini bisa berbentuk kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan juga pendanaan yang
diperlukan untuk mendukung aset lancar. Nah, tujuan lain dari dilakukannya modal kerja antara
lain adalah sebagai berikut:

 Memenuhi laba ataupun rugi suatu bisnis


 Memaksimalkan dana dari pemilik saham arena mempunyai rasio keuangan yang lebih
positif
 Mampu menghargai modal kerja agar pembayaran kebutuhan bisa dilakukan secara tepat
waktu
 Mampu melindungi perusahaan dari terjadinya krisis modal kerja.
KONSEP MODAL KERJA

1. Konsep Kuantitatif

Konsep kuantitatif pada manajemen modal kerja adalah pada kuantitas ataupun
jumlah biaya yang terdapat di dalam unsur aktiva lancar. Aktiva lancar juga mempunyai
dana yang berputar kembali dalam waktu yang cenderung lebih pendek ataupun dalam
bentuk semulanya jadi, modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah seluruh jumlah dari
aktiva lancar milik perusahaan. modal kerja dalam makna ini juga dikenal dengan modal
kerja bruto.

2. Konsep Kualitatif

Bila pada konsep kualitatif hanya berkaitan dengan jumlah aktiva lancar saja, nah
dalam konsep kualitatif ini modal kerja akan sangat berkaitan dengan jumlah utang lancar
ataupun utang yang pembayarannya harus segera dibayarkan. Untuk itu, sebagian aktiva
lancar harus tersedia agar bisa membiayai kewajiban finansial perusahaan yang harus
segera dilakukan, tidak boleh digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.
Tujuan utamanya adalah agar pihak perusahaan mampu menjaga tingkat likuiditasnya.
Modal kerja kualitatif pun sering disebut dengan modal kerja neto.

3. Konsep Fungsional

Dasar utama dalam konsep fungsional adalah biaya yang tersimpan sebagai modal
dan juga dana yang dikeluarkan mempunyai fungsi dalam memperoleh pendapatan
bisnis. Konsepnya adalah sebagai biaya akan digunakan agar bisa menghasilkan
pendapatan dalam periode akuntansi atau yang biasa disebut dengan current
income. Nah, sebagian biaya lain juga digunakan pada periode akuntansi ini, namun tidak
semua dana tersebut digunakan agar bisa mendapatkan current income, Sebagian dari
dana tersebut juga digunakan untuk bisa menghasilkan pendapatan ataupun untuk periode
akuntansi selanjutnya yang umumnya dikenal dengan future income.

Contoh sederhananya, katakanlah ada suatu bisnis yang melakukan penanaman modal pada
sebagian dananya pada instrumen obligasi pemerintah. Lalu, dana tersebut ternyata berhasil
menghasilkan current income dalam wujud bunga ataupun income.

Bisnis pakaian ini sebenarnya dibuat untuk melakukan perdagangan pakaian, bukan untuk
melakukan investasi. Jadi, dana yang diinvestasikan pada instrumen obligasi tersebut nantinya
dapat diinvestasikan dalam bisnis tekstilnya, seperti pengembangan bisnis dengan cara membeli
suatu mesin ataupun bahan baku baru. Kemudian, dana inilah yang dikategorikan sebagai modal
kerja potensial ataupun potential working capital.

Seperti yang kita ketahui, kas dan persediaan adalah salah satu bentuk dari modal kerja yang
dimiliki oleh suatu bisnis. Sebagian piutang perusahaan juga termasuk dalam modal kerja dan
sebagian yang lainnya masuk pada potensial modal kerja.
Jika suatu bisnis menjual produk barangnya dengan sistem kredit, maka bisnis tersebut tentu
mempunyai piutang dagang yang besarnya mampu mencakup hasil penjualan dan juga
keuntungan. Piutang yang diinvestasikan dalam bentuk produk yang terjual juga bisa
dikategorikan menjadi modal kerja.

Contohnya, katakanlah ada suatu perusahaan yang menjual laptop dengan tingkat profit margin
sebanyak 40%. Perusahaan tersebut mempunyai piutang sebanyak 12 juta, untuk itu, 40% dari 12
juta adalah 4,8 juta. Ini sudah termasuk modal kerja potensial dan 60% dari dana tersebut, yakni
7,2 juta adalah modal kerja.

Non working capital adalah dana yang tidak mampu menghasilkan current income. Jika ternyata
mampu menghasilkan current income, maka umumnya tidak akan sesuai dengan tujuan utama
dari didirikannya usaha tersebut. Dana yang diinvestasikan dalam aset tetap bisa kita sebut
dengan non working capital.

Umumnya, suatu perusahaan manufaktur mempunyai dana yang diinvestasikan pada mesin
sebanyak 50 juta rupiah dengan waktu penggunaan selama 5 tahun. Nah, pengeluaran yang
diperlukan untuk pesan tersebut mempunyai dua tujuan utama, yakni sebagian uang yang
sebanyak 10 juta rupiah berguna untuk menghasilkan current income di dalam periode akuntansi
itu sendiri. Sedangkan sisanya, digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode
akuntansi selanjutnya atau future income.

Jadi, porsi dari aset tetap yang termasuk ke dalam modal kerja tersebut adalah depresiasi periode
tersebut, yakni 10 juta rupiah, sedangkan sisa yang dimiliki di akhir tahun pertama sebanyak 40
juta rupiah, termasuk non working capital.

Penentuan Jumlah Modal Kerja

Jumlah modal kerja yang diperlukan dalam suatu bisnis harus bisa diperhitungkan dengan
baik oleh semua pihak profesional, seperti oleh Chief Finance Officer (CFO) atau oleh manajer
keuangan agar tidak kekurangan ataupun kelebihan modal.

Modal bisa mengalami perubahan, karena terjadi perubahan penjualan. Contohnya, jika
mengalami peningkatan penjualan, maka modal kerja pun akan turut membesar. Namun, jumlah
modalnya akan tergantung pada setiap aset lancar.

Biasanya, jumlah keperluan modal kerja dalam suatu bisnis sangat tergantung pada dua hal,
yakni jumlah operasi pokok atau penjualan, serta perputaran modal kerja.

Untuk jumlah operasi pokok atau penjualan, semakin besar penjualan atau operasi pokoknya,
maka keperluan modal bisnis pun akan semakin besar, pun begitu juga sebaliknya.

Sedangkan untuk perputaran modal kerja, semakin cepat perputaran modal kerja, maka modal
yang diperlukan juga akan relatif lebih besar. sebaliknya, bila perputaran modalnya melambat,
maka modal yang diperlukan pun akan lebih sedikit.
Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Tersedianya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan. Untuk
menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan
hal yang mudah. Jika modal kerja yang tersedia terlalu kecil, maka hal ini dapat menimbulkan
kurang lancarnya kegiatan perusahaan atau kesempatan untuk mendapat keuntungan telah disia-
siakan. Sebaliknya modal kerja yang tersedia berlebihan berarti adanya dana yang tidak
produktif dalam perusahaan. Oleh sebab itu, perlu bagi setiap perusahaan untuk dapat
menetapkan jumlah kebutuhan modal kerja secara tepat.

Menurut Munawir (2010), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu
sebagai berikut:

1. Sifat atau jenis perusahaan.

Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan
oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk
perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun
persediaan.

2. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual.

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan jangka


waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Semakin lama
waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang, maka jumlah modal kerja yang
diperlukan semakin besar.

3. Syarat pembelian dan penjualan.

Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan
sebaliknya. Di samping itu, modal kerja juga dipengaruhi syarat penjualan. Semakin
lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan besar
kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.

4. Tingkat perputaran persediaan.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang
ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat
mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan
pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan
mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan
selepa konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
5. Tingkat perputaran piutang.

Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang.


Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja
semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi
diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan
dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan serta
penagihan piutang.

6. Volume penjualan.

Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional


pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja
yang dibutuhkan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja
yang rendah.

7. Faktor musim dan siklus

Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim
membutuhkan jumlah modal kerja yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan
dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan
menjelang puncak penjualan.

Sumber Modal Kerja

Sumber modal kerja yang paling utama adalah dari hasil penjualan produk tersebut. Dari hasil
penjualan tersebut akan digunakan sebagai modal kerja selanjutnya bagi kegiatan operasional
perusahaan. Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk apa
pun.Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumber-sumber modal
kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia. Namun, dalam pemilihan modal
harus diperhatikan untung ruginya sumber modal kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu
dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang
tidak diinginkan.
Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan
kenaikan passiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:

1. hasil operasi perusahaan;

2. keuntungan penjualan surat-surat berharga;

3. penjualan saham;

4. penjualan aktiva tetap;

5. penjualan obligasi;

6. memperoleh pinjaman;

7. dana hibah; dan

8. sumber lainnya.

Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode
tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. Seperti
misalnya cadangan laba, atau laba yang belum dibagi. Selama laba yang belum dibagi
perusahaan dan belum atau tidak diambil pemegang saham, hal tersebut akan menambah modal
kerja perusahaan. Namun, modal kerja ini sifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu
yang relatif tidak terlalu lama.

Keuntungan penjualan surat-surat berharga juga dapat digunakan untuk keperluan modal
kerja, Besar keuntungan tersebut adalah selisih antara harga beli dengan harga jual ‘ surat
berharga tersebut. Namun, sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat-surat berharga dalam
kondisi rugi, otomatis akan mengurangi modal kerja.

Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah . Saham yang masih dimiliki untuk
dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja.

Pada penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang
produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang
sebesar harga jual.
Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada
pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil penjualan
obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang. Mengenai memperoleh
pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk
pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukkan pinjaman jangka
panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi. Dalam praktiknya pinjaman, terutama
dari dunia perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun
tidak menambah aktiva lancar. Mengenai perolehan dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga
dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya
sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum kenaikan dan penurunan modal kerja

disebabkan:

1. adanya kenaikan modal (penambahan modal pemilik atau Iaba);

2. adanya pengurangan aktiva tetap (penjualan aktiva tetap);

3. adanya penambahan utang.

Menurut jumingan (2008:71) modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni :

1. Pendapatan bersih yaitu modal kerja yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan
hasil hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang.
2. Keuntungan dari penjualan surat surat berharga yaitu suratsurat berharga sebagai
salah satu pos aktiva lancar dapat dijual
3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya
yaitu sumber lain untuk menambah modal kerja dari hasil penjualan aktiva tetap,.
4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilikyaituobligasi,
dan saham.
5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya yaitu pinjaman
jangka pendek.
.Menurut Ahmad (2005:99) sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :

1. Hasil operasi perusahaan, merupakan jumlah pendapatan yang berada di dalam


perhitungan laporan laba rugi ditambah dengan depresiasi (penyusutan) dan
amortisasi (pengurangan aktiva tidak berwujud.
2. Keuntungan dari penjualan surat surat berharga (investasi jangka pendek), adalah
salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan
berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja
3. Penjualan aktiva tidak lancar, yaitu hasil penjualan aktiva tetap yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan.

Penggunaan Modal Kerja

Menurut Jumingan (2008:74) penggunaan modal kerja yaitu:

1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang utang jangka pendek.
2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan.
3. Kerugian usaha yang memerlukan pengeluaran kas..
4. Pembayaran utang jangka jangka panjang dan pembelian kembali saham
perusahaan.

Menurut Ahmad (2005:103) penggunaan modal kerja akan mempengaruhi perubahan


besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan, tetapi
penggunaaan aktiva lancar tidak selalu di ikuti dengan perubahan besar kecilnya modal kerja
oleh perusahaan.

Penggunaan Modal Kerja

Menurut Jumingan (2008:74) penggunaan modal kerja yaitu:

A. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang utang jangka pendek.

B. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan.

C. Kerugian usaha yang memerlukan pengeluaran kas.

D. Pembayaran utang jangka jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.
Menurut Ahmad (2005:103) penggunaan modal kerja akan mempengaruhi perubahan
besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan, tetapi
penggunaaan aktiva lancar tidak selalu di ikuti dengan perubahan besar kecilnya modal kerja
oleh perusahaan.

Munawir (2010) mengemukakan secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal kerja biasa
digunakan untuk:

1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya,untuk menunjang
penjualan.

2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan yang akan digunakan untuk
proses produksi atau untuk dijual kembali.

3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.

4. Pembentukan dana yang merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam
jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan
obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva
tetap.

5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain).

6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang).

7. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi. Penggunaan modal kerja akan
menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki
peusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya
jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001, hal. 353) adalah

sebagai berikut:

1. Bertambahnya aktiva tetap

2. Berkurangnya hutang Jangka Panjang

3. Berkurangnya modal pembayaran cash deviden

4. Berkurangnya modal

5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan


Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut,
S. Munawir mengemukakan bahwa ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah
jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu
pemakaian atau penggunaan modal kerja / aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang),misalnya:

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai

3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang
menjadi piutang wesel

Anda mungkin juga menyukai