Anda di halaman 1dari 10

SALURAN PEMASARAN KOMODITAS CABAI RAWIT DI

DESA TAWANG SARI KECAMATAN PUJON KABUPATEN


BATU
Bagus Mahardhika Putra, N1, Ach Iqbal. N2, Gilang Danang Tetuoko, N3
202210210311085, 202210210311061, 202210210311123
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya
Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang
berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin.
Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada
lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Cabai merah merupakan salah
satu jenis sayuran yang cukup penting di Indonesia, baik sebagai komoditas yang
dikonsumsi di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Sebagai sayuran,
cabai merah selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Untuk keberhasilan dalam usahatani cabai merah selain
diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu
diperhatikan seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam,
pengendalian OPT dan penanganan pasca panen. Kelembagaan menjadi salah satu
kunci penting dalam menelusuri aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat,
mulai dari kelas organisasi kecil atau kelompok masyarakat di pedesaan sampai
pada organisasi besar suatu negara yang berdaulat. Sistem pemasaran yang buruk
kerap menjadi permasalahan ketidakstabilan harga,yang menyebabkan petani dan
konsumen harus menerima dampak terbesar, maka dari itu sitem saluran
pemasaran perlu efisienkan. Penelitian ini dimaksudkan unutk mencari efisiensi
pemasaran cabai rawit di Desa Tawang Sari. Metode pengambilan data yang kami
gunakan dalah wawancara langsung dengan narasumber, yaitu petani, tengkulak,
pedagang pengecer yang ada di Desa Tawang Sari

Kata kunci : cabai, petani, factor, harga

A. PENDAHULUAN
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting di
Indonesia, baik sebagai komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri maupun
sebagai komoditas ekspor. Sebagai sayuran, cabai merah selain memiliki nilai gizi
yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatannya
sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri makanan,
minuman dan obat-obatan membuat cabai merah semakin menarik untuk
diusahakan.
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang
berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin.
Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada
lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Namun demikian, syarat-syarat
tumbuh tanaman cabai merah harus dipenuhi agar diperoleh pertumbuhan
tanaman yang baik dan hasil buah yang tinggi. Potensi hasil cabai merah sekitar
12-20 t/ ha. Budidaya cabai merah yang berhasil memang menjanjikan
keuntungan yang menarik, tetapi tidak jarang petani cabai merah yang menemui
kegagalan dan kerugian yang berarti. Untuk keberhasilan dalam usahatani cabai
merah selain diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor
yang perlu diperhatikan seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok
tanam, pengendalian OPT dan penanganan pasca panen (Harpenas & Dermawan,
2013).
Kelembagaan menjadi salah satu kunci penting dalam menelusuri aktivitas
ekonomi yang dilakukan masyarakat, mulai dari kelas organisasi kecil atau
kelompok masyarakat di pedesaan sampai pada organisasi besar suatu negara yang
berdaulat. Ekonomi kelembagaan lahir dan berkembang sebagai salah satu cabang
ilmu ekonomi karena sangat peduli terhadap bagaimana suatu sistem ekonomi
disusun, dijalankan dan digerakkan, serta bagaimana struktur dalam sistem
ekonomi itu berubah karena adanya respons terhadap kegiatan kolektif. Ekonomi
kelembagaan melihat individu atau seseorang sebagai anggota dari perusahaan,
anggota dari suatu keluarga, atau anggota dari suatu organisasi tertentu. Hal ini
jelas sangat berbeda dengan ekonomi neoklsik atau ekonomi ortodoks – karena
persepsi dan metodologi individualisme – memperlakukan individu atau seseorang
sebagai autonomous maximizer yang cukup rasional dan ingin memuaskan
keinginannya, dan sebagai satu unit analisis ekonomi yang komplit yang dapat
naik atau turun tingkat kepuasannya apabila mengkonsumsi satu tambahan barang
dan jasa. Ekonomi kelembagaan dimaksudkan sebagai salah satu bentuk alternatif
pemecahan masalah-masalah ekonomi. Ekonomi kelembagaan dapat memberikan
rekomendasi penting untuk para perumus kebijakan karena seringkali
permasalahan ekonomi justru hanya dapat dilihat dari sisi kelembagaan sebagai
penghambat (konstrain) dalam perekonomian (Arifin, 2015).
Sistem pemasaran sangat menentukan bagi petani dalam memaksimalkan
keuntungan yang diperoleh dari hasi penjualan. Untuk itu pemilihan saluran
pemasaran yang baik sangat menentukan terhadap margin pemasaran. Oleh sebab
itu masalah pemilihan saluran distribusi akan sangat penting artinya bagi
pemsaran yang menginginkan perkembangan kegiatannya, sehingga pemilihan
saluran harus lebih jeli. Proses mengalirnya barang dari produsen ke konsumen
memerlukan biaya pemasaran dan dengan adanya biaya tersebut maka suatu
produk akan meningkat harganya. Semakin panjang saluran pemasaran maka
biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Setiap pedagang berusaha
mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya untuk mendapatkan nilai tambah
dan keuntungan yang banyak, hal ini tentunya akan merugikan bagi petani.
Salah satu indicator saluran pemasaran dikatakan lebih efisien adalah
saluran pemasaran yang lebih pendek, mempunyai nilai total marjin pemasaran
terendah dan nilai farmer`s share yang tinggi. Efisiensi pemasaran merupakan
tolak ukur dari produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan
sumberdaya yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selam
berlangsungnya proses pemasaran. Efisiensi pemasaran komoditas pertaninan
merupakan rasio yang mengukur produksi komoditas pertanian suatu sistem atau
proses untuk setiap unit masukan dengan membandingkan sumberdaya yang
digunakan terhadap output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses
pemasran komoditas pertanian melalui efisiensi penerapan harga dan efisiensi
operasional ataupun efisiensi ekonomi (efisiensi produksi, efisiensi distribusi, dan
kombinasi produk optimum)(Nugroho, 2016). Kriteria yang digunakan untuk
mengetahui efisiensi pemasaran yaitu dikatakan jika presentase marjin sebesar 0-
33%, dan dikatakan kurang efisien sebesar 34-67% dan efisien dikatakan tidak
efisien sebesar 68-100% (Amin. Et.al.2016). Oleh karena itu untuk mengetahui
suatu saluran pemasaran sudah efisien atau belum dapat dilihat pada aspek biaya
dengan definisi diatas

B. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kelayakan pemasaran cabai rawit di Desa Tawang Sari
kecamatan Pujon
2. Mengetahui besar marjin pemasaran, distribusi marjin, dan share
pemasaran dari petani cabai rawit di desa Tawang Sari Kecamatan Pujon
3. Mengetahui efisiensi saluran pemasaran produk cabai rawit di Desa
Tawang Sari
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kelayakan
saluran pemasaran cabai rawit di Desa Tawang Sari Kecamatan Pujon
2. Sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk
meneliti sektor perkebunan khususnya pada produksi cabai cawit
B. METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2023 yang berlokasikan di
Desa Tawang Sari. Metode pengambilan data penelitian ini menggunakan cara
wawancara kepada narasumber secara langsung yaitu mulai dari petani, tengkulak,
pengecer di daerah pujon. Penuliasan data menggunakan kuosioner yang berisi
berupa daftar pertanyaan tentang Pemilihan daerah Desa Tawang Sari
dikarenakan mayoritas petani disana menanam cabai rawit dan berpotensi untuk
dikembangkan budidayanya oleh masyarakat petani.

D. PEMBAHASAN
D.1. Analisis Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share
Berdasarkan data lapang yang diperoleh dan telah kami olah adapun analisis
saluran pemasaran komoditas cabai rawit adalah sebagai berikut:
D.1.1 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share pada
Saluran Pemasaran 1
Petani  Tengkulak  Pengecer  Konsumen
Tabel D.1 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share Saluran 1
Lembaga Distribusi Margin
No Pemasar Nilai (Rp/ unit) (%) Market Share (%)
1 Petani      
  Harga Jual 20000   57%
2 Tengkulak      
  Harga Beli 20000   57%
  Biaya Transportasi 100 1% 0%
Biaya Tenaga
  Kerja 1280 9% 4%
  Biaya Pengemasan 400 3% 1%
  Harga Jual 29000   83%
  Keuntungan 7220 48% 21%
3 Pengecer      
  Harga Beli 29000   83%
  Biaya Transportasi 280 2% 1%
  Biaya Pengemasan 120 1% 0%
  Harga Jual 35000   100%
  Keuntungan 5600 37% 16%
Margin Pemasaran 15000 100%  

Berdasarkan tabel D.1, dapat dilihat bahwa pada saluran pemasaran 1


terdiri dari petani, tengkulak, pengecer. Menunjukkan bahwa petani menjual
hasil panen kepada tengkulak dengan harga Rp 20000/Kg kemudian tengkulak
menjual ke pengecer sebesar Rp. 29000/kg kepada pengecer dan pedagang
pengecer menjualnya ke konsumen dengan harga 35000 – 40000/kg dan
margin sebesar 15000. Table D.1 juga menunjukan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh tengkulak dan pengecer adalah biaya trasportasi biaya
pengemasan, biaya trasportasi, dan biaya tenaga kerja.
D.1.2 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share pada
Saluran Pemasaran 2
Petani  Tengkulak  Pengecer  Konsumen
Tabel D.2 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share Saluran 2
Distribusi Margin
No Lembaga Pemasar Nilai (Rp/ unit) (%) Market Share (%)
1 Petani      
  Harga Jual 20000   57%
2 Tengkulak      
  Harga Beli 20000   57%
  Biaya Transportasi 300 2% 1%
  Biaya Tenaga Kerja 1400 9% 4%
  Biaya Pengemasan 400 3% 1%
  Harga Jual 29000   83%
  Keuntungan 6900 46% 20%
4 Pengecer      
  Harga Beli 29000   83%
  Pengemasan 100 1% 0%
  Biaya Tranposrtasi 280 2% 1%
  Harga Jual 35000   100%
  Keuntungan 5620 37% 16%
Margin Pemasaran 15000 100%  

Berdasarkan tabel D.2, Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat dari table
diatas menunjukkan petani menjual hasil panen ke tengkulak dengan harga
20000/kg dan tengkulak menjualnya ke pengecer 29000/kg, pengecer
menjualnya ke konsumen 35000. Dengan marjin sebesar 15000 di, biaya biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh tengkulak adalah biaya biaya transportasi,
biaya tenaga kerja, biaya pengemasan. Dan biaya-biaya yang dikeluarkan
pengecer dalah biaya pengemasan, dan biaya transportasi..
D.1.3 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share pada
Saluran Pemasaran 3
Petani  Tengkulak  Pengecer  Konsumen
Tabel D.3 Margin Pemasaran, Distribusi Margin dan Market Share Saluran 3

No Lembaga Pemasar Nilai (Rp/ unit) Distribusi Margin (%) Market Share (%)
1 Petani      
  Harga Jual 20000   57%
2 Tengkulak      
  Harga Beli 20000   57%
  Biaya Transportasi 500 3% 1%
  Biaya Tenaga Kerja 1000 7% 3%
  Biaya Pengemasan 100 1% 0%
  Harga Jual 29000   83%
  Keuntungan 7400 49% 21%
3 Pengecer      
  Harga Beli 29000   83%
  Biaya Transportasi 120 1% 0%
  Biaya Pengemasan 50 0% 0%
  Harga Jual 35000   100%
  Keuntungan 5830 39% 17%
Margin Pemasaran 15000 100%  

Berdasarkan tabel D.3, menunjukkan harga jual di tingkat petani,


tengkulak,pengecer, dan konsumen, untuk petani dijual ke tengkulak seharga
20000/kg, tengkulak ke pengecer 29000/kg, dan pengecer ke konsumen seharga
35000/kg. dan juga margin di tingkat konsumen sebesar 15000.
D.2 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran
Berdasarkan hasil lapang dan olah data tentang komoditas …….., adapun
analisis efisiensi saluran pemasaran adalah sebagai berikut:
D.2.1 Efisiensi Saluran Pemasaran 1
Tabel D.4 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran 1
Tengkulak Pengecer
Biaya (Rp) 2100 400
Keuntungan (Rp) 7220 5600
Keuntungan (%) 48% 37%
Sumber : Data Primer Diolah, 2023
Berdasarkan tabel D.4, menunjukan biaya, keuntungan, dan presentase
keuntungan. Pada Lembaga 1 yaitu petani, tidak mengeluarkan biaya pane
karena semua sudah di tanggung tengkulak. Lembaga pemasaran 2 yaitu,
tengkulak sendiri mengeluarkan biaya pemasaran Rp 2100/kg dan memperoleh
keuntungan Rp 7220/kg dengan presentase keuntungan sebesar 48%. Pada
Lembaga pemasaran 3, yaitu pengecer mengeluarkan biaya pemasaran Rp
400/kg, keuntungan Rp 7220/kg, dan presentase keuntungan 37%.

Menunjukkan bahwa………..(menjelaskan tabel diatas sesuai dengan


data masing masing kelompok)
D.2.2 Efisiensi Saluran Pemasaran 2
Tabel D.5 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran 2
Tengkulak Pengecer
Biaya (Rp) 2100 380
Keuntungan (Rp) 6900 5620
Keuntungan (%) 46% 37%
Sumber : Data Primer Diolah, 2023
Berdasarkan tabel D.5, menunjukan biaya, keuntungan, dan presentase
keuntungan. Pada Lembaga 1 yaitu petani, tidak mengeluarkan biaya pane
karena semua sudah di tanggung tengkulak. Lembaga pemasaran 2 yaitu,
tengkulak sendiri mengeluarkan biaya pemasaran Rp 2100/kg dan memperoleh
keuntungan Rp 6900/kg dengan presentase keuntungan sebesar 46%. Pada
Lembaga pemasaran 3, yaitu pengecer mengeluarkan biaya pemasaran Rp
380/kg, keuntungan Rp 7220/kg, dan presentase keuntungan 37%.
D.2.3 Efisiensi Saluran Pemasaran 3
Tabel D.6 Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran 23
Tengkulak Pengecer
Biaya (Rp) 1600 170
Keuntungan (Rp) 7400 5830
Keuntungan (%) 49% 39%
Sumber : Data Primer Diolah, 2023
Berdasarkan tabel D.6, menunjukan biaya, keuntungan, dan presentase
keuntungan. Pada Lembaga 1 yaitu petani, tidak mengeluarkan biaya pane
karena semua sudah di tanggung tengkulak. Lembaga pemasaran 2 yaitu,
tengkulak sendiri mengeluarkan biaya pemasaran Rp 1600/kg dan memperoleh
keuntungan Rp 7400/kg dengan presentase keuntungan sebesar 49%. Pada
Lembaga pemasaran 3, yaitu pengecer mengeluarkan biaya pemasaran Rp
170/kg, keuntungan Rp 5830/kg, dan presentase keuntungan 39%.
E. PENUTUP
E.1 Kesimpulan
Salah satu indicator saluran pemasaran dikatakan lebih efisien adalah
saluran pemasaran yang lebih pendek, mempunyai nilai total marjin pemasaran
terendah dan nilai farmer`s share yang tinggi. Efisiensi pemasaran merupakan
tolak ukur dari produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan
sumberdaya yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selam
berlangsungnya proses pemasaran. Efisiensi pemasaran komoditas pertaninan
merupakan rasio yang mengukur produksi komoditas pertanian suatu sistem
atau proses untuk setiap unit masukan dengan membandingkan sumberdaya
yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses
pemasran komoditas pertanian melalui efisiensi penerapan harga dan efisiensi
operasional ataupun efisiensi ekonomi (efisiensi produksi, efisiensi distribusi,
dan kombinasi produk optimum)(Nugroho, 2016). Kriteria yang digunakan
untuk mengetahui efisiensi pemasaran yaitu dikatakan jika presentase marjin
sebesar 0-33%, dan dikatakan kurang efisien sebesar 34-67% dan efisien
dikatakan tidak efisien sebesar 68-100% (Amin. Et.al.2016.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
Berdasarkan dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa………………
E.2 Saran (bisa saran dari materi yang disampaikan)
DAFTAR PUSTAKA

Contoh
Fatmawati Dan Zulham. (2019). “Analisis Margin Dan Efisiensi Saluran
Pemasaran Petani Jagung (Zea Mays) Di Desa Suka Makmur Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo.” Jurnal Agriculture Teknology. Vol 2(1) :
19-29.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai