Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal
kerja. Modal kerja merupakan salah satu input penting yang di gunakan untuk
menghitung nitai tambah ekonomi suatu perusahaan dan devisi. Manajemen
keuangan merupakan keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan
dengan usaha mendapatkan dana yang di perlukan dengan biaya minimal dan
syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan
dana tersebut seefisien mungkin.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting
untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang.
Apabila perusahaan kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya
perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan
yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi tidak dapat membayar
kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi masalah
likuiditas.
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan
barang dan jasa melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif
dan efisien. Modal kerja itu antara lain digunakan untuk pembelian bahan
baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran biaya-biaya
lainnya.
Modal kerja ini sangat berhubungan dengan current asset atau aktiva
lancer perusahaan. Pengelolaan modal kerja ini merupakan aspek penting bagi
perusahaan. Perusahaan secara umum harus mempertahankan jumlah modal
kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Secara umum aktiva lancarter diri
dari kas, surat-surat berharga atau sekuritas, piutang dan persedian. Setiap
elemen dari aktiva lancer tersebut harus dikelola secara efisien agar bias
meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan pada tingkat yang aman. Jika
kekurangan asset untuk mengembangkan produk dan jasa perusahaan
sedangkan permintaan konsumen semakin besar, maka perusahaan akan
kehilangan konsumen. Tetapi jika terlalu banyak asset yang dimiliki akan
mengakibatkan idle fised asset dimana aktiva tetap yang dimiliki tidak dapat
digunakan secara optimal. Oleh karena itu, ketepatan dalam menggunakan
modal kerja dan investasi aktiva tetap akan menguntungkan dan
melangsungkan kehidupan perusahaan.1
Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba
untuk menyampaikan bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam
pengaturan jasa-jasa monopoli yang di beriakan oleh perusahaan-perusahaan.
sehingga pembaca dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dari Modal Kerja dan Karakteristiknya?
2. Apa yang dimaksud dengan Jasa Keuangan Syari’ah Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT)?
3. Bagaimana cara mendapat Bantuan Modal dari Pemerintah atau Swasta?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Modal Kerja dan Karakteristiknya.
2. Mengetahui Jasa Keuangan Syari’ah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).
3. Mengetahui cara mendapatkan Bantuan Modal dari Pemerintah atau
Swasta.

Bima Said, “Modal Kerja”, dalam


1
https://www.kajianpustaka.com/2014/02/modal-
kerja.html (17 November 2019), 6.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja.
Modal kerja merupakan pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan/kepentingan perusahaan, seperti peningkatan produksi, baik
secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif,
yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan juga dipergunakan
untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.2 Modal kerja juga didefinisikan sebagai modal yang digunakan
untuk membiayai segala macam kebutuhan operasional perusahaan sehari-
hari, terutama yang memiliki jangka waktu yang pendek. Dengan kata lain
Modal Kerja merupakan investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar
atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat berharga,
piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.
a. Definisi Modal Menurut Para Ahli.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya ialah:
1) Definisi modal kerja menurut Jumingan adalah jumlah aktiva
lancar pada neraca perusahaan. Konsep modal kerja bersih yaitu
pengurangan antara aktiva lancar atau aset saat ini dengan pasiva
lancar/hutang lancar. Sehingga diketahui bahwa terdapat modal
kerja bersih dan modal kerja kotor.
2) Definisi modal kerja menurut Eugene F. Brigham dan Joel F.
Houston adalah penjumlahan dari aktiva lancar. Aktiva lancar
tersebut adalah modal kerja kotor. Pengertian ini bersifat kuantitatif
dikadikarenakan jumlah dana yang dipakai dalam tujan operasi
jangka pendek. Ketersediaan modal kerja sangat bergantung pada

2
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),
160.
tingkat liquiditas aktiva lancar (kas, surat berharga, persediaan, dan
piutang).
3) Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland,
Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang
lancar.3
4) Kemudian menurut Keuangan maupun Akuntansi, yang dimaksud
dengan modal kerja adalah modal yang dipergunakan untuk
menjalankan aktivitas pembentukan jasa/produk yang dijual, di
sepanjang siklus, yang waktu perpuatarannya relatif singkat dan
biasanya di bawah satu tahun buku (satu periode akuntansi).4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian modal kerja adalah Modal
yang digunakan untuk membiayai segala macam kebutuhan operasional
perusahaan sehari-hari.
2. Konsep Modal Kerja
a. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan
keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, piutang,
persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana
aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula
atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek
atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan, bahwa konsep
tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan
untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang
sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal
kerja tersebut. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan

3
Lukman Syamsuddin, Menejemen Keuangan Perusahaan ( Jakarta: PT Raja Grafindo,
2007), 37.
4
James, Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia ( Jakarta: Salemba Empat, 2009), 19.

4
batas keamanan atau margin of safety yang baik.. Jumlah modal kerja
yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang
baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan
operasi perusahaan pada periode berikutnya.
b. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara
aktiva lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja
merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat
digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu
likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net
working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya
aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar dan
menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang.
c. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari
pada dana dalam menghasilkan dana atau income dari usaha pokok
perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana yang
digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dan yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pada periode-periode selanjutnya
atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, alat-alat kantor
atau aktiva tetap lainnya yang disebut future income.5
Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk
menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang dan lain
sebagainya. Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari

5
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE, 2001),
57-58.

5
piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal
kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.
3. Jenis-jenis Modal Kerja.
Modal kerja dapat digolongkan dalam beberapa jenis, diantaranya:
a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan
untuk dapat menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari:
1) Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas
usahanya.
2) Modal kerja normal
Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk
proses produksi normal.
b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya
selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, diantaranya:
1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh
fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh
fluktuasi konjungtur.
3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, seperti banjir,
kebakaran dan lain sebagainya.6

6
Manullang. Pengantar Menejemen Keuangan (Yogyakarta: Andi, 2005), 45.

6
4. Siklus Modal Kerja
Modal Kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turn over) dimulai
dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal
kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau
makin tinggi tingkat perpuatarannya (turnover rate).7 Perputaran modal
kerja sangat penting untuk melihat berapa modal kerja yang diguanakan
perusahaan untuk menciptakan penjualannya sehingga nantinya dapat
menambah pundi-pundi finansial perusahaan. Dengan memperhatikan
modal kerja akan memungkinkan perusahaan dapat menggunakan sumber
dayanya dengan ekonomis sehingga bahaya akan krisis keuangan akan
dapat diminimalisir.
5. Fungsi Modal Kerja
Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang
ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan
nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau
penurunan nilai persediaan.
b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar
semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan
potongan tunai; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah
yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang.
c. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara
Credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya
bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara
kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan

7
Ngalimun, et al., Komunikasi Bisnis Kewirausahaan dalam Islam (Yogyakarta; Penerbit
Parama Ilmu, 2019), 159-160.

7
perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi:
pemogokan banjir dan kebakaran.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada
para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada
para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu
para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.
e. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada
suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli
dengan lancar.
f. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan
perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan
dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena
kesulitan kredit.
g. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk
menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.8
6. Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh
perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja
yang dibiayai atau berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin
baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar jaminan bagi
kreditur jangka pendek.
Sumber modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Operasi rutin perusahaan.
b. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan
penanaman sementara lainnya.
c. Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tak lancar
dan lain-lainnya.
d. Pengembalian pajak dan keuntungan luar biaya lainnya.

8
Ngalimun, et al., Komunikasi Bisnis Kewirausahaan dalam Islam (Yogyakarta; Penerbit
Parama Ilmu, 2019), 160-161.

8
e. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi, saham dan
penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan.
f. Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang
diperoleh dari Bank atau pihak lain.
g. Pinjaman yang dijamin oleh hipotek atas aktiva tetap atau aktiva tak
lancar.
h. Penjualan piutang dengan jalan penjualan biasa/dengan “facturing”
(penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan
pada lembaga keuangan). 9
B. Jasa Keuangan Syari’ah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
1. Lembaga Keuangan Syari’ah.
Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kegiatannya di
bidang keuangan syariah dan asetnya berupa aset-aset keuangan maupun
non keuangan berdasarkan prinsip syariah. Dan ada yang mengartikan
sebagai berikut lembaga keuangan syariah adalah badan usaha yang
kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan
menanamkan dananya dalam surat berharga. Serta menawarkan jasa
keuangan lain seperti: simpanan, asuransi, investasi, pembiayaan, dll.
Berdasarkan prinsip syariah dan tidak menyalahi Dewan Syariah Nasional.
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam
mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip Syariah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta
dilengkapi dengan Al Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam, saat
ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah.10
Ekonomi Syariah menganut faham Ekonomi Keseimbangan, sesuai
dengan pandangan Islam, yakni bahwa hak individu dan masyarakat
diletakkan dalam neraca keseimbangan yang adil tentang dunia dan

9
Tunggal, et al., Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: Rhineka Cipta),
91.
10
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Yogyakarta: Ekonesia, 2004),
190.

9
akhirat, jiwa dan raga, akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman
dan kekuasaan. Ekonomi Keseimbangan merupakan faham ekonomi yang
moderat tidak menzalimi masyarakat, khususnya kaum lemah
sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis. Di samping itu, Islam
juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum
sosialis, tetapi Islam mengakui hak individul dan masyarakat.
Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi
Syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari
saringan Syariah. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal
yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila, perjudian,
peredaran narkoba, senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat
merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur organisasi Lembaga
Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
mengawasi produk dan operasional lembaga tersebut.11
a. Prinsip Lembaga Keuangan Syari’ah
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam
koridor-koridor prinsip-prinsip:
1) Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak.
2) Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana),
dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar
sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan.
3) Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah
investor dapat mengetahui kondisi dananya.

11
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) (Yogyakarta: UII
Press, 2004), 120.

10
4) Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rahmatan lil alamin.12
b. Ciri-ciri Lembaga Keuangan Syari’ah
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari
hal-hal sebagai berikut :
1) Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan
Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
2) Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan
Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution,
berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur.
3) Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan
profit orianted, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.
4) Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah
berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa
menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/
kredit) guna transaksi sosial.
5) Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal
dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar
Islam.13
c. Kriteria SDI yang dibutuhkan
Sumber Daya Insani (SDI) yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga
keuangan syariah, adalah seorang yang mempunyai kemampuan
profesionalitas yang tinggi, karena kegiatan usaha lembaga keuangan
secara umum merupakan usaha yang berlandaskan kepada
kepercayaan masyarakat.

12
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 97-98.
13
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 72.

11
Untuk SDI lembaga keuangan syariah, selain dituntut memiliki
kemampuan teknis perbankan juga dituntut untuk memahami
ketentuan dan prinsip syariah yang baik serta memilik akhlak dan
moral yang Islami, yang dapat dijabarkan dan diselaraskan dengan
sifat-sifat yang harus dipenuhi, yakni:
1) Siddiq, yakni bersikap jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang,
dan Allah SWT.
2) Istiqomah, yakni bersikap teguh, sabar dan bijaksana.
3) Fathonah, yakni professional, disiplin, mentaati peraturan, bekerja
keras, dan inovatif.
4) Amanah, yakni penuh tanggungjawab dan saling menghormati
dalam menjalankan tugas dan melayani mitra usaha.
5) Tabligh, yakni bersikap mendidik, membina, dan memotivasi
pihak lain untuk meningkatkan fungsinya sebagai kalifah di muka
bumi.14
2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Definisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga yang terdiri
dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih
mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
nonoprofit, seperti: zakat, infaq, dan sedeqah. Sedangkan baitul tamwil
sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-
usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat ekonomi
kecil dengan berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan dengan
maksud memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh
pelayanan bank Islam atau BPR Islam.15

14
A. Kadir, Hukum Bisnis Syari’ah dalam Al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Amzah, 2010),
129.
15
Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta Timur: Bestari Buana Murni,
2008), 56.

12
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri
Terpadu, juga biasa diartikan sebagai lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh
masyarakat setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi yang
syari’ah.16
b. Ciri-ciri BMT
Ciri-ciri BMT adalah sebagai berikut:
1) Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota serta
masyarakat.
2) Bukan lembaga sosial, tapi bermanfaat untuk mengefektifkan
penggunaan dana-dana sosial untuk kesejahteraan orang banyak
serta dapat menyelenggarakan kegitan pendidikan dapat
memperdayakan anggotanya dalam rangka menunjang ekonomi.
3) Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat
sekitarnya. Milik masyarakat kecil dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat.
Atas dasar ini BMT tidak bisa berbadan hukum perseroan.17
C. Modal dari Pemerintah atau Swasta
1. Mendapatkan Modal dari Pemerintah atau Swasta
Saat ini, banyak orang yang ingin memulai sebuah usaha namun
terpaksa terhenti hanya sebatas niatan dikarenakan ketiadaan modal.
Terlebih di tengah perekonomian bangsa yang masih belum stabil dan
kemiskinan yang melanda sebagian masyarakat di tanah air, membuat
semangat berwirausaha semakin pudar. Menyadari hal tersebut,
pemerintah mengeluarkan berbagai program usaha yang bertujuan

16
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Syari’ah (Jakarta: Kencana, 2009), 451.
17
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktik Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah (Yogyakarta:
UII Press, 2002), 59.

13
membantu pelaku usaha kecil dan menengah untuk mendapatkan modal
usaha, untuk menumbuhkan semangat berwirausaha.
Salah satu cara untuk mendapatkan modal adalah dengan Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan
pendanaan atau pinjaman khusus yang diperuntukkan kepada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi (UMKMK). KUR ini bisa
digunakan oleh UMKM untuk kredit modal kerja dan atau kredit investasi.
Fasilitas ini disediakan pemerintah melalui bank-bank milik negara
yang bisa diakses oleh pemohon KUR/UKM. Perlu diketahui bahwa KUR
sangat selektif dalam mengucurkan dana yaitu UMKMK yang produktif
dan potensial. Selain dengan melalui pinjaman lunak seperti KUR, Anda
pun bisa mendapatkan modal usaha secara gratis melalui program dari
pemerintah atau swasta.18
2. Modal Usaha Gratis dari Pemerintah atau Pihak Swasta
Keterbatasan modal usaha lah yang sangat sering membuat banyak
pelaku usaha akhirnya memutuskan untuk mundur atau menutup
usahanya. Namun jika anda termasuk orang yang kreatif dan terbuka
sebenarnya banyak modal usaha gratis yang bisa anda dapatkan. Banyak
pihak baik pemerintah maupun swasta yang mau memberikan modal usaha
secara gratis dari pemerintah tanpa melakukan pengembalian.
Tahun 2015 merupakan momen yang sangat bagus untuk melakukan
sebuah pijakan baru di dunia bisnis. Dengan dicanangkannya program
masyarakat ekonomi Asean membuat beberapa pihak baik pemerintah
maupun swasta memberikan kredit khusus untuk mensukseskan program
MEA 2015. Banyak seminar-seminar yang diadakan terutama dikalangan
akademi yang mencoba memberikan motivasi untuk menjadi salah satu
produsen dalam MEA 2015.
Untuk itu biasanya pihak penyelenggara seminar memberikan
kesempatan bagi para pengusaha muda untuk mendapatkan modal usaha

18
Ngalimun, et al., Komunikasi Bisnis Kewirausahaan dalam Islam (Yogyakarta;
Penerbit Parama Ilmu, 2019), 164-165.

14
gratis dari pemerintah maupun pihak sponsor (swasta). Biasanya modal
usaha diberikan kepada mereka yang telah menjalankan sebuah bisnis
yang memiliki prospek yang baik dan mau mengajukan proposal modal
usaha.
Untuk mendapatkan modal usaha gratis dari pemerintah maka Anda
harus melakukan bersikap jemput bola. Mengapa? Karena biasanya
hampir semua Kementrian mengeluarkan program dana hibah namun
karena kurangnya sosialisasi membuat banyak masyarakat seakan tidak
mengenal apa yang sebenarnya menjadi haknya. Untuk itu berikut ini
beberapa cara mendapatkan modal usaha gratis dari pemerintah,
diantaranya adalah:
a. Meluangkan waktu mendatangi dinas atau intansi pemerintahan seperti
dinas perdagangan dan perindustrian atau dinas kemenkop dan UKM.
Tanyakan kepada pegawai yang bekerja disana tentang program dana
hibah yang terkait dengan bisnis yang Anda jalankan.
b. Jika dana hibah yang anda maksud tidak ada di dinas tersebut maka
tanyakan kepada pegawai kemanakah sebaiknya Anda mencari dana
hibah seperti yang kite perlukan.
c. Jika Anda telah mendatangi tempat yang tepat segeralah untuk
menanyakan syarat dan prosedur yang harus dilakukan nuntuk
mendapatkan dana hibah modal usaha gratis.
d. Persiapkan proposal pengajuan dana hibah modal usaha dengan sebaik
mungkin dan ajukan sesuai prosedur dan dilengkapi dengan
persyaratan yang ada.
e. Selagi menunggu proposal Anda untuk disetujui lakukan pendekatan
kepada pihak pegawai untuk lebih mempermudah proses penerimaan
informasi terkait proposal yang anda ajukan.19

19
Farida, 2010, “Kiat-kiat”, dalam http://faridanoviana.blog.perbanas.ac.id (17
November 2019), 2.

15
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai segala
macam kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk jenisnya
sendiri modal kerja dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya ialah modal kerja permanen (modal kerja primer dan modal
kerja normal) dan modal kerja variabel (modal kerja musiman, modal
kerja sikus dan modal kerja darurat).
2. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau balai usaha mandiri terpadu
merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip
bagi hasil, menumbuh kembangkan derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal
awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat.
3. Beberapa tips agar mendapatkan bantuan modal dari pemerintah atau
swasta diantaranya: Meluangkan waktu mendatangi dinas atau intansi
pemerintahan seperti dinas perdagangan dan perindustrian atau dinas
kemenkop dan UKM. Tanyakan kepada pegawai yang bekerja disana
tentang program dana hibah yang terkait dengan bisnis yang Anda
jalankan. Persiapkan proposal pengajuan dana hibah modal usaha dengan
sebaik mungkin dan ajukan sesuai prosedur dan dilengkapi dengan
persyaratan yang ada. Selagi menunggu proposal Anda untuk disetujui
lakukan pendekatan kepada pihak pegawai untuk lebih mempermudah
proses penerimaan informasi terkait proposal yang anda ajukan.
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang Lembaga Keuangan Syari’ah
Khususnya BMT ini diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut
tentang fungsi, peran dan tujuan serta manfaat Lembaga Keuangan Syari’ah
dan bagaimana menjadikan Lembaga Keuangan Syari’ah ini selalu diminati
oleh masyarakat luas serta tidak mematikan fungsi dan peran asalnya. Dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya .
17

Daftar Pustaka

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani,
2001.

Farida. 2010. Diundah dari: http://faridanoviana.blog.perbanas.ac.id diakses


tanggal 7 oktober 2012.

Ilmi, Makhalul. Teori dan Praktik Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah.


Yogyakarta: UII Press, 2002.

James. Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Kadir. Hukum Bisnis Syari’ah dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Amzah, 2010.

Manullang. Pengantar Menejemen Keuangan. Yogyakarta: Andi, 2005.

Muhammad. Lembaga Ekonomi Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Ngalimun, et al.. Komunikasi Bisnis Kewirausahaan dalam Islam. Yogyakarta;


Penerbit Parama Ilmu, 2019.

Ridwan, A. Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).


Yogyakarta: UII Press, 2004.

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE,


2001.

Rodoni, Ahmad. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta Timur: Bestari Buana


Murni, 2008.

Said, Bima. 2018. Diunduh dari: https://www.kajianpustaka.com/2014/02/modal-


kerja.html Diakses pada tanggal 17 November 2019.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Syari’ah. Jakarta: Kencana, 2009.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonesia,


2004.

Syamsuddin, Lukman. Menejemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja


Grafindo, 2007.

Tunggal, et al.. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Rhineka


Cipta, 1995.

Anda mungkin juga menyukai