Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PAKCOY

(Studi Kasus : pasar simpang limun, kecamatan medan kota,


kota medan sumatra utara)

Oleh :

Nama : Yogi Marthin Tampubolon


Npm : 188220087

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area
Medan
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Strategi Pemasaran Sayuran Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang’’.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Try Koryati, MP. Sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai
selesainya proposal penelitian ini.
Tidak lupa pula buat seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam
penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tidak ada
yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan kita semua
dalam menghadapi masa depan nanti.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi
kita semua dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian.

Medan, 5 mei 2021

(Yogi marthin tampubolon)


DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
A. Pendahuluan ................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 5
c. Tujuan Penelitian............................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 6
A. Konsep ............................................................................................................................................ 6
B. Konsep Pemasaran.......................................................................................................................... 6
C. Konsep Pemasaran.......................................................................................................................... 7
D. Fungsi Pemasaran ........................................................................................................................... 8
E. Efisiensi Pemasaran......................................................................................................................... 9
F. Pendapatan usaha, Marjin Pemasaran dan Share Petani ............................................................. 10
BAB III .................................................................................................................................................... 13
METODE PENELITIAN ............................................................................................................................ 13
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................................................... 13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................................... 13
3.3 Subjek Penelitian ........................................................................................................................ 13
3.4 Sumber Data............................................................................................................................... 13
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................................... 13
BAB IV.................................................................................................................................................... 15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 15
4.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal................................................................................ 15
4.1.2 Analisis Lingkungan Internal .................................................................................................... 15
4.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal .................................................................................................. 15
4.3 Analisis Strategi ........................................................................................................................... 16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 18
5.2 saran............................................................................................................................................ 18
BAB I
A. Pendahuluan
Strategi pembangunan pertanian jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang
tangguh, maju, dan efisien, mengingat sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia berusaha
di sektor pertanian. Salah satu prioritas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah usaha
pengembangan komoditas hortikultura. Prospek pengembangan komoditas hortikultura masih sangat
terbuka, karena Indonesia masih memiliki banyak lahan yang belum termanfaatkan secara optimal.
Pada tingkat mikro, usaha ini berperan sebagai sumber penghasilan, wadah bagi calon
wirausahawan, serta pengembangan daya saing individu, sedangkan di tingkat makro berperan dalam
penyerapan tenaga kerja, berkontribusi terhadap pembangunan wilayah, serta sebagai pereduksi
terhadap kesenjangan (Sumardjo dkk, 2002).
penelitian sebelumnya terbukti bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh usaha-usaha
kecil dalam bidang agribisnis yang dikelola oleh masyarakat bukanlah dari sisi produksinya tetapi
pada proses pemasarannya. Berbagai studi kelayakan yang dilakukan untuk menguji layak tidaknya
suatu komoditas dikembangkan di suatu daerah biasanya memberikan kesimpulan layak dengan hanya
melihat pada sisi produksinya tetapi sangat jarang memperhatikan sisi pemasarannya. Telah banyak
contoh di Provinsi Papua, bagaimana komoditas-komoditas unggulan gagal meningkatkan
kesejahteraan masyarakat karena kurangnya perhatian terhadap sisi pemasaran. Cengkeh, Kopi, dan
Kakao merupakan sedikit contoh dari komoditas potensial bernilai ekonomis tinggi yang pernah coba
dikembangkan di Papua tetapi pada akhirnya gagal menjadi komoditas unggulan walaupun berhasil
dibudidayakan dengan baik
Dalam hal pengembangan komoditas agribisnis, pasar harus mendapat prioritas karena
produksi bukan untuk digunakan sendiri, seperti yang terjadi pada masyarakat tradisional. Pada
masyarakat modern, hasil produksi selalu dijual. Karena itu, produksi harus disesuaikan dengan
permintaan pasar, baik jenis, kualitas, maupun kuantitasnya.
Sistem usaha pertanian yang melibatkan begitu banyak pihak menunjukkan kondisi yang
serba lemah terutama sekali di pihak petani. Berbagai aspek tinjauan baik dari penguasaan sumber
daya, teknologi, ketrampilan serta lemahnya jaringan kerja pelaku, pada dasarnya adalah fakta -fakta
yang tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapapun juga.
Pada sektor agribisnis hortikultura di kawasan sentra produksi hortikultura, setiap kegiatan
agribisnis mulai dari kegiatan pengadaan sarana produksi, kegiatan produksi, hingga kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan oleh pelaku
agribisnis yang berbeda, seperti hasil kajian di Jawa Tengah dan Sumatera Utara (Saptana et al, 2001)
dan kajian di kawasan Hortikultura Sumatera (Saptana et al, 2004).
Kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hotikultura
dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer
(Kuma’at, 1992). Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain :
kegiatan pemasaran yang belum berjalan efisien (Mubyarto, 1989) dalam arti belum mampu
menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah dan belum
mampu mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir
kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian
tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi-fungsi
pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan.
Uraian-uraian diatas memperlihatkan bahwa proses pemasaran komoditas pertanian terutama
hortikultura adalah suatu proses dan rumit dan sangat kompleks. Proses pemasaran dituntut harus
dapat mempertemukan kepentingan dan kebutuhan produsen dan konsumen, yang kadangkala amat
saling bertentangan. Sistem pemasaran dituntut dapat mengalirkan barang/jasa ke tangan konsumen
akhir secara efektif dan efisien, serta dapat melancarkan arus informasi timbal balik sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh pelaku terkait. Oleh karena itu studi dan analisis mengenai pemasaran
memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha agribisnis sayuran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik saluran pemasaran produksi sayuran organik yang dilakukan pedagang
pasar simpang limun
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat saluran pemasaran sayuran organik di
pasar simpng limun
3. bagaimana Strategi pemasaran sayuran pakcoy sehat pasar simpang limun
c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik saluran pemasaran produksi sayuran organik
di pasar simpang limun
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat saluran pemasaran sayuran
organik di pasar simpang limun
3. Untuk Mengetahui Strategi pemasaran sayuran pakcoy sehat di pasar simpang limun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
Agribisnis Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Dalam Soekartawi (2001:2), yang dimaksud dengan Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha
yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya
dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian
dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Agribisnis adalah penerapan bisnis dalam usaha sektor pertanian dalam arti luas yang mana
mencakup : tanaman pangan, perkebunan, perikanan darat/laut, peternakan, dan kehutanan. Pengertian
penerapan bisnis yang berarti setiap usaha pertanian harus dapat menguntungkan para petani dan
pemerintah. Sektor agribisnis merupakan sektor penting dalam pembangunan di Indonesia, hal ini
terbukti di saat terkena krisis ekonomi mulai tahun 1997, sektor pertanian menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain
pertumbuhannya negatif. Senada dengan pendapat Soekartawi (2001:3) bahwa sektor pertanian masih
memegang peranan penting, hal ini disebabkan karena :
1. Sektor pertanian masih menyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB).
2. Sektor pertanian masih mampu menyediakan sekitar 54% dari angkatan kerja yang ada,
dan bahkan di propinsi tertentu kontribusinya melebihi angka tersebut. Pembangunan
sektor pertanian bahkan mampu mengurangi jumlah orang miskin di pedesaan.
3. Sektor Pertanian mampu menyediakan keragaman menu pangan dan karenanya
sektorpertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat.
4. Sektor pertanian mampu mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun hilir.
5. Ekspor hasil pertanian yang semakin meningkat menyumbang devisa yang makin besar.

B. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran berkaitan dengan orientasi pemasaran yaitu memuaskan kebutuhan
konsumen terakhir. Kebutuhan konsumenlah, bukan kebutuhan kewirausahaan yang menentukan
dapat tidaknya terjadi penjualan. Ada banyak contoh dimana orang menulai usaha hanya merasa
mereka mempunyai gagasan yang mereka sukai. Namun budang usaha mereka itu tidak berhasil
karena tidak cukup banyak orang yang menganggap bagus gagasan yang demikian itu. Wirausahaan
tidak melakukan cukup banyak penelitian terhadap gagasan usahanya. Seorang wirausahawan harus
selalu ingat akan kebutuhan konsumennya yang terakhir bukan hanya mengingat para pembeli
perantara yang langsung melakukan pembelian dari wirausahawan tersebut.
Dalam beberapa hal, seorang pembeli bisa saja membeli barang untuk orang lain. Lalu
pertanyaan yang perlu di perhatikan adalah :”Apa saja kebutuhan orang-orang yang akan
menggunakan hasil produksi ataupun saja tersebut”. Misalnya jika seorang wirausahawan ingin
membuat kerajinan hanya untuk dijual disuatu pasar ekspor, haruslah dia paham terlebih dahulu akan
kebutuhankebutuhan di pasar luar negeri. Jika pembelinya adalah konsumen terakhir maka keputusan-
keputusan yang menyangku langkah pemasaran mungkin lebih mudah dibuat oleh tenaga-tenaga
pemasaran., karena tidak perlu kawatir terhadap langkah untuk di pergunakan oleh orang lain, (yakni
oleh konsumen terakhir bukan oleh orang yang melakukan pembelian) maka wirausahawan tersebut
harus mampu berfikir bukan sebatas kebutuhan pembeli perantara saja. Semakin perusahaan
bersangkutan dapat memberikan kepada konsumen barang-barang atau jasa yang dibutuhkanna, dan
semakin perusahaan tersebut bisa memasang harga yang wajar serta memberikan pelayananan yang
baik, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut akan berhasil.
Bila dilihat dari sisi perusahaan, terdapat setidaknya 5 (lima) konsep pemasaran, dalam hal
mana perusahan melaksanakan kegiatan pemasarannya, yakni sebagai berikut :
1. Konsep produksi. Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang tersedia secara luas dengan harga yang murah.
2. Konsep Produk. Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang berkualitas berpenampilan dan berinovasi paling baik.
3. Konsep Penjualan. Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen akan membeli produk
jika perusahaan melakukan upaya-upaya promosi dan penjualan yang agresif.
4. Konsep pemasaran. Suatu konsep yang mengatakan bahwa konsumen akan membeli
produk bila dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
5. Konsep Sosial. Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen akan membeli produk
bila dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan serta mempertahankan dan mempertinggi
kesejahteraan masyarakat.
Barang dan jasa diproduksi tidak lain adalah untuk menghasilkan keuntungan. Agar produksi
tersebut menghasilkan keuntungan, tentu saja barang dan jasa itu harus laku dijual, tanpa konsumen
yang bersedia membelinya, barang yang diproduksi akan menumpuk di gudang, jasa akan menguap
dimakan waktu, dan pengusaha pengelolanya tidak akan memperoleh keuntungan satu rupiah pun.
C. Konsep Pemasaran
1. Pengertian
Banyak sudah bukti melalui penelitian atau studi yang sejenis yang menunjukan bahwa
sesungguhnya permasalahan yang dialami oleh usaha-usaha kecil seperti yang dikelola oleh
wirausahaan-wirausahaan pemula, seperti kemunduran, stagnasi atau kebangkrutan usaha adalah
pemasaran yang kurang baik atau memadai. Hal tersebut mengartikan bahwa produksi yang berjalan
dengan baik telah menghadapi hambatan karena pemasaran hasil produksi yang tidak mendukung .
Akibatnya barang atau jasa yang telah diproduksi dengan baik menjadi tidak berguna samasekali
karena tidak sampai ketangan konsumen, sehingga pada akhinya perusahaan akan menjadi rugi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor pemasaran mempunyai arti yang sangat penting
dalam suatu proses perjalanan usaha. Sesuai dengan perkembangan yang terjadi hingga saat ini,
pemasaran memperoleh definisi yang cukup bervariasi tergantung kepada di pembuat definisi, antara
lain :
1) Pemasaran adalah kegiatan manusia yang di arahkan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran.
2) Pemasaran adalah suatu sistim dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun
pembeli yang potensial juga tidak berakhir pada waktu penjualan atau transaksi. Semua
keputusan yang diambil dalam bidang pemasaran harus ditunjukan untuk menentukan produk,
pasar, harga, promosi dan sistem distribusinya.
3) Pemasaran adalah suatu kegiatan pemindahan barang dari produksi ke konsumen dengan
tujuan cepat, berkwalitas dan mudah dicapai dengan metode (3P+ID) melalui kerjasama
dengan orang lain.
4) Pemasaran adalah usaha memindahkan barang dan jasa kepada konsumen terakhir. Dalam
hal ini penekanan di berikan pada konsumen terakhir. Pelaksana pemasaran harus memikirkan
siapa yang akan menggunakan hasil produksi dan jasa tersebut, bukan memikirkan orang
yang akan “membeli” saja.
5) Pemasaran adalah aspek bidang usaha yang berfungsi saat melakukan penjualan yang
menjadi ciri keberadaan bidang usaha. Tanpa pertukaran barang tidak dapat dikatakan ada
suatu bidang usaha. Akan tetapi, pemasaran mencakup hal-hal yang lebih dari sekedar
penjualan dan semua variabelnya harus diberi penekanan. Tanpa memperhatikan semua
variabel kemungkinan besar tidak akan terjadi penjualan.
D. Fungsi Pemasaran
Secara teoritis, pemasaran mempunyai 9 fungsi, yang dapat dijelas kan sebagai berikut ;
a. Perdagangan – Mercandising. Perencanaan yang berkenaan dengan pemasaran barang /jasa
yang tepat dalam jumlah yang tepat serta harga yang selaras termasuk didalamnya faktor-
faktor lain seperti bentuk, ukuran, kemasan dan sebagaimya.
b. Pembelian – Buying. Fungsi Pembelian adalah peranan perusahaan dalam pengadaan bahan
sesuai dengan kebutuhan.
c. Penjualan – Selling. Sebaiknya juga bersifat dinamis apalagi yang dinamakan “Personal
Selling” karena ia harus meyakinkan orang untuk membeli suatu barang/jasa yang
mempunyai arti komersial baginya.
d. Transportasi-Transportation. Adalah perencanaan, seleksi dan pengerahan semua alat
pengangkutan untuk memindahkan barang dalam proses pemasaran.
e. Penggudangan – Storage. Berarti menyimpan barang selama waktu barang tersebut
dihasilkan dan dijual. Kadang-kadang selama dalam fase penyimpanan ini perlu juga
diadakan pengolahan lebih lanjut.
f. Standarisasi – Standardization. Penetapan batas-batas elementer berupa perincian-peribcian
yang harus dipenuhi oleh barang-barang buatan pabrik, atau kelas-kelas ke dalam mana
barang pertanian, contohnya harus digolongkan. Grading berarti memilih kesatuan-kesatuan
dari suatu produk yang dimasukkan kedalam kelas -kelas dan derajat-derajat yang sudah
ditetapkan dengan standarisasi.
g. Keuangan – Financing. Merupakan suatu usaha mencari dan mengurus modal uang dan
kredit yang langsung bersangkutan dengan transaksi dalam mengalirkan arus barang dan jasa
dari produsen ke pemakai. h. Komunikasi – Communication. Dengan fungsi ini kita
maksudkan segala sesuatu yang dapat memperlancar hubungan di dalam suatu perusahaan
dan pelaksanaan hubungan keluar (information research , advertising, publicity).
i. Risiko – Risk. Adalah cara / fungsi bagaimana kita menangani atau menghadapi
kemungkinan resiko rugi karena rusak atau hilangnya barang.

E. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk optimalisasi dan nisbah
antara input dan output. Suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input dalam
melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari output yang dapat
berupa barang atau jasa menunjukan suatu perbaikan tingkat efisiensi pemasaran. Sebaliknya
suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input setapi juga mengurangi kepuasan
konsumen, menunjukan suatu penurunan tingkat efisiensi pemasaran.
Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam tataniaga suatu komoditas adalah
berdasarkan alasan efisiensi, sebab yang utama adalah dengan efisiensi yang lebih tinggi
berarti memberikan keragaan yang lebih baik, sedangkan penurunan tingkat efisiensi
mencerminkan keragaan yang buruk. Masalah efisiensi pemasaran berhubungan dengan
masalah menyalurkan barang dan jasa dari produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang
diinginkan oleh konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat
teknologi yang ada.
Kohls and Uhl (1980), membagi efisiensi pemasaran dalam 2 bagian, yaitu : (1)
Efisiensi operasional, dan (2) Efisiensi harga. Efisiensi operasional adalah perubahan dalah
nisbah efisiensi pemasaran sebagai akibat perubahan biaya penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemasaran (Pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pembiayaan,
strandarisasi, tanggungan resiko, informasi Pasar dan harga).
Efisiensi operasional menurut Raju and Oppen (1982), artinya dapat menekan atau
meminimkan biaya atau menekan fungsi-fungsi pemasaran. Indikator yang digunakan untuk
mengukur efisiensi operasional di cerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin pemasaran.
Efisiensi harga menurut Raju and Ppen (1982), ukurannya dicerminkan oleh kolerasi harga
sebagai akibat pergerakan produk dari pasar pusat produksi ke pasar pusat konsumen). Dalam
sistem pasar bersaing sempurna, gerakan harga dalam satu pasar dianggap senantiasa
berhubungan dengan harga pasar yang lain. Bentu integrasi pasar dapat menjelaskan sebera
jauh terbentuknya suatu komoditas pada satu tingkat lembaga pemasaran di pengaruhi oleh
harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Perubahan tersebut dapat di taksir dengan
menggunakan medel analisis kolerasi harga, baik secara vertikal dari produsen ke konsumen.
Dikatakan Mubyarto (1995), suatu sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu
menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah –
murahnya,serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam semua kegiatan produksi
dan pemasaran tersebut.
F. Pendapatan usaha, Marjin Pemasaran dan Share Petani
Setiap kegiatan atau usaha dalam bentuk apapun pada umumnya bertujuan untuk
memperoleh hasil atau pendapatan. Pendapatan didefinisikan sebagai penghasilan yang
berupa upah, gaji, bunga, sewa deviden, keuntungan dan suatu arus uang yang diukur dalam
ruang waktu tertentu (Kadariah, 1981).
Untuk menganalisis pendapatan dalam petani sayuran organik, ada beberapa
pengertian yang perlu diperhatikan menurut Soekartawi (1995), sebagai berikut :
a. Penerimaan Kotor (Gross Income) Adalah jumlah produksi sayuran organik yang
terjual dalam suatu kegiatan penjualan dikalikan dengan harga jual yang berlaku di
pasaran.
b. Biaya Produksi (Cost Production) Dalam konteks usaha pemasaran, biaya produksi
adalah biaya penjualan yaitu semua pengeluaran yang diperlukan dalam menjual
sayuran organik dan dinyatakan dengan uang. Biaya penjualan tersebut adalah semua
biaya yang dikeluarkan dalam menjual sayuran organik dalam satu siklus penjualan,
seperti biaya bibit, biaya tenaga kerja, biaya retribusi dan sebagainya.
c. Pendapatan Bersih (Net Income) Adalah penerimaan kotor dikurangi dengan total
biaya dalam usaha petani memasarkan sayuran organik produksinya, atau penerimaan
kotor dari hasil penjualan sayuran organik dikurangi biaya tetap dan biaya variabel
yang digunakan dalam usaha penjualan tersebut.
Ada berbagai upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani sayuran
organik antara lain melalui peningkatan produktivitas, pemasaran yang baik dan
sebagainya.peningkatan yang dimaksud tidak hanya diukur berdasarkan total pendapatan
yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha tetapi juga di ukur dari distribusi pendapatan untuk
setiap perilaku usaha tersebut termasuk pelaku pasca panen (Afrianto Liviawaty, 1994).
Unsur – unsur yang dapat membentuk penghasilan atau pendapatan bruto usaha penjualan,
dikemukakan Soekartawi (1993) sebagai berikut :
a. Pendapatan yang diterima sebagai hasil penjualan produk (tagihan – tagihan dari
penjualan awal dan akhir tahun ikut diperhitungkan)
b. Nilai – nilai dari bahan – bahan untuk dipergunakan rumah tangga, pengusaha dan
pribadi.
c. Pembayaran kepada tenaga kerja atau buruh, berupa uangg atau barang.
d. Nilai dari barang atau bahan yang dihasilkan oleh usaha sendiri, dan
e. Tambahan nilai dari persediaan modal.
Menurut Kadarsan (1992), pendapatan bersih operasional dihitung dengan
mengurangkan pengeluaran operasional dan penerimaan kotor. Pendapatan bersih operasional
memungkinkan untuk membandingkan efesiensi beberapa usaha tani yang sejenis dengan
macam – macam struktur biaya tetap. Cara penghitungan ini memungkinkan pula untuk
membandingkan satuan pendapatan yang diperoleh dari beberapa kali proses pemasaran pada
usaha yang sama selama beberapa tahun. Biaya tetap dapat saja berubah karena perbedaan
tingkat utang jangka panjang, sewa tanah dan lain – lain.
Tomek and Robinson (1977) mendefinisikan marjin pemasaran adalah: (1) Perbedaan
antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani, (2) Kumpulan balas
jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya penawaran dan permintaan. Hal
yang sama di kemukakan oleh william and Kenneth (1975), bahwa marjin pemasaran adalah
selisih harga yang di bayar oleh konsumen dengan harga yang diterima petani.
Di negara-negara maju semakin tinggi marjin pemasaran maka pemasaran dianggap
konsisten dan efisiensi karena ditingkatkannya kegunaan barang tersebut yang mencerminkan
jasa-jasa yang digunakan oleh konsumen dan untuk itu mereka bersedia membayarnya
(William and Kenneth, 1975).
Menurut Yacob Ibrahim (1990 : 190 ) bahwa marjin pemasaran adalah perbandingan
antara harga jual pada tingkat produsen dengan haga jual pada tingkat pengecer dan
konsumen dikurangi 1 dikalikan 100%. Marjin pemasaran merupakan akumulasi dari marjin
keuntungan dan biaya pemasaran.
Tersebarnya lokasi dalam wilayah yang luas dan jauh dari pusat pemasaran hasil
produksi menyebabkan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat. Kondisi ini
mengakibatkan jasa-jasa pedagang pengumpul masih tetap diperlukan.
Semakin panjang rantai pemasaran maka biaya pemasaran atau biaya tataniaga akan
semakin besar. Hal ini berakibat semakin banyaknya marjin tataniaga sehingga bagian harga
yang diterima petani akan mengakibatkan kurangnya dorongan bagi para petani untuk
mempruduksi lebih lanjut.
Kohl and Uhl (1990) menyatakan bahwa besarnya bagian yang diterima petani
(farmer’s share) di pengaruhi oleh tingkat pemrosesan, biaya transportasi keawetan atau mutu
produksi dan jumlah Produksi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi lapangan (field
research). Fiel research yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang menghasilkan data
yang akan diartikan sebagai fakta atau informasi dari subjek penelitian, informasi, pelaku,
dan tempat menjadi subjek penelitiannya. Maka dari itu peneliti mengangkat sebuah judul
yaitu STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PAKCOY (Studi Kasus : pasar
simpang limun, kecamatan medan kota, kota medan sumatra utara)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Merupakan wilayah dimana peneliti akan melakukan pengamatan, pengambilan data dari
sebuah wilayah tertentu. Adapun yang menjadi tempat atau lokasi pada penelitian ini adalah
pasar simpang limun, kecamatan medan kota, kota medan sumatra utara
3.3 Subjek Penelitian
Informan atau subjek yang akan diteliti adalah pihak yang akan dijadikan sumber
perolehan data sebagai data yang akan diteliti dalam bidang sayuran organik, Dan yang akan
menjadi informan adalah pedagang yang berada di pasar simpang limun
3.4 Sumber Data
1. Data primer
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari
sumber yang asli. Dengan itu prose pengumpulan data harus dilakukan dengan
memperhatikan sumber utama yang akan dijadikan objek penelitian.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari pemilik usaha Tahu dan
tempe di Pasar Inpres Padangmatinggi dan tenaga kerja lain yang ditunjuk oleh pemilik
untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung tetapi diperoleh
melalui orang lain atau pihak lain, misalnya dokumen laporan-laporan, jurnal penelitian,
artikel, dan majalh ilmiah yang isinya berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, skripsi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi (pengamatan)
Observasi yang dilakukan adalah observasi berstruktur yaitu pengamatan yang
dilakukan setelah peneliti mengetahui aspek-aspek apa saja yang ada pada objek yang
diteliti yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti terlebih
dahulu merencanakan apa-apa saja yang akan diamati.
2. Interview (wawancara)
Metode yang dilakukan dalam wawancara ini adalah dengan menggunakan metode
wawancara semiterstruktur yaitu peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih
dahulu dengan pelaksanaan lebih bebas. Dalam arti tidak menutup kemungkinan untuk
muncul pertanyaan baru yang masih relevan agar mendapatkan pendapat dan ide dari
sumber secara lebih luas (Sugiyono, 2010)
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dengan cara membuka dokuman-
dokumen yang ada pada objek penelitian dan kemudian mengambil data yang relevan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal


4.1.2 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal ini diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
bersaing organisasi dengan melakukan proses identifikasi terhadap berbagai faktor-faktor yang ada
dalam area organisasi. Meliputi : stok barang tersedia secara rutin, kualitas produk, lokasi, pelayanan
terhadap konsumen, saluran distribusi, kemasan, promosi dan pendidikan petani.
- Stok barang tersedia secara rutin
- Kualitas produk
- Pelayanan terhadap konsumen
- Saluran distribusi
- Pendidikan petani
4.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas dari
peluang yang dapat menguntungkan sebuah organisasi dan ancaman yang harus dihindari. Meliputi
lingkungan makro (faktor demografi, ekonomi, politik, dan budaya), lingkungan mikro (pemasok,
perantara pemasaran, pelanggan dan masyarakat), dan lingkungan industri (ancaman pendatang baru).
1. Faktor Demografi
 Pertumbuhan Pasar Perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan pasar yang terus
berkembang akan berdampak positif pada peningkatan konsumsi makanan yang memiliki vitamin dan
mineral yang baik bagi kesehatan serta merupakan peluang terhadap perkembangan usaha pemasaran
sayuran pakcoy
 Jumlah Produksi Respon positif dari masyarakat dapat berupa dukungan terhadap
peningkatan produksi dan memperluas pasar yang ada dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk
serta pertumbuhan pasar menjadikan peluang besar
2. Faktor Ekonomi
Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil, bisa terlihat saat ini naiknya harga
bahan bakar minyak (bbm), gas untuk bahan memasak, sembako, sarana produksi pertanian (saprotan)
yang selalu mempengaruhi kenaikan-kenaikan harga barang lainnya secara umum. Hal tersebut akan
mempengaruhi penetapan harga untuk sayuran pakcoy sehat.
3. Faktor Teknologi
Teknologi memiliki salah satu fungsi sebagai pemegang peran penting dalam perkembangan
suatu kegiatan usaha. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut kalangan usaha lainnya
mengamati dan mengadopsi perkembangan teknologi untuk menunjang seluruh kegiatan
4. Faktor Politik
Peraturan dan kebijakan pemerintah baik pemerintah daerah atau pusat, terutama peraturan
pemerintah mengenai usaha di bidang pertanian yang dimana ada pemetaan lokasi khusus bagi usaha
pertanian yang dapat mempengaruhi perkembangan pedagang didalam menjalankan usahanya.
5. Pengetahuan Masyarakat
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa itu produk sayuran pakcoy sehat membuat
masyarakat lebih memilih sayuran pakcoy konvensional hal ini menjadi ancaman yang serius bagi
pedagang di pasar simpang limun
6. Pesaing
Hadirnya pesaing dalam industri makanan sayuran pakcoy sehat dapat menjadi suatu ancaman
bagi pedagang di pasar simpang limun terhadap pasar yang dimiliki. Namun ancaman yang
sebenarnya dari pedagang di pasar simpang limun yaitu pesaing produk sejenis sama ialah sayuran
pakcoy yang di akui oleh produsen lain yang menawarkan produk yang sama namun belum dapat
dipastikan sayuran pakcoy tanpa menggunakan pestida kimia sintetis.
4.3 Analisis Strategi
Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal yang terdiri dari kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran sayuran pakcoy sehat pada pedagang di pasar
simpang limun . Tahap selanjutnya adalah menyusun table matrik Internal Factor Analisys Strategic
(IFAS) dan Eksternal Factor Analisys Strategic (EFAS). Tahap ini merupakan tahap awal dalam
merumuskan strategi pemasaran sayuran pakcoy sehat pada pedagang di pasar simpang limun.
1. Strategi S-O (Strenghts-Opportunities) Strategi adalah untuk memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk mengambil dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang dapat
digunakan yaitu pertama, Stok barang tersedia secara rutin, kualitas produk baik dan lokasi dekat
dengan pasar serta media promosi online sehingga kebutuhan masyarakat pola hidup sehat akan
kebutuhan sayuran pakcoy sehat dapat terpenuhi. Kedua, Adanya pelayanan yang baik terhadap
konsumen dan kualitas produk yang baik akan berpengaruh terhadap siklus penjualan yang semakin
meningkat dengan adanya kebutuhan masyarakat pola hidup sehat.
2. Strategi S-T (Strenghts-Treathts)
Strategi ini adalah untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi
ancaman. Strategi yang dapat digunakan pertama, Melakukan stok barang secara rutin dan kualitas
produk baik dengan melihat ketersediaan bahan baku (Benih Pakcoy), adanya penetapan harga
,persaingan produk sejenis. Kedua, Pelayanan terhadap konsumen yang baik
3. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat
digunakan yaitu yang pertama, Harga pakcoy sehat yang lebih tinggi dan saluran distribusi terbatas
serta Kegiatan promosi yang kurang optimal akan bisa teratasi pada saat siklus penjualan meningkat
dan pemasaran langsung dengan adanya kebutuhan konsumsi masyarakat pola hidup sehat.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Treathts) Strategi ini didasarkan pada kegiatan organisasi yang
bersifat melindungi dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Strategi yang dapat dilakukan yaitu pertama, Menambah saluran distribusi untuk lebih
memperkenalkan produk yang dihasilkan dan memperbaiki kemasan supaya menarik konsumen, agar
masyarakat mengetahui tentang perbedaan organik dan konvensional
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Strategi pemasaran dominan pada kekuatan dan peluang artinya
prospek perkembangan baik. Rekomendasi strategi yang dapat dilaksanakan pedagang di
pasar simpang limun yaitu:
1. Stok barang dengan kualitas baik harus tersedia secara rutin sesuai dengan siklus
pemasaran.
2. Tingkatkan pengembangan pasar bila memungkinkan melalui media elektronik (online)
dilakukan juga.
3. Pelayanan terhadap konsumen dan mitra agar ditingkatkan.

5.2 saran
Kepada pedagang di pasar simpang limun hendaknya perlu mendalami untuk mengatasi
masalah pendidikan petani yang rendah , pedagang di pasar simpang limun diharapkan membuat
pelatihan yang mengarah ke pengetahuan serta keahlian untuk para pedagang sehingga pedagang
dapat menjalankan kegiatan dengan lebih kreatif, inovatif serta mampu bersaing dengan produsen
lainnya memperluas pangsa pasar, distribusi produk sayuran pakcoy sehat, memperbaiki kemasan
lebih menarik,dan kegiatan promosi bisa dioptimalkan
Daftar pustaka
Airine, T. 2010. Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus : Giant
Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Akbar, F. 2002. Analisis Kelayakan Investasi Head Lettuce dengan Sistem Pertanian
Organik. Studi Kasus PT. Austindo Mitra Sarana Farm Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa
Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonimi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Alma, Buchari, 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Keempat CV. Alpha Beta:
Bandung
Armidin RP. 2007. Strategi pengembangan usaha gerai pangan organic vegetables,
Kemang Timur, Jakarta Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Budiharsana RS. 2005. Strategi social marketing pangan organik sebagai bagian gaya
hidup sehat. Prosiding Workshop Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina), 73-
76. Jakarta: (21-22 September 2018).
Departemen Pertanian. 2007. Road Map Pengembangan Pertanian Organik 2008-
2015. pphp.deptan.go.id. (10 Oktober 2018).
Eko, M. 2007.Budidaya Tanaman Sawi(Brassica juncea). Jakarta: Penebar Swadaya
Herawati. Budidaya Sayuran. Javalitera. Jogjakarta. 2012.
Kotler, Philip. dan Amstrong, Gary. 2008 Prinsip-prinsip pemasaran. Jilid I. Edisi
Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Isdiayanti. 2007. Analisis Usahatani Sayuran Organik di Perusahaan Matahari Farm
{Skripsi}. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21.PT GramediaPustaka Utama.
Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan
Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sutawi, M.P., 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu media. UMM Perss. Malang.
Sutojo,S dan F. Kleinsteuber. 2002. Strategi Pemasaran. Jakarta: PT Damar Mulia
Pustaka
Tohir, KA. 1991. Seutas Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. PB
Triton. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Tugu Publisher

Anda mungkin juga menyukai