Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA (Citrullus

vulgaris) DI KABUPATEN PESISIR BARAT


PROVINSI LAMPUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

ENNI ASISTA
NPM. E1D017031

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Semangka (Citrullus vulgaris).................................................................6
2.2 Konsep pemasaran.....................................................................................8
2.3 Saluran pemasaran dan distribusi pemasaran.........................................10
2.3.1 Saluran pemasaran.............................................................................10
2.3.2 Distribusi Pemasaran..........................................................................12
2.4 Margin pemasaran...................................................................................14
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran...............................17
2.6 Penelitian Terdahulu...............................................................................18
2.7 Kerangka Pemikiran................................................................................19
2.8 Hipotesis.......................................................................................................21
BAB III..................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.......................................................................................23
3.1 Metode Dasar Penelitian.............................................................................23
3.2 Metode Penentuan Lokasi...........................................................................23
3.3 Metode Penentuan Responden....................................................................24
3.4 Metode Pengumpulan Data.........................................................................24
3.5 Metode Analisis Data...................................................................................25
3.5.1 Saluran pemasaran dan distribusi pemsaran........................................25
3.5.2 Margin pemasaran................................................................................25
3.5.3 faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran.........................27

iii
4.5.4 Efisiensi pemasaran..............................................................................27
3.6 Definisi Konsep dan Pengkuran Variabel..................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan salah satu basis pertumbuhan ekonomi, baik
pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Untuk itu, perlu adanya
kemampuan internal pelaku produksi serta adanya sosialisasi khusus dari pihak
pihak terkait, agar produksi dalam memasarkan bisa memilih untuk memasarkan
produknya agar lebih efisien sehingga memperoleh hasil yang lebih
menguntungkan, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dan
bermata pencaharian sebagai petani. Di Sulawesi Tengah sektor pertanian
merupakan sektor basis subsektor tanaman pangan merupakan subsektor
pendukung utama sektor pertanian setelah subsektor perkebunan (Yantu,et al,
2008).
Saat ini masyarakat sudah semakin menyadari akan pentingnya
mengkonsumsi buah-buahan. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin
banyaknya para pedagang buah di berbagai pasar tradisional, swalayan bahkan di
pinggir –pinggir jalan raya. Namun ketersediaan buah-buahan sering belum stabil
seiring dengan permintaan masyarakat. Pada suatu saat terjadi produksi yang
melimpah sehingga harga menjadi sangat murah, namun disisi lain terjadi
kelangkaan buah di pasar sehingga harga menjadi mahal dan sulit
mendapatkannya. Dari segi pemasaran, harga semangka tidak dibatasi dengan
harga dasar sehingga naik turunnya harga betul-betul dipengaruhi oleh pasar dan
sedikit atau banyaknya permintaan dan pengadaan. Bila petani mengabaikan
situasi dan kondisi pasar dan tidak membuat pola tanam yang tepat (panen
dilakukan pada saat buah semangka melonjak dipasar) maka petani akan
dipermainkan oleh harga yang memang selalu fluktuatif.
Untuk mengoptimalkan peranan tersebut diperlukan adanya transformasi
pembanguanan pertanian kedalam sistem agribisnis sehingga sektor pertanian
menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan
pertanian harus didasarkan pada keunggulan kompetitif yang dikembangkan dari
keunggulan komparatif. Penciptaan produk unggulan dan andalan harus tetap

1
memperhatikan pergeseran permintaan produk pertanian yang dipengaruhani oleh
pertambahan penduduk, perubahan pendapatan dan perubahan preperensi
konsumen.
Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman buah berupa
herba yang dalam bahasa inggris Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis
dan subtropis Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia. Semangka termasuk
dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat
disukai oleh manusia/binatang yang ada dibenua tersebut, karena banyak
mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat. Tanaman semangka
mulai dibudidayakan diindonesia sekitar tahun 1980an, tanaman semangka paling
baik ditanam dengan ketinggian 300-900 MDPL. Jika ketinggian tanah > 900
MDPL, tanaman semangka tidak dapat berproduksi secara optimal. Tanah yang
paling baik untuk semangka adalah jenis tanah liat berpasir yang kaya bahan
organik dengan PH 5,8 – 7,2 serta memiliki drainase yang baik, karena tanaman
semangka tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Jadi, meskipun semangka
butuh air yang cukup banyak, namun air tersebut harus berasal dari irigasi dan
bukan air hujan.
(Saptana et.,al.,2010) menyatakan bahwa komoditas hortikultura
merupakan komiditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Semangka Salah satu jenis buah
yang mudah dipasarkan, pemasaran semangka yang ada di kabupaten Pesisir Barat
saat ini cukup baik dan menjanjikan, karena sebagian besar masyarakat
melakukan budidaya semangka.
Aspek pemasaran menjadi faktor penting dalam usahatani, demikian juga
dengan usahatani semangka. Menurut Soekartawi (1993) aspek pemasaran
merupakan aspek yang paling penting dalam agribisnis. Pemasaran pada dasarnya
dapat diartikan sebagai transaksi jual beli yang mengakibatkan pemilik barang
menjual kepada pembeli pada tingkat harga yang disepakati. Produsen terkadang
kesulitan mencari konsumen, demikian juga sebaliknya, konsumen sulit mencari
produsen yang menyebabkan munculnya lembaga pemasaran, baik pada tingkat
nasional maupun lembaga pemasaran lokal. Lembaga pemasaran digunakan untuk

2
mendistribusikan buah semangka dari petani sampai ke konsumen melalui pelaku
pemasaran.
Sistem pemasaran yang efektif dan efisien merupakan suatu prakondisi
bagi kelancaran dan keseimbangan pembanguanan ekonomi. Pemasaran yang baik
akan mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen dan konsumen yang
mampu memberikan indikasi tentang perubahan-perubahan penawaran dan
permintaan kepada produsen. Oleh karena itu, pengembangan dan pengetahuan
yang tepat sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan hasil prosuksi petani
yang didukung oleh teknik atau metode pemasaran yang tepat (Mubyanto, 1989).
Pemasaran harus dapat memberikan kepuasan kepada produsen, lembaga
pemasaran dan konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui mekanisme yang
efisien dalam pengintegrasian permintaan dan penawaran, dengan melibatkan
peranan pedagang perantara, aktivitas pemesaran diharapkan dapat menambah
nilai kegunaan dan kondisi dalam menciptakan suatu organisasi distribusi dengan
kerangka sistem tersebut (Kotler,1993).
Pemasaran melalui kelompok tani atau komunitas bertujuan untuk
memotong saluran pemasaran yang panjang yang dilakukan oleh tengkulak serta
pedagang pengecer. Komunitas kelompok usaha tani berusaha untuk meciptakan
pasar serta menentukan harga yang sama bagi kelompok – kelompok tani yang
ada dikabupaten pesisir barat, khususnya para petani semangka yang tersebar di
beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Pesisir Barat. Saluran pemasaran yang
lebih pendek diharapkan akan meningkatkan keuntungan dari pihak produsen,
sedangkan bagi pihak konsumen kebutuhan terhadap produk akan terpenuhi.
Sebelum sampai ketangan konsumen buah semangka banyak melalui lembaga
pemasaran, yaitu produsen, lembaga pemasaran yang terlibat kemudian baru
sampai ketangan konsumen.
Berdasarkan identifikasi pemasaran tersebut, peneliti berminat untuk
meneliti tentang’’Analisis pemasaran semangka (Citrullus vulgaris) di kabupaten
Pesisir Barat Provinsi Lampung’’Peneliti memandang perlu melakukan penelitian
guna menganalisis Pemasaran Semangka di kabupaten Pesisir Barat, sehingga
dapat diperoleh bentuk saluran pemasaran dan distribusi buah semangka,margin

3
pemasaran buah semangka,faktor apa saja yang mempengaruhi margin pemasaran
buah semangka,tingkat efisiensi pemasaran buah semangka pada kabupaten
pesisir barat.
Di kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, semangka dibudidaya
menjelang musim-musim kemarau. Sebagian besar petani di kabupaten pesisir
menanam semangka dalam jumlah yang banyak. Para petani umumnya menanam
semangka dilahan sendiri. Fluktuasi harga semangka dapat dikatakan stabil,
karena permintaan semangka terus meningkat terutama untuk memasok semangka
di kota-kota besar; antara lain Lampung, Yogyakarta, Semarang, Bandung,
Jakarta, bengkulu. Berdasarkan informasi langsung dari petani, harga semangka
jika dijual melalui perentara pemasaran berkisar Rp. 3.500 – sampai dengan
4.000,-/kg. Harga terendah terjadi bila panen raya, karena produksi semangka
yang melimpah. Oleh karena itu sistem pengelolaannya harus ditekan sekecil
mungkin agar pada saat harga rendah masih dapat memberikan keuntungan yang
cukup baik.
Petani sebagai pelaku usaha tani dihadapkan pada masalah besarnya biaya
produksi dan resiko kegagalan. Kendala lain yang berhubungan dengan produksi
maupun pendapatan yang diterima antara lain, jalannya proses produksi yang
dipengaruhi faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Produsen (petani) dalam
memasarkan buah semangka pada umumnya melalui perantara pemasaran. Setiap
perentara selalu ingin memperoleh biaya pengganti dan keuntungan sebagai
imbalan petani dalam melakukan tawar menawarkan dengan pedagang.

1.2 Rumusan Masalah


Sampai saat ini saluran pemasaran buah semangka dan margin pemasaran
buah semangka dikabupaten pesisir barat belum diketahui dengan pasti. Untuk itu
peneliti ingin mengetahui :
1. Bagaimana saluran pemasaran dan distribusi pemasaran semangka di
kabupaten Pesisir Barat ?
2. Bagaimana margin pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat?

4
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi margin pemasaran semangka di
kabupaten Pesisir Barat?
4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran semangka di kabupaten Pesisir
Barat?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis saluran pemasaran dan distribusi pemasaran semangka di
kabupaten Pesisir Barat.
2. Menganalisis margin pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat.
3. Menganalisis Faktor-faktor apa yang mempengaruhi margin pemasaran
semangka di kabupaten Pesisir Barat.
4. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran semangka di kabupaten Pesisir
Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi
sebagai pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan, antara lain:
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
fakultas pertanian universitas bengkulu, serta untuk menambah wawasan
dan pola pikir yang luas.
2. Bagi petani, sebagai tambahan pengetahuan untuk lebih meningkatkan
usaha taninya sehingga mempunyai nilai manfaat yang lebuh tinggi.
3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semangka (Citrullus vulgaris)
Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) berasal dari daerah tropis dan
subtropis afrika. tumbuh liar ditepi jalan,padang belukar, pantai laut, atau ditanam
dikebun dan perkarangan sebagai tanaman buah. Tanaman ini tergolong cepat
berproduksi yaitu sekitar 2-4 bulan. Semangka dapat diproduksi dengan baik pada
ketinggian ±1000 MDPL. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan semangka
yaitu berkisar 25-30oC. Di indonesia tanaman ini banyak dikembangkan disekitar
kota besar diantaranya indramayu, cirebon, madiun, lombok, sumatra utara dan
sebagainya (Barus & Syukri,2008).
Tanaman semangka mulai dibududayakan sekitar 4000 tahun SM sehingga
tidak mengherankan bila konsumsi buah semangka telah meluas kesemua belahan
dunia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu – labuan (Cucurbitaceae).
Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili
Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon
(Cucumis melo L), mentimun (Cucumis sativus L), labu siam (Sechium edule
(Jacq) Sw), labu air (Lagenaria siceraria (Mol) Standl.), dan waluh (Cucurbita
moschata Dutch ex Poir). Labu air dan waluh dapat digunakan sebagai batang
bawah untuk semangka karena kedua tanaman tersebut mempunyai tingkat
resistensi yang sangat tinggi terhadap penyakit layu Fusarium.
Klasifikasi tanaman semangka menurut Rukmana (2006) adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus vulgaris Schard
Tanaman semangka bersifat menjalar dan mempunyai alat pemegang
seperti sulur. Permukaan tanaman (batang dan daunnya) tertutup bulu-bulu halus

6
dan tajam. Umur buah semangka siap panen tergantung varietasnya, tetapi
umurnya berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau 65-75 hari setelah
pindah tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100 hari setelah tanam
benih. Berikut bagian-bagian dari tanaman semangka:
a. Akar
Akar merukan bagian yang selalu ada pada semua jenis tumbuhan,
termasuk pada tanaman semangka. Buah semangka memiliki arti akar serabut
dengan cabang yang banyak. Akar pada tumbuhan ini berfungsi untuk menyerap
air, walaupun akar tumbuhan tidak terlalu dalam.
b. Batang
Batang tanaman ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang, tajam dan
berwarna putih, mempunyai sulur yang bercabang 2 sampai 3 buah. Tanaman
semangka mempunyai bunga jantan, bunga betina, dan hermaprodit yang letaknya
terpisah, namun masih dalam satu pohon. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat
telur (oval). Kulit buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik putih atau hijau.
Daging buahnya lunak, berair, dan rasanya manis, dengan warna daging buah
merah atau kuning (Syukur, 2009).
c. Daun
Daun semangka lebar dan menjari, mempunyai batang kecil memanjang
daun ditutupi oleh bulu-bulu yang halus dan tajam. Batang tanaman semangka
adalah beruas-ruas dan disetiap ruas tumbuh daun-daun tanaman. Tanaman
semangka tumbuh dengan cara menjalar. Bunga tanaman semangka termasuk
monoecius (buah satu) dan berkelamin satu (unisexual). Akar tanaman termasuk
akar tunggang disertai akar samping dengan penetrasi agak dalam ketanah (Barus
& Syukri,2008).
d. Bunga
Bunga tanaman semangka muncul pada ketiak tangkai daun, berwarna
kuning cerah. Tanaman semangka memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan
(staminate), bunga betina (pistillate), dan bunga sempurna (hermaphrodite). Pada
umumnya semangka memiliki bunga jantan dan bunga betina dengan proporsi 7:1
(Kalie, 1999).

7
e. Buah
Buah semangka berbentuk bola sampai bulat memanjang, besar bervariasi
dengan panjang 20-30 cm, diameter 15-20 cm, dengan berat mulai dari 3-7 kg,
namun terkadang ada buah semangka yang mencapai 15-20 kg. Bagian dari buah
semangka terdiri atas kulit buah, daging buah dan bijinya (widyanigrum,2011).
Kulit buah semangka tebal dan berdaging, licin, warnanya bermacam-macam
seperti hijau tua, kuning agak putih, atau hijau muda bergaris – garis putih.
Daging buah warnanya merah, merah muda (pink), jingga (orange), kuning
sampai putih. Biji bentuk memanjang, pipih, warnannya hitam, putih, atau cokelat
kemerahan. Ada juga yang tanpa biji (seedless).

2.2 Konsep pemasaran


Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
pemuas kebutuhan debitur merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diambil
makna bahwa seluruh kegiatan dalam perusahaan harus ditujukan kepada pemuas
kebutuhan konsumen, sehingga dapat diperoleh laba maksimum dalam jangka
panjang, demi kelangsungan hidup perusahaan. Awal mula munculnya konsep
pemasaran dikenalkan pada tahun 1950, bermula pada penilaian bahwa
perusahaan terlalu berorientasi pada volume penjualan dan cenderung
mengabaikan kepentingan konsumen. Karena pemasaran pada waktu itu, dianggap
hanya mempunyai fungsi untuk menciptakan permintaan atas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan (Boarden, 1964).
Konsep ini berpendapat bahwa faktor kunci untuk kemampuan
memperoleh laba bukan hanya terletak pada jumlah penjualan yang dicapai,
melainkan terletak pada kepuasan konsumen jangka panjang. Pada akhir tahun
1950-an dan awal tahun 1960-an, muncul perkembangan konsep pemasaran
modern. Ada dua issu penting yang ada di dalamnya yang pertama marketing
domain, area dimana konsep dipertimbangkan untuk diperluas dengan karakter
yang jelas dari konsep itu sendiri dan yang ke dua adanya debat tentang domain
yang tepat telah di awali oleh Kotler & Levy (1969) yang menyatakan bahwa
aktifitas marketing telah menembus penerapannya dalam bidang politik,

8
universitas dan lembaga charitas seperti halnya pada perusahaan dengan orientasi
profit (Ningsih, 2013).
Kotler (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan
dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha
pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang
selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses sosial manajerial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain. Konsep ini yang mendasari definisi pemasaran
diantaranya: kebutuhan (needs), keinginan (want) dan permintaan (demands).
Banyak yang menganggap bidang ini identik atau sama dengan bidang
penjualan. Sesungguhnya pemasaran memiliki arti yang luas daripada penjualan.
Bidang penjualan merupakan bagian dari bidang pemasaran, sekaligus merupakan
bagian terpenting dari bidang pemasaran itu sendiri. Pemasaran berarti bekerja
dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran potensial dengan maksud
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jika perusahaan menaruh
perhatian lebih banyak untuk terus menerus mengikuti perubahan kebutuhan dan
keinginan baru, mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk mengenali peluang-
peluangnya.
Karena para konsumen selalu mencari yang terbaik untuk kehidupannya
dan tentu saja dengan harga yang terjangkau dan dengan kualitas yang baik pula,
hal itulah yang memicu adanya persaingan yang semakin tajam yang
menyebabkan para penjual merasa semakin lama semakin sulit menjual
produknya di pasar. Sebaliknya, pihak pembeli merasa sangat diuntungkan karena
mereka bebas memilih dari pihak manapun dengan kualitas dan mutu produk yang
baik. Hal inilah yang mendorong para pakar bisnis untuk mencari jalan keluar
yang terbaik. Fenomena masa lalu dipelajari dan dibandingkan dengan apa yang
menggejala saat ini, kiat-kiat bisnis dalam memproduksi barang, menetapkan
harga, mempromosikan serta mendistribusikan dianalisis dengan baik agar sesuai
dengan tuntunan pasar.

9
Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan
sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna
waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan
guna pemilikan (possession utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami
peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen
atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002).
Menurut Swastha (1990), pemasaran adalah salah satu dari kegiatan-
kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan
laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian
mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun di bidang lain. Definisi
pemasaran (modern) adalah suatu kegiatan perusahaan yang meliputi: mengetahui
kebutuhan dan keinginan pasar mencerna kebutuhan dan keinginan pasar,
mencerna kebutuhan tersebut menjadi produk tertentu (termasuk jasa), dan
menciptakan serta mengembangkan permintaan atas produk tersebut. Dengan
tujuan akhir memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan
(Stakeholders), atau dengan kata lainnya mendapatkan atau merasakan
manfaatnya (benefits) (Muhruzar,1991).

2.3 Saluran pemasaran dan distribusi pemasaran

2.3.1 Saluran pemasaran


Saluran pemasaran yang efektif akan sangat dibutuhkan dalam pemasaran
semangka di kabupaten pesisir barat, karena pencapaian tujuan yang tepat dalam
pemasaran merupakan bagian dari efisiensi pemasaran semangka tersebut. Dengan
adanya saluran pemasaran, diharapkan para petani dalam menjalankan usahatani
semangka tersebut mampu lebih berkembang, termotivasi dan berinovasi lebih
baik. Menurut Kotler dan Amstrong (2005), saluran pemasaran terdiri dari
serangkaian lembaga perantara yang akan memperlancar kegiatan dari tingkat
produsen sampai ke tingkat konsumen (Sudrajat, 2017).

10
Kotler (1987), mendefinisikan saluran pemasaran merupakan suatu saluran
distribusi (channel of distribution) dianggap mencakup suatu kelompok lembaga -
lembaga yang melaksanakan keseluruhan kegiatan (fungsi) untuk mengalihkan
produk disertai hak miliknya dari lingkungan produksi ke arah lingkungan
konsumsi. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga
pemenyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan
hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli
konsumen (Stanton, 1993).
Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang
dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam
perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, pedagang besar, pengecer,
melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha, 1997).
Dalam memasarkan suatu produk pertanian sebagai produsen memerlukan
lembaga pemasaran untuk membantu memasarkan produknya. Lembaga-lembaga
pemasaran ini melakukan kegiatan yang berbeda dan besarnya produk yang
ditangani tidak sama antara lembaga pemasaran, sehingga tidak sama dalam
fungsi pemasaran yang dilakukan oleh semua lembaga pemasaran. Hal ini
menyebabakan biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda ditiap lembaga
pemasaran. Adapun fungsi pemasarann yang dimaksud dibagi menjadi lima,
yaitu:
a. Fumgsi pembelian, yaitu mencari dan menilai barang-barang dan jasa.
b. Fungsi penjualan, meliputi promosi dari berbagai produk yang ada.
c. Fungsi pengangkutan, yaitu memindahkan barang-barang dari satu tempat
ke tempat lain.
d. Fungsi penyimpanan, yaitu menahan barang-barang sebelum diberi
perlakuan.
e. Standarisasi dan tingkat mutu, yaitu pemilihan produk menurut ukuran dan
kualitas tertentu.

11
Fungsi ini ditujukan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.
Masing-masing lembaga pemasaran ingin mendapatkan keuntunagan sehingga
harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga itu berbeda-beda, dengan
demikian akan menyebabkan harga ditingkat petani lebih rendah dibanding
dengan harga-harga dilembaga pemasaran.

2.3.2 Distribusi Pemasaran


Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna
akhir secara langsung, diantara mereka terdapat sekelompok perantara yang
melaksanakan beragam fungsi. Salah satu upaya memperlancar arus barang dari
produsen ke konsumen adalah memilih saluran distribusi yang digunakan.
Menurut Pranatagama (2015). Saluran distribusi yang terlalu panjang
menyebabkan makin banyak mata rantai yang terlibat. Hal ini berarti
kemungkinan penyebaran produk secara luas, tetapi menimbulkan biaya yang
lebih besar sehingga harga produk menjadi mahal ketika sampai ke konsumen,
dengan kata lain keuntungan produsen kecil. Sebaliknya, saluran distribusi yang
terlalu pendek kurang efektif untuk penyebarluasan produk, tetapi karena mata
rantai pemasaran lebih pendek maka biaya produksi dapat ditekan sehingga harga
produk ketika sampai ke konsumen lebih rendah.
Menurut Pranatagama (2015), saluran distribusi pemasaran pertanian
menyelenggarakan komoditas pertanian dari produsen ke konsumen. Alur
komoditas dari produsen sampai ke konsumen disebut saluran pemasaran. Setiap
macam komoditas pertanian mempunyai saluran pemasaran yang berlainan satu
dengan yang lain, bahkan satu macam komoditas yang sama mempunyai saluran
dari yang paling sederhana sampai dengan saluran yang kompleks. Adapun
tingkatan mata rantai saluran pemasaran tersebut ada empat yaitu:
a. Tingkat Nol (Zero Level Channel)
Saluran tingkat nol ini lebih dikenal juga dengan sebutan saluran langsung.
Dikatakan saluran langsung karena produsen langsung menjual barangnya kepada
konsumen, jadi tidak menggunakan perantara sama sekali.

Produsen Pelanggan

12
Gambar 2.1 Saluran Pemasaran Tingkat Nol (Pranatagama, 2015).
b. Saluran Tingkat Satu (One Level Channel)
Saluran ini disebut saluran tingkat satukarena hanya satu lembaga
perantara. Lembaga perantara untuk barang konsumen pada umumnya adalah
pengecer, sedangkan untuk barang industri pada umumnya adalah agen penjualan.

Produsen Pengecer Pelanggan

Gambar 2.2 Saluran Pemasaran Tingkat Satu (Pranatagama, 2015).


c. Saluran Tingkat Dua (Two Level Channel)
Saluran ini disebut saluran tingkat dua karena ada dua perantara. Untuk
barang konsumen pada umumnya lembaga perantaranya adalah pedagang besar
dan pengecer. Sedangkan untuk barang industri lembaga perantaranya adalah
distributor dan dealer.
Pedagang
Produsen Pengecer Pelanggan
besar

Gambar 2.3 Saluran Pemasaran Tingkat Dua (Pranatagama, 2015).


d. Saluran Tingkat Banyak (Multi Level Channel)
Saluran pemasaran ini disebut saluran yang bertingkat banyak karena
menggunakan banyak perantara, biasanya diantara pedagang besar dan pengecer
terdapat pedagang pengumpul yang terstruktur, dimana setiap perantara
membawai beberapa perantara lain. Oleh karena itu saluran pemasaran ini disebut
sebagai “Multi Level Marketing”. Bentuk ini terutama cocok untuk memasarkan
atau menyalurkan barang konsumsi dan bukan barang industri.

Pedagang
Produsen Penyalur Pengecer Pelanggan
besar
Gambar 2.4 Saluran Pemasaran Tingkat Satu (Pranatagama, 2015).
Pranatagama (2015) mengatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga
suatu barang hasil pertanian maka: (1) biaya tata niaga semakin rendah; (2)
margin tata niaga juga semakin rendah; (3) harga yang harus dibayarkan
konsumen semakin rendah; dan (4) harga yang diterima produsen semakin tinggi.

13
2.4 Margin pemasaran
Menurut Ilahude (2013), margin pemasaran adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual
pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir. Biaya pemasaran akan
semakin tinggi jika banyak pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran
terhadap suatu produk sebelum sampai ke konsumen akhir. Semakin tinggi
kualitas dari suatu produk yang diinginkan konsumen maka akan semakin
meningkat biaya pemasarannya.
Distribusi margin pemasaran pada uraian di atas dijelaskan bahwa margin
pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dan
harga yang diterima petani (Pr‒Pf). Berdasarkan pemasaran dijelaskan bahwa
margin pemasaran tediri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi
pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
aktifitas pemasaran suatu komoditi pertanian (Ilahude, 2013).
Masing-masing lembaga pemasaran ingin mendapatkan keuntungan dari
komoditas yang diperdagangkannya. Oleh karena itu, harga yang dibayarkan oleh
masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda. Hal ini menyebabkan harga di
tingkat petani lebih rendah daripada ditingkat pengecer. Perbedaan harga di
masingmasing lembaga pemasaran sangat bervariasi, tergantung pada tingkat
keuntungan yang diambil masing-masing lembaga pemasaran (Pranatagama,
2015). Keuntungan pemasaran atau marketing margin merupakan selisih harga
yang dibayarkan ke produsen dan harga yang diberikan konsumen. Hal ini
menyebabkan harga di tingkat petani lebih rendah daripada di tingkat pedagang
perantara dan harga di tingkat pedagang perantara lebih rendah daripada ditingkat
pengecer (Yusniawati Kai 2016).
Tomek & robinson (1975) menggambarkan margin pemasaran secara
grafik, sebagai berikut:

14
Gambar 2.5 Grafik margin pemasaran (Tomek & robinson,1975).
Keterangan :
P : Harga
Q* : Jumlah barang yang dipasarkan
Pr : harga keseimbangan ditingkat pedagang
Pf : Harga keseimbangan ditingkat petani
M : Margin pemasaran
Sr : Penawaran primer
Sf : Penawaran turunan
Dr : Permintaan Primer
Df : Permintaan turunan
Kurva permintaan primer (Dr) merupakan kurva yang menunjukkan
hubungan antara harga yang terjadi ditingkat pengecer dan kuantitas. Sedangkan
kurva permintaan turun (Df) merupakan kurva yang menunjukan hubungan antara
harga dan kuantitas yang terjadi ditingkat produsen.
Kurva penawaran primer (Sr) merupakan kurva yang menunjukkan
hubungan antara volume penjualan dan harga yang terjadi ditingkat pedagang.
Dari kurva diatas volume tampak bahwa nilai margin pemasaran merupakan
perkalian antara margin pemasaran dan volume yang dijual atau (Pr-Pf) Q*. Jadi

15
nilai magin pemasaran merupakan balas jasa terhadap input yang digunakan
seperti tenaga kerja, modal, dan diproleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses penyaluran dan pemilihan komoditi yang dipasarkan.
Permintaan primer ditentukan oleh respon akhir dari konsumen, biasanya
didasarkan pada harga eceran.permintaan turunan didasarkan pada hubunagan
harga dan jumlah yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pada masing-
masing tingakat lembaga pemasaran , yaitu mulai dari petani sampai pengecer.
Harga ditingkat konsumen merupakan titik tampak kurva permintaan primer dan
penawaran turunan berpotonagan, sedangakan harga ditingkat petani didasarkan
dari perpotonagan antara kurva penawaran turunan dan penawaran primer. Secara
sistematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:
MP=Pk−Pp
Keterangan :
MP : Margin pemasaran
Pk : Harga ditingkat konsumen
Pp : Harga ditingkat produsen
Margin pemasaran perlu diketahui dalam setiap pemasaran karna berfungsi
sebagai salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi pemasaran secara
ekonomis. Margin pemasaran dapat berubah menurut waktu, keadaan ekonomi,
dan tergantung harga yang dibayarkan konsumen (m & saefudin, 1983).
Saluran pemasaran yang efisien diperlukan untuk mengantarkan produk
dari produsen sampai kekonsumen. Menurut Mubyarto, (1986) sistem pemasaran
dianggap efisien apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mampu menyampaikan hasil dari petani produsen ke konsumen dengan
biaya yang serendah-rendahnya.
b. Mampu mengadakan pembagian hasil yang adil dari keseluruhan harga
yang dibayarkan oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang turut
serta dalam kegiatan pemasaran tersebut.
Efisiensi dapat tercapai apabila saluran pemasaran dapat ditekan sehimgga
perbedaan harga yang diterima oleh konsumen dan produsen tidak terlalu besar
(Soekartawi, 1993).

16
Semakin rendah angka indeks efisiensi teknis, maka semakin tinggi
efisiensi pemasarannya. Sebaliknya semakin tinggi angka indeks efisiensi
ekonomisnya, maka semakin tinggi efisiensi pemasarannya. Efisiensi pemasaran
berarti pengendalian fisik dari produk-produk mencakup hal-hal prosedur teknis
dan besarnya skala operasi denagan tujuan pengamatan fisik seperti mengurangi
kerusakan, mencegah merosotnya suatu produk dan menghemat tenaga kerja.
Penghematan fisik mengakibatkan pengurangan onkos atau biaya pemasaran.
Efisiensi ekonomis berarti bahwa perusahaan atau industri dengan teknis atau
keterampilan dan pengetahuan yang ada dapat bekerja atas dasar biaya rendah
untuk memproleh profit atau keuntungan ( Hanafiah & Saefudin, 1983).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran


Faktor-faktor atau variabel yang mempengaruhi margin pemasaran buah
semangka di kabupaten Pesisir Barat terdapat lima variabel diantaranya adalah
biaya pemasaran, harga ditingkat petani,harga ditingkat konsumen, jumlah
pedagang perantara dan jarak pemasaran, berikut uraian dari variabel yang
mempengaruhi margin pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat:
1. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran mempengaruhi margin pemasaran karena terjadinya
pertukaran di antara produsen dan pelanggan. Biaya-biaya ini meliputi promosi
penjualan,distribusi dan pengembangan produk. Biaya pemasaran dalam
klasifikasi yang baik seperti iklan, pergudangan, dan transportasi sehingga dapat
dibandingkan dengan biaya-biaya sejenis lainnya. Biaya pemasaran produk
kepada pembeli bisa sangat berbeda tergantung pada saluran distribusi. Misalnya
dalam saluran langsung, pelanggan hanya perlu datang dan melakukan
pemesanan. penjualan melalui saluran-saluran lain di mana pelanggan perlu
dilayani oleh wiraniaga terlatih akan memerlukan biaya pemasaran yang lebih
tinggi.
2. Harga ditingkat produsen
Harga ditingkat produsen berpengaruh positif terhadap margin pemasaran
karena harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi

17
antara penjual dan pembeli. Dimana harga ditingkat produsen adalah harga yang
ditawarkan kepada konsumen dalam proses penjualan.
3. Harga ditingkat konsumen
Harga ditingkat konsumen berpengaruh positif terhadap margin pemasaran
karena harga ditingkat konsumen adalah besarnya harga jual pedagang perentara
kepada konsumen.
4. Jumlah pedagang perentara
Jumlah pedagang perentara berpengaruh positif terhadap margin
pemasaran,karena semakin pendek jumlah pedagang perentara maka semakin
efisien margin pemasaran.
5. Jarak pemasaran
Jarak pemasaran berpengaruh positif terhadap margin pemasaran. jika
jarak yang ditempuh oleh komoditi buah semangka jauh dan melalui bnyak
perentara-perenta maka akan sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga dari
tiap-tiap pelaku pemasaran.

2.6 Penelitian Terdahulu


Dari hasil penelitian Deni Helfira, (2010) dalam penelitian tentang analisis
pemasaran melon (cucumis melo,L) didesa sei simpang dua kecamatan kampar
kiri kabupaten kampar. Diketahui terdapat tiga saluran pemasaran, yaitu: Saluran
pemasaran I: penjualan melon dari petani langsung ke konsumen. Saluran
pemasaran II: penjualan melon dari petani ke pedagang pengumpul dan langsung
kekonsumen. Saluran pemasaran III: penjualan melon dari petani ke pedagang
pengumpul, ke pedagang pengecer, dari pedagang pengecer ke konsumen. Dari
hasil penelitian tersebut diketahui biaya pemasaran yang dikeluarkan petani melon
adalah sebesar Rp 147,72/kg. Biaya pemasaran pedagang pengumpul adalah
sebesar Rp 466.43/kg. Biaya pemasaran pedagang pengecer adalah sebesar Rp
260,21/kg.
Margin pemasaran pada saluran pemasaran I: adalah Rp 0, keuntungan
pemasaran sebesar Rp 4.852,38/kg, efisiensi pemasaran sebesar 3,00%, bagian
yang diterima petani sebesar 100%. Margin pemasaran pada saluran II: sebesar Rp
3.500/kg, keuntungan pemasaran sebesar Rp 3.000,24/kg, efisieni pemasaran

18
sebesar 6,66% dan bagian yang diterima petani sebesar 53,33%, margin
pemasaran pada saluran III: sebesar Rp 4.000/kg, keuntungan pemasaran Rp
3.320,03/kg, efisiensi pemasaran sebesar 8.50% dan bagian yang diterima petani
adalah 50,00%.
Dari hasil penelitian nur Rahmi (2002), tentang efisiensi pemasaran bunga
kriting daun lontar dikota yogyakarta, diketahui bahwa terdapat dua saluran
pemasaran yaitu: a). Saluran pemasaran I (saluran pemasaran panjang) yang
melalui, produsen-pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen. b).
Saluran pemasaran II (saluran pemasaran pendek) yaitu melalui, produsen-
pedagang pengecer-konsumen. berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui
nilai indeks efisiensi untuk saluran I sebesar 166,37 dan saluran II sebesar 62,20.
Nilai indeks efisiensi saluran pemasaran I lebih besar dari nilai indeks efisiensi
pemasaran II sehingga hal ini membuktikan bahwa saluran pemasaran pendek
lebih efisiensi dari saluran pemasaran panjang.

2.7 Kerangka Pemikiran


Petani dalam memproduksi suatu barang mempunyai tujuan untuk
memberikan nilai tambah secara ekonomis. Nilai tambah secara ekonomis
tersebut tercapai dengan adanya penjualan atau yang disebut pemasaran. Untuk
memasaran produk petani harus melalui saluran pemasaran.
Dalam saluran pemasaran terdiri dari beberapa perantara seperti tangkulak,
pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, pedagang pengecer kecil,
dan pedagang pengecer besar. Perantara – perantara tersebut merupakan faktor
yang paling mendukung dalam proses pemasaran yang berfungsi untuk
menyalurkan produk (barang) dari petani sampai konsumen.
Setiap perentara dalam menyalurkan produk membutuhkan biaya
pemasaran, dan keuntungan yang diambil sebagai bagian dari tugas dan tanggung
jawab. Biaya dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran
disebut margin pemasaran atau selisih harga ditingkat petani dan ditingkat
konsumen. Sistem pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam
mendistribusikan komoditas pertanian dari pusat produksi ke pusat konsumsi.

19
Dalam pergerakan komoditas ini, maka keberadaan kelembagaan pemasaran
menjadi bagian penting di dalamnya (Maliati, 2002).
Suatu sistem pemasaran yang efisien harus mampu memenuhi dua persyaratan
yaitu:
1. Mengumpulkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya
serendah-rendahnya.
2. Mampu mendistribusikan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan
harga konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat mulai dari
kegiatan produksi hingga pemasaran.
Margin pemasaran adalah ukuran bagi adanya efisiensi pemasaran karena
dalam margin pemasaran tersebut menggambar adanya biaya pemasaran,
keuntungan, dan jarak memasarkan produk yang tercernin dari panjang pendeknya
saluran pemasaran. Margin pemasaran menggambarkan perbedaan harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Termasuk dalam
margin tersebut adalah seluruh biaya pemasaran (marketing cost) yang
dikeluarkan oleh lembaga tataniaga mulai dari gerbang petani sampai konsumen
akhir dan keuntungan pemasaran (net profit margin) yang merupakan balas jasa
dari pelaku tataniaga dalam menjalankan fungsi pemasaran. Margin pemasaran
merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang
dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis margin pemasaran dalam
penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga
di tingkat lembaga pemasaran.
Selanjutnya untuk meningkatkan efisiensi, diperlukan studi mengenai
sistem pemasaran dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap pelaku pemasaran
di dalam kegiatan pemasaran tersebut,Menurut Daniel (2002). Semakin pendek
rantai tataniaga dari suatu barang hasil pertanian maka akan mengakibatkan biaya
tataniaga semakin rendah, margin tataniaga juga akan semakin rendah, dan harga
yang harus dibayarkan konsumen juga semakin rendah serta harga yang diterima
produsen akan semakin tinggi, sehingga saluran pemasaran tersebut akan semakin
efisien.

20
Petani semangka

Saluran pemasaran

Pedagang Pedagang
Petani konsumen
besar pengecer

Distribusi pemasaran

Petani Pedagang besar Pedagang Konsumen


(60 ton) (60 ton) pengecer (Kg)
(Kg)

Faktor Yang
Mempengaruhi margin :
Margin pemasaran
1. biaya pemasaran
2. Harga ditingkat
konsumen
1. Harga
3. Harga ditingkat
2. Biaya
produsen
3. keuntungan
4. jumlah pedagang
perentara
5. Jarak pemasaran Efisiensi pemasaran

Keterangan : Menyatakan hubungan


Gambar 2.6: Kerangka pemikiran

21
2.8 Hipotesis
1. Diduga saluran pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat memiliki
lebih dari satu saluran pemasaran.
2. Diduga distribusi pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat lebih
banyak di pasar kabupaten.
3. Diduga Margin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran
berbeda.
4. Diduga Faktor yang memengaruhi margin pemasaran buah semangka
adalah biaya pemasaran,harga ditingkat produsen,harga ditingkat
konsumen,jumlah pedagang perentara dan jarak pemasaranberpengaruh
terhadap margin pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat.
semangka ditingkat konsumen, volume penjualan, jarak pemasaran, dan
saluran pemasaran.
5. Diduga pemasaran semangka di kabupaten Pesisir Barat tidak efisien.
.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara survey.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif yaitu penelitian didasarkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada
pada masa sekarang. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan
untuk meneliti suatu kasus sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,2005). Data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. (Surakarta,1985).Penelitian
ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara survey.

3.2 Metode Penentuan Lokasi


Penelitian ini dilakukan secara purposive dengan berdasarkan adanya
pertimbangan yang difokuskan pada tujuan untuk menganalisis saluran pemsaran,
margin pemasaran,faktor yang mempengaruhi margin pemasaran dan efisiensi
pemasaran di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Dimana penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pra survei dan tahap survei. Tahap pra
survei dilakukan selama 7 hari untuk menentukan petani yang akan dijadikan
responden. Tahap survei dilakukan untuk pengumpulan data selama musim tanam
semangka dalam satu musim tanam.
Dalam penelitian ini lokasi sampel yang akan diambil di Kabupaten Pesisir
Barat terdapat 4 kecamatan diantaranya: Kecamatan Bengkunat, Kecamatan
Ngaras, Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Pesisir Tengah yang merupakan
daerah sentra produksi semangka terbesar di kabupaten Pesisir Barat.

23
3.3 Metode Penentuan Responden
Dalam penelitian ini penentuan responden dilakukan dengan cara sensus.
Adapun alasan Peneliti menggunakan sensus ini karena jumlah populasi petani
yang memproduksi semangka dan melakukan kegiatan pemasaran semangka yang
ada di kabupaten pesisir barat kurang dari seratus petani. Sampling jenuh ialah
teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel
yang dikenal juga dengan istilah (sensus). Sampling jenuh (sensus) dilakukan
apabila populasi kurang dari 100 petani. Berdasarkan hasil prasurvei populasi
petani yang ada di kabupaten pesisir barat sebanyak 56 petani. Dan dalam
penelitian ini terdapat 2 sampel diantarnya: sampel petani dan sampel pedagang,
sebagai berikut:
1. Sampel Petani
Pemilihan sampel petani secara sensus. Petani yang diambil sebagai sampel
adalah 56 petani yang memproduksi semangka dan melakukan kegiatan
pemasaran semangka yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
2. Sampel Pedagang
Pemilihan sampel pedagang sebanyank 56 pedagang yang terdiri dari 17
pedagang pengumpul, 15 pedagang besar dan 24 pedagang pengecer yang
dilakukan dengan cara snowball sampling, yaitu mengikuti saluran pemasaran
yang dilakukan oleh petani semangka yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (petani dan
pedagang) secara langsung melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dengan cara mencatat
dari studi kepustakaan dan instansi-instansi yang berkaitan dalam penelitian ini,
misalnya: dinas pertanian, kantor statistik, kantor kecamatan dan kantor
kelurahan.

24
3.5 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan metotode analisis data kualitatif,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cendrung
menggunakan analisis. Proses dan makna lebih diitonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta dilapangan Nasution (2003).
3.5.1 Saluran pemasaran dan distribusi pemsaran
untuk mengetahui saluran pemasaran buah semangka dilakukan
pengamatan dengan metode observasi atau dengan menelusuri jejak penyaluran
buah semnagka mulai dari produsen melalui perantara-perantara hingga ke
konsumen akhir secara langsung, Analisis saluran pemasaran dilakukan secara
deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui distribusi pemasaran dianalisis dengan
menggunakan rumus (Yusniawati Kai dkk,2016) sebagai berikut:
Cij
SBij = ×100%
Pr −p f
Dimana :
SBij = Bagian biaya yang melakukan fungsi pemasaran
Cij = Biaya pemasaran
Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/Kg)
Pf = Harga ditingkat petani (Rp/Kg)

πij
Skj = ×100 %
Pr − pf
Dimana :
Skj = Bagian keuntungan lembaga pemasaran
Pr = Harga di tingkat pengecer (Rp/Kg)
Pf = Harga ditingkat petani (Rp/Kg)
πij = Keuntungan pemasaran (Rp/Kg)

3.5.2 Margin pemasaran


Untuk mengetahui margin pemasaran dihitung dengan menggunakan
rumus:

25
MP = Pk – Pp
Ketetangan:
MP : Margin pemasaran
Pk : Harga ditingkat konsumen akhir (Rp)
Pp : Harga ditingkat produsen (Rp)
Berdasarkan rumus tersebut, maka margin pemasaran merupakan
penjumlahan semua biaya yang harus dikeluarkan selama proses penyaluran
barang dari produsen ke konsumen dengan saluran keuntungan yang terlibat,
sehingga margin pemasaran (Khoirul hapi,2015) dirumuskan :
m m
MP = ∑ ¿ ci+ ∑ π j
i=i i−i

Keterangan :
MP: Margin pemasaran (Rp)
Ci : Biaya pemasaran I (Rp) (i=1,2,3,...m) m = jumlah jenis pembiayaan
π : keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran j ( j = 1,2,3,...m) m=
jumlah jenis pembiayaan.
Margin pemasaran bagi tiap pedagang adalah selisih harga jual dengan
harga beli, dirumuskan:
MPi = Pj-Pb
Keterangan :
MP : Margin pemasaran (Rp); I = tingkat pedagang perentara
Pj : Harga Jual (Rp/Kg)
Pb : Harga Beli (Rp/Kg)
Sehingga margin pemasaran total dari produsen buah semangka sampai kepada
konsumen adalah.
MP : Pk-Pp
Keterangan :
MP : ∑ MPi
MP :∑ ( Pj−Pb)

26
3.5.3 faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran semangka di
Kabupaten pesisir barat dianalisis menggunakan model regresi linear berganda
(Santosa dan Ashari, 2005), dengan persamaan sebagai berikut:
MP = a + b1x1 + b2x2 +b3x3+b4x4+b5x5 ... + e
Keterangan :
MP= Margin Pemasaran
a = Koefisien Konstanta
b1 = Koefisien Regresi Biaya Pemasaran
x1 = Biaya pemasaran
b2 = Koefisien Regresi harga ditingkat produsen
x2 = Harga ditingkat produsen
b3 = Koefisien Regresi harga ditingkat konsumen
x3 = Harga ditingkat konsumen
b4 = Koefisien Regresi jumlah pedagang perentara
x4 = Jumlah pedagang perentara
b5 = Koefisien Regresi jarak pemasaran
x5 = Jarak pemasaran
e = eror
4.5.4 Efisiensi pemasaran
Untuk mengukur efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan
menggunakan angka-angka indeks tertentu dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan terbaik yang mugkin dapat dicapai. Calkis dan wang ( 1997),
menyebutkan untuk indeks efisien dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
total biaya pemasaran( RP)
Indeks efisiensi teknis =
jarak pemasaran

¿ tal keuntungan ( RP)


Indeks efisiensi ekonomi =
total biaya pemasaran(RP)

27
3.6 Definisi Konsep dan Pengkuran Variabel
1. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh buah
semangka dari produsen ke perentara dan akhirnya pada konsumen.
2. Produsen adalah petani yang memproduksi buah semangkan dan
melakukan penjualan kepada pedagang pengumpul atau pengecer.
3. Pedagang pengumpul kecil adalah pedagang yang membeli buah
semangka langsung dari tengkulak (tingkat kecamatan)
4. Pedagang pengumpul besar adalah pedagang yang mengumplkan buah
semangka dari pedagang pengumpul atau petani untuk dijual kepada
pedagang pengecer (tingkat kabupaten)
5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli buah semangka
langsung dari petani dan tengkulak atau pedagang pengumpul kecil dan
pengumpul besar untuk kemudian langsung dijual kepada konsumen
diwilayah (Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi).
6. Konsumen akhir adalah pemakai akhir yang memanfaatkan buah
semangka.
7. Efisiensi pemasaran adalah kemampuan menyampaikan hasil dari petani
atau produsen ke konsumen dengan biaya yang serndah – rendahnya.
8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan baik petani maupun
pedagang untuk kegiatan pemasaran buah semangka yang dinyatakan
dalam satuan Rp/kg yaitu meliputi (transport, bensin (BBM), tenaga,
pengangkutan, penyimpanan, dan retribusi).
9. Margin adalah selisih harga ditingkat konsumen dengan harga ditingkat
produsen yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
10. Total biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
proses pemasaran mulai petani sebagai produsen sampai kepada konsumen
yang dinyatakan dalam Rp/kg.
11. Harga ditingkat produsen adalah harga yang ditawarkan produsen dalam
proses penjualan yang dinyatakan dalam Rp/kg.
12. Harga ditingakat pedagang adalah harga yang diterima oleh pedagang
selama proses penjualan yang dinyatakan dalam Rp/kg.

28
13. Harga ditingkat konsumen adalah besarnya harga jual pedagang perentara
kepada konsumen yang dinyatakan dalam Rp/kg.
14. Keuntungan pedagang perentara adalah imbalan yang ditrerima oleh
pedagang karena jasanya dalam peneglolaan yang telah dilakukan dalam
kegiatan pemasaran dan dinyatakan dalam Rp/kg.
15. Kuantitas (jumlah volume produksi) adalah jumlah buah semangaka secara
keseluruhan yang dihasilakn dan dipasarkan dalam satu periode tertentu
yang diukur dalam satuan kilogram.
16. Jarak pasar adalah jauhnya jarak yang ditempuh oleh komoditi buah
semangka dari lokasi penanaman atau rumah responden sampai tempat
penjualan yang dinyatakan dalam satuan kilometer.
17. Lembaga pemasaran adalah sistem pemasaran yang memiliki saluran dan
distribusi komoditi atau produk dari produsen sampai ke konsumen selama
satu periode.

29
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Lukita ningsih. (2013), perkembangan konsep pemasaran: Implementasi
dan implikasinya. Skripsi:Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa
Ashari, Purbayu Budi Santosa. 2005. Analisis statistic dengan micrisoft exel dan
SPSS. Yogyakarta
Aji Ruzhan B , Dini R & Sudrajat. (2017), Analisis saluran pemasaran semangka.
Jurnal: Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Barus , A. Dan Syukri. 2008. Agroekoteknologi tanaman buah-buahan. USU
Press. Medan
Boarden,H.N,(1964),”The Concept of the Marketing Mix” Journal of Advertising
Research
Calkis dan wang,1978. Improping the marketing of perishable in taiwan. Teknikal
buletin No.9. AVRD. Stansus. Taiwan.
Darmasti, 1997. Analisis pemasran Seledri Di Desa Sumberejo Kabupaten
Bumiaji Kotatif Batu. Unversitas janabadra. Yogyakarta
Daniel,Moehar.2002. pengantar ekonomi pertanian. Jakarta: PT. Buni aksara
Hanifah dan saefudin, (1983). Tataniaga hasil pertanian. Universitas gajah mada.
Yogyakarta
Hendra Ko, Sudi Nurtini, dan I Gede S Budisatria, 2015, faktor-faktor
yang mempengaruhi margin pemasaran sapi potong Dan daging sapi di
kabupaten aceh besar. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 55281
Helfira Deni,2010. Analisis pemasaran melon (cucumis melo, L) Di Desa
Simpang Dua Kec. Kampar Kiri Kab. Kampar. Universitar Riau.Riau
Irawan, et al., 2001. Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis Komoditas
Unggulan
Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kotler, P., & Levy, S.J. (1969), Broadening the Concept of Marketing, Journal of
Marketing, January, pp.10-15.

30
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Kalie, M. B. 1999.bertanam semangka. Penebar swadaya. Jakarta.
Kottler, Philip., dan Keller. Kevin lane. (2008), “Manajemen Pemasaran”.
Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Kotler P, 1993. Manajemen pemasaran. Erlangga.jakarta
Kotler P, 1987. Manjemen pemasaran. Angkasa. Bandung
Khoirul hapi, 2015. Analisis pemasaran melon dikecamatan temon kabupaten
kulonprogo. Skripsi,universitas Janabadra Yogyakarta
Mubyanto, 1989. Pengantar ekonomi pertanaian. LP3S. Yogyakarta.
Maliati, N. 2002. Kelembagaan Pemasaran Pertanian: Permasalahan,
Tantangan, dan Alternatif Solusinya. Usese. Jakarta.
Muhruzar, 1991. Marketing masa kini (disusun berdasarkan teori dan
pengalaman dikawasan asia pasifik). Djambatan. Jakarta.
Mega rahma. 2020, Analisis Usaha Keripik Pisang Pada Usaha Rumah Tangga
“Melte Vanana” Di Kecamatan Kedaton Provinsi Lampung, skripsi.
Universitas Bengkulu
M Arbi, Thirtawati, Y Junaidi. Analisis saluran dan tingkat efisiensi pemasaran
beras semi organik di kecamatan rambutan kabupaten banyuasin: staf
pengajar universitas sriwijaya
Nazir, Moh.(2005). Metode penelitian. Jakarta : Ghalia indonesia.
Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif. Bandung : Tarsito
Pranatagama, Muhammad Friendy. 2015. Efisiensi dan Bauran Pemasaran
Usahatani Kacang Tanah di Desa Darungan Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember. Skripsi. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Rukmana, R. (2006). Budidaya semangka hibrida. Yogyakarta : kanisius
Rahmi, nur 2002. Efisiensi pemasaran bunga kering daun lontar Dikota
Yogyakarta . Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Saptana et.,al,2010. Analisis efisiensi teknis produksi usahatani cabai merah
besar dan perilaku petani dalam menghadapi resiko. Jurnal agro ekonomi.
Volume 28 No 2.

31
Swastha, B & Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty:
Yogyakarta.
Surakarta, (1985). Azas-azas marketing. Liberty. Yogyakarta
Sudiyono, 2002, Pemasaran Pertanian, UMM Press, Malang.
Swastha, B & Hani, H., 1997, Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku
Konsumen,BPFE, Yogyakarta.
Syukur. 2009. Semangka (citrulus lanatus (thunberg) matsum dan nakai). HPSP-
09-YUMKMI.
Stanton, WJ., 1993, Prinsip Pemasaran Jilid 2, ( Diterjemahkan oleh Sadu
Sundaru), Erlangga, Jakarta.
Soekartawi, 1993, manajemen pemasaran dalam bisnis pemasaran., pustaka
sinar harapan. Jakarta.
Saroso B,1987. Pemasaran hasil pertanain. UNS. Surakarta
Tomek dan rabinson, 1975. Agriculter product price.cornell university press
ithaca. London.
Santosa, P. B., dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS. Penerbit ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Yantu, M.R., Sisfahyuni, Ludin dan Taufik, 2008. Komposisi Industri Subsektor-
Subsektor Di Kelembagaan Sektor Pertanian Sulawesi Tengah. J.
Agroland. 15 (4): 361-322, Desember 2008. ISSN : 0854 ± 641X
Yusniawati Kai, Mahludin Baruwadi & Wawan K. Tolinggi, (2016). Analisis
distribusi dan margin pemasaran Usahatani kacang tanah di kecamatan
pulubala Kabupaten gorontalo. Jurnal: Fakultas Pertanian, Universitas
Negeri Gorontalo
Yusniawati Kai dkk,(2016). Analisis Distribusi Dan Margin Pemasaran
Usahatani Kacang Tanah Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri
Gorontalo,ISSN : 2541 - 6847

32

Anda mungkin juga menyukai