Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PKL

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM


DI

GAPOKTAN SILIH ASIH


CIGOMBONG-BOGOR

OLEH :
1. Muhamad Naufal Endas
2. Moch Zeni Nursalam
3. M Fadilah Ashofar

KOMPETENSI KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SMK NEGERI 1 CIBADAK
KABUPATEN SUKABUMI – JAWA BARAT
TAHUN 2021

0
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Teknik budidaya jamur tiram

Nama Siswa :
1. Moch Zeni Nursalam
2. Muhamad Naufal Endas
3. M Fadilah Ashofar

Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Cibadak


Lokasi PKL : Gapoktan Silih Asih Cigombong-Bogor
Disahkan Pada Tanggal …, …………… 2021
Oleh :
Pembimbing Sekolah
PembimbingLapangan

Lia Marliana S.P H. Achamd


Zakari
Tanggal …,……….2021 Tanggal……………
2021
Mengetahui :

Kepala SMK Negeri 1 Cibadak Ketua Gapoktan

Drs. Juanda M.Si H.Achmad


Zakaria
NIP : 196403081989021007

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan dan menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul
“Pembuatan dan Pembudidayaan Jamur Tiram” Dalam kurun waktu 3 (Tiga) bulan yang dimulai
pada tanggal 5 Juli 2021 s/d 5 Agustus 2021 yang bertempat di Gapoktan Silih Asih H. Achmad
Zakaria Cigombong-Bogor.
Praktik kerja lapangan ini merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibadak (SMK 1 CIBADAK). Laporan ini disusun untuk melengkapi
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan juga salah satu syarat untuk medapat nilai akhir dari
kegiatan tersebut.
Dengan selesainya laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari banyak pihak yang
telah memberi bantuan, bimbingan, nasihat, dan motivasi kepada kami. Untuk kami selaku penulis
dan penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Kuasa-Nya serta kepada Nabi
Besar kita Muhammad Saw yang telah memudahkan dan memberikan kami dorongan.
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga yang telah banyak membantu sepenuh hati baik
secara lahir dan batinnya.
3. Bpk Drs. Juanda M.Si selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Cibadak.
4. Ibu Lia Marliana S.P. selaku pembimbing.
5. Seluruh Dewan Guru dan Staf SMK 1 Negeri Cibadak.
6. Bpk H Achmad Zakaria selaku Ketua dan Pemilik Gapoktan Silih Asih.
7. Pembimbing lapangan dan seluruh staf karyawan Gapoktan Silih Asih yang telah
membimbing, membantu, dan menemani kami selama dalam waktu Praktik Kerja Lapangan.

Kami selaku siswa menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari kegiatan Praktik Kerja
Lapangan dan laporan akhir ini . Baik dari sisi prilaku kami, etos kerja, serta materi dan Teknik
pengemasan laporan ini karena menyadari kurangnya pengetahuan ,pengalaman dan tutur kata.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat sangat kami harapkan guna untuk
menyempurnakan hasil akhir dari laporan ini dikemudain waktu.
Akhir kata, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat baik bagi kami selaku siswa dan
maupun generasi-generasi berikutnya di SMK Negeri 1 Cibadak – Kejuruan Agribisnis Pengolahan
Hasil Pertanian. Sekian mohon maaf bila ada kesalahan dalam pengucapan atau penulisan dari kami.

Sukabumi, 05 Agustus 2021


Penulis:
1. Muhamad Naufal Endas
2. Moch Zeni Nursalam
3. M Fadilah Ashofar

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Tujuan .......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................7
2.1 Pengertian Jamur........................................................................7
2.2 Taksonomi Jamur Tiram............................................................7
2.3 Deskripsi Jamur Tiram..............................................................................7
2.4 Syarat Tumbuh..........................................................................................8
2.5 Media Tumbuh Jamur Tiram.....................................................................8
2.6 LingkunganTumbuh................................................................... 9
2.7 Manfaat Dan Nilai Gizi Jamur Tiram........................................9
BAB III PELAKSANAAN BUDIDAYA......................................11
3.1 Persiapan Alat Dan Bahan.......................................................11
3.2 Pengadaaan Bahan Baku.........................................................11
3.3 Pengayakan Serbuk Gergaji....................................................11
3.4 Pencampuran bahan baku........................................................12
3.5 Pengomposan..........................................................................12
3.6 Pengemasa Media....................................................................13
3.7 Pasteurisasi..............................................................................14
3.8 Pendinginan.............................................................................14
3.9 Inokulasi..................................................................................15
3.10 Inkubasi...................................................................................15
3.11 Penumbuhan dan pemeliharaan ..............................................17
3
3.12 Panen & Pasca Panen..............................................................17
3.13 Pembuangan Baglog................................................................17
3.14 Pemasaran...............................................................................17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................18
4.1 Kesimpulan................................................................................18
4.2 Saran...........................................................................................18
BAB V DOKUMENTASI..............................................................19

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan
sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur
mengambil zat-zat makanan dari organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Pada umumnya jamur
hidup pada sisa makhluk lain yang sudah mati, misalnya pada tumpukan sampah, serbuk gergaji
kayu, atau pada batang kayu yang sudah lapuk, Lebih dari 70.000 jenis jamur yang sudah dikenal
sejak lama umumnya masih hidup liar di hutan, kebun atau pekarangan rumah. Walaupun jenis jamur
yang memiliki nilai ekonomi masih sedikit, tetapi potensi jamur di bidang pertanian, industri,
lingkungan, bahan makanan dan bahan obat san2gat tinggi. Beberapa jenis jamur yang telah
dibudidayakan dan memiliki nilai bisnis besar diantaranya adalah jamur merang, jamur kuping,
shitake, champingnon, lingzi dan jamur tiram.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu, karena jamur ini banyak tumbuh pada
media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram atau oyster musroom karena bentuk tudungnya
membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tidak berada pada
tengah tudung, tapi agak miring ke pinggir, Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak
dimakan serta mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan jamur lain,
seperti pada jamur tiram putih mengandung protein 27%, jamur merang mengandung protein 1,0%
dan jamur champingnon mengandung protein 3,5% dihitung dalam 100 gram berat kering oleh
karena itu jamur tiram mulai dibudidayakan, Kayu atau serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat
tumbuh jamur mengandung serat organik (selulosa hemi selulosa, serat lignin) dan lain-lain. Dari
kandungan tersebut ada yang membantu pertumbuhan jamur, antara lain karbohidrat, lignin dan
serat, sedang faktor yang menghambat antara lain getah dan zat pengawet alami yang terdapat pada
kayu seperti tanin, resin dan terpentin. Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk
budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak mengandung zat pengawet alami. Untuk
kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsur-
unsur kimia, misalnya Nitrogen, Fosfor, Belerang, Kalium, Karbon yang telah tersedia dalam
jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dari luar;
misalnya dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman
atau media tumbuh jamur. Jamur segar umumnya mengandung 85-89% air. Kandungan lemak cukup
rendah antara 1,08-9,4% dari berat kering terdiri Dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol
dan phoshpolipida. Sedangkan karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan pentosan polimer
karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang merupakan
komponen structural sel jamur.

5
1.2 Tujuan
Kegiatan tugas akhir ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengenal dan Mengetahui proses produksi Jamur Tiram, sehingga mampu menerapkan dan
mengaplikasikan di dunia usaha.
2. Mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi media yang digunakan sebagai media
tanam Jamur Tiram.
3. Agar siswa-siswi dapat memanfaatkan keterampilan dan pengetahuannya untuk menambah
Pemahaman dan pengembangan kematangan diri.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jamur


Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota)
yang berbentuk seperti payung. Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) adalah yang
sifatnya eukariotik dan tidak berklorofil.  jamur (fungi) ini reproduksi dengan secara aseksual yang
menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan dengan secara seksual dengan zigospora,
askospora, dan basidiospora. Jamur (fungi) ini hidupnya ditempat-tempat yang berlembap, air laut, air tawar,
ditempat yang asam dan bersimbosis dengan ganggang yang membentuk lumut (lichenes). Beberapa jamur
aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh
jamur yang bisa dimakan: jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping
(Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus
edulis

2.2 Taksonomi Jamur Tiram


Taksonomi Jamur Tiram sebagai berikut :

Kerajaan Fungi

Filum Basidiomycota

Kelas Homobasidiomycetes

Ordo Agaricales

Famili Tricholomataceae

Genus Pleurotus

Spesies Pleourotos ostreatus

2.3 Deskripsi Jamur Tiram


Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat
di Indonesia, biasanya memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti
kulit kerang atau tiram. Tubuh buah jamur tiram putih memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe
atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram yang berukuran 5 cm sampai 15 cm dan

7
permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkai jamur
tiram putih ada yang pendek atau panjang yang berukuran 2 cm sampai 6 cm. Di alam jamur tiram
hanya dijumpain pada musim tertentu dalam jumlah yang terbatas dan menumpuk pada bagian
batang pohon yang telah melapuk.

2.4 Syarat Tumbuh


1. Nutrisi
Nutrisi media berperan penting dalam proses budidaya Jamur tiram. Nutrisi bahan baku
yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup Jamur tiram. Bahan baku yang
digunakan sebagai media dalam budidaya jamur tiram dapat berupa kayu yang sudah kering,
kayu yang sudah lapuk, serbuk kayu ataupun campuran serbuk kayu dan jerami.
Selain bahan baku tersebut bahan tambahan lainnya yaitu bekatul atau dedak, kapur serta gips
sebagai penguat media dan juga air. Bahan-bahan tersebut perlu ditambahkan karena jamur
termasuk organisme heterotrofik yang artinya jamur tidak dapat mencukupi kebutuhannya
sendiri.
2. Tingkat Keasaman Media
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.
Apabila pH terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan
dan bahkan tumbuhnya jamur lain. Keasaman Ph dapat diatur diangka 6-7. Karena pada saat
petumbuhan misellia menghendaki keasaman media mendekati netral.
3. Kadar Air
Kadar air media harus diatur hingga 50-70% dengan menambahkan air bersih. Air sangat
perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar misellia jamur dapat menyerap makanan
dari makanan dari media/substrak dengan baik. Jika air yang ditambahkan kurang, maka
penyerapan makanan oleh jamur menjadi kurang optimal sehingga jamur menjadi kurus,
bahkan dapat menyebabkan jamur mati. Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka
akan menyebabkan busuk akar.

2.5 Media Tumbuh Jamur Tiram


1. Serbuk Kayu
Serbuk kayu merupakan bahan dasar pembuatan media tanam (baglog). Serbuk kayu
mengandung beragam zat didalamnya yang dapat memicu pertumbuhan jamur tiram. Zat-zat
yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin. Jenis kayu yang
paling baik untuk dijadikan media yaitu kayu sengon, kayu waru,dan kayu jati. Syarat serbuk
kayu yang baik yaitu serbuk kayu yang tidak terdapat kandungan minyak dan bahan kimia.
Kayu keras, kering, bersih, tidak bergetah, tidak busuk dan masih baru belum ditumbuhi
jamur lain.
2. Kapur

8
Kapur mati apabila diberi air tidak lagi memuai atau panas yang sering digunakan untuk
pertanian
Atau biasa di sebut kapur pertanian(KAPTAN). Kabur mengandung sumber kalsium (Ca) dan
bermanfaat untuk mengatur tingkat keasaman media dan sumber mineral. Kapur yang
digunakan yaitu harus kapur pertanian (KAPTAN) / (CaC03).

3. Dedek
Dedek digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan jamur pada media tanam, pengguna dedak
juga bisa menjadi sumber karbohidrat, karbon (C) dan nitrogen (N) selain itu vitsmin B1 dan
B2 juga terkandung didalamnya. Karbon (C) digunakan sebagai sumber enrgi utama,
sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim-enzim
yang disimpan dalam tubuhnya.

2.6 Lingkungan tumbuh


1. Intensitas cahaya
Secara alami, jamur tiram tumbuh di hutan di bawah pohon atau di bawah tanaman berkayu.
Jamur tiram, tidak memerlukan cahaya matahari maksimal. Pertumbuhan misellia akan
tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap atau tanpa sinar matahari sekalipun tetapi pada
pertumbuhan badan buah jamur tiram memerlukan rangsangan sinar matahari. Penyinaran
dapat menggunakan alternative lampu 40 Watt ataupun penyinaran matahari tidak secara
langsung dengan membuka pintu atau jendela lumbung.
2. Suhu
Pada budidaya jamur tiram, suhu udara memegang peranan penting untuk mendapatkan
badan buah yang maksimal dan optimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur
tiram dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara
berkisaran antara 20-28˚C dengan kelembaban 60-70% dan fase pembentukan badan buah
memerlukan suhu udara antara 16-22˚C.

2.7 Manfaat Dan Gizi Jamur Tiram


Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, kandungan
gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di
dalamnya, jamur tiram juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi
tubuh.

No. Nilai Gizi dalam 100g Kandungan

1 Karbohidrat (%) 36710,5-30,4

9
2 Lemak (%) 56,6

3 Tianin (%) 1,7-2,2

4 Riboflavin (mg) 0,2

5 Niasin (mg) 4,7-4

6 Kalsium (mg) 77,2

7 Kalium (mg) 314

8 Posfor (mg) 3,793

9 Natrium (mg) 717

10 Zat besi (mg) 837

11 Serat (%) 3,4-18,2

12 Kalori (Energi) 75-78

10
BAB III
PELAKSANAAN BUDIDAYA
3.1 Persiapan Media Alat dan Bahan
Sebelum melakukan proses produksi, hal yang harus dipersiapkan yang pertama adalah
bangunan kumbung, alat dan bahan seperti peralatan untuk membuat media hingga proses
pascapanen dan pemasaran. Setelah semua peralatan dan bahan disiapkan, tahap yang
selanjutnya adalah proses produksi jamur tiram yaitu sebagai berikut :

3.2 Pengadaan Bahan Baku


salah satu factor penting dalam budidaya jamur tiram yaitu pemilihan kayu untuk
pembuatan media tanam baglog. Secara umum jenis kayu dibedakan menjadi kayu keras,
agak keras dan kayu lunak. Jenis kayu keras diantaranya mahoni, jati dan Nangka, kayu
agak keras diantaranya mindi, rambutan, karet dan beringin, sedangkan kayu lunak
diantaranya sengon atau albasih, pinus dan lain sebagainya. Pada budidaya jamur tiram
menggunakan media tumbuh serbuk gergaji. Karena jumlah selulosa, hemi selulosa dan
lignin pada serbuk gergaji lebih tinggi. Jenis serbuk yang digunakan sebagai bahan baku
media jamur tiram adalah jenis kayu karet, karena serbuk gergaji dan kayu karet usianya
lebih seragam dan juga misellium cepat merambat.

3.3 Pengayakan Gergaji

Gambar 1. Pengayakan sebuk gergaji


Pengayakan serbuk gergaji dilakukan agar medi jamur tiram bersih dari sisa-sisa kayu yang terbawa
dari serbuk gergaji. Namun hal ini tidak dilakukan pada budidaya yang menggunakan serbuk gergaji

11
pohon karet ,karena sudah cukup halus dan jika dalam pengemasan masih terdapat sisa-sisa kayu
karet, dan sisa kayu tersebut langsung dibuang.

3.4 Pencampuran Bahan Baku

Gambar 2. Pencampuran bahan baku, tumbukan biji jagung, kapur, dedek, dan air
Selain serbuk gergaji, bahan tambahan untuk media jamur tiram adalah air, dedek,, kapur dan
tumbukan biiji jagung. Air sebagai pembentuk kelembapan bagi pertumbuhan jamur, dedak untuk
meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon dan nitrogen,
sedangkan kapur merupakan sumber kalsium sebagai penguat batang/akar jamur agar tidak mudah
rontok. Selain itu kapur juga berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur pencampuran
bahan baku dilakukan secara serbuk gergaji 100%, dedak 20%, kapur 3%, dan kadar air 50-70%
secara sederhana, untuk mengetahui kadar air dapat dilakukan dengan membuat gumpalan media
dengan cara mengepalkan media. Apabila gumpalan dalam kepalan mengeluarkan air terlalu banyak
maka kandungan air dalam bahan tersebut terlalu tinggi. Media yang baik biasanya menggumpal bila
saat dikepal namun mudah dihancurkan kembali.

3.5 Pengomposan
Pengomposan dilakukan untuk membantu mengurangi kontaminasi media oleh mikroba liar
contohnya Neuospora sp dan juga membantu penguraian beberapa senyama kompleks menjadi lebih
sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh jamur tiram. Pada budidaya jamur tiram, pengomposan
dilakukan dengan cara membuat gundukan media, kemudian menutupnya dengan menggunakan

12
plastik atau terpal dengan rapat selama 1-2 hari. Agar proses pengomposan merata, dan setiap hari
dilakukan pengadukan.

3.6 Pengemasan Media

Gambar 3. Pengemasan Media


Setelah tahap pengomposan, tahap berikutnya adalah pengemasan media. Media jamur tiram
yang telah dibuat, dikemas kedalam pelastik Polypropylene (PP) karena relatif tahan panas,
yang berukuran 17-35 cm. batas pengisian media jamur tiram hanya 30 cm dan sisanya untuk
pengikatan. Pengemasan media jamur tiram dilakukan secara manual dengan tenaga manusia,
namun pada saat pemadatan media menggunakan alat pres yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran plastic yaitu 17x35 cm, agar tinggi dan tingkat kepadatannya seragam.
Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan diikat pada bagian leher plastik,
sehingga pengemasan media menyerupai botol. Dalam sehari pengemasan media jamur tiram
mampu membuat hingga 800 baglog yang dikerjakan oleh 4 orang karyawan.

13
3.7 Pasteurisasi

Gambar 4 Pasteurisasi/Pengomposan media


Pasteurisasi merupakan proses pemanasan yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba. Kapang
ataupun jamur liar yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Pada budidaya jamur
tiram, proses pasteurisasi menggunakan drum. Pasteurisasi yang menggunakan drum membutuhkan
waktu yang lebih lama, selain itu tinggkat terjadinya kontaminasi media lebih tinggi. Media
dipasteurisasi hingga suhu mencapai 100˚C, atau membutuhkan waktu hingga 8-10 jam untuk
mencapai suhu tersebut. Dalam satu kali proses pasteurisasi dapat menghasilkan 800-1.000 media
log.

3.8 Pendinginan

14
Gambar 5. Proses pendinginan di ruang inkulasi

Media yang telah di pasteurisasi kemudian didinginkan antara setengah sampai satu hari, sebelum
dilakukan inokulasi (pemberian bibit). Untuk mempercepat pendinginan dapat menggunakan kipas
angin. Apabila inokulasi dilakukan saat suhu media masih tinggi maka bibit yang ditanam akan mati
karena kepanasan.

3.9 Inokulasi

Gambar 6. Inokulasi/pemeberian bibit pada media


Inokulasi merupakan proses penanaman bibit ke dalam media log yang dilakukan dengan cara
menaburkan bibit pada permukaan media jamur timm. Bibit yang digunakan adalah bibit F2 dengan
media berupa serbuk gergaji ataupun biji jagung. Bibit jamur F2 ini diproleh dari penjual bibit jamur
tiram, Dalam 1 botol saus bibit jamur tiram cukup untuk menanam 20-25 media baglog. Media yang
telah ditanam, kemudian ditutup menggunakan kapas rajut dan diikat dengan karet gelang.
Penutupan media tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
misellia jamur karena misellia jamur dapat tumbuh baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen.
3.10 Inkubasi

Gambar 7. Inkubasi/penyimpanan baglog yang sudah di bibit

15
Media yang telah diinokulasi kemudian disimpan pada ruang tertentu (yang cocok untuk
pertumbuhan misellia) agar misellia jamur dapat tumbuh. Inkubasi dilakukan dengan cara menyusun
baglog pada rak di ruang inkubasi Pada budidaya jamur tiram, inkubasi dilakukan diruang yang
sedikit gelap agar misellia lebih cepat merambat. Ruangan inkubasi media jamur tiram yaitu mampu
menampung Kurang Iebih 6 250 baglog Media akan tampak putih merata antara 40-60 hari setelah
dilakukan inokulasi Misella yang tidak tumbuh dapat dilihat apa bila setelah 2 minggu media
diinkubasıkan, tidak terdapat tanda-tanda adanya misellia jamur yang berwarna putih merambat,
maka inokulasi tıdak berhasil Media/baglog yang terkontaminasi segera dibuang, sedangkan yang
tidak tumbuh dapat dipasterisasi ulang untuk ditanami kembali.
3.11Penumbuhan &Pemeliharaan
A. Penumbuhan
Media jamur yang telah berwarna putih penuh dipindahkan ke ruang tumbuh dan telah siap untuk
dilakukan penumbuhan atau growing. Pada masa pembentukan badan buah, permukaan media
memerlukan paparan sinar, sehingga pada fase growing sebaiknya penempatan baglog terpisah
dengan fase inkubasi. Apabila media ditempatkan di tempat yang sama (yang tidak ada cahaya),
maka badan buah tidak akan terbentuk. Pada budidaya jamur tiram, ,fase growing dilakukan di
ruang yang lebih banyakcahaya. Ruangan inkubasi media jamur tiram yaitu dengan luasan 96 m' dan
48㎡' dengan dinding terbuat dari plastik dan paranet yang beratapkan rumbia, dengan luas kubung
154 ㎡ dapat menampung kurang lebih 15.000 baglog. Penumbuhan dilakukan dengan cara
membuka kapas rajut (penutup media) pada media yang sudah putih tersebut tujuanya untuk
memberikan oksigenyang cukup untuk pertumbuhan tubuh buah jamur, dengan oksigen yang cukup
dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik.

B. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pada dasarnya, budidaya jamur tiram tidak memiliki hama dan penyakit seperti jenis sayuran pada
umumnya. Hama yang menyerang pada budidaya jamur tiram adalah tikus (Ranikus argentifenter),
laba-laba (Naphila muculata) dan ulat bulu (Machortilacu rubt) Beberapa serangga ini tidak merusak
jamur tiram secara langsung tetapi mengganggu saat pemeliharaan Untuk pencegahan dilakukan
dengan cara membersihkan bahan,alat,pekerja serta sanitasi lingkungan secara berkala Kebersihan
dan sanitasi lingkungan harus dilakukan secara menyeluruh baik dari ruang penyimpanan, bahan
baku dan bahan tambahan, ruang tanam, ruang inkubasi, ruang tumbuh, tempat pembuangan limbah
jamur dan Iingkungan disekitar tempat budidaya.
Sedangkan penyakit yang menyerang media jamur tiram adalah jenis bakteri Pseudomonas sp dan
cendawan atau jamur liar. Serangan bakteri gejalnya yaitu permukaan media menjadi berlendir
berwarma putih dan misellia tidak dapat berkembang.
Sedangkan kehadiran cendawan pada media jamur tiram akan menyebabkan misellia jamur tiram
tidak tumbuh. Pengendalianya dilakukan dengan cara membuang baglog yang terkontaminasi oleh
cendawan.Sedangkan untuk pencegahan dilakukan dengan mengurangi jumlah susunan baglog dan
proses pasteurisasi yang sempurna.

C. Penyiraman

16
suhu yang cocok untuk pertumbuhan jamur tiram yaitu 25---28"C dengan kelembapan 80-90%.
Untuk menjaga kondisi lingkungan agar sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram maka perlu
dilakukan penyiraman pada lantai kubung dan mengkabutkan air bersih ke dalam lingkungan
disekitar tempat baglog jamur tiram. Dengan penyiraman tersebut diharapkan diperoleh suhu dan
kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram.

3.12 Panen & Paska Panen


Panen
Pemanenan dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal. yaitu cukup besar,
tetapi belum mekar penuh. Pemanenan dilakukan 4-5 hari setelah tumbuh calon jamur (finhead).
Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar. Pemanenan dilakukan pada pagi hari karena suhu
lingkungan tidak terlalu tinggi dan kondisi pertumbuhan jamur sangat baik sehingga bobot panen
relatif lebih banyak. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada
dari substrat tanam. Bagian batang/akar jamur tiram yang menembus substrat harus diangkat
bersamaan dengan jamur yang dipanen. Bekas batang atau akar jamur tiram yang mungkin tertinggal
dalam media harus dibersihkan karena cepat atau lambatujung batang tersebut akan membusuk.
Akibatnya, bagian substrat di sekitar batang yang membusuk juga akan membusuk. Pembusukan ini
akan menyebar ke bagian lain,sehingga media tidak akan ditumbuhi jamur baru
Pasca Panen
Jamur yang sudah dipanen dibersihkan dari kotoran yang menempel di bagian akamya saja. dengan
cara tersehut, disamping kebersihanya lebih terjaga,daya simpan jamur pun akan lebih tahan lama.
Kondisi ruang penyimpanan untuk jamur yang dianjurkan adalah pada suhu 25-28"C, jamur dapat
tetap segar selama 10-12 hari. Pasca panen jamur tiram meliputi, pengumpulan, pembersihan, sortasi.
pengemasan dan penyimpanan.

3.13 Pembuangan Baglog


Jamur akan terus tumbuh selama baglog masih mampu memberikan makanan yang cukup untuk
tubuh buah jamur. Jika nutrisi pada media jamur ini telah habis atau baglog telah rusak maka baglog
ini harus segera dibuang dari rak penumbuhan dan segera diganti dengan baglog yang masih
produktif. Baglog yang telah rusak dapat dijadikan sebagai pupuk untuk tanaman.

3.14 Pemasaran
Jamur Segar
Pemasaran jamur tiram di Jamur dilakukan dengan cara konsumen membeli langsung di tempat
produksi dengan harga Rp 12.000 untuk setiap kg nya dan sebagian akan dijual dalam bentuk olahan
di Restoran Jamur. Restoran jamur menjual berbagai olahan jamur tiram seperti sate, tongseng,
bakso, crispy dll, yang semua berbahan dasar jamur tiram. Restoran Jamur dapat menghabiskan
kurang lebih 10-20 kg jamur tiram dalam satu hari.

17
Baglog
Tidak hanya jamur segar, jamur juga menjual baglog siap panen dengan harga Rp 2.500 untuk satu
baglog jamur tiram. Baglog jamur tiram dijual dengan cara konsumen memesan langsung di tempat
produksi. Konsumen juga dapat memesan melalui via email. Jamur tiram dapat diantar ke konsumen
jika tempat pemesanan dalam ruang lingkup lokal.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimmpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses pembudidayaan jamur tiram yang meliputi persiapan alat dan bahan, persiapan bahan
baku untuk pembudidayaan, pencampuran media, pengomposan, sterilisasi, inokulasi,
inkubasi, pertumbuhan jamur tiram, pemeliharaan, panen, pascapanen dengan pasteurisasi
dengan menggunakan bejana air dan bangker.
2. Proses budidaya jamur tiram dapat dilakukan dengan mudah , dengan menggunakan salah
satu medianya yaitu serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang sudah
disesuaikan ukurannya.
3. Setelah dilakukannya prose kerja lapangan(PKL) siswa dapat menambah wawasan baru
tentsng budidaya jamur tiram , dan bisa menerapkan di dunia usaha di daerahnya masing-
masing.

4.2 Saran
1. Peluasan market penjualan jamur tiram, sehingga para petani jamur tiram bisa mendapat
kesejahtraan, market yang bisa diperluas bisa mencakup pasar online, pasar import dll.
2. Lahan produksi diperluas dan produksi diperbanyak
Penambahan alat dan bahan agar tinggat produksi lebih maksimal

18
BAB V
DOKUMENTASI
NO Gambar Keterangan

1 Pengayakan serbuk gergaji

19
Pencampuran bahan baku,
2 tumbukan biji jagung, kapur, dedek,
dan air

20
3 Pengemasan Media

4 Proses pendinginan di ruang


inkulasi

21
5
Inkulasi/pemeberian bibit pada
media

6 Inkubasi/penyimpanan baglog
yang sudah di bibit

22
7 Sterilisasi atau pengukusan
selama 8-10 jam

23

Anda mungkin juga menyukai