Anda di halaman 1dari 8

Analisis Efisiensi Pemasaran Pala di Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan

Sofyan, Elvira Iskandar, Faradila Febriani*


*) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Abstract
The nutmeg plant known as spice plants that has economic value. South Aceh district is
an area of nutmeg production centers in Aceh. The purpose of this study was to
determine the type of marketing channels, margin and marketing efficiency nutmeg in
Tapak Tuan Sub District. This research was conducted by survey. The analytical method
used is quantitative descriptive method by analysis of marketing margin and efficiency.
The results showed that: (1) Channel marketing of meat nutmeg using zero channel level,
while the nutmeg seed marketing channels using the channel one and two levels; (2)
marketing margin nutmeg to consumers in Type I of Rp.20.500 per kg and the Type II
amounted Rp.21.000 per kg, while the marketing channel nutmeg to refiners in Type I
Rp. 95 900 per kg and the Type II Rp. 96 400; (3) The efficiency of marketing nutmeg to
consumers in Type I 53.94% and the Type II 55.26%, while nutmeg to refiners at 84.65%
of Type I and Type II at 85%.

Keywords: Nutmeg, Channel Marketing, Marketing Margins, Marketing Efficiency

PENDAHULUAN pala global pada tahun 2013 mencapai


320-350 ton dan kebutuhan tahun 2014
Indonesia merupakan salah satu mencapai 350-400 ton.
negara produsen dan pengekspor biji Kabupaten Aceh Selatan adalah
dan fuli pala terbesar dunia, dengan sentra penghasil pala di Provinsi Aceh.
pangsa pasar dunia sebesar 75 %. Pasar Komoditi pala bukan hanya memiliki
utama tujuan ekspor pala Indonesia dari nilai ekonomis tetapi juga merupakan
sisi volume adalah Vietnam, Amerika tanaman yang mempunyai nilai budaya
Serikat, Belanda, Jerman dan Italia. karena diusahakan secara turun
Direktorat Jenderal Perkebunan (2015) temurun. Luas lahan Pala di Kabupaten
menyatakan produksi pala Indonesia Aceh Selatan mengalami peningkatan
pada tahun 2014 mencapai 264.68 ton, sebesar 2,5% per tahun dan produksi
yang dihasilkan dari luas areal produksi juga meningkat sebesar 21,5% setiap
147.377 Ha. Berdasarkan data Dinas tahunnya seperti pada Tabel 1.
Perkebunan Aceh, kebutuhan minyak

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Pala Perkebunan Rakyat di Kabupaten Aceh Selatan, Tahun 2012-2014
No Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ton/Ha)
(Ha) (Ton)
1 2012 14.891 5.129 0,344
2 2013 15.230 5.906 0,387
3 2014 15.810 7.565 0,478
Jumlah 45.931 18600 1.209
G % Tahun 2,5 21,5 67,5
Sumber : Dinas Perkebunan Aceh, 2015

Meskipun produksi dan (Tabel 2). Dalam kurun waktu 2011 –


produktivitas pala meningkat namun 2015 perkembangan harga pala
harga pala berfluktuasi setiap tahun mengalami penurunan sebesar -1,75%.

9
Penurunan harga pala yang sangat pemasaran pala, dan mengakibatkan
rendah terjadi pada tahun 2015 yaitu rendahnya pendapatan yang diterima
Rp. 46.000, sedangkan harga pala yang oleh petani (ILO, 2013). Salah satu
tinggi pada lima tahun terakhir adalah kelembagaan dalam subsistem
pada tahun 2014. agribisnis yang sangat penting dalam
keberhasilan usahatani pala adalah
Tabel 2. Perkembangan Harga Biji Pala di kelembagaan pemasaran. Oleh karena
Kabupaten Aceh Selatan, Tahun itu, penelitian ini bertujuan untuk
2011-2015.
menganalisis saluran pemasaran, marjin
No Tahun Harga (Rp/Kg)
pemasaran dan efisiensi pemasaran
1 2011 51.000 produk pala di Kecamatan Tapaktuan
Kabupaten Aceh Selatan. Dalam hal ini
2 2012 59.000
3 2013 59.000 lembaga pemasaran diharapkan mampu
4 2014 60.300 mengatasi masalah-masalah pemasaran
5 2015 46.000 yang terjadi dengan melakukan fungsi-
G% Tahun -1,75 fungsi pemasaran yang baik dan
Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Aceh memberikan keuntungan bagi petani
Selatan, 2015
pala. Dengan demikian akan
menghasilkan sejumlah tambahan
Tapaktuan merupakan salah
pendapatan yang mampu meningkatkan
satu kecamatan sentra penghasil pala di
kesejahteraan petani dan masyarakat.
Kabupaten Aceh Selatan. Pala
Tapaktuan telah ditetapkan sebagai
METODE PENELITIAN
produk Indikasi Geografis (2015), ini
dilakukan dalam upaya perlindungan
Penelitian ini dilakukan di
terhadap produk pala dan peningkatan
Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
nilai tambah kepada petani pala di
Selatan. Objek dari penelitian ini adalah
daerah tersebut. Namun ironisnya
petani pala dan lembaga pemasaran
usaha budidaya tanaman pala belum
yang terdapat pada daerah penelitian.
mampu meningkatkan kesejahteraan
Ruang lingkup penelitian ini hanya
masyarakat. Besar keuntungan setiap
terbatas pada analisis saluran
pelaku tergantung pada struktur pasar
pemasaran, analisis margin pemasaran,
di setiap tingkatan, posisi tawar, dan
dan efisiensi pemasaran pala. Metode
efisiensi usaha masing-masing pelaku
yang digunakan dalam penelitian ini
(Pearce dan Robinson, 2011). Bagi
adalah Metode Survey. Metode Survey
petani keterbatasan pengetahuan pasar
adalah penyelidikan yang diadakan
membuat posisi tawar petani lemah.
untuk memperoleh fakta dan mencari
Selama ini pemasaran produk
keterangan secara faktual, baik tentang
pala di Kecamatan Tapaktuan belum
institusi sosial, ekonomi atau politik dari
terlaksana dengan baik dalam suatu
suatu kelompok suatu daerah ( Nazir,
sistem pemasaran yang
2003).
menguntungkan setiap rantai pasok
Lokasi penelitian ditentukan
(value chain). Pelaku utama dalam
secara sengaja (purposive) di Desa Batu
rantai pemasaran pala adalah para
Hitam Kecamatan Tapaktuan, dengan
petani dan pedagang. Jumlah petani
pertimbangan bahwa Desa Batu Hitam
cukup besar dan menjadi penentu
merupakan Desa yang memiliki jumlah
dalam keberlanjutan pasokan serta
petani pala paling banyak. Metode
kualitas pala. Lemahnya kapasitas
pengambilan sampel dilakukan secara
petani selama ini menjadikan posisinya
acak sederhana (Simple Random
yang sangat lemah dalam rantai
Sampling), dengan alasan bahwa

10
populasi cenderung homogen. Jumlah
populasi dalam penelitian ini adalah 230 Profit Margin
KK petani, sampel petani diambil PM = MP – BP atau
sebanyak 10% dari jumlah populasi ( )
PM= x100%.(Azzaino,2005)
yaitu 23 orang petani. Pengambilan
Keterangan :
sampel lembaga pemasaran ditentukan
PM = Profit Margin
dengan teknik bola salju (Snowball
MP = Margin Pemasaran (Rp/Kg)
Sampling). Pada penelitian ini
BP = Biaya Pemasaran (Rp/Kg)
ditetapkan bahwa jumlah sampel yang
HJ = Harga Jual dihitung dalam Rp/Kg
digunakan untuk pedagang perantara
HPP = Harga Pokok Penjualan atau
biji pala sebanyak 4 orang dan
Harga Beli
pedagang pengumpul biji pala sebanyak
HBK = Harga Beli Konsumen
2 orang.
Efisiensi pemasaran
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam Eps = x 100 % .....(Soekartawi, 2002)
penelitian ini terdiri dari data primer Dimana :
dan data sekunder. Eps = Efisiensi Pemasaran
Bp = Biaya Pemasaran
Metode Analisis HE = Harga Eceran
Margin Pemasaran Dengan Kriteria :
MP = HB - HJ......(Azzaino,2005) - Ep < 50 % Efisien
Keterangan : - Ep > 50 % tidak Efisien.
MP = Margin Pemasaran biji pala
(Rp/kg) HASIL DAN PEMBAHASAN
HB = Harga Beli biji pala (Rp/kg)
HJ = Harga Jual biji pala (Rp/kg)

Saluran Pemasaran Pala di Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan


Saluran Pemasaran Daging Pala

Petani
10% 90%

Konsumen (Rumah Tangga) Konsumen (Home Industry)

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran Daging Pala di Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan,
Tahun 2016

Pada saluran ini petani langsung sebagai obat-obatan. Daging pala yang
menjual daging pala kepada konsumen dijual ke konsumen rumah tangga masih
dimana konsumen terbagi menjadi dua, dalam bentuk buah pala utuh yang
yaitu konsumen rumah tangga dan terdiri daging, fuli dan biji pala. Alasan
konsumen home industry. Penjualan konsumen rumah tangga membeli buah
daging pala kepada konsumen rumah pala utuh untuk menjaga kualitas
tangga lebih sedikit dibandingkan daging agar tidak cepat kering dan
penjualan kepada konsumen home busuk. Sedangkan daging pala yang
industry. Hal ini dikarenakan daging pala dijual kepada konsumen home industry,
yang dijual ke konsumen rumah tangga sudah dipisahkan antara daging dan biji
merupakan daging yang dimanfaatkan

11
yang kemudian dagingnya akan diolah menjadi produk manisan dan sirup.

Saluran Pemasaran Biji/Fuli

Saluran Pemasaran I
Petani

80%

Pedagang Pengumpul Desa

100% 20%
Pedagang Pengumpul
Kecamatan
70% 30%

Penyuling (Home Industry) Konsumen

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Biji Pala di Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan, Tahun 2016

Saluran Pemasaran I memiliki satu perantara yaitu pedagang


Saluran pemasaran I adalah pengumpul kecamatan dengan skema
saluran satu tingkat yang hanya sebagai berikut:

Pedagang Pengumpul Penyuling/ Konsumen


Petani Pala
Kecamatan Akhir

Gambar 3. Saluran Pemasaran Biji Pala 1 Tingkat di Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan, Tahun 2016

Pada saluran pemasaran I, petani Selatan. Sedangkan jenis biji pala yang
menjual biji pala kepada pedagang dijual kepada penyuling adalah jenis biji
pengumpul kecamatan dan kepada pala B, C, Dp serta fuli merah dan fuli
pihak berikutnya bisa ke penyuling atau putih.
konsumen. Jenis biji yang dijual oleh
pedagang pengumpul kecamatan ke Saluran Pemasaran II
konsumen adalah biji pala A yaitu biji Saluran pemasaran II adalah
yang digunakan untuk keperluan sehari- saluran dua tingkat yang memiliki dua
hari seperti bumbu masak dan obat- perantara yaitu pedagang pengumpul
obatan. Pada umumnya konsumen desa dan pedagang pengumpul
dalam saluran ini adalah wisatawan kecamatan (Gambar 4).
yang menjadikan biji pala A sebagai
buah tangan yang khas dari Aceh
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul Penyuling/
Petani Pala
Desa Kecamatan Konsumen Akhir

Gambar 4. Saluran Pemasaran Biji Pala 2 Tingkat di Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan, Tahun 2016

Pada saluran pemasaran II, petani pengumpul desa. Sama halnya dengan
menjual biji pala kepada pedagang saluran pemasaran I, pedagang

12
pengumpul kecamatan menjual kepada Margin pemasaran terdiri dari
pihak berikutnya yaitu ke penyuling dua komponen yaitu biaya pemasaran
atau konsumen. dan keuntungan pemasaran. Margin
pemasaran adalah selisih antara harga
Analisis Margin Pemasaran Pala di jual dan harga beli di setiap pelaku
Desa Batu Hitam Kecamatan pemasaran pala yang terlibat dihitung
Tapaktuan dalam Rp/Kg.

Tabel 3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Profit Margin pada Saluran Pemasaran Biji Pala di
Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, Tahun 2016.
Tipe, Harga, Biaya Pada Masing-Masing Lembaga
Pemasaran
No Lembaga dan Margin Pemasaran
Tipe I Tipe II
Rp (Kg) % Rp (Kg) %
1 Petani Produsen
Harga Jual 18.000 17.000
- Biaya Karung 167 0,43
- Biaya Transportasi 333 0,87
Profit Margin Petani 17.500 46,1 17.000 44,73
2 Pedagang Pengumpul Desa
Harga Jual 18.000
Biaya Pemasaran
-Biaya Transportasi 150 0,39
-Biaya Karung 200 0,52
Profit Margin Pedagang Pengumpul Desa 650 1,7
3 Pedagang Pengumpul Kecamatan
Harga Jual
Biaya Pemasaran 38.000 38.000
- Biaya Penyusutan 8.100 21,31 8.100 21,31
- Biaya Pengeringan 500 1,31 500 1,31
- Biaya Sortasi 500 1,31 500 1,31
- Biaya Penyimpanan 500 1,31 500 1,31
- Biaya Kantong Plastik 200 0,52 200 0,52
Profit Margin Pedagang Kecamatan 10.200 26,84 10.200 26,84

4 Konsumen Akhir 38.000 100 38.000 100


5 Margin Pemasaran 20.500 21.000
Sumber : Data Primer (diolah) 2016

Saluran pemasaran tipe I kg dan yang paling sedikit adalah


merupakan saluran pemasaran satu pedagang pengumpul desa yaitu
tingkat dengan satu perantara yaitu sebesar Rp. 350 per kg. Besarnya selisih
pedagang pengumpul. Pada saluran ini ini karena pedagang pengumpul
petani langsung menjual kepada mengeluarkan biaya perlakuan seperti
pedagang pengumpul. biaya penyusutan, biaya pengeringan
Saluran pemasaran tipe II dan biaya sortasi. Perlakuan ini
merupakan saluran pemasaran dua seharusnya bisa dilakukan di tingkat
tingkat dengan dua perantara yaitu petani dan petani dapat langsung
pedagang perantara dan pedagang menjual ke konsumen (penyuling).
pengumpul. Dalam saluran pemasaran Namun petani beralasan bahwa jumlah
ini, lembaga pemasaran yang panen yang sedikit ditambah adanya
mengeluarkan biaya pemasaran paling penyusutan setelah pengeringan
besar adalah pedagang pengumpul maupun penyortiran menyebabkan
kecamatan yaitu sebesar Rp. 9.800 per hasil menjadi sedikit atau tidak cukup

13
untuk dijual ke konsumen (penyuling) dibutuhkan untuk sekali melakukan
untuk diolah menjadi minyak. Rata-rata pengolahan minyak adalah sebesar 280
hasil panen antara 60-350 kg per bulan. kg. Alasan lain yang dikemukakan petani
Dengan dilakukannya pengeringan adalah kebutuhan mendapatkan uang
jumlah produksi akan mengalami dengan waktu yang cepat. Adapun
penyusutan sebanyak 60% sehingga keuntungan (profit margin) yang
hasil akhir yang di dapat berkisar antara diperoleh tiap-tiap pedagang adalah Rp.
24-140 kg per bulan. Angka ini tidak 650 per kg yang diperoleh pedagang
mencukupi dari jumlah kebutuhan pengumpul desa dan Rp. 10.200 per kg
penyuling untuk melakukan yang diperoleh pedagang pengumpul
pengolahan, dimana jumlah yang kecamatan.

Tabel 4. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Profit Margin pada Saluran
Pemasaran Biji Pala ke Penyuling di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan, Tahun 2016.
Tipe, Harga, Biaya Pada Masing-Masing Lembaga
Pemasaran
No Lembaga dan Margin Pemasaran
Tipe I Tipe II
Rp (Kg) % Rp (Kg) %
1 Petani Produsen
Harga Jual 18.000 17.000
- Biaya Karung 167 0,14
- Biaya Transportasi 333 0,29
Profit Margin Petani 17.500 15,43 17.000 14,99

2 Pedagang Pengumpul Desa


Harga Jual 18.000
Biaya Pemasaran
- - Biaya Transportasi 150 0,13
- - Biaya Karung 200 0,17
Profit Margin Pedagang Pengumpul
Desa 650 0,57
3 Pedagang Pengumpul Kecamatan
Harga Jual 113.400 113.400
Biaya Pemasaran
- Biaya Penyusutan 18.900 16,66 18.900 16,66
- Biaya Pengeringan 500 0,44 500 0,44
- Biaya Sortasi 500 0,44 500 0,44
- Biaya Penyimpanan 500 0,44 500 0,44
- Biaya Transportasi 107 0,1 107 0,1
- Biaya Karung 200 0,17 200 0,17

Profit Margin Pedagang Kecamatan 92.693 81,73 92.693 81,73

4 Harga Beli Penyuling 113.400 100 113.400 100


5 Margin Pemasaran 95.900 96.400
Sumber : Data Primer (diolah) 2016

Berdasarkan Tabel 3 margin pemasaran melibatkan dua perantara. Margin


pada saluran pemasaran I (Rp. 20.500) pemasaran diperoleh dari selisih harga
lebih kecil dibandingkan dengan saluran jual dengan harga beli. Semakin besar
II (Rp. 21.000) karena pada saluran selisih harga jual dan harga beli maka
pemasaran I hanya melibatkan satu margin pemasarannya semakin besar.
perantara dan pada saluran II

14
Berdasarkan Tabel 4, dapat daerah penelitian adalah tidak efisien
dilihat bahwa margin pemasaran biji karena nilai efisiensi pemasaran lebih
pala pada saluran pemasaran I yaitu besar dari 50%. Dari segi saluran
sebesar Rp. 95.900 dan margin pemasaran, baik pada tipe I dan tipe II
pemasaran biji pala pada saluran II yaitu memang tidak terlalu panjang atau
sebesar Rp. 96.400. Nilai margin hanya melibatkan satu atau dua
pemasaran biji pala pada saluran perantara saja. Namun harga yang
pemasaran I lebih kecil dibandingkan diterima oleh petani cukup memiliki
dengan nilai margin pemasaran biji pala ketimpangan harga dengan harga yang
pada saluran II. Hal ini terjadi karena dibayar konsumen (rumah tangga).
pada saluran pemasaran I hanya Seperti yang dilihat pada tipe I, harga
melibatkan satu perantara dan pada yang diterima petani sebesar Rp. 17.500
saluran II melibatkan dua perantara per kg dan harga yang diterima oleh
sehingga biaya pemasaran yang konsumen (rumah tangga) sebesar Rp.
dikeluarkan pada saluran I juga tidak 38.000 per kg. Sedangkan untuk saluran
terlalu besar. Margin pemasaran tipe II, harga yang diterima petani
diperoleh dari selisih harga jual dengan sebesar Rp. 17.000 per kg dan harga
harga beli. Semakin besar selisih harga yang diterima konsumen (rumah
jual dan harga beli maka margin tangga) sebesar Rp. 38.000 per kg. Biaya
pemasarannya semakin besar. pemasaran pada saluran pemasaran I
lebih rendah dibandingkan biaya
Analisis Efisiensi Pemasaran pemasaran pada saluran pemasaran II.
Efisiensi pemasaran merupakan Selisih biaya pemasaran dan efisiensi
salah satu ukuran (indikator) baiknya pemasaran pada masing-masing saluran
suatu pemasaran. Kegiatan pemasaran adalah Rp. 350 per kg dan 2,6%.
bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimum dan Analisis Efisiensi Pemasaran Biji Pala ke
tingkat efisiensi yang tinggi. Sistem Penyuling
pemasaran yang tidak efisien akan Adapun nilai efisiensi
mengakibatkan kecilnya bagian dari pemasaran biji pala B, C, Dp, fuli merah
harga yang diterima oleh produsen. dan fuli putih dari saluran pemasaran I
Bagian harga yang dibayar oleh dan saluran pemasaran II di Kecamatan
konsumen yang diterima oleh produsen Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan
dapat dijadikan ukuran efisiensi dapat dilihat sebagai berikut :
pemasaran. 1. Saluran Pemasaran I = 84,56 %
2. Saluran Pemasaran II = 85,00 %
Analisis Efisiensi Pemasaran Biji Pala Berdasarkan hasil analisis
ke Konsumen diperoleh nilai efisiensi pemasaran dari
Adapun nilai efisiensi pemasaran saluran pemasaran I dan II adalah
biji pala A dari saluran pemasaran I dan 84,56% dan 85%. Maka dapat dikatakan
saluran pemasaran II di Kecamatan saluran pemasaran biji pala di daerah
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan penelitian baik tipe I maupun tipe II
dapat dilihat sebagai berikut : tidak efisien karena nilai efisiensi
1. Saluran Pemasaran I = 53,94 % pemasaran yang didapat lebih besar
2. Saluran Pemasaran II =55,26 % dari 50%. Dari segi saluran pemasaran,
Berdasarkan hasil analisis baik pada tipe I dan tipe II memang
diperoleh nilai efisiensi pemasaran dari tidak terlalu panjang atau hanya
saluran pemasaran I dan II adalah melibatkan satu atau dua perantara
53,94% dan 55,26%. Maka dapat saja. Namun harga yang diterima oleh
dikatakan saluran pemasaran biji pala di petani cukup memiliki ketimpangan

15
harga dengan harga yang dibayar Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.
konsumen (penyuling) yaitu Rp. Tanaman Rempah dan
17.000/kg dan Rp. 96.400/kg. Biaya Penyegar. Statistik Tanaman
pemasaran pada saluran pemasaran I Pala. http://ditjenbun.
lebih rendah dibandingkan biaya pertanian.go.id /tinymcpuk
pemasaran pada saluran pemasaran II. /gambar/file/. Diakses pada 10
Selisih biaya pemasaran dan efisiensi Januari 2016
pemasaran pada masing-masing saluran Fitrina. 2007. Analisis Saluran
adalah Rp. 350 per kg dan 0,44%. Pemasaran Komoditas Pala
(Myristica fragnan HOUTT) dan
KESIMPULAN Turunannya (Studi Kasus : Desa
Tamansari Kecamatan
Saluran pemasaran biji pala di Tamansari Kabupaten Bogor.
Desa Batu Hitam Kecamatan Tapaktuan Institut Pertanian Bogor. Skripsi
menggunakan saluran satu tingkat dan Tidak Dipublikasi.
dua tingkat. Pada saluran I tingkat ILO, 2013. Kajian Pala dengan
pemasaran pala dilakukan melalui Pendekatan Rantai Nilai dan
pedagang pengumpul kecamatan, Iklim Usaha di Kabupaten Fak
sedangkan pada saluran pemasaran II Fak. http://www. ilo.org
tingkat pemasaran pala dilakukan /wcmsp5/ groups/public/---
melalui pedagang pengumpul desa dan asia/ ---ro- bangkok /---ilo-
pedagang pengumpul kecamatan. jakarta/ documents /publication
Konsumen akhir biji pala terbagi atas /wcms_ 342735.pdf. Diakses
konsumen rumah tangga dan penyuling. pada 12 Maret 2016.
Marjin pemasaran dengan konsumen Nazir, M. 2003. Metode Penelitian.
penyuling memiliki nilai lebih besar Ghalia Indonesia. Jakarta.
daripada marjin pemasaran pada Pearce dan Robinson. 2011. Manajemen
saluran pemasaran dengan konsumen Strategis. Formulasi,
rumah tangga sebagai konsumen akhir. Implementasi, dan
Selain itu saluran pemasaran pala II Pengendalian. Penerbit Salemba
tingkat memiliki nilai marjin yang lebih Empat. Jakarta.
besar dari saluran pemasaran I tingkat. Rismunandar. 1990. Budidaya
Kedua jenis saluran pemasaran baik Tataniaga Pala. Penebar
saluran pemasaran I tingkat dan II Swadaya. Jakarta.
memiliki nilai efisiensi > 50% yang Saefuddin, A.M. 1983. Pemasaran
berarti kedua jenis saluran pemasaran Produk Pertanian. IPB. Bogor.
tersebut tidak efektif. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar
Manajemen Pemasaran Hasil-
DAFTAR PUSTAKA Hasil Pertanian. PT Raja
Azzaino, Z. 2005. Pengantar Tataniaga Grafindo Persada. Jakarta.
Pertanian. Jurusal Sosial Thamrin dan Francis. 2012. Manejemen
Ekonomi Pertanian. IPB Bogor. Pemasaran. PT Raja Grafindo.
Depok.

16

Anda mungkin juga menyukai