KEUANGAN
DISUSUN :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keuangan merupakan keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan
dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat
yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien
mungkin.
Modal kerja merupakan salah satu input penting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah
ekonomi suatu perusahaan dan devisi.
Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba untuk menyampaikan
bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang diberikan
oleh perusahaan-perusahaan. sehingga pembaca dapat mengambil manfaat yang terkandung
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Makalah ini kami buat untuk membahas masalah manajemen modal kerja serta hal-hal yang
berkaitan dengannya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan kita tentang hal ini
BAB II
PEMBAHASAN
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan
bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu
kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manajemen modal kerja
adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang,
dan persediaan.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai
di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan
barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka
pendek. Dengan demikian maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam
rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
Menurut WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis
yaitu
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari :
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan
untuk menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk kegiatan usahanya.
b. modal kerja normal
Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal
kerja ini terdiri dari :
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
mendadak).
a. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat
terjadi peningkatan penjualan.
b. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi
kebutuhan akan modal kerja.
c. Perubahan dalam teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan
akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
d. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan
modal kerja.
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin
panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal
kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman
jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang
memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi
dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan
pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang
demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan
harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebaiknya dibiayai
dengan utang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan
kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja
yang agresif; risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi
oleh tersedianya harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak
gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjadi uang tunai yaitu
persediaan, khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses.
Perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang jangka
pendek
2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek dan
50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
3) Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan utang jangka
panjang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian manajemen modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau
uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan
pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan
pinjaman jangka pendek. Dengan demikian maka manajemen modal kerja merupakan semua
kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva.
Adapun konsep modal kerja adalah Konsep Kuantitatif, Konsep Kualitatif dan Konsep
Fungsional.
DAFTAR PUSTAKA